Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING No. Daftar FPIPS: 1760/UN.40.2.5.1/PL/2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU
PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Oleh
NOVIA TRESNA DEWI
0901628
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DICIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP
PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG”
Novia Tresna Dewi 0901628
ABSTRAK
Ciater Spa Resort adalah tempat medical dan health centre yang memberikan fasilitas wisata dan menyediakan berbagai macam produk layanan, yang salah satunya adalah produk meeting package. Dengan kondisi persaingan bisnis pariwisata dari waktu ke waktu yang semakin ketat, Ciater Spa Resort hendaknya lebih memperhatikan bagaimana tindak lanjut yang dilakukan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diterima purna pembelian, karena perilaku purna pembelian dapat bersifat negatif dan positif bagi perusahaan. Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat kualitas pelayanan yang diberikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap perilaku purna pembelian produk meeting package di Ciater Spa Resort.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan maksud untuk mengetahui gambaran dan tanggapan dari sebagian populasi yang menjadi objek penelitian terhadap kualitas pelayanan dan perilaku purna pembelian. Dalam menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis Regresi Linier, korelasi pearson dan koefisien determinasi dengan bantuan software SPSS 21 untuk pengolahan data. Data penelitian ini menggunakan data ordinal, sedangkan analisis regresi dibutuhkan data interval sehingga digunakan Method of Successive Interval untuk mengubah data ordinal ke interval. Adapun besarnya sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak 70 responden yang merupakan pengambil keputusan pada masing-masing perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas pelayanan produk meeting package di Ciater Spa Resort berada pada kategori samgat baik, sedangkan perilaku purna pembelian lebih cenderung kepada perilaku loyal. Dengan demikian pihak pengelola harus senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan, sedangkan untuk pelanggan yang cenderung loyal sebaiknya diberikan perhatian lebih khusus misalnya dengan pemberian diskon. Untuk pengaruh kualitas pelayanan terhadap perilaku purna pembelian dalam kategori sedang. Nilai korelasi yang dihasilkan dari data sampel adalah sebesar 0,424. Sedangkan untuk Perhitungan koefisien determinasi menghasilkan nilai sebesar 18%, nilai ini diartikan bahwa perilaku purna pembelian dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, Perhitungan persamaan regresi linier diperoleh persamaan sebagai berikut Y = 13,490 + 0,210X.
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
"THE INFLUENCE OF SERVICE QUALITY TOWARD POST-PURCHASE BEHAVIOUR OF MEETING PACKAGE PRODUCT AT
CIATER SPA RESORT SUBANG DISTRICT"
Novia Tresna Dewi 0901628
ABSTRACT
Ciater Spa Resort is a medical and health centers that provide tourist facilities and provide many services products, one of which is a meeting package product. With the condition of the tourism businesses competitions are increasingly stringent, Ciater Spa Resort should be more attention to what the customer made a follow-up to quality of services received after purchase, because post-purchase behavior can be negative and positive for the company. Therefore it is very important for companies to know level of service quality provided. This study was conducted to determine the influence of service quality toward post-purchase behaviour of meeting package product at Ciater Spa Resort.
The method used is descriptive method with a quantitative approach with the aim to find a descriptions and response most of the population which is the object of study on service quality and post-purchase behavior. In analyzing data, this study uses linear regression analysis, Pearson correlation and determination coefficient with the help of SPSS 21 software for data processing. The research data using ordinal data, whereas regression analysis should be used interval data so it is used Method of Successive Intervals for change ordinal data to interval. The sample used for this study as much as 70 respondents who are decision makers in their respective companies.
The results of this study indicate that service quality of meeting package product at Ciater Spa Resort is in best category, while post-purchase behavior shows loyal behavior is behavior that is most prominent. Thus the management must constantly improve the service quality while for loyal customers particular attention should be given for example by giving discounts. For determine the influence of service quality toward post-purchase behaviour is in medium category. The resulting correlation value of data sample is equal to 0.424. As for the calculation of determination coefficient produces a value of 18%, this value is mean post-purchase behavior is influenced by service quality, while 82% are influenced by other factors. Calculation of linear regression equations obtained the following equation Y = 13.490 + 0.210 X.
DAFTAR ISI
1. Definisi Perilaku Purna Pembelian ... 20
2. Dimensi Perilaku Purna Pembelian ... 22
D. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Purna Pembelian ... 24
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Instrumen Penelitian ... 36
I. Rancangan Pengujian Validitas dan Relibilitas ... 42
1. Uji Validitas ... 42
4. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 51
5. Koefisien Determinasi ... 52
4. Struktur Organisasi dan Tujuan Perusahaan ... 58
5. Aktivitas Perusahaan ... 60
6. Tarif yang diberlakukan ... 62
7. Kapasitas Ruang Meeting ... 62
8. Konsumen produk meeting package ... 63
9. Profil Responden ... 64
a. Karaketristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65
b. Karaketristik responden Berdasarkan Pendidikan ... 65
c. Karaketristik responden Berdasarkan Jabatan Kerja ... 66
d. Karaketristik responden Berdasarkan Masa Kerja ... 67
e. Karaketristik responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian ... 68
B. Analisis Indeks Jawaban Responden terhadap Variabel Kualitas Pelayanan ... 68
1. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tangible ... 69
2. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Emphaty ... 71
3. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Reliability ... 74
4. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Responsiveness ... 77
5. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Assurance ... 79
6. Rekapitulasi Total Skor Kualitas Pelayanan ... 81
C. Analisis Indeks Jawaban Responden terhadap Variabel Perilaku Purna Pembelian ... 84
1. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Loyalty ... 84
4. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Response to Problem ... 92
5. Rekapitulasi Total Skor Perilaku Purna Pembelian ... 94
D. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Perilaku Purna Pembelian ... 97
1. Uji Asumsi Klasik ... 97
a. Uji Normalitas ... 97
b. Uji Linearitas ... 98
2. Analisis Data ... 98
a. Analisis Korelasi ... 98
b. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 100
c. Analisis Koefisien Determinasi ... 101
d. Pengujian Hipotesis ... 102
3. Pembahasan ... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108
A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 112
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Data Kunjungan Paket Meeting 2008-2012 ... 3
1.2 Perbandingan Harga Paket Meeting dengan Kompetitor ... 4
2.1 Behavioral-Intentions Battery ... 23
2.2 Orisinalitas Penelitian ... 25
3.1 Opersional Variabel ... 33
3.2 Skala Likert ... 36
3.3 Jumlah Pengunjung Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Januari – Mei Tahun 2013 ... 38
3.4 Hasil Uji Validitas menggunakan Microsoft Excel 2007 for windows ... 43
3.5 Kriteria Reliabilitas ... 46
3.6 Hasil Uji Reliabilitas menggunakan Microsoft Excel 2007 for windows 47 3.7 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 51
4.7 Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian ... 68
4.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tangible ... 69
4.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Emphaty ... 72
4.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Reliability ... 74
4.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Responsiveness ... 77
4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Assurance ... 79
4.13 Rekapitulasi Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort terhadap Kualitas Pelayanan ... 82
4.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Loyalty ... 84
4.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Switch ... 87
4.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Willingness to Pay more ... 90
4.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Response to Problem ... 92
4.18 Rekapitulasi Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort terhadap Perilaku Purna Pembelian ... 95
4.20 Uji Linieritas ... 97
4.21 Korelasi Kualitas Pelayanan terhadap Perilaku Purna Pembelian Produk Meeting Package Ciater Spa ... 98
4.22 Variables Entered/Removed ... 99
4.23 Regresi ... 99
4.24 Data Kuesioner ... 100
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Hubungan antara Kualitas Jasa, Kepuasan Pelanggan, dan
Perilaku Purna Pembelian ... 25
2.2 Kerangka Pemikiran ... 27
3.1 Rentang Nilai ... 49
4.1 Gambar Lokasi Ciater Spa Resort ... 58
4.2 Struktur Organisasi Ciater Spa Resort ... 59
4.3 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort terhadap Sub Variabel Tangible (Bukti Fisik) ... 70
4.4 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Sub Vasriabel Emphaty (Empati) ... 73
4.5 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Sub Variabel Reliability (Keandalan) .... 76
4.6 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort terhadap Sub Variabel Responsiveness (Daya Tanggap) ... 79
4.7 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Sub Variabel Assurance (Jaminan) ... 81
4.8 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan ... 83
4.9 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Sub Variabel Loyalty ... 86
4.10 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Sub Variabel Switch ... 89
4.11 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Sub Variabel Willingness to Pay more .. 91
4.12 Garis Kontinum Tanggapan Pembeli Produk Meeting Package Ciater Spa Resort Terhadap Sub Variabel Response to Problem ... 94
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keputusan Sidang Skripsi
Lampiran 2 : Surat Permohonan Mengadakan Penelitian
Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4 : Foto-foto Ciater Spa Resort
Lampiran 5 : Kuesioner
Lampiran 6 : Data Mentah Skor
Lampiran 7 : Rekap Uji Validitas
Lampiran 8 : Data Skor Succesive Interval
Lampiran 9 : Output SPSS
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nusantara ini memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata.
Hal tersebut dapat dilihat dari indahnya berbagai macam pemandangan alam,
kebudayaan dan sejarah bangsa, festival dan upacara-upacara yang unik,
berbagai macam seni lukis dan kerajinan tangan, dan banyaknya tempat yang
sangat menarik bagi para wisatawan sepanjang tahunnya.
Perkembangan kepariwisataan di Indonesia pun mengalami kemajuan
yang cukup pesat seperti negara-negara berkembang lainnya di dunia.
Pemerintah sekarang sedang menggalakan pariwisata sebagai komoditi yang
ditawarkan pada wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Begitu pun dengan para pelaku industri pariwisata yang giat mengembangkan
dan memanfaat potensi yang ada.
Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memberikan
jasa layanan. Dimana terdapat berbagai layanan yang ditawarkan bagi
wisatawan. Diantaranya penyediaan jasa akomodasi, jasa makanan dan
minuman, dan yang saat ini sedang merambah industri pariwisata di Indonesia
yakni jasa MICE singkatan Bahasa Inggris dari “Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition" (Indonesia: Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan
Pameran), dalam industri pariwisata atau pameran, yang merupakan suatu
jenis kegiatan pariwisata dalam suatu kelompok besar, biasanya direncanakan
dengan matang, berangkat bersama untuk suatu tujuan tertentu.
Perkembangan industri Meeting Incentive Convention Exhibition
(MICE) di Indonesia memang sudah menunjukan arah peningkatan, meskipun
tumbuh secara perlahan. Lambatnya laju pertumbuhan industri MICE di
Indonesia ini tidak lain adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) baik
secara kuantitas maupun profesionalismenya. Selain itu kondisi keamanan,
2
pada saat dan setelah konvensi menjadi faktor yang menyebabkan beberapa
daerah di Indonesia tertinggal di wisata MICE.
Di Indonesia sendiri venue untuk penyelenggaran MICE banyak
dijumpai di hotel-hotel mulai dari bintang 3 sampai bintang 5. Banyaknya
usaha perhotelan yang mulai membuka fasilitas untuk meeting, membuat
hotel–hotel kini mulai bersaing untuk meningkatkan kualitasnya dalam
memberikan pelayanan di bidang MICE bagi para pengunjungnya. Hal
tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para penyedia jasa MICE untuk
tetap mempertahankan serta menjaga kualitas layanan agar dapat bersaing
dengan penyedia jasa MICE lainnya.
Salah satu tempat kunjungan wisata unggulan di Jawa Barat yang
menyediakan fasilitas MICE yakni Ciater Spa Resort. Ciater Spa Resort
sendiri mempunyai fasilitas yang lengkap baik untuk acara Gathering/Outing
perusahaan, Meeting, maupun sebagai sarana liburan keluarga. Beberapa
fasilitas yang disediakan di Ciater Spa Resort diantaranya, Recreation,
Outbound Activities, Camping Ground, Hotel & Convention Hall, Restaurant
& Café, Beauty & Wellness Spa, Rehabilitation Centre (Fisiotherapy & Hydro
Therapy).
Ciater Spa Resort terletak di lereng gunung Tangkuban Parahu,
termasuk Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lokasinya dikelilingi perkebunan
teh, memiliki air panas mineral alami, sehingga panorama yang disajikan
begitu memanjakan mata pengunjungnya. Untuk lokasinya sendiri dapat
ditempuh sekitar 90 menit dari Bandung, dan dari Jakarta ± 2 jam sampai 3
jam melalui jalan tol sadang maupun tol cipularang.
Beberapa fasilitas paket meeting yang ditawarkan Ciater Spa Resort
diantaranya Full board Meeting Package, Half day meeting package, One day
meeting pacakage, presentation package. Paket-paket meeting tersebut
memiliki pelayanan yang berbeda didalamnya. Dengan 10 ruang meeting yang
dimiliki oleh Ciater Spa Resort, produk meeting package ini dikemas
3
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengunjung di Ciater Spa tidak hanya wisatawan dari lingkup lokal
Jawa Barat dan sekitarnya saja, melainkan juga datang dari kota-kota besar di
Indonesia, bahkan tidak sedikit pula wisatawan dari mancanegara, seperti turis
yang berasal dari negara-negara di kawasan Timur Tengah. Untuk pengunjung
wisata meeting sendiri berasal dari lembaga pemerintah, BUMN, maupun dari
perusahaan swasta. Tidak sedikit dari lembaga atau perusahaan tersebut
merupakan pelanggan tetap bagi Ciater Spa Resort. Sekitar 60 % dari
pengunjung meeting merupakan repeater guest. Dalam kurun satu tahun
mereka dapat melakukan meeting 2 hingga 3 kali di Ciater Spa Resort. Hal ini
dapat dikategorikan bahwa pengunjung meeting di Ciater Spa Resort
cenderung bersikap loyal.
Pada perilaku purna pembelian terdapat 5 dimensi yang menunjukan
perilaku tersebut yakni loyalty, switch, willingness to pay more, external
repsons to problem, dan internal repsons to problem (Parasuraman dalam
Lupiyoadi R., 2001:160). Oleh karena itu sikap loyal yang ditunjukan oleh
pengunjung meeting di Ciater Spa Resort dapat dikatakan sebagai perilaku
purna pembelian.
Mengenai jumlah kunjungan meeting package di Ciater Spa Resort
dari tahun 2008-2012, meningkat dan peningkatan tersebut cukup signifikan.
Dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Data Kunjungan Paket Meeting Ciater Spa Resort 2008 - 2012
4
Dari data diatas, menunjukan bahwa data kunjungan meeting di Ciater
Spa Resort selalu meningkat dari tahun ke tahun. Selama tahun 2007 jumlah
kunjungan meeting di Ciater Spa Resort sebanyak 9.408 pax, tahun 2009
sebanyak 10.165 pax. Rata-rata peningkatan kunjungan meeting di Ciater Spa
Resort sebesar 8%. Apabila dilihat dari segi jenis paket, paket Fullboard
meeting (Single & Double) merupakan jenis paket yang paling banyak
diminati oleh pengunjung.
Selain dari pada itu, apabila dilihat dari segi harga bila dibandingkan
dengan kompetitor harga Paket meeting di Ciater Spa Resort memang lebih
murah dibandingkan dengan kompetitor dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut
ini:
Tabel 1.2
Perbandingan Harga Paket Meeting dengan Kompetitor
No Lokasi Jenis Paket dan Harga (Rp)
Fullboard One Day Half Day
1 Ciater Spa Resort 480,000 175,000 90,000
2 Sari Ater Hotel 470,000 210,000 105,000
Sumber: Pengolahan dari berbagai sumber 2013
Namun tidak untuk harga jenis paket fullboard meeting di Ciater Spa
Resort sedikit lebih murah dibanding dengan harga fullboard meeting di Sari
Ater Hotel. Sedangkan seperti pada tabel data kunjungan dapat dilihat bahwa
jenis paket fullboard meeting merupakan jenis paket yang paling banyak
diminati, hal ini menunjukan adanya perilaku willingness to pay more pada
pelanggan atau bersedia membayar lebih tinggi dibandingkan dengan harga
yang diberikan kompetitor mengingat lokasi Ciater Spa Resort dan Sari Ater
Hotel yang begitu dekat bahkan terhubung. Dari beberapa perusahan yang
membeli produk meeting package bahkan ada beberapa yang bersedia sharing
kamar dengan Sari Ater Hotel karena kuota kamar di Ciater Spa Resort yang
kurang namun tetap menyelenggarakan meeting di Ciater Spa Resort.
Loyalty dan willingness to pay more yang ditunjukan oleh pengunjung
5
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu faktor yang sangat penting adalah kualitas pelayanan yang
diberikan sehingga berdampak pada respon perilaku yang mungkin timbul
pasca pembelian. Reaksi pelanggan ini merupakan gambaran dari salah satu
implikasi kualitas pelayanan terhadap perilaku purna pembelian.
Menurut Putra D. (2010) lebih lanjut berpendapat bahwa pelayanan
yang berkualitas mampu memberikan pengaruh terhadap loyalitas konsumen.
Sehingga terciptalah tindak lanjut yang ditunjukan oleh konsumen sebagai
akibat dari respon dari pemakaian produk atau jasa yang dibelinya. Hal ini
senada dengan yang dipaparkan oleh Lupiyoadi R. dan A. Hamdani
(2006:267) bahwa kualitas jasa yang baik (superior) dapat berpengaruh
langsung kepada perilaku purna pembelian secara favorable. Dengan kata lain
Kualitas pelayanan sedikitnya memberi pengaruh terhadap perilaku purna
pembelian. Selain dari pada itu baik buruknya kualitas pelayanan akan
memberikan suatu respon positif atau negatif pada pelanggan terhadap suatu
produk atau jasa yang dibelinya dan pada akhirnya akan memberikan dampak
tersendiri kepada perilaku pelanggan terhadap produk tersebut sehingga
timbulah perilaku purna pembelian.
Perilaku purna pembelian berasal dari bagaimana pelayanan yang
diberikan. Oleh karena itu kualitas pelayanan menjadi tolak ukur bagi
konsumen dalam menimbulkan perilaku purna pembelian pada pelanggan.
Apabila kualitas pelayanan dirasa baik maka dapat menimbulkan sikap positif
bagi perusahaan, misalnya keinginan untuk membeli kembali atau
merekomendasikan produk kepada pelanggan lain. Sebaliknya, situasi
pelayanan yang buruk terjadi manakala konsumen telah menggunakan produk
atau mengalami jasa yang dibeli dan merasakan bahwa kinerja produk ternyata
tidak memenuhi harapan. Buruknya kualitas pelayanan ini dapat menimbulkan
sikap negatif terhadap merk maupun produsen/ penyedia jasanya,
berkurangnya pembelian ulang, peralihan merk, dan berbagai macam perilaku
6
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui dan meneliti
yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Perilaku Purna Pembelian Produk Meeting Package di Ciater Spa Resort Kabupaten Subang”.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
mengungkap pokok permasalahan dari kualitas pelayanan produk meeting
room di Ciater Spa dan pengaruhnya terhadap perilaku purna pembelian yaitu:
1. Bagaimana kualitas pelayanan produk meeting package di Ciater Spa
Resort?
2. Bagaimana perilaku purna pembelian produk meeting package di Ciater
Spa Resort ?
3. Sejauh mana pengaruh Kualitas pelayanan terhadap perilaku purna
pembelian produk meeting package di Ciater Spa Resort?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis sehubungan dengan
masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini bertujuan:
1. Menganalisis kualitas pelayanan produk meeting package di Ciater Spa
Resort.
2. Menganalisis perilaku purna pembelian pengunjung yang membeli
produk meeting package di Ciater Spa Resort.
3. Mengidentifikasikan pengaruh yang ditimbulkan dari kualitas pelayanan
terhadap perilaku purna pembelian produk meeting package di Ciater
7
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah adanya penelitian yang
diperoleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Resort
Bagi Ciater Spa Resort, penelitian ini dapat memberikan saran dan
menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan resort tersebut
khususnya dalam meningkatkan jumlah pengunjung dengan
memperhatikan kualitas pelayanan pada konsumen dan perilaku yang
timbul akibat dari kualitas pelayanan yang diterima.
2. Penulis
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dan hasil
nyata pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.
3. Pembaca
Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi
dan informasi dalam penelitian.
E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan penelitian ini, disajikan pokok-pokok
permasalahan yang akan dibahas dengan membaginya menjadi 5 BAB dan
masing-masing mempunyai kaitan satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai
berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan mengenai gambaran umum skripsi ini
berupa Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, dan Sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan berbagai landasan teori yang
berhubungan dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
8
untuk menganalisa dan menyelesaikan permasalahan dalam
penelitian ini.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang Metode Penelitian yakni
menguraikan metode-metode yang digunakan dalam penelitian,
meliputi metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan
sampel penelitian, dan analisis pengolahan data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan,
pembahasan dan analisis hasil penelitian berdasarkan teori dan
data yang di dapat melalui survey atau observasi lapangan,
wawancara, studi literatur dan penyebaran kuesioner.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan disajikan penutup yang merupakan kesimpulan dari
pembahasan ini. Kesimpulan disini merupakan jawaban atas
permasalahan dan pembahasan serta rekomendasi mengenai
penelitian atas pengaruh kualitas pelayanan terhadap perilaku
purna pembelian produk meeting Package di Ciater Spa Resort
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Meeting
1. Ruang Lingkup Pertemuan (Meeting)
Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya
merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya melibatkan
orang secara bersama-sama (Kesrul M., 2004:3). Selanjutnya Kesrul
(2004:13) mengelompokan meeting berdasarkan letak geografis dan tujuan
pertemuan Asosiasi / perusahaan. Maka akan dijelaskan secara lebih
lengkap sebagai berikut:
a. Berdasarkan Letak Geografis
1) Local Meetings merupakan pertemuan yang diselenggarakan oleh
kelompok kecil yang potensial. Kelompok tersebut bisa saja
sebagai kelompok mandiri yang mempunyai organisasi dengan
pedoman kerja, namun bersifat local, yakni untuk memajukan
masyarakat local itu sendiri.
2) State Meetings merupakan pertemuan yang lebih besar dari
konvensi local ialah konvensi daerah. Seperti halnya konvensi
local, konvensi daerah juga merupakan suatu konvesi yang
diselenggarakan oleh instansi pemerintah daerah atau organisasi
swasta daerah yang mandiri dengan pedoman kerja (anggaran dasar
dan rumah tangga) yang kegiatan usahanya ditujukan untuk
memajukan daerah setempat.
3) Regional Meetings merupakan kegiatan penyelenggaraan konvensi
yang dihadiri oleh sejumlah orang yang lebih besar dari
konvensi-konvensi diatas. Konvensi nasional ini diselenggarakan oleh
pemerintah, swasta, atau bersama-sama oleh pemerintah dan
10
berbeda dengan konvensi-konvensi diatas karena menyangkut
program pertemuan yang lebih luas, membutuhkan staff pelaksana
yang lebih banyak, peralatan fasilitas yang lengkap dan logistic
yang berlipat ganda.
4) National Meetings didasarkan pada letak geografis yaitu
Negara-negara bertetangga yang sepakat membentuk wilayah untuk
kepentingan bersama dalam banyak hal. Seperti contoh
Negara-negara di Eropa sepakat membentuk Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE) dan dikawasan Asia Tenggara membentuk Association of
South East Asian National (ASEAN)
5) International Meetings mempunyai sifat mengglobal, konvensi
international cakupannya adalah Negara-negara yang terletak di
semua benua di peta bumi ini.
6) Offshore Meetings yaitu pertemuan yang dihindari oleh
anggota-anggota dari suatu asosiasi/social dari suatu Negara/kawasan yang
dilaksanakan di Negara/kawasan lain.
b. Berdasarkan Tujuan Pertemuan Asosiasi / Perusahaan
1) Clinic yaitu pertemuan anggota dalam kelompok kecil, dimana
secara umum peserta/staff mendapatkan pelatihan salah satu
materi/permasalahan.
2) Colloquium yaitu sebuah acara pertemuan dimana peserta duduk
bersama membicarakan suatu permasalahan/kasus. Pertemuan
tersebut dihadiri kurang dari 35 peserta.
3) Corporate meeting yaitu sebuah pertemuan periodic dari top
manajemen untuk mendiskusikan kebijakan manajemen dan
operasional.
2. Definisi Meeting Planner
Menurut Kesrul (2004:42), Profesi dalam Event Organization yang
terpenting adalah meeting planner, yaitu orang yang berperan
11
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegitaan yang berkaitan dengan meeting, conventions, congress,
conference, exhibition, dan incentive tour/trip. Meeting planner ini juga
merupakan pengambil keputusan bagi sebuah perusahaan dalam
menentukan venue meeting atau biasa lebih dikenal dengan decision
maker.
B. Kualitas Pelayanan
1. Definisi
a. Definisi Kualitas
Goetsh dan Davis dalam Tjiptono F. (2005:51) merumuskan
kualitas sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Sehingga kualitas tidaklah dipandang dari satu sisi
saja. Kualitas dapat diartikan secara beraneka ragam oleh orang yang
berbeda dalam situasi yang berlainan.
Kata-kata kualitas berasal dari bahasa Latin yaitu qualitas yang artinya “dari apa”. Garvin (Nasution M., 2001:16) menyatakan bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Lebih jauh lagi Lovelock (2005:229) mendefinisikan kualitas
sebagai tingkat mutu yang diharapkan, dan pengendalian keragaman
dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Menurut Gaspersz yang dikutip Lukman (1999:146) pada
dasarnya sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh lima
karakteristik, yaitu sebagai berikut :
1) Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan yang berarti
produk-produk didesain sesuai dengan keinginan pelanggan
melalui suatu riset pasar kemudian diproduksi dengan baik dan
benar sehingga memenuhi spesifikasi desain yang pada akhirnya
12
2) Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang
dipimpin oleh manajemen puncak dalam proses peningkatan
kualitas secara terus menerus.
3) Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari
setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas.
4) Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang
berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, tidak berfokus
pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
5) Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang
menganggap bahwa kualitas merupakan jalan hidup.
b. Definisi Pelayanan
Tjiptono F. (2008:1) mengungkapkan bahwa dijumpai setidaknya
empat lingkup definisi konsep pelayanan. Pertama, pelayanan
menggambarkan berbagai subsector dalam kategorisasi aktivitas
ekonomi, seerti transportasi, financial, perdagangan ritel, personal
services, kesehatan, pendidikan, dan layanan publik. Dengan kata lain,
lingkupnya adalah industri. Kedua, pelayanan dipandang sebagai
produk intangible yang hasilnya lebih berupa aktivitas ketimbang
obyek fisik, meskipun dalam kenyataannya bias saja produk fisik
dilibatkan. Jadi, dalam hal ini lingkupnya adalah tawaran produk.
Ketiga, pelayanan merefleksikan proses, yang mencakup penyampaian
produk utama, interaksi personal, kinerja dalam arti luas, serta
pengalaman layanan. Keempat, pelayanan bias pula dipandang sebagai
sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama, yakni service
operations yang kerap kali tidak tampak atau tidak diketahui
keberadaannya oleh pelanggan (back office atau backstage) dan service
delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui pelanggan
(sering disebut pula front office atau frontstage).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan
13
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang. Adapun
definisi pelayanan/jasa yang dikemukakan Kotler (Tjiptono F., 2005:11) yaitu “setiap tindakan atau perbuatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikian sesuatu.”
Menurut Lukman (1999:11) pelayanan adalah kegiatan-kegiatan
yang tidak jelas, namun menyediakan kepuasan konsumen dan atau
pemakai industri serta tidak terikat pada penjualan suatu produk atau
pelayanan lainnya.
c. Definisi Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi
keinginan pelanggan (Wyckof dalam Tjiptono F., 2000:29)
Sedangkan menurut Lewis & Booms dalam Tjiptono F.,
(2008:85) mendefinisikan kualitas layanan sebagai ukuran seberapa
bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi
pelanggan. Berdasarkan definisi ini, kualitas layanan ditentukan oleh
kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Parasuraman, et al
(Tjiptono F., 2008:85) mengungkapkan bahwa ada dua faktor utama
yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yakni:
1) Layanan yang diharapkan pelanggan (expected service).
2) Persepsi terhadap layanan (perceived service).
Apabila perceived service sesuai dengan expected service, maka
kualitas layanan bersangkutan akan dinilai baik atau positif. Jika
perceived service melebihi expected service, maka kualitas layanan
dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Sebaliknya apabila perceived
14
layanan dipersepsikan negatif atau buruk. Oleh sebab itu, baik tidaknya
kualitas layanann bergantung pada kemampuan perusahaan dan stafnya
memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.
Kualitas pelayanan yang diterima konsumen dapat dilihat dari
besarnya perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen dengan
tingkat persepsi mereka (Zeithaml et.al, 1990: 19).
Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri
jasa Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) berhasil
mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas jasa yakni
reliabilitas, responsivitas, kompetensi, akses, kesopanan, komunikasi,
kredibilitas, keamanan, kemampuan memahami pelanggan, dan bukti
fisik. Namun dalam riset selanjutnya Parasuraman et.al. menemukan
adanya overlapping diantara beberapa dimensi diatas. Oleh sebab itu
mereka menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut menjadi lima
dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan
disatukan menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses, komunikasi,
dan kemampuan memahami pelanggan diintregasikan menjadi empati
(empathy). Dengan demikian, terdapat lima dimensi utama yang
disusun sesuai dengan urutan tingkat kepentingan relatifnya. Lima
dimensi tersebut yaitu tangible, emphaty, reliability, responsiveness
dan assurance.
Penelitian ini menganut pendapat Parasuraman, berry dan
zeithaml (Lupiyoadi R., 2001:148) yang menyatakan bahwa kualitas
pelayanan mencakup tangible, emphaty, reliability, responsiveness dan
assurance. Hal ini dikarenakan dimensi-dimensi tersebut dapat
memberikan informasi yang akurat mengenai kualitas pelayanan yang
dirasakan pelanggan.
2. Bukti Langsung (Tangible)
Bukti langsung merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
15
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diaandalkan
dan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan
yang diberikan oleh pemberi jasa (Lupiyoadi R., 2001:148). Karena suatu
service tidak bisa dilihat, tidak bisa dicium dan tidak bisa diraba, maka
aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan.
Pelanggan akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai suatu
kualitas pelayanan. Pelanggan akan mempunyai persepsi bahwa ruang
meeting mempunyai pelayanan yang baik apabila ruangannya terlihat
mewah dengan keramik dan lampu kristalnya. Selain gedung dan
peralatan, pelanggan akan menilai seragam dan penampilan fisik dari
karyawan.
Bukti langsung dalam penelitian ini adalah bentukan penampilan dan
kemampuan fasilitas, perlengkapan, peralatan, maupun sarana dan
prasarana fisik yang dapat dihandalkan. Meliputi fasilitas fisik, peralatan,
dan penampilan karyawan. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik harus dapat diandalkan. Berfokus pada penampilan fisik
(fasilitas, perlengkapan, pegawai dll) penting bagi suatu perusahaan untuk
mengetahui seberapa jauh aspek bukti langsung yang paling tepat yaitu
masih memberikan impresi yang positif terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan, tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu
tinggi. Dilihat dari berbagai penelitian, indikator penilaian fasilitas fisik
dan penampilan karyawan sangat banyak digunakan seperti dalam
penelitian Kasim F. (2010) yang menggunakan indikator penampilan fisik
ruangan, tingkat kenyamanan ruangan, kebersihan dan kerapihan fasilitas
fisik, serta kerapihan penampilan staf/karyawan pada dimensi bukti
langsung. Maka dari itu penelitian ini menggunakan beberapa indikator
serupa yakni, tingkat penampilan fisik ruang meeting, kebersihan dan
kerapihan fasilitas ruang meeting, penampilan dan kerapihan karyawan,
serta tingkat kenyamanan ruang meeting.
Selain itu pada penelitian Lupiyoadi R. dkk (2006) indikator tingkat
16
dimensi bukti langsung, hal ini dikarenakan kondisi peralatan merupakan
aspek nyata yang dapat dilihat dan diraba serta dirasakan kegunaannya
oleh konsumen. Melihat bahwa indikator ini memiliki kesamaan dengan
apa yang diteliti sehingga penelitian ini menggunakan indikator serupa
yakni mengenai tingkat kemutakhiran peralatan yang dimiliki di ruang
meeting.
3. Empati (Emphaty)
Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi R. (2006:182) Empati yaitu
memberikan perhatian yang tulus yang bersifat individual atau pribadi
dengan berupaya memahami keinginan pelanggan dalam melakukan
hubungan dan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami
kebutuhan para pelanggan. Empati juga mencakup mengenai komunikasi,
perhatian pribadi, memahami kebutuhan pelanggan, serta kesabaran dalam
memberikan pelayanan. Sebagai contoh perusahaan harus mengetahui
keinginan pelanggan secara spesifik dari bentuk fisik produk atau jasa
sampai pendistribusian yang tepat. Atribut pembentuk dimensi empati
berupa perhatian dalam pelayanan, menjadikan pelanggan tertarik kepada
perusahaan, perhatian pribadi kepada pelanggan, dan memahami
kebutuhan pelanggan.
Pada penelitian Lupiyoadi R. dkk (2006) dimensi empati ini diwakili
oleh perhatian perusahaan kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan
konsumen, perhatian perusahaan terhadap kepentingan kosumen serta
kesesuaian jam kerja. Hal ini selaras dengan dimensi empati yang
berkaitan dengan memberi perhatian penuh kepada konsumen dan
kemampuan memahami kebutuhan konsumen. Dengan merujuk pada
penelitian tersebut maka dimensi empati pada penelitian ini diwakili oleh
pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, pemahaman
karyawan secara pribadi akan kebutuhan pelanggan serta kesabaran
17
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Keandalan (Reliability)
Reliabity adalah adalah kemampuan untuk memberikan jasa yang
dijanjikan dengan akurat dan terpercaya termasuk didalamnya waktu
pelayanan yang sama bagi semua pelanggan, tingkat kesalahan minim dan
hal lainnya (Lupiyoadi R. 2001:148). Dibandingkan dengan 4 dimensi
kualitas pelayanan lainnya, yaitu responsiveness, assurance, empathy, dan
tangible, dimensi ini sering dipersepsi paling penting bagi pelanggan dari
berbagai industri jasa. Reliability mencakup dua hal pokok, yaitu
konsistensi kerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya
(dependability), meliputi aspek-aspek keandalan sistem pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa, dalam hal ini apakah jasa yang diberikan
sesuai dengan standar-standar umum atau bahkan standar internasional.
Dengan kata lain, menunjukan kemampuan untuk mewujudkan jasa sesuai
dengan yang telah dijanjikan secara tepat.
Penelitian terdahulu yakni penelitian Kasim F. (2010) menjabarkan
dimensi reliabilitas pada beberapa indikator diantaranya kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan. Hal ini dapat menunjukan adanya aspek dependability dari
perusahaan sehingga pada penelitian ini diwakili oleh tingkat kemampuan
karyawan untuk melayani kebutuhan pelanggan.
Pada aspek konsistensi kerja (performance) penelitian Kasim F.
(2010) mewakili dimensi keandalan ini dengan ketepatan karyawan dalam
penyampaian informasi. Hal ini senada dengan kasus pada penelitian ini
dimana pelayanan produk meeting package di Ciater Spa Resort salah
satunya adalah memberikan informasi mengenai produk meeting package
dengan jelas kepada pelanggan sehingga pada penelitian ini dimensi
keandalan diwakili oleh tingkat ketepatan karyawan dalam penyampaian
informasi.
Selanjutnya pada penelitian Putra D.H. (2010) mewakili dimensi
keandalan ini dengan menyampaikan jasa secara benar semenjak pertama
18
pula pada penelitian Lupiyoadi R. dkk (2006) yang mewakili dimensi ini
dengan kendalan penyampaian jasa sejak awal dan ketepatan waktu
pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan. Hal tersebut
memperlihatkan aspek konsistensi kerja pada perusahaan yang merupakan
bagian dari dimensi keandalan, begitu juga pada penelitian ini yang
mewakili dimensi keandalan dengan tingkat keandalan karyawan dalam
memberikan pelayanan dari awal hingga akhir dan kesesuaian pelaksanaan
pelayanan dengan jadwal yang telah disusun.
5. Daya tanggap (Responsiveness)
Menurut Lupiyoadi R. (2006:182) daya tanggap adalah suatu
kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat
(responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi
yang jelas. Dimensi daya tanggap adalah dimensi kualitas pelayanan yang
paling dinamis. Harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir
dapat dipastikan akan berubah dengan kecenderungan naik dari waktu ke
waktu. Pelayanan yang responsif atau yang tanggap, juga sangat
dipengaruhi oleh sikap front-line staf. Salah satunya adalah kesigapan dan
ketulusan dalam menjawab pertanyaan atau permintaan pelanggan.
Kepuasan pelanggan dalam hal responsiveness ini juga seringkali
ditentukan melalui pelayanan dalam telepon. Seringkali beberapa
perusahaan membiarkan konsumennya menunggu dalam waktu yang
cukup lama dan pada akhirnya mereka tidak mendapatkan informasi yang
dijelas dari perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan persepsi yang negative
dalam kualitas pelayanan.
Kasim F. (2010) pada penelitiannya memaparkan dimensi daya
tanggap ini meliputi penanganan keluhan, kesigapan karyawan, dan
kemauan karyawan dalam memberikan pelayanan. Hal ini menunjukan
sejauh mana keinginan perusahaan untuk membantu dan menyediakan jasa
atau pelayanan yang dibutuhkan konsumen. Begitu juga pada penelitian
19
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesediaan untuk membantu pelanggan, kecepatan karyawan melayani
konsumen, kesigapan karyawan dalam merepson permintaan konsumen
serta keseriusan dalam menanggapi keluhan konsumen. Dengan merujuk
dari beberapa penelitian terdahulu serta disesuaikan dengan kasus
penelitian ini maka dimensi ini diwakili oleh penanganan keluhan yang
cepat, tingkat kesigapan karyawan saat melayani pelanggan dan kesigapan
karyawan dalam merespons permintaan dan pemesanan pelanggan dengan
cepat.
6. Jaminan (Assurance)
Dimensi Jaminan yaitu dimensi kualitas yang berhubungan dengan
kemampuan perusahaan dan perilaku front-line staf dalam menanamkan
rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya. Ada 4 aspek dari
dimensi ini, yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.
Keramahan adalah salah satu aspek kualitas pelayanan yang paling
mudah diukur. Ramah berarti banyak senyum dan bersikap sopan. Akan
tetapi, sungguhkah membuat karyawan senyum adalah program yang
murah? Budaya senyum dan ramah haruslah dimulai dari proses
rekruitmen. Keramahan adalah bagian dari talenta. Ada sebagian orang
yang memang mempunyai pembawaan yang ramah aspek ini dapat
diwakili dengan tingkat karyawan yang terlatih dan terpercaya. Begitu
juga dengan aspek kompetensi. Apabila petugas customer service
melayani pelanggan dengan ramah, ini adalah kesan pertama yang baik.
Setelah itu, apabila pelanggan mengajukan beberapa pertanyaan dan
kemudian tidak dapat memberikan jawaban yang baik, pelanggan mulai
kehilangan kepercayaannya. Hal ini akan dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan terhadap kualitas pelayanan. Pelanggan sulit percaya bahwa
kualitas pelayanan akan dapat tercipta dari front-line staf yang tidak
kompeten atau terlihat bodoh. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
20
pengetahuan produk dan hal-hal lain yang sering menjadi pertanyaan
pelanggan.
Aspek ketiga dari dimensi assurance ini adalah reputasi. Keyakinan
pelanggan terhadap polis akan banyak dipengaruhi oleh kredibilitas atau
reputasi dari perusahaan tersebut. Hal ini dapat diwakili dengan tingkat
kesesuaian fasilitas dengan janji yang ditawarkan. Bagaimana para
pegawai perusahaan mampu menumbuhkan rasa percaya para pelanggan
kepada perusahaan mampu meningkatkan reputasi perusahaan. Apabila
pelanggan merasa dibohongi dengan janji-janji yang diberikan maka dapat
merusak reputasi perusahaan.
Aspek keempat dari dimensi ini adalah security. Pelanggan
mempunyai rasa aman dalam melakukan transaksi. Aman karena
perusahaan jujur dalam bertransaksi. Mereka akan mencatat, mengirim
barang dan melakukan penagihan sesuai dengan yang diminta dan
dijanjikan. Maka pada penelitian ini dapat diwakili dengan tingkat
perasaan aman selama berurusan dengan staf.
C. Perilaku Purna Pembelian
1. Definisi Perilaku Purna Pembelian
Dalam tahap-tahap proses pembelian, setelah membeli produk,
konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
Konsumen juga akan terlibat dalam tindakan sesudah pembelian. Tingkat
kepuasan atau ketidakpuasan ini dikuasi oleh gaya konsumen. Sebagian
konsumen memperlebar jurang tersebut bilamana produk itu tidak
sempurna dan mereka sangat tidak puas. Konsumen yang lainnya
memperkecil jurang tersebut dan mengurangi ketidakpuasannya. Mereka
akan mencoba mengurangi ketidaksuesuaian dengan membuang atau
mengembalikan produk atau mereka dapat mencoba mengurangi
ketidaksuesuaian itu dengan mencari informasi yang dapat menguatkan.
Menurut Saladin (2004:59) mengatakan bahwa perilaku purna
21
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilakukan konsumen atas tingkat kepuasan, kalau puas apakah ia
selalu mempergunakan atau membeli produk tersebut, kalau tidak puas
apakah akan meninggalkannya. Dengan kata lain perilaku purna pembelian
dapat diartikan sebagai pengalaman yang konsumen dapatkan dalam
mendapatkan tingkat kepuasan mereka.
Tugas para marketing tidak selesai hanya setelah produk tersebut
terjual tapi harus juga memonitor kepuasan yang di dapatkan, perilaku
konsumen secara terkait dengan tingkat kepuasan mereka setelah membeli
dan perilaku konsumen dalam menggunakan produk tersebut (Kotler P.,
2005:208).
Menurut Kotler dan Keller (2009:213) ada 3 hal yang harus
diperhatikan seorang pemasar setelah konsumen melakukan pembelian
yaitu postpurchase satisfaction (kepuasan purna pembelian), postpurchase
action (tindakan setelah purna pembelian) dan postpurchase use and
disposal (tindakan keputusan digunakan atau tidak sebuah produk purna
pembelian). Berikut ini penjelasan ketiganya:
1. Postpurchase Satisfaction (kepuasan purna pembelian)
Kepuasan merupakan fungsi pendekatan diantara ekspektasi
konsumen dengan performa yang ditawarkan oleh sebuah produk. Jika
performa dibawah ekspektasi maka konsumen kecea dan beitu
sebaliknya. Perasaan seperti itu yang akan otomatis membuat
pelanggan datang kembali dan membicarakannya kepada orang lain
mengenai sebuah produk.
2. Postpurchase Action (tindakan setelah purna pembelian)
Apabila pelanggan puas, sangat besar kemungkinan pelanggan
membeli lagi. Pelanggan yang puas akan selalu membicarakan hal-hal
yang baik mengenai merek dari produk yang mereka anggap baik. Hal
lainnya begitu pelanggan kecewa akan sebuah produk mereka akan
mencari produk lain yang lebih tinggi nilainya dan hal yang paling
22
produk dengan keburukannya dengan mengadu ke bagian hokum atau
ke bagian-bagian bisnis lainnya.
Dalam tingkatan ini pelanggan biasanya akan memberikan
rekomendasi positif dan negative. Positifnya mereka akan melakukan
pembelian ulang sedangkan negatifnya mereka akan memberikan
larangan bagi teman ataupun kerabatnya untuk mencoba suatu produk.
3. Postpurchase Use and Disposal (tindakan keputusan digunakan atau
tidak sebuah produk purna pembelian)
Pihak pemasar harus selalu memantau bagaimana pembeli akan
menggunakan lagi atau membuang sebuah produk. Kuncinya dalam
penjualan produk adalah semakin cepat pelanggan mengkonsumsi
produk maka semakin besar kemungkinan merka kembali untuk
membeli lagi. Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan produk
ke pelanggan dengan memanfaatkan waktu lebih pelanggan untuk
lebih mengenal produk dengan berpromosi di saat-saat liburan, tahun
baru dan disaat ada event besar.
2. Dimensi Perilaku Purna Pembelian
Kepuasan konsumen yang diperoleh dari pengalaman langsung
memberi efek keyakinan yang besar. Sejalan dengan ini artinya konsumen
memiliki keyakinan lebih besar bila didasarkan pada pemakaian produk
dibanding dari informasi/janji dari iklan.
Menurut Parasuraman et.al dalam Lupiyoadi R. (2001:160)
mengatakan bahwa terdapat lima dimensi perilaku pelanggan purna
penggunaan jasa sebagai berikut:
a. Loyalty: Kesetiaan kepada perusahaan.
b. Switch: Keinginan untuk berganti / beralih produk.
c. Willingness to Pay More: Kemauan untuk membayar lebih harga
produk.
d. External Respons to Problem: Respon lingkungan external kepada
23
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Internal Respons to Problem: Respon lingkungan internal kepada
penyelesaian masalah.
Parasuraman membuat analisis faktor yang menjadi pendorong
(battery) perilaku pelanggan yang didesain untuk mewakili lima kategori
perilaku seperti di atas. Battery ini ada 13 item yang disusun dengan
maksud menstandarisasi jangkauan atau lebarnya perilaku pelanggan, dan
dikelompokkan ke dalam empat kategori awal:
a. Komunikasi dari mulut ke mulut.
b. Keinginan membeli.
c. Sensivitas terhadap harga
d. Perilaku pengaduan
Berikut ini merupakan behavioral-intentions battery yang didesain
oleh Parasuraman dkk. dengan 13 item yang disusun. Item ini juga
menjadi landasan dalam operasional variabel penelitian. Dapat dilihat pada
tabel 2.1
Loyalty 1 Membicarakan hal-hal positif kualitas jasa XYZ kepada orang lain.
2 Merekomendasikan jasa XYZ kepada orang lain
3 Mendorong teman atau relasi bisnis untuk berbisnis dengan XYZ
4
Mempertimbangkan XYZ sebagai pilihan pertama dalam membeli/ menggunakan jasa
5 Melakukan bisnis lebih banyak di waktu mendatang
Switch 6 Melakukan bisnis lebih sedikit di waktu mendatang
24
Pay More 8 Melanjutkan hubungan bisnis dengan XYZ walaupun terjadi kenaikan harga
9
Membayar dengan harga lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diberikan kompetitor karena manfaat lain yang diberikan oleh XYZ
External Response 10 Beralih ke kompetitor jika mengalami masalah pelayanan XYZ
11
Mengeluh kepada pelanggan lain jika mengalami pengalaman dengan pelayanan XYZ.
12
Mengeluh/mengadukan kepada
lembaga eksternal, misalnya kepada LBH, YLKI, media masa apabila mengalami masalah dengan pelayanan XYZ.
Internal Response
13
Mengadukan kepada pegawai XYZ
jika mengalami pengalaman
bermasalah dengan pelayanan XYZ. Items dikelompokkan dalam kategorisasi faktor pendorong awal: Word-of-mouth communication (1,2,3); Purchase intentions (4,5,6); Price sensitivity (7,8,9); Complaining behaviour (10,11,12,13). Masing-masing item disertai dengan skala 7-point likelihood.
Sumber: Lupiyoadi R. (2006:203)
Namun pada penelitian ini dimensi External response to problem
dengan dimensi internal response to problem dirasa memiliki kesamaan
dalam kasus penelitian kali ini maka kedua dimensi ini dilebur menjadi
satu dimensi yakni Response to problem.
D. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Purna Pembelian
Lupiyoadi R. dan Hamdani A. (2006) dalam penelitiannya memaparkan
bahwa kualitas jasa yang baik (superior) dapat berpengaruh langsung kepada
perilaku purna pembelian secara favorable. Hal ini berarti bahwa faktor
kepuasan pelanggan tidak selalu menjadi intervening variable antara kualitas
jasa dengan perilaku purn apembelian. Secara ringkas keterkaitan antara
kualitas jasa dengan kepuasan pelanggan dan perilaku purna pembelian dapat
25
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber: Lupiyoadi R. (2006:267)
Gambar 2.1
Hubungan antara Kualitas Jasa, Kepuasan Pelanggan, dan Perilaku Purna Pembelian
Sandra Y. (2005) pernah meneliti pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap
Perilaku Konsumen Pasca Pembelian. Penelitian ini berhasil memperlihatkan
bahwa kualitas pelayanan terhadap pelanggan berpengaruh secara signifikan
terhadap perilaku purna pembelian, dimana pelayanan yang buruk berakibat
terhadap perilaku purna pembelian begitu juga sebaliknya.
E. Orisinalitas Penelitian
Berikut ini tabel mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan yakni Kualitas Pelayanan terhadap perialku
purna pembelian produk meeting package Ciater Spa Resort.
Tabel 2.2 Orisinalitas Penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian Teori yang Digunakan pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap perilaku konsumen pasca pembelian kuat. Perhitungankoefisien determinasi menghasilkan nilai sebesar 42,50%, nilai ini diartikan bahwa perilaku konsumen pasca pembelian dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. 2. Elizabet L. Pengaruh Kualitas Lupiyoadi R. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
26
kualitas pelayanan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pasca menginap kualitas pelayanan memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen pasca pembelian Jasa Paket Perorangan Di Priority & Cargo Package (Pcp) Bandung, dengan tingkat pengaruh yang tinggi sebesar 67,3%.
Hasil penelitian ini menunjukan Pengaruh antara kepuasan pelanggan terhadap perilaku purna pembelian jasa adalah sebesar 23%. Artinya korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa kepuasan pelanggan memiliki peran yang sedang atau cukup berpengaruh dalam perilaku purna pembelian jasa.
Sumber: Pengolahan dari berbagai sumber (2013)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat terdapat persamaan dan perbedaan
antara penelitian terdahulu peneilitian saat ini. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yaitu pada variabel independent dari ketiganya
merupakan kualitas pelayanan. Begitu juga variabel dependent yakni Perilaku
purna pembelian. Persamaannya untuk variabel kualitas pelayanan dalam
pengukurannya menggunakan teori Parasuraman et.al.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada
variabel, premis dan objek penelitian. Objek penelitian ini adalah Ciater Spa
Resort dan yang serupa penelitian ini adalah pengaruh kualitas pelayanan
27
Novia Tresna Dewi, 2013
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERILAKU PURNA PEMBELIAN PRODUK MEETING PACKAGE DI
CIATER SPA RESORT KABUPATEN SUBANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber: Hasil olahan peneliti (2013)
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Perilaku Purna Pembelian Produk Meeting Package di Ciater Spa Resort Kabupaten Subang
Dokumentasi Kuesioner
Wawancara Observasi
Proses Pembelian Produk Meeting Package
Kualitas pelayanan diukur dengan lima dimensi pokok, menurut Parasuraman et.al. (1988) di dalam Tjiptono F. (2008:95)
1. Bukti langsung (Tangibles) 2. Empati (Emphaty) 3. Keandalan (Realiability) 4. Daya Tanggap (Responsiveness) 5. Jaminan (Assurance)
Lima dimensi pokok Perilaku Purna Pembelian menurut Parasuraman et.al. di dalam Lupiyoadi R. (2001:160)
1. Loyalty
2. Switch
3. Willingness to Pay More
4. External Respons to problem
5. Internal Respons to problem
Ciater Spa Resort
Kualitas jasa yang baik (superior) dapat
berpengaruh langsung kepada perilaku
purna pembelian secara favorable
28
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu
penelitian (Fraenkel Wallen, dalam Riyanto Y.,1996:13). Selain itu
dikemukakan juga oleh Arikunto (1995:71) hipotesis didefinisikan sebagai
alternative dugaan jawaban yang dibuat oleh penelitian bagi problematika
yang diajukan dalam penelitian. Dugaan jawaban tersebut merupakan
kebenaran yang sifatnya sementara,yang akan diuji kebenarannya dengan data
yang dikumpulkan melalui penelitian.Dengan kedudukan itu maka hipotesis
dapat berubah menjadi kebenaran, tetapi juga dapat tumbang sebagai
kebenaran.
Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk
menguji hipotesis yang diajukan, tetapi bertujuan menemuka fakta yang ada
dan yang terjadi dilapangan.Pernyataan diterima atau ditolaknya hipotesis
tidak dapat diidentikkan dengan pernyataan keberhasilan atas kegagalan
penelitian.Perumusan hipotesis ditujukan untuk landasan logis dan pemberi
arah kepada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan itu
sendiri(John W.Best, dalam Riyanto Y, 1996:13).
Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesis alternative (Ha): “Terdapat pengaruh yang positif antara Kualitas
Pelayanan terhadap perilaku purna pembelian
produk Meeting Package Ciater Spa Resort”.
Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak terdapat pengaruh yang positif antara
Kualitas Pelayanan terhadap perilaku purna
pembelian produk Meeting Package Ciater Spa
108 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap
perilaku purna pembelian produk meeting package di Ciater Spa Resort maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi kualitas pelayanan produk meeting package di Ciater Spa Resort
dapat dikategorikan baik. Keberhasilan pengelolaan produk meeting
package di Ciater Spa Resort ini sangat bergantung pada pelayanan yang
diberikan perusahaan untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Ciater Spa Resort dalam
meningkatkan kualitas pelayanannya kepada para pelanggan adalah
dengan cara mengupayakan suatu pelayanan yang baik, cepat, dan
memuaskan kepada para pelanggannya. Setelah menganalisa unsur-unsur
pelayanan dilihat dari segi tangible, reliability, responsiveness, emphaty,
dan assurance yang diberikan oleh pihak Ciater Spa Resort kepada para
pelanggan, dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan yang diberikan bisa
dikatakan baik, hal ini mengacu kepada hasil kuesioner tanggapan
responden tentang penilaian kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak
Ciater Spa Resort kepada para pelanggan produk meeting package nya. Ini
juga tidak terlepas dari pihak Ciater Spa Resort yang selalu menjaga
kualitas pelayannya dengan cara selalu memberikan pengarahan dan
pemahaman kepada pegawainya didalam hal bagaimana cara melayani
pelanggan dengan baik.
2. Kondisi perilaku purna pembelian produk meeting package di Ciater Spa
Resort menunjukan secara keseluruhan bahwa tingkat loyalty merupakan
dimensi perilaku purna pembelian yang memiliki skor paling tinggi atau