• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN TERHADAP PERINTAH MEMAKMURKAN MASJID DALAM QS. AL-TAUBAH: 18 (STUDI KASUS JAMA AH MASJID DI KOTA TANGERANG SELATAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMAHAMAN TERHADAP PERINTAH MEMAKMURKAN MASJID DALAM QS. AL-TAUBAH: 18 (STUDI KASUS JAMA AH MASJID DI KOTA TANGERANG SELATAN)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

MASJID DI KOTA TANGERANG SELATAN)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Muhamad Esa Fachreza NIM: 1113034000089

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1441 H/ 2020 M

(2)

MASJID DI KOTA TANGERANG SELATAN)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Muhammad Esa Fachreza 1113034000089

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H /2020 M

(3)
(4)

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Muhamad Esa Fachreza NIM : 1113034000089

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/ Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Judul Skripsi : Pemahamaan Terhadap Perintah Memakmurkan Masjid dalam QS. al-Taubah: 18 (Studi Kasus Jama’ah Masjid di Kota Tangerang Selatan).

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang ini merupakan hasil karya saya sendiri, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5)

v ABSTRAK M. Esa Fachreza 1113034000089

Pemahamaan Tentang Perintah Memakmurkan Masjid dalam QS. al- Taubah: 18 (Studi Kasus Jama’ah Masjid di Kota Tangerang Selatan)

Skripsi ini membahas tentang living Qur’an di masjid-masjid yang berada di Kota Tangerang selatan yakni pemahaman tentang QS. Al- Taubah ayat 18 di kalangan jamaah masjid di Kota Tangerang Selatan Penelitian ini mennguji pertanyaan, bagaimana pemahaman jamaah masjid tentang QS. Al-Taubah ayat 18?

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research).

Subjeknya terdiri dari beberapa jamaah masjid yang telah peneliti konfirmasi terlebih dahulu untuk keikutsertaannya serta kesediaanya dalam penelitian ini. Data yang penulis gunakan adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, deskripsi hasil wawancara, dan klasifikasi.

Hasil penelitian ini menemukan bahwasannya terdapat dua pandangan berbeda terhadap makna memakmurkan masjid

Pertama, masjid menjadi sarana dalam memakmurkan masyarakat sekitar mulai dari kebutuhan batiniahnya seperti melaksanakan sholat berjamaaah dan juga dari kebutuhan ekonomi seorang jamaah masjid tersebut.

Kedua, para jamaah masjid memaknai bahwa masjid menjadi tolak ukur ciri-ciri bagi orang yang beriman untuk memakmurkannya baik dari segi konstruksi masjid dan juga memakmurkan masjid dari segi kehidupan sebuah masjid itu sendiri yang dapat dilakkukan dengan cara datang ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah maupun mengikuti kegiatan keagamaan yang lainnya.

Kata kunci: Living Qur’an, Masjid, Makmur, QS. Al-Taubah: 18.

(6)

vi

ميحرلا نحمرلا الله مسب

Tiada kata yang pantas untuk dihaturkan selain rasa syukur atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa penulis rasakan setiap waktu. Hanya Dia Tuhan Maha Kasih yang telah memberikan nikmat sehat dan iman, serta petunjuk kepada penulis sehingga kata demi kata bisa penulis rangkum menjadi sebuah karya tulis ilmiah (skripsi) yang akan penulis serahkan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan jenjang strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dialah Tuhan Maha Sayang yang senantiasa memberikan kekuatan kepada penulis disaat penulis merasa lelah bahkan frustasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

Shalawat serta salam seiring kerinduan akan senantiasa tercurahkan ke haribaan baginda Rasul Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah memperjuangkan Kalamullah yang sempurna sehingga dapat tersampaikan pula dengan begitu sempurna kepada kita sebagai ummatnya sampai akhir zaman.

Dengan ini, penulis menyadari betul bahwa skripsi yang berjudul

“PEMAHAMAN TERHADAP PERINTAH MEMAKMURKAN

MASJID DALAM QS. AL-TAUBAH: 18 (STUDI KASUS JAMA’AH MASJID DI KOTA TANGERANG SELATAN) “ tidak akan terselesaikan tanpa adanya banyak sosok yang senantiasa mendampingi baik secara langsung dan tidak langsung, memberikan semangat dengan penuh cinta dan kasih sayang, memberikan sumbangsih moral ataupun moril kepada penulis dengan penuh kesabaran. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati, penulis rasa wajib kiranya untuk mengungkapkan rasa terimakasih itu kepada mereka:

(7)

vii

2. Dr. Yusuf Rahman, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir, dan Fahrizal Mahdi, MIRKH, selaku Sekertaris Jurusan Ilmu al- Quran dan Tafsir beserta segenap jajaran pengurus Fakultas Ushuluddin yang telah banyak membantu mempermudah proses administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.

4. Abah Rifqi Muhammad Fatkhi yang telah memberikan judul skripsi ini, serta membantu memberikan masukan tentang apa saja langkah awal yang harus penulis tempuh, ucapan terimakasih saja belum cukup untuk menggantikan jasa – jasa yang diberikan, dan hanya doa terbaiklah yang dapat saya berikan.

5. Muslih M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membuka wawasan dan selalu memberiikan masukan- masukan positif dalam skripsi saya, selain ucapan terima kasih yang bisa penulis ucapkan tetapi juga doa terbaik yang bisa saya panjatkan, terimakasih untuk semua yang telah bapak berikan kepada saya, dan terimakasih sudah menjadi pendidik sekaligus menjadi orang tua kedua, semua jasa – jasa bapak tidak akan saya lupakan.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang dengan kebaikan dan kemurahan hatinya baik secara sadar dan tidak sadar telah mendorong saya untuk pantang menyerah sebelum menang dalam menggali kedalaman dan keindahan kitab suci al-Qurān serta ke-Uswah-an Nabi Muhammad saw.

7. Kedua orang tua tercinta, sepertinya ucapan terimakasih tidaklah cukup atas semua yang telah diberikan, sejak lahir sampai beranjak dewasa, anakmu ini terlalu sering mengecewakan mu, anakmu selalu berdoa akan

(8)

viii

skripsi ini saya persembahkan untuk Ayah dan Mamah, semoga bisa menjadi kebanggan untuk kalian.

8. Istri tercinta Ns. Khoerun Nisa S.Kep, yang sudah selalu memberikan semangat kepada penulis yang selalu memberikan doa untuk saya agar tugas akhir saya cepat selesai, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan keselamatan utntuknya dan juga untuk calon anak kami yang sedang berada di kandungannya.

9. Kakak dan adik, yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya, berkat kakak dan adik, akhrinya yang di cita-citakan terselesaikan juga untuk menyegerakan Sarjana abangmu, terimakasih karena ocehan dan omelanmu abangmu dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Skripsi ini saya berikan kepada keluarga besar saya yang selalu ada dalam hidup saya, mereka selalu mensuport saya mendukung dan menyalahkan jika saya berbuat tidak baik. Maka dari itu saya berikan persembahan untuk kalian keluarga besar saya semoga bisa menjadi kebahagiaan buat diriku untukmu.

11. Sahabat dan teman seperjuangan, Keluarga Besar 2013 Anti DO terimakasih selalu mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan sudah membantu dalam penulisan skripsi ini, Haikal Fadhil, Muhammad Fauzan, S.Ag, Ibadurrahman Bayhaki, Muhammad Idris Alimuddin S.Ag, Ubaidillah S.Ag, Nurul Andini Nabila, dkk, terimakasih telah menjadi sahabat terbaik, dan semoga skripsi ini menjadi acuan buat kelulusan kalian yang belum menyelesaikan skripsinya.

