PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN”
UNTUK SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Ratih Indriani
NIM : 131134041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya ini untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai, memberkati dan memberi
kekuatan jasmani dan rohani.
2. Kedua orang tuaku Sutikno dan Rustinah yang selalu memberikan
semangat, dukungan doa dan materi, serta kasih sayang kedapa saya
sampai saat ini.
3. Kakakku Sigit, Danang, dan Anung yang telah memberikan semangat
serta dukungannya.
4. Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
MOTTO
“Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri”
(Amsal 2:5)
“Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang”
(Galatia 6:9)
“Mendidik tidak hanya memberikan sebuah kata-kata lisan dan tindakan, tetapi juga memberikan hati”
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya
karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 Maret 2017
Peneliti
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Ratih Indriani
Nomor Mahasiswa : 131134041
Demi pengemabngan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN” UNTUK
SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu ijin dari saya atau royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 1 Maret 2017
Yang menyatakan
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN” UNTUK
SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF.
Ratih Indriani
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan materi yang disusun dalam bentuk modul. Penelitian diawali dengan analisis kebutuhan siswa dan guru terkait kurangnya pembelajaran lingkungan yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Dari hasil analisis kebutuhan, peneliti membuat desain produk untuk mendukung proses pembelajaran IPA. Materi yang dikembangkan dalam modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan” adalah pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan, pencemaran lingkungan akibat sampah, serta pemanfaatan sampah. Modul yang dibuat dapat digunnakan untuk anak usia 9-12 tahun, namun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III yang berusia 9-10 tahun.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Peneliti menggunakan lima langkah menurut Tomlinson yang meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) desain produk, (3) penilaian produk, (4) implementasi, dan (5) evaluasi dan revisi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pengembangan serta mengetahui kualitas modul IPA “Ayo Cinta Lingkungan”. Modul dinilai oleh seorang ahli kurikulum dengan skor 84 (sangat baik), sehingga layak untuk diimplementasikan.
Implementasi dilakukan di SDN Babarsari Yogyakarta kepada 27 siswa pada tanggal 19 sampai 20 Januari 2017. Hasil persepsi siswa setelah mengikuti implementasi, siswa dapat mengikuti alur pembelajaran dengan membaca instruksi yang ada pada modul. Siswa juga dengan antusias melakukan kegiatan dan aktif mencari tahu hal-hal yang dipertanyakan dalam modul. Jadi modul tersebut dapat digunakan untuk melakukan pendidikan tentang pelestarian lingkungan dengan memberikan kebebasan kepada siswa dalam pembelajaran serta membuat siswa berpikir kritis.
ABSTRACT
Indriani,R.2017. Developing a Science Module “Ayo Cinta Lingkungan” for Student Grade III Elementary School whitin the Approach of Paradigma Pedagogi Reflektif. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Study Program of Sanata Dharma University.
This research was a research and development that material arranged module. Research needs begins with an analysis of students and teachers in connection with learning the environment implemented in learning. From the analysis needs , researchers make the product design to support learning science.Material developed in module science“Ayo Cinta Lingkungan” is the environmental conditions on health , environmental pollution caused by trash , and usage of garbage.Module can used for children aged 9-12 year , but the subject of the research is a student 9-10 years old.
This research used five steps by Tomlinson including: (1) need analysis, (2) product design, (3) product assesment, (4) implementation, and (5) evaluation and reflection. The purpose of this research was to produce science module of environment. The module validated by a validator with the average of score 84 (very good). So, as to be feasible in tested.
The trial was done in the SDN Babarsari Yogyakarta to 27 students, on 19-20 January 19-2017 in inside and outside room. Result perception of students after participating in trials was that students can aither subscribe to learning with reading instruction module. Students was also enthusiastic and active to looking for something questionable in module. So, this science module can be means to education about the preservation of the environment to give freedom to students as make reflect critical.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PENGEMBANGAN MODUL IPA “AYO CINTA LINGKUNGAN” UNTUK
SISWA KELAS III SDN BABARSARI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Peneliti menyampaikan penghargaaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan
dukungan dalam penyususnan skripsi ini hingga selesai. Pada kesempatan ini,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi,S.Si.,M.Pd, selaku Wakil Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Eny Winarti, Ph.D., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran,
kritik, dukungan,semangat, waktu, pikiran serta tenaga untuk membimbing
peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
5. Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan saran, kritik, dukungan,semangat, waktu, pikiran serta tenaga
untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh dosen dan staff karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.
7. Prihamanto,S.Pd., Kepala Sekolah SDN Babarsari yang telah mengijinkan
peneliti untuk melakukan penelitian .
8. Para guru dan seluruh siswa-siswi SDN Babarsari yang sudah membantu
9. Rena Christiani dan Lisa Fantri, teman penelitian kolaboratif, yang
sama-sama berjuang serta saling memberikan motivasi sehingga skripsi dapat
diselesaikan dengan baik.
10. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sutikno dan Ibu Rustinah) yang selalu
memberikan doa, semangat, perhatian dan kasih sayang yang tulus.
11. Kakak Sigit, Danang, dan Anung yang selalu memberikan dukungan serta
nasehat.
12. Kakak rohani Gayu Wibiyanti yang telah memberikan dukungan,
motivasi, serta bimbingan kepada peneliti.
13. Sahabat Rena, Lovelita, Gayu, Ari,Lisa dan Eta yang selalu memberikan
semangat serta dukungan kepada peneliti saat menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang turut membantuku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
15. Almamater peneliti: Universitas Sanata Dharma
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Yogyakarta, 1 Maret 2017
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO . ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PESERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... ... viii
ABSTRACT... ... ix
KATA PENGANTAR... ... x
DAFTAR ISI ... ... xiii
DAFTAR TABEL ... ... xv
DAFTAR GAMBAR .... ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang .. ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Definisi Operasional ... 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1Kajian Pustaka .. ... 8
2.1.1 Profil Sekolah SDN Babarsari ... 8
2.1.2 Latar Belakang Sosial dan Ekonomi Siswa Kelas IIIA ... 8
2.1.3 Peduli Lingkungan 2.1.3.1 Pengertian Peduli Lingkungan ... 10
2.1.3.2 Prinsip Etika Peduli Lingkungan ... 11
2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif 2.1.4.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12
2.1.4.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 12
2.1.4.3 Ciri Khas Paaradigma Pedagogi Reflektif ... 13
2.1.4.4 Langkah-langkah PPR ... 14
2.1.5 Emansipatoris 2.1.5.1 Paradigma Pendidikan Emansipatoris ... 16
2.1.5.2 Humanisasi ... 17
2.1.5.3 Kesadaran Kritis ... 17
2.1.5.4 Mempertanyakan Sistem ... 19
2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik Tingkat SD 2.1.6.1 Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik ... 19
2.1.6.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ... 20
2.1.7 Modul Pembelajaran IPA 2.1.7.1 Pengertian Modul Pembelajaran ... 21
2.1.7.2 Kriteria Materi Pembelajaran ... 22
2.1.7.3 Pengertian IPA ... 23
2.2Penelitian yang Relevan ... 24
2.3Kerangka Berpikir ... 27
2.4Pertanyaan Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian . ... 29
3.2Setting Penelitian ... 29
3.2.1 Tempat Penelitian ... 29
3.2.2 Subjek Penelitian ... 30
3.2.3 Objek Penelitian ... 30
3.3Prosedur Pengembangan ... 31
3.3.1 Analisis Kebutuhan ... 33
3.3.2 Desain Produk ... 33
3.3.5 Penilaian Produk ... 34
3.3.6 Implementasi ... 34
3.3.7 Evaluasi dan Refleksi ... 34
3.4Instrumen Penelitian ... 34
3.4.1 Instrumen Pra Penelitian Guru ... 35
3.4.2 Instrumen Pra Penelitian Siswa ... 36
3.4.3 Instrumen Uji Coba ... 38
3.5Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.6Teknik Analisis Data ... 45
3.6.1 Data Kuantitatif ... 45
3.6.2 Data Kualitatif ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian . ... 48
4.2Pembahasan 4.1.1 Prosedur Pengembangan Modul ... 49
4.1.1.1 Analisis Kebutuhan ... 50
4.1.1.2 Deskripsi Pengembanagan Modul ... 57
4.1.1.3 Penilaian Produk ... 62
4.1.1.4 Implementasi ... 64
4.1.1.5 Evaluasi dan Refleksi ... 72
4.1.2 Deskripsi Kualitas Modul ... 72
4.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Modul IPA ... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 35
Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru... 35
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa... 37
Tabel 3.4 Lembar Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa... 37
Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Modul Pembelajaran ... 38
Tabel 3.6 Lebar Validitas Kuesioner untuk Siswa... 39
Tabel 3.7 Lembar Validitas Kuesioner untuk Guru ... 41
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Validasi ... 42
Tabel 3.9 Instrumen Validasi oleh Ahli ... 43
Tabel 3.10 Penilaian Acuan Patokan Skala Likert... 46
Tabel 4.1 Data Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa... 52
Tabel 4.2 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa... 53
Tabel 4.3 Data Kuesioner Pra Penelitian Guru ... 54
Tabel 4.4 Hasil Rekapan Kuesioner Pra Penelitian Guru ... 55
Tabel 4.5Penilaian Prduk oleh Ahli Kurikulum ... 62
Tabel 4.7 Analisis Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Modul ... 70
DAFTAR GAMBAR
Bagan 3.1 Langkah-langkah Pengembangan Produk... 32
Gambar 4.1 Tabel Pengamatan Siswa... 59
Gambar 4.2 Siswa Melaksanakan Aksi... 60
Gambar 4.3 Petunjuk Kegiatan “Garbage Walk”... 60
Gambar 4.4 Materi Pembelajaran ... 61
Gambar 4.5 Kegiatan Diskusi Siswa di Dalam Kelas... 65
Gambar 4.6 Kegiatan Diskusi Siswa di Luar Kelas... 67
Gambar 4.7 Kegiatan “Garbage Walk”... 68
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Pertanyaan Pra Penelitian untuk Siswa ... 80
LAMPIRAN 2 Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ... 85
LAMPIRAN 3 Validasi Kuesioner untuk Siswa ... 91
LAMPIRAN 4 Validasi Kuesioner untuk Guru... 93
LAMPIRAN 5 Validasi Modul... 95
LAMPIRAN 6 Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Modul ... 97
LAMPIRAN 7 Persepsi Kehadiran Implementasi Modul ... 102
LAMPIRAN 8 Surat Izin Penelitian ... 103
LAMPIRAN 9 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian... 104
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) Latar belakang masalah, (2) Rumusan
masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional,
(6) Spesifikasi Produk yang Diharapkan.
1.1 Latar Belakang
Pentingnya lingkungan yang sehat sebagai kelangsungan hidup
menjadi hal yang harus diperhatikan dan disadari oleh setiap individu.
Kesadaran merupakan unsur penting yang dimiliki oleh manusia untuk
memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap
realitas (Suhatman, 2009:27). Kesadaran merupakan hal penting yang
harus dimiliki oleh setiap individu karena kesadaran akan menentukan
bagaimana cara seseorang bertindak dan menyikapi keadaan nyata untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk membangun dan menumbuhkan kesadaran
dapat diperoleh melalui pendidikan. Zamroni (dalam Elmubarok,2009:3)
menjelaskan bahwa pendidikan merupakan proses menanamkan dan
mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap
dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang
salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah
masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal. Sedangkan,
Driyarkara (dalam Elmubarok,2009:15) berpendapat bahwa filosofi dari
Manusia dapat berkembang seutuhnya apabila ia mengakui dan
menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu peran pendidikan adalah
dengan menanamkan nilai kepedulian lingkungan kepada peserta didik,
khususnya anak-anak. Davis (1998:11) menuliskan bahwa hubungan
antara anak dengan alam sekitarnya merupakan landasan yang penting dan
kuat untuk membangun hubungan yang baik antara manusia dengan alam.
Anak-anak adalah pembelajar yang aktif, kreatif, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, serta mencintai dunia dan lingkungannya. Anak yang aktif
akan dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan akan belajar
secara bermakna saat mereka belajar dengan melakukan (learning by
doing) dan bermain di lingkungan. Dengan mengetahui karakteristik anak
inilah, hendaknya penanaman nilai peduli terhadap lingkungan dilakukan
dengan memfasilitasi anak berdasarkan tingkat perkembangannya yaitu
melalui suatu kegiatan atau aksi nyata di lingkungan alam, kegiatan ini
dapat disebut sebagai kegiatan outdoor. Putri (2006:37) menyatakan
bahwa pendidikan outdoor bukan berarti sekedar memindahkan
pembelajaran ke luar kelas, melainkan lebih pada pemanfaatan lingkungan
yang ada sebagai obyek dalam pembelajaran.
Dengan demikian, kegiatan outdoor merupakan salah satu bentuk
pembelajaran berbasis lingkungan. Namun, kenyataan yang terjadi saat ini
pembelajaran di sekolah dasar masih kurang dalam melibatkan lingkungan
sekitar. Siswa tidak dilibatkan secara aktif untuk mencari tahu informasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan
menggunakan student need analysis worksheetkepada siswa kelas 3 di SD
N Babarsari pada tanggal 4 Agustus 2016, dapat diketahui latarbelakang
sosial dan ekonomi siswa-siswi SD N Babarsari secara garis besar. Dari
370 siswa dapat dihitung hanya sekitar 10 siswa yang berangkat ke
sekolah menggunakan sepeda atau jalan kaki, selebihnya diantar
menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Selain dilihat dari
kendaraan yang mereka pakai kondisi ekonomi juga dapat dilihat dari
telepon genggam yang mereka bawa ke sekolah dengan kisaran harga
700ribu sampai jutaan ribu rupiah. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut
dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi siswa tergolong pada
menengah ke atas. Sedangkan kondisi sosial siswa cenderung individual
hal ini dapat dilihat ketika siswa melakukan interaksi pada jam istirahat.
