• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DALAM MENCEGAH SERANGAN ASMA DENGAN STRES PADA MAHASISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DALAM MENCEGAH SERANGAN ASMA DENGAN STRES PADA MAHASISWA."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seluruh individu di dunia tentunya ingin memiliki kesehatan salah

satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

kesehatannya. Menurut Febriadi (2010), cara menjaga kesehatan yaitu dengan

makan makanan yang sehat, olahraga yang teratur, tidur yang cukup dan

mencari hiburan. Namun, tidak semua individu di dunia ini selalu sehat secara

fisik. Seorang individu pun akan mengalami sakit secara fisik seperti batuk,

flu atau penyakit lainnya. Faktor timbulnya penyakit dalam tubuh seseorang

dapat bermacam-macam seperti keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan

tubuh, cuaca yang tidak menentu atau adanya faktor genetik.

Asma salah satu penyakit fisik yang dapat menyerang individu. Asma

merupakan penyakit kronis yang terjadi pada saluran pernapasan dimana

banyak sel-sel dan elemen-elemen yang berperan (GINA – Global Initiative

for Asthma, 2011). Faktor-faktor munculnya penyakit asma yaitu adanya

faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan

(Arief, 2008). Faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu faktor genetik,

dimana adanya penyakit asma yang diturunkan dari keluarga seperti orang

tua. Faktor yang dapat dikendalikan yaitu berupa keadaan lingkungan dan

kebiasaan hidup seperti menghirup asap rokok, merokok, dan menghirup

(2)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut WHO (Arief, 2008), penderita asma di dunia mencapai

100-150 juta orang pada tahun 2008. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar

180 ribu orang per tahun. WHO menyebutkan lima penyakit paru utama

merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru

7,2%, PPOK 4,8%, tuberkulosis 3,0%, kanker paru, kanker trakea dan kanker

bronkus, 2,1%, dan asma 0,3%. Menurut Prof. Dr. Hadi Mangunegoro

(Gatra.com, 2002), penderita asma dari berbagai umur mencapai 12 juta

orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.

Data jumlah pasien asma yang masuk Ruang Gawat Darurat RS

Persabatan Jakarta mengalami peningkatan dari 1.653 pasien pada 1998

menjadi 2.210 pasien pada tahun 2000 (gatra.com, 2008). Berdasarkan

DepKes R.I. tahun 2009 (Setiawan, 2011), laporan prevalensi asma oleh di

Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%).

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi penyakit Asma

tertinggi di Indonesia adalah Aceh Barat (13,6%), Buol (13,5%), Pohuwato

(13,0%), Sumba Barat (11,5%), Boalemo (11,0%), Sorong Selatan (10,6%),

Kaimana (10,5%), Tana Toraja (9,5%), Banjar (9,2%), dan Manggarai

(9,2%).

Penyakit asma sulit untuk disembuhkan, namun dalam penggunaan

obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja.

Dalam mengontrol gejala serangan asma pada penderita anak-anak dapat

ditinjau atau diawasi oleh orang tuanya. Namun pada penderita dewasa, harus

dirinya sendirilah yang dapat mengontrol serangan asma. Menurut Nevid

(3)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dikendalikan dengan mengurangi pemaparan terhadap zat/bahan yang

menyebabkan alergi, untuk membantu tubuh agar lebih resistan dengan

menggunakan alat bantu napas (inhaler) dan dengan menggunakan

obat-obatan.

Asma yang dapat dikontrol dan dicegah oleh penderita dapat

memperkecil jumlah timbulnya serangan asma. Menurut Yusuf (2009), asma

dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu; (1) asma tidak terkontrol dimana

penderita mengalami gejala asma di pagi dan siang hari lebih dari dua kali

seminggu seperti sesak napas, dada terasa berat dan batuk serta penderita

terbangun tengah malam karena asma, aktivitas terbatas, fungsi paru di bawah

normal, perlu obat pelega pernapasan lebih dari dua kali dalam seminggu; (2)

asma terkontrol sebagian dimana penderita hanya sedikit sekali mengalami

serangan asma dalam seminggu dan (3) asma sangat terkontrol dimana

penderita dengan baik hampir tidak terjadi serangan pada siang hari, dapat

melakukan aktivitas tanpa hambatan dan tidak ada gejala yang terjadi pada

malam hari dan berfungsinya organ paru secara normal maka penderita tidak

perlu memakai obat pelega.

Dari keterangan diatas tentunya setiap penderita menginginkan asma

yang mereka miliki dapat terkontrol agar dapat melakukan aktivitas

sehari-hari tanpa adanya gangguan. Menurut Agusudrajat (2011), asma dapat

dikontrol dengan cara; (1) mengetahui dengan jelas penyakit asma, (2)

mengenal faktor-faktor pemicu timbulnya asma, (3) pengobatan asma, (4)

(4)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

cara-cara mengontrol asma yang dipaparkan diatas, maka kemungkinan besar

individu sudah mampu mencegah serangan asma.

Serangan asma yang dapat dicegah mampu membuat individu untuk

melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal dan dapat meningkatkan

kualitas hidup dengan baik. Keinginan individu penderita asma untuk dapat

mencegah asmanya dapat dicapai oleh keyakinan individu untuk dapat

melakukan perilaku yang dapat mengatasi asma tersebut. Keyakinan

seseorang akan kemampuan atau kompetensinya, dalam mencapai tujuan atau

mengatasi sebuah hambatan disebut self-efficacy (Baron & Byrne, 2003).

Self-efficacy merupakan hal yang penting untuk berhasil dalam merubah dan

menjaga setiap perilaku yang penting bagi kesehatan (Maddux, 2002).

Rendahnya self-efficacy pada individu, cenderung akan menimbulkan stres

yang berdampak pada kesehatan dan sistem imun individu tersebut. Hal ini

sejalan dengan pendapat Maduxx (2002) sebelumnya, bahwa self-efficacy

juga dapat mempengaruhi jumlah proses biologis yang akan mempengaruhi

keadaan kesehatan dan penyakit yang diderita oleh individu (Maddux, 2002).

