• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SISTEM KAPITASI BERBASIS KOMITMEN PELAYANAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU TAHUN 2019 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN SISTEM KAPITASI BERBASIS KOMITMEN PELAYANAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU TAHUN 2019 SKRIPSI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SISTEM KAPITASI BERBASIS KOMITMEN PELAYANAN DALAM MENINGKATKAN MUTU

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

REGINA FRANSISCA NAINGGOLAN NIM. 141000519

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

PENERAPAN SISTEM KAPITASI BERBASIS KOMITMEN PELAYANAN DALAM MENINGKATKAN MUTU

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

REGINA FRANSISCA NAINGGOLAN NIM. 141000519

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)

i

(4)

ii Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 28 Agustus 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H.

(5)

iii

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Penerapan Sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan dalam Meningkatkan Mutu Pelayan Kesehatan di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2019

Regina Fransisca Nainggolan

(6)

iv Abstrak

Kapitasi berbasis komitmen pelayanan adalah sistem pembayaran kapitasi dari BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan pemenuhan atau pencapaian empat indikator yang diterapkan sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan peserta JKN di FKTP. Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan (KBKP) adalah penyesuaian besaran tarif kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator pelayanan kesehatan perseorangan yang disepakati berupa komitmen pelayanan puskesmas dalam rangka peningkatan mutu. Peraturan BPJS Kesehatan No.3 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan BPJS No.2 Tahun 2015. Adapun keempat indikator tersebut adalah angka kontak, rasio rujukan rawat jalan kasus non ke FKTP, dan rasio kunjungan rumah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pencapaian indikator kapitasi berbasis komitmen pelayanan dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam observasi, dan telaah dokumen sebagai cara untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem kapitasi berbasis komitmen pelayanan di Puskesmas Sidomulyo belum terlaksana dengan baik.

Berdasarkan empat indikator kapitasi berbasis komitmen pelayanan, ada tiga indikator yang berada di bawah target zona aman, antara lain indikator angka kontak, prolanis dan rasio kunjungan rumah. Angka kontak disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia dan persepsi masyarakat mengenai puskesmas, kunjungan prolanis disebabkan kurangnya sumber daya manusia pengguna BPJS yang merupakan Prolanis dan sedangkan rasio kunjungan rumah disebabkan oleh sarana transportasi yang belum memadai Diharapkan Dinas Kesehatan Pekanbaru dapat melakukan analisis kebutuhan sumber daya manusia sesuai aturan yang berlaku dan diharapkan Puskesmas Sidomulyo dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai fungsi puskesmas dan alur pelayanan rujukan serta dapat melakukan optimalisasi penggunaan sarana transportasi sehingga pelaksan- aan sistem kapitasi berbasis komitmen pelayanan di Puskesmas Sidomulyo dapat berjalan secara maksimal.

Kata kunci: KBKP, FKTP, BPJS

(7)

v Abstract

Commitment Based Services Commitment is a capitation payment system fromBPJS Health to FKTP based on the fulfillment or achievement of fourindicators applied as an effort to improve the quality of participant services JKN at FKTP. Capitation-based fulfillment of service commitments (KBKP) is an adjustment in the amount of capitation tariffs based on the results of an assessment of the achievement of an agreed individual health service indicator in the form of a commitment to a health center service in order to improve quality.

BPJS Health Regulation No.3 2015 concerning Changes to BPJS Regulation No.2 2015. The four indicators are the contact rate, the ratio of outpatient referral to non cases to FKTP, and the ratio of home visits. This study aims to explain the achievement of indicators of service commitment based capitation and the underlying factors in the Sidomulyo Community Health Center. This research uses qualitative approach using in-depth interview methods observation, and study documents as a way to collect data. Results research shows that the implementation of the Commitment Based Commitment system services at the Sidomulyo Health Center have not been implemented well. Based onfour indicators of service commitment based capitation, there are three indicatorsis under the target safe zone, including contact number indicator, prolanisand home visit ratio. Contact rates are caused by limited human resources and community perceptions about puskesmas, prolanis visitscaused by the lack of human resources that are BPJS usersProlanis and while the ratio of home visits is caused by inadequate transportation facilities. It is expected that Pekanbaru Health Office can analyze the needs of human resources in accordance with applicable regulations and it is hoped that Sidomulyo Community Health Center can provide information to the public about the function of puskesmas and referral service flow and can optimize the use of facilities. Transportation so that the implementation of the Commitment Based Service Commitment system at the Sidomulyo Health Center can run optimally.

Keywords: KBKP, FKTP, BPJS

(8)

vi

Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Sidomulyo Tahun 2019”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan saran selama pelaksanaan penyelesaian skripsi ini.

5. Destanul Aulia, S.K.M., MBA., MEc., Ph.D. selaku Dosen Penguji I yang

(9)

vii

telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Fitri Ardiani, S.K.M., M.P.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. dr. Doris Uliana Rikardo Hasibuan selaku Kepala Puskesmas dan seluruh staf di Puskesmas Sidomulyo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan membimbing peneliti selama melakukan penelitian.

10. Teristimewa kepada Ayahanda Gidion Nainggolan dan Ibunda Diana Pasaribu yang selalu memberikan doa, dukungan, nasihat, dan semangat kepada penulis selama menjalani pendidikan hingga menyelesaikan skripsi ini, yang tercinta kedua adik saya Cindy Fransisca dan Marcal Immanuel yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

(10)

viii

membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2019

Regina Fransisca Nainggolan

(11)

ix Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 8

Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional 11

Kapitasi 12

Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) 13

Indikator Komitmen Pelayanan 14

Angka Kontak (AK) 14

Rasio rujukan rawat jalan non spesialistik 14 Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung (RPPB) ke FKTP 16 Indikator Tambahan dalam Komitmen Pelayanan 17 Penentuan Hasil Pencapaian Komitmen Pelayanan 19

Pelaksanaan Pembayaran KBKP 20

Dasar Hukum 21

Kerangka Berfikir 22

Metode Penelitian 23

Jenis Penelitian 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Subjek Penelitian 23

Definisi Konsep 24

Metode Pengumpulan Data 24

(12)

x

Metode Analisis Data 25

Hasil Penelitian dan Pembahasan 26

Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 26

Profil Puskesmas Sidomulyo 26

Letak geografis dan demografi 26

Sumber daya manusia di Puskesmas Sidomulyo 27 Sarana dan prasarana gedung di Puskesmas Sidomulyo 27

Karakteristik informan 28

Penerapan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan

dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan di Puskesmas Sidomulyo 29

Angka kontak 29

Pencapaian target 29

Hambatan dalam pencapaian target 30

Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik 32

Pencapaian target 32

Hambatan dalam pencapaian target 34

Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP 36

Pencapaian target 36

Hambatan dalam pencapaian target 36

Rasio Kunjungan Rumah 38

Pencapaian target 38

Hambatan dalam pencapaian target 39

Angka kontak 40

Rasio Rujukan Jalan Kasus Non Spesialistik 42

Pencapaian target 42

Tantangan dalam pencapaian target 43

Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung ke FKTP 44

Pelaksanaan prolanis 44

Hambatan dalam pencapaian target 44

Rasio Kunjungan Rumah 45

Pencapaian target 45

Hambatan dalam pencapaian target 47

Keterbatasan Penelitian 47

Kesimpulan dan Saran 49

Kesimpulan 49

Saran 49

Daftar Pustaka 51

Lampiran 53

(13)

xi Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan 27

2 Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sidomulyo 27 3 Data Fasilitas Gedung Puskesmas Sidomulyo 28

4 Karakteristik Informan 28

5 Pencapaian Angka Kontak di Puskesmas Sidomulyo

Tahun 2018 30

6 Pencapaian Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik di Puskesmas Sidomulyo

Tahun 2018 34

(14)

xii

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka berpikir 22

(15)

xiii

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 53

2 Surat Survei Penelitian 59

3 Surat Penelitian 60

4 Surat Selesai Penelitian 61

5 Dokumentasi 62

(16)

xiv Daftar Istilah

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BPJS Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial FKTL Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KBKP Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan PBI Penerima Bantuan Iuran

PBPU Pekerja Bukan Penerima Upah PPU Pekerja Penerima Upah

SDM Sumber Daya Manusia

SLE Systemic Lupus Erythematosus SOP Standart Operating Procedure UKM Upaya Kesehatan Masyarakat UKP Upaya Kesehatan Perorangan UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah

(17)

xv Riwayat Hidup

Penulis bernama Regina Fransisca Nainggolan, dilahirkan pada tanggal 2 Agustus 1996 di Pekanbaru. Penulis beragama Kristen Protestan dan berbangsa Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Pembangunan No.110 Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Kode Pos 20151. Penulis merupakan anak keempat dari pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayah Gidion Nainggolan dan Ibu Diana Pasaribu.

Pendidikan penulis dimulai dari SD Santa Maria Pekanbaru pada Tahun 2002 hingga 2008, SMP Santa Maria Pekanbaru pada Tahun 2008 hingga 2011, SMA Santa Maria Pekanbaru pada Tahun 2011 hingga 2014. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat hingga Tahun 2019.

Medan, Agustus 2019

Regina Fransisca Nainggolan

(18)

1 Pendahuluan

Latar Belakang

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah berjalan sejak 1 Januari 2014.

Salah satu sasaran dalam peta jalan jaminan kesehatan nasional paling sedikit 85% peserta menyatakan puas dan baik dalam layanan BPJS dan 80% tenaga dan provider dinyatakan puas dan baik berdasarkan laporan indeks peserta jaminan kesehatan nasional. Terjadi fluktuasi pada Tahun 2014 sebesar 81% terjadi penurunan indeks 78,9% dan Tahun 2016 menurun sedikit 78,6% dan pada Tahun 2017 meningkat sebesar 79,5%. Sementara untuk fasilitas kesehatan pada Tahun 2014 sebesar 75% meningkat di Tahun 2015 sebesar 75,9%, dari Tahun 2015 ke Tahun 2016 sebesar 76,2% dan pada Tahun 2017 menurun kembali sebesar 75,7%. (BPJS, 2017).

Upaya dalam menciptakan pelayanan yang berkualitas bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sangat diperlukan adanya aspek kualitas layanan. Kualitas pelayanan sungguh mempengaruhi ketersediaan serta kepatuhan standar pelayanan tenaga kesehatan dalam melayani, dan suplai obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai dan sumber daya lainnya yang berpengaruh pada kualitas layanan.

Pelayanan kesehatan harus dapat diukur, terstandar serta tertuju pada aspek kenyamanan pasien dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pengendalian mutu kesehatan JKN dilaksanakan dengan keseluruhan, antara lain pencapaian pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana serta laporan kesehatan. Oleh karena itu, perlu diyakinkankan bahwa proses pelayanan kesehatan berlangsung serupa

(19)

dengan batasan yang diperlakukan dan tersedianya pengawasan kepada luaran kesehatan Peserta JKN.

Perkembangan kepesertaan JKN di Indonesia cukup baik. Sampai awal Oktober 2018, jumlah peserta telah mencapai 203.284.869 jiwa (77%). Peserta PBI terdiri dari peserta dengan iuran bersumber dari APBN berjumlah 92.144.075 jiwa (45,3%) dan yang iuran bersumber dari APBD berjumlah 27.394.906 jiwa atau (13,4%). Sedangkan peserta non PBI terduru atas pekerja upah berjumlah 17.145.806 jiwa (5,4%) , pekerja bukan penerima upah 29.946.318 jiwa (14,7%) dan bukan pekerja berjumlah 5.117.777 jiwa (2,51%) (Kemenkes, 2018).

Sehingga untuk mendukung pelaksanaan program tersebut pemerintah membentuk suatu badan penyelenggara sistem jaminan sosial nasional yang kemudian disahkan pada tanggal 29 Oktober 2011 dan dirumuskan kedalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara jaminan Sosial.

Salah satu strategi dalam meningkatkan mutu pelayanan telah ada merupakan dengan pengunaan metode KBKP yaitu pembayaran berbasis komitmen pelayanan. KBKP ini merupakan konsep strategis yang sunguh banyak diperbincangkan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan FKTP pada penyelenggaraan program JKN maka diterapkan KBKP. KBKP pada FKTP telah terlaksana di Tahun 2016 dengan mengacu pada Surat Edaran Bersama Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan Nomor HK.03.03/IV/053/2016 dan Nomor 01 Tahun 2016 tentang KBKP Pada FKTP dan Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal Kemenkes dan Direktur Utama BPJS Kesehatan Nomor

(20)

HK.02.05/III/SK/089/2016 dan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis KBKP pada FKTP.

Pembayaran KBKP adalah pembayaran yang telah dilaksanakan dibanyak negara. Performa dari FKTP dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta dapat ditingkatkan oleh sistem pembayaran KBKP. Di masa JKN-KIS, pelayanan kesehatan oleh FKTP merupakan hal yang penting, karena FKTP adalah pondasi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Angka rujukan akan terus bertambah jika kualitas FKTP tidak ditingkatkan, maka paisen dapat menumpuk di rumah sakit. Pelaksanaan KBK sudah dilaksanakan sesuai SEB Kemenkes dan BPJS Kesehatan No HK.03.03/IV/053/2016 dan No 1 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan dan KBKP pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. (BPJS Kesehatan, 2016).

Penerapan Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) hampir sama dengan pay for performance sudah dilaksanakan di beberapa negara, yaitu Amerika Serikat, Selandia Baru, Perancis, Estonia, Jerman, Selandia Baru, dan Turki. Pay for performance adalah sistem pembayaran yang dilakukan berdasarkan kualitas dan tujuan terhadap pencapaian kinerja yang dilakukan.

Mekanisme di negara tersebut diterapkan dengan insentif finansial jika fasilitas kesehatan dan dokter menerapkan standar prosedur. Pelaksanaan kapitasi berbasis komitmen pelayanan dengan memotong sepuluh persen dana kapitasi dari fasilitas kesehatan tingkat pertama yang belum mencapai indikator, dan memberikan insentif ke fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki kesan baik (BPJS Kesehatan, 2016).

(21)

Pada saat pembayaran kapitasi, penilaian kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama dipantau dari pencapaian indikator antara lain; angka kontak ≥ 150 per mil, rasio rujukan rawat jalan non spesialistik < 5%, dan rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama ≥ 50%. Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat memenuhi indikator tersebut, maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama termasuk di dalam zona aman dan jika melebihi terget indikator tersebut, maka FKTP termasuk di dalam zona prestasi.

Khusus bagi puskesmas, terdapat indikator tambahan untuk mengetahui peneyelenggaraan kegiatan promotif preventif di puskesmas, yaitu rasio kunjungan rumah yang harus mencapai 8,33% per bulan atau 100% per tahun (PB No. 3/2016).

Apabila pemenuhan pencapaian indikator komitmen pelayanan mengakibatkan jumlah kapitasi menjadi lebih rendah dari pada tarif kapitasi terendah yang telah menteri tetapkan. Oleh karena itu kapitasi yang harus dibayarkan adalah sebesar tarif kapitasi terkecil. Pemenuhan target indikator komitmen pelayanan mengakibatkan jumlah kapitasi tinggi dari jumlah kapitasi maksimal yang dibuat Menteri, kapitasi yang dibayar yaitu sebesar jumlah kapitasi maksimal (PB No. 3/2016).

Secara geografis, Puskesmas Sidomulyo terletak di Kecamatan Tampan.

Puskesmas Sidomulyo merupakan puskesmas yang telah menerapkan sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP). Berdasarkan data BPJS Kesehatan Kabupaten Kota Pekanbaru Tahun 2018, peserta JKN yang terdaftar di Puskesmas Sidomulyo pada bulan September hingga Desember berjumlah 7.280.

(22)

Survei pendahuluan juga dilakukan kepada Bendahara BPJS di Puskesmas Sidomulyo yang menyatakan, bahwa prolanis yang rutin berkunjung ke Puskesmas Sidomulyo dan kunjungan rumah tidak terlaksana karena beberapa kendala. Kurangnya jumlah peserta prolanis yang menggunakan BPJS, kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri dan sulitnya mengurus ke BPJS dan ketika diurus mengenai prolanis ke BPJS peserta prolanis juga tidak mau berkunjung ke Puskesmas. Kunjungan rumah tidak terlaksana karena ketika pelayan kesehatan mendatangi kerumah-rumah banyak masyarakat yang sudah tidak dirumah, ada yang sudah berpergian ke sawah atau bekerja. Adanya anggapan masyarakat yang jika sakit langsung mendatangi Puskesmas baru merasa puas dengan pelayanannya dan kendaraan yang kurang memadai, kurangnya sarana dan prasarana. Angka kontak Tahun 2018 belum mecapai target>150 permil dengan data yaitu bulan September 75,02 permil, bulan Oktober 140,13 permil, bulan November 105,13 permil dan Desember 165,4 permil. Hal ini disebabkan karena jumlah target yang besar yaitu sampai 150 permil, dan anggapan masyarakat yaitu jika tidak sakit maka tidak berkunjung ke puskesmas. Rujukan non spesialistik di Tahun 2018 berada di zona aman karena saat ini rujukan harus selektif. Sebagai dokter juga harus lebih selektif lagi untuk memberi rujukan dan pelayanan kesehatan juga harus paham yang mana yang harus dirujuk yang mana yang tidak dirujuk. Data bulan September 83,46%, Oktober 78,2% November 80,84% dan Desember 87,3%. Hal ini disebabkan karena jumlah target yang besar yaitu sampai 150 permil, dan anggapan masyarakat yaitu jika tidak sakit maka tidak berkunjung ke puskesmas.

(23)

Total kapitasi di Sidomulyo pada bulan September yaitu Rp 76.2017.500, pada bulan Oktober Rp 75.735.000, pada bulan November Rp 75.780.000 dan pada bulan Desember Rp 76.005.000.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Utami (2016) di Kota Surakarta menyimpulkan bahwa sebagian besar pelaksana implementasi KBKP sudah paham penerapan KBKP namun pelaksana tersebut mempunyai pemahaman yang berbeda-beda. Selain itu, masih terdapat beberapa permasalahan dalam implementasi KBKP, dalam hal proses pelayanan yaitu sumber daya yang masih kurang di puskesmas, sosialisasi yang belum merata, dan beban kerja yang bertambah. Permasalahan pada implementasi KBKP akan menjadikan kualitas pelayanan tidak optimal.

Berdasarkan uraian di atas, penting dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan sistem KBKP (Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan) Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Sidomulyo Tahun 2017.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana pencapaian angka kontak dan faktor penghambat yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo?

2. Bagaimana pencapaian rasio rujukan rawat jalan non spesialistik dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo ?

3. Bagaimana pencapaian rasio peserta prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo?

4. Bagaimana pencapaian rasio kunjungan rumah dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo?

(24)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi bagaimana pencapaian angka kontak dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo.

2. Untuk mengevaluasi bagaimana pencapaian rasio rujukan rawat jalan non spesialistik dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo.

3. Untuk mengevaluasi bagaimana pencapaian rasio peserta prolanis yang rutin berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo.

4. Untuk mengevaluasi bagaimana pencapaian rasio kunjungan rumah dan faktor yang melatarbelakangi di Puskesmas Sidomulyo.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dalam merumuskan kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

2. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat bagi puskesmas.

3. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(25)

8

Tinjauan Pustaka

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan kesehatan dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa arti karena kata jaminan dapat berasal dari guarantee atau warranty dan boleh berasal dari terjemahan bahasa Inggris insurance atau asuransi. Jaminan kesehatan yaitu cara yang menyebabkan seseorang bebas dari biaya berobat yang lumayan mahal dan menyebabkan tidak tercapainya kebutuhan dasar hidup lain terpenuhi sebagai contoh makan, bekerja, sekolah dan bersosialisasi (Soekamto, dkk., 2006).

Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah perlindungan kesehatan agar peserta mendapatkan manfaat pelayanan kesehatan dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang diberi untuk orang yang sudah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2013). Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yaitu sebuah program pemerintah dan masyarakat untuk memberi kepastian JKN yang menyeluruh untuk rakyat indonesia supaya penduduk Indonesia memiliki hidup yang sehat dan produktif. Jaminan kesehatan nasional dilaksanakan di Indonesia merupakan salah satu dari SJSN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dilaksanakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya yaitu agar seluruh penduduk indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, maka kebutuhan kesehatan menjadi layak di masyarakat (Kemenkes RI, 2014).

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencakup dua jenis antara lain medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi

(26)

akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan (Kemenkes, 2014). Manfaat JKN mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis (Kemenkes, 2014).

Kepesertaan JKN yaitu setiap orang yang merupakan orang asing yang paling singkat bekerja selama enam bulan lamanya di Indonesia, dan sudah membayar iuran. Pesertanya yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah sebagai berikut :

1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional meliputi orang yang tergolong orang tidak mampu dan fakir miskin.

2. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional adalah Peserta yang bukan termasuk orang tidak mampu dan fakir miskin yaitu:

Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya. Yang menjadi kelompok penerima adalah sebagai berikut:

1) Pejabat Negara 2) PNS

3) Anggota Polri 4) Angota TNI 5) Pegawai swasta

6) Pegawai Pemerintah non pegawai negeri

(27)

7) Pekerja yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan 6 yang menerima upah.

Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya. Yang menjadi kelompok penerima adalah sebagai berikut:

1) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri dan

2) Pekerja yang tidak termasuk angka 1 yang bukan penerima upah

3) Pekerja sebagaimana dimaksud angka 1 dan 2, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat enam bulan.

Bukan pekerja dan anggota keluarganya. Yang menjadi kelompok penerima adalah sebagai berikut:

1) Veteran 2) Investor

3) penerima pensiun 4) Perintis Kemerdekaan

5) Bukan pekerja yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan 4 yang mampu membayar iuran.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima. Yang menjadi kelompok penerima adalah sebagai berikut:

1) Istri atau suami yang sah dari peserta; dan pensiun.

2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 tahun.

(28)

Pelayanan JKN

Jenis-jenis pelayanan. Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu berupa ambulan dan pelayanan kesehatan serta akomodasi

Tata cara pelayanan. Bagi peserta yang membutuhkan pelayanan kesehatan, mestidimulai dengan memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan. Namun masih membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, harusdilaksanakan dengan rujukan oleh FKTP, kecuali dengan keadaan gawatdarurat medis. Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah melalui BPJS Kesehatan berjenjang dana terdiri atas :

Pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama untuk peserta dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik yang meliputi :

1. Pelayanan promotif dan preventif

2. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

3. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif 4. Administrasi pelayanan

5. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

6. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama dan 7. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Pelayanan kesehatan tingkat rujukan untuk peserta dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.

1. Pelayanan darah

(29)

2. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis 3. Administrasi pelayanan

4. Rehabilitasi medis

5. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik dilakukan indikasi medis dengan dokter spesialis dan subspesialis

Kapitasi

Kapitasi adalah sebuah metode pembayaran untuk pelayanan kesehatan di mana penyedia layanan dibayar dalam jumlah tetap per pasien tanpa memperhatikan jumlah atau sifat layanan yang sebenarnya diberikan. Tarif kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan (PB No.

3/2016).

BPJS kesehatan melakukan pembayaran kepada FKTP secara praupaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang terdaftar di FKTP. Tarif kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan. Penetapan besaran tarif kapitasi dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara BPJS kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan (AFK) dengan mempertimbangkan kriteria sumber daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana, lingkup pelayanan, dan komitmen pelayanan (PMK No.12/2016). Standar tarif kapitasi di FKTP yang tertulis di Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun 2016 ditetapkan sebagai berikut:

(30)

1. Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah) sampai dengan Rp6.000,00 (enam ribu rupiah) per peserta per bulan;

2. Rumah sakit kelas D pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp8.000,00 (delapan ribu rupiah) sampai dengan Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per peserta per bulan; dan

3. Praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp2.000,00 (dua ribu rupiah) per peserta per bulan.

Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP)

Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) adalah salah satu cara pembayaran kapasitas yang besarnya ditentukan berdasarkan pemenuhan pencapaian target komitmen pelayanan. KBKP merupakan penyesuaian besaran tarif kapasitas berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator pelayanan kesehatan perseorangan yang disepakati berupa komitmen pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, adapun indikator dimaksud adalah angka kontak, rasio rujukan rawat jalan non spesialistik dan rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP.

Kapitas Berbasis Komitmen Pelayanan terkait dengan mutu layananan ada beberapa indikator yang harus dicapai seperti :

1. Angka kontak untuk menilai tingkat aksesibilitas dan pemanfaatan.

2. Rasio rujukan non spesialistik untuk mengetahui kualitas layanan.

3. Rasio peserta prolanis rutin yang berkunjung di FKTP untuk mengetahui kesinambungan layanan penyakit kronis, Rasio kunjungan rumah yaitu melakukan kunjungan rumah bagi peserta di wilayah puskesmas.

(31)

Indikator Komitmen Pelayanan

Pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan dinilai berdasarkan pencapaian indikator:

Angka Kontak (AK). Angka kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh peserta tanpa memperhatikan kunjungan ulang yang dilakukan sehingga tidak mengukur total kunjungan.

Indikator angka kontak dihitung dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:

Angka Kontak =

x 100

Angka kontak adalah perbandingan jumlah peserta terdaftar yang melakukan kontak dengan FKTP dengan jumlah peserta terdaftar dikali 1000 (seribu). Jumlah peserta yang melakukan kontak adalah jumlah peserta JKN (per nomor identitas peserta) yang terdaftar di satu FKTP peserta tanpa memperhatikan kunjungan ulang yang dilakukan peserta dalam satu bulan. Jumlah peserta yaitu jumlah peserta JKN yang terdaftar di suatu FKTP per bulan.

Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan kontak FKTP dengan kondisi di tempat dan jenis pelayanan yang dicatatkan pada aplikasi P-Care (PB No.3/2016).

Rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik. Rasio rujukan rawat jalan non spesialistik merupakan indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan fasilitas kesehatan rujukan tingkat

(32)

lanjutan kualitas pelayanan di FKTP sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai indikasi medis dan kompetensi FKTP.

RRNS = x 100

Rasio rujukan rawat jalan non spesialistik adalah perbandingan jumlah peserta yang dirujuk dengan kasus non spesialistik dengan jumlah seluruh peserta yang dirujuk oleh FKTP dikali 100 (seratus). Jumlah rujukan rawat jalan non spesialistik adalah jumlah peserta yang dirujuk dengan diagnosa yang termasuk dalam jenis penyakit yang menjadi kompetensi dokter di FKTP sessuai ketentuan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan, FKTP, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan organisasi profesi dengan memperhatikan kemampuan pelayanan FKTP dan progresifitas penyakit yang merupakan keadaan khusus pasien dan/atau kedaruratan medis, serta dituangkan secara tertulis dalam perjanjian kerjasama. Jumlah rujukan FKTP adalah total jumlah peserta yang dirujuk ke FKTRL oleh FKTP.

Pembahasan dan kesepakatan bersama terkait 144 diagnosa yang harus ditangani secara tuntas di FKTP untuk kelayakan rujukan kasus tersebut yang telah disepakati dapat ditangani secara tuntas ke FKTRL, dilakukan melalui kegiatan pertemuan daerah antara BPJS kesehatan dan FKTP yang melibatkan Dinas Kesehatan, tim kendali mutu mendali biaya dan organisasi profesi wilayah setempat, yang selanjutnya disebut sebagai peer review kasus non spesialistik.

Hasil kesepakatan dari kegiatan peer review kasus non spesialistik menjadi dasar perhitungan rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik di masing-masing FKTP.

(33)

Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan rujukan peserta ke FKTRL yang dicatatkan pada aplikasi P-Care. Angka rujukan rawat jalan kasus non spesialistik yang dihitung adalah kasus rujukan dengan diagnosa yang termasuk dalam kesepakatan (PB No.3/2016).

Rasio Peserta Prolanis Rutin Berkunjung (RPPB) ke FKTP. Rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP merupakan indikator untuk mengetahui kesinambungan pelayanan penyakit kronis yang disepakati oleh BPJS Kesehatan dan FKTP terhadap peserta prolanis.

Indikator rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP dihitung dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:

RPPB = x 100

Rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP adalah perbandingan jumlah peserta prolanis yang rutin berkunjung ke FKTP dengan jumlah peserta prolanis terdaftar di FKTP dikali 100 (seratus). Jumlah peserta JKN yang terdaftar dalam prolanis (per nomor identitas peserta) yaitu jumlah peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP dan mendapatkan pelayanan kesehatan di FKTP per bulan, baik di dalam maupun di luar gedung, tanpa memperhitungkan kunjungan ulang peserta dalam satu bulan.

Jenis penyakit kronis yang termasuk dalam prolanis yang dihitung dalam indikator adalah penyakit diabetes melitus dan hipertensi, atau diagnosa lain dalam program rujuk balik (jantung, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), epilepsi, stroke, schizophrenia, dan systemic lupus erythematosus (SLE)) yang kemudian dinyatakan termasuk dalam prolanis. Aktivitas prolanis yang akan

(34)

termasuk dalam perhitungan adalah apabila terdapat salah satu atau lebih dari kegiatan prolanis, seperti edukasi klub, konsultasi medis, pemantauan kesehatan melalui pemeriksaan penunjang, senam prolanis, home visit, pelayanan obat secara rutin. Sumber data yang digunakan dalam indikator ini adalah hasil pencatatan kontak FKTP dengan peserta yang terdaftar sebagai peserta prolanis dengan jenis aktivitas prolanis yang dicatatkan pada aplikasi P-Care (PB No.3/201)

Indikator Tambahan dalam Komitmen Pelayanan

Khusus bagi puskesmas, terdapat indikator tambahan dalam pemenuhan komitmen pelayanan untuk mengetahui penyelenggaraan kegiatan promotif preventif di puskesmas dengan fokus pada kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan dalam bentuk pendekatan keluarga untuk mencapai program Indonesia Sehat pada semua keluarga di wilayah kerja puskesmas tanpa melihat peserta JKN atau bukan peserta JKN. Melalui pendekatan keluarga, yaitu mengunjungi setiap keluarga di wilayah kerja, diharapkan puskesmas dapat menangani masalah- masalah kesehatan dengan pendekatan siklus hidup .

Indikator rasio kunjungan rumah dihitung setiap bulan dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:

RKR = ( ) ( ) x 100 Rasio kunjungan rumah (RKR) yaitu, perbandingan rasio keluarga berdasarkan kartu keluarga yang didatangi di kegiatan pendekatan keluarga dan rasio keluarga berada dalam wilayah puskesmas di kali seratus. Rasio keluarga kegiatan pendekatan keluarga yaitu rasio peserta jaminan kesehatan nasional dan

(35)

bukan peserta jaminan kesehatan nasional yangberada di kerja puskesmas yang didatangi pekerja FKTP dalam 1 bulan. Rasio keluarga disekitar wilayah kerja puskesmas yaitu rasio seluruh kartu keluarga telah ada di sekitar kerja puskesmas.

Jumlah keluarga yang dikunjungi berasal dari jumlah yang didatangi saat program pendekatan keluarga yaitu dari masing-masing puskesmas melalui hasil pencatatan data petugas puskesmas dan data jumlah keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas berasal dari hasil pencatatan data jumlah KK yang ada di kecamatan (PB No.3/2016).

Target pemenuhan komitmen pelayanan berdasarkan Peraturan Bersama No. 3 Tahun 2016 pencapaian pemenuhan komitmen pelayanan di FKTP terbagi atas :

Angka kontak. Jumlah pemenuhan angka kontak oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah :

1. Jumlah capaian pada zona aman paling sedikit sebesar seratus lima puluh permil perbulannya

2. Jumlah capaian pada zona prestasi paling sedikit sebesar dua ratus lima puluh Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik. Capaian jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik, adalah :

1. Capaian di bagian prestasi adalah kurang dari lima belas persen per bulannya.

2. Capaian di bagian prestasi adalah kurang dari satu persen per bulannya.

Rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Sasaran proses jumlah pasien prolanis yang sering mendatangi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah:

(36)

1. Capaian dalam zona aman, paling sedikit sebesar lima puluh persen per bulannya; Zona aman adalah capaian keterikatan kebutuhan semestinya dilengkapi dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) supaya memperoleh jumlah yang sesuai dengan hasil besar jumlah menurut aturan jumlah yang telah ditentukan menurut SDM, lingkup pelayanan dan kelengkapan sarana prasarana.

2. Target pada zona prestasi paling sedikit sebesar 90% setiap bulan. Penentuan indikator komitmen pelayanan terdiri dari dua zona: Zona prestasi adalah pencapaian kegiatan pelayanan yang mesti dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama sampai fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat memperoleh pembayaran melampaui pembayaran yang telah di putuskan sesuai SDM lingkup pelayanan dan kelengkapan sarana prasarana.

Indikator tambahan dalam komitmen pelayanan. Target yang diharapkan dalam kegiatan home visit melalui pendekatan keluarga adalah, apabila jumlah home visit sebanyak seratus per dua belas persen per bulan. Home visit menjadi salah satu program rujukan dan juga program unggulan untuk memperbaiki tanggapan masyarakat terhadap puskesmas, sehingga memperbaiki jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas. Oleh karena itu di satu tahun jumlah home visit harus seratus persen agar mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Penentuan Hasil Pencapaian Komitmen Pelayanan

Indikator komitmen pelayanan. Persamaan jumlah besar kapitasi dalam mencapai target indikator komitmen pelayanan bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama, sebagai berikut:

(37)

1. Tiga indikator komitmen pelayanan ada dalam zona aman, memperoleh pembayaran kapitasi sebanyak 115% dari yang diwajibkan

2. Dua indikator komitmen pelayanan dalam keadaan aman dan satu indikator lainnya dalam keadaan baik, menerima pembayaran kapitasi sejumlah seratus sepuluh persen dari norma kapitasi yang diwajibkan;

3. Satu indikator komitmen pelayanan dalam keadaan baik, memperoleh pembayaran kapitasi sejumlah seratus lima persen dari yang sudah di wajibkan.

Indikator tambahan dalam komitmen pelayanan. Pemenuhan indikator tambahan dalam komitmen pelayanan yaitu jumlah kunjungan rumah dinilai dari setiap bulan maka dilaksanakan evaluasi setiap tiga bulan, serta diakumulasikan dalam satu tahun untuk memperoleh kebebasan di tahun selanjutnya. Kebebasan diberikan untuk puskesmas yang telah mencapai rasio kunjungan rumah seratus persen, dalam bentuk pelatihan dan seminar dalam menaikkan performa puskesmas (PB No. 3/2016).

Pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan. Adapun langkah-langkah dalam pembayaran kapitasi adalah sebagai berikut :

1. Memberikan data ke kantor BPJS Kesehatan yang memuat peserta terdaftar di FKTP.

2. Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) memberi pelayanan kesehatan untuk peserta dan mengentri data pelayanan kesehatan dari aplikasi yang telah dibuat oleh BPJS Kesehatan dengan tepat, hingga tiga bulan berjalan untuk pelayanan bulan lalu untuk dilaksanakan penilaian.

(38)

3. Pengkoreksian KBKP dilaksanakan oleh pemeriksa dan melibatkan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berdasarkan laporan yang sudah ada dengan melaksanakan uji sampling dengan laporan dan bukti pelayanan yang telah diberitahujan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan mensahkan keaslian dengan hasil uji sampling.

4. Penilaian pemenuhan KBKP di FKTP hasilnya dimuat di berita acara hasil penilaian pemenuhan KBKP.

5. Tim monitoring evaluasi membahas hasil penilaian untuk komitmen pelayanan yang sudah dimuat di berita acara hasil penilaian pemenuhan KBKP.

6. Hasil penilaian pencapaian indikator KBKP di FKTP bulan ke-3, ke-6, ke-9, dan seterusnya akan menjadi dasar pembayaran kapitasi mulai bulan ke-4, ke- 7, ke-10, dan seterusnya (PB No.3/2016).

Kinerja merupakan hal yang menyangkut pencapaian dalam penerapan sebuah program kegiatan untuk mewujudkan visi, tujuan dan misi dari organisasi yang dituangkan melalui pelaksanaan yang stretegis dalam sebuah organisasi.

Kinerja dipahami dan diukur apabila individu dan seluruh pekerja sudah memiliki karakter dan batasan kesuksesan tolak ukur yang sudah disahkan oleh organisasi.

Sebab itu, jika tidak memiliki tujuan atau pencapaian yang ditelah ditetapkan untuk pengukuran, maka kerja individu dan kerja tim tidak dapat diketahui bagaimana pencapaiannya (Moeheriono, 2014).

Dasar Hukum

1. Peraturan BPJS Kesehatan No.2 Tahun 2015 tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi dan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen

(39)

Pelayanan pada FKTP, yang telah diubah dengan peraturan BPJS Kesehatan No.3 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan BPJS No.2 Tahun 2015.

2. Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Direktur Utama BPJS Kesehatan No. HK.02.05/III/SK/089/2016 dan No.03 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembayaran Kapitasi berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan pada FKTP.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori yang telah ada maka kerangka berpikir untuk penelitian penerapan sistem kapitasi berbasis Komitmen pelayanan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2019 ini dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini:

Gambar 1. Kerangka berpikir

Angka Kontak Rasio Rujukan Rawat Jalan

Non Spesialistik

Penerapan Sistem KBKP (Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan) Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru

Rasio Peserta Prolanis RutinBerkunjung ke FKTP

Rasio Kunjungan Rumah

(40)

23

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan wawancara terhadap informan untuk menggali informasi, memahami pandangan, pengalaman, dan pengetahuan informan mengenai penerapan sistem KBKP di Puskesmas Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru yang merupakan salah satu puskesmas yang menerapkan sistem KBKP.

Waktu penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018 sampai dengan Februari 2019.

Subjek Penelitian

Informan yang dipilih dalam penelitian ini mengacu pada prinsip kesesuaian (appropriatness) dan kecukupan (adequacy). Informan diambil secara purposive (bertujuan), yaitu dengan menentukan bahwa informan tersebut adalah pihak yang dapat memberikan informasi atau data yang diinginkan.

Informan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang yaitu, (1 orang) Kepala Puskesmas, (1 orang) Kepala Tata Usaha, (1 orang) Bendahara BPJS, , dan (1 orang) Dokter Umum, (1 orang) bidan, (1 orang) penyuluh kesehatan, (1 orang) promotor kesehatandan (2 orang) pasien di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.

(41)

Definisi Konsep

Sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) adalah sistem penyesuaian tarif kapitasi berdasarkan hasil penilaian pencapaian indikator komitmen pelayanan FKTP yang diukur dengan:

1. Angka kontak merupakan indikator komitmen pelayanan untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh peserta.

serta upaya FKTP terhadap kesehatan peserta pada setiap 1000 peserta terdaftar di FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

2. Rasio rujukan rawat jalan non spesialistik merupakan indikator untuk mengetahui kualitas pelayanan di FKTP sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai indikasi medis dan kompetensinya.

3. Rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP merupakan indikator untuk mengetahui kondisi atau keadaan pelayanan penyakit kronis yang dapat dilihat dari bentuk kontak FKTP dengan peserta prolanis.

4. Rasio kunjungan rumah merupakan indikator tambahan khusus bagi puskesmas dalam pemenuhan komitmen pelayanan berupa kegiatan kunjungan rumah dengan pendekatan keluarga.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan jawaban terbuka (tidak terstruktur) tentang Penerapan Sistem KBKP (Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan). Untuk melengkapi data hasil wawancara

(42)

mendalam, peneliti juga mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan pelaksanaan sistem KBK (Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan) .

Metode Analisis Data

Pada penelitian kualitatif dilakukan langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

Reduksi data. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari data yang didapat di lapangan.

Penyajian data. Penyajian data adalah proses menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Pada penelitian ini penyajian data dengan menggunakan uraian singkat.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk dan kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2010).

(43)

26

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Profil Puskesmas Sidomulyo. Puskesmas Sidomulyo adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah Pekanbaru. Sebagai unit pelaksanaan teknis puskesmas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Puskesmas berdasarkan kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri No.75 tahun 2014). Mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas Sidomulyo mempunyai jumlah posyandu aktif sebanyak 31 dengan jumlah kader sebanyak 155 orang dengan rata-rata 5 orang per posyandu dibawah koodinasi Puskesmas Sidomulyo.

Data geografis dan demografis. Puskesmas Sidomulyo adalah salah satu Puskesmas yang berada di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Puskesmas Simpang Baru 2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kec. Tarai Kab. Kampar

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo 4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Tambang Kab. Kampar

Luas wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo adalah 14,2 Km2 meliputi 3 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Sialang Munggu 2. Kelurahan Tuah Karya

(44)

3. Kelurahan Tuah Madani

Dengan jumlah penduduk 76.705 Jiwa dan rumah tangga 19.628 KK.

Tabel 1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan

Kelurahan RT RW Posyandu

Kelurahan Sialang Munggu 127 31

Kelurahan Tuah Karya 84 19 31

Kelurahan Tuah Madani 31 7

Sumber daya manusia di Puskesmas Sidomulyo. Puskesmas Sidomulyo dipimpin oleh seorang dokter umum dan memiliki tenaga kesehatan dan non-kesehatan. Adapun tenaga pelaksana yang terdapat di Puskesmas Sidomulyo adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sidomulyo

Tenaga Kesehatan n (Orang)

Dokter 5

SKM 3

Bidan 8

Perawat 6

Penunjang 1

Honorer 2

Bidan PTT 17

Sarana dan prasarana gedung di Puskesmas Sidomulyo. sarana dan prasarana di puskesmas Sidomulyo sudah tergolong mencukupi sebagai puskesmas modern, yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan dengan tujuan spesifik dari setiap tujuan medis. Berikut adalah data sarana dan prasarana kesehatan yang ada di puskesmas :

(45)

Tabel 3

Data Fasilitas Gedung Puskesmas Sidomulyo

Fasilitas Gedung n

Ruang Kepala Puskesmas 1

Ruang TU/Administrasi 1

Ruang Poli Gigi dan Mulut 1

Ruang KIA 1

Ruang Apotik 1

Ruang Laboratorium 1

Ruang Tunggu Pasien 1

Ruang Kartu/Pendaftaran 1

Ruang Rujukan 1

Ruang Aula 1

Ruang Mandi 1

Ruang Periksa Pasien 1

Karakteristik informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari (1 orang) Kepala Puskesmas, (1 orang) Kepala Tata Usaha, (1 orang) Bendahara BPJS, dan (1 orang) Dokter Umum. Karakteristik informan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Karakteristik Informan

Informan Pendidikan Jabatan

dr. Doris Ulianna. S S1 Kedokteran Kepala Puskesmas

dr. Sri S1 Kedokteran Dokter Umum

Ferawati, S.K.M S1 Kes. Masyarakat Kepala Tata Usaha

Fitri Wahyuni S.K.M S1 Kes. Masyarakat Penyuluh Kes. Masyarakat

Jhoni S1 Kes. Masyarakat Pengurus BPJS

Sry Lestari S1 Kes. Masyarakat Promotor Kesehatan

Farida D III Kebidanan Bidan

Bahtiar SLTA Pasien

Juleha S.Pd Masyarakat

(46)

Penerapan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2018.

Angka kontak. Angka kontak merupakan indikator untuk mengetahui tingkat aksesabilitas dan pemanfaatan pelayanan primer di FKTP oleh peserta serta upaya FKTP terhadap kesehatan peserta pada setiap 1000 peserta terdaftar di FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Berdasakan hasil penelitian di Sidomulyo dengan wawancara mendalam kepada beberapa informan, diperoleh hasil mengenai indikator angka kontak sebagai berikut:

Pencapaian target. Dalam pelaksanaan sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan,terdapat target yang harus dicapai, salah satunya adalah angka kontak. Berikut adalah kutipan informan mengenai pencapaian target angka kontak:

“Oh kontak Rate iya sudah berjalan, tetapi belum tercapai.

Dipuskesmas ini kontak rate berjalan lancar ya, belum mencapai target kok, masyarakat soalnya udah banyak yang kepuskesmas juga.” (Informan 1)

Menurut informan tersebut, indikator angka kontak sudah berjalan. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang sudah banyak yang ke puskesmas. Informan lain juga menambahkan pendapatnya mengenai pencapaian target indikator angka kontak. Berikut kutipan dari informan:

“Kontak rate udah terlaksana ya, tetapi belum mencapai target karena kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memeriksa kesehatan itu meskipun kita sehat. Blom pernah saya mendapatkan pasien yang datang ke puskesmas untuk memeriksa kesehatannya meskipun dia sehat. Padahal itukan perlu untuk jaga-jaga. Karena gak semua penyakit itu ada gejalanya dulu kan ”(Informan 2)

(47)

”Kontak rate sudah tercapai, karena masyarakat juga seperti semakin sadar ya.” (Informan 3) (Informan 4)

Menurut informan tersebut, indikatot angka kontak sudah terlaksana.

Kutipan tersebut menyatakan bahwa indikator angka kontak sudah terlaksanna tetapi belum semua mencapai target 150 per mil.

“Kontak rate angkanya dari bulan September 75,02 permil , Oktober 140,13 permil November 104,13 permil dan Desember 165,4 permil. Tetapi belum tercapai kontak rate ini.” (Informan 5)

Menurut informan tersebut, indikator angka kontak sudah tercapai target;

pada bulan September 75,02 permil , Oktober 140,13 permil November 104,13 permil dan Desember 165,4 permil.

“Sudah tercapai kontak rate itu, tetapi ya belum tercapai karna kan susah ya.” (Informan 6) (Informan 7)

“Oh kontak rate sudah terlaksananya sepertinya disini”.

(Informan 8, Informan 9)

Berikut adalah tren pencapaian indikator angka kontak di Puskemas Sidomulyo.

Tabel 5

Pencapaian Indikator Angka Kontak di Puskesmas Sidomulyo Tahun 2018

Bulan Angka Kontak

September 75,02%/mil

Oktober 140,13%/mil

November 104,13%/mil

Desember 165,4%/mil

Hambatan dalam Pecapaian Target

Dalam pelaksanaan sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) di Puskesmas Sidomulyo, informan memaparkan mengenai hambatan

(48)

yang dihadapi dalam pencapaian target indikator angka kontak. Berikut kutipan dari informan:

“Hambatan kontak rate ya dek.. targetnya besar ya, saya lupa 100 atau 150 gitu. Yang dilihat BPJS ini kan berapa banyak peserta yang dapat pelayanan, kunjungan sehat atau sakit, tapi ga dilihat berapa banyak kunjungannya kan. Pelayanannya bisa di mana aja, bisa di puskesmas, posyandu, posbindu.

Kegiatan program kita sih udah cukup ya, cuma pesertanya aja mungkin yang masih belum manfaatin kegiatan yang kita buat. Orangnya yang itu lagi itu lagi kan. Jadi, ya gitulah.”

(Informan 1)

Informan tersebut mengemukakan bahwa hambatan dalam pencapaian target indikator angka kontak adalah rendahnya pemanfaatan peserta dalam melakukan kontak dengan puskesmas.