Selain sikap individu yang terlhat, sikap kepedulian terhadap lingkungan
di sekitarnya juga masih sangat kurang.
Dari hasil pengamatan selama PPL dari bulan Juli sampai
September dapat dilihat kurangnya kesadaran siswa akan lingkungan
mereka khususnya tentang budaya membuang sampah. Budaya membuang
sampah menjadi sangat buruk ketika laci meja menjadi tempat menyimpan
sampah di setiap kelas. Selain kurangnya budaya membuang sampah,
budaya peduli atau cita tanaman juga belum terlihat. Setiap kelas di
sekolah ini memiliki banyak tanaman namun kondisinya buruk, beberapa
tanaman layu, dan mati karena kekurangan air bahkan dapat ditemukan
Siswa masih kesulitan untuk memahami materi IPA tentang
pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan
oleh siswa ketika pembelajaran hanya ditransfer dari guru, jadi guru
menjelaskan materi tersebut dan siswa mendengarkan. Pembelajaran yang
demikian membuat siswa kesulitan untuk memahami isi materi. Materi
yang masih sulit dipahami oleh siswa adalah pengaruh atau dampak yang
ditimbulkan oleh lingkungan yang buruk. Kesulitan yang dialami siswa
adalah mengidentifikasi penyebab apa saja yang dapat mencemari
lingkungan. Proses pembelajaran dapat dilakukan tidak hanya dengan
mentransfer, materi yang diberikan kepada siswa dapat melalui
pengalaman secara langsung atau kontekstual. Pembelajaran yang
memunculkan unsur konteks dalam pelaksanaannya adalah Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR). Oleh karena itu, peneliti akan mengembangkan
materi pembelajaran IPA pengaruh lingkungan terhadap kesehatan dalam
bentuk modul dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi
Reflektif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi
pengaruh lingkungan terhadap kesehatanmenggunakan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif ?
2. Bagaimana deskripsi kualitas modul pembelajaran IPA sekolah dasar
materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan menggunakan pendekatan
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengembangkan modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi pengaruh
lingkungan terhadap kesehatanmenggunakan pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif.
2. Mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran IPA sekolah dasar materi
pengaruh lingkungan terhadap kesehatanmenggunakan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan yang positif dalamkontekspendidikan dan lingkungan
khususnya untukanak SD Usia 9-11 Tahun di Lingkungan SD Negeri
Babarsari Yogyakarta agar dapat menjaga lingkungan yang ada di
sekitarnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan meningkatkan wawasan tentang penerapan
paradigma pedagogi reflektif serta untuk mengetahui apakah modul
pembelajaran menggunakan pendekatan PPR dapat dilaksanakan di
sekolah dasar dan memiliki kualitas yang baik.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan landasan
3. Bagi Siswa
Penelitian ini akan memberikan pengalaman yang bermakna tentang
pembelajaran IPA materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan
bagi siswa dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi
Reflektif.
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan adalah sikap yang dimiliki seseorang untuk
mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya serta berupaya
memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi.
1.5.2 Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pendekatan pembelajaran
yang mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan melalui pengalaman,
refleksi, dan aksi.
1.5.3 Pendidikan Emansipatoris
Emansipatoris merupakan pendidikan yang memberdayakan manusia
menjadi lebih terdidik, bermatabat dan dihargai dalam kehidupannya.
1.5.4 Modul Pembelajaran
Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang memuat materi,
informasi, alat dan teks yang disusun secara sistematis dan dapat
digunakan secara mandiri.
IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara melakukan
observasi, eksperimen, serta penyelidikan untuk mengetahui tentang
suatu fakta dan konsep.
1.6 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dikembangkan peneliti adalah sebagai berikut:
Produk berupa modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” yang
berisi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan LKS. Silabus
memuat acuan penyusunan kerangka pembelajaran antara lain : identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, serta penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dikembangkan dari silabus dan disusun menggunakan kata kerja operasional yang
sudah tersusun, komponen RPP sama seperti silabus hanya saja dalam RPP lebih
rinci. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan dengan
manggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta disesuaikan
dengan kurikulum KTSP.
Modul pembelajaran yang berjudul “Ayo Cinta Lingkungan” dilengkapi
dengan LKS yang merupakan bahan ajar dengan memuat materi kepedulian
terhadap lingkungan. Modul yang dibuat berisikan tujuan, petunjuk kegiatan
pembelajaran, soal latihan, pedoman diskusi kelompok, materi, serta refleksi dan
evaluasi. Modul pembelajaran ini akan dikembangkan pada mata pelajaran IPA
dengan mengambil tiga materi yakni; pengaruh lingkungan terhadap kesehatan,
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan (2.1) Kajian Pustaka (2.2) Penelitian yang
Relevan dan (2.3) Kerangka Berpikir. (2.4) Pertanyaan Penelitian.
2.1 KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Profil Sekolah Dasar Negeri Babarsari
SDN Babarsari merupakan sekolah yang terletak di jalan
Babarsari, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta dengan memiliki
status akreditasi A. Sekolah ini memiliki visi Unggul dalam mutu,
berkarakter dan berbudaya sesuai kepribadian bangsa. Sedangkan misi dari
sekolah ini adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan melalui
pengamalan ajaran agama, mengoptimalkan proses pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan saintifik, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni budaya, keolahragaan, bahasa, sesuai dengan potensi,
bakat, dan minat peserta didik,menumbuhkembangkan penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa dengan memperhatikan
kearifan lokal, membangun lingkungan kondusif sehingga tercipta 9k di
lingkungan sekolah, serta mewujudkan gerakan sekolah menyenangkan.
2.1.2 Latar Belakang Sosial dan Ekonomi Siswa – Siswi Kelas IIIa
Sekolah Dasar Negeri Babarsari memiliki dua belas kelas paralel
370 siswa yang memiliki berbagaimacam latar belakang sosial dan
ekonomi. Berdasarkan observasi pada tanggal 4 Agustus 2016 dapat
diketahui kondisi ekonomi orang tua termasuk dalam golongan menengah
ke atas. Data pekerjaaan orang tua nenunjukkan sebagian besar
penghasilan tetap setiap bulan adalah 73,3%, dari 30 siswa terdapat 22
siswa yang memiliki orang tua dengan pekerjaan sebagai PNS, karyawan
swasta, dan wiraswata. Selain melihat kondisi ekonomi, peneliti
melakukan observasi kondisi sosial siswa kelas IIIA.
