• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONDISI SEKTOR EKONOMI WISATA RELIGI MAKAM MBAH KUWU SANGKAN CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III KONDISI SEKTOR EKONOMI WISATA RELIGI MAKAM MBAH KUWU SANGKAN CIREBON"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KONDISI SEKTOR EKONOMI WISATA RELIGI MAKAM MBAH KUWU SANGKAN CIREBON

A. Gambaran Umum Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon 1. Sejarah

Pada tahun 363 M di Desa Carbon Girang berdiri sebuah Kerajaan Indraprahasta yang diperintah oleh Maharesi Santanu. Ia seorang Brahmana dari India ( dari daerah Sungai Gangga ). Santanu mengungsi ke Nusantara karena negaranya mendapat serangan Raja Magada Samudra Putra. Ia kawin dengan Dewi Warman VIII di pantai barat Pendeglang. (Sumber:

Pemerintahan Desa Cirebon Girang)

Indraprahasta berturut-turut diperintah oleh Santanu, Jayastayanagara, Wijayabanyu, Warnadewaji, Braksahariwangsa, Tirta Manggala, Asta Dewa, Jayapranagara, Raja Resi Padmayasa, Andaphuana, Wisnamurti, Tunggal Nagara, Padma Hariwangsa ( mempunyai 3 (tiga) putra yaitu Citra Kirana yang kawin dengan Purbasora dari Krajaan Galumpang, Wiratara menjadi Raja Indraprahasta ke-16, dan Sangga Kirana menjadi istri Adipati Kusala dari Kerajaan Wanagiri bawahan Kerajaan Indraprahasta ). Wiratara adalah raja terakhir Indraprahasta. (Sumber: Pemerintahan Desa Cirebon Girang)

Purbasora dapat merebut tahta Kerajaan Galuh dari Raja Bratasenawa (Sena) dengan bantuan pasukan Indraprahasta dibawah kepemimpinan Senopati Wiratara. Sena kalah dan mengungsi ke Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, karena istrinya adalah Dewi Parwati putri Ratu Kalingga. Oleh karena itu ketika sanjaya (Putra Indraprahasta yang membantu Purbasora dihancurkan dan pusat kerajaan Indraprahasta digempur habis habisan, setelah Indraprahasta hancur, pusat kekuasaan pindah ke Kerajaan Wanagri dibawah Adipati Kusala, kemudian digantikan oleh putranya bernama Raksa Dewa. (Sumber: Pemerintahan Desa Cirebon Girang)

Dalam naskah-naskah Pangeran Wangsakerta tercatat bahwa Raja Wanagiri terakhir adalah Ganggapermana dan dianggap sebagai raja pertama Kerajaan Carbon Girang. Putri Ganggapermana bernama Ratna Kirana

(2)

diperistri oleh Giri Dewata yang dikenal dengan sebutan KI Ageng Kasmaya, ia putra Prabu Bunisora Suradipati atau adik dan pengganti Prabu Maha Raja Lingga Buana yang gugur di Bubat . (Sumber: Pemerintahan Desa Cirebon Girang)

Setelah ibunya wafat Walangsungsang bersama adiknya Rara Santang pergi untuk belajar agama Islam. Dalam pengembaraannya Walangssungsang bertemu dengan Danuwarsi (masih memeluk agama Sang Hyang). Dari pertemuannya Walangsungsang mendapat 9 (sembilan) zimat.

1. Zimat Watu Ali-ali Ampel.

2. Zimat Klambi Kamamayan.

3. Zimat Klambi Pangasihan 4. Zimat Kalmbi Pengambaran.

5. Zimat Ilmu Kadiwan.

6. Zimat Kapilisan.

7. Zimat Kateguhan.

8. Zimat Pangirutan.

9. Zimat Golok Cabang.

Selain itu ia pun di nikahkan dengan putri Ki Danuwarsi yaitu Nyi Endang Geulis, dan pernikahannya dikaruniai seorang putri bernama Pakung Wati yang kelak menjadi Permaisuri Sunan Guung Jati. (Sumber:

Pemerintahan Desa Cirebon Girang)

Dalam pengembaraann ya bertemu pula dengan Sang Hyang Naga yang memberinya 7 (tujuh) buah zimat.

1. Zimat Ilmu Kesakten 2. Zimat Ilmu Kalimunan 3. Zimat Aji Titi Murti 4. Zimat Klambi Waring 5. Zimat Topong Waring 6. Zimat Umbul-umbul Waring 7. Zimat Badong Batok Bolu

(3)

Sang Hyang Naga memberi petunjuk untuk menemui Sang Hyang Bangau di Gunung Cangak (Carbon Girang). Disini Walangsungsang mendapat 3 (tiga) buah Zimat. (Sumber: Pemerintahan Desa Cirebon Girang)

1. Zimat Piring Panjang 2. Zimat Pendil dan, 3. Zimat Bareng

Atas petunjuk Sang Hyang Bangau, Walangsungsang beserta istri dan adiknya menuju ke Gunung Amparan Jati untuk berguru agama Islam kepada Syekh Nurul Jati. Walangsungsang (Ki Somadullah) bersama Ki Danusela membuka Kebon Pesisir pada tanggal 14 Kresnapaksa bulan Caitra tahun 1367 Saka (kira-kira 8 April 1445, almanak Hijriyah 29 Zulhijah 848 atau 1 Muharam 849 M). Mereka memberikan nama Carbon Larang sebagai kembaran dari Carbon Girang yang ada di pegunungan.

Setelah raja-raja Indraprahasta Wanagiri, penguasa Carbon Girang adalah Ki Gedang Kasmaya yang digantikan oleh putranya Ki Gedeng Carbon Girang. Pada masa-masa berikutnya Carbon Girang sebagai bukti sejarah sebuah desa di wilayah administratife Kabupaten Cirebon. (Sumber:

Pemerintaha Desa Cirebon Girang)

2. Demografis

Kondisi demografis Desa Cirebon Girang Kecamtan Talun Meliputi Jumlah Penduduk, Pekerjaan Penduduk, dan Tingkat Pendidikan.

a. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk yang terdapat dalam data desa cirebon girang kecamatan Talun pada tahun 2017 berjumlah 12.216 jiwa terdiri dari 6044 jiwa laki-laki dan 6172 jiwa perempuan (Data Desa Cirebon Girang Kecamatan Talun 2017)

(4)

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk

Desa Cirebon Girang Kecamtan Talun

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-laki 6044

2 Perempuan 6172

Jumlah 12216

3 Kepala Keluarga 6141

Sumber: Data Desa Cirebon Girang Kecamatan Talun Tahun 2017

b. Pekerjaan Penduduk

Mata Pencaharian penduduk Desa Cirebon Girang sebagian besar adalah Pegawai swasta dan Wiraswata atau Pedagang, hal ini karena Desa Cirebon Girang Terdapat Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, contohnya banyaknya toko-toko makanan, dan toko lainnya yang berada disekitar wisata religi.

Penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS tercatat ada 300 orang, yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Swasta tercatat ada 1000 orang, yang bermata pencaharian pegawai wiraswasta/pedagang tercatat 2000 orang, yang bermata pencaharian sebagai buruh pabrik tercatat ada 300 orang, yang bermata pencaharian sebagai butuh tani tercatat ada 100 orang, dan yang bermata pencaharin sebagai petani 100 orang (Data Desa Cirebon Girang Kecamatan Talun Tahun 2018)

(5)

Tabel 1.2

Mata Pencaharian Penduduk Desa Cirebon Girang Kecamatan Talun

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 107

2 Buruh Tani 100

3 Buruh Pabrik 300

4 PNS 300

5 Pegawai Swasta 1000

6 Wiraswasta/Pedagang 2000

Sumber: Data Desa Cirebon Girang Kecamatan Talun Tahun 2018

Kompleks situs terdapat sejumlah bangunan yang bediri didalamnya.

Lokasi situs Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Talun berjarak Sekitar 60m ke arah barat dari Bala Desa Cirebon Girang. Memasuki areal situs baik dari arah selatan maupun arah utara dapat dilihat ciri situs ini, yaitu terdapat gapura berbentuk candi bentar. Gapura atau gerbang ada dua macam, yaitu kori agung (beratap dan berpintu), dan candi bentar (tanpa atap tanpa pintu), sedangkan pun caranya menempatkan gerbang-gerbang itu tidak pula berbeda dari lazimnya di jaman purba dan di Bali, yaitu kori agung khusus untuk memasuki bagian yang tersuci dan candi bentar untuk bagian-bagian luarnya penggunaan gerbanng bentuk lanjutan dari nilai-nilai pra Islam sebagai kecenderung pada seni dan artefak masa kini (Soekmono, 1973: 80).

Gerbang Kori ialah gerbang masuk Situs Ki Buyut Trusmi. Berdasarkan keletakkan dan bentuknya, gerbang kori agung merupakan pintu masuk

(6)

utama ke dalam kompleks situs Ki Buyut Trusmi. (Sumber: Pemerintahan Desa Cirebon Girang)

Gambar 1.1

Peta Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Talun

(7)

Secara geografis,area Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Talun terletak di Desa Cirebon Girang, Desa Cirebon Girang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon. Secara Geografis, Situs ini terletak pada: (Sumber Desa Cirebon Girang)

Bagian Wilayah Kerja :

a. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten : + 6 Km b. Jarak dari Ibu Kota Kecamatan : + 3 Km

Batas Wilayah :

a. Sebelah Utara : Desa Kecomberan b. Sebelah Selatan : Desa Sarwadadi c. Sebelah Barat : Desa Kerandon d. Sebelah Timur : Desa Sampiran

Luas Wilayah :

a. Luas Wilayah : + 169.782 Ha b. Tanah Darat : + 128.412 Ha c. Tanah Sawah : + 41.370 Ha d. Jumlah Dusun : 3 Dusun e. Jumlah RW : 13 RW f. Jumlah RT : 66 RT

(8)

3. Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

Gambar 1.2

Gerbang Utama Pintu Masuk Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

Cirebon merupakan salah satu daerah sentral penyebaran Islam di Jawa Barat. Selama ini masyarakat masyhur hanya mengenal Syarif Hidyatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utama penyebar Islam di Jawa Barat, salah satunya di Cirebon.

Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, tokoh babad alas Islam di Cirebon atau orang yang pertama kali membangun pondasi keislaman adalah Mbah Kuwu Sangkan (lahir sekitar 1423 masehi). Atas peran sentralnya itu, Tim Anjangsana Islam Nusantara STAINU Jakarta bergerak menelusuri jejak Mbah Kuwu di daerah Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Senin (23/1/2017).

Menurut Peneliti Pusat Kajian Cirebon (Cirebonesse) IAIN Syekh Nurjati Mahrus el-Mawa, Mbah Kuwu merupakan paman dari Syarif Hidayatullah.

“Masyarakat mengenal Mbah Kuwu sebagai uwa-nya Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati,” ujar Mahrus yang juga Dosen Pascasarjana STAINU Jakarta ini. Dalam berbagai literatur menurut Mahrus, Mbah Kuwu mempunyai 5 nama yaitu Pangeran Cakrabuana, Walang Sungsang, Haji Abdullah Iman, Syekh Somadullah, dan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

(9)

Girang itu sendiri. Mbah Kuwu Sangkan terlahir tiga bersaudara, yakni Mbah Kuwu Sangkan, Raden Kiansantang, beserta Nyai Rarasantang dari pasangan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang.

Sebagai Putra Mahkota, Mbah Kuwu mewarisi sifat kepemimpinan ayahandanya, Prabu Siliwangi. Hal ini terbukti dari pencapaiannya yang berhasil menduduki takhta Cirebon di bawah Kerajaan Pasundan yang saat itu dipimpin Raja Galuh, dan Mbah Kuwu merupakan raja pertama. Perjuangan Mbah Kuwu membangun Cirebon dan menyebarkan Islam dimulai pada usianya yang kala itu masih menginjak 25 tahun. Ia mulai berdakwah, hingga mencapai puncaknya saat ia menduduki singgasana kerajaan Cirebon, dari situ ia memiliki kekuatan untuk memperluas wilayah dakwahnya.

Semasa hidup, Mbah Kuwu memiliki dua istri, yakni Nyi Endang Golis dan Nyai Ratna Lilis. Dari pernikahannya dengan Nyi Endang Golis dianugerahi keturunan Nyi Pakung Wati yang kelak menjadi salah satu pendamping Syekh Syarif Hidayatullah. Syekh Syarif Hidayatullah sendiri merupakan putra dari Nyai Rarasantang, adik Mbah Kuwu Sangkan.

Sedangkan dari pernikahannya dengan Nyai Ratna Lilis dianugerahi seorang putra bernama Pangeran Abdurrokhman.

Menurut beberapa catatan sejarah, Mbah Kuwu Sangkan menyukai sejumlah hewan, yakni kucing Candra Mawa, Macan Samba, dan Kebo Dongkol Bule Karone. Ketiga hewan tersebut diyakini sudah punah dan sekarang menurut kepercayaan orang setempat ketiga hewan itulah yang menjaga makam Mbah Kuwu. Bentuk dari ketiga hewan tersebut dapat dilihat pada patung-patung hewan yang ada di sekitar lokasi makam. Mbah kuwu menetap di daerah Cirebon Girang, Talun sampai akhir hayatnya pada tahun 1500-an Masehi atau abad 16 awal. Sumber sejarah lain menyebut, Mbah Kuwu Sangkan wafat tahun 1529 Masehi.

Pelopor kebudayaan Pasundan Islami Selain Panglima Ulung, Mbah Kuwu Sangkan adalah Pelopor Kebudayaan pasundan Islami. Dalam masa 4 abad lamanya yaitu menaklukkan Pajajaran, Keraton Ayahandanya yang Hindu.

Karena itu ia diberi gelar kehormatan Pangeran Cakrabuwana. Pangeran Cakrabuwana mulai memerintah Cirebon pada 1 Suro tahun 1445 Masehi.

(10)

Waktu itu ia belum mencapai usia 22 tahun. Memang masih terlalu muda, tetapi ia mampu memegang kendali pemerintahan selama 38 tahun sejak tahun 1445 Masehi hingga tahun 1479 Masehi.

Mbah Kuwu juga memiliki kriteria kepeloporan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban yang sangat tinggi. Ia senantiasa menaruh perhatian besar terhadap berbagai macam Ilmu Pengetahuan, Sastra dan Seni Budaya, melestarikan dan mengembangkannya. Ayahnya, Prabu Siliwangi telah mencurahkan perhatian dan mendidiknya dengan Ilmu kemiliteran, politik dan kesaktian sejak kecil. Demi mencerdaskan anaknya, ia diserahkan kepada ulama-ulama besar pada zamannya yang menguasai bidang kajian Ilmu Agama Islam, Sastra, Falak dan Kesaktian. Mereka adalah Syekh Qurotullain, Syekh Nurjati, Syekh Bayanillah, Ki Gde Danuwarsi, Ki Gde Naga Kumbang, dan Ki Gde Bango Cangak. Dakwah Islam mulai menyebar luas di daerah Cirebon, Kuningan, Majalengka, Indramayu, Subang, Sumedang, Purwakarta, Karawang, Priangan, Bogor yang kemudian mengalir ke Banten.

Dari proses dakwah tersebut, wilayah Keraton Cirebon menjadi satu antara bagian utara dan selatan, antara Cirebon dan Banten. Kemudian, Ibu Kota Kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk. Di sana lalu didirikan Keraton baru yang dinamakan Keraton Pakungwati. Beberapa sumber setempat menyebut, pendiri Keraton Cirebon adalah Pangeran Cakrabuwana.

Namun, orang yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah Kesultanan adalah Syekh Syarif Hidayatullah yang oleh Babad Cirebon dikatakan identik dengan Sunan Gunung Jati. Sumber ini juga mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah keponakan dan pengganti Pangeran Cakrabuwana atau Mbah Kuwu Sangkan.

Di depan makam sebelum memasuki gerbang, ada bangunan bernama Palinggihan Ichsanul Kamil. Bangunan berwarna merah dan dikelilingi oleh pagar bercorak khas Islam di wilayah Cirebon itu merupakan tempat meditasi Mbah Kuwu Sangkan untuk berinteraksi dengan Tuhannya. Palinggihan sendiri berasal dari kata lungguh yang berarti "duduk"

(11)

Gambar 1.3

Halaman Menuju Kemakam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

Memasuki areal situs sudah terasa religius dari Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, setiap pengunjung yang sudah masuk kearea wisata religi bagi perempuan harus menutupi auratnya.

Diarea ini terdapat beberapa bagunan sebelum naik kemakam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Talun pertama sebelah timur terdapat sebuah ruangan yang dimana area ini digunakan oleh kuncen atau petugas yang menjaga dan mengelola Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon.

