• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang peran penting untuk membentuk pola pikir, akhlak, dan perilaku manusia agar sesuai dengan norma-norma yang ada seperti norma agama, adat, budaya, dan lain-lain. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 - 1959) kutipan http://randi06.blogspot.com/2010/02 /definisi-pendidikan.html yang mengartikan pendidikan sebagai “Daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya”. Kemudian pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Sugiyono, 2009:42) :

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seluruh aspek yang ada didalam kehidupan kita baik orang terdekat, masyarakat, ataupun lembaga-lembaga yang ada, baik yang terjadi secara formal maupun non formal, dengan tujuan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan tidak baik menjadi kebiasaan baik yang terjadi selama kita hidup untuk memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik dan mampu menjawab tantangan di masa depan.

(2)

Dalam pembelajaran di sekolah, guru mengacu pada kurikulum. Kurikulum menurut Daniel Tanner & Laurel Tanner (dalam Susilana dkk, 2006:5) yaitu:

Pengalaman pembelajaran yang terencana dan terarah, yang disusun melalui proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis di bawah pengawasan lembaga pendidikan agar pembelajaran dapat terus memiliki minat untuk belajar sebagai bagian dari kompetensi sosial pribadinya.

Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise (pengawasan). Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Di dalam kurikulum itu sendiri terdapat beberapa mata pelajaran, salah satunya yaitu mata pelajaran pendidikan jasmani. Sebagai integral dari pendidikan, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang memiliki kedudukan yang vital dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Keberadaan pendidikan jasmani telah diakui oleh pemerintah dalam Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42, khususnya isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang menetapkan pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga sebagai mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah mulai tingkat SD sampai dengan SLTA.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Abduljabar (2008:27) menjelaskan bahwa

“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk

(3)

mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani”. Dalam proses pendidikan jasmani ada tiga aspek yang menjadi bahan penilaian, yaitu: aspek kognitif (pengetahuan intelektual), afrktif (sikap sosial), dan psikomotor (keterampilan gerak). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harlod M. Barrow (dalam:

Freeman,2001) yang dikutip oleh Abduljabar (2008:6), menyatakan bahwa:

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak insane, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai...individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakan hanya ketika berhubungan dengan isi kehidupan manusia.

Dari beberapa pengertian para ahli tentang pendidikan jasmani dapat di simpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah proses belajar yang menggunakan media aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat melalui berbagai aktivitas jasmani sesuai dengan ruang lingkup pendidikan jasmani yang meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), pendidikan luar kelas, dan kesehatan meliputi budaya hidup sehat.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan dapat mengajar berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan (olahraga), internalisasi nilai-nilai (sportivitas, kejujuran, kerjasama, disiplin, dan tanggung jawab), dan pembiasaan pola hidup sehat. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan ini berbeda dengan proses pembelajaran mata pelajaran lain yang didominasi oleh kegiatan dalam kelas yang lebih bersifat kajian teoritis. Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani lebih dominan pada aktivitas unsur fisik untuk mencapai tujuan yang bersifat multidimensi (aspek psikomotor, aspek kognitif, dan aspek afektif). Untuk itu kompetensi didaktik dan metodik mengajar merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru

(4)

pendidikan jasmani. Meski demikian masih banyak guru pendidikan jasmani yang melaksanakan proses pembelajaran dengan cara tradisional dengan menitik beratkan materi dan tujuan pembelajaran yang bersifat kecabangan olahraga tanpa memperhatikan siapa yang menjadi peserta didiknya.

Pembelajaran adalah proses, cara menjadiakan orang atau makhluk hidup belajar. Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, maupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didika dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objek yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran member kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan satu guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.

Salah satu materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah aktivitas ritmik. Aktifitas ritmik adalah rangkaian gerak manusia yang dilakukan dalam ikatan pola irama, disesuaikan dengan perubahan tempo, atau semata-mata gerak ekspresi tubuh mengikuti iringan musik atau ketukan di luar musik” (Mahendra, 2007;3). Dengan pengertian tersebut, aktivitas ritmik tentu saja bermakna lebih luas dari senam irama yang selama ini kita kenal, bahkan dapat juga dikatakan bersifat merangkum tarian atau dansa”. Aktivitas ritmik meliputi gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik serta aktivitas lainya

“Aktivitas Ritmik adalah pengembangan keterampilan irama gerak dan seni gerak berirama serta pengembangan aspek pengetahuan/konsep yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajarannya memfokuskan pada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak dan irama”.

(Kurikulum, 2003:7). (http://jurnal.upi.edu/file/Jurnal_Anin1.pdf)

(5)

Pembelajaran pendidikan jasmani seperti aktivitas ritmik yang dilakukan di sekolah menengah kejuruan (SMK) yang memiliki keunikan tersendiri. Anak – anak di kelas ini pada umumnya tidak mau diam, dan ada saja akal dan hasratnya untuk belajar gerak. Pada anak kelas ini membutuhkan aktivitas yang menyenangkan sehingga anak mau terus belajar hal-hal baru, salah satu aktivitas yang bisa dipilih adalah aktivitas ritmik khususnya cha-cha.

“Cha-cha seni tari/senam merupakan perpaduan gerakan –gerakan enerjik yang memerlukan banyak kalori, sehingga melalui senam cha-cha dengan cepat lemak dalam tubuh akan terbakar”. (http://myzone.okezone.com/content/read/

2012/07/17/7807/jaga-kebugaran-melalui-cha-cha ). Dengan diiringi irama cha- cha serta dipadukan dengan gerakan yang kompak akan menampilkan kreasi seni yang tinggi, indah dipandang sekaligus menyehatkan.

Pada saat penulis melakukan program latihan profesi (PLP) di SMK Negeri 1 Bandung banyak anak-anak yang tertarik akan pembelajaran aktivitas ritmik khususnya cha-cha. Tetapi terdapat suatu masalah, yaitu pada saat siswi mengikuti pembelajaran aktivitas ritmik khususnya cha-cha, masih banyak siswi yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan cha-cha sehingga belum tercapainya koordinasi gerakan yang baik. Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga tidak membosankan anak. Selain itu, seorang guru harus benar-benar dapat memilih suatu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk di terapkan atau digunakan dalam proses belajar mengajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sebagai berikut:

”Pengaruh Pembelajaran Aktivitas Ritmik Dengan Menggunakan Musik Dan Tidak Menggunakan Musik Terhadap Koordinasi Gerak Berirama di SMK Negeri 1 Bandung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam

(6)

penelitian, adalah:

1. Apakah ada peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung?

2. Apakah ada peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan tidak menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung?

3. Apakah ada perbedaan hasil pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik dan dengan tidak menggunakan musik di SMK Negeri 1 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung.

2. Untuk mengetahui adanya peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan tidak menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung.

3. Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik dan dengan tidak menggunakan musik di SMK Negeri 1 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Bertolak dari tujuan diatas, penulis berharap penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau sumbangan ilmu yang dapat memperbaiki kualitas pembelajaran pendidikan jasmani.

(7)

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai model mengajar pendidikan jasmani yang sesuai untuk diterapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagaimana mestinya.

E. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik dan tidak menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung.

2. Aktivitas ritmik yang dipakai dalam penelitian ini adalah cha-cha

3. Populasi dan sampel. Populasi yang digunakan adalah siswa SMK Negeri 1 Bandung. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI sebanyak 40 orang.

4. Metode penelitian, yang digunakan adalah metode eksperimen.

5. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah: Tes dengan butir tes berupa tes kemampuan melalui pengamatan dengan hasil nilai yang diperoleh berdasarkan kriteria penilaian penampilan yang telah ditentukan.

6. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di SMK Negeri 1 Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Laporan AkhirRPIJM ini disusun sebagai bagianakhir dari proses Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka MenengahKabupaten Pasuruan 2014 – 2018, yang

Berdasarkan dari penilaian berdasar kriteria yang telah ditentukan diatas, maka lokasi perancangan yang terpilih untuk dijadikan Surakarta Pet Centre adalah lokasi

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat diambil adalah “Bagaimana merancang sebuah sistem basis data akademik yang nantinya akan mampu menyimpan

Penggunaan relay sebagai saklar, IC ULN2803APG sebagai driver untuk mengontrol setiap relay yang digunakan sebagai saklar yang akan mengkontrol tegangan AC untuk menyalakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di Pulau Gag, Papua Barat terkait persepsi masyarakat pada penambangan nikel di

Layanan Dial-Up merupakan jasa akses internet yang memanfaatkan jaringan telepon biasa dan modem dial up, pelanggan diharuskan berlangganan ke Internet Service Provider

Widiana (2000) menyatakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 70 orang subjek, terdapat 5 orang mengakui suka membuka situs cybersex sebagai suatu sarana hiburan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP