• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penaksiran Konsentrasi Industri Dengan Menggunakan Indeks Location Quotient (LQ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penaksiran Konsentrasi Industri Dengan Menggunakan Indeks Location Quotient (LQ)."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENAKSIRAN KONSENTRASI INDUSTRI DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS LOCATION QUOTIENT (LQ)

Dyah Esti Tirtaningrum1, Suwanda2, Titi Purwandari3

2

Program Magister Statistika Terapan, FMIPA-UNPAD, Bandung

3

Program Magister Statistika Terapan, FMIPA-UNPAD, Bandung

Abstrak

Indeks Location Quotient (LQ) merupakan salah satu ukuran untuk mengukur penyebaran industri di suatu daerah tertentu. Sifat-sifat penaksir indeks LQ masih perlu untuk ditelaah. Penelitian ini akan dibahas tentang sifat-sifat penaksir indeks LQ. Indeks LQ untuk kasus binomial dan poisson, hasilnya ialah pada kasus binomial statistik indeks LQ tak bias, sedangkan pada kasus poisson menjadi bias pada saat ukuran sampel kecil dan proporsi industri besar. Implementasi pada penentuan konsentrasi industri di Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman menyebar hampir terdapat di setiap kabupaten/kota

Kata Kunci : Indeks Location Quotient, Konsentrasi Industri, Distribusi Binomial, Distribusi Poisson

1. Pendahuluan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai daerah pemekaran baru pada awal proses pembangunannya memerlukan strategi pembangunan ekonomi. Pemilihan strategi tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan dalam proses pembangunan, misalnya mendorong sektor industri menjadi sektor pemimpin sehingga bisa mendorong sektor-sektor lain. Selain itu, dalam konteks spasial dengan terbatasnya sumberdaya pembangunan maka kebijakan pembangunan yang dapat diambil adalah menentukan daerah-daerah tertentu sebagai pusat pertumbuhan. memilih lokasi pada kota-kota besar dengan mempertimbangkan kemudahan berbagai prasarana dan fasilitas, namun tetap memperhatikan hubungan dengan daerah pendukung sebagai salah satu pemasok input atau sumberdaya, konsep ini dikenal dengan aglomerasi ekonomi.

(2)

ekonomi regional dan analisis basis ekonomi. Guimaraes et al (2009) mencatat Location Quotient digunakan oleh Bureau of Labor Statistics.

Location Quotient ini merupakan salah satu perhitungan sederhana konsentrasi industri selain Indeks D. Selain itu terdapat juga perhitungan indeks konsentrasi industri lainnya seperti Gini, Herfindahl, Entropy atau Ellison Glaeser. Salah satunya yang sering digunakan adalah indeks yang dikemukakan oleh Ellison dan Glaeser (1997), namun indeks ini memiliki kelemahan dimana Indeks D memerlukan data tambahan berupa luas daerah ekonomi dan Indeks Ellison Glaeser memerlukan data tambahan berupa tenaga kerja. Data luas daerah ekonomi dan tenaga kerja di Indonesia pada kenyataannya sangat sulit didapat dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Pada penelitian ini akan membahas mengenai sifat-sifat penaksir indeks Location Quotient dan implementasinya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Formulasi Indeks LQ

Andaikan terdapat sebuah sampel n buah industri yang didistribusikan menurut lokasi dan jenis industri. Data Lokasi dan Jenis Industri disajikan pada tabel kontingensi sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel kontingensi lokasi dan jenis industri

Jenis Industri

Total

1 2 ... K

Lokasi

1 ...

2 ...

... ... ... ... ... ...

J ...

Total ... N

Misalkan merupakan variabel acak yang menjelaskan banyaknya industri di lokasi , dimana dan . Andaikan merupakan variabel acak yang menjelaskan banyaknya industri di lokasi j. merupakan variabel acak yang menjelaskan banyaknya jenis industri k. merupakan proporsi industri ke .

Sekarang, ambil sampel berukuran kecil dengan banyaknya industri di daerah adalah dibawah asumsi independen antara lokasi dan jenis industri.

(3)

3. Metode

Indeks LQ untuk jenis industri di lokasi didefinisikan sebagai berikut :

... (3.1) dimana :

: variabel acak yang menjelaskan banyaknya industri di lokasi : Frekuensi harapan baris kolom

Sehingga :

, karena yang berarti industri menyebar di bawah asumsi independen

Nilai , terjadi jika banyaknya pengamatan di daerah industri lebih besar dari nilai yang diharapkan , dan ini menunjukkan adanya pengelompokan industri.

4. Sifat-sifat Penaksir Indeks LQ

Berikutnya akan dijelaskan sifat-sifat indeks LQ untuk proses binomial dan poisson.

a. Indeks LQ pada proses binomial

Pada proses binomial, dalam hal ini diandaikan jika nilai dari dan = , oleh karena itu, fungsi probabilitas dari

adalah :

s = 0,1,2,...n ...(3.2)

dapat ditunjukkan bahwa :

E[S] = ...(3.3)

atau

(4)

Oleh karena itu, untuk kasus independen adalah : ...(3.5)

Maka :

...(3.6)

Oleh karena penaksir indeks LQ didasarkan pada binomial adalah penaksir tak bias dan tidak sensitif terhadap agregasi spasial pada data.

b. Indeks LQ pada proses Poisson

Dalam hal , maka fungsi pendekatan adalah :

...(3.7)

Pada proses poisson pada indeks LQ, dalam hal dan cukup kecil binomial dikonvergen ke poisson dengan fungsi probabilitas :

...(3.8) dapat ditunjukkan bahwa :

...(3.9)

oleh karena itu,

untuk kasus independen

Dengan demikian penaksir indeks LQ pada proses poisson merupakan penaksir tak bias untuk tak berhingga dan cukup kecil.

(5)

=

)

Misal k = s-1

)

)

Grafik indeks LQ pada proses poisson :

Semakin kecil S (ukuran sampel/banyaknya industri) nilai ekspektasi LQ semakin menjauh dari 1, semakin besar (proporsi) semakin mendekati 1.

5. Bahan Penelitian

(6)

Tabel 2. Banyaknya industri menurut jenis industri di Kepulauan Bangka Belitung

Nama Industri dari kulit Industri dari kayu industri dari logam mulia industri industri gerabah industri dari kain industri makanan Total Kabupaten (tas, sepatu, sendal) (meubel) dan perabot dari logam anyaman keramik dan batu dan minuman

Bangka 0 104 18 355 46 10 241 774

Belitung 0 122 7 158 272 32 647 1238

Bangka Barat 0 92 10 416 33 11 469 1031

Bangka Tengah 0 118 7 139 76 0 465 805

Bangka Selatan 0 147 9 215 59 18 747 1195

Belitung Timur 1 65 16 146 46 16 484 774

Pangkal pinang 1 67 6 19 42 20 366 521

Total 2 715 73 1448 574 107 3419 6338 Su

mber : Potensi Desa 2011

6. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan langkah-langkah penentuan pada bab metode sebelumnya maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Indeks LQ industri di Kepulauan Bangka Belitung

Nama Industri dari kulit Industri dari kayu industri dari logam mulia industri industri gerabah industri dari kain industri makanan Kabupaten (tas, sepatu, sendal) (meubel) dan perabot dari logam anyaman keramik dan batu dan minuman

Bangka 0,0000 0,7447 1,5158 1,9303 0,4250 0,7653 0,8575

Belitung 0,0000 0,8735 0,5895 0,8591 2,5133 2,4489 2,3021

Bangka Barat 0,0000 0,6587 0,8421 2,2619 0,3049 0,8418 1,6687

Bangka Tengah 0,0000 0,8449 0,5895 0,7558 0,7022 0,0000 1,6545 Bangka Selatan 0,0000 1,0526 0,7579 1,1690 0,5452 1,3775 2,6579 Belitung Timur 4,0943 0,4654 1,3474 0,7939 0,4250 1,2245 1,7221 Pangkal pinang 4,0943 0,4797 0,5053 0,1033 0,3881 1,5306 1,3023

(7)

7. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Indeks Location Quotient merupakan rasio proporsi jenis industri pada suatu lokasi .

2. Semakin kecil (ukuran sampel/banyaknya industri) nilai ekspektasi LQ semakin menjauh dari 1, semakin besar (proporsi) semakin mendekati 1. 3. Industri kulit (tas, sepatu dan sendal) mengelompok pada Kabupaten

Belitung Timur dan Pangkal Pinang, industri dari kayu (meubel) cenderung menyebar pada tiap kabupaten terkecuali Belitung Timur dan Pangkal Pinang. Industri dari logam mulia dan peralatan dari logam mengelompok pada Kabupaten Bangka. Industri anyaman mengelompok pada Kabupaten Bangka dan Bangka Barat. Industri gerabah, keramik dan batu mengelompok pada Kabupaten Belitung. Industri kain mengelompok pada Kabupaten Belitung dan Pangkal Pinang dan industri makanan, minuman menyebar hampir di setiap Kabupaten/Kota.

(8)

Daftar Pustaka

[1] Billings, S.B., Johnson, E.B. 2012. The Location Quotient As An Estimator of

Industrial Concentration. Regional Science and Urban Economics 42,

642-647

[2] Briant, A., Combes, P and Laforcade, M. 2010. Dots to boxes:Do the size and shape of spatial units jeopardize economic geography estimations?

Journal of Urban Economics 67, 287-302

[3] Ellison, G. and Glaeser. E. 1997. Geographic concentration in U.S.

manufacturing industries : a dardboard approach, Journal of Political

Economy 105,889-927

[4] Guimaraes, P., Figueredo, O. and Woodward, D. 2009. Dartboard tests for

the Location Quotient, Regional Science and Urban Economics 39,

360-364

[5] Kim, S., 1999. Expansion of Markets and the Geographic Distribution of

Economic Activities:The Trends in U.S. Regional Manufacturing Structure,

1860-1987. The Quartely Journal of Economics 110 (4), 881-908

[6] Mori, T., Nishikimi, K, and Smith, T, E. 2005. A Devergence Statistic for

Industrial Localization . The Review of Economics and Statistics, Vol 8

Gambar

tabel kontingensi sebagai berikut :
Grafik indeks LQ pada proses poisson :
Tabel 2. Banyaknya industri menurut jenis industri di Kepulauan Bangka Belitung

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat cocok diterapkan pada materi sifat-sifat cahaya karena konsep pada pokok materi sifat-sifat cahaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Saluran pemasaran kopi robusta di Desa Kersaratu Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran; (2) Besarnya marjin pemasaran kopi

Rencana bisnis (business plan), merupakan dokumen tertulis yang dipersiapkan oleh seorang pengusaha yang mendiskripsikan semua elemen eksternal dan elemen

Para peserta jalan santai malewati jalur yang sudah ditentukan sebelumnya yang meluputi : start di FTI uand lanjut kebawah manuju jalan di depan lapangan sepak bola unand, lurus

10 Wawancara dengan Kepala Sekolah, tanggal 08 Januari 2019 di Sekolah.. setiap kelas terdapat 5-7 buku cerita sehingga cerita yang disampaikan monoton. Cara yang digunakan

Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna terhadap kadar sulfametoksazol dalam darah yang ditunjukkan dengan AUC pada

Inpari 18 9.5 Tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2, agak tahan biotipe 3, juga tahan penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan. agak tahan

Adalah kondisi bisnis perusahaan yang bergerak dalam pasar dengan pertumbuhan rendah tapi pangsa pasarnya tinggi.. Perusahaan dapat mengeruk keuntungan tanpa memerlukan investasi