Sebelah barat terdapat area pondok bagi para tamu untuk beristirahat senejak yang datang jauh dari luar kota cirebon, pengelola Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Menyediakan tempat istirahat bagi para tamu yang datang dari luar kota dengan adanya tempat istirahat membuat pengujung merasa nyaman ditempat Wisata Religi tersebut.

(12)

Gambar 1.4

Gerbang Kedua dari Gerbang utama Menuju Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

Gerbang kedua ini adalah gerbang kedua dari gerbang utama dan disini pula terdapat area lahan palkir yang terletak disebelah barat sebelum pintu masuk ke gerbang kedua, terdapat pula pembayaran karcis dan pendataan, yang mendata para pengunjung yang berwisata ke Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon.

Gambar 1.5

Sesepuh Desa Cirebon Girang sekaligus kuncen Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon.

(13)

Muhamad Anas biasa disebut Ki Bumi Anas Usia 104 tahun dia adalah tokoh masyarakat Desa Cirebon Girang Sekaligus sesepuh dari Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon. Menurut beliau Mbah Kuwu Sangkan Cirebon adalah tokoh islam yang menyebarkan agama islam Cirebon merupakan salah satu daerah sentral penyebaran Islam di Jawa Barat. Selama ini masyarakat masyhur hanya mengenal Syarif Hidyatullah atau Sunan Gunung Jati sebagai tokoh utama penyebar Islam di Jawa Barat, salah satunya di Cirebon.Tetapi jika ditelusuri lebih jauh, tokoh babad alas Islam di Cirebon atau orang yang pertama kali membangun pondasi keislaman adalah Mbah Kuwu Sangkan.

B. Lahan Parkir

Lahan parkir adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh pengelola wisata baik wisata religi maupun wisata lainnya, adanya lahan parkir di tempat wisata bertujuan agar pengunjung merasa nyaman dan aman menitipkan kendaraaan mereka. Oleh sebab itu Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Menyediakan lahan Parkir dengan luas 2500M dengan kapasitas mobil masuk 40 mobil dengan membayar parkir 1 mobilnya Rp. 10.000

Gambar : 1.6

Peta Wilayah Wisata Religi

Pengembangan ekonomi di wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon akan terus mengalami pertumbuhan yang meningkat. hal ini dapat dilihat dari makin bertambahnya para pengunjung baik hanya sekedar melaksanakan Sholat di mesjid wisata religi atau berjiarah kemakam mbah

(14)

kuwu sangkan cirebon yang dapat memberikan adanya pertumbuhan perekonomian di Wisata Religi Tersebut.

Awal tahun 2019 program kerja dari Dinas Perhubungan akan mengubah jalan Tempat Parkir dan Jalan Menuju Wisata Religi menjadi jalanan beraspal dengan yang baru, melihat jalanan sudah mulai berlubang dan rusak agar para pengunjung merasa nyaman menuju tempat Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon. Akan tetapi pengelolaan dan tata letak antara lahan parkir dan pedagang belum tertata dengan baik sehingga sebagian lahan parkir dipakai para pedagang yang berada didaerah Wisata tersebut.

Gambar 1.7

Area Lahan Parkir Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

Sebelah timur menuju gerbang masuk adalah lahan parkir khusus pengendara roda 2, kapasitas motor yang bisa masuk kelahan parkir adalah sekitar 50-60 motor dengan satu motornya membayar parkir Rp.2000 pendapatan lahan parkir dihari hari biasa seperti senin, selasa, sabtu, itu sepi pengujung dan ketika hari selain itu serta keliwonan pendapatan akan meningkat dengan ramainya pengunjung yang datang dari jauh mauoun dekan dan pendapatan dari lahan parkir ini nantinya diberikan kedua belah pihak, pertama ke pihak pemilik tanah yaitu perangkat Desa/Kelurahan dan yang kedua kepada pengelola jalan yaitu Dinas Perhubungan (DISHUB) dan

(15)

nantinya akan dibagi kepada para petugas atau penjaga parkir tersebut segingga keuntungan yang didapat bisa memberikan penghasilan kepada para petugas parkir.

Adanya Wisata Religi menjadikan keberkahan bagi masyarakat sekitar karena banyak nya pengunjung yang berjiarah ke Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon memberikan peluang usaha bagi masyarakat seperti adanya penjual dan pedangang yang beraneka ragam. (Wawancara Pengelola Parkir) C. Tempat Kios

Pedagang adalah yang menjual aneka macam barang , makanan, aksesoris, dan lain sebagainya, adanya tempat Wisata khususnya Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon ini menjadikan peluang ekonomi bagi masyarakat cirebon girang khusunya daerah Wisata Religi

Gambar 1.8

Para pelaku usaha atau pedagang

Adanya wisata religi atau berdirinya suatu lembaga baik pendidikan dan lain sebagainya akan tumbuhnya pelaku ekonomi dari masyarakat, dengan tumbuhnya para pelaku ekonomi/pedagang baik pedagang tepat maupun pedagang musiman.

Dengan adanya Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, masyarakat sekitar mampu menciptakan usaha-usaha mikro, namun pengelolaannya belum terkelola dengan baik sehingga hanya

(16)

beberapa saja yang baru terciptanya pelaku-pelaku usaha yang ada di wisata religi.

Adapun pedagang musiman, mereka hanya menjual berupa buah- buahan saja yang berbuah dengan musiman dan bulan-bulan tertentu saja, misalnya buah mangga, durian dan lain sebagainya. Dan ada juga pedagang yang menetap seperti pedagang bakso, mie ayam, pedagang gorengan, dan pedagang minuman dingin dan lain sebagainya. Dengan adanya strategi pengembangan ini sehingga mampu membantu meningkatkan tumbuhnya para pelaku usaha khususnya masyarakat sekitat daerah Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon.

Pendapatan bagi para pelaku usaha bermacam-macam ada yang RP.150.000 ada juga yang Rp.50.000 tergantung dari harinya , ketika hari senin, selasa dan sabtu pengunjung tidak begitu ramai yang berwisata ke Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, tetapi ketika hari Rabu, Kamis, Jumat,Minggu, serta Kliwonan pengujung akan ramai dan pendapatan bisa mencapai dua kali lipat karena ramainya pengunjung.

Pendapatan atau omset pedagang para pengunjung tidak menentu kadang naik kadang turun diperkirakan omset perbulan mencapai 1.500.000 atau Rp.1.200.000 kalau pengunjung lagi sepi yang mengujungi ke tempat Wisata Religi ini. Namun para Pedagang tetap bersyukur dengan pendapatan yang didapat baik setiap harinya maupun dalam 1 bulannya. (wawancara pedagang )

(17)

Tabel 1.3

Data Pedagang Kios yang Menetap

Wisata Religi Makam Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

NO Nama Pedagang Jenis Usaha

1 Bapak Yono Penjual mie rebus, kopi, dan minuman

2 Ibu Edoh Bakso

3 Bapak Samitri Mie Ayam

4 Ibu Yani Penjual jajanan Snack, Minuman,dll 5 Bapak Samsul Penjual minuman, dan makanan

ringan

6 Ibu Sri Warung Nasi

Tabel 1.4

Data Pedagang yang Penjualannya Dihari-hari tertentu

(malam jumat dan kliwonan)

No Nama Pedagang Jenis Usaha

1 Bapak Soleh Penjual Perabotan

2 Bapak Didi Penjual Aksesoris

3 Ibu Aminah Penjual air dan bunga

4 Ibu Asmi Penjual Ubi

5 Bapak Rozak Penjual Gorengan

6 Bapak Kasman Penjual rambutan

7 Ibu Omah Penjual pakaian

8 Bapak Roji Penjual minyak dan gelang-gelang 9 Bapak Kasman Penjual sendal

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembentukan sistem panas bumi komplek gunung api biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah hingga asam.Lapangan panas bumi pada sistem komplek gunung api

Jika nilai wajar dari barang atau jasa tidak dapat diukur secara andal, maka pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan,

Contoh diatas menunjukkan bahwa jika sensor mendeteksi garis sama persis dengan yang kita atur pada index 1, maka ICHIbot akan melakukan action pada index 1.

Indikaotr kinerja ada yang mendefinisikan sebagai nilai atau karakteristik tertentu yang digunakan untuk mengukur Output atau Outcome” Meneg PAN, 2006 : 15). Dari

relevansi nilai laporan keuangan dan pengaruh intellectual capital.. disclosure terhadap relevansi nilai

1 KEMUNING KOTA MALANG KEDUNG KANDANG BUMIAYU Jl. Puri