Dalam konsep self-efficacy ini, individu yang memiliki suatu penyakit

dan ia memiliki keyakinan akan kemampuannya dalam mencapai tujuan

untuk sehat maka ia akan mencari informasi mengenai penyakitnya,

sedangkan individu yang tidak yakin akan kemampuannya ia tidak akan

mencari informasi mengenai penyakitnya atau bahkan menghindarinya (Lee

(5)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mengacu pada teori self-efficacy dari Bandura (Schustack, 2006),

bahwa self-efficacy merupakan keyakinan seseorang tentang kemampuannya

untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada situasi tertentu, maka penulis

berasumsi, bahwa self-efficacy menjadi penting khususnya terkait dengan

mengatasi serangan asma. Individu penderita asma yang memiliki

self-efficacy tinggi, dapat berperilaku sehat dan menghindari penyebab-penyebab

serangan asma seperti menjaga lingkungan yang bersih dan bebas dari debu,

makan makanan yang sehat, olahraga, tidak merokok dan perilaku-perilaku

sehat lainnya. Jadi, dengan adanya self-efficacy yang tinggi dalam diri

individu penderita asma, ia akan mampu mencegah dan memperkecil jumlah

serangan asma yang muncul, sehingga individu dapat melakukan kegiatan

sehari-hari dengan lancar.

Individu penderita asma yang memiliki self-efficacy rendah, selain

akan berdampak pada psikologis dan kesehatan juga berdampak pada

perilakunya sehari-hari, seperti perilaku untuk hidup sehat. Dengan

rendahnya self-efficacy pada penderita asma, ia tidak akan mencari informasi

mengenai asma yang dideritanya sehingga perilaku pencegahan asma sulit

dilakukan. Dengan demikian, individu penderita asma yang memiliki

self-efficacy rendah cenderung akan sulit dalam mencegah serangan asma yang

(6)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Faktor pencetus serangan asma tidak hanya dari aspek lingkungan saja

tetapi secara psikologis pun dapat berperan bahkan faktor-faktor munculnya

serangan asma dapat dimaknai secara psikologis. Faktor psikologis yang

memungkinkan munculnya serangan asma yaitu stres. Ritz dan kolega (2007)

menjelaskan 6 faktor pencetus munculnya serangan asma yang salah satunya

ialah faktor psikologis seperti marah, kesepian, stress, tekanan, depresi,

cemas, tidak bahagia dan lain-lain. Salah satu faktor psikologis yang dapat

memunculkannya serangan asma ialah stres. Menurut Lazarus dan Folkman

(1984), stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan

fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan dll) atau oleh kondisi lingkungan

dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau

melebihi kemampuan individu untuk melakukan koping. Stres yang muncul

pada individu ini karena adanya tuntutan fisik atau kondisi lingkungan dan

sosial yang tidak dapat disesuaikan dengan keadaan individu itu sendiri.

Peneliti berasumsi, situasi stres yang muncul dapat diakibatkan dari faktor

sosial, faktor fisik dan faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan keadaan

tubuhnya sehingga stres dapat berkontribusi pada munculnya serangan asma.

Jadi faktor-faktor munculnya serangan asma dapat menjadi sumber stres

(stressor) bagi penderita asma.

Penderita yang memiliki stres terhadap faktor-faktor munculnya asma

seperti faktor lingkungan ataupun faktor psikologis dapat memperberat

serangan asma itu sendiri. Stres dapat mengantarkan individu pada

kecemasan sehingga memicu dilepaskannya histamine yang menyebabkan

(7)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

inilah yang membuat diameter saluran napas menyempit (bronkokonstriksi)

dan penderita sulit bernapas sehingga memicu serangan asma (Sudhita, 2005).

Hal diatas menjelaskan bahwa adanya keterkaitan antara situasi psikologis

seperti situasi stres dengan sistem proses di dalam tubuh. Stres yang

berkontribusi pada munculnya serangan asma juga dapat mengakibatkan

keadaan psikologis lebih buruk seperti cemas, depresi, dan lain-lain. Menurut

Gatchel dan Oordt (2005) serangan asma yang muncul secara tiba-tiba dan

tidak terduga dapat memunculkan kecemasan dan ketakutan pada penderita.

Selain dapat memunculkan serangan asma, stres juga dapat

menurunkan sistem imun di dalam tubuh. Menurut Widiawati (Isnaeni, 2010)

stres juga dapat menyebabkan penurunan sistem imun seseorang sehingga

mudah terkena infeksi saluran pernapasan terutama virus. Virus merusak

epitel saluran pernapasan sehingga terjadi inflamasi yang selanjutnya

menimbulkan serangan asma. Sistem imun yang menurun juga dapat

menambah penyakit-penyakit di dalam tubuh penderita karena sistem imun

kurang dapat melindungi penderita dari virus ataupun bakteri yang berada di

lingkungannya.

Munculnya stres dapat menjadi faktor pencetus asma bahkan

faktor-faktor lain dapat dimaknai sebagai sumber stresor, sehingga keadaan stres

inilah yang harus ditanggulangi bahkan dicegah. Penderita asma yang

memiliki self-efficacy tidak hanya dapat menurunkan derajat serangan asma

tetapi, mampu menangani stres yang dialami. Dari uraian diatas, peneliti

termotivasi untuk menganalisis tentang “Hubungan antara Self-Efficacy dalam

(8)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum tingkat self-efficacy dalam mencegah

serangan asma pada mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan

Indonesia?

2. Bagaimana gambaran umum stres pada mahasiswa penderita asma di

Universitas Pendidikan Indonesia?

3. Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dalam mencegah serangan

asma dengan stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas

Pendidikan Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, penelitian ini

memiliki tujuan :

1. Mengetahui tingkat self-efficacy dalam mencegah serangan asma pada

mahasiswa penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa penderita asma di Universitas

Pendidikan Indonesia.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dalam

mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa penderita asma di

(9)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Asumsi

Terdapat beberapa asumsi dari penelitian ini, yaitu :

1. Self-efficacy dalam diri individu penderita asma dapat membantu dirinya

dalam mencegah serangan asma sehingga penderita dapat melakukan

kegiatan sehari-hari tanpa adanya suatu hambatan.

2. Faktor-faktor pemicu serangan asma yang bersumber dari lingkungan,

kebiasaan hidup dan psikologis dapat menjadi sumber stres (stressor).

Dengan kata lain adanya kontribusi stres sebagai pemicu serangan asma.

3. Semakin tinggi self-efficacy dalam mencegah serangan asma, semakin

rendah tingkat stres yang dimiliki oleh penderita asma.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi

dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan

penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)

dan diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Dalam penelitian ini

menggunakan studi korelasional. Studi korelasional adalah penelitian empirik

yang sistematis, untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel

lain (Sukardi, 2003).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

(10)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah kuesioner self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan kuesioner

stres.

Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia.

Populasi penelitiannya adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

yang memiliki penyakit asma. Teknik pengambilan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Arikunto,

2006).

Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah teknik

purposive sampling. Teknik ini dipakai karena pengambilan sampel dilakukan

hanya atas dasar pertimbangan dengan unsur-unsur yang dikehendaki telah

ada dalam anggota sampel yang diambil (Arikunto, 2006). Maka dari itu,

terdapat karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu individu memiliki

penyakit asma, individu berada dalam klasifikasi asma intermitten dan

berstatus mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk Mahasiswa Penderita Asma

Bagi mahasiswa penderita asma, penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan gambaran mengenai penyakit asma dan keyakinan

dalam mencegah serangan asma sehingga dapat mendorong mereka

(11)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Meningkatkan self-efficacy sehingga dapat digunakan oleh

mahasiswa yang memiliki asma sebagai koping stres.

c. Mengetahui stres dapat menjadi faktor pencetus asma.

2. Manfaat untuk Orang Tua

Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan gambaran mengenai penyakit asma sehingga dapat

membantu mahasiswa dalam melakukan pencegahan asma.

b. Memberikan informasi tentang peran self-efficacy bagi penderita

asma dalam mencegah terjadinya serangan asma.

c. Mengetahui bahwa stres mampu menjadi faktor pencetus serangan

asma sehingga dapat membantu mahasiswa dalam penanggulangan

stres.

3. Manfaat untuk Kalangan Profesi dan Peneliti

Bagi kalangan profesi dan peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan

dapat :

a. Memahami klien atau mahasiswa penderita asma sehingga dapat

memberikan motivasi dan memecahkan masalah dalam penangangan

stres sehingga dapat meningkatkan self-efficacy dalam mencegah

serangan asma.

b. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya di

bidang psikologi klinis tentang hubungan antara stres dengan

self-efficacy pada penderita asma.

c. Menambah khasanah keilmuan psikologi yang dapat dijadikan

(12)

Alissa Ridha Mustika, 2013

(13)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB. III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Universitas Pendidikan Indonesia.

Populasi penelitiannya adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

yang memiliki penyakit asma. Teknik pengambilan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Arikunto,

2006).

Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah teknik

purposive sampling. Teknik ini dipakai karena pengambilan sampel dilakukan

hanya atas dasar pertimbangan dengan unsur-unsur yang dikehendaki telah

ada dalam anggota sampel yang diambil (Arikunto, 2006). Maka dari itu,

terdapat karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu :

1. Individu memiliki penyakit asma

2. Individu berada dalam klasifikasi asma intermitten

(14)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian

yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan

apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik objek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2003). Pendekatan

kuantitatif, yaitu pendekatan penelitian yang menekankan analisisnya pada

data-data numerikal (angka) dan diolah dengan metode statistika (Azwar,

2010).

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang diteliti, yaitu variabel

self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan variabel stres. Penelitian ini

diharapkan dapat diketahui terdapatnya hubungan negatif antara

self-efficacy dalam mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa.

a. Variabel Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

Menurut Bandura (Schustack, 2006) self-efficacy adalah

keyakinan (harapan) terhadap kemampuannya dan seberapa jauh

seseorang mampu melakukan suatu perilaku dalam situasi tertentu.

Sedangkan pencegahan serangan asma ini disebut sebagai tatalaksana

pasien asma (Keputusan Mentri Kesehatan, 2008). Tatalaksana pasien

(15)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal

tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma

terkontrol).

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan self-efficacy dalam

mencegah serangan asma merupakan keyakinan akan kemampuan

individu dalam berperilaku sehat dan menghindari

penyebab-penyebab munculnya serangan asma untuk meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup penderita asma agar dapat hidup

normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Variabel Stres

Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stres adalah keadaan

internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi

penyakit, latihan dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang

dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi

kemampuan individu untuk melakukan koping.

2. Definisi Operasional

a. Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

Self-efficacy dalam penelitian ini difokuskan pada pencegahan

serangan asma. Self-efficacy dalam mencegah serangan asma dalam

penelitian ini adalah keyakinan akan kemampuan mahasiswa

penderita asma dalam berperilaku sehat dan menghindari

(16)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tanpa adanya serangan asma sebagai hambatan. Terdapat 3 dimensi

self-efficacy yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu :

1) Magnitude, adalah keyakinan mahasiswa penderita asma tentang

kemampuan melakukan tingkat kesulitan dalam pencegahan

serangan asma dan menghindari situasi yang diluar batas

kemampuannya.

2) Generality, adalah keyakinan mahasiswa penderita asma tentang

kemampuan dalam menggeneralisasikan perilaku-perilaku dan

pengalaman-pengalaman sebelumnya dalam melakukan

pencegahan serangan asma.

3) Streght, adalah tinggi rendahnya keyakinan mahasiswa penderita

asma tentang kemampuan dalam ketahanan melakukan

pencegahan serangan asma.

Semakin tinggi nilai dari skala self-efficacy dalam mencegah

serangan asma semakin tinggi pula self-efficacy dalam mencegah

serangan asma yang dimiliki mahasiswa penderita asma, sebaliknya

semakin rendah nilai dari skala self-efficacy dalam mencegah

serangan asma semakin rendah pula self-efficacy dalam mencegah

serangan asma yang dimiliki mahasiswa penderita asma.

b. Stres

Stres dalam penelitian ini merupakan jenis distress dimana

terdapat keadaan internal mahasiswa penderita asma yang

(17)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perubahan dan pembebanan terhadap diri sendiri sehingga dapat

menimbulkan berbagai reaksi terhadap fisiologis, emosi, perilaku,

serta penilaian kognitif terhadap stres yang diukur berdasarkan

derajat stres teori B.M. Gadzella (Halbert 2006).

Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala stres semakin

tinggi pula stres yang dimiliki mahasiswa penderita asma dan

sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala stres

semakin rendah pula stres yang dimiliki mahasiswa penderita asma.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan instrumen.

Pada penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan instrumen untuk

mengumpulkan data dan kualitas pengumpulan data merupakan salah satu hal

utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian (Sugiyono, 2010).

Metode instrumen yang digunakan adalah metode kuesioner. Kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal

yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Terdapat 2 instrumen yang digunakan yaitu,

skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan skala stres.

1. Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

Skala self-efficacy dalam mencegah serangan asma ini digunakan

untuk mengerahui tingkat self-efficacy dalam mencegah serangan asma

(18)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penurunan dimensi teori self-efficacy menurut Bandura (Selvianti, 2009)

dan dikombinasikan dengan perilaku-perilaku pencegahan asma menurut

dr. Heru Sundaru (2009).

Skala ini disusun dengan model summated rating scale (Likert).

Skala likert adalah skala yang memusatkan kepada subjek atau orang

dimana skor yang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor item yang

ada di dalam skala itu (Ihsan, 2009). Skala ini terdiri dari 66 item

pernyataan, dimana terdapat pernyataan favorable dan pernyataan

unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mencerminkan

perilaku dengan menunjukkan kecenderungan terhadap perilaku yang

diukur, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang

mencerminkan perilaku dengan tidak menunjukkan kecenderungan

perilaku yang diukur (Ihsan, 2009).

Dalam skala ini responden diminta untuk memberikan jawaban

dari 4 pilihan jawaban dari pernyataan favorable sampai dengan

pernyataan unfavorable. Pilihan-pilihan jawaban tersebut adalah SS

(sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai) dan STS (sangat tidak

sesuai). Skor yang diberikan bergerak dari 0 sampai 3. Bobot penilaian

untuk pernyataan favorable yaitu SS = 3, S = 2, TS = 1 dan STS = 0,

sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu, SS = 0, S

= 1, TS = 2 dan STS = 3.

Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penderita asma

(19)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh responden

penderita asma semakin rendah self-efficacy dalam mencegah serangan

asma yang dimilikinya.

Dibawah ini merupakan kisi-kisi skala self-efficacy dalam

mencegah serangan asma.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

No Dimensi Indikator Sub-Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1 Magnitude

Keyakinan akan kemudahan dalam melakukan

pencegahan serangan asma.

1. Keyakinan akan kemudahan dalam menjaga kesehatan.

1, 8, 27 38, 66 5

2. Keyakinan akan kemudahan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus. 4, 20, 39, 45, 46, 55

11, 34,

57 9

3. Keyakinan akan kemudahan dalam menggunakan obat-obatan.

24, 40,

63 - 3

Keyakinan akan kemudahan dalam mengatasi hambatan dalam melakukan pencegahan asma. 1. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam menjaga kesehatan. 5, 30,

59 51 4

2. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus. 2, 21, 35 41, 47,

(20)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Dimensi Indikator Sub-Indikator Item Jumlah

Fav Unfav 3. Keyakinan terhadap

kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam

mengkonsumsi obat-obatan.

14, 65 - 2

2 Generality

Keyakinan terhadap kemampuan dalam mencegah serangan asma disertai dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

1. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menjaga kesehatan disertai dengan pengalaman sebelumnya. 6, 15,

18 48 4

2. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus disertai dengan pengalaman sebelumnya. 25, 28, 31, 42, 52 9, 22,

60 8

3. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi hambatan dalam

mengkonsumsi obat-obatan.

12, 36 - 2

3 Strength

Keyakinan terhadap kemampuan melakukan pencegahan asma dengan teratur.

1. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menjaga kesehatan dengan teratur.

23, 32,

49 10, 64 5

2. Keyakinan terhadap kemampuan dalam menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus dengan teratur. 16, 19,

(21)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Dimensi Indikator Sub-Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

3. Keyakinan terhadap kemampuan dalam mengkonsumsi obat-obatan.

3, 61 - 2

Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap melakukan pencegahan asma walaupun masih sering mengalami serangan asma. 1. Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap menjaga kesehatan walaupun masih sering mengalami serangan asma.

17, 54 7, 26 4

2. Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap menjaga lingkungan dan menghindari faktor pencetus walaupun masih sering mengalami serangan asma.

13, 33 44, 62

3. Keyakinan terhadap kemampuan untuk tetap mengkonsumsi obat-obatan.

29, 50 - 2

(22)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Instrumen Stres

Skala stres digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui

tingkat stres pada mahasiswa penderita asma. Skala ini disusun

berdasarkan modifikasi dari life Stress Inventory (SSI).

Student-life Stress Inventory (SSI) disusun oleh B.M. Gadzella pada tahun 1991

(Halbert, 2006). SSI terdiri dari 51 item dimana terdapat 2 dimensi yaitu

stresor dan respon stres. SSI yang digunakan dalam penelitian ini telah

dimodifikasi sehingga item berjumlah 61. Dimensi stresor terdiri dari

frustrasi, konflik, tekanan, perubahan dan self-imposed. Sedangkan

respon stres terdiri dari respon fisik, psikologis, perilaku dan kognitif.

Skala ini disusun dengan model summated rating scale (Likert).

Skala likert adalah skala yang memusatkan kepada subjek atau orang

dimana skor yang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor item yang

ada di dalam skala itu (Ihsan, 2009). Skala ini terdiri dari 61 item,

dimana terdapat pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Dalam skala ini responden diminta untuk memberikan jawaban

dari 4 pilihan jawaban dari pernyataan favorable sampai dengan

pernyataan unfavorable. Pilihan-pilihan jawaban tersebut adalah SS

(sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai) dan STS (sangat tidak

sesuai). Skor yang diberikan bergerak dari 0 sampai 3. Bobot penilaian

untuk pernyataan favorable yaitu SS = 3, S = 2, TS = 1 dan STS = 0,

sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu, SS = 0, S

(23)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Semakin tinggi skor yang diperoleh responden penderita asma

semakin tinggi stres yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor

yang diperoleh responden penderita asma semakin rendah stres yang

dimilikinya.

Dibawah ini merupakan kisi-kisi skala stres yang dimodifikasi dari

Student-life Stress Inventory (Gadzella, 1991; dalam Halbert, 2006).

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Stres berdasarkan Student-life Stress Inventory.

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1 Stresor

Frustrasi A(1-7) A(8-11) 11

Konflik B(1-3) - 3

Tekanan C(1-5) - 5

Perubahan D(1-3) - 3

Self-imposed E(1-4, 6) E(5) 6

2 Respon

Fisik F(1-14) - 14

Psikologis G(1-5) G(6-7) 7

Perilaku H(1-8) H(9-10) 10

Kognitif - I(1-2) 2

Total 61

E. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan cara menguji validitas

dan reliabilitas instrumen yang telah disusun. Adapun tujuan dari pengujian

instrumen penelitian ini yaitu, untuk menguji sejauh mana instrumen yang

telah disusun mampu mengukur secara tepat dan cermat pada gejala yang

akan diukur serta konsisten atau ajeg sehingga mampu digunakan kembali di

(24)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang

menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur

(Sukardi, 2003). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini

menggunakan validitas isi.

Validitas isi menunjukkan sejauhmana item-item dalam tes

mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu

(Azwar, 2010). Validitas isi ditentukan atas dasar pertimbangan

(judgement) dari para pakar (Sukardi, 2003). Kedua instrumen ini

melewati tahap judgement oleh ibu Siti Chotidjah M.A., Psi., bapak MIF

Baihaqi M.Si dan ibu dr. Riksma N.R.A bersama dr Syarifudin Sp.P.

Hasil judgement yang diperoleh pada instrumen self-efficacy dalam

mencegah serangan asma terdapat pengurangan pernyataan dari dimensi

generality dari 31 pernyataan menjadi 16 pernyataan, sehingga jumlah

pernyataan menjadi 66 item. Pada dimensi yang lainnya tidak ada

pengurangan pernyataan namun ada beberapa kalimat pernyataan yang

direvisi. Hasil judgement pada instrumen stres, terdapat penambahan 1

pernyataan dalam indikator tekanan dan jumlah item menjadi 61 item

(25)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas

yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil konsisten dalam

mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2003). Dapat dikatakan tes yang

reliabel adalah tes yang konsisten, dan dapat dipercaya. Menurut Azwar

(2010) semakin tinggi koefisien korelasi suatu alat ukur, semakin

konsistensi dan reliabel alat ukur tersebut. Pengujian reliabilitas dalam

instrumen ini terdiri dari analisis item dan uji reliabilitas instrumen.

a. Analisis Item

Setelah melakukan judgement dalam uji validitas, langkah

selanjutnya adalah pengujian instrumen ke 30 orang mahasiswa yang

memiliki asma. Setelah data terkumpul tahap selanjutnya adalah

analisis item. Analisis item dilakukan untuk melihat sejauh mana item

mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki

satu atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang

digunakan dalam analisis item ini adalah memilih item yang

mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes secara

keseluruhan (Azwar, 2010).

Pengujian analisis item ini menggunakan korelasi item total

terkoreksi (corrected item-total correlation) dengan bantuan software

SPSS versi 19.0. Korelasi item total terkoreksi adalah korelasi antara

skor item dengan skor total dari sisa item yang lainnya. Item yang

(26)

item-Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

total sama dengan atau lebih besar dari 0.3. Sebagian ahli psikometri

mengatakan bahwa korelasi item-total 0.2 adalah cukup. Hal ini

dilakukan apabila item tersebut dihapus maka terdapat indikator yang

terbuang dan kriteria bisa diturunkan menjadi 0.2 (Ihsan, 2009). Pada

penelitian ini, pemilihan item dilakukan dengan menggunakan kriteria

0.2. Berdasarkan pengertian tersebut, item yang memiliki korelasi

item-total sebesar lebih dari 0.2 maka item tersebut dapat digunakan.

Sedangkan item yang memiliki korelasi item-total kurang dari 0.2

maka item tersebut tidak layak digunakan atau dibuang.

Hasil analisis item dari instrumen self-efficacy dalam mencegah

serangan asma yaitu terdapat 24 item yang memiliki korelasi kurang

dari 0.2. Namun, terdapat 1 item (pada item 36) yang korelasinya

kurang dari 0.2 jika dihapus akan ada 1 sub-indikator yang hilang.

Maka, item tersebut direvisi kembali dalam kalimat pernyataannya.

Sehingga jumlah keseluruhan item dari instrumen self-efficacy dalam

mencegah serangan asma adalah 43 item. Tabel dibawah ini

menunjukkan nomor-nomor item yang layak digunakan, item yang

(27)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.3

Hasil Analisis Item Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma

Item yang layak digunakan

Item yang direvisi kembali

Item yang tidak layak digunakan 1, 2, 5, 6, 7, 10, 11, 14,

15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 35, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 53, 56, 57, 59, 60, 61, 65.

36 3, 4, 8, 9, 12, 13, 19, 23, 25, 28, 29, 34, 40, 47, 51, 52, 54, 55, 58, 62, 63, 64, 66.

Hasil analisis item dari instrumen stres yang merupakan

modifikasi dari Student-Life Stress Inventory yang disusun oleh B.M.

Gadzella (Halbert, 2006), yaitu terdapat 19 item yang memiliki

korelasi kurang dari 0.2. Sehingga jumlah keseluruhan item dari

instrumen stres adalah 42 item. Tabel dibawah ini menunjukkan

nomor-nomor item yang layak digunakan, item yang direvisi kembali

dan item yang tidak layak digunakan.

Tabel 3.4

Hasil Analisis Item Instrumen Stres

Item yang layak digunakan Item yang tidak layak digunakan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 19, 20, 22, 25, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 37, 38, 40, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 54, 56, 57, 59, 61.

(28)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan

pendekatan reliabilitas internal. Reliabilitas internal diperoleh dengan

cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrumen

yang berbeda maupun yang sama dengan cara menganalisis data dari

satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas instrumen

menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan software SPSS

versi 19.0. Adapun rumus alpha cronbach sebagai berikut (Ihsan,

2009).

�= �

� −1 [1−

��� �

Keterangan :

α : koefisien reliabilitas

n : banyaknya bagian (potongan tes)

Vi : varians tes bagian yang panjangnya tidak ditentukan Vt : varians skor total (perolehan)

Adapun kriteria dalam menetapkan derajat reliabilitas dapat

digunakan kriteria dari Guilford (1965; dalam Noor, 2009) dapat dilihat

(29)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.5 Derajat Korelasi

Koefisien Derajat Reliabilitas

< 0.20 Tidak ada korelasi

0.20 – 0.40 Korelasi rendah

0.41 – 0.70 Korelasi tinggi 0.71 – 1.00 Korelasi tinggi sekali

Hasil perhitungan reliabilitas dari instrumen self-efficacy dalam

mencegah serangan asma sebelum item yang tidak layak (kurang dari 0.2)

dibuang dan setelah item yang tidak layak dibuang adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6

Reliabilitas Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma sebelum item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

.816 66

Tabel 3.7

Reliabilitas Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma sesudah item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

.887 43

Hasil perhitungan reliabilitas dari instrumen stres sebelum item yang

tidak layak (kurang dari 0.2) dibuang dan setelah item yang tidak layak

(30)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.8

Reliabilitas Instrumen Stres sebelum item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

[image:30.595.232.369.301.357.2]

.857 61

Tabel 3.9

Reliabilitas Instrumen Stres sesudah item tidak layak dibuang

Cronbach's

Alpha N of Items

.900 42

Berdasarkan tabel-tabel diatas, dapat dilihat reliabilitas pada

instrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma sebelum item tidak

layak dibuang sebesar 0.816 dan setelah item tidak layak dibuang 0.887.