Hambatannya yang utama itu karena kurangnya keperdulian masyarakat dengan kesehatannya. Yang mereka fikirkan ah masih sehatnya gitulah. (Informan 2) (Informan 3)

Informan lain menambahkan pendapatnya mengenai hambatan dalam pencapaian target indikator angka kontak. Berikut kutipan dari informan:

“Menurut saya sih, dari masyarakatnya sendiri ya. Kalo ga sakit, ga ke puskesmas. Padahal kami sering juga buat penyuluhan, tapi yang datang itu-itu aja. Sekalinya datang udah parah, terus dirujuklah kan. Kegiatan banyak, tapi ya emang susah sih kalo untuk mencapai target kontak rate ini.” (Informan 4)

Pendapat lain dari informan 4 yang mengemukakan bahwa hambatan dalam pencapaian target indikator angka kontak adalah keterbatasan sumber daya manusia di Puskesmas Sidomulyo. Berikut kutipan dari informan:

“Ya paling kendala kontak rate ini karena jumlah targetnya besar, sementara pegawai kami kan ga begitu banyak dan kegiatannya juga banyak, ga hanya itu aja kan. Seperti misalnya salah satunya untuk home visit itulah” (Informan 6) (Informan 7)

(49)

“Kalau enggak sakit saya ga ke puskesmas. Paling kemarin sebelum amputasi saya kepuskesmas bersihkan luka karena aku gula basah., jadi rutin dibersihkan dan minta obat atau rujukan kalau kumat kurasa sakit ini. Memang iya bukan mesti sakit ke puskesmas tapi kan dek saya udah sakitnya.

Yah barulah saya kepuskesmas karena sakit.” (Informan 8)

“Memang saya gapernah ke puskesmas kalau enggak karena sakit, itupun kalau sakit selagi bisa saya konsumsi obat warung dulu. Kalau dibilang ke puskemas itu bukan karena sakit atau untuk priksa kesehatan gak salah memang, yah cuman belum pernah sih kulakukan itu.

Mungkin selanjutnya bisalah sesekali sekedar memeriksa kolesterol. (Informan 9)

Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik

Rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik adalah indikator untuk mengetahui optimalnya koordinasi dan kerjasama antara FKTP dengan FKTL sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai dengan indikasi medis dan kompetensinya. Berdasakan hasil penelitian di Sidomulyo dengan wawancara mendalam kepada beberapa informan, diperoleh hasil mengenai indikator rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik sebagai berikut:

Pencapaian target. Dalam pelaksanaan sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan di Puskesmas Sidomulyo, informan memaparkan mengenai pencapaian target dan faktor pendukungindikator rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik. Berikut kutipan dari informan:

“ Kalau rujukan kita sudah aman. Karena sekarang itu dek sudah ada batasan penyakit yang dapat dirujuk, di puskesmas juga semua program sudah ada yang menanggung jawabi, dokter kita juga sudah kompeten dalam menangani pasien.” (Informan 1)

Menurut informan tersebut, rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik mengalami penurunan sejak diterapkan sistem Kapitasi Berbasis Komitmen

(50)

Pelayanan. Informan lain menambahkan pendapatnya mengenai pencapaian target indikator rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik. Berikut kutipan dari informan:

“Iya, sekarang soal rujukan ini harus selektif. Sebagai dokter saya harus lebih selektif lagi untuk ngasih rujukan dan kita juga harus paham yang mana yang harus dirujuk yang mana yang enggak. Udah dihimbau juga dari kepala puskesmas.” (Informan 2)

Menurut informan tersebut, pencapaian indikator rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik sudah memenuhi target. Dalam mencapai target, dokterdituntut untuk lebih selektif dalam memberikan rujukan.

“Rujukan non spesialistik udah ditekan angkanya dari beberapa bulan yang lalu. Ini sih yang sangat dihimbau karena kan kalo rujukan tinggi, otomatis rumah sakit membludak. Harusnya bisa ditangani di puskesmas, jadi lari ke rumah sakit kan. Rujukan udah aman sih di sini.”

(Informan 3)

“Rujukan aman dong dek udah mencapai zona prestasi pun.

Karena kan udah kurang dari 1%.” ( Informan 4)

“Rujukan kita aman sih. Dari bulan September itu 0 %, Oktober 0,36 %, November 0,5% dan Desember 0,6 %. Jadi aman ya.” (Informan 5)

Informan tersebut mengemukakan bahwa rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik berada di zona aman dengan angka pada bulan September itu 0 %, Oktober 0,36 %, November 0,5% dan Desember 0,6 % .

“Kalau rujukan di puskesmas kita udah bagus. Karena dari BPJS itu rujukan udah dibatasi. Enggak semua penyakit lagi dek bisa asal rujuk aja. Seperti sekarang di bulan September rujukan sama sekali gak ada kan.” (Informan 6)

Angka rujukan di Puskesmas ini sudah tidak tinggi, sejauh yang saya ketahui angka rujukan di puskesmas ini sudah rendah. Jadi bisa dibilang udah baguslah dek.” (Informan 7)

(51)

Berikut adalah tren pencapaian indikator rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik di Puskesmas Sidomulyo:

Tabel 6

Pencapaian Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik di Puskesmas Sidomulyo Tahun 2018

Bulan %

September 0,0%

Oktober 0,36%

November 0,5%

Desember 0,6%

Hambatan dalam pencapaian target. Dalam pelaksanaan sistem Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBKP) di Puskesmas Pintu Sidomulyo, informan memaparkan mengenai hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target indikator rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik adalah pemahaman pasien tentang alur pelayanan rujukan yang masih rendah. Berikut kutipan dari informan:

“Kadang dek pas saya meriksa pasien, dia maksa minta rujukan, padahal masih bisa saya tangani di sini sebenarnya. Apa lagi kalau pasiennya udah tua, sakit hipertensi, kita kasih tau bagus-bagus aja dia udah emosi duluan. Mau ga mau kita kasih rujukan kan.” (Informan 1)

Kutipan tersebut juga didukung oleh informan lain yang mengemukakan:

“Kadang dek pas saya meriksa pasien, dia maksa minta rujukan, padahal masih bisa saya tangani di sini sebenarnya. Apa lagi kalau pasiennya udah tua, sakit hipertensi, kita kasih tau bagus-bagus aja dia udah emosi duluan. Mau ga mau kita kasih rujukan kan.” (Informan 2)

Gambar

Gambar 1. Kerangka berpikir
Gambar 1. Wawancara informan BPJS

Referensi

Dokumen terkait

Penemuan ide dengan melakukan riset yang ada di masyarakat untuk menentukan program tayangan yang akan diproduksi, kemudian dijadikan naskah dan melakukan diskusi

Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya wadah yang dapat mewadahi kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam bidang seni musik yaitu perancangan

Pada dimensi sosial perhubungan-perhubungan sosial seperti penentuan waktu pembayaran gaji, perhitungan masa kerja, penentuan tanggal hutang piutang, perhitungan

For practical use, classification of aphasias according to fluency, comprehension and abilities of naming it seems to be most suitable (nonfluent aphasias: Broca’s,

Citra Maharlika Maharlika Nusantara Corpora Tbk, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN TUNAI TIKET

Hasil kategorisasi dalam penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian dan teori-teori yang sudah ada, dimana meskipun kategorisasi prasangka agama dan konflik

GUNUNG MAS, KALTENG - Dukungan untuk pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu Joko Widodo dan Jusup Kalla terus mengalir seperti dari Kabupaten Gunung Mas (Gumas) Tim