12. Organisasi, komunitas, dan lembaga, yang selalu memberikan motivasi dan arahannya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini, dan terimakasih kepada teman-teman penghuni Buntu Blok B.7 yang sudah

(9)

ix

Tidak ada kata yang pantas selain ucapan terimakasih yang begitu mendalam dan seuntai doa senantiasa penulis haturkan kepada mereka agar senantiasa segala kebaikannya dibalas oleh Allah swt dengan balasan yang setimpal. Akhirnya, penulis berharap semoga karya tulis ini senantiasa dapat memberikan wawasan mengenai Quran dan bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi penulis sendiri. Āmīn yā rabb

Ciputat, 2 Juni, 2020 Hormat saya

Penulis

(10)

x

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987 1. Padana Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

ب

B Be

ت

T Te

ث

es dengan titik atas

ج

j Je

ح

ha dengan titik bawah

خ

kh ka dan ha

د

d De

ذ

ż zet dengan titik atas

ر

r Er

ز

z Zet

س

s Es

ش

sy es dan ye

ص

es dengan titik bawah

ض

de dengan titik bawah

ط

te dengan titik bawah

ظ

zet dengan titik bawah

(11)

xi

غ

gh ge dan ha

ؼ

f Ef

ؽ

q Qi

ؾ

k Ka

ؿ

l El

مػ

m Em

ن

n En

و

w We

ه

h Ha

ء

Apostrof

ي

y Ye

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَــ A Fathah

ـِــ I Kasrah

ـُــ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ـَــ Ai a dan i

(12)

xii 3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اَى Ᾱ a dengan topi di atas

ْيِى Ī i dengan topi di atas

ْوُى Ū u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al- dīwān bukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ـّــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Misalnya, kata (

ةرو ﺮﻀﻟ ا

) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbūtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika

(13)

xiii

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1

ﺔﻘ ﺮﯾ ط

Tarīqah

2

ﺔ ﯿ ﻣﻼﺳﻹ ا ﺔﻌﻣﺎﺠﻟ ا

al-jāmī’ah al-islāmiyyah

3

د ﻮﺟﻮﻟ ةا ﺪﺣ و

wahdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al- Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al- Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

(14)

xiv 8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (Fi‘il), kata benda (Isim), maupun huruf (Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas

Kata Arab Alih Aksara

ُناَءْﺮُﻘْﻟٱ ِهيِف َلِزنُأ

Unzila fīhil-qur`ānu

َٰىَﺪُْلْٱ َنِّﻣ ٍتََٰنِّيَ ب

Bayyinātim minal-hudā

َﺮْسُﻌْﻟٱ ُمُكِب ُﺪيِﺮُي

Yurīdu bikumul-'usra

َةَّﺪِﻌْﻟٱ اﻮُلِمْكُتِﻟ

Litukmilul-'iddata

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;

Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al- Rahmān.

(15)

xv DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalahan ... 5

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metodologi Penelitian ... 9

1. Sumber Data ... 9

2. Jenis Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A. Pengertian Living Qur’an ... 13

B. Sejarah Living Qur’an ... 15

C. Langkah-Langkah Living Qur’an ... 16

BAB III BIOGRAFI MASJID ... 23

A. Gambaran Umum Masjid ... 23

(16)

xvi

2. Sejarah singkat berdirinya Masjid Al- Istiqomah kota Tangerang

Selatan ... 24

B. Letak Geografis Masjid ... 24

1. Letak Geografis Masjid Agung al-Mujahidin ... 24

2. Letak Geografis Masjid Al-Istiqomah ... 25

C. Struktur Kepengurusan Masjid ... 25

1. Susunan Pengurus DKM Masjid Agung al-MujahidinSusunan Pengurus DKM Masjid Agung al-Mujahidin... 26

2. Susunan Pengurus DKM Masjid al-Istiqomah, Setu ... 27

D. Upaya Dewan Kemakmuran Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Imarah Masjid ... 28

1. Pengajian ... 28

a. Agenda Masjid Agung al-Mujahidin ... 28

b. Agenda Masjid al-Istiqomah ... 29

2. Sholat Berjamaah ... 30

3. Memperingati hari Besar Islam ... 30

4. Zakat ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33

A. Pemahaman Jamaah Masjid tentang QS. al-Taubah Ayat 18 ... 33

1. Profil Informan ... 33

2. Hasil Wawancara terhadap Jamaah Masjid ... 34

a. Mohammad Fuad, SQ, S.Ud Pengurus Masjid al-Mujahidin ... ... 34

b. H. Abu Bakar S.Pd, MM. Ketua DKM Masjid al-Istiqomah ... ... 35

c. Ust. Bakri S.Ag Tokoh Agama ... 36

(17)

xvii

d. Ust. Fajar Sholeh Hadad Tokoh Agama ... 37

e. Ibnu Khaldun Nawaji S.Pd Jamaah Masjid ... 38

f. Muhamad Tsaqif Jamaah Masjid ... 39

B. Interpretasi Mufassir tentang QS. al-Taubah Ayat 18 ... 40

1. Tafsir Al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili ... 40

2. Tafsir Ibnu Katsir Karya Ismail bin Umar al-Quraisyi bin Katsir al-Bashri ad-Dimasyqi ... 41

C. Analisa Pemahaman Jamaah Masjid tentang QS. al-Taubah ayat 18 ... 43

1. Masjid Sebagai Sarana Untuk Memakmurkan Masyarakat di Sekitarnya ... 43

2. Masjid Sebagai Tolak Ukur Orang yang Beriman ... 44

D. Munasabah Qs al-Taubah ayat 17-19...46

BAB V PENUTUP ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(18)

xviii

Tabel 3.1 Susunan Pengurus DKM Masjid Agung al-Mujahidin, Pamulang ... 26 Tabel 3.2 Susunan Pengurus DKM Masjid al-Istiqomah, Setu ... 27 Tabel 4.1 Identitas Informan ... 33

(19)

1 A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini membahas tentang The Living al-Qur’an atau al-Qur’an yang hidup” adalah ungkapan yang tidak asing bagi kebanyakan orang Islam.1 living quran juga dapat diartikan sebagai studi tentang beragam fenomena atau fakta sosial yang berhubungan dengan kehadiran Al- Qur’an di dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari2. Dengan bahasa yang sederhana, dapat dikatakan bahwa living Qur’an adalah interaksi, asumsi, justifikasi, dan perilaku masyarakat yang didapat dari teks-teks al- Qur‟an.3 Pendekatan Living Qur’an menekankan aspek fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia dan orang-orang yang beriman, tapi ini juga bisa memasukkan peranan al-Qur’an dan hadith dalam berbagai kepentingan dan konteks kehidupan, baik yang beriman maupun yang tidak beriman.4

Tempat shalat umat Islam disebut masjid, tidak disebut marka (tempat ruku’) atau kata lain semisal dengannya yang menjadi rukun shalat. Kata masjid disebut duapuluh delapan kali di dalam al-Quran. Secara harfiah,

1 Heddy Shri Ahimsa-putra,” THE LIVING Al-QUR’AN: Beberapa Perspektif Antropologi. Universitas Gajah Mada Yogyakarta, vol.20; no.1 (Mei 2012): 237

2 Muhammad Mansur, “living Qur’an dalam Lintasan sejarah studi Alquran”,dalam Sahiron Syamsuddin (Ed), Metode Penelitian Living Qur’an dan hadits, (Yogyakarta: Teras, 2007), 8.

3 Samsul Arifin,”Menggali Makna Khataman Al-Qur’an di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak (Studi Living Qur’an)” (Skripsi S1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2018), 21.

4 Muhamad Ali,”Kajian Naskah dan Kajian Living Qur’an dan Hadith: Vol. 4;

no.2 (2015): 152

(20)

masjid berasal dari Bahasa Arab yaitu sajada, yasjudu, sujudan. Dalam Kamus al-Munawwir (1997: 610), berarti membungkuk dengan khidmat.”5

Masjid dalam sejarahnya mempunyai arti penting dalam kehidupan umat Islam, hal ini karena masjid sejak masa Rasulullah Saw, telah menjadi sentra utama seluruh aktivitas umat Islam generasi awal, bahkan, masjid kala itu menjadi “fasilitas” umat Islam mencapai kemajuan peradaban.6 Masjid merupakan pusat kegiatan ibadah dan muamalah bagi umat islam. Kegiatan ibadah ini mempunyai arti yang luas, tidak semata- mata tempat shalat, pengajian dan mengaji, tapi untuk segala kegiatan yang biasa membawa kemaslahatan dunia dan akhirat. Bentuk kegiatan tersebut yaitu ceramah, diskusi, kajian dan pelatihan keagamaan, sosial dan budaya dan iptek bisa dilakukan di masjid.7. Dalam sebuah negara yang mana penduduknya adalah mayoritas umat islam, perkembangan dalam pembangunan sebuah masjid itu sangat pesat, dikarnakan kaum muslimin yang selalu bertambah jumlahnya dari tahun ketahun. Di Indonesia sendiri, Dewan Masjid Indonesia (DMI) pusat hingga pada tahun 1998 telah mencatat jumlah masjid dan musholla yang tidak kurang dari 600.000.8

Selama kurang dari dua dasawarsa terakhir, peneliti menyaksikan semangat umat yang sangat besar dalam membangun masjid.9 Sebagaiana yang peneliti ketahui bahwasannya masjid pada saat ini sudah ada dimana-

5 Syamsul Kurniawan,” Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak,vol.4, no.2 (September 14): 170

6 Syamsul Kurniawan,” Masjid Dalam Lintasan…: 169.

7 Alfitha Anggreni,” Manajemen Imarah Masjid Raya Bulukumba” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin, 2017), 2.

8 Drs. Ahmad Yani dan DR. Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal ( Jakarta Selatan : LP2SI Haramain 2001). v.

9 Ir. H. Nana Rukmana D.W.,MA, MASJID DAN DAKWAH Merencanakan, membangun dan mengelola masjid mengemas substansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral Dan Spiritual (Jakarta : )

(21)

mana sehingga tidak sulit bagi para musafir dalam melaksanakan sholat lima waktu ketika waktunya sudah tiba. Akan tetapi tidak cukup dengan itu, Rasulullah mengingatkan peneliti agar peneliti memperhatikan dan mengupayakan dalam hal kemakmuran masjid, jangan sampai masjid yang sudah didirikan dengan megah, akan tetapi hanya sedikit orang yang memakmurkannya.

Dalam kasus ini, banyak sekali masjid yang sudah berdiri sangat megah akan tetapi hanya sedikit umat islam yang memakmurkannya, diantaranya adalah masjid-masjid yang berada di kota Tangerang Selatan.

Firman Allah dalam surat at-taubah ayat 18 yang berbunyi:

ىَتآو َة َلََصلا َم اَقَأَوِرِخلآا ِمْوَ يلاَو ّللَاِب َنَمآ ْنَم َللَاَدِج اَسَمُرُمْعَ ي اَمنَِّإ ملَِّإ َشَْيَ َْلََو َةاَكمزلا

وُأ ىسَعَ ف َّللَا َنْيِدَتْهُلما َنِماوُنوُكَي ْنَأ َكِئَل

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang- orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al-Taubah: 18).”

Dalam QS. Al-Taubah ayat 18 ini menjelaskan secara tegas bahwasannya ada kterkaitan antara memakmurkan masjid dengan keimanan seseorang, karena dengan keimanan yang kokoh pula kemakmuran masjid akan terjamin, maka dari itu di dalam surat at-taubah ayat 18 terdapat setidaknya 5 kriteria kepada orang-orang yang memakmurkan masjid. Sebagai berikut:

1. Orang yang beriman kepada Allah;

2. Beriman kepada hari akhir;

3. Melaksanakan sholat;

4. Menunaikan zakat;

5. Orang yang tidak takut kecuali hanya kepada Allah.

(22)

Quraish Shihab menjelaskan tentang tafsiran ayat ini dalam kitab tafsir karangannya yakni Tafsir Al-Mishbah bahwasannya dalam ayat ini dijelaskan ”siapa yang wajar memakmurknnya, yaitu yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah, yakni tidak lain kecuali siapa yang beriman dengan benar kepada Allah dan hari kemudian , serta tetap mendirikan shalat secara tekun dan benar, menunaikan zakat dengan sempurna dan tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Maka mereka itulah yang sangat jauh lagi tinggi kedudukannya adalah orang- orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat serta melaksanakan secara sempurna petunjuk Allah swt.”10

Menurut pemahaman Muhammad Restu Eka Saputra salah satu jama’ah masjid Al-Barkah di kota Tangerang Selatan, menurutnya makna yang terdapat dalam QS. Al-Taubah ayat 18 ini bahwasannya Allah memberitahukan kriteria-kriteria siapa saja kaum muslimin yang harus memakmurkan masjid, diantaranya adalah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, orang-orang yang mendirikan shalat dan membayar zakat, dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah swt. Dan yang dimaksud memakmurkan disini aialah makmur dari segi bangunan dan juga jama’ah masjid yang melaksanakan shalat berjama’ah di masjid tersebut maupun melakukan kegiatan kerohanian lainnya.11

Dalam hal memakmuran masjid, semua itu tidak terlepas dari peranan pengurus masjid, karena pengurus masjid atau takmir masjid adalah sebuah mediator dalam meningkatkan kemakmuran sebuah masjid.

Pengurus masjid tentu saja sangat besar perannya dalam pemakmuran masjid. Karena itu, pengurus masjid harus betul-betul solid, mulai dari

10 Muhammad Quraish Shihab, Tafsīr Al-Mīshsbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian, jilid 5, cet. 5, (Jakarta: Lentera Hati, 2012)

11 Muhammad Restu Eka Saputra, (Jamaah Masjid ), diwawancarai oleh Muhamad Esa fachreza, Pamulang 20 agustus 2019, Banten.

(23)

jumlahnya yang cukup, memiliki semangat kerja, memiliki pemahaman yang utuh tentang masjid yang ideal, memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengurus yang tertera dalam struktur dan job description (uraian kerja), dan meningkatkan kemampuan kerja dalam kapasitasnya sebagai pengurus masjid.12 Dalam upaya memakmurkan masjid, tentunya pengurus masjid sudah memiliki berbagai macam cara untuk memakmurkan sebuah masjid diantaraanya membuat agenda- agenda kegiatan keagamaaan dan lain sebagainya.

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 10-15 november 2019, penulis menemukan beberapa masjid di kota Tangerang Selatan yang sudah cukup makmur dan ada pula beberapa yang belum cukup makmur.

Semua itu dapat dilihat dari konstruksi bangunan, masyarakat yang melaksanakan sholat lima waktu berjamaah dan juga agenda-agenda yang terdapat di masjid tersebut.

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pemahaman masyarakat muslim di kota Tangerang Selatan tentang QS.

Al-Taubah ayat 18. Maka skripsi ini penulis beri judul “PEMAHAMAN TERHADAP PERINTAH MEMAKMURKAN MASJID DALAM QS.

AL-TAUBAH: 18 (STUDI KASUS JAMA’AH MASJID DI KOTA TANGERANG SELATAN) “

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, terdapat sejumlah masalah yang teridentifikasi oleh penulis, di antaranya ialah:

1. Cakupan dan ruang lingkup kajian Living Quran;

12 Kusno,”’Imarah Al-Masajid Dalam Al-Qur’an (Studi Pemikiran Ali Ash Shobuni dalam Rawai’u Al-Bayan Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al-Qur’an)” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung 2017), 16.

(24)

2. Pemilihan istilah “masjid” sebagai rumah ibadah orang Islam, dari pada “marka’”;

3. Dinamisasi masjid sebagai pusat perubahan dalam peradaban Islam;

4. Kontribusi sejumlah masjid di Indonesia dalam memajukan peradaban;

5. Gerakan pemakmuran masjid yang didasari oleh QS. Al-Taubah:

18;

6. Ciri dan karakteristik ideal pemakmur masjid.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dijabarkan sebelumnya, penulis lebih focus pada poin [5], mengenai gerakan pemakmuran masjid yang didasari oleh QS. Al-Taubah: 18. Adapun rumusan masalah yang penulis jadikan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pemahaman jamaah masjid di kota Tangerang Selatan terhadap QS. Al-Taubah ayat 18?”

Untuk menghindari dari pelacakan yang terlalu lebar, penulis membatasi pada objek yang diambil dalam penelitian ini, yakni hanya pada 2 masjid saja yang terdapat pada daerah Kota Tangerang Selatan: 1) Masjid Agung Al-Mujahidin, dan 2) Masjid Al-Istiqomah. Penulis mengambil kedua masjid ini sebagai objek penelitian dengan mempertimbangkan: 1) Jumlah jama’ah, 2) Letak geografis, 3) Banyaknya kegiatan yang dijadwalkan oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) sebagai bentuk pemakmuran masjid.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini ialah mengetahui

(25)

pemahaman jamaah masjid di kota Tangerang Selatan terhadap QS. Al- Taubah ayat 18.

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yakni;

1. Manfaat teoritis, yakni memberikan sumbangsih akan referensi kajian Living Qur’an yang dihidupkan di wilayah masjid.

2. Manfaat praktis, yakni untuk mencapai gelar strata satu Sarjana Agama (S.Ag), juga memberikan kontribusi akan keterpengaruhan ayat al- Qur’an dalam gerakan sosial masyarakat Muslim, dalam hal ini ialah kehidupan di lingkungan masjid.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa tulisan yang memiliki relevansi dengan peneltian yang akan saya lakukan yang berpusat kepada tema kemakmuran masjid dalam surat at-taubah ayat 18 diantaranya sebagai berikut:

1. “ Ilmu Living Qur’an- Hadis, Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi” karya Dr Ahmad Ubaidi Habillah, MA.HUM,

2. “ Metodologi Penelitian The Living Quran dan Hadis” karya M.Mansyur

3. “THE LIVING Al-QUR”AN: Beberapa Perspektif Antropologi”

karya Heddy Shri Ahimsa-putra

4. “Paradigma Umat Beragama Tentang Livinng Quran”

(menentukan teks dan tradisi masyarakat) karya Dewi Murni,

5. “ kajian Naskah dan Kajian Living Quran dan Hadis” karya Muhammad Ali,

6. ” Menggali Makna Khataman Al-Qur’an di Pondok Pesantren Giri Kesumo Demak (Studi Living Qur’an)” karya Samsul Arifin

Beberapa referensi diatas menjelaskan tentang pengertian ilmu living qur’an dan hadis, landasan ontologis ilmu living qur’an dan hadis, objek kajian living qur’an dan hadis, ruang lingkup kajian living qur’an dan

(26)

hadis, dan sejarah living qur’an dan hadis. Dalam referensi tersebut juga menjelaskan tentang jenis dan model-model living qur’an dan hadis serta menerangkan bagaimana tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian living qur’an dan hadis. Adapula yang menjelaskan tentang kajian naskah serta menjelaskan bahwasannya living quran dan hadis juga bagian dari living text dan living islam.

7. “Pola Komunikasi Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Raya Al -Adzom Tangerang” karya Fajriah Rifai,

8. “Pola Komunikasi Pengurus Dalam Memakmurkan Masjid Al Madinah Ciledug-Tangerang” karya Sri Nurlailah,

9. “Strategi Dakwah Oleh Pengurus Masjid Upaya Memakmurkan Masjid Jami’ Al-Anwar Tluk Betung Bandar Lampung” karya Anisa Hanna Sanjani,

10. ”Imarah Al-Masjid Dalam Al-Quran (Studi Pemikiran Muhammad Ali Ash Shobuni dalam Rawai’u al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam min Al- Qur’an) karya Kusno,

Dalam beberapa referensi diatas membahas tentang bagaimana Pola komunikasi antar dewan keakmuran masjid dengan jama’ah masjid dan pola komunikasi atntar pengurus masjid. Didalamnya juga menerangkan tentang pengertian pola komunikasi, macam-macam pola komunikasi, metode komunikasi, dampak komunikasi, dan juga membahas tentang pengertian masjid, pengertian memakmurkan masjid, serta langah- langkah pemakmuran masjid. menjelaskan tentang strategi dakwah, pembinaan masjid yang didalamnya terdiri dari pembinaan idarah, imarah, dan riayah masjid,manjelaskan pula pengertian manajemen imaroh al masjid, langkah-langkah dalam memakmurkan masjid, problematika masjid, keutamaan memakmurkan masjid, fungsi masjid dimasa nabi dan di masa kini. Ada pula pembahasan tentang pengertian pengurus masjid,

(27)

struktur pengurus masjid, tugas dan tanggung jawab pengurus masjid, serta manajemen dalam hal memakmurkan masjid dan juga menyertakan gambaran umum masjid.

11. “Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini” karya Mukti Ali,

“Menuju Masjid Ideal” karya Drs. Ahmad Yani dan DR. Achmad Satori Ismail,

12. “Manajemen Imarah Masjid Raya Bulukumba” karya Alfitha Anggreni,”

13. “Masjid dan Dakwah (Memecahkan, membangun, dan mengelola masjid mengemas substansi dakwah upaya pemecah krisis moral dan spiritual) karya Ir. H. Nana Rukmana D.W.Ma.,

14. “Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam” karya Syamsul Kurniawan,

15. “Manajemen Pengelolaan Masjid Di Kota Palopo” karya Suparman Manuhung dan Andi Mattingaragau Tenrigau,

Dalam beberapa referensi diatas setidaknya ada beberapaa pembahasan didalamnya diantaranya ialah tentang pengerttian masjid, bagaimana sejarah awal berdirinya masjid pada masa nabi, fungsi sebuah masjid pada masa lalu dan masa sekarang, ada pula tentang administrasi,organisasi dan manajemen masjid, problematika masjid serta remaja masjid, manajemen pengelolaan masjid dan remaja masjid, pembinaan remaja, dan strategi dalam pembinaan remaja.

F. Metodologi Penelitian 1. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini saya menggunakan studi lapangan (field research), maka penulis mendapatkan sumber data primer ini dari hasil observasi dan wawancara, observasi ini saya lakukan terhadap masjid-

(28)

masjid yang terdapat di kota Tangerang Selatan dan wawancara kepada pengurus masjid, jamaah masjid dan tokoh agama (ustad). Sedangkan data sekunder yang penulis gunakan berupa buku- buku atau sumber- sumber tertulis lainnya adalah segala yang berkaitan dengan penelitian yang penulis teliti seperti, Tafsir Ibnu Katsir Karya Ibnu Katsir Tafsir Al Mishbah Karya Muhammad Quraish Shihab Dan Lain-lainnya.

2. Jenis Penelitian

Dalam hal ini saya menggunakan metode living qur’an, adapun tahap- tahap dalam dalam menyelesaikan penelitian ini adalah:

1. persiapan, dalam tahap persiapan penelitian living qur’an ini, peneliti harus terlebih dahulu memastikan adanya fenomena social tentang qur’an.

2. Merumuskan dan memfokuskan masalah, setelah melakukan survey lapangan dan juga survey literaur atau penjajakan penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan perumusan masalah.

3. Menentukan posisi penelitian dan memastikan orisinalitasnya, dalam melakukan tinjauan pustaka ini peneliti dapat menempuh beberapa langkah berikut ini:

a. mencari persamaan persamaan antara penelitian terdahulu dengan rencana penelitian yang akan peneliti teliti.

b. setelah melakukan uji persamaan, peneliti harus melakukan uji perbedaan.

c. untuk mencari persamaan dan perbedaan itu, peneliti perlu menguraikan secara sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevasi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

d. selanjutnya, peneliti perlu mengemukakan posisi penelitian peneliti. setelah menemukan persamaan dan perbedaannya, lalu peneliti

(29)

menyatakan bahwa penelitian peneliti akan menyempurnakan, membantah, megkritik, atau mengambil aspek lain.

4. Merumuskan dan mendisain metodelogi penelitian, setelah masalah penelitian benar-benar jelas dan dianggap focus, barulah metodelogi penelitian dapat dirumuskan.

5. Proses pengumpulan data, untuk mendapatkan hsil yang maksimal dalam pengumplan data melalui wawancara, akan lebih baik jika pertanyaannya disusun secara sistematis.

6. Proses pengolahan data, tahapan paling puncak dari penelitian living qur’an dan juga penelitian lainya adalah tahapan pengolahan data.

7. Penyajian dan penyusunan laporan penelitian.13 G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dari masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-sub bab. Adapun sistematika yang saya buat adalah sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan, bab ini menjadi “inti” yang menggerakkan penelitian penulis, yang berisikan latar belakang penelitian bermula, kemudian darinya akan ditarik identifikasi, rumusan, serta batasan masalah yang menjadi fokus kajian, selanjutnya tujuan dan manfaat penelitian untuk menunjukkan signifikansi penelitian, pelacakan literature review pada sub “tinjauan pustaka”, metodologi penelitian yang diambil sebagai alat problem solving, juga paparan step-step penelitian yang dinarasikan melalui “sistematika penulisan”.

Bab II penulis akan menjelaskan tentang pengertian metode Living Qur’an, Sejarah Living Qur’an , langkah-langkah Living Qur’an.

13 Ilmu Living Qur’an- Hadis, Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi” karya Dr Ahmad Ubaidi Habillah, MA.HUM.

(30)

Bab III dalam bab ini penulis akan membahas deskripsi tentang masjid, keterkaitan antara al Qur’an dan masjid, dan juga membahas kegiatan yang terdapat di dalam masjid yang akan penulis teliti.

Bab IV dalam bab ini penulis akan mengemukakan hasil dari wawanara peneliti terhadap dewan kemakmuran masjid, jamaah masjid dan tokoh agama (ustadz) yang terdapat di masjid-masjid yang sudah ditentukan, serta analisa penulis tentang pemahaman para jamaah yang diwawancarai.

Bab V adalah penutup, dalam bab ini berisi jawaban atas rumusan masalah yang diangkat sekaligus saran-saran. Saran-saran ditulis sebagai bentuk rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yang bisa dipakai oleh lainnya.

(31)

13 A. Pengertian Living Qur’an

Ditinjau dari segi bahasa, Living Qur‟an adalah gabungan dari dua kata yang berbeda, yaitu living, yang berarti „hidup‟ dan Qur‟an, yaitu kitab suci umat Islam. Secara sederhana, istilah Living Qur‟an bisa diartikan dengan “(Teks) al-Qur‟an yang hidup di masyarakat.”1

Living Qur‟an pada hakekatnya bermula dari fenomena Qur’an in Everyday Life, yakni makna dan fungsi al-Qur‟an yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim.2 Dengan kata lain, memfungsikan al-Qur‟an dalam kehidupan praktis di luar kondisi tekstualnya. Pemfungsian al- Qur‟an seperti ini muncul karena adanya praktek pemaknaan al-Qur‟an yang tidak mengacu pada pemahaman atas pesan tekstualnya, tetapi berlandaskan anggapan adanya “fadhilah” dari unit-unit tertentu teks al- Qur‟an, bagi kepentingan praksis kehidupan keseharian umat.3

Heddy Shri Ahimsa-Putra mengklasifikasikan pemaknaan terhadap Living Qur‟an menjadi tiga kategori. Pertama, Living Qur‟an adalah sosok Nabi Muhammad Saw. yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada keterangan dari Siti Aisyah ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad Saw., maka beliau menjawab bahwa akhlaq Nabi Saw. adalah al-Qur‟an. Dengan demikian Nabi Muhammad Saw. adalah “al-Qur‟an yang hidup,” atau Living Qur‟an. Kedua, ungkapan Living Qur‟an juga

1 Sahiron Syamsuddin, “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis,” dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Teras, 2007), xiv.

2 M. Mansur, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Al-Qur’an,” dalam Sahiron Syamsuddin (ed.), Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:

Teras, 2007), 5.

3 M. Mansur, Living Qur’an dalam…, 5.

(32)

bisa mengacu kepada suatu masyarakat yang kehidupan sehari-harinya menggunakan al-Qur‟an sebagai kitab acuannya. Mereka hidup dengan mengikuti apa-apa yang diperintahkan al-Qur‟an dan menjauhi hal-hal yang dilarang di dalamnya, sehingga masyarakat tersebut seperti “al- Qur‟an yang hidup”, al-Qur‟an yang mewujud dalam kehidupan sehari- hari mereka. Ketiga, ungkapan tersebut juga dapat berarti bahwa al-Qur‟an bukanlah hanya sebuah kitab, tetapi sebuah “kitab yang hidup”, yaitu yang perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari begitu terasa dan nyata, serta beraneka ragam, tergantung pada bidang kehidupannya.4

Dalam kaitannya dengan tulisan ini, Living Qur‟an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur‟an atau keberadaan al-Qur‟an di sebuah komunitas muslim tertentu.5

Muhammad Yusuf, mengatakan bahwa upaya untuk membuat hidup dan menghidupkan al-Qur‟an oleh masyarakat “respons sosial (realitas) terhadap al-Qur‟an dapat dikatakan Living Qur‟an. Baik itu al-Qur‟an dilihat masyarakat sebagai ilmu (science) dalam wilayah profane (tidak keramat) di satu sisi dan sebagai buku petunjuk (hudā) dalam yang bernilai sakral (sacred) di sisi yang lain.”6

Studi mengenai Living Qur‟an “adalah studi tentang al-Qur‟an tetapi tidak bertumpu pada eksistensi tekstualnya. Melainkan studi tentang fenomena sosial yang lahir terkait dengan kehadiran al-Qur‟an dalam wilayah geografi tertentu dan mungkin masa tertentu pula.”7

4 Heddy Shri Ahimsa Putra, “The Living Al-Qur‟an: Beberapa Perspektif Antropologi,” dalam Jurnal Walisongo 20, 1 (Mei 2012): 236-237

5 M.Mansur, Living Qur’an dalam…, 8.

6 Yusuf, M., Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,” dalam M.

Mansyur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits, (Yogyakarta: TH. Press, 2007), 36-37.

7 Yusuf, M., “Pendekatan Sosiologi dalam…, 39.

(33)

Dari penjelasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa Living Qur‟an adalah suatu kajian ilmiah dalam bidang studi al-Qur‟an yang meneliti pertalian antara al-Qur‟an dengan kondisi sosial yang terjadi dikalangan masyarakat. Living Qur‟an juga berarti praktek-praktek pelaksanaan ajaran al-Qur‟an di masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seringkali praktek-praktek yang dilakukan masyarakat, berbeda dengan muatan tekstual dari ayat-ayat atau surat-surat al-Qur‟an itu sendiri.

B. Sejarah Living Qur’an

Studi Al-Qur‟an sebagai sebuah upaya sistematis terhadap hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan Al-Qur‟an pada dasarnya sudah mulai sejak zaman Rasul. Hanya saja pada tahap awalnya semua cabang „ulum Al-Qur‟an dimulai dari praktek yang dilakukan generasi awal terhadap dan demi al-Qur‟an, sebagai wujud penghargaan dan ketaatan pengabdian. Ilmu Qira‟at, rasm al-Qur‟an, tafsir al-Qur‟an, asbab al-nuzul dan sebagainya dimulai dari praktek generasi pertama al-Qur‟an (Islam). Baru pada era takwin atau informasi ilmu-ilmu keislaman pada abad berikutnya, praktek-praktek terkait dengan al-Qur‟an ini disistematikan dan dikodifikasikan, kemudian lahirlah cabang-cabang ilmu al-Qur‟an.8

Terkait dengan lahirnya cabang-cabang ilmu al-Qur‟an, ada satu hal yang perlu dicatat, yakni bahwa sebagian besar, kalau tidak malah semuanya, berakar pada problem-problem tekstualitas Qur‟an. Cabang- cabang ilmu al-Qur‟an ada yang terkonsentrasi pada aspek internal teks ada pula yang memusatkan perhatiannya pada aspek eksternalnya seperti

8 Dosen tafsir hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Metodologi Penelitian Living Qur’an & Hadis, pengantar: Sahiron Syamsuddin, (Yogyakarta: TH-Press, Mei 2007, Cet. I), 5-6.

(34)

asbab al-nuzul dan tarikh al-Qur‟an yang menyangkut penulisan, penghimpunan hingga penerjemahannya. Sementara praktek-praktek tertentu yang berujud penarikan al-Qur‟an ke dalam kepentingan praktis dalam kehidupan umat di luar aspek tekstualnya nampak tidak menarik perhatian para peminat studi Qur‟an klasik.9

C. Langkah-Langkah Living Qur’an

Setelah mengetahui pengertian dan sejarah tentang ilmu Living Qur‟an peneliti perlu mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian ini.

Adapun tahapan-tahapan dalam dalam menyelesaikan penelitian ini adalah:

a. Persiapan, dalam tahap persiapan penelitian living qur‟an ini, peneliti harus terlebih dahulu memastikan adanya fenomena sosial tentang qur‟an. Khusus dalam konteks penelitian living qur‟an dan hadis, termasuk hal terpenting untuk dipersiapkan di tahap ini adalah memastikan adanya praktik living qur‟an atau living hadis dalam sebuah fenomena sosial yang sedang peneliti amati.

Jika telah dipastikan suatu fenomena tersebut mengandung semangat atau nilai living Quran-hadis, maka hal itu dipastikan dapat peneliti kaji sebagai penelitian living quran atau living hadis.

Langkah selanjutnya setelah itu adalah mencari permasalahan yang dapat diteliti, hal itu penting karena masalah penelitian adalah syarat mutlak dan rukun pertama sebuah penelitian.

Menentukan problem akademik dan masalah penelitian juga menjadi masalah terpenting dalam tahap persiapan ini. Hal ini dapat dilakukan

9 Dosen tafsir hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Metodologi Penelitian Living Qur‟an & Hadis, pengantar: Sahiron Syamsuddin, Yogyakarta: TH-Press, Mei 2007, Cet. I, 5-6

(35)

secara sekaligus untuk menentukan arah dan tujuan penelitian yang relevan dengan masalah yang dikaji. Setelah hal itu terumuskan dengan baik, langkah selanjutnya adalah melakukan tinjauan ulang terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

b. Merumuskan dan memfokuskan masalah, setelah melakukan survey lapangan dan juga survey literaur atau penjajakan penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan perumusan masalah. Hal ini sebaiknya didahului dengan kegiatan identifikasi masalah.

Mengidentifikasi masalah berarti menelusuri masalah-masalah apapun yang relevan dengan tema dan tujuan penelitian.

setelah permasalahan itu teridentifikasi dengan baik, barulah dilakukan perumusan. Sebagai sebuah rumusan, tentu ia bersifat sangat umum dan general. Karena, rumusan masalah adalah satu pertanyaan yang mewakili sekian banyak masalah.

Mengingat sifatnya yang general itu, masalah-masalah yang telah dirumuskan tersebut juga masih perlu dibatasi dari segi waktu, cakupan tema, lokasi, kasus, atau batasan lainnya yang dianggap relevan. Untuk dapat merumuskan masalah, peneliti perlu kembali kepada teori yang telah peneliti miliki dan kemudian dipadukan dengan temuan data awal penelitian di lapangan atau melalui survey kepustakaan.

Saat menentukan permasalahan penelitian, hal terpenting lain yang perlu dilakukan adalah merumuskan tujuan dan manfaat penelitian.

Setelah masalah penelitian berhasil ditemukan, kemudian tujuan dan manfaatnya juga telah ditentukan, barulah kemudian dapat disusun kerangka teorinya dengan mengacu kepada teori besar yang dimiliki. Dari rumusan masalah yang telah dikerangkakan teorinya sesuai dengan tujuan dan manfaat yang telah ditentukan itu, barulah kemudian dilakukan penyusunan hipotesa atau kesimpulan sementara. Fungsi dari adanya

(36)

kesimpulan sementara itu adalah memastikan bahwa peneliti yang akan melakukan penelitian ini benar-benar telah siap sepenuhnya dan memiliki gambaran yang utuh dan mendetail tentang teknis pelaksanaan penelitian yang akan peneliti lakukan.

c. Setelah jelas masalah yang akan diteliti, langkah selanjutnya yang penting adalah menentukan posisi penelitian dan memastikan orisinalitasnya. Dalam rangka menentukan posisi penelitian dan memastikan orisinalitasnya, penting kiranya bagi peneliti untuk memiliki teori atau minimal, mengetahui kesimpulan-kesimpulan dan proporsi- proporsi yang ditawarkan oleh peneliti terdahulu sebelum kita.

Teori pada dasarnya adalah perwujudan dari sebuah perspektif ilmiah.

Istilah teori biasanya dipakai dalam penelitian kuantitatif. Teori juga berguna untuk menjadi perspektif dalam menafsirkan objek penelitian.

Selanjutnya, untuk memastikan orisinalitas penelitian, dalam melakukan tinjauan pustaka ini peneliti dapat menempuh beberapa langkah berikut ini:

a) mencari persamaan persamaan antara penelitian terdahulu dengan rencana penelitian peneliti.

b) setelah melakukan uji persamaan, peneliti harus melakukan uji perbedaan.

c) untuk mencari persamaan dan perbedaan itu, peneliti perlu menguraikan secara sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevasi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.

d) selanjutnya, peneliti perlu mengemukakan posisi penelitian peneliti. setelah menemukan persamaan dan perbedaannya, lalu peneliti nyatakan bahwa penelitian peneliti akan menyempurnakan, membantah, megkritik, atau mengambil aspek lain.

(37)

d. Merumuskan dan mendisain metodologi penelitian. Setelah masalah penelitian benar-benar jelas dan dianggap focus, barulah metodologi penelitian dapat dirumuskan.

Dalam rangka merumuskan metodologi, perlu untuk diperhatikan beberapa unsur pokok metodologi agar komprehensif dan dapat guna.

Dalam mendesain metodologi penelitian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan pendekatan dan jenis penelitian. Pendekatan penelitian diperlukan untuk menyesuaikan persoalan penelitian dengan paradigm yang digunakan, afiliasi keilmuan (afiliasi teoritik) dan teori yang digunakan.

Selanjutnya mengenali dengan sangat baik objek penelitian yang akan diteliti. Pengenalan terhadap objek penellitian bukan sekedar mengenaalinya secara umum, melainkan harus mengenali hingga sangat detail, sehingga dapat mengetahui adanya data-data yang cukup memadai untuk diteliti.

Dalam kaitannya dengan adanya data yang jelas, perlu dilakukan penentuan dan pengukuran kebutuha data. Jenis data apa saja yang diperlukan dalam sebuah penelitian yang akaan dilakukan. Oleh karena itu, dalam merumuskan sebuah metodologi penelitian, harus ditentukan terlebih dahulu jenis, bentuk, dan sumber data.

Jika bentuk penelitiannya adalah studi kasus yang dilakukan secara kualitatif, maka dalam menentukan sumber data penelitian juga harus memastikan wilayah penelitian. Penentuann wilayah penelitian dalam penelitian kualitatif diungkapkan dalam bentuk lokasi penelitian dan unit analisis. Sambil menentukan kemungkinannya untuk diteliti, peneliti juga harus merumuskan metode pengumpulan datanya. Hal ini penting dilakukan untuk membuat perencanaan pengumpulan data secara matang.

(38)

Langkah selanjutnya adalah melakukan penentuan metode analisis.

Data yang telah terkumpul harus dapat dianalisis. Sebuah data yang memadai tidak akan berguna dalam penelitian jika tidak dapat dianalisis, atau dapat dianalisis namun secara serampangan.

e. Proses pengumpulan data. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan selama proses pengupulan data adalah mengenai hal teknis.

Saat proses mengumpulkan data dari para narasumber atau informan, peneliti harus benar-benar pandai menjaga sikap. Dalam hal data yang berupa peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat memperolehnya melalui pengamatan terhadap peristiwa tersebut. Dari pengamatan ini peneliti dapat mengetahui dengan baik prosesnya secara langsung.

Dalam peroses pengumpulan data juga penting sekali untuk menaruh kesadaran tinggi agar dapat melakukan kajian tentang ketertarikan antara peristiwa dengan kondisi natural lingkungan sekitarnya.

Peneliti harus benar-benar selalu dalam keadan “sadar data” selama peroses pengumpulan data. Sehingga, meskipun peneliti menggunakan metode wawancara misalnya, metode lain juga tetap harus difungsikan.

Misalnya adalah metode dokumentasi. Di tengah wawancara misalnya, peneliti melihat adanya benda, dokumen, arsip, rekaman, atau apapun yang dapat memberikan data tambahan yang penting.

Dalam melakukan observasi, peneliti juga harus mengetahui sejauh mana keterlibatan yang peneliti perlukan. Sementara itu, dalam proses pengumpulan data melalui kegiatan wawacara, peneliti juga harus pandai- pandai memosisikan diri. Kemudian, dalam proses wawancara peneliti juuga harus sering melakukan klarifikasi jika diperlukan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengumpulan data melalui wawancara, akan lebih baik lagi jika urutan pertanyaan juga disusun

(39)

secara sistematis. Hal terpenting lainnya dalam hal upaya mengumpulkan data melalui kegiatan wawancara adalah menjaga sikap dan etika.

Setelah data-data tersebut dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah menguji kesahihan data yang terkumpul. Hal ini sangat penting dalam proses pengumpulan data agar jangan sampai keabsahan dan objektifitas data peneliti dipermasalahkan.

f. Proses pengolahan data, tahapan paling puncak dari penelitian living qur‟an dan juga penelitian lainya adalah tahapan pengolahan data.

Ini adalah tahapan paling inti. Data yang terkumpul tidak akan memiliki manfaat dan makna jika tidak diolah dengan baik. Pengilahan data juga bisa disebut dengan analisis data.

Setiap data yang telah terkumpul, sebaiknya sesegera mungkin dianalisis. Langkah selanjutnya dalam pengolahan data, setelah menganalisanya adalah mellakukan reduksi data. Reduksi data adalah peroses pemilihan, pemusatan perhatian dengan cara penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data data kasar yang muncul dari catatan- catatan lapangan.

Dalam proses pengolahan data, hal terpenting lainnya yang harus dilakukan adalah menyajikan data. Untuk mendapatkan kualitas penyajian yang baik, peneliti harus memiliki kreatifitas yang baik.

g. Penyajian dan penyusunan laporan penelitian. Penyajian atau pelaporan akhir penelitian adalah berbeda dengan penyajian data yang telah diuraikan sebelumnya. Ini adalah hal yang paling utama diujung proses penelitian. Penyajian data atau display ini merupakan penentu kualitas penelitian yang paling mungkin diukur oleh para pengguna dan pembaca penelitian.

Terkait dengan format penyajian laporan dan model-modelnya, ada beberapa model dan cara penyajian laporan penelitian ilmiah dalam

(40)

bidang living qur‟an dan hadis. Diantaranya adalah model infografis, videografi, artikel, model makalah, model laporan umum akademik, hingga skripsi, tesis, dan disertasi. Meski demikian, semua jenis model penyajian penelitian ilmiah living qur‟an dan hadis sebagaimana yang telah disebut di atas, tetap memiliki kesamaan unsur pokok, yang harus ada dalam batang tubuh laporan penelitian. Unsur-unsur pokok tersebur terdiri dari lima hal terpenting.

Unsur yang pertama adalah pendahuluan atau introduction. Hal pertama yang perlu disajikan adalah memperkenalkan penelitian.

Selanjutnya, penjelasan tentang urgensi, manfaat, signifikansi adalah bagian yang juga penting disampaikan, dan harus relevan dengan permasalahan yang diangkat. Dalam hal ini biasanya secara otomatis menyebutkan juga latar belakang meneliti masalah tersebut. Unsur yang kedua adalah methodology. Unsur ini adalah unsur tepenting yang menentukan keilmiahan sebuah karya. Dengan adanya metodologi yang jelas, terencana, terstruktur, terukur dan terbuka, suatu penelitian akan dapat dipertanggunngjawabkan secara ilmiah. Unsur yang ketiga adalah discussion. Diskusi merupakan unsur penguji gagasan peneliti yang bertindak sebagai peneliti . Sedangkan unsur keempat adalah analysis.

Unsur ini merupakan salah satu penentu bobot sebuah penelitian. Analisis data merupakan bagian paling inti dari sebuah penelitian. Yang terakhir adalah unsur result, atau hasil. Unsur ini biasanya diistilahkan dengan kesimpulan. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa kesimpulan itu bukanlah resume atau ringkasan penelitian. Kesimpulan adalah jawaban rumusan maslah.10

10 Dr Ahmad Ubaidi Habillah MA.HUM. “Ilmu Living Qur’an- Hadis, Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi”, cet.2 (Ciputat, Yayasan Wakaf Darus-Sunah). 269-308

(41)

23 A. Gambaran Umum Masjid

Berdirinya sebuah masjid tujuannya adalah menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan umat, seperti kegiatan ibadah yang bersifat ritual sampai yang besifat sosial, dan menjadi pusat kebangkitan peradaban Islam1

Adapun sejarah singkat masjid-masjid yang penulis teliti ialah:

1. Sejarah singkat berdirinya Masjid Agung al-Mujahidin kota Tangerang Selatan

Pada awalnya tanah yang dimiliki oleh pemerintah dibangun sebuah komplek perumahan oleh salah satu pengambang tanah atau bisa disebut dengan developer, setelah dibangunnya perumahan tersebut, masyarakat sekitar meminta untuk adanya sebuah fasilitas umum diantaranya adalah masjid, karna sesuai dengan perjanjian awal yakni, dibolehkan mendirikan area perumahan asalkan ada sarana umum dianntaranya masjid.

Dalam proses pembangunan masjid agung al mujahidin ini terjadi pro dan kontra di dalamnya antara pengembang tanah komplek perumahan dengan masyarakat setempat dan pada akhirnya didirikanlah sebuah masjid oleh Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila milik pak soeharto pada tahun 1987 dan diresmikan penggunannya pada tahun 1988 yang diberi nama masjid al-mujahidin.

Seiring berjalannya waktu sekitar 15 tahun yang lalu setelah terbangunnya KBIH dan lain-lainnya akhirnya pengurus masjid al

1 Muhamad Shefre Bin Mat Delin,” Fungsi Masjid Dalam Pembinaan Kehidupan Keagamaan (Studi Terhadap Fungsi Masjid Universiti Sultan Zainal Abidin Di Kuala Terengganu Malaysia)”(Skripsi S1 Universitas IslamNegri Sultan Syarif Kasim, Riau, 2010), 20.

(42)

mujahidin sepakat untuk keluar dari yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila dan membuat yayasan sendiri yakni yayasan al mujahdin dan pada akhirnya terjadilah perombakan besar-besaran terhadap masjid al mujahidin dari mulai bangunan hingga struktur keorganisasian dan itu dilakukan sebelum kota tangerang selatan berdiri.2

2. Sejarah singkat berdirinya masjid al-Istiqomah kota Tangerang Selatan.

Jauh sebelum masjid ini berdiri megah seperti ini, pada tahun 1950 bangunan ini hannyalah sebuah surau dan proses pembangunan untu menjadi sebuah masjid sampai saat ini telah dilakukan beberapa kali renovasi serta perluasan tanah, untuk renovasi pertama yakni awalnya dibangun menjadi sebuah masjid itu pada tahun 1990 lalu dilakukan renovasi kedua pada tahun 1996 dan mulai renovasi yang ketiga kaalinya yakni mulai tahun 2000 hingga saat ini. Masjid ini berdiri diatas tanah waqaf milik bapak H.Saan seluas 400 meter dan selama pembangunan terhadap masjid, pengurus masjid berusaha menambahkan luas tanah masjid dan akhirnya masjid pun diperluas seluas 200 meter jadi hingga saat ini masjid al-Istiqomah memiliki tanah seluas 600 meter.3

B. Letak Geografis Masjid

1. Letak geografis Masjid Agung al-Mujahidin kota Tangerang Selatan

Masjid Agung al- Mujahidin merupakan masjid besar kota Tangerang selatan. Masjid Agung al-Mujahidin terletak di tengah kota yang padat penduduk dan tempat-tempat masyarakat beraktivitas sehari-hari,

2 Mohammad Fuad, SQ,S.ud (Sekretaris Pengurus Masjid al-Mujahidin), diwawancarai pleh Muhamad Esa fachreza, Pamulang, 15 April 2020, Banten.

3 H. Abu Bakar S.Pd., MM. (Ketua DKM Masjid Al-Istiqomah), diwawancarai oleh Muhamad Esa Fachreza, Setu, 29 Mei 2020, Banten.

(43)

bangunan masjid yang berdiri pada saat ini merupakan bangunan yang sudah di renovasi dan dibangun dilokasi yang sama dengan bangunan sebelumnya yang dirobohkan total dan tidak menyisakan bentuk aslinya.

Letak geografis Masjid Agung al-Mujahidin adalah sebagai berikut : a. Sebelah timur majid terdapat kantor kepolisian pamulang, universitas pamulang, dan puskemas pamulang.

b. Sebelah selatan masjid terdapat Kantor Urusan Agama (KUA) dan kantor kecamatan Pamulang.

c. Sebelah barat masjid terdapat komplek perumahan dan ruko perbelanjaan.

d. Sebelah utara masjid terdapat jalur utama dan juga pusat perbelanjaan.

2. Letak geografis masjid al-Istiqomah kota Tangerang Selatan Letak bangunan masjid al-istiqomah berada di tengah desa yang mana hanya dikelilingi rumah-rumah penduduk dan pondok pesantren.

Bangunan ini berdiri di lokasi yang sama dengan bangunan yang dulu dan masih direnovasi hingga saat ini.

Letak geografis masjid al-Istiqomah adalah sebagai berikut : a. Sebelah timur majid terdapat rumah penduduk.

b. Sebelah selatan masjid terdapat rumah penduduk.

c. Sebelah barat masjid terdapat rumah penduduk.

d. Sebelah utara masjid terdapat pondok pesantren As-Shiddiqiyah.

C. Struktur Kepengurusan Masjid

Takmir masjid merupakan sekumpulan orang yang mendapatkan amanah untuk memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan-kegiatan kebaikan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam Sebagai pelayan jamaah masjid, seorang takmir harus memberikan

(44)

perhatian yang lebih, khususnya dalam hal melayani segala kebutuhan yang berkaitan langsung dengan upaya pemakmuran masjid.4

1. Susunan Pengurus DKM Masjid Agung al-Mujahidin, Pamulang

Tabel 3.1

PERIODE 2019-2024

Ketua Drs. H. Azhar Saleh

Sekretaris Mohammad Fuad,

SQ,S.ud

Bendahara H. Imam Sutisno

Seksi-Seksi

Majlis Taklim Dra. Hj. Tati Astriati

Peribadatan -

Rumah Tangga H. Rikun

Sarana dan Prasarana Saptono Hidayat

UPZ Drs. H. Sukarman,

S.Ag.

FHQ, Tahsin &

Tahfidz H. Gusti Kusumajaya

Imam Rawatib

Mohammad Fuad, SQ, S.ud

Jaenuddin, S.Hum

Muazin Iding Sanusi

Mulyana

Kebersihan Mansur

Akhmad Fauzi

4 Dina Okta, “Strategi Takmir Masjid Taqwa Kota Metro dalam meningkatkan kualiitas Imarah” (Skripsi S1., Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung, 2019), 48.

(45)

Teguh Utoyo Ahmad

Itari Sri Wahyuni

Keamanan

Ricky Yusuf Jaja

Taufik

Staf DKM Fajran

Billy AR Ridho 2. Susunan Pengurus DKM Masjid al-Istiqomah, Setu

Tabel 3.2

PERIODE 1990- SEKARANG

Ketua H. Abu Bakar S.Pd.,

MM.

Sekretaris Abdul Haris.

Bendahara H. Nawawi.

Imam dan Khotib

KH. Munhady Muslih, M.Ag.

Saeful Mujmal, LC., SH.

Ustadz Hamdan Royani,

Muazin

Muhammad Tsaqif.

Haibatullah Zarkasih.

Khoirul shidqi.

Kebersihan Jumadi Abdullah, SM.

Syuaib.

(46)

D. Upaya Dewan Kemakmuran Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Imarah Masjid

Masjid sebagai pusat kegiatan umat islam dalam rangka menuju kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat, karena itulah dalam mengelola masjid tidak akan terlepads degan manajemen, manajement yang baik menjadi salah satu faktor yang sangat mendukung bangkitnya kekuatan sebuah masjid.5

Pengurus masjid merupakan salah satu organisasi yang sangat berperan dalam memakmurkan masjid, karena kemakmuran masjid merupakan suatu cermianan akuntabilitas masjid6,

Dalam hal ini, pengurus masjid memilliki beberapa agenda kegiatan rutinitas, baik dari agenda harian, hingga agenda tahunan diantaranya.

1. Pengajian

a. Agenda yang Terdapat di Masjid Agung al-Mujahidin:

Terdapat beberapa kegiatan pengajian yang tedapat pada Masjid al- Mujahidin yang sudah terjadwal hampir setiap harinya dan dibuka untuk umum. Mulai hari Selasa, terdapat pengajian tentang hadis-hadis nabi dan kitab yang digunakan adalah kitab Hadis Arbaīn, Pada hari rabu juga terdapat pengajian yang membahas tentang ilmu hadis akan tetapi mempelajari kitab yang berbeda dari hari sebelumnya yakni kitab Syarh Bulughul Maram, Adapun hari kamis, pengajian ini membahas tentang ilmu tafsir yang mana pengajar ta’lim tersebut mengguanakan kitab Tafsīr Ībn Katsīr, hari jum,at seperti masjid pada umumnya yakni mengadakan solat jum’at berjamaah, sedangkan sabtu dan mingggu adalah kajian

5 Andri Kurniawan,” Peran Pengurus Masjid Dalam Memakmurkan Masjid Al- Achwan Perumahan Pagutan Indah Kota Mataram” (Skripsi S1 IAIN Mataram,2016),42,

6 Eka Siskawati, Ferdawati, Firman Surya,” Bagaimana Masjiid Dan Masyarakat Saling Memakmurkan? Pemaknaan Akuntabiliitas Masjid,” Refleksi: Jurnal Akutansi Multiparadigma Jamal, vol.7, no.1,(April 2016): 71

Gambar

Tabel 3.1 Susunan Pengurus DKM Masjid Agung al-Mujahidin, Pamulang  ................................................................................................................
Tabel 4.1: Tabel Identitas Informan

Referensi

Dokumen terkait