Instrumen stres memiliki koefisien reliabilitas sebelum item tidak layak

dibuang sebesar 0.857 dan setelah item tidak layak dibuang koefisien

reliabilitas sebesar 0.900. Berdasarkan tabel 3.5, instrumen self-efficacy

dalam mencegah serangan asma dan instrumen stres sama-sama memiliki

derajat reliabilitas sangat tinggi. Maka, dapat dikatakan instrumen ini

reliabel atau konsisten terhadap apa yang hendak diukur sehingga layak

(31)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Norma Kategorisasi Instrumen

Menurut Ihsan (2009), norma adalah pengelompokkan sebuah kelompok

pengambil tes atau skala ke dalam beberapa level. Pengkategorisasian ini

mengasumsikan bahwa kelompok ini berdistribusi normal.

Pengkategorisasian disusun berdasarkan rumus yang ada. Pada penelitian ini,

kedua instrumen yaitu insrumen self-efficacy dalam mencegah serangan asma

dan instrumen stres disusun dengan 5 kategorisasi. 5 kategorisasi tersebut

adalah sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kategorisasi

tersebut disusun berdasarkan rumus dibawah ini.

Tabel 3.10

Kategorisasi Instrumen Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dan Kategorisasi Instrumen Stres

Rentang Skor Kategorisasi

X > (M + 1.5s) Sangat Tinggi

(M + 1.5s) < X ≤ (M + 0.5s) Tinggi

(M + 0.5s) < X ≤ (M – 0.5s) Sedang

(M –0.5s) < X ≤ (M – 1.5s) Rendah

X ≤ (M-1.5s) Sangat Rendah

Keterangan :

X : Skor Subjek

M : Mean atau Rata-rata Kelompok

(32)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji

normalitas, uji linearitas, uji hipotesis dan uji determinasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data yang diperoleh

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk

menentukan dalam penggunaan teknik analisis. Apabila data yang

diperoleh berdistribusi normal maka teknik analisis yang digunakan

adalah teknik analisis parametrik. Sedangkan, jika data yang diperoleh

tidak berdistribusi normal maka teknik analisis yang digunakan adalah

teknik analisis non-parametrik.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan One Sample

Kolmogrov Smirnov dengan bantuan software SPSS versi 19.0. Nilai dari

uji normalitas dilihat dari nilai Asymp. Sig (2-Tailed) > 0.05 maka dapat

diindikasikan data yang dihasilkan berdistribusi normal. Apabila nilai

Asymp. Sig (2-Tailed) < 0.05 maka dapat diindikasikan data yang

dihasilkan tidak berdistribusi normal. Hasil dari uji normalitas kedua

(33)

Alissa Ridha Mustika, 2013

[image:33.595.170.468.161.311.2]

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.11

Hasil Uji Normalitas Data Self-Efficacy dalam Mencegah Seragan asma

Self-Efficacy

N 51

Normal Parametersa,b Mean 74.1569

Std. Deviation 9.35815

Most Extreme Differences Absolute .072

Positive .072

Negative -.054

Kolmogorov-Smirnov Z .514

Asymp. Sig. (2-tailed) .955

a. Test distribution is Normal.

Tabel 3.12

Hasil Uji Normalitas Data Stres

STRES

N 51

Normal Parametersa,b Mean 62.8627

Std. Deviation 12.78752

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .077

Negative -.050

Kolmogorov-Smirnov Z .548

Asymp. Sig. (2-tailed) .925

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 3.11, data self-efficacy dalam mencegah serangan

asma memiliki Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05 yaitu 0.955 sehingga data

self-efficacy dalam mencegah serangan asma berdistribusi normal.

Berdasarkan tabel 3.12, data stres memiliki Asymp. Sig (2-tailed) > 0.05

yaitu 0.925 sehingga data stres berdistribusi normal. Hasil diatas dapat

[image:33.595.177.468.382.541.2]
(34)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data

penelitian, yaitu variabel self-efficacy dalam mencegah serangan asma dan

variabel stres memiliki hubungan linear. Hubungan dua variabel dalam

penelitian ini dinyatakan dengan sebuah persamaan regresi. Perhitungan

uji linearitas dibantu dengan software SPSS versi 19.0. Jika hasil yang

diperoleh dengan nilai probabilitas < 0.05 maka variabel self-efficacy

dalam mencegah serangan asma linear terhadap variabel stres. Persamaan

regresi yang digunakan adalah regresi linear sederhana, dengan

persamaan sebagai berikut (Riduwan & Akdon, 2010).

Ŷ = a + bX

Keterangan :

Ŷ : subjek variabel terikat yang diproyeksikan a : konstanta atau bila harga Y jika X = 0

b : nilai arah sebagai penentu ramalan (presiksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

X : nilai variabel independen

Hasil uji lineritas antara data self-efficacy dalam mencegah serangan

(35)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.13

Hasil Uji Linearitas Self-Efficacy dalam Mencegah Serangan Asma dan Stres

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1011.592 1 1011.592 14.721 .000a

Residual 3367.154 49 68.717

Total 4378.745 50

Berdasarkan Tabel diatas, nilai F hitung sebesar 14.721 dengan

signifikansi 0.000. Nilai probabilitas yaitu 0.000 < 0.05 maka, terdapat

hubungan yang linear antara self-efficacy dalam mencegah serangan asma

dengan stres atau self-efficacy dalam mencegah serangan asma linier

terhadap stres.

3. Uji Hipotesis

Jika hasil uji normalitas adalah data yang yang diperoleh

berdistribusi normal dan hasil uji linearitas menunjukkan variabel

self-efficacy dalam mencegah serangan asma linear terhadap variabel stres

maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi

Product Moment dari Pearson dengan rumus dibawah ini (Arikunto,

2006).

(36)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara skor variabel 1 dengan skor variabel 2

ΣX : jumlah skor variabel 1 ΣY : jumlah skor variabel 2

ΣXY : jumlah hasil kali antara skor variabel 1 dengan skor variabel 2 n : jumlah subjek penelitian

ΣX2

: jumlah kuadrat skor variabel 1 ΣY2

: jumlah kuadrat skor variabel 2

Perhitungan analisis korelasi dibantu dengan menggunakan software

SPSS versi 19.0. Setelah mendapatkan hasil korelasi, lalu melihat

seberapa kuat hubungan antara kedua variabel dengan melihat koefisien

[image:36.595.204.447.414.516.2]

korelasi yang diinterpretasikan dibawah ini (Sugiyono, 2008).

Tabel 3.4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat kuat

Berdasarkan hasil analisis korelasi, maka dapat diketahui pula hasil

uji hipotesis. Dengan mengacu pada hipotesis penelitian, hipotesis yang

(37)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. H0 :  = 0

H0 : Tidak Terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dalam

mencegah serangan asma dengan stres pada mahasiswa penderita

asma di Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Ha :  ≠ 0

Ha : Terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dalam mencegah

serangan asma dengan stres pada mahasiswa penderita asma di

Universitas Pendidikan Indonesia.

Kedua hipotesis akan diuji pada α = 0.05. H0 diterima jika koefisien α >

0.05, sebaliknya H0ditolak jika koefisien α ≤ 0.05.

4. Uji Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui proporsi yang

dapat dijelaskan dari variabel self-efficacy dalam mencegah serangan

asma menentukan variabel stres. Berikut rumus dalam uji determinasi.

� = 2� 100%

Keterangan :

(38)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Terdapat 5 tahap dalam prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yaitu, tahap persiapan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, tahap

pembahasan dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

a. Mencari variabel yang menarik bagi peneliti.

b. Mencari fenomena di dunia kesehatan dan mengaitkannya dengan

variabel yang telah dipilih oleh peneliti.

c. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian.

d. Mencari literatur dan buku sumber yang menunjang penelitian yaitu

stres, self-efficacy, asma dan pencegahan serangan asma.

e. Menyusun instrumen penelitian yaitu skala stres dan skala

self-efficacy dalam mencegah serangan asma.

f. Menguji instrumen melalui judgement kepada para ahli untuk

mengetahui validitas instrumen.

g. Menguji coba instrumen kepada 30 mahasiswa tingkat 1, 2 dan 4

penderita asma di Universitas Pendidikan Indonesia untuk mengetahui

validitas (analisis item) dan reabilitas instrumen.

2. Tahap Pengambilan Data

a. Melakukan studi pendahuluan ke setiap jurusan dalam masing-masing

fakultas untuk mencari jumlah mahasiswa yang memiliki asma

dengan cara menanyakan langsung kepada mahasiswa di setiap

(39)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian serta penjelasan

dalam pengisian kuesioner kepada responden.

c. Melakukan pengambilan data.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Melakukan penyekoran dengan menilai kuesioner dari setiap

responden.

c. Menghitung dan mentabulasi data yang diperoleh dari setiap

responden.

d. Menggunakan analisis data dengan menggunakan metode statistik

melalui software SPSS versi 19.0.

4. Tahap Pembahasan

a. Menginterpretasi dan membahas hasil analisis statistik berdasarkan

teori.

b. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

5. Tahap Penyelesaian

(40)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB. V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, Self-efficacy dalam

mencegah serangan asma yang dimiliki mahasiswa berada pada tingkat

sedang. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sifat pencegahan asma yang

mudah namun sedikit yang harus dilakukan. Tugas pencegahan asma yang

sedikit dapat terjadi karena serangan asma yang dialami mahasiswa terjadi 1

kali seminggu dan tidak mengganggu aktifitas. Selanjutnya,

pengalaman-pengalaman yang dialami mahasiswa dalam melakukan pencegahan serangan

asma dapat berhasil dan gagal sehingga perilaku pencegahan asma tidak

dilakukan secara penuh.

Selain itu, pengalaman yang dialami orang lain pun dapat berpengaruh.

Hal ini terjadi ketika mahasiswa melihat dan menirukan pengalaman orang

lain dalam melakukan pencegahan asma. Jika pengalaman orang tersebut

berhasil maka mahasiswa akan melakukan perilaku pencegahan asma yang

sama, namun jika pengalaman orang tersebut gagal maka mahasiswa tidak

akan mengikuti perilaku pencegahan asma tersebut. Figur orang lain dapat

terjadi pada anggota keluarga, saudara maupun teman dekat dari mahasiswa

(41)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, stres yang dimiliki

mahasiswa penderita asma berada pada tingkat sedang. Hal ini dapat

disebabkan mahasiswa tetap mengalami keadaan stres, namun mampu

dilawan atau dikoping sesuai dengan kemampuannya sehingga tidak

mengalami respon-respon stres yang berat.

Selanjutnya, terdapat hubungan negatif antara self-efficacy mencegah

serangan asma dengan stres pada mahasiswa di Universitas Pendidikan

Indonesia dengan tingkat sedang. Hal ini mengindikasikan self-efficacy dalam

mencegah serangan asma yang sedang maka stres yang dimiliki mahasiswa

berada pada tingkat sedang.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang

diajukan kepada mahasiswa, orang tua mahasiswa dan peneliti selanjutnya.

1. Rekomendasi untuk Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan untuk :

a. meningkatkan keyakinan akan kemampuan (self-efficacy) dalam

mencegah serangan asma walaupun jarang mengalami serangan asma,

agar dapat meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya hambatan.

b. menjadikan pengalaman yang berhasil sebagai acuan untuk

meningkatkan keyakinan akan kemampuan dalam mencegah serangan

(42)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. meningkatkan kemampuan dalam menanggulangi stres agar tidak

terjadi respon-respon stres khususnya respon fisik.

d. bekerja sama dengan orang terdekat jika stres yang dialami sulit

ditanggulangi.

2. Rekomendasi untuk Orang tua

Bagi orang tua diharapkan untuk :

a. memberikan pengetahuan dalam melakukan pencegahan serangan

asma.

b. membantu mahasiswa dalam melakukan pencegahan serangan asma.

c. memberikan dukungan positif saat mahasiswa melakukan

penanggulangan stres.

3. Rekomendasi untuk Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk :

a. melakukan penelitian dengan variabel yang sama, namun

menggunakan klasifikasi asma yang lain.

b. melakukan penelitian yang sama secara mendalam dengan

(43)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adiery, F. 2010. Cara Menjaga Kesehatan Tubuh [Online]. http://febriadiery.blogspot.com/2010/05/cara-menjaga-kesehatan-tubuh.html [7 Oktober 2011].

Agusudrajat. 2011. Hari Asma Sedunia 1 Mei 2011 [Online]. http://agus34drajat.wordpress.com/2011/05/01/hari-asma-sedunia-1-mei-2011/ [8 Desember 2011].

Anwar, A.I.D. 2009. Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara: tidak diterbitkan.

Arief. 2008. Penderita Asma [Online].

http://ebdosama.blogspot.com/2009/02/penderita-asma.html [6 Oktober 2011].

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Rineka Cipta: Bandung.

Azwar, S. 2010. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar Edisi II. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Bandura, A. 1999. Self-Efficacy in Changing Societies. Cambridge University Press.

Baron, R.A. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial Jilid I Edisi 10. Erlangga: Jakarta.

Bordley, W.C. et al. 2004. “Diagnosis and Testing in Bronchiolitis”. Arch Pediatr Adolesc Med. 158, (2), 119-126.

(44)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Fairawan, S. 2008. Hubungan antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma dengan Sikap Penderita dalam Perawatan Asma pada Pasien Rawat Jalan di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak Diterbitkan.

Febriadi, E. 2010. Cara Menjaga Kesehatan [Online]. http://febriadiery.blogspot.com/2010/05/cara-menjaga-kesehatan-tubuh.html [27 Juni 2011].

Fitri, F. (2011). Hubungan Antara Stres dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Laki-laki Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Gatchel, R.J. & Oordt, M.S. 2005. Clinical Health Psychology and Primary Care. John Wiley & Sons Inc.

Gatra. 2000. Jumlah Penderita Asma di Indonesia 10 Juta Orang [Online]. http://wap.gatra.com/artikel.php?id=9919 [7 Oktober 2011]

Gatra. 2002. Jumlah Penderita Asma di Indonesia Capai 12 Juta Orang [Online]. http://arsip.gatra.com/2002-03-04/artikel.php?id=15803 [7 Oktober 2011]

Global Initiative for Asthma (GINA). 2011. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. Cape Town, South Africa: GINA.

Gould, H.J et al. 2003. “The Biology of IgE and the Basis of Allergic Disease”. Annual Review of Immunology. 21, 579-628.

Halbert, L.H. 2006. The Relationship of Student-Life Stress to Marital Dedication Among Married Undergraduate Students and Their Spouses. A Dissertation for the Degree of Doctor of Philosophy in Student Development in the Department of Counselor Education, Mississippi State University.

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1985. Introduction to Theories of Personality. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

(45)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Herlina, I. 2006. Biologi. Rosda: Bandung.

Hoy, W.K. & Tarter, J.C. 2011. “Positive Psychology and Educational Administration: An Optimistic Research Agenda”. Educational Administration Quarterly. 47 (3), 427-445.

Ihsan, H. 2009. Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak diterbitkan.

Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan antara Stres dengan Pola menstruasi pada Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi pada Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Karto. 2012. Indikasi Salbutamol [Online]. http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/salbutamol.html#axzz2GvyiNVii [2 Januari 2013].

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Kementerian Kesehatan: Jakarta.

Komandyahrini, E. & Akbar, R. 2008. “Hubungan Self-efficacy dan Kematangan Dalam memilih Karir Siswa Program Percepatan Belajar”. Gifted Review, Jurnal Keterbakatan dan Kreativitas. 2 ,(1), 1-12.

Lazarus, R.S. dan Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York.

Lee, S.Y. 2008. “Interplay of Negative Emotion and Health Self-Efficacy on the

Use of Health Information and Its Outcomes”. Journal of Communication

Research. 35, (03), 358-381.

Maddux, J. 2002. Self-Efficacy: The Power of Believing You Can. In C.R. Snyder & S.J. Lopez. Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

(46)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Marks, R.; Allegrante, J.P. & Lorig, K. 2005. “A Review and Synthesis of Research for Self-Efficacy-Enhanching Interventions for Reducing Chronic Disability: Implications for Health Education Practice (Part I)”. Health Promotion Practice. 37, (06), 37-43.

Media Skripsi. 2008. Macam-macam Variabel [Online]. http://www.mediaskripsi.com/macam-macam-variabel.php [10 Oktober 2011].

Mitchell D.K. & Mcquaid E., 2008. Comprehensive Handbook of Clinical Health Psychology. John Wiley & Sons Inc.

Morgan, C.T., King, R.A. & Wersz, J.R. 1986. Introduction to Psychology 7th Edition. New York: Mc-Graw Hill.

Morrison, V. & Bennet, P. 2006. An Introduction to Health Psychology. England.

Munandar A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press.

Nevid, J.S. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Noor, H. Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Fakultas Psikologi Unisba: Bandung.

Nur, R.F. 2009. Hubungan Antara Kelekatan dengan Teman Sebaya dan Kemandirian Remaja Kelas XII SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

(47)

Alissa Ridha Mustika, 2013

Hubungan Antara Self-Efficacy Dalam Mencegah Serangan Asma Dengan Stres Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peltola, V. et al. 2008. “Clinical Effects of Rhinovirus Infections”. Journal of Clinical Virology. 43, 411-414.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Asma: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. PDPI.

Pitakasari, A.R. 2011. Hindari Serangan Asma, Kenali Gejalanya [Online]. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/tips-sehat/11/01/25/160481-hindari-serangan-asma-kenali-gejalanya [6 Oktober 2011].

Riduwan & Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rietveld, S; Beest, I.V. dan Everaerd, W. 1999. “Stress-Induced Breathlessness

in Asthma”. Psychological Medicine. 29, (06), 1359-1366.

Rittmayer, A.D. dkk. 2008. Overview: Self-Efficacy in STEM. Dalam Assesiag Women and Men in Enggineering [Online]. Tersedia : www.AWEonline.org [10 Oktober 2011].

Schuctack, F. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Jilid I Edisi 3. Erlangga: Jakarta.

Scott, C.J. 2012. Optimal Stress: Living in Your Best Stress Zone. John Wiley & Sons.

Selvianti, L.A. 2009. “Self-Efficacy Penderita Kanker Payudara”. Jurnal Psiko

Gambar

Tabel 3.1  dalam Mencegah Serangan Asma
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Stres berdasarkan
Tabel 3.4 Hasil Analisis Item Instrumen Stres
Tabel 3.5 Derajat Korelasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini berjudul “ Desain Didaktis Sifat-Sifat Bangun Ruang Sisi Datar untuk Meningkatkan Level Berpikir Geometri Siswa SMP ”.. Penelitian ini dilakukan di

Pada penulisan ilmiah ini penulis ingin menganalisa tingkat kesehatan bank pada periode tahun 2006-2008 pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan menggunakan analisa

bahwa pembentukan Kecamatan Barito Tuhup Raya, Kecamatan Tanah Siang Selatan, Kecamatan Sungai Babuat, Kecamatan Seribu Riam dan Kecamatan Uut Murung di Kabupaten

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Uji Kompetensi Nasional DIII Kebidanan, DIII Keperawatan dan Profesi Ners, bersama ini kami sampaikan bahwa Direktorat Jenderal

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pungutan Daerah Atas Pengangkutan Kayu Bulat dan Kayu Olahan Keluar Daerah di Kabupaten Murung

Dengan ini, saya menyatakan bahwa data diatas adalah benar dan apabila ternyata tidak benar, kepesertaan saya bisa dicabut dan saya bersedia dituntut sesuai dengan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya tentang Retribusi