• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada penggunaan Microsft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada penggunaan Microsft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya)."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEMUDAHAN MENGGUNAKAN, TERHADAP PERILAKU PENGGUNA

DAN KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SISTEM

(Studi pada penggunaan Microsoft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

OKY PERMATASARI 0742010057

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEMUDAHAN MENGGUNAKAN, TERHADAP PERILAKU PENGGUNA

DAN KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SISTEM (Studi pada penggunaan Microsoft Axapta PT. Bambang Djaja,

Surabaya)

Oleh :

OKY PERMATASARI 0742010057

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 14 Juni 2011

Menyetujui,

DOSEN PEMBIMBING TIM PENGUJI 1. Ketua

R.Y.Rusdianto, S. Sos , M.Si Drs. Nurhadi, M.Si

NPT. 3 7206 95 00461 NIP.196902011994031001

2. Sekretaris

R.Y.Rusdianto, S. Sos ,M.Si

NPT. 3 7206 95 00461

3. Anggota

Dra. Siti Ning Farida, Msi NIP.196407291990032001

MENGETAHUI DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada penggunaan Microsft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak R.Y. Rusdianto, S.Sos,

M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spritual maupun materiil. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si, selaku PLH Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang tidak dapat disebutkan

(4)

4. Bapak Chairul Arifandi dan Bapak Limi Mulyadi yang sudah banyak

membantu saya dalam memberikan dan melengkapi data sebagai bahan laporan penulis.

5. Semua keluarga yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik materiil maupun spiritual.

6. Dan teman-teman terdekat saya yang selalu mendukung saya.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, Juni 2011

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN... 01

1.1 Latar Belakang ... 01

1.2 Perumusan Masalah ... 04

1.3 Tujuan Penelitian ... 05

1.4 Manfaat Penelitian ... 05

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 06

2.1 Landasan Teori ... 06

2.1.1 Konsep Sistem Informasi ... 06

2.1.2 Konsep dasar Sistem ... 06

2.1.2.1 Pengertian Sistem... 07

2.1.2.2 Karakteristik Sistem ... 07

2.1.3 Analisis Sistem... 09

2.1.4 Konsep dasar Informasi ... 09

2.1.5 Pengetahuan ... 10

(6)

2.1.5.2 Indikator Pengetahuan... 12

2.1.6 Sikap... 13

2.1.6.1 Fungsi Sikap... 14

2.1.6.2 Pembentukan Sikap... 15

2.1.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ... 16

2.1.6.4 Indikator Sikap ... 17

2.1.7 Persepsi kemudahan menggunakan... 18

2.1.7.1 Indikator kemudahan menggunakan ... 19

2.1.8 Perilaku ... 19

2.1.8.1 Indikator Perilaku... 20

2.1.9 Implementasi sistem... 21

2.1.9.1 Pendekatan Implementasi ... 21

2.1.9.2 Menerapkan rencana Implementasi... 22

2.1.9.3 Indikator Implementasi sistem ... 23

2.1.10 Pengetahuan, sikap, kemudahan menggunakan, perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem ... 25

2.2 Kerangka Berpikir... 26

2.3 Hipotesis... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 29

3.1.1 Definisi Operasional ... 29

3.1.2 Pengukuran Variabel ... 34

(7)

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 35

3.3.1 Jenis Data ... 36

3.3.2 Sumber Data... 36

3.3.3 Pengumpulan Data ... 36

3.3.4 Instrumen Penelitian ... 37

3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 37

3.4.1 Uji Validitas ... 37

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 38

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 39

3.5.1 Teknik Analisis Statistik Deskriptif ... 39

3.5.1.1 Teknik Analisis Data... 39

3.5.1.2 Metode PLS... 40

3.5.1.3 Model Pengukuran atau Oyter Model ... 41

3.5.2 Analisis Statistik Inferensial ... 43

3.5.2.1Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)... 43

3.5.2.2Evaluasi Model... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Gambaran Umum ... 46

4.1.1 Profil Perusahaan ... 46

4.1.2 Lokasi Perusahaan... 47

4.1.3 Visi Perusahaan... 48

4.1.4 Tugas tugas Jabatan di Perusahaan ... 49

(8)

4.1.6 Standart Mutu dan Kualitas... 54

4.2 Penyajian Data ... 54

4.2.1 Hasil Kuesioner (Distribusi Frekuensi)... 54

4.3 Analisis dan Uji Hipotesis... 59

4.3.1 Uji Validitas ... 59

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 62

4.3.3 Teknik Analisis Statistik Deskriptif Identitas Responden ... 63

4.3.4 Teknik Analisis Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian... 65

4.3.5 Teknik Analisis Statistik Inferensial ... 71

4.3.6 Membaca Hasil Outer Model atau Measurement Model ... 72

4.3.5.1 Convergent Validity ... 72

4.3.6.2 Composite Reliability ... 76

4.3.6.3 Discriminant Validity...71

4.4 Pembahasan...80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...82

5.1 Kesimpulan ...82

5.2 Saran ...83

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 27 Gambar 1.2 Hipotesis... 28

Gambar 4.1 Organizational Structure of PT.Bambang Djaja ... 52 Gambar 4.2 Diagram jalur hubungan Kausalitas antar Konstruk

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Frequency Table Lampiran 2 Descriptives Lampiran 3 Reliability Lampiran 4 Cronbachs Alpha Lampiran 5 AVE

Lampiran 6 Path Coefficients Lampiran 7 Outer Loadings

Lampiran 8 Hasil Kuesioner Responden Lampiran 9 Correlations

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Variabel Pengetahuan ... 54

Tabel 4.2 Variabel Sikap... 55

Tabel 4.3 Variabel Kemudahan menggunakan ... 56

Tabel 4.4 Variabel Pengetahuan ... 57

Tabel 4.5 Variabel Implementasi Sistem ... 58

Tabel 4.6 Validitas Variabel Pengetahuan ... 59

Tabel 4.7 Validitas Variabel Sikap ... 60

Tabel 4.8 Validitas Variabel Kemudahan Menggunakan ... 60

Tabel 4.9 Validitas Variabel Perilaku Pengguna ... 61

Tabel 4.10 Validitas Variabel Implementasi Sistem... 61

Tabel 4.11 Uji Reliabilitas ... 62

Tabel 4.12 Deskripsi Jenis Kelamin Responden... 63

Tabel 4.13 Deskripsi Usia Responden ... 64

Tabel 4.14 Lama Bekerja Responden ... 65

Tabel 4.15 Mean Variabel Pengetahuan ... 66

Tabel 4.16 Mean Variabel Sikap... 67

Tabel 4.17 Mean Variabel Kemudahan Menggunakan... 68

Tabel 4.18 Mean Variabel Perilaku Pengguna... 69

Tabel 4.19 Mean Variabel Implementasi Sistem ... 70

Tabel 4.20 Koefisien Variabel ... 71

Tabel 4.21 Composite Reliability ... 76

Tabel 4.22 Cross Loading ... 77

(12)

ABSTRAKSI

OKY PERMATASARI. Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada penggunaan Microsft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya).

Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam berbagai bentuk aplikasi yang sesuai, akan sangat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelesaian pekerjaan. PT. Bambang Djaja merupakan perusahaan Transformator. PT. Bambang Djaja berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya dengan pengelolaan database pelanggan Transformator dalam menghasilkan informasi yang berkualitas.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh pengetahuan Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna, menganalisis dan menjelaskan pengaruh sikap pengguna Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna, menganalisis dan menjelaskan pengaruh kemudahan menggunakan Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna dan menganalisis dan menjelaskan pengaruh perilaku pengguna terhadap keberhasilan implementasi sistem. PT. Bambang Djaja menggunakan sistem informasi terbaru dengan Microsoft Axapta yang mempunyai keistimewaan tersendiri terhadap solusinya sehingga Microsoft Axapta ini dapat dengan mudah diintegrasikan dengan produk Microsoft lainnya, misalnya Microsoft Word, Excel dan lain-lain. Keberhasilan implementasi sistem dapat dinyatakan sebagai hubungan yang bersifat saling mempengaruhi atau reciprocity artinya variabel independent dalam hal ini Pengetahuan, Sikap, Kemudahan Menggunakan, dan Perilaku pengguna adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap keberhasilan Implementasi sistem.

Variabel penelitian yang digunakan adalah pengetahuan, sikap, kemudahan menggunakan, perilaku pengguna dan implementasi sistem dengan menggunakan sampel penelitian yaitu karyawan yang menggunakan Microsoft Axapta, sumber data diperoleh dari PT. Bambang Djaja Surabaya. Teknik analisis yang digunakan adalah metode SEM berbasis component atau Variance - Partial Least Square (PLS).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan Teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku pengguna, variabel Sikap pengguna Teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku pengguna, variabel Kemudahan menggunakan Teknologi Informasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel perilaku pengguna dan variabel Perilaku pengguna Teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap variabel implementasi sistem.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam berbagai bentuk aplikasi yang

sesuai, akan sangat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelesaian

pekerjaan. Jadi (TI) akan memberikan dampak positif pada pengguna akhir jika

teknologi tersebut sesuai dengan tugas-tugas individu dan digunakan secara

optimal, seperti halnya di perusahaan Transformator yang juga merupakan

organisasi modern yang melakukan kegiatannya dengan menggunakan teknologi

informasi TI.

Teknologi Informasi sangat membantu kegiatan para pegawai dalam

mengolah data yang sudah mempunyai sistem infomasi dan teknologi informasi

terintegrasi diseluruh unit kerjanya (Fully Computerized). Akan tetapi pelaksanaan kegiatan tersebut tidak hanya tergantung pada teknologi komputer

saja, melainkan juga yang berkenaan dengan tingkat (pengetahuan) keahlian

individu atau perilaku yang mempengaruhi pengadopsian Teknologi Informasi.

Aspek sikap pengguna akhir merupakan faktor penting yang memberi

kontribusi terhadap penerimaan Teknologi Informasi. Setiap individu akan

bersikap positif terhadap kehadiran teknologi komputer jika merasakan manfaat

(perceived usefulness), teknologi komputer untuk meningkatkan kinerja dan produktifitas, dan manfaat yang dirasakan oleh pengguna akhir disebabkan oleh

(14)

Penggunaan teknologi informasi yang canggih berbasis komputer

memungkinkan manajemen untuk menerapkan sistem informasi yang dapat

memberikan informasi-informasi yang diorientasikan untuk membantu para

manajer membuat keputusan manajerial dan para staff untuk menyelesaikan tugas

yang dibebankan oleh organisasi kepadanya.

Teknologi informasi suatu organisasi digunakan untuk meningkatkan

kinerja para individual sebagai anggota organisasi yang diharapkan dapat

meningkatkan kinerja organisasi.

Kemanfaatan dan kemudahan penggunaan mempunyai pengaruh ke minat

perilaku. Peminat teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi

(minat perilaku) jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan.

Pemakai sistem informasi akan lebih banyak memanfaatkan sistem jika sistem

informasi tersebut mudah digunakan. Sebaliknya jika sistem informasi tidak

mudah digunakan (rumit) pemakai akan lebih sedikit dalam memanfaatkan

sistem informasi tersebut.

Sikap dan perilaku pengguna akhir terhadap pemanfaatan dan penerimaan

kepada sebuah Teknologi Informasi baru telah diketahui oleh para peneliti dan

dinyatakan sebagai faktor utama dalam penggunaan yang sukses. Semakin banyak

penerimaan terhadap Teknologi Informasi baru oleh pengguna akhir maka

semakin banyak kemauan dari pengguna akhir untuk membuat perubahan dalam

praktek jangka panjang, baik dalam menggunakan dan memadukan Teknologi

(15)

PT. Bambang Djaja merupakan perusahaan Transformator. PT. Bambang

Djaja berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya

dengan pengelolaan database pelanggan Transformator dalam menghasilkan informasi yang berkualitas.

Sebelum menggunakan Microsoft Axapta, B&D memakai software

RASIO yang berjalan menggunakan DOS. Alasan mereka merubah program

Rasio dengan Microsft Axapta adalah karena Axapta memiliki database, fungsi,

dan integrasi modul yang lebih baik dibandingkan Rasio. Selain itu, Implemetasi

ERP dengan menggunakan microsoft AXAPTA pada perusahaan PT. Bambang

Djaja dikarenakan dapat memenuhi kebutuhan proses bisnis perusahaan yang

memerlukan keputusan cepat dan terintegrasi sehingga dapat mengambil

keputusan dengan tepat. Microsoft Axapta ini mempunyai keistimewaan tersendiri

terhadap solusinya sehingga axapta ini dapat dengan mudah diintegrasikan dengan

produk Microsoft lainnya, misalnya Microsoft Word, Excel dan lain-lain.

Tidak semua pengguna dapat menggunakan Microsoft Axapta. Untuk itu

para pengguna diberi pelatihan dan cara agar mengerti dan memahami Microsoft

(16)

Sehingga pada saat ini penulis tertarik untuk mengangkat masalah

mengenai Sistem Informasi Manajemen dengan Microsoft Axapta yang

diaplikasikan yang ada di salah satu perusahaan swasta, PT. Bambang Djaja,

Surabaya.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka penelitian ini dilakukan

untuk memahami model hubungan yang terjadi antara variabel pengetahuan,

Sikap pengguna akan TI, kemudahan menggunakan TI, perilaku pengguna, dan

keberhasilan implementasi sistem. Sehingga untuk kelancaran dan kesuksesan

penelitian ini maka penulis akan mengikutsertakan karyawan yang berinteraksi

langsung dengan penggunaan TI, di Perusahaan tersebut (PT. Bambang Djaja,

Surabaya) untuk ikut berpartisipasi.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada

penggunaan Microsoft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dirumuskan beberapa

masalah berikut ini :

1. Apakah pengetahuan Teknologi Informasi berpengaruh terhadap

perilaku pengguna?

2. Apakah sikap pengguna Teknologi Informasi berpengaruh terhadap

(17)

3. Apakah kemudahan menggunakan Teknologi Informasi berpengaruh

terhadap perilaku pengguna?

4. Apakah perilaku pengguna berpengaruh terhadap keberhasilan

implementasi sistem?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh pengetahuan Teknologi

Informasi terhadap perilaku pengguna

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh sikap pengguna

Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna

3. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh kemudahan

menggunakan Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna

4. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh perilaku pengguna

terhadap keberhasilan implementasi sistem

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan bagi manajemen PT.

Bambang Djaja, Surabaya pada khususnya, dalam mengembangkan

teknologi informasi (Microsoft Axapta) dengan lebih baik.

2. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu

Sistem Informasi Manajemen yang berkaitan dengan variabel-variabel

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Konsep Sistem Informasi

Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting dan

dikatakan bernilai apabila manfaat dari informasi tersebut lebih efektif di

bandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya di dalam pengambilan

keputusan informasi itu sendiri dapat diperoleh dari sistem informasi atau disebut

juga Processing system.

Menurut Hall dalam buku Abdul Kadir (2003 : 11) Sistem informasi

adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokan, diproses

menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai.

Dari beberapa kutipan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

sistem informasi merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengolah data

menjadi bentuk yang lebih berguna bagi pihak tertentu dalam pengambilan

keputusan.

2.1.2 Konsep Dasar Sistem

Istilah sistem sekarang ini banyak dipakai, konsep-konsep yang

berhubungan dengan sistem yang telah diterapkan dalam berbagai rancangan

sistem terhadap pemecahan masalah dan manajemen. Sebuah sistem terdiri atas

(19)

yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan

manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan dan mengelola data serta

menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai (Gelinas, dalam Abdul

Kadir, 2003: 11).

2.1.2.1 Pengertian Sistem

Sistem dapat didefinisikan dengan dua pendekatan, yaitu sistem yang

menekankan pada elemen atau komponennya. Menurut Abdul Kadir (2003 :

54) ”Sistem adalah kumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang

dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan”.

2.1.2.2 Karakteristik Sistem

Menyangkut pemahaman tentang karakteristik sistem, Menurut Jogiyanto

(2004 : 684) berpendapat bahwa sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat

tertentu :

1. Komponen Sistem (Component)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen-komponen yang saling

berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan.

Komponen atau elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau

bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk

menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara

(20)

2. Batas Sistem (Boundary)

Merupakan daerah yang membatasi antara satu sistem dengan sistem yang

lain atau lingkungan luarnya. Batas suatu sistem menunjukan ruang lingkup

(Scope) dari sistem tersebut.

3. Lingkungan Luar Sistem (Environment)

Bentuk apapun yang ada di luar ruang lingkup atau batasan sistem yang

mempengaruhi operasi sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan

merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan

dipelihara.

4. Penghubung Sistem (Interface)

Merupakan media penghubung antara subsistem dengan subsistem yang

lainnya. Dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi dengan

subsistem lainnya membentuk satu kesatuan.

5. Masukan Sistem (Input)

Adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa

masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Contoh, di dalam suatu unit sistem komputer ”Program” adalah maintenance input dan ”data” adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

6. Keluaran Sistem (output)

Adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran

yang berguna. Keluaran dapat berupa masukan untuk subsistem yang lain atau

(21)

7. Pengolah Sistem (process)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah

masukan menjadi keluaran.

8. Sasaran Sistem (Objective)

Suatu sistem dapat mempunyai tujuan atau sasaran. Sasaran dari sistem

sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang

akan dihasilkan sistem.

2.1.3 Analisis Sistem

Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem

informasi yang utuh ke bagian–bagian komponennya dengan maksud untuk

mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahannya,

kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan yang terjadi dan

kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.

2.1.4 Konsep dasar Informasi

Menurut Davis dalam buku Abdul Kadir (2003 : 31) Informasi adalah data

yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan

bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.

Menyangkut tentang pengertian informasi ini, Jogiyanto (2004 : 692)

berpendapat bahwa :

(22)

Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi

merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari

pengolahan tersebut bisa menjadi informasi jika tidak dapat memberikan manfaat

bagi masyarakat luas.

Menurut Jogiyanto (2004 : 696), kualitas dari suatu informasi tergantung

dari tiga hal yaitu :

1. Akurat

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dan

selain itu harus jelas maksud dan tujuannya, sehingga output (keluaran) bisa di

pertangung jawabkan.

2. Tepat waktu

Informasi pada saat diperlukan tidak boleh terlambat karena informasi yang

terlambat tidak akan mempunyai nilai lagi dalam pengambilan suatu keputusan.

3. Relevan

Informasi harus bermanfaat dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pemakai.

2.1.5 Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003 : 121), pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu melalui panca indera manusia.

2.1.5.1Tingkatan pengetahuan

Notoatmodjo (2003:3), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang

terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini

(23)

1. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus

dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut

(24)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada

kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

2.1.5.2 Indikator Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003:18) faktor yang berpengaruh dalam tingkat

pengetahuan seseorang antara lain :

a. Pendidikan

Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau

meningkatkan kemampuan masyarakat individu tentang aspek-aspek

yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang

berkembang. Pendidikan formal dan non-formal. Sistem pendidikan

yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan

melalui pola tertentu.

b. Pengalaman

Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO,

menganalisa bahwa menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu

(25)

diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek

tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari

pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo,

2003: 143).

c. Informasi

Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa

media massa dianggap sebagai informasi yang memiliki peranan

penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam

tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial

dimana media massa ini nantinya mempengaruhi fungsi kognitif,

afektif dan perilaku (Notoatmodjo, 2003: 102).

2.1.6 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

(Notoatmodjo, 2003).

Sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan

dengan persepsi, kepribadian, perasaan dan motivasi (John, et al, 2006 : 87). Sikap

merupakan keadaan mental yang dipelajari dan diorganisasikan melalui

(26)

orang lain, objek, situasi yang berhubungan. Kita semua memiliki sikap terhadap

berbagai topik seperti komputer, jogging, restoran, teman, pekerjaan, agama, pemerintah, perawatan, orang tua, kejahatan, pendidikan dan pajak penghasilan.

Definisi sikap ini memiliki implikasi bagi manajer (John, et al, 2006 : 87).

Pertama, sikap adalah sesuatu yang dipelajari. Kedua, sikap menentukan

pandangan awal seseorang terhadap berbagai aspek di dunia. Ketiga, sikap

membangun dasar emosional hubungan interpersonal seseorang dan identifikasi

dengan orang lain. Keempat, sikap diorganisasikan dan dekat dengan inti

kepribadian. Beberapa sikap bersifat konsisten dan bertahan untuk waktu yang

lama. Akan tetapi, seperti variabel psikologis yang lain, sikap dapat berubah.

2.1.6.1 Fungsi Sikap

Menurut Katz dikutip dalam Maramis, Willy F. (2006: 257) sikap

mempunyai empat fungsi yaitu:

a) Fungsi penyesuaian

Suatu sikap dapat dipertahankan karena mempunyai nilai menolong yang

berguna; memungkinkan individu untuk mengurangi hukuman dan

menambah ganjaran bila berhadapan dengan orang-orang di sekitarnya.

Fungsi ini berhubungan dengan teori proses belajar.

b) Fungsi pembelaan ego

Fungsi ini berhubungan dengan teori Sigmund Freud, yang menjelaskan

bahwa sikap itu “membela” individu terhadap informasi yang tidak

menyenangkan atau yang mengancam, kalau tidak ia harus

(27)

c) Fungsi ekspresi nilai

Beberapa sikap dipegang seseorang karena mewujudkan nilai-nilai pokok

dan konsep dirinya. Kita semua mengganggap diri kita sebagai orang yang

seperti ini atau itu (apakah sesungguhnya demikian atau tidak adalah soal

lain); dengan mempunyai sikap tertentu anggapan itu ditunjang.

d) Fungsi pengetahuan

Kita harus dapat memahami dan mengatur dunia sekitar kita. Suatu sikap

yang dapat membantu fungsi ini memungkinkan individu untuk mengatur

dan membentuk beberapa aspek pengalamannya.

2.1.6.2 Pembentukan Sikap

Pembentukan sikap menurut Saiffudin, Azwar (2003: 30) yaitu sikap

sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi

sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan

antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interkasi sosial, terjadi

hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain,

terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku

masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial ini

meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan

(28)

2.1.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Saiffudin, Azwar (2003: 30-36) faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap adalah :

a) Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu

dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan

dengan objek psikologis.

b) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang

ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, atau

seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

c) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d) Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa

informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai

(29)

e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan

buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,

diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f) Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.1.6.4 Indikator Sikap

Menurut Saiffudin, Azwar (2003: 24-27) sikap terbentuk dari tiga

komponen yaitu:

a) Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia

akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari

(30)

b) Komponen afektif (affective)

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki obyek tertentu.

c) Komponen perilaku (behaviour/conative)

Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan

dengan objek sikap yang dihadapinya.

Dalam bagian lain Allport dikutip dalam Notoadmodjo, (2007: 143)

menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2007: 143).

2.1.7 Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use).

Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha

(Jogiyanto, 2007:114). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga)

(31)

Menurut Davis dalam Fahmi (2004 : 5) kemudahan menggunakan adalah

suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah

dipahami. Sistem yang sering digunakan menunjukan bahwa sistem tersebut lebih

dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya.

2.1.7.1 Indikator Kemudahan Menggunakan

Menurut Davis dalam Fahmi (2004 : 5) ada beberapa indikator kemudahan

penggunaan teknologi informasi yaitu :

a. Komputer sangat mudah dipelajari.

b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh

pengguna.

c. User Interface (tampilan).

2.1.8 Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang

dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :

berjalan, bicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan

(32)

Perilaku (behaviour) adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem informasi, perilaku (behaviour) adalah penggunaan sesungguhnya (actual usage) dari teknologi (Jogiyanto 2007:117). Di dalam berbagai penelitian karena penggunaan sesungguhnya tidak dapat diobservasi oleh

peneliti yang menggunakan daftar pertanyaan, maka penggunaan sesungguhnya

ini banyak diganti dengan nama pemakaian persepsi (perceived usage).

2.1.8.1 Indikator Perilaku

Seseorang yang ingin mencapai tujuan tertentu akan tercermin melalui

perilakunya. Karena perilaku seseorang tidak timbul dengan sendirinya tetapi

akibat adanya stimulus baik dari internal maupun eksternal (sebagian besar

perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dan dipelajari

melalui proses belajar. Menurut Winardi (2004:197) perilaku dapat diukur

melalui:

a. Motivasi

Yaitu kondisi yang menggerakan manusia ke arah tujuan suatu tertentu.

Motivasi dapat berperan sebagai pendorong atau penggerak karyawan

untuk bekerja.

b. Kemampuan

Kemampuan merujuk ke suatu kapasitas individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Dengan kemampuan yang dimiliki

oleh seorang karyawan diharapkan mampu mendukung kegiatan karyawan

(33)

2.1.9 Implementasi Sistem

Sistem telah dianalisi dan didesain secara rinci dan teknologi telah

diseleksi dan dipilih. Tiba saatnya sekarang sistem untuk diimplementasikan

(diterapkan). Tahap implementasi sistem (systems implementation) merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap dioperasikan. Tahap ini termasuk juga

kegiatan menulis kode program jika tidak digunakan paket perangkat lunak

aplikasi. Tahap implementasi sistem dapat terdiri dari langkah-langkah sebagai

berikut : (Jogiyanto, 2005:573)

1. Menerapkan rencana implementasi

2. Melakukan kegiatan implementasi

3. Tindak lanjut implementasi

2.1.9.1Pendekatan Implementasi

Proses yang menjamin bahwa sistem operasi adalah operasional dan

kemudian membolehkan pemakai untuk mengambil alih operasi untuk

penggunaan dan penilaian yang disebut implementasi (Kendall, 2003:363).

Penganalisis sistem memiliki beberapa pendekatan untuk implementasi

yang dipandang sebagai perubahan terhadap sistem baru yang sedang disiapkan.

Mereka memasukkan perubahan daya komputer lebih banyak pemakai melalui

proses terdistribusi, pelatihan pemakai, pengubahan dari sistem lama, dan

penilaian sistem baru.

Pendekatan pertama untuk implementasi menyangkut perpindahan daya

(34)

komputer dan bertanggung jawab kepada kelompok diseluruh kegiatan dengan

bantuan komputer yang terdistribusi.

Pendekatan kedua untuk implementasi adalah menggunakan strategi

berbeda untuk pelatihan pemakai dan personal, meliputi dengan membawa

mereka pada tingkatnya sendiri, menggunakan berbagai teknik pelatihan dan

menjamin bahwa setiap pemakai mengerti peraturan baru apa pun yang harus dia

ambil karena sistem informasi yang baru.

Pendekatan ketiga untuk implementasi adalah memilih sebuah strategi

perubahan. Menganalisis sistem perlu untuk menimbang situasi dan mengusulkan

rencana perubahan yang tepat untuk organisasi dan sistem informasi tertentu.

Pendekatan keempat untuk implementasi meliputi penilaian sistem

informasi baru atau yang dimodifikasi. Penganalisis perlu untuk merumuskan

hasil ukuran untuk menilai sistem. Penilaian berasal dari pemakai, manajemen dan

penganalisis sendiri.

2.1.9.2Menerapkan Rencana Implementasi

Supaya kegiatan implementasi nantinya dapat beroperasi sesuai dengan

yang diharapkan, maka suatu rencana implementasi perlu dibuat terlebih dahulu.

Rencana implementasi (implementation plan) dengan demikian merupakan kegiatan awal dari tahap implementasi sistem. Rencana implementasi

dimaksudkan terutama untuk mengatur biaya dan waktu yang dibutuhkan selama

tahap implementasi (Kendall, 2003:363).

Dalam rencana implementasi ini, semua biaya yang akan dikeluarkan

(35)

Anggaran biaya ini selanjutnya juga berfungsi sebagai pengendalian terhadap

biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan

kegiatan implementasi juga perlu diatur dalam rencana implementasi dalam

bentuk skedul waktu. Skedul waktu berfungsi sebagai pengendalian terhadap

waktu implementasi. (Kendall, 2003:364).

2.1.9.3Indikator Implementasi Sistem

Kegiatan implementasi dilakukan dengan dasar kegiatan yang telah

direncanakan dalam rencana implementasi. Kegiatan-kegiatan yang dapat

dilakukan dalam tahap implementasi ini adalah sebagai berikut (Jogiyanto,

2005:574):

1. Pemilihan personil

Personil yang dipilih dapat berasal dari dua sumber, yaitu

karyawan-karyawan yang telah ada di perusahaan atau calon karyawan-karyawan dari luar

perusahaan.

2. Pelatihan karyawan

Personil-personil yang akan menduduki posisi yang baru perlu dilatih

untuk hal-hal yang mereka belum memahaminya.

3. Pemilihan tempat

Jika peralatan baru akan dimiliki, maka tempat atau ruangan untuk

peralatan ini perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Keamanan fisik dari

tempat ini perlu juga dipertimbangkan. Sistem komputer yang besar

(36)

Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah perletakan perabot-perabot

sehingga semua peralatan dapat mudah dijangkau secara efektif.

4. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak

Langkah selanjutnya setelah persiapan fisik tempat adalah menginstalasi

perangkat keras yang sudah dikirim dan menginstalasi perangkat lunak

yang sudah ada. Perangkat keras dan perangkat lunak biasanya dipasang

oleh penjual dan dites antara penjual bersama-sama dengan pembeli.

5. Pengetesan program

Sebelum program diterapkan, maka program harus bebas terlebih dahulu

dari kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu program harus dites untuk

menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat terjadi.

6. Pengetesan sistem

Pengetesan sistem biasanya dilakukan setelah pengetesan program.

Pengetesan sistem (system testing) dilakukan untuk memeriksa kekompakan antar komponen sistem yang diimplementasi. Tujuan utama

dari pengetesan sistem ini adalah untuk memastikan bahwa elemen-elemen

atau komponen-komponen dari sistem telah berungsi sesuai dengan yang

diharapkan.

7. Konversi sistem

Proses konversi sistem merupakan proses untuk meletakkan sistem baru

(37)

2.1.10 Pengetahuan, sikap, kemudahan menggunakan, perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem

Pengetahuan dan sikap akan sangat mempengaruhi perilaku seseorang

(Azwar, 2005). Pengetahuan, sikap dan perilaku seharusnya berjalan sinergis

karena terbentuknya perilaku baru akan dimulai dari domain kognitif atau

pengetahuan yang selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk

sikap dan akan dibuktikan dengan adanya tindakan, perilaku atau praktek agar

hasil dan tujuan menjadi optimal sesuai yang diharapkan, akan tetapi pengetahuan

dan sikap tidak selalu akan diikuti oleh adanya tindakan atau perilaku

(Notoatmodjo, 2002).

Technology Acceptance Model (TAM) merupakan metode pendekatan untuk memahami sikap pengguna terhadap penerimaan teknologi dengan

pendekatan dua persepsi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat dan persepsi

pengguna terhadap kemudahan. Model TAM yang dikembangkan dari teori

psikologis menjelaskan perilaku dari pengguna komputer (Nasution, 2004).

Model tersebut mendasarkan pada dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Berlandasan pada kepercayaan (believe) 2. Sikap (attitude)

3. Intensitas (intention)

4. Hubungan perilaku pengguna (user behavioural relationship)

Persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi dapat diukur dari beberapa

(38)

1. Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan produktivitas pengguna,

2. Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja pengguna, dan

3. Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan efisiensi proses dari

aktivitas yang dilakukan oleh pengguna.

Persepsi para personil (orang-orang) yang terlibat dalam implementasi

sistem akan berpengaruh pada akhir suatu sistem, apakah sistem itu berhasil atau

tidak, dapat diterima atau tidak, bermanfaat atau tidak jika diterapkan (Nasution,

2004). Dengan demikian, kecanggihan teknologi saja tidak cukup, karena masih

harus didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas yang mampu

mengoperasikan teknologi secara tepat guna sehingga informasi yang dihasilkan

dapat maksimal. Maksimal dalam arti informasi tersebut memiliki kandungan

nilai tepat waktu, relevan, akurat dan terpercaya.

2.2 Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, kajian

teoritik dan empiris yang telah diuraikan dibagian awal, dapat dipergunakan

sebagai dasar dalam pembuatan model konseptual dalam penelitian ini.

Keberhasilan implementasi sistem dapat dinyatakan sebagai hubungan

yang bersifat saling mempengaruhi atau reciprocity artinya variabel independent dalam hal ini Pengetahuan, Sikap, Kemudahan Menggunakan, dan Perilaku

pengguna adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi secara langsung

terhadap keberhasilan Implementasi sistem. Pada pihak lain juga dapat

dipengaruhi oleh sistem dan mekanisme informasi yang berkualitas. Hubungan

(39)

sikap, kemudahan menggunakan, dan perilaku pengguna terhadap keberhasilan

implementasi sistem adalah suatu hubungan yang meliputi kedua tipologi

hubungan tersebut baik secara sederhana maupun secara majemuk.

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Pengetahuan

Sikap

Kemudahan Menggunakan

Perilaku Pengguna

Keberhasilan Implementasi Sistem

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara mengenai hubungan antar variabel

dalam suatu penelitian yang kebenarannya perlu dibuktikan, hipotesis yang akan

diuji dalam penelitian ini adalah :

H1 : Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengguna.

H2 : Sikap berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengguna.

H3 : Kemudahan menggunakan berpengaruh signifikan terhadap perilaku

pengguna.

H4 : Perilaku Pengguna berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan

(40)

Gambar 1.2 Hipotesis

Keberhasilan Implementasi

Sistem Pengetahuan

Sikap

Kemudahan Menggunakan

Perilaku Penggunaa

H1

H2

H3

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal

yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep dapat diamati atau

diobservasi ini penting karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi

orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang

dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain (Suryabrata,

2010:29).

Berikut ini akan dibuat suatu definisi operasional serta pengukuran

variabel, masing-masing variabel antara lain:

1. Pengetahuan Pengguna (X1)

Pengetahuan pengguna adalah, Pengetahuan setiap karyawan PT. Bambang

Djaja yang berpengaruh atas penggunaan Microsoft Axapta yang digunakan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pengetahuan pengguna adalah :

a. Pendidikan

Adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh setiap karyawan

(42)

b. Pengalaman

Adalah pengetahuan yang didapat melalui pengalaman pribadi atau

pangalaman orang lain (contoh : mendapatkan pengetahuan Microsoft

Axapta dari orang lain atau belajar sendiri).

c. Informasi

Adalah mendapatkan pengetahuan tentang sistem yang akan diterapkan

dari beberapa media massa, (misal: memperoleh pengetahuan dari

internet atau buku tentang Microsoft Axapta).

2. Sikap Pengguna (X2)

Sikap (attitude) seringkali diartikan sebagai persepsi seseorang (subjek) terhadap pandangan tertentu (objek). Dalam pengertian ini terkandung makna

yang sangat filosofis dan meliputi aktifitas individual dalam melakukan interaksi

tertentu terhadap objek tersebut. Yaitu Sikap karyawan PT. Bambang Djaja dan

kemampuan berinteraksinya terhadap penggunaan Microsoft Axapta tersebut.

Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap pengguna adalah :

a. Perasaan

Adalah perasaan senang, frustasi, dan, depresi pada saat menggunakan

komputer dengan Microsoft Axapta.

b. Keyakinan

Adalah tingkat keyakinan karyawan dalam memahami, melakukan

pekerjaannya dan menyelesaikan pekerjaannya, dengan adanya

(43)

c. Keinginan

Adalah tingkat keinginan karyawan untuk menggunakan dan

menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan Microsoft Axapta

tersebut.

3. Kemudahan Menggunakan (X3)

Adalah program Microsoft Axapta tersebut dapat dengan mudah untuk

dioperasikan oleh karyawan PT. Bambang Djaja sehingga dapat menunjang

kegiatan kerja karyawan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan

menggunakan adalah :

a. Komputer sangat mudah dipahami

Software Microsoft Axapta yang ada di dalam komputer mudah

dipahami oleh karyawan PT. Bambang Djaja.

b. Ketrampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer

Dengan software baru yang diterapkan yaitu Microsoft Axapta,

pengetahuan karyawan PT. Bambang Djaja bertambah.

c. Komputer mudah dioperasikan

(44)

4. Perilaku Pengguna (individu) (Y1)

Seseorang yang ingin mencapai tujuan tertentu akan tercermin melalui

perilakunya. Perilaku karyawan yang menunjang dalam menggunakan Microsft

Axapta yaitu:

a. Motivasi

Keinginan yang dapat mendorong karyawan PT. Bambang Djaja dalam

menggunakan baru yaitu Microsft Axapta.

b. Kemampuan

Karyawan PT. Bambang Djaja bisa menggunakan Microsf Axapta

untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

5. Keberhasilan Implementasi Sistem (Y2)

Adalah dimana sistem siap digunakan, kemudian diaplikasikan atau

diterapkan, dan kemudian berhasil diterapkan mencapai keberhasilan. Adapun

sistem yang digunakan adalah Microsoft Axapta yang digunakan oleh PT.

Bambang Djaja.

Indikator yang digunakan untuk mengukur Keberhasilan Implementasi Sistem

adalah :

a. Pemilihan personil

Karyawan PT. Bambang Djaja yang dipilih untuk menggunakan

Microsft Axapta berasal dari karyawan yang telah ada di perusahaan

dan sebelumnya pernah menggunakan software lama sebelum

(45)

b. Pelatihan karyawan

Kemudian karyawan yang pernah bekerja di PT. Bambang Djaja

diberikan pelatihan dalam mengoperasikan software baru yaitu

Microsft Axapta.

c. Pemilihan tempat

Peralatan-peralatan yang mendukung keberhasilan implementasi

seperti komputer, printer, dll harus diletakkan di tempat mudah

dijangkau dan nyaman sehingga karyawan pengguna Microsft Axapta

bisa mengoperasikannya dengan mudah.

d. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak

Dalam menggunakan Microsft Axapta membutuhkan perangkat keras

terbaru seperti komputer dengan kemampuan dan kapasitas yang lebih

besar dalam mengoperasikan Microsft Axapta dan pemilihan

program-program aplikasi pendukung (misal : program-program anti virus yang khusus

untuk perusahaan dan berbeda dengan seri yang untuk dijual umum,

dsb).

e. Pengetesan program

Mencoba program baru sebelum diterapkan dalam pengoperasian.

Setelah Microsft Axapta diinstal harus dites dahulu agar bisa

mengetahui ada kesalahan atau tidak dalam penginstalan. Jika ada

(46)

f. Pengetesan sistem

Setelah melakukan pengetesan program, pengetesan sistem dilakukan

agar memastikan bahwa komponen-komponen dari sistem telah

berfungsi sesuai yang diharapkan. Sistem yang ada dalam Microsoft

Axapta bisa diintegrasikan dengan sistem lain.

g. Konversi Sistem

Perubahan sistem lama ke sistem yang baru yaitu sebelumnya

karyawan PT. Bambang Djaja menggunakan Rasio dan sekarang

menggunakan Microsoft Axapta.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variabel penelitian digunakan skala Likert dimana

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan

menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-

indikator yang dapat diukur. Indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan

titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan

yang perlu dijawab oleh responden.

Bentuk setiap pertanyaan diungkapkan dari sangat tidak penting sampai

sangat penting dengan skor 1 sampai 5:

a. Sangat tidak baik 1

b. Tidak baik 2

c. Cukup baik 3

d. Baik 4

(47)

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentang yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2008:115).

Populasi disini adalah karyawan PT. Bambang Djaja yang menggunakan

Microsoft Axapta sebanyak 30 orang yang menjadi objek penelitian sebagai

sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). Jumlah sample dalam penelitian ini

berjumlah 30 orang yaitu karyawan yang menggunakan Microsoft Axapta.

3. Teknik Penarikan Sampel

Berdasarkan kriteria maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 30 orang pengguna, sehingga pemilihan dan penentuan sample

dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik sampling jenuh, yaitu

teknik dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakn langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(48)

3.3.1 Jenis Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer. Data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang akan diteliti. Untuk

pengumpulan data-data tersebut terutama data primer yaitu dengan menggunakan

instrumen penelitian yaitu kuesioner (Suyanto dan Sutinah, 2007:55). Menurut

Koentjaraningrat dalam Suyanto dan Sutinah, kuesioner tersebut dimaksudkan

sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban

dari para responden.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner,

pengambilan data ini diambil pada tahun 2011 dan untuk memperoleh data hasil

indikator keberhasilan implementasi sistem.

3.3.2 Sumber Data

Semua data penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner

kepada responden yaitu karyawan yang menggunakan Microsoft Axapta di PT.

Bambang Djaja.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian bertujuan untuk medapatkan informasi

sebagai penunjang keberhasilan dari suatu penelitian, maka di dalam penelitian ini

penulis dalam mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner

adalah alat pengumpulan data secara langsung yang berupa daftar pertanyaan

untuk disebarkan kepada objek penelitian yang kemudian dari hasil jawaban

(49)

3.3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Pada penelitian ini

kuesioner diisi oleh karyawan (responden). Sebelum kuesioner disebarkan ke

seluruh responden, terlebih dalulu dikonsultasikan kepada manager di PT.

Bambang Djaja untuk mengetahui apakah kalimat-kalimat dalam kuesioner cukup

dimengerti serta dengan tujuan untuk pembenahan.

3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.4.1 Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi. Validitas ini

untuk mengetahui apakah kuesioner dapat mengukur variabel yang diteliti secara

tepat. Menurut Pabundu (2006 : 65), arti validitas adalah kebenaran dan

keabsahan instrumen penelitian yang digunakan. Setiap penelitian selalu

dipertanyakan mengenai validitas alat yang digunakan. Suatu alat pengukur

dikatakan valid jika alat itu dipakai untuk mengukur sesuai dengan kegunaannya.

Menurut Pabundu (2006 : 66), untuk mengetahui nilai korelasi faktor,

digunakan rumus Product Moment Karl Pearson sebagai berikut :

R = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total.

X = skor pernyataan tiap butir.

Y = skor total.

(50)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji ini untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau diandalkan. Menurut Umar (2003 : 86), suatu pengukur bisa

dikatakan reliabel sepanjang pengukur tersebut mencapai suatu hasil-hasil yang

konsisten. Apabila suatu alat ukur yang berupa kuesioner dipakai dua kali untuk

mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif

konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel, dengan kata lain, reliabel

menunjukkan konsisten alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Masing-masing variabel dalam penelitian ini dihitung dengan

menggunakan alpha croanbach, untuk mengetahui reliabilitas skala pengukurannya. Rumus yang digunakan adalah alpha sebagai berikut :

r11 = 

r11 = nilai reliabilitas

si = jumlah varians skor tiap-tiap item pertanyaan

st = varians total

k = jumlah item pertanyaan

Menurut Riduwan (2007 : 118), pengujian reliabilitas akan memenuhi

syarat jika :

1. Jika r11 positif, serta r11 > r tabel, maka pernyataan tersebut reliabel.

2. Jika r11 negatif, serta r11 ≤ r tabel, maka pernyataan tersebut tidak

(51)

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Analisis ini dipakai untuk menggambarkan karakteristik

masing-masing variabel berdasarkan prosentase rerata (mean) dan

perkembangannya.

3.5.1.1 Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh variabel independent (Pengetahuan, Sikap, Kemudahan Menggunakan, dan Perilaku Pengguna) terhadap variabel

dependent (Keberhasilan Implementasi Sistem), digunakan metode SEM berbasis component atau Variance - Partial Least Square (PLS).

Partial Least Square dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai

metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk

laten dengan multiple indikator. Pada tahun 1966 Herman Wold

mempresentasikan dua prosedur interatif menggunakan metode estimasi least squares (LS) untuk single dan multi komponen model dan untuk canonical correlation (Ghozali, 2008: 17).

Menurut Ghozali (2008: 17-18) Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval, dan Rasio) PLS pada awalnya diberi nama

NIPALS (nonlinear iterative partial least square). Menurut Wold

dibandingkan dengan pendekatan lain dan khususnya metode maximum

likelihood, NIPALS lebih umum oleh karena bekerja dengan sejumlah kecil

(52)

pendekatan NIPALS memberikan model yang memiliki closer fit terhadap

hasil observasi.

3.5.1.2 Metode PLS

Partial Least Square merupakan metode analisis yang powerfull. Oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah

sample kecil. PLS dapat juga digunakan untuk konfirmasi teori. Dibandingkan

dengan CBSEM (yang diwakili oleh software LISREL, EQS, atau AMOS)

Component based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang dihadapi

oleh Covariance Based SEM (CBSEM) yaitu inadmissible solution dan faktor

indeterminacy (Ghozali, 2008: 18).

Secara filosofis perbedaan antara covariance based SEM dengan component based PLS adalah apakah kita akan menggunakan model persamaan

struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi

(Anderson dan Gerbing, 1988). Pada situasi dimana kita mempunyai dasar teori

yang kuat dan pengujian teori atau pengembangan teori utama riset, maka metode

dengan covariance based (Maximum Likelihood atau Generakized Least Square) lebih sesuai. Namun demikian adanya indeterminacy dari estimasi factor score

maka akan kehilangan ketepatan prediksi.

Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Dengan pendekatan

PLS diasumsikan bahwa semua ukuran variance adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Oleh karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten

(53)

indeterminacy dan memberikan model umum yang meliputi teknik korelasi kanonikal, redundancy analisis, regresi berganda, multivariate analisys of variance (MANOVA) dan principle component analisys.

Oleh karena PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri

analisis ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil

dengan perkiraan kasar yaitu :

1. Sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator (kausal) formatif

(catatan skala untuk konstruk yang didesain dengan refleksif indikator

dapat diabaikan), atau

2. Sepuluh kali dari jumlah terbesar structural path yang diarahkan pada

konstruk tertentu dalam model struktural.

PLS dapat dianggap sebagai model alternatif dari covariance based SEM, Menurut Joreskog dan Wold Maximum Likelihood berorientasi pada teori dan

menekankan transisi dari analisis exploratory ke cofirmatory, PLS dimaksudkan

untuk causal-predictive analisys dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah (Ghozali, 2008: 19).

3.5.1.3 Model Pengukuran atau Outer Model

Convergent Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score / Component score dengan konstruk

(54)

untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading

0,5 sampai 0,60 dianggap cukup (Ghozali, 2008: 24).

Menurut Ghozali (2008: 25). Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan crossloading

pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran

lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa

konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran

pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai Discriminant Validity adalah membandingkan nilai Square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model, jika nilai M akar

AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan

konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Berikut ini rumus menghitung AVE

∑λi² AVE = ____________

∑λi² + ∑i var(ε i)

Dimana λi adalah componen loading ke indikator dan var(ε i) = 1- λi² jika semua indikator di standardized, maka ukuran ini sama dengan average communalities dalam blok dan menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih

konservatif dibandingkan dengan composite reliability (ρc). Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0.50 (Ghozali, 2008: 25).

(55)

dikembangkan oleh Wert, Linn dan Joreskog dan Cronbach’s Alpha). Dengan

menggunakan output yang dihasilkan PLS maka Composite reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

( ∑λi )² ρc = _______________

( ∑λi )² + ∑i var(εi)

Dimana λi adalah componen loading ke indikator dan var(ε i) = 1- λi². Dibandingkan dengan Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan tau equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator bobot sama. Sehingga cronbach alpha cenderung lower bound estimate reliability, sedangkan ρc merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter adalah

akurat. Ρc sebagai ukuran internal consistence hanya dapat digunakan untuk konstruk dengan refleksif indikator.

3.5.2 Analisis Statistik Inferensial

Analisis yang dilakukan untuk menguji hubungan atau pengaruh antar

variabel yang diteliti.

3.5.2.1Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)

Pengujian Hipotesis mengenai pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial, dengan menggunakan uji t. Tahap uji t adalah

sebagai berikut :

a. Perumusan hipotesis

Ho : 1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1,

(56)

Ha : 1  0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1

terhadap variabel Y

b. Menentukan tingkat signifikansi, yang mana dalam penelitian ini taraf

signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% ( = 0,05) . Dengan derajat

bebas (df), (n-k) dimana n = jumlah sampel dan k = jumlah variabel.

Menentukan nilai t hitung :

t hitung = b1

Se(b1)

Dimana:

t hitung = t hasil perhitungan

b1

= Koefisien regresi

Se

= Standar error untuk masing-masing koefisien

(Sudjana, 2003:111)

c. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji dua pihak yang

berlaku ketentuan, bahwa bila , t hitung berada pada daerah penerimaan Ho

atau terletak di antara harga tabel. Maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Dengan demikian bila t hitung lebih kecil atau sama dengan ( < ) dari harga

tabel maka Ho diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak

dilihat ( + ) atau ( - ) nya Bila taraf signifikansi () ditetapkan 5%,

sedangkan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak, maka

harga t tabel adalah = 1,960

d. Menentukan keputusan terhadap hipotesis dengan membandingkan Thitung

(57)

45

lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05, maka Ho diterima H1

ditolak dan sebaliknya.

e. Kriteria pengujian

Membandingkan nilai t tabel dengan t hitung

1. Bila t hitung  -t tabel atau t hitung  t tabel , maka Ho ditolak dan H1

diterima

2. Bila t tabel  t hitung  t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak Ho

diterima, jika -t tabel  t hitung  t tabel . Artinya variabel independen

secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen

Ho diterima, jika t hitung  t tabel  -t tabel . Artinya variabel

independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.

3.5.2.2Evaluasi Model

Oleh Karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk

estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter

tidak diperlukan (Ghozali, 2008: 24). Model evaluasi PLS berdasarkan pada

pengukuran prediksi yang mempunyai sifat Non-parametrik, Maka untuk

mengujinya adalah dengan menggunakan model pengukuran atau outer model

dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergen dan Discriminant Validity

Gambar

Gambar 4.3 