• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROLOG. Semua orang memiliki kisah dramanya masingmasing, yang tidak akan pernah sama dengan kisah hidup orang lainnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROLOG. Semua orang memiliki kisah dramanya masingmasing, yang tidak akan pernah sama dengan kisah hidup orang lainnya."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROLOG

Hidup yang kita jalani adalah sebuah kisah drama yang pasti tidak akan pernah sama setiap harinya dengan Tuhan sebagai sutradaranya.

Semua orang memiliki kisah dramanya masing- masing, yang tidak akan pernah sama dengan kisah hidup orang lainnya.

Semua permasalahan yang datang dalam hidup, kesedihan, kegembiraan, keterpurukan, kebanggaan, ketakutan, keperkasaan, kegundahan, kegagalan, kesuksesan, dan segala hal yang terjadi dalam hidup adalah penggalan cerita yang tergabung dalam kisah drama kehidupan masing-masing orang.

Kehidupan adalah sebuah drama yang tak seorangpun dapat mengetahui kapan akan berakhirnya.

Buat selalu keindahan dalam hidupmu, buat dramamu berakhir bahagia.

“Apapun yang Selvi minta akan selalu aku berikan.

Walau sekalipun dia meminta kebahagiaanku, aku akan memberikanya ikhlas untuk adikku itu. Aku menyayanginya sama seperti kedua orang tuanya menyayangi aku” – Sasha.

(2)

“Uang memang selalu membutakan manusia, membuatnya menyia-nyiakan segalanya. Tapi atas teguran dari Alloh yang aku dapat, aku sadar semua itu hanya semu belaka tanpa pernah kita mensyukurinya. Dan cinta dari Adam membuatku kembali merasakan apa yang dulu sempat aku rasakan. Aku nggak akan mengecewakan kedua orang tuaku lagi. Aku harus lulus dari universitas dengan nilai yang baik” – Nevara.

“Kepahitan masa lalu tak sepantasnya terus kita sesalkan dan kita ingat-ingat. Kegagalan yang dulu aku rasakan nggak membuat aku takut untuk membuka hatiku lagi untuk Candra. Aku tahu harus menghabiskan sisa hidupku dengan siapa, aku akan menjalaninya dengan Candra” – Lala.

(3)

Bagian 1

Istilah

‘anak pancingan’ atau apalah itu sudah nggak asing lagi pastinya. Anak adopsian dari panti asuhan ataupun anak kerabat yang dirawat dan dibesarkan dengan niatan untuk memancing anak mereka, pasangan yang belum dikaruniai buah hati.

Memang aneh, sangat aneh! Memelihara anak demi bisa memicu kehamilan.

Tapi hal seperti itu memang acap kali dilakukan oleh pasangan-pasangan suami istri yang sudah lama tidak mendapatkan keturunan. Dan cara seperti itu terkadang memang ampuh bin manjur.

Pagi hari dirumah keluarga Handoko.

“Pagi Mah. Pagi Pah”, seru Sasha sambil mencium kedua orang tuanya lalu duduk bersama mengelilingi meja makan.

(4)

“Pagi sayang”, balas Mamah manis, “Nih makan dulu rotinya”.

“Makasih Mah”.

Already to eat, but...

“Makasih kak”, seru Selvi saat merebut roti yang hendak dimakan oleh Sasha.

Dan Sasha-pun melongo dengan sukses dibuatnya, dengan kedua tangan masih seperti sedang memegang roti tadi.

“Selvi, kamu kan bisa ambil roti sendiri”, Mamah bersuara.

Selvi bergegas duduk sambil terus mengunyah rotinya, “Kak Sasha juga bisa ambil sendirikan Mah”, serunya membela diri.

“Iya Mah. Nggak apa-apa kok, Sasha bisa ambil sendiri ini”, balas Sasha dengan nggak lupa memancarkan senyuman manisnya.

Tiinn.. tiinn.. tiinn..

Terdengar suara klakson mobil dari luar rumah, membuat Sasha mempercepat tangannya untuk mengambil roti kemudian bergegas pamit untuk berangkat ke sekolah.

(5)

“Jadi lebih milih berangkat sama Ivan ketimbang sama Papah nih?”, tanya Papah usil.

Sasha tersenyum geli, “Iya dong, Ivan kan lebih cakep daripada Papah, jelas aku lebih milih berangkat bareng dia”, balas Sasha yang kemudian bergegas keluar dari rumah.

“Aku ikut!”, seru Selvi yang pergi begitu saja tanpa pamit pada kedua orang tua kandungnya itu.

Ivan itu tetangga sebrang rumah keluarga mereka. Ketiganya bersekolah ditempat yang sama yaitu SMA Matahari. Ivan dan Sasha, mereka sekelas di kelas XII. IPA 3, sedangkan Selvi merupakan warga kelas X.5.

Ivan membukakan pintu mobilnya untuk Sasha, keduanya memang sangat akrab. Mungkin bagi orang yang nggak mengenal mereka pasti beranggapan kalau mereka ini sepasang kekasih.

Tapi, dengan cepat Selvi merangsek masuk ke tempat duduk penumpang yang ada disamping kemudi, yang harusnya ditempati oleh Sasha.

“Aku duduk didepan ya”, ucap Selvi begitu senang.

“Tapi...”, Ivan terhenti saat Sasha menepuk pundaknya.

(6)

“Iya, kamu yang duduk didepan aja. Biar kakak yang duduk dibelakang”, Sasha yang besar hati.

Setelah menutup pintu mobil untuk Selvi, Ivan beranjak membukakan pintu lain mobilnya untuk Sasha. Memang sangat ketara kalau Ivan lebih mengistimewakan Sasha ketimbang Selvi.

“Kamu nggak apa-apa duduk dibelakang?”, tanya Ivan dengan nada suara yang nggak terlalu keras supaya Selvi yang duduk didepan nggak bisa mendengarkan kalimatnya.

Sasha menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, “Tenang aja, aku nggak apa-apa. Toh ini juga bukan yang pertama kalinya”, Sasha menepuk- nepuk pundak Ivan.

“Kak Ivan. Bisa cepetan sedikit nggak? Ntar telat lho”, seru Selvi agak kesal.

Ya sudah. Ivan duduk dibelakang kemudi dan melajukan mobilnya menuju tujuan mereka bertiga yaitu SMA Matahari.

Sesekali Ivan menoleh ke kaca spionnya untuk melihat Sasha yang duduk dibelakang. Nggak bisa dipungkiri lagi, Ivan memang memiliki rasa yang lebih dari sekadar sahabat dengan Sasha. Semua itu bisa terlihat dari sorotan mata Ivan yang begitu berbinar saat memandang Sasha.

(7)

Sesaat kemudian kedua mata Ivan dan Sasha bertemu, Ivan merekahkan senyuman coolnya dan Sasha membalasnya juga dengan senyuman. Tanpa sengaja Selvi menangkap peristiwa itu.

“Kak, nanti siang setelah sekolah kakak ada waktu nggak? Bisa nggak anterin aku ke toko buku?”, seru Selvi tiba-tiba.

Ivan sedikit tersentak kaget, “Sory nggak bisa Sel. Nanti siang kan team basket kelas kakak ada jadwal pertandingan, ngelawan kelas kamu pula”.

“Oh ya lupa. Turnamen basket sekolah ya, kalau gitu kapan-kapan kakak harus anterin aku beli buku ya?”.

Ivan mengangguk tapi dengan ragu dan seketika melirik ke belakang ke arah Sasha.

“Nggak apa-apa”, ucap Sasha tanpa bersuara.

♦♦♦

Jam 11 siang.

“Nevara, ayo bangun. Sudah siang, ayo bangun.

Apa kamu nggak kuliah?”.

Bunda membuka tirai dikamar Vara sapaan akrab Nevara, lalu membuka jendela agar sinar

(8)

matahari dapat masuk dan udara didalam ruangan bisa bertukar dengan udara segar dari luar kamar.

“Ayo bangun Vara. Ini sudah siang. Apa kamu nggak kuliah?”, Bunda akhirnya menarik selimut yang menutupi tubuh Nevara.

“Ah Bunda. Masih ngantuk nih. Lagian Vara nggak ada kuliah hari ini”, ucap Vara sambil menarik selimutnya kembali dengan tetap memejamkan kedua matanya.

“Kalaupun nggak kuliah, ya kamu mandi dong terus sarapan dulu. Kamu cewek lho, masa males banget kayak begini”.

“Ah nanti aja. Vara masih ngantuk”.

“Ya sudah. Mandinya nanti, tapi sarapan dulu yuk”.

“Ah Bunda. Vara masih ngantuk! Jangan ganggu dulu deh”, seru Vara dengan nada agak tinggi sambil membuka selimutnya.

“Ok. Terserah kamu aja”, Bunda angkat tangan.

Vara kembali menutupi wajahnya dengan selimut berwarna biru muda bercorak bunga-bunga itu.

(9)

Tapi Bunda nggak beranjak dari kamar Vara. Dia malah merapikan kamar tidur anak tunggalnya itu.

Beberapa baju kotor berceceran dilantai, Bunda memungutinya lalu memasukkannya dalam keranjang khusus baju kotor. Meja rias Vara yang berantakan juga lalu di rapikan oleh Bunda.

Saat meraih sisir yang ada di meja, seketika itu juga terlintas kenangan masa lalu di an Bunda.

Senyuman ringan tergambar di bibirnya, lalu duduk didepan cermin sambil menyisir rambutnya.

“Tahu nggak Va. Dulu Mamahnya Bunda, nenek kamu itu sering banget nyisirin rambut Bunda waktu masih kecil”, Bunda berbicara menghadap cermin sambil melihat ke bayangan Nevara yang masih bergulat dengan selimutnya.

Tapi Vara nggak menanggapi apa-apa, dia masih asyik dengan apa yang sedang dia lakukan.

Bunda tersenyum, “Sambil nyisirin rambut Bunda yang panjang, nenek kamu itu selalu kasih nasehat buat Bunda”, Bunda berhenti menyisir rambutnya lalu bangkit dan duduk di ranjang disebelah Nevara berbaring.

Dan Nevara masih nggak bereaksi apa-apa, dia masih mengantuk, benar-benar mengantuk.

(10)

“Kamu jangan nakal ya, belajar yang bener jangan main melulu. Mamah sama Papah banting tulang nyari uang cuma buat kamu. Buat masa depan kamu, jadi jangan sia-siain semua ini, belajar yang bener biar jadi orang yang sukses. Lebih sukses dari Mamah dan Papah”, Bunda mengusap-usap rambur Vara. “Itu katanya. Bunda juga berharap kamu seperti itu. Jangan sia-siain kesempatan kamu buat kuliah, nggak semua orang bisa kayak kamu”.

Dan akhirnya Vara membuka selimut tebalnya juga dan memeluk Bundanya dengan begitu erat untuk mengekspresikan rasa sayangnya terhadap orang yang telah melahirkannya itu.

“Vara janji. Vara bakalan rajin belajar biar sukses kayak Ayah dan Bunda. Tapi....”

“Tapi kenapa sayang?”, Bunda mengelus-elus rambut panjang Vara.

“Tapi hari ini bolos dulu ya, masih ngantuk nih Bunda. Habis nglembur tugas tadi malem”, rengek Vara manja.

Bunda melepaskan pelukan anaknya itu, “Dasar kamu yah. Katanya nggak ada kuliah. Eh ternyata malah bolos. Jangan suka bohong dong”, seru Bunda sambil mencubit perut anak gadisnya itu.

(11)

MAU TAHU GIMANA KELANJUTANNYA

JANGAN LUPA BELI NOVEL INI YA...

“LIKE A DRAMA”

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan III-2016 terhadap triwulan III-2015 terjadi pada seluruh komponen, kecuali komponen pengeluaran konsumsi pemerintah

Wisatawan mancanegara adalah seseorang atau kelompok orang asing yang melakukan perjalanan wisata yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana

Tetapi, jika algoritma Minimax digunakan pada permainan dengan jumlah kemungkinan penyelesaian yang besar seperti pada permainan catur, algoritma Minimax ini

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bagi kelompok peserta didik yang memiliki pengetahuan awal tinggi ingin meningkatkan hasil kemampuan membaca pemahaman

Analisa ini bisa juga digunakan untuk meramal akan tetapi data harus ada kecendrungan tren, tidak boleh ada pola musiman dan model yang digunakan memiliki

Sebagian besar anak yang menderita TB paru adalah anak yang memiliki status gizi yang tidak normal dan terdapat pengaruh yang signifikan antara status gizi

Pelamar yang tidak mengikuti suatu tahapan seleksi akan dianggap gugur dan tidak dapat mengikuti tahapan seleksi selanjutnya.. Setiap tahapan seleksi yang dilakukan

[r]