PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI TERHADAP ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
EVA SAADAH NOOR
1004932
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI
TERHADAP ORANG TUA DALAM
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BINA
DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB
AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR
Oleh
Eva Saadah Noor
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Eva Saadah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
EVA SAADAH NOOR (1004932)
PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI TERHADAP ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
DI SLB AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I,
Dr. Zaenal Alimin, M.Ed. NIP. 195903241984031002
Pembimbing II,
Dra. Oom Siti Homdijah, M.Pd.
NIP. 196101051983032002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI TERHADAP ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI
SLB AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR Eva Saadah Noor
(1004932)
Kemampuan orang tua dalam memberikan pengajaran bina diri yang tepat dapat mengembangkan kemampuan keterampilan bina diri anak tunagrahita ringan. Tujuan penelitian ini adalah Terumuskannya program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor. Masih banyak orang tua yang kurang menanamkan sikap mandiri dalam keterampilan merawat diri dan mengurus diri kepada anaknya sehingga kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan tidak berkembangan karena perlakuan orang tua yang selalu memberikan bantuan dalam melakukan bina diri di rumah. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif tentang perumusan program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor. Penelitian ini dilakukan terhadap satu orang guru, tiga orang peserta didik kelas D.4, dan tiga orang tua peserta didik.. Hasil penelitian menunjukkan DL lebih baik dalam pelaksanaan keterampilan bina dirinya dibandingkan dengan ZP dan SV walaupun masih ada sedikit yang di bantu. Perlakuan SW lebih baik dari pada DW dan EN. SW lebih perhatian dan sabar dalam memberikan pengajaran bina diri terhadap DL, selain memberi tahu juga SW selalu memberikan contoh dalam pengajaran bina diri terhadap DL.
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK Hal
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Fokus Masalah... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Program Pelatihan... 7
1. Faktor- faktor yang mempengaruhi program pelatihan... 8
2. Tujuan programpelatihan... 8
B. Bina Diri Tunagrahita... 8
1. Pengertian Bina Diri... 8
2. Tujuan Bina Diri... 9
3. Ruang Lingkup Bina Diri... 9
C. Konsep Anak Tunagrahita... 13
1. Pengertian Tunagrahita... 13
2. Klasifikasi Anak Tunagrahita... 15
3. Karakteristik Anak Tunagrahita... 16
4. Dampak Ketunagrahita... 16
D. Konsep Program pelatihan bina diri bagi orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita... 17
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Tempat Penelitian... 18
B. Metode dan Prosedur Penelitian... 18
1. Metode Penelitian... 18
2. Subjek penelitian... 20
3. Prosedur Penelitian... 21
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 22
1. Instrumen Penelitian... 22
a. Pedoman wawancara... 23
b. Pedoman observasi... 24
c. Pedoman Dokumentasi... 27
2. Teknik Pengumpulan Data... 27
a. Observasi... 28
b. Wawancara... 28
c. Studi Dokumentasi... 28
D. Pengujian Keabsahan Data... 28
E. Teknik Analisis Data... 29
1. Reduksi data... 29
2. Display Data... 29
3. Kesimpulan... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penenlitian... 31
1. Kondisi objektif kemampuan bina diri anak tunagrahita di sekolah... 31
2. Kondisi objektif perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah... 34
3. Kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah... 36
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam
mengembangkan kemampuan bina diri anak
tunagrahita... 37
5. Program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam
mengembangkan kemampuan bina diri anak
tunagrahita ringan...
38
B. Pembahasan hasil penelitian... 38
1. Kondisi objectif keterampilan bina diri anak
tunagrahita di
sekolah...
38
2. Perlakuan orang tua dalam melaksanakan
keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di
rumah... 39
3. Kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk
melaksanakan keterampilan bina diri di
rumah... 40
4. Peran orang tua dalam perumusan draf program
pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam
mengembangkankemampuan bina diri anak
tunagrahita... 40
5. Program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam
mengembangkan kemampuan bina diri anak
tunagrahita ringan... 41
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan... 41
B. Implikasi...
.
42
DAFTAR PUSTAKA... 44
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Nama Tabel Hal
Subjek Penelitian... 21 Kisi-kisi Pedoman wawancara... 23 Kisi-kisi Pedoman Observasi kemampuan siswa di
sekolah...
25
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak bagi setiap manusia tidak terkecuali anak
berkebutuhan khusus, anak berkebutuhan khusus itu salah satunya adalah anak
tunagrahita. Salah satu upaya pemerintah dalam memberikan pendidikan pada
anak berkebutuhan khusus adalah dengan diadakannya pendidikan khusus.
Sebagai warga negara yang memiliki hak yang sama dengan anak-anak pada
umumnya yaitu berhak mendapatkan pendidikan seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII tentang Pendidikan dan Kebudayaan
pasal 31 ayat 1 yang menegaskan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Selain dalam Undang-Undang Dasar 1945, tercantum juga dalam Undang-undang Rebuplik Indonesia No 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan Nasional, Bab IV pasal 5 ayat 2 berbunyi “warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan/atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus” termasuk diantaranya anak tunagrahita.
Salah satu bidang studi yang dapat menunjang tingkat kemandirian
anak tunagrahita, terutama dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari
adalah bidang studi ketrampilan bina diri, dengan mempunyai prestasi yang
baik dalam bidang ketrampilan bina diri, maka anak tunagrahita akan mampu
dalam melakukan kegiatan sehari-hari, misalnya dalam hal merawat diri,
mengurus diri dan keterampilan lainnya secara mandiri.
Kemandirian adalah dimana seseorang dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995, hlm 84).
Kemandirian juga terdapat dalam Undang-undang Republik Indonesia Tahun
2003 tentang Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), Bab II Pasal 3 disebutkan
2
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Kemudian dalam dalam Pasal 32 ayat 1 tentang pendidikan khusus juga
disebutkan bahwa” Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi siswa yang
memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.”
Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik serta
memiliki kemampuan dan potensi untuk dikembangkan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, karena anak tunagrahita mengalami hambatan
intelektual, emosi, sosial, dan perilaku adaftif, sehingga mereka tidak bisa
mengaktualisasikan kemampuan atau potensi yang dimiliki secara optimal.
Akibat hambatan tersebut diatas dalam kehidupan sehari-harinya selalu
berhadapan dengan berbagai macam masalah. Agar kebutuhan dalam kegiatan
sehari-harinya dapat berkembang dengan optimal, maka anak tunagrahita
sangat perlu diberikan pendidikan atau pelayanan yang khusus dan serius
dengan harapan mereka mampu hidup mandiri ditengah masyarakat.
Anak tunagrahita memiliki perbedaan dengan anak berkebutuhan
khusus pada umumnya, perbedaan tersebut diantaranya yaitu kurang bisa
berpikir secara abstrak, cepat lupa, kurangnya daya konsentrasi dan kurang
kemampuan dalam kegiatan hidup sehari-hari.
3
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan
orang lain.”
Keterampilan bina diri merupakan dasar yang sangat penting dalam
mengembangkan hidup dan kehidupan setiap peserta didik sekolah dasar luar
biasa. Dalam hal ini bimbingan belajar ketrampilan bina diri menjadi focus
dari segala kegiatan pendidikan luar biasa. Hal tersebut sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991, Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa
“Rehabilitasi adalah upaya bantuan medik, sosial, pendidikan ketrampilan yang dikoordinasikan untuk melatih siswa yang menyandang kelainan agar
dapat mencapai kemampuan fungsional setinggi mungkin.”
Tercapainya tujuan pendidikan keterampilan bina diri dipengaruhi
berbagai faktor, antara lain faktor dari peserta didik, keluarga, guru maupun
masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan peserta
didik dalam mewujudkan diri sebagai insan yang mandiri, namun dalam
kenyataannya tidak semua peserta didik dapat mengembangkan diri secara
optimal, hal ini disebabkan orang tua kurang menanamkan sikap mandiri
kepada anak. Orang tua hanya menuntut agar anaknya rajin belajar, oleh
karena itu antara guru dan orang tua harus ada kerjasama untuk menanamkan
sikap mandiri sedini mungkin. Faktor pribadi dan keluarga sangat penting
dalam pembentukan sikap mandiri anak. Anak tunagrahita kurang berinisiatif
untuk melakukan hal-hal yang baru, ketidak mampuan dan ketidak
mengertinya tentang manfaat keterampilan bina diri, akibat dari itu dalam
melakukan kegiatan sehari-harinya terkadang memerlukan bantuan orang lain.
Perlakuan orang tua dan keluarga yang tidak memberikan kepercayaan pada
anak tunagrahita untuk melakukan perawatan terhadap dirinya. Akibat
perlakuan itulah potensi atau kemampuan yang dimiliki anak menjadi tidak
berkembang optimal.
Fakta-fakta yang ada di lapangan ternyata masih banyak orang tua
yang kurang memahami cara membimbing dan mengajarkan keterampilan
4
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak tunagrahita ringan tidak berkembangan, Ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya rendahnya tingkat sosial, ekonomi, tingkat pendidikan orang tua
serta kurangnya motivasi orang tua terhadap kemampuan yang masih dimiliki
oleh anak, banyak diantara mereka tidak menyadari bahwa
kemampuan-kemampuan tersebut masih dapat berkembang, apabila mendapat
latihan-latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Sikap ini timbul karena
kurangnya pengertian dan kesadaran tentang makna dan tujuan pendidikan
bagi anaknya, dan sebagian ada yang mempunyai sikap sebaliknya, setelah
melihat anaknya seperti itu mereka merasa malu dan cenderung
menyembunyikan atau mengisolir dari lingkungan. Sikap-sikap orang tua
tersebut diatas merupakan penghambat yang paling besar dalam upaya
memberikan bentuk bimbingan keterampilan bina diri anak.
Hasil wawancara antara penulis dengan orang tua dapat diketahui
kondisi saat ini perlakuan orang tua dan anggota keluarga di rumah masih
memberikan bantuan sepenuhnya pada anak tunagrahita untuk melakukan
kegiatan bina diri di rumah, bahkan banyak orang tua atau anggota keluarga
yang sangat memanjakan, sedangkan di sekolah anak di ajarkan untuk mandiri
dalam melakukan kegiatan keterampilan bina diri, karena di rumah anak selalu
di bantu sepenuhnya, kemampuan bina diri anak tidak mengalami
perkembangan yang optimal, di sekolah anak selalu meminta bantuan pada
guru atau temannya. Orang tua belum memahami bagaimana cara melatih dan
membimbing bina diri pada anaknya. Orang tua sangat memerlukan
pengetahuan dan keterampilan bagaimana cara melatih dan membimbing bina
diri kepada anaknya.
Berdasarkan dari faktor perlakuan orang tua terhadap anak tunagrahita
yang melatar belakangi ketidak mampuan anak dalam melakukan bina dirinya
pada kondisi saat ini, penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian
tentang program pelatihan bina diri terhadap orang tua orang dalam
mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita.
5
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah program
pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan
bina diri anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor?”
Fokus masalah yang ada, penulis merincinya menjadi beberapa sub
fokus masalah agar lebih terarah. Adapun yang menjadi sub fokus masalah itu
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan keterampilan bina diri anak tunagarahita di
sekolah?
2. Bagaimana perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina
diri untuk anak tunagrahita di rumah?
3. Apa kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan
keterampilan bina diri di rumah?
4. Bagaimana peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina
diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak
tunagrahita?
5. Bagaimana program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam
mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk” Terumuskanya program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan
kemampuan bina diri anak tunagrahita di SLB Ayahbunda
Parungpanjang Bogor ”.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dilakukan penelitian ini adalah:
1) Mengetahui kemampuan keterampilan bina diri anak tunagarahita
di sekolah.
2) Mengetahui perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan
6
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Mengetahui kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk
melaksanakan keterampilan bina diri di rumah.
4) Mengetahui peran orang tua dalam perumusan draf program
pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan
kemampuan bina diri anak tunagrahita.
5) Mengetahui program pelatihan bina diri terhadap orang tua.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti dapat memperkaya pemahaman mengenai pembelajaran
bina diri dan mengetahui bagaimana program pelatihan bina diri
terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan bina diri anak
tunagrahita.
b. Bagi guru agar dapat lebih meningkatkan layanan pembelajaran
keterampilan bina diri yang optimal kepada anak tunagrahita.
c. Bagi orang tua dan anggota keluarga lebih memahami cara
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian
Dalam suatu penelitian tidak terlepas dari lokasi penelitian, yaitu
dimana peneliti melaksanakan penelitiannya. Lokasi yang dijadikan tempat
penelitian diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang diperlukan
dalam penelitian.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai tempat penelitian
program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan
kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan yaitu di SLB Ayahbunda
Parungpanjang Kabupaten Bogor.
B. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kualiatif.
Sukmadinata (2005, hal 72) mengemukakan bahwa“Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian paling dasar, ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada,
baik yang bersifat alamiah maupun rekayasa manusia.”
Sukmadinata (2005, hlm 60) mengemukakan bahwa “Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara
19
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aspek yang penting dalam membantu penelitian kualitatif adalah
mengenai tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut;
Tahap ke 1 Tahap ke 2
a. Tahap ke 1
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
a. Tahap ke I yaitu :
1) Menelaah bagaimana kemampuan keterampilan bina diri anak tunagrahita di sekolah.
2) Menelaah bagaimana perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah
1. Menelaah bagaimana kemampuan keterampilan bina diri anak tunagrahita di sekolah.
2. Menelaah bagaimana perlakuan orang tua dalam melaksanakan
keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah
3. Menelaah apa kendala orang tua dalam
mengajarkan anak untuk melaksanakan
keterampilan bina diri di rumah
4. Menelaah bagaimana peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua. 5. Menelaah bagaiman
20
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Menelaah apa kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah.
4) Menelaah bagaimana peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua
5) Menelaah bagaiman program bina diri terhadap orang tua
b. Tahap ke 2 yaitu :
Merumuskan draf program pelatihan bagi orang tua tentang bina diri bagi
anak tunagrahita.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau
sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut
Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda,
hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang
dipermasalahkan, dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran
yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang
variabel yang penelitian akan amati. Kesimpulan dari kedua pengertian diatas
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan
sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian disebut
dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang
diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilaksanakannya.
Penentuan subjek penelitian di maksudkan untuk menyaring
sebanyak mungkin data dari berbagai sumber sehingga hal-hal yang
spesifik dapat dirinci. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda berjumlah 3(tiga) orang
21
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Table 3.1
kualitatif ini adalah mengenai tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya adalah:
1) Konfirmasi pada pihak sekolah untuk mengutarakan maksud
tujuan, dan meminta izin untuk melaksanakan penelitian di
lembaga tersebut merupakan bagian dari persiapan penelitian.
2) Mempersiapkan perlengkapan penelitian
Perlengkapan penelitian yang dipersiapkan untuk mengambil data
dalam penelitian yaitu membuat dan menyiapkan instrument
penelitian, seperti:
a) Pedoman wawancara yang berisi mengenai beberapa
22
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara berguna sebagai acuan tentang pertanyaan agar
focus terhadap permasalahan yang diteliti.
b) Pedoman Observasi yang berisi pertanyaan tentang acuan
yang akan diamati sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti.
c) Pedoman dokumentasi berupa catatan tertulis atau
dokumen-dokumen yang telah ada di sekolah seperti program –program
mengenai permasalahan yang sedang diteliti.
b. Tahap Memasuki Lapangan
Yaitu memulai melakukan kegiatan pengambilan data dengan cara:
1) Observasi yaitu melakukan pengamatan dan mencatat secara
langsung dan teliti tentang kondisi objektif bagaimana orang tua
memperlakukan anak tunagrahita dalam bina diri dan bagaimana
guru di sekolah dalam memberikan pembelajaran bina diri.
2) Melakukan wawancara pada subjek penelitian yaitu pada orang
tua dan guru mengenai permasalahan yang diteliti
3) Melakukan studi dokumentasi yaitu menelaah program bina diri
yang ada di sekolah dan mendokumentasikan kegiatan bina diri
yang dilaksanakan di sekolah ataupun di rumah.
c. Tahap analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan studi
dokumentasi kemudian data diolah dan dianalisis dengan cara
reduksi data, display data, dan verifikasi.
d. Tahap Akhir
Pada tahap ini selanjutnya data diuji keabsahannya dengan cara
teknik triangulasi data yaitu yang tidak sekadar menilai kebenaran
data, melainkan menyelidiki tingkat kebenaran tafsiran kita
mengenai data tersebut dan kemudian diambil kesimpulan.
23
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu karakteristik penelitian ini adalah peneliti sebagai
instrumen utama penelitian (Human Instrumen). Konsekwensi dari posisi
ini adalah peneliti harus mengenal apa yang akan diteliti dan melakukan
langsung seluruh kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan data
yang ada serta menginterprestasi data yang diperoleh.
Ada pendapat ahli yang dijadikan acuan, bahwa peneliti sendiri
merupakan instrumen utama dalam penelitiannya.
Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm 223) yang menyatakan
bahwa :” Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari
pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama alasannya ialahbahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih dikembangkan sepanjang penelitian itu dalam keadaan yang serba tidak pasti dan idak jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman
dokumentasi.
a. Pedoman wawancara
Pedoman wawan cara digunakan sebagai panduan dalam
pengumpulan data pada saat wawancara karena pedoman ini berisikan
pertanyaan –pertanyaan penelitian yang dilakukan secara langsung.
Tabel 3.2
Kisi –Kisi Pedoman Wawancara No
. Variabel Indikator No Soal
1. Perlakuan orang tua terhadap anak tunagrahita dalam bina diri?
Perlakuan orang tua dalam aspek Merawat diri
- Mandi
- Menggosok gigi
- Membersihkan badan setelah buang air besar dan kecil
24
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perlakuan orang tua dalam aspek mengurus diri
- Memakai pakaian dalam - Memakai pakaian luar - Memakai sepatu
4 5 6 2. Kendala orang tua dalam
mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah
- Cara mengajarkan mandi - Cara mengajarkan menggosok
gigi
- Cara mengajarkan
membersihkan badan setelah buang air besar dan kecil - Cara memakai pakaian dalam - Cara memakai pakaian luar - Cara memakai sepatu
7
- Mengetahui adanya program bina diri di sekolah
- Mengetahui keterterlibatan orang tua dalam merumuskan program bina diri
- Mengetahui pelaksanaan
pengajaran bina diri orang tua di rumah
- Mengetahui perlu atau tidak diadakannya program pelatihan bina diri terhadap orang tua - Mengetahui keikut sertaan
orang tua dalam merumuskan program bina diri apa saja yang akan di jadikan pelatihan
1
Pedoman observasi dibuat sebagai panduan saat melakukan
pengamatan karena hal ini berisi tentang apa saja yang akan diamati
25
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Kisi- kisi pedoman observasi
Variabel Indikator Item observasi Ket
3 2 1
Bagaimana kondisi objektif kemampuan bina diri anak tunagrahita di sekolah
Kemampuan bina diri anak tunagrahita di sekolah. Merawat diri
Mempersiapkan peralatan mandi seperti:
- Handuk - Sabun mandi
Mempersiapkan peralatan menggosok gigi seperti: - Pasta gigi
- Sikat gigi
Mandi
- Mengguyur air kebadan - Menggosokkan sabun
mandi ke badan - Melap badan dengan
handuk Menggosok gigi
- Memasukan pasta gigi ke sikat gigi
- Menggosokan sikat gigi ke gigi
26
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Membersihkan badan setelah buang air besar dan kecil - Mengguyurkan air ke
badan bagian belakang - Membersihkan badan
bagian belakang dengan menggunakan tangan Mengurus diri
- Memakai pakaian dalam - Memakai pakaian luar - Memakai sepatu
Keterangan :
Score 3 mampu melakukan tanpa bantuan Score 2 mampu dengan sedikit bantuan Score 1 mampu dengan banyak bantuan
Tabel 3.4
Kisi- kisi pedoman observasi
27
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melaksana kan
keterampilan bina diri Mengurus diri
- Memakai pakaian dalam - Memakai
pakaian luar - Memakai
sepatu
c. Pedoman Dokumentasi
Pada pedoman dokumentasi berisi tentang data apa yang telah ada
sehingga dengan doumentasi data yang di perlukan dalam penelitian
ini bisa terkumpul seluruhnya.
Tabel 3.5
Kisi-kisi Pedoman Doumentasi
No. Ruang Lingkup
1. Drap program bina diri yang ada di sekolah
2. Foto- foto pelaksanaan program bina diri.
2. Tehnik pengumpulan data
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data ini adalah
menggunakan teknik observasi, wawancara dan study dokumentasi.
a. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti mengamati dan mencatat secara
langsung dan teliti tentang kondisi objektif bagaimana orang tua
memperlakukan anak tunagrahita dalam bina diri dan bagaimana guru
di sekolah dalam memberikan pembelajaran bina diri.
Syaodih N. (dalam D. Satori dan A. Komariah, 2010, hlm 105)
28
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.
Sedangkan menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm 226) mengungkapkan bahwa “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data atau fakta mengenai dunia kenyataan diperoleh melalui observasi.”
Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa observasi itu
merupakan kegiatan pengamatan dalam suatu penelitian untuk
mendapatkan data yang akurat.
b. Wawancara
Teknik wawncara ini digunakan dengan cara melakukan Tanya
jawab secara langsung dengan guru dan orang tua tanpa terlepas dari
tujuan yang diharapkan. Sebagaiman yang dikemukakan oleh:
Sujana (dalam D. Sutori dan A. Komariah, 2010, hlm 130) mengemukakan “Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang di tanya atau penjawab
(interviewee)”.
Esterberg (dalam Sugiono, 2010, hlm 231)”Wawacara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat di kontruksikan makna
dalam suatu titik tertentu”.
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
wawancara merupakan pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi melalui percakapan atau Tanya jawab secara langsung.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana profil anak
tunagrahita , serta mendapatkan informasi mengenai perlakuan orang
tua dalam pelaksanaan bina diri anak tunagrahita dirumah.
c. Study dokumentasi
Studi dokumentasi para peneliti ini juga berfungsi untuk
29
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara dan hasil pengamatan (observasi) dengan cara melihat dan
menelaah sumber tertulis dari dokumentasi yang ada pada
informasi.Sebagaimana yang di kemukakan oleh
Bogdan (dalam Djam’an S. dan Aan K, 2009, hlm 149)
menyatakan bahwa “Hasil penelitian juga akan semakin
kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan karya seni yang telah ada”.
D. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi data yaitu yang tidak sekadar menilai kebenaran data, melainkan
menyelidiki tingkat kebenaran tafsiran kita mengenai data tersebut. Untuk
memperoleh keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dengan
pengecekan kebenaran data dari data sumber yang lain. Triangulasi data
dimaksudkan untuk mengecek atau membandingkan data yang telah
diperoleh melalui hasil wawancara kepada orangtua peserta didik dan guru.
E. Tehnik Anlisis Data
Pengujian ke absahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi data yaitu yang tidak sekadar menilai kebenaran data, melainkan
menyelidiki tingkat kebenaran tafsiran kita mengenai data tersebut. Untuk
memperoleh keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dengan
pengecekan kebenaran data dari data sumber yang lain. Triangulasi data
dimaksudkan untuk mengecek atau membandingkan data yang telah
diperoleh melalui hasil wawancara kepada orangtua peserta didik dan guru.
Langkah- langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu:
1. Reduksi data
Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi
data. mereduksi data adalah merangkum, melihat hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting guna memberikan gambaran
yang jelas dan tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan. Adapun tujuan reduksi data adalah untuk
30
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Display data
Langkah yang selanjutnya setelah reduksi data adalah merangkum
temuan-temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti
display data dilakukan dalam bentuk uraian singkat bagan, hubungan
antara kategori melalui display data maka data akan terorganisasikan
dan tersusun dalam pola hubungan sehingga dapat memudahkan dan
memahami gambaran keseluruhan dari aspek yang diteliti.
3. Kesimpulan
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan
suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini penulisan
yang dipakai adalah presentasi data yang didapat yaitu penulisan
data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan obervasi
dengan subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehingga
penulis mengerti benar permasalahannya, kemudian di analisis,
sehingga di dapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari
subyek.
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berikut ini disajikan kesimpulan tentang hasil penelitian, kesimpulan
ini merupakan jawaban dari fokus masalah tentang bagaimanakah program
pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan
bina diri anak tunagrahita di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor dan
kondidsi-kondisi yang melatar belakanginya. Selengkapnya kesimpulan hasil
penelitian ini sebagai berikut :
1. Kemampuan keterampilan bina diri anak tunagarahita di sekolah,
Kemampuan merawat diri dan mengurus diri DL lebih baik dari pada
ZP, dan SV terlihat pada waktu proses pelaksanaanya walaupun ada
yang masih dibantu tetapi hanya sebagian kecil, sedangkan ZP dan SV
masih harus banyak memerlukan bantuan, untuk menyiapkan peralatan
mereka sudah dapat melakukannya sendiri.
2. Perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk
anak tunagrahita di rumah, perlakuan SW lebih perhatian dan sabar
dalam memberikan pengajaran dan membimbing DL dalam
mengembangkan keterampilan bina diri, DL dari pada DW dan EN.
Karena selain memberitahukan dan menunjukkan SW juga memberikan
contoh cara melakukan keterampilan tersebut.
3. Kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan
keterampilan bina diri di rumah. kendala yang di hadapi orang tua
sedikit DL lebih sedikit dari pada orang tua ZP, dan SP karena DL
sudah lebih baik dalam melaksanakan keterampilan merawat diri dan
mengurus diri.
4. Peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri
terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak
tunagrahita. Secara umum orang tua DL, ZP dan SP mengetahui adanya
42
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merumuskan program bina diri di sekolah, mereka mempercayakan
pada guru, mereka memerlukan pelatihan bina diri terhadap orang tua,
supaya mereka dapat mengajarkan bina diri kepada anak-anaknya lebih
baik lagi. Mereka juga ikut dalam merumuskan program pelatihan bina
diri terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan bina diri
anak tunagrahita, program bina diri apa saja yang akan dijadikan materi
dalam pelatihan tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil dari penelitian di lapangan bahwa program pelatihan
bina diri terhadap orang tua sangat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan orang tua dalam memberikan perlakuan dan pengajaran
keterampilan bina diri dengan cara yang benar sehingga dapat menghasilkan
hasil yang sesuai dengan yang di harapkan yaitu anak dapat melakukan
keterampilan bina diri dengan mandiri. Dengan adanya program pelatihan
bina diri terhadap orang tua diharapkan dapat mengantarkan orang tua dalam
memberikan perlakuan dan pengajaran bina diri terhadap anak tunagrahita
dengan benar, sehingga anak dapat melakukan keterampilan bina diri secara
mandiri baik di rumah maupun di sekolah. Berdasarkan hal tersebut di atas
peneliti merekomendasikan sebagai berikut:
1. Bagi orang tua dan keluarga
Orang tua dan keluarga harus memahami masalah dan kondisi anaknya
yang tunagrahita, sehingga dapat memperlakukan anaknya sesuai dengan
kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesabaran dan
memberikan kepercayaan kepada anaknya yang tunagrahita terutama
dalam melaksanakan keterampilan bina diri.
2. Bagi guru
Guru senantiasa meningkatkan layanan pembelajaran bina diri bagi anak
tunagrahita dan senantiasa berkoordinasi dengan berbagai pihak di
antaranya dengan orang tua, kepala sekolah dan guru-guru yang lain agar
program yang dibuat guru bina diri dapat tersosialisasi sehingga apa yang
43
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagi peneliti selanjutnya
Mengungkap permasalahan yang lain yang belum ditemukan dalam
peneliian ini berkaitan dengan masalah bina diri dan menjadi bahan
perbandingan serta mampu memberikan solusi terhadap permasalahan
yang di ungkap.
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran.Bandung : Wacana Prima
Astati dan Mulyati I. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Catur Karya Mandiri.
Cecep S. H. (2012) Skripsi. Studi Tentang Pembelajaran Bina Diri Pada Anak
Tunagrahita Kelas D5 dan Kondisi-Kondisi Yang Melatar Belakanginya.
Tidak diterbitkan: UPI
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992), GBPP Kemampuan Merawat
Diri, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Komoetensi dan Kompetensi
Dasar SDLB C Tunagrahita . Bandung: Depdiknas
Departemen Agama. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun
2003. [Online]. Diakses dari
http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf
Dinas Pendidikan PLB Provinsi Jawa Barat, (2007), Bina Diri Dalam Pelatihan
Program Khusus Bina Diri. Balai Pelatihan Guru Sekolah Luar Biasa.
Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara
H, Hadari Nawawi. (1991). Subjek Penelitian. [Online] Diakses dari http://rahmayanisembiring.blogspot.com
Hurlock E, B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
K, Abdul. (2000). Pengertian Program. [Online]. Diakses dari http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=84294
45
Eva Saadah Noor, 2014
Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Saleh Marzuki, M. (1992). Konsep Pelatihan . [Online]. Diakses dari www.adman.staf.upi.edu /files/2009/08
Santonoalvin. (2011). Undang-Undang Dasar 1945. [Online}. Diakses dari santonoalvin.wordpress.com/.../uud-1945-pasal-31
Sudjana N. (2009) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Algensindo
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabet
Sukmadinata, N. S. (2005), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sutjihati, T. Soemantri (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika
Veithzal Rivai. (2004 ) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program Pelatihan.
[Online]. Di akses dari
http://eprints.uny.ac.id/7938/2/BAB%201%20%2009103248016
Widati S. (2007). Hand Out Bina Diri Dalam Bina Gerak. Bandung : UPI
Widodo. S (2007). Asessmen Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: BPG- SLB