Hasil observasi selama PPL dari bulan Juli sampai September
menunjukkan kurangnya kesadaran siswa akan lingkungan mereka
khususnya tentang budaya membuang sampah. Budaya membuang
sampah menjadi sangat buruk ketika laci meja menjadi tempat menyimpan
sampah di setiap kelas. Selain kurangnya budaya membuang sampah,
budaya peduli atau cinta tanaman juga belum terlihat. Setiap kelas di
sekolah memiliki banyak tanaman namun kondisinya buruk, beberapa
tanaman layu, dan mati karena kekurangan air bahkan dapat ditemukan
tanaman dalam pot menjadi tempat sampah plastik bungkus makanan.
Sikap peduli terhadap lingkungan seharusnya dimiliki oleh setiap
individu dan ditanamkan sedini mungkin khususnya bagi siswa-siswa
tingkat sekolah dasar. Peduli lingkungan dapat ditanamkan melalui
kegiatan yang sederhana dan menyenangkan bagi siswa, dapat dimulai
dengan kegiatan membuang sampah di tempat sampah, kegiatan
pemilahan sampah sampai mendaur ulang sampah an-organik menjadi
hanya tentang sampah, hal yang tidak kalah penting adalah tanaman.
Tanaman memberikan banyak sekali manfaat bagi manusia, hal inilah
yang harus disadari oleh siswa bahwa apabila tanaman di lingkungan
sekitar semakin sedikit karena mati, maka manusia juga akan terkena
dampaknya. Peduli terhadap lingkungan yang diajarkan kepada anak usia
sekolah dasar akan memberikan pengaruh positif terhadap pelestarian
lingkunag serta diharapkan mengurangi berbagai macam polusi yang
terjadi di bumi.
2.1.3 Peduli Lingkungan
2.1.3.1Pengertian Peduli Lingkungan
Melestarikan lingkungan hidup merupakan hal yang menjadi
tanggung jawab seluruh individu. Setiap orang harus melakukan usaha
untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang dilakukan
memiliki manfaat bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi
mendatang. Lingkungan menurut (KBBI, 2005) adalah keadaan sekitar
yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku makhluk
hidup.Segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung
juga merupakan pengertian lingkungan.Menurut Emil Salim (1985) dalam
bukunya: Lingkungan Hidup dan Pembangunan, menyatakan bahwa
lingkungan hidupadalah segala benda, daya, kondisi, keadaan dan
pengaruh yangterdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempunyai
2.1.3.2 Prinsip Etika Peduli Lingkungan
Dari berbagai pengertian lingkungan perlu disadari bahwa
pengelolaan oleh manusia sampai saat ini tidak sesuai dengan etika
lingkungan. Etika lingkungan sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkan
alam semesta, sementara itu manusia beranggapan bahwa manusia bukan
bagian dari alam semesta sehingga manusia secara bebas mengelolanya
bahkan sampai merusak lingkungan hidup. Di dalam etika lingkungan
terdapat prinsip-prinsip yang digunakan. Adapun prinsip-prisip etika
lingkungan menurut Sony Keraf antara lain,sikap hormat terhadap
alam,prinsip tanggung jawab, solidaritas kosmis, kasih sayang dan
kepedulian terhadap alam, tidak merugikan, hidup sederhana dan serasi
dengan alam, keadilan, demokrasi dan, integritas moral.
Salah satu prinsip dari etika lingkungan adalah kasih sayang dan
kepedulian terhadap alam atau lingkungan, kata peduli lingkungan menurut
(KBBI, 2005) adalah menaruh perhatian, mengindahkan, memperhatikan,
dan menghiraukan. Peduli lingkungan merupakan sikap tindakan yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan
mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi. Menurut (Imam Supardi,2001),peduli terhadap lingkungan
berarti ikut melestarikan lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya, bisa
dengan cara memelihara, mengelola, memulihkan serta menjaga
lingkungan hidup. Pedoman yang harus diperhatikan dalam kepedulian atau
pelestarian lingkungan antara lain:menghindarkan dan menyelamatkan
tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan pencemaran, merusak kesehatan dan
lingkungan,memanfaatkan sumberdaya alam yang renewable (yang tidak
dapat diganti) dengan sebaik –baiknya,serta memelihara dan memperbaiki
lingkungan untuk generasi mendatang.
Pengelolaan lingkungan merupakan usaha sadar untuk memelihara
atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar manusia dapat
terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Sadar lingkungan adalah kesadaran untuk
mengarahkan sikap dan pengertian masyarakat terhadap pentingnya
lingkungan yang bersih, sehat dan sebagainya.
2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.4.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pola pikir dalam
menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani /
kemanusiaan (pedagogi reflektif = pendidikan kristiani / kemanusiaan)
(Subagya,2010). Pendekatan Ini memberikan nilai-nilai kemanusiaan pada
setiap pembelajarannya. Pada pendekatan PPR pembelajaran disesuaikan
dengan konteks siswa, sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan
dimunculkan melalui pengalaman, refleksi, dan aksi.
(Subagya,2010).
2.1.4.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Pendekatan Paradigma Pedagogi reflektif memiliki tujuan untuk
meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di
sekitar secara kritis dalam upaya untuk memperdalam pemahaman akan
sosial mereka, sehingga akan menghasilkan lulusan yang handal dan cakap
dalam mengatasi permasalahn yang ada di kehidupan sosialnya
(Subagya,2010).
Tujuan dari Paradigma Pedagogi Reflektif terwujud dalam 3 unsur
yang ada pada tujuan pembelajaran. Unsur-unsur tersebut adalah
competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan
kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience yakni kemampuan
afektif atau sikap dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassian ialah
kemampuan psikomotorik berupa tindakan konkret maupun batin yang
disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya,2010).
2.1.4.3 Ciri Khas Paradigma Pedagogi Reflektif
Aspek penting dalam pendekatan PPR yang harus dikembangkan
adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan
kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut dengan
kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan
peserta didik untuk memecahkan soal sehingga mendapatkan nilai tinggi.
Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah
kepekaan dan ketajaman hati nurani. Ketajaman hati nurani dapat berupa
kesadaran diri untuk bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku,seperti:
bersikap disiplin, teliti, jujur dan bertanggungjawab. Sedangkan,
kemampuan Compassion merupakan aspek psikomotor yang berupa
tindakan konkret maupun batin disertai bela rasa bagi sesama. Tindakan
merupakan suatu hal yang penting. Oleh karena itu, aspek ini dapat
diwujudkan dalam proses kerjasama peserta didik.
2.1.4.4 Langkah – langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif
Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran terdiri
atas 5 unsur-unsur pokok yakni: konteks, pengalaman, refleksi, aksi /
tindakan dan evaluasi (Subagya,2010). Berikut ini merupakan penjelasan
dari unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.
1. Konteks
Konteks dalam siklus PPR dilakukan oleh guru yang didukung
oleh keterbukaan diri dari siswa, dalamhal ini siswa diajak untuk
mencermati kondisi kehidupan yang terjadi dan ada pada siswa. Guru
berperan sebagai penggali konteks kehidupan yang ada pada diri siswa
dan kemudian akan diamati sejauh mana pencapaian siswa terhadap
perkembangan pribadi yang utuh pada materi yang akan dipelajari
(subagya,2010).
2. Pengalaman
(Subagya, 2010) berpendapat bahwa pengalaman merupakan
proses dimana siswa memahami materi yang dipelajarinya secara
mendalam dengan melibatkan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pengalaman dalam pembelajaran dibedakan atas
pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman
langsung adalah pengalaman atas peristiwa yang dialami oleh siswa
sendiri yang dikaitkan dengan mata pelajaran seperti diskusi, dan
pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan berasal dari pengalaman
dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat dan
membaca.
3. Refleksi
Refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan seksama
menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman, dan
ide-ide atau tujuan yang diinginkan. Refleksi merupakan unsur pokok
yang penting dan harus ada dalam pembelajaran PPR (Subagya,2010).
Refleksi menjadi sarana untuk menghubungkan antara pengalaman
yang telah diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
tindakan yang akan dilakukan siswa. Dengan melakukan refleksi
diharapkan siswa mampu memaknai proses pembelajaran yang telah
dilakukan, menangkap nila-nilai positif dan mengalami perubahan
pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.
4. Tindakan
Sumber dari tindakan yang dilakukan siswa berasal dari hasil
refleksi yang telah dilakukan. Tindakan merupakan pertumbuhan batin
yang mencakup dua tahap, yaitu pilihan – piliham batin (hasil dari
refleksi pengalaman) dan kemudian diwujudkan dalam tindakan nyata.
Pilihan batin merupakan momentum bagi siswa untuk memiliki
nilai-nilai kebenaran sebagai miliknya (Subagya,2010). Sedangkan pilihan
perwujudan tindakan nyata merupakan tindakan yang konsisten
berdasar atas pemaknaan akan hisup, sikap, dan nilai-nilai yang telah
5. Evaluasi
Evaluasi berdasar atas tujuan PPR yaitu untuk membentuk
manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif
atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki tekad
untuk berbuat adil dalam pelayanan tulus pada sesama umat Allah.
Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi yang mendalam
pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap, dan
tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa yang sesuai dengan
prinsip “menjadi orang demi orang lain “man for others”
(Subagya,2010).
2.1.5 Emansipatoris
2.1.5.1Paradigma Pendidikan Emansipatoris
Paradigma pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan
yang membebaskan manusia untuk selalu sadar akan dirinya dan tidak
terasingkan dari masyarakat dan dunianya.Pendidikan emansipatoris
merupakan pendidikan yang mampu memberdayakan dan memberi
pencerahan pada siswa perlu. Model pembelajaran emansipatoris
merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Pembelajaran difokuskan pada eksplorasi kehidupan makhluk sadar,
memusatkan perhatian pada siswa sebagai subjek dan keterlibatan
siswa dalam pengalaman kemanusiaannya (Suprijono, 2016:51).
Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa
keduanya adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewei 2015:54).
kegiatan pembelajaran terdapat hubungan timbal balik antara guru dan
siswa. Pada proses pembelajaran akan terjadi dialog antara keduanya,
maka pemahaman dan pengalaman kedua pihak akan berkembang.
Terdapat tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yakni
humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.
2.1.5.2 Humanisasi
Humanisasi merupakan pendidikan yang semakin mengasah akal
budi manusia dan mendidik hati nurani. Pada proses pembelajaran
pendidikan humanisasi bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan
diri peserta didik. Pendidikan humanisasi memiliki tujuan lebih luas
dari pada sekedar perkembangan kognitif, hal ini selaras dengan
pendapat (Zuchdi,2009) yang menyatakan bahwa pendidikan
humanisasi bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif, melainkan
juga sebuah proses yang terjadi pada diri individu dan melibatkan
seluruh bagian atau domain yang ada.
Pengajar dan pelajar terlibat dalam suatu proses yang kompleks:
memahami kebutuhan akan belajar atau resistensi untuk belajar dan
untuk berubah. Pendidik dan peserta didik memiliki hubungan
manusiawi dalam proses belajar, sama-sama memiliki kebutuhan
untuk belajar, memiliki peran masing-masing, serta cara
berkomunikasi.
2.1.5.3 Kesadaran Kritis
Model pembelajaran emansipatoris dikembangkan dengan tujuan
(Suprijono,2016). Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan
dengan kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan serta mencari
pengalaman pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Pembelajaran
kritis dapat dilakukan dengan cara mengarahkan atau mengajukan
sejumlah pertanyaan yang urut dan logis kepada peserta didik sehingga
mereka terdorong untuk merespon dan mengekspresikan pengetahuan
yang dimilikinya.
Pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berfikir kritis
salah satunya adalah IPA. Siswa belajar tentang kondisi lingkungan
sekitar, melakukan pengamatan tentang lingkungan, mencari tahu apakah
lingkungan tersebut bersih atau kotor, kemudian berfikir apa dampak
yang ditimbulkan dari lingkungan kotor serta bagaimana cara mengatasi
lingkungan yang kotor. Kegiatan yang demikian dapat dilakukan melalui
diskusi bersama kelompok, sehingga siswa dapat saling bertukar
pendapat dan kemudian melakukan refleksi dari kegiatan yang telah
dilakukan. Refleksi yang telah dilakukan dapat didialogkan di depan
kelas, ketika siswa menyadari keberadaan dirinya dan pengalamannya
disinilah pemaknaan hidup terjadi. Dalam proses kesadaran ini
pembelajar akan menemukan berbagai macam pilihan hidup, sehingga
benar bahwa banyak ketidakadilan dalam hidupnya dan ada juga berbagai
pilihan yang lebih ideal dalam hidupnya yang dapat dipilih. Berdasarkan
penjelasan tersebut kesadaran kritis dapat dilaksanakan dalam
pembelajaran secara langsung dan nyata oleh siswa untuk menemukan
2.1.5.4 Mempertanyakan Sistem
Pembelajaran yang membebaskan memberikan ruang bagi peserta
didik untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan yang
dimilikinya. Pemikiran siswa dapat berkembang ketika siswa belajar dari
pengalaman dan lingkungan sekitar, serta dapat saling bertukar pikiran
dengan guru. Peran guru tidak hanya sebagai pengajar yang sekedar
memberikan materi, tetapi sama-sama sebagai pembelajar. Ketika terjadi
dialog antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas
dari kedua belah pihak pun berkembang. Dialog dalam hal ini adalah
suatu percakapan yang dilakukan oleh guru dan siswa yang menghasilkan
suatu kesimpulan baru, yang lebih baik serta sesuai dengan kehiduoan
nyata. Dari pemahaman baru yang diperoleh, maka kedua pembelajar
akan menjadi teman yang secara bersama-sama memberdayakan satu
sama lain.
2.1.6 Gambaran Umum Perkembangan Peserta Didik Tingkat SD
2.1.6.1 Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian
individu yang membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara
umum perkembangan peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga
aspek, yaitu perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial
(Desmita,2012). Perkembangan dari tiap aspek kepribadian anak tidak
selalu sejajar, salah satu aspek dapat mendahului atau mengikuti aspek
Perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh
dan perubahan cara individu untuk menggunakan tubuhnya seperti
perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual. Salah
satu perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan
adalah aspek kognitif, yaitu proses psikologis peserta didik dalam
mempelajari serta memikirkan lingkungannya. Lingkungan merupakan
tempat yang dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk
mengembangkan kepribadiannya. Pada aspek psikososial diharapkan
peserta didik mengerti orang lain, artinya mampu menggambarkan
ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan, serta
dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain.
2.1.6.1 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
Usia rata-rata anak Indonesia ketika memasuki jenjang pendidikan
sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Mengacu
pada tahap perkembangan anak, siswa sekolah dasar berada dalam dua
masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (usia 6-9 tahun),
dan masa kanak-kanak akhir (usia 10-12 tahun). Anak-anak usia
sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak
yang usianya lebih muda ataupun lebih tua.
Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung (Desmita,2012). Menurut
(Havighurst, dalam Desmita, 2012) tugas perkembangan anak usia
permainan dan aktivitas fisik, mampu membina hidup yang sehat,
belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok, belajar menjalankan peran
sosial sesuai dengan jenis kelamin, belajar membaca, menulis,
berhitung agar mampu beradaptasi dengan ,masyarakat, memperoleh
sejumlah konsep yang diperlukan untukberpikir efektif,
mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai, sehingga dapat
mencapai kemandirian pribadi.
2.1.7 Modul Pembelajaran IPA
2.1.7.1 Pengertian Modul Pembelajaran
Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan
peserta didik untuk belajar. Senada dengan pernyataan di atas,
(Majid,2007) menyatakan bahan ajar segala bentuk bahan, informasi, alat
dan teks yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa tertulis maupun bahan yang yang tidak tertulis.
(Winkel,2010) menjelaskan bahwa modul adalah merupakan suatu
program belajar mengajar terkecil yang dipelajari oleh siswa sendiri
kepada diri-nya sendiri.
2.1.7.2 Kriteria Materi Pembelajaran
Terdapat enambelas kriteria materi pembelajaran menurut
(Tomlinson, dalam Harsono,2007). Berdasarkan enambelas kriteria dalam
pembuatan modul pembelajaran IPA. Kriteria tersebut diantaranya adalah:
(a) materi pembelajaran seharusnya memiliki pengaruh yang kuat
terhadap peserta didik. Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, peserta
didik diharapkan mengalami perubahan sehingga menjadi lebih
memahami materi yang diajarkan. (b) materi pembelajaran harus
membantu siswa mudah belajar. Materi dikemas dengan sederhana
sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. (c) pembelajaran harus dapat
membuat siswa lebih percaya diri. Pada kegiatan pembelajaran terdapat
kegiatan yang melibatkan peserta didik seperti kegiatan pengamatan dan
percobaan. (d) materi pembelajaran harus dapat memfasilitasi peserta didik
menjadi pembelajar yang mandiri. Materi pembelajaran dikemas dengan
petunjuk pada setiap kegiatan, sehingga peserta didik dapat melakukan
kegiatan secara mandiri.
Pada modul terdapat materi yang dapat memperkuat pemahaman
peserta didik, sehingga peserta didik yakin dengan jawabannya. Hal
tersebut merupakan penjelasan bahwa materi pembelajaran seharusnya
tersedia sesuai dengan fokus pembelajaran yang diajarkan. (f) materi
pembelajaran harus memperhitungkan bahwa peserta didik memiliki gaya
belajar yang berbeda. Materi yang dikemas dalam modul pembelajaran
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. (g) materi pembelajaran
harus memaksimalkan potensi belajar peserta didik secara intelektual,
estetika, dan emosional yang dapat menstimulasi aktivitas otak kanan dan
kiri. (h) materi pembelajaran harus menyediakan kesempatan untuk
latihan, refleksi, dan aksi untuk mengetahui umpan balik yang diberikan
peserta didik.
2.1.7.3Pengertian IPA
(Iskandar,2001) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sebagai mata pelajaran tentang penyelidikan yang terorganisir untuk
mencari pola atau keteraturan. Mempelajari IPA tidak hanya berkaitan
dengan alam dan prosedur penelitian, namun berkaitan juga dengan
hakikat IPA. Hakikat IPA antara lain, IPA sebagai produk, IPA sebagai
proses, dan IPA sebagai teori. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta ,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA sendiri berasal dari kata sains
yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998) merupakan pengetahuan
hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya
serta diperoleh melalui metode terentu yaitu , teratur, sistematis, berobjek,
bermetode, dan berlaku secara universal. Menurut Abdullah (1998) IPA
malakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
demikian seterusnya kait mengait antar cara yang satu dengan cara yang
lain.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran
IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan cara melakukan
observasi, eksperimen, serta penyelidikan untuk mengetahui tentang suatu
fakta dan konsep.
2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian mengenai model pendidikan emansipatoris ini sudah
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya walaupun tidak sama persis
sesuai judul peneliti yaitu Pengembangan Modul IPA “Ayo Cinta
Lingkungan” untuk Siswa kelas III SD N Babarsari menggunakan Pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif. Meskipun demikian peneliti menemukan tiga
penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti:
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Friscilia Verra, Friscilia
melakukan penelitian tentang “ Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif
Pada Mata Pelajaran PKn dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa akan Nilai
Demokrasi kelas V SD N Sarikarya”. Alat yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah menggunakan kuesioner untuk mengetahui tingkat kesadaran
siswa akan nilai demokrasi. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajara PKn dengan menggunakan model PPR dalat meningkatkan
kesadaran nilai demokrasi.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh M. Taufiq yag berjudul
Lingkungan Tema Konservasi Berpendekatan Science-Edutainment”.
Penelitian tersebut termasuk dalam Research and Development dengan
mengembangkan media pembelajaran IPA yang memiliki karater peduli
lingkungan. Pengumpulan data menggunakan metode angket dan tes. Angket
digunakan untuk mendapatkan data validasi kelayakan media serta untuk
mengumpulkan informasi mengenai karakter siswa terhadap kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran IPA tema
konservasi. Sedangkan tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar
siswa pada pembelajaran dengan tema konservasi. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran ipa terpadu
berpengaruh positif terhadap peningkatan tiap indikator tes hasil belajar IPA.
Penelitian relevan yang ketiga dilakukan oleh salah satu dosen Sanata
Dharma yakni Maria Melani Ika Susanti dengan judul “ Analisis
Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
Berdasarkan Unsur Competence – Conscience – Compassion Siswa”.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis hasil implementasi model
pembelajaran PPR dalam memfasilitasi penguasaan konsep IPA dan
Competence – Conscience – Compassion. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian tersebut adalah observasi, wawancara serta
kuesioner untuk mengetahui hasil dari penilaian unsur conscience dan
compassion. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya hasil yang
memuaskan pada unsur Competence, Conscience,Compassion. Unsur
conscience siswa yang terwakili dalam tiga aspek yang diteliti yakni 1)
dan 3) ketekunan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas telah dapat
dikembangkan dalam pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan unsur
compassion siswa yang diwakili dalam tiga aspek yang diteliti yakni 1)
menghargai teman, 2) bekerja dalam kelompok, dan 3) kecintaan/kepedulian
pada alam telah dapat dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.
Bagan 1. Literature mappenelitian-penelitian terdahulu
2.2 KERANGKA BERPIKIR Penerapan Paradigma
Pedagogi Reflektif
untuk Meningkatkan
Kesadaran Siswa akan
Nilai Demokrasi.
Pendidikan emansipatoris merupakan pendidikan yang menekankan
pada masyarakat yang adil. Pendidikan yang adil merupakan proses
kegiatan belajar yang artinya bahwa di dalam kegiatan itu tidak ada
kelompok yang lebih penting dari kelompok lain atau tidak memihak
sebelah dan seimbang.Dalam pendidikan di sekolah Yesuit, Paradigma
Pedagogi Reflektis (PPR) memiliki potensi menjadi pendidikan
emansipatoris. Melalui kegiatan pembelajaran ini, guru memberikan
pendampingan kepada siswa serta membatu siswa untuk menyadari
keberadaannya dalam konteks tertentu. Dalam rangka mengembangkan
pendidikan emansipatoris baik guru maupun siswa adalah sebagai
pembelajar, dengan demikian tidak hanya guru saja yang aktif tetapi siswa
juga memiliki peran untuk berpikir kritis.
Pada lingkungan sekitar terdapat banyak benda yang tidak terpakai
dan akhirnya menjadi sampah yang dibuang begitu saja yang biasa disebut
dengan sampah. Sampah yang dibuang tidak sesuai tempatnya akan
menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya, terutama sampah
organik yang sulit untuk terurai. Ada cara untuk memanfaatkan sampah
an-organik supaya menjadi barang yang memiliki nilai, seperti pemanfaatan
botol bekas dan plastik. Sampah semacam ini banyak sekali terdapat di
lingkungan sekolah namun pada kenyataannya siswa belum memiliki sikap
untuk memanfaatkan sampah tersebut.
Dari masalah diatas, maka pendidik memiliki peran penting untuk
memberikan sarana yang dapat membantu siswa dalam mengetahui dan
guna. Modul pembeljaran IPA ‘Ayo Cinta Lingkungan” merupakan hasil
dari tanggungjawaban peneliti sebagai pendidik yang ingin memberikan
pemahaman tentang pendidikan.
Berdasarkan alasan sudah sudah dipaparkan, maka peneliti akan
mengembangakan modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” untuk
siswa kelas III SDN Babarsari Yogyakarta. Modul tersebut dapat dijadikan
sumber belajar siswa dan guru.
2.3 PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
2.3.1 Bagaimana pengembangan modul pembelajaran IPA sekolah dasar
materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan menggunakan
pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif ?
2.3.2 Bagaimana deskripsi kualitas modul pembelajaran IPA sekolah dasar
materi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan menggunakan
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan metode penelitian yang meliputi: 3.1
Jenis Penelitian, 3.2. Setting Penelitian, 3.3. Prosedur Pengembangan, 3.4.
Instrumen Penelitian, 3.5. Teknik Pengumpulan Data, 3.6 Teknik Analisis Data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitianadalah penelitian dan
pengembangan, biasa disebut dengan penelitian R&D (Research and
Development). Jenis penelitian R&D berbeda dengan penelitian pendidikan
lainnya karena, tujuan dari jenis penelitian ini adalah mengembangkan produk
berdasarkan hasil uji coba yang kemudian direvisi sampai akhirnya dinyatakan
layak pakai. Tomlinson (1998) menjelaskan bahwa pengembangan yang
mengajar serta bahan yang dirancang dapat menarik minat peserta didik. Hal ini
bertujuan agar guru, peneliti, penulis bahan dan penerbit dapat merangsang dan
mendukung penelitian yang berprinsip pada inovasi dan pengembangan. Pada
penelitian ini produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran IPA “Ayo
Cinta Lingkungan “ untuk siswa kelas tiga dengan menggunakan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif.
3.2Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian awal yakni pembuatan silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dan modul dilakukan di Kampus Universitas Sanata
Yogyakarta, kemudian dilakukan uji coba pada siswa kelas IIIA
SDN Babarsari Yogyakarta.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIIA yang
berjumlah 27 orang, serta 12 orang guru di SDN Babarsari. Seluruh siswa
kelas IIIA akan menjadi subjek uji coba sedangkan guru hanya menjadi
subjek analisis kebutuhan.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan modul pembelajaran
IPA yang berjudul “Ayo Cinta Lingkungan” untuk siswa kelas III sekolah
dasar.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, terhitung mulai dari bulan
Agustus 2016 hingga bulan Februari 2017. Dalam kurun waktu tersebut
dilakukan penelitian dengan tahapan sebagai berikut: 1) Analisis
kebutuhan dengan melakukan observasi, wawancara serta membagikan
kuesioner, 2) membuat produk sebagai respon atas analisis kebutuhan, 3)
penilaian produk, 4)studi pustaka (Bab I-III), 5) evaluasi , 6)
implementasi, 7) olah data, 8) menyusun bab IV, 9) revisi bab I-IV, 10)
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan pada penelitian ini akan mengarah pada produk
pengembangan pendidikan emansipatoris pada pembelajaran IPA untuk kelas tiga
SDN Babarsari dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif.
Menurut Tomlinson (1998) terdapat banyak cara untuk mengembangkan bahan
ajar atau materi supaya pembelajaran lebih menarik, aktif dan efektif bagi siswa.
Bahan ajar yang digunakan dapat berupa buku teks, kaset, CD-ROM, video,
koran, serta alat elektronik yang dikembangkan dengan tujuan menyampaikan
materi pembelajaran serta dapat memfasilitasi peserta didik.
Bahan ajar memiliki tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri.
Tomlinson (1998) menjelaskan bahwa bahan ajar dapat diakses secara pribadi dan
dirancang bagi peserta didik sehingga dapat digunakan secara pribadi. Bahan ajar
seperti teks modern merupakan teks yang dibuat sesederhana mungkin, sehingga
mempermudahkan peserta didik untuk membacanya.
Model pengembangan materi yang dipakai dalam penelitian diadaptasi
menurut Tomlinson adalah sebagai berikut, (1) analisis kebutuhan, (2) desain
produk, (3)penilaian produk, (4) implementasi, dan (5) evaluasi hingga
menghasilkan produk akhir. Langkah-langkah pengembangan tersebut akan
Gambar 3.1 Langkah-langkah Pengembangan Modul
Langkah 1
Analisis Kebutuhan
Langkah 2
Desain Produk
Observasi wawancara Kuesioner
Indikator
Menentukan SK KD
Tujuan Menentukan
Tema
Menentukan Materi
Langkah 3
Penilaian Produk
Revisi Desain Produk
Baru
Langkah 4
Implementasi
Penilaian Produk
Langkah 5
Evaluasi dan Refleksi
3.3.1 Analisis Kebutuhan
Pada tahap awal peneliti melakukan observasi dan wawancara
mengenai profil sekolah SDN Babarsari, serta latar belakang sosial
ekonomi siswa. Observasi dilakukan untuk melihat sejauh mana
kepedulian siswa terhadap kondisi lingkungan sekolah. Selain melakukan
observasi, peneliti juga memberikan kuesioner kepada 12 orang guru serta
kuesioner untuk kelas 3A dengan jumlah responden 27 orang. Kuesioner
digunakan untuk mengetahui apakah guru dan siswa memerlukan modul
pembelajaran yang dapat mempermudah dan memperjelas materi IPA
kesehatan lingkungan khususnya pemanfaatan sampah.
3.3.2 Desain Produk
Pembuatan desain produk dilakukan dengan menentukan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan
siswa dan guru. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditentukan kemudian diturunkan menjadi indikator berdasar nilai dalam
Paradigma Pedagogi Reflektif yakni Competence, Conscience, dan
Compassion. Setelah itu, peneliti membuat tujuan pembelajaran sesuai
dengan indikator, dari tujuan tersebut dapat ditentukan tema dan materi
yang akan dikembangkan dalam modul pembelajaran. Untuk menarik
perhatian dan minat siswa, modul dilengkapi dengan gambar dan warna
3.3.3 Penilaian Produk
Modul pembelajaran diserahkan kepada ahli untuk dinilai
kelayakannya. Setelah mendapat kritik dan saran dari ahli kurikulum dan
ahli dalam bidang IPA, peneliti melakukan perbaikan terhadap modul
pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” yang akan menghasilkan
desain produk baru.
3.3.4 Implementasi
Implementasi modul dilaksanakan di SDN Babarasi dengan subjek
siswa kelas 3A sebanyak 27 orang. Dari implimentasi yang dilakukan,
siswa kemudian menilai kualitas modul dengan mengisi angket kuesioner.
3.3.5 Evaluasi dan Refleksi
Setelah melakukan implementasi modul pembelajaran serta
mendapatkan data tentang kualitas modul, peneliti membuat produk akhir
yakni modul pembelajaran IPA “Ayo Cinta Lingkungan” dengan
menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif. Modul
membahas tentang lingkungan bersih dan kotor dengan tiga sub bahasan
yakni, pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan, pencemaran
lingkungan akibat sampah, serta pemanfaatan sampah.
3.4 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menyusun tiga instrumen yakni: (a) instrumen
coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas modul, dan (d) instrumen
validasi kelayakan produk.
3.4.1 Instrumen Pra Penelitian Guru
Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk guru agar peneliti dapat
menyusun produk yang dikembangkan.Instrumen pra penelitian yang digunakan
berupa kuesioner dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru
No Indikator Nomor Item
1. Manfaat modul pembelajaran
2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran
3. Guru dan siswa adalah makhluk pembelajar
4. Menemukan pengetahuan baru
5. Pendidikan yang manusiawi
Tabel 3.2 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian Untuk Guru
No Pertanyaan
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa pembelajaran dapat
mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah?
2. Menurut Bapak/Ibu apakah modul pembelajaran dapat memperjelas
materi ajar? Jelaskan!
3. Menurut pengamatan Bapak/Ibu bagaimana keaktifan siswa dalam
No Pertanyaan
4. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa modul pembelajaran meningkatkan
motivasi belajar siswa? Jelaskan!
5. Apakah dengan menggunakan modul pembelajaran memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran?
6. Menurut Bapak/Ibu apakah dengan menggunakan modul pembelajaran
siswa lebih aktif dalam pembelajaran?
7. Menurut Bapak/Ibu apakah mencatat merupakan cara agar siswa
memahami materi?
8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika materi yang diajarkan sesuai dengan
lingkungan siswa akan membuat siswa lebih aktif?
9. Apabila dalam pembelajaran terjadi dialog antara guru dan siswa, apakah
akan mengakibatkan keduanya memiliki pengetahuan baru?
10. Menurut Bapak/ Ibu apakah guru dan siswa sama-sama memiliki tugas
dan tanggungjawab sehingga pembelajaran berjalan efektif? Jelaskan!
11. Bagaimana cara yang Bapak/Ibu lakukan selama ini, lebih banyak
memberikan materi daripada membuat siswa mencari tahu pengetahuan
sendiri?
12. Apa Bapak/Ibu mengetahui bahwa pembelajaran yang membuat siswa
menemukan pengetahuannya sendiri akan meningkatkan kemandirian
pada siswa?
13. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui bahwa setiap siswa memiliki kepribadian
yang utuh dan memiliki kebebasan dalam memilh?
14. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pembelajaran yang mengasah akal
budi dan mendidik hati nurani siswa? Jelaskan!
No Pertanyaan
mengajak siswa berpikir kritis? Mengapa?
3.4.2 Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa
Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk siswa agar dapat
menyusun produk yang dikembangkan. Instrumen pra penelitian telah divalidasi
oleh ahli, sehinnga dapat digunakan. Namun pada instrumen pra penelitian siswa
masih terdapat kekurangan dalam bahasa, bahasa yang digunakan masih kurang
sederhana untuk siswa kelas III Sekolah Dasar.Adapun kisi-kisi dan kuesioner
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa
No Aspek Nomor Item
1. Manfaat modul pembelajaran 1-4
2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 5-7
3. Guru dan siswa adalah makhluk pembelajar 8-10
4. Menemukan pengetahuan baru 10-11
5. Pembelajaran yang diperlukan untuk menyadarkan siswa tentang kepedulian lingkungan.
12-15
Saran atau Komentar:
Tabel 3.4 Lembar Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa
No Pernyataan Jawaban
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1. Saya memerlukan pembelajaran yang membuat saya berpikir dan bertindak.
2. Dengan adanya modul pembelajaran saya mempermudah saya mengikuti pembelajaran.
3. Dengan adanya modul pembelajaran lebih memperjelas pembelajaran.
4. Modul pembelajaran membuat saya lebih mandiri ketika belajar.
5. Dengan adanya modul meningkatkan motivasi belajar saya.
6. Modul pembelajaran membuat saya lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran
7. Kegiatan dalam pembelajaran yang sering dilakukan selama ini adalah mencatat materi.
8. Saya memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan saya.
9. Saya belajar bukan hanya dari penjelasan guru, tetapi mencari tahu sendiri.
10. Saya membaca materi pembelajaran, kemudian bertanya kepada orang lain.
11. Saya pernah mengikuti pembelajaran yang mengasah akal budi dan mendidik hati nurani.
12. Saya memiliki kebiasaan untuk memilih sesuatu.
13. Saya menyukai pembelajaran yang menghargai saya dan mengajak saya untuk berpikir kritis.
14. Saya pernah melakukan pembelajaran yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan.