• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH DAMPAK APLIKASI PENYEDIA TRANSPORTASI ONLINE BAGI KESEJAHTERAAN PENGEMUDI. SUBTEMA: Teknologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LOMBA KARYA TULIS ILMIAH DAMPAK APLIKASI PENYEDIA TRANSPORTASI ONLINE BAGI KESEJAHTERAAN PENGEMUDI. SUBTEMA: Teknologi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK APLIKASI PENYEDIA TRANSPORTASI ONLINE BAGI KESEJAHTERAAN PENGEMUDI

SUBTEMA:

Teknologi

Disusun Oleh:

Requistian Hakem HPP 4.31.15.0.20 (2015) Avin Riyan Triyanto 3.34.15.1.06 (2015) Ratna Rusdiana 3.41.16.2.21 (2016)

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG SEMARANG

2017

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul ”Dampak Aplikasi Penyedia Transportasi Online Bagi Kesejahteraan Pengemudi” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk mengikuti Lomba Studi Ilmiah yang diselenggarakan oleh UKM Pengembangan Pengetahuan. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah swt 2. Kedua orang tua

3. Tim pelatih Studi Ilmiah dan pendamping tim 14 4. Teman-teman driver ojek online

Penulis mengakui bahwa penulis adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah penulis selesaikan.

Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..I LEMBAR PENGESAHAN……….…….…II LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS………III KATA PENGANTAR……….IV DAFTAR ISI……….V DAFTAR GAMBAR.……….VI ABSTRAK……….VII BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang……….1

I.2 Rumusan Masalah………3

I.3 Tujuan Penelitian……….3

I.4 Luaran Yang Diharapkan……….3

I.5 Manfaat Penelitian………...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Efisiensi Pareto dan Sharing Economy………..4

II.2 Ride Sharing………..5

II.3 Hubungan Kerja………7

II.4 Perjanjian Kerja……….8

BAB III METODE PENELITIAN……….9

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN IV.1 Sistem GO-JEK……….10

IV.1 Sistem Grab………...10

IV.3 Perlindungan hukum pengemudi gojek……….…11

IV.4 Sistem rating ojek online………..12

BAB V PENUTUP V.1 Keimpulan………..…….13

V.2 Saran………13

DAFTAR PUSTAKA………...14

LAMPIRAN………..15

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hasil Survey sistem insentif………..…11 Gambar 2. Hasil Survey hubungan kerja………11 Gambar 3. Hasil Survey sistem rating………12

(7)

ABSTRAK Studi Ilmiah 2017

Dampak Aplikasi Penyedia Transportasi Online Bagi Kesejahteraan Pengemudi

Avin Riyan Triyanto, Ratna Rusdiana2, Requistian Hakem Hidayatullah Putra Pratama3

1Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Kode Pos 50275

2Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Kode Pos 50275

3Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Kode Pos 50275

E-mail : requistian@gmail.com

Transportasi online di Indonesia sedang berkembang dan menjamur di masyarakat.

Cara orang memesan kendaraan dengan cepat dan mudah dengan seiring berkembang pesatnya teknologi smartphone yang semakin canggih tiap tahunnya.

Kini aplikasi penyedia transportasi menjadi salah satu jenis aplikasi yang sangat di minati oleh masyarakat karena ke-bermanfaatan-nya dalam kehidupan sehari- sehari. Dibalik berbagai kemudahan bagi konsumen terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian di pihak pengemudi atau biasa disebut mitra. Pengemudi menjalani ikatan kemitraan dan mengalami relasi eksploitatif. Mereka diperlakukan seperti buruh informal dengan perlindungan kerja yang minim.

Menggunakan teknologi, perusahaan transportasi online menciptakan ilusi hubungan yang setara dan menciptakan kesenjangan akses dan otoritas yang membuat perusahaan mampu memaksa pengemudi terus memeras keringat, selain itu perusahaan menghilangkan hak-hak pengemudi sebagai pekerja juga menyerahkan biaya dan risiko kepada mereka. Dengan begitu tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sistem kerja ojek online, menganalisis hubungan mitra dengan perusahaan penyedia aplikasi dari sisi hukum, dan menganalisa dampak ojek online terhadap kesejahteraan mitra. Penelitian dilakukan dengan metode survei sehingga data utama yang digunakan merupakan data primer yang dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner dan observasi. Metode analisis yang digunakan mencakup analisis sistem insentif dan juga analisis sistem rating.

Hasil analisis menunjukan bahwa sistem insentif sudah menguntungkan bagi pihak mitra namun untuk sistem rating merugikan pihak driver. Mitra juga mengetahui hubungan kerja dari sisi hukum. Untuk kesejahteraan secara ekonomi mitra terasa sangat terbantu namun untuk sistem rating diperlukan aturan yang jelas agar bukan hanya konsumen yang merasa nyaman namun pengemudi juga merasa nyaman dalam bekerja.

Kata kunci: ojek online, sistem insentif, sistem rating, kesejahteraan mitra

(8)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Transportasi online di Indonesia sedang berkembang dan menjamur di masyarakat. Salah satu pencetus transportasi online adalah GO-JEK. Di indonesia, sepertinya GO-JEK yang pertama menghadirkan aplikasi ojek online sebelum pesaing bermunculan antara lain: Grab dan Uber. Mengubah cara orang memesan kendaraan dengan cepat dan mudah dengan seiring berkembang pesatnya teknologi smartphone yang semakin canggih tiap tahunnya. Kini aplikasi penyedia transportasi menjadi salah satu jenis aplikasi yang sangat di minati oleh masyarakat karena ke-bermanfaatan-nya dalam kehidupan sehari-sehari selain jenis aplikasi portal berita, layanan jejaring sosial, layanan pesan instan, layanan surat elektronik, layanan pemetaan web, layanan berbagi video, dan jenis aplikasi layanan lainnya. Hasil penelitian terbaru dari Crossmedia Link mengatakan bahwa kini hampir setengah dari pengguna Internet di Indonesia menggunakan aplikasi transportasi online. Penyebab masyarakat lebih memilih menggunakan aplikasi penyedia transportasi daripada menggunakan jasa transportasi konvensional adalah sebagai berikut: Pertama, tarif murah dan transparan, calon penumpang bisa mengetahui rute perjalanannya dan tarifnya bisa diketahui lebih dahulu.

Kedua, dengan ojek online jelas semua menjadi praktis, dapat memesan atau mengantarkan barang dari rumah serta kantor hanya dengan gadget, pemngemudi ojek online langsung menghampiri sesuai keinginan pemesan. Ketiga, setiap pengemudi atau penumpang harus melakukan registrasi terlebih dulu. Dengan begitu, penumpang akan merasa lebih aman menggunakan pengemudi yang sudah terdatar dan bukan pengemudi liar, sehingga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat dilacak dengan mudah. Keempat, Bisa memilih pengendara.

Di sisi lain, perkembangan transporasi online dapat membawa pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Sebab bertambah dan berkembangnya lapangan pekerjaan yang disediakan dari berbagai fitur layanan transportasi online untuk masyarakat Indonesia yang belum memiliki pekerjaan maupun yang sudah memiliki pekerjaan. Selain meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan menjadi penyerap angka tenaga kerja yang cukup signifikan, adanya transportasi online juga telah menciptakan efisiensi yang ujungnya meningkatkan produktivitas nasional.

Gojek, Uber, dan Grab telah memenuhi pasar transportasi umum dengan angan-angan sebagai perantara antara pengemudi dan penumpang. Pengemudi disebut sebagai mitra atau wirausahawan mikro yang bebas memilih kapan dan berapa banyak uang yang ingin mereka dapatkan. Pengemudi menjalani ikatan kemitraan dan mengalami relasi eksploitatif. Mereka diperlakukan seperti buruh informal dengan perlindungan kerja yang minim. Menggunakan teknologi, perusahaan transportasi online menciptakan ilusi hubungan yang setara dan menciptakan kesenjangan akses dan otoritas yang membuat perusahaan mampu memaksa pengemudi terus memeras keringat. Di saat yang sama, perusahaan menghilangkan hak-hak pengemudi sebagai pekerja dan menyerahkan biaya dan risiko kepada mereka.

(9)

Gojek, Uber dan Grab mengatur jumlah minimum penerimaan pesanan yang megakibatkan pengemudi harus terus-menerus menarik penumpang. Jumlah pesanan yang diselesaikan sangat berpengaruh dalam perolehan bonus bagi pengemudi. Tarif pengemudi (Rp. 1000 – Rp. 2000 per kilometer untuk ojek) tidak cukup untuk kebutuhan hidup. Akibatnya, kebanyakan pengemudi bergantung pada bonus harian sebagai pendapatan utama. Bonus diberikan berdasarkan poin. Mengantar penumpang untuk jarak jauh dan pesanan tertentu seperti pengantaran makanan dihargai dengan poin lebih tinggi. Namun pesanan jenis ini juga memakan lebih banyak biaya bagi pengemudi karena mereka harus menanggung bahan bakar dan parkir. Jumlah bonus dan poin berbeda di tiap-tiap perusahaan. Untuk Gojek contohnya, bonus harian maksimum sekitar Rp. 90.000 untuk motor – jumlah ini terus menurun dari bulan ke bulan. Agar bisa mengambil bonus, pengemudi harus meraih 60-75% rata-rata tingkat penerimaan pesanan (persentase pekerjaan yang untas dari seluruh pesanan , atau persentase performa) dan mendapat rating 4,5 dari penumpang. Sistem semacam ini membentuk pola yang menyerupai permainan. Perusahaan menentukan target pencapain penghasilan yang mendorong pengemudi untuk bekerja lebih lama dan lebih keras.

Kerja pengemudi tidak hanya sesederhana memberikan tumpangan tapi juga permainan matematika: pengemudi harus terus mengkalkulasi poin, bonus, persentase perorma, dan rating agar mendapatkan upah yang cukup. Namun, aturan permainan tidak jelas, Seringkali persentase kinerja pengemudi tidak bertambah meski mereka telah menyelesaikan pesanan. Sebaliknya, jika order dibataklan baik oleh pengemudi maupun pelanggan-persentase performa mereka jatuh drastis. Bonus sebagai insentif ditunjang dengan pengenaan skors sebagai alat mendispiplinkan pengemudi. Sistem skors adalah strategi utama untuk memaksa pengemudi mengikuti aturan. Pengemudi tidak dapat menolak atau membatalkan terlalu banyak pesanan. Risikonya, pengemudi dapat dikenai sanksi mulai dari suspend sementara sampai putus mitra.

Sebagai gambaran, Gojek memiliki daftar aturan yang dapat berakibat pengenaan sanksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan putusnya kerja sama (putus mitra). Beberapa kasus di Gojek dan Grab menunjukkan bahwa pengemudi tidak dapat menarik uang di akun deposit mereka jika mereka diberhentikan.

Masyarakat awam ada yang menganggap bahwa para pengemudi mempunyai hubungan kerja dengan perusaan penyedia layanan transportasi online. Alasannya beragam. Mulai dari adanya kewajiban pengemudi menjaminkan surat berharga seperti ijazah saat awal mendaftar hingga masalah upah atau asuransi yang diberikan kepada para pengojek. Pandangan seperti itu tidak seluruhnya salah.

Karena pada praktiknya banyak pekerja yang menang diminta perusahaan untuk menitipkan ijazahnya sebelum memulai bekerja. Apalagi soal asuransi dan upah yang lazim dan semestinya diberikan kepada pekerja. Tapi bicara dari sisi hukum, untuk meligat ada tidaknya hubungan kerja, tidak hanya bisa dilihat dari ada tidaknya kewajiban penitipan ijazah, upah dan asuransi seperti di atas. Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) sebenarnya sudah memberi rambu-rambu untuk melihat ada tidaknya suatu hubbungan kerja. Menentukan ada tidaknya hubungan kerja ini penting agar kita

(10)

bisa melihat apakah ada hubungan pekerja dan pengusaha di sana. Kalau tidak ada hubungan kerja, berarti tidak ada istilah pekerja dan pengusaha. Yang ada hanyalah mitra. UU Ketenagakerjaan mendefinisikan hubungan kerja sebagai hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dari pengertian itu terlihat tiga unsur hubungan kerja, yaitu pekerjaan, upah dan perintah. Namun, bagian Penjelasan UU Ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih jauh dan detil dari unsur- unsur hubungan kerja tersebut. Tidak adanya penjelasan lebih jauh mengenai unsur-unsur hubungan kerja terebut membuat setiap pihak memiliki penafsirannya masing-masing.

Berdasarkan pemberitaan media, para pengemudi ojek ini tidak mendapatkan gaji dari perusahaan aplikasi, Justru para pengemudi harus membagi 10 hingga 20 persen pendapatannya ke perusahaan. Berapa pendapatan pengemudi tergantung seberapa banyak penumpang yang bisa ia antar. Perintah mengantar penumpang juga tidak datang dari perusahaan, melainkan dari penumpang dan tentu atas kesediaan pengemudi. Dalam kondisi itu terlihat tidak ada unsur hubungan kerja pada relasi pengojek dan perusahaan penyedia aplikasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem kerja mitra ojek online?

2. Bagaimana hubungan mitra ojek online dengan perusahaan penyedia aplikasi dari sisi hukum?

3. Apakah terdapat eksploitasi SDM pada pengemudi ojek online?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mempelajari sistem kerja ojek online

2. Menganalisis hubungan pengemudi ojek online dengan perusahaan penyedia aplikasi dari sisi hukum

3. Menganalisis dampak ojek online terhadap kesejahteraan pengemudi ojek online

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi masyarakat : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang ingin menjadi pengemudi ojek online

2. Bagi pemerintah : hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah untuk membuat regulasi

3. Bagi industri : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk mensejahterakan dan mengurangi eksploitasi SDM pada pengemudi ojek online

(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Efisiensi Pareto dan Sharing Economy

Dalam sebuah perekonomian pertukaran, dimana tidak ada produksi yang terjadi, terdapat sebuah teori alokasi yang efisien pareto. Alokasi sumber daya yang bersifat efisien pareto terjadi jika, tidak mungkin lagi (melalui alokasi ulang) bagi seseorang untuk berada dalam kondisi yang lebih baik tanpa membuat seseorang lainnya menjadi lebih buruk. Dalam pengertian lain, seseorang akan menjadi lebih baik tanpa harus menjatuhkan orang lain. Bahkan, akan saling bekerja sama untuk menjadi lebih baik.

Alokasi yang efisien pareto dalam perekonomian pertukaran, biasanya diilustrasikan dalam sebuah diagram kotak Edgeworth. Namun, efisiensi pareto juga dapat diilustrasikan dan diterapkan dalam praktik sharing economy. Regidor et al (2016) mendefinisikan sharing economy sebagai kebijakan yang memungkinkan orang untuk berbagi barang dan jasa dengan menggunakan platform internet dan aplikasi Information and Communication Technology (ICT).

Transportation Network Companies (TNC) menerapkan sharing economy untuk operasional bisnis. Sharing economy digunakan untuk membuat platform bisnis TNC. Prinsip sharing economy mempertemukan pihak yang memiliki sumber daya (kendaraan pribadi atau keterampilan mengemudi) yang tidak produktif dengan konsumen yang membutuhkan pelayanan dengan biaya transaksi yang wajar. Prinsip sharing economy menawarkan peluang untuk meningkatkan efisiensi, pertumbuhan dan lapangan kerja.

Menurut Wallsten (2015) sharing economy mengubah fenomena aset individu yang tidak terpakai menjadi sumber daya yang produktif. Contoh, rumah dan mobil yang diinvestasikan banyak orang namun kurang dimanfaatkan. Sehingga, mengurangi nilai produktifitas aset tersebut. Banyak rumah dan mobil yang tidak digunakan sehingga aset tersebut terus mengalami penyusutan tanpa menghasilkan pendapatan.

Sharing economy mengubah aset-aset tersebut menjadi sumber daya yang produktif yang dapat memberikan pendapatan kepada pemiliknya. Sharing economy memungkinkan setiap orang yang tidak memiliki mobil untuk menggunakan mobil yang tidak terpakai dalam sebuah layanan penyewaan seperti taksi online. Pengangguran dan setengah menganggur juga merupakan contoh dari terbuangnya aset yang produktif. Dalam sharing economy pengangguran akandihilangkan dengan memanfaatkan kemampuan/aset seseorang untuk mengemudikan taksi online. Dengan menggabungkan aset yang tidak produktif dan permintaan konsumen maka, sharing economy dapat menghasilkan nilai bagi aset tersebut. Nilai tersebut ialah upah yang konsumen bersedia bayar untuk memanfaatkan aset tersebut.

Sharing economy memanfaatkan teknologi smartphone untuk menghubungkan aset yang tidak produktif dengan konsumen yang bersedia

(12)

economy memanfaatkan teknologi guna mengurangi biaya transaksi antara pemilik aset yang tidak produktif dengan konsumen yang bersedia membayar.

Sharing economy menciptakan cara baru untuk mengelola bisnis. Sharing economy mengubah pola kegiatan bisnis dari membeli aset baru menjadi penyewaan aset yang tidak produktif. Penyewaan aset menguntungkan pihak pelaku bisnis dan pemilik aset. Penyewaan aset mengurangi pengeluaran dan biaya transaksi pelaku bisnis. Penyewaan aset meningkatkan produktifitas aset tersebut dan mengirimkan pendapatan bagi pemilik aset. TNC menggunakan teori sharing economy ini untuk membuka bisnis jasa taksi online dan ojek online.

Gojek, Grab, dan Uber merupakan TNC yang menerapkan sharing economy.

Di Amerika, sharing economy tidak hanya digunakan dalam bisnis jasa transportasi seperti Uber, Lyft, dan sidecar. Namun sharing economy juga digunakan dalam jenis bisnis yang berbeda seperti Capital Bikeshare yaitu jasa yang memungkinkan seseorang atau konsumen untuk dapat meminjam dan mengendarai sepeda dari lokasi konsumen tersebut berada menuju titik lokasi pemberhentian. Kemudian, HomeAway dan VRBO yaitu jasa yang mengizinkan pemilik rumah atau kamar untuk digunakan atau disewakan kepada konsumen yang membutuhkan. HomeAway dan VRBO dikenal sebagai penyedia jasa rumah online.

Bagi pengemudi TNC, bergabung kedalam salah satu perusahaan TNC berguna untuk mendapatkan kelancaran pendapatan, baik sebagai pekerja penuh waktu atau sebagai pelengkap dari pekerjaan lain. Menurut Hall et al (2015), faktor yang mendorong seseorang untuk mendaftar bekerja kepada salah satu perusahaan TNC ialah fleksibilitas pekerjaan. Pengemudi TNC bekerja pada waktu yang mereka inginkan. Fleksibilitas pekerjaan tersebut dikarenakan perusahaan TNC menerapkan kerjasama sharing economy kepada pengemudinya.

TNC bersaing secara langsung dengan jasa transportasi lainnya. Kemunculan TNC merespon jasa transportasi lainnya agar meningkatkan kualitas pelayanannya guna dapat bertahan dalam persaingan. Sehingga, setiap jasa transportasi umum berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pelayanannya seperti kenyamanan, kendaran yang baru, dan lain lain.

Persaingan pelayanan ini akan menguntungkan konsumen. Konsumen akan mendapatkan pelayanan dengan kualitas yang baik ketika menggunakan jasa transportasi umum. Kedatangan TNC menambah pilihan penggunaan jasa transportasi umum bagi konsumen. Sehingga, kepuasan konsumen akan meningkat dengan adanya penambahan pilihan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa sharing economy mengakibatkan peningkatan persaingan dalam jasa transportasi umum.

II.2 Ride Sharing

Transportation Network Companies (TNC) menerapkan sharing economy dalam operasional bisnis. Namun, TNC juga menerapkan ride sharing dalam operasional bisnisnya. Sharing economy dan ride sharing adalah teori yang digunakan dalam operasional bisnis TNC untuk membentuk platform bisnis TNC.

Mishalani et al (2011) telah membuat definisi ride sharing yaitu sebagai berikut:

(13)

“A single, or recurring rideshare trip with no fixed schedule, organized on a onetime basis, with matching of participants occurring as little as a few minutes before departure or as far in advance as the evening before a trip is scheduled to take place.”

Ride sharing ialah sebuah perjalanan tunggal atau berulang dengan jadwal yang tidak tetap, yang diselenggarakan dalam satu waktu, dengan

pengkonfirmasian perjalanan beberapa menit sebelum keberangkatan atau jauh sebelum perjalanan dijadwalkan. TNC di Indonesia yaitu Gojek, Grab Indonesia dan Uber berasal dari konsep ride sharing ini. Untuk menjalankan ride sharing, dalam pengoperasiannya didukung oleh teknologi. Teknologi yang mendukung ride sharing harus memiliki beberapa fitur yaitu:

a) Smartphone

Aplikasi TNC hanya bisa digunakan pada alat komunikasi yang canggih.

b) Konektivitas Jaringan yang Konstan

Membutuhkan konektivitas yang terus terhubung dengan jaringan sehingga memudahkan dalam melakukan penjemputan konsumen dan permintaan perjalanan.

c) Global Positioning System (GPS)

GPS mendukung layanan TNC sehingga konsumen tidak perlu mendaftarkan lokasi penjemputan mereka karena GPS yang tersedia dalam layanan TNC mengetahui dimana posisi mereka berada. Hal ini mengurangi waktu dan biaya transaksi yang dikeluarkan konsumen

d) Penyimpanan Data Konsumen

Penyimpanan data konsumen berfungsi untuk menyimpan profil konsumen dan catatan perjalanannya.

e) Penyimpanan Data Pengemudi

Penyimpanan data pengemudi berfungsi untuk menyimpan nomor kendaraan dan foto.

f) Terintegrasi Jaringan Sosial

Digunakan untuk pemasaran layanan TNC sehingga menarik banyak konsumen dan juga mitra. Kecenderungan bagi setiap individu untuk membagikan kisah perjalanannya kepada orang lain melalui media sosial hal ini bisa dimanfaatkan sebagai strategi pemasaran.

g) Evaluasi Pengemudi

Memungkinkan konsumen untuk mengevaluasi pengemudi sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada konsumen

h) Transaksi Keuangan Otomatis

(14)

Memungkinkan transaksi keuangan yang otomatis antara konsumen dan pengemudi. Sehingga dapat memberikan transparasi harga kepada konsumen.

i) Imbalan Tambahan yang Terhubung kepada Pengemudi

TNC menyediakan bonus kepada pengemudi berdasarkan tingkat loyalitas, produktifitas, dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Dengan adanya bonus diharapkan para pengemudi dapat meningkatkan kualitas kerjanya. Selain itu, bonus juga akan menarik orang lain agar mau bekerja kepada TNC sebagai pengemudi.

TNC yang berkembang di Indonesia bukan hanya layanan taksi/mobil online namun juga layanan ojek online. Walaupun ojek online berbeda dengan taksi/mobil online dalam fasilitas kendaraan yang digunakan namun, ojek online memiliki konsep yang sama dengan yang diterapkan oleh taksi/mobil online.

TNC menyediakan akses ke aplikasi ojek online untuk permintaan pemesanan secara online. Hal ini dapat mengganti pertumbuhan kendaraan di rumah dan menyediakan kendaraan umum untuk kebutuhan bisnis dan hiburan. TNC memiliki tujuan yang berbeda yaitu selain berorientasi pada profit namun juga terdapat misi perubahan lingkungan dan sosial yang lebih baik.

TNC menjadi alternatif untuk kepemilikan kendaraan pribadi. TNC memungkinkan bagi mereka yang tidak bisa mengemudi untuk melakukan perjalanan dengan biaya penyewaan kendaraan yang lebih murah. TNC memberikan pilihan untuk perjalanan yang tidak dapat diakses oleh angkutan umum. Dampak adanya TNC menurut Regidor et al (2016) ialah:

1) Mengurangi kepemilikan kendaraan.

2) Mengurangi kendaraan di jalan.

3) Mengurangi emisi.

4) Meningkatkan penumpang angkutan umum.

5) Memungkinkan orang yang tidak memiliki kendaraan untuk sampai ke tempat-tempat yang belum mereka kunjungi.

6) Menghemat biaya pembangunan.

7) Mengurangi kemacetan.

8) Mengurangi pemakaian sumber energi yang berguna untuk manufaktur kendaraan.

II.3 Hubungan Kerja

Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah[5].Dalam Pasal 50 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya

(15)

perjanjiankerja antara perusahaan dan pekerja/buruh. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Jadi, hubungan kerja adalah hubungan (hukum) antara pengusaha dengan pekerja/buruh (karyawan) berdasarkan perjanjian kerja.

Dengan adanya perjanjian kerja, akan ada ikatan antara pengusaha dan pekerja.

Dengan perkataan lain, ikatan karena adanya perjanjian kerja inilah yang merupakan hubungan kerja.

II.4 Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pekerja/buruh (karyawan) dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Syarat sahnya perjanjian kerja, mengacu pada syaraat sahnya perjanjian perdata pada umumnya, adalah sebagai berikut: a. Adanya kesepakatan anatara para pihak (tidak ada dwang-paksaan, dwaling-penyesetan/kekhilafan atau bedrong-penipuan) b. Pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk (bertindak) melakukan perbuatan hukum ( cakap usia dan tidak di bawah perwalian/

pengampunan ) c. Ada (objek) pekerjaan yang diperjanjikan d. ( Causa ) pekerjaan yang diperjanjikan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umu, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku ( Pasal 52 ayat (1) Undang- Undang Ketenagakerjaan).

(16)

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena permasalahan dalam penelitian ini bersifat kompleks, dinamis, dan penuh mana, sehingga peneliti bermaksud memahami situasi sosial lebih mendalam. Selain itu metode kualitatif digunakan karena pertama, metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan langsung hubungan antar peneliti dengan subyek. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola nilai yang dihadapi(Lexy:2002).

Metode dalam pemilihan subyek menggunakan teknik puposive, yaitu subyek penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui rasionalitas ojek pangakalan dan transportasi online seperti Uber dan Gojek di Kota Surabaya.Teknik purposive sampling disini dipakai dikarenakan agar peneliti mendapat kemudahan memperoleh informan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya baik dari hasil obsevasi maupun wawancara menggunakan kuisioner.

Data primer diperoleh berdasarkan kuisioner dari para ojek online di Kota Semarang. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisas data kuantitatif digunakan karena bersifat realitas, dan bebas dari ikatan konteks dan waktu.

(17)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Sistem GO-JEK

Pendaftaran pengemudi Gojek terdapat beberapa syarat yang harus dilengkapi antara lain Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan pajak motor hidup. Untuk mendaftar menjadi pengemudi Gojek dapat langsung mendaftar ke kantor Gojek. Bagi pelamar yang terpilih menjadi pengemudi Gojek diwajibkan untuk membuka rekening bank BCA untuk pengiriman bonus kepada pengemudi tersebut.

Gojek memberikan bonus kepada pengemudi selain upah dari penumpang.

Untuk pembagian bonus kepada pengemudi yaitu setiap perjalanan harian yang melebihi 10 kilometer maka pengemudi mendapat bonus Rp. 5000 dan untuk perjalanan yang kurang dari 10 kilometer dapat bonus Rp 8000.

Total bonus Gojek dalam satu hari perjalanan sebanyak Rp 110.000 dengan pembagian bonus terbagi menjadi 4 tahapan yaitu: Pertama, 12 poin = Rp 15.000.

Kedua, 14 poin = Rp 25.000. Ketiga, 16 poin = Rp 30.000. Keempat, 20 poin = Rp 40.000. Untuk aplikasi Go-ride dan Go-send memiliki persamaan dalam pembagian poin

IV.2 Sistem Grab

Untuk mendaftar menjadi pengemudi Grabbike ada syarat yang harus di lengkapi yaitu KTP, KK, SIM, SKCK, STNK Motor, pajak motor. Pelamar pengemudi Grabbike yang diterima wajib membuka rekening CIMB Niaga untuk pengiriman bonus. Tidak ada setoran awal yang wajib disimpan namun setiap minggunya pengemudi dikenakan biaya untuk membayar jaket dan helm sebesar Rp 70.000 yang dibayarkan empat kali. Pengurangan yang dilakukan TNC Grabbike kepada pengemudi Grabbike dalam setiap perjalanan sebesar 15% dari total biaya perjalanan. Biaya perjalanan yang dibebankan kepada penumpang ialah Rp 2,000 perkilometer,untuk jam sibuk yaitu jam 05:00-09:00 dan jam 16:00-21:00 biaya perjalanan sebesar Rp 2,500 per-kilometer. Untuk perhitungan bonus dan komisi tambahan dari TNC Grabbike, para pengemudi mendapatkan bonus setelah melakukan perjalanan minimal sebanyak lima kali dan mendapat bonus Rp 30.000.

(18)

Gambar 1. Hasil Survey sistem insentif

Berdasarkan hasil survey para pengemudi merasa diuntungkan dengan sistem insentif yang ada namun dari penulis melihat dengan sistem seperti ini mempengaruhi pengemudi agar selalu mengejar jumlah penumpang dan sistem insentif tidaklah mudah karena terdapat aspek lain seperti jumlah rating minimum dan nilai pembatalan juga diperhatikan.

IV.3 Perlindungan hukum pengemudi gojek

Gambar 2. Hasil Survey hubungan kerja

Pemerintah benar-benar memperhatikan perlindungan kerja dan keselamatan kerja para pekerja. Tujuan pemerintah selain untuk melindungi dan memperhatikan keselamatan kerja para pekerja adalah secara langsung atau tidak langsung untukmelindungi perusahaan supaya terus berdiri dan berkembang

Pihak perusahaan wajib bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan pengemudi pada saat bekerja. Pihak perusahaan tidak dapat meninggalkan tanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan pengemudi ojek online. Hal ini karena pengemudi memiliki relasi serta keperluan terhadap perusahaan, yang dapat mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh perusahaan secara langsung

(19)

maupun tidak langsung. Pengemudi sebagai pelaksana keperluan yang berinteraksi langsung dalam aktifitas bisnis perusahaan dan mempengaruhi daya perusahaan dalam melaksanakan misi utamanya patut mendapatkan tanggung jawab dari pihak perusahaan mengenai keamanan dan keselamatan pada saat melakukan pekerjaan.

Pihak perusahaan harus menjamin keamanan dan keselamatan pengemudi yang bersangkutan, dengan menempatkan mereka pada tempat-tempat atau lokasi yang memenuhi syarat, Pihak perusahaan harus menjamin bahwa tempat lokasi para pengemudi yang bersangkutan tidak akan terjadi hal –hal yang tidak diinginkan, misalnya perbuatan melanggar hukum.

IV.4 Sistem rating ojek online

Gambar 3. Hasil Survey sistem rating

Berdasarkan hasil survey banyak pengemudi yang merasa dirugikan. Alasan pengemudi merasa dirugikan karena sistem rating mudah turun namun untuk naik sangat susah. Penilaian dari konsumen bersifat subjektif dan tidak ada pengamatan dari pihak perusahaan secara langsung menyebabkan pengemudi harus datang ke perusahaan untuk mengurus permasalahan tersebut serta sistem rating kurang begitu jelas parameter apa saja yang harus dijadikan pertimbangan dalam memberi penilaian.

Sistem rating yang dapat menyebabkan banyak driver rugi semisal saat driver sudah menyelesaikan pekerjaan dengan maksimal namun penumpang merasa tidak puas dengan pelayanan pengemudi. Kerugiannya, pengemudi tidak mendapatkan bonus harian selain itu yang paling parah pengemudi terkena suspend dari penyedia layanan sehingga pengemudi tidak bisa mencari penumpang lagi. Rating juga memaksa penumpang lebih memeras keringat dalam memberikan pelayanan terbaik. Terkadang penumpang bisa sesukanya memberi rating yang jelek walapun pengemudi sudah melakukan yang terbaik sehingga sangat merugikan pihak pengemudi.

(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Sistem GO-JEK dan Grab memiliki kesamaan yaitu pengemudi bekerja dan mendapatkan bonus ketika target tercapai.

2. Hubungan hukum perusahaan dengan pengemudi sesuai dengan UU Ketenagakerjaan karena terpenuhinya 3 unsur hubungan kerja yaitu adanya upah,pekerjaan dan perintah.

3. Sistem rating merugikan pengemudi sehingga diperlukan perbaikan dalam sistem rating yang digunakan

V.2 Saran

1. Sebaiknya jumlah target yang ditentukan perusahaan sesuai dengan jumlah pesanan yang ada setiap harinya sehingga pengemudi tidak merasa dibebankan atas target yang ditentukan karena semakin banyak jumlah pesanan bagi pengemudi juga mempengaruhi peforma pengemudi.

2. Hubungan kerja yang ada sebaiknya kedua belah pihak memiliki berkas resmi antara hak dan kewajiban kedua belah pihak dan juga perlindungan berupa asuransi kecelakaan merupakan hal penting yang telah diterapkan oleh perusahaan untuk melindungi pengemudi.

3. Perlu dikaji lebih lanjut lagi tentang sistem rating karena bagi pengemudi rating merupakan hal yang sangat penting berkaitan dengan pekerjaan setiap hari dan bonus yang akan didapat. Konsumen perlu diberi edukasi dan dapat juga ditambahkan parameter apa saja yang dijadikan patokan dalam memberi nilai kepada pengemudi.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Mahargiono Pontjo Bambang,dkk,Kontroversi transportasi online sebagai dasar pembenahan fasiltas layanan penumpang bagi pelaku bisnis transportasi di Surabaya,2017,URL:http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/vie w/5033,diakses tanggal : 10 Nopember 2017.

Tarigan Debby Tri Sebbina,dkk,Analisis perjanjian kerjasama kemitraan PT.GO- JEK dengan driver berdasarkan undang-undang no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,Maret

2017.URL:https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/30003,diaks es tanggal: 10 Nopember 2017.

Syafrino Aprima.Efisiensi dan dampak ojek online terhadap kesempatan kerja dan kesejahteraan,Mei

2017.URL :http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/87593,diakses tanggal:

10 Nopember 2017

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3584620/transportasi-online- terbukti-kurangi-pengangguran,22 Oktober 2017,10.00 WIB.

https://inet.detik.com/cyberlife/d-3609781/awal-mula-transportasi-online- menjamur-di-indonesia,22 Oktober 2017,10.00 WIB.

https://teknojurnal.com/jumlah-pengguna-tranportasi-online-hampir-mencapai-50- dari-total-pengguna-internet/,22 Oktober 2017,10.00 WIB.

https://theconversation.com/cerita-pengemudi-menguak-eksploitasi-di-gojek-grab- dan-uber-84599,22 Oktober 2017,10.00 WIB.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50924dbf2ad1f/status-hubungan- pengojek-dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek,22 Oktober 2017,10.00 WIB.

http://www.transonlinewatch.com/ini-kelebihan-dan-kekurangan-dari-jasa-ojek- online/,22 Oktober 2017,10.00 WIB.

(22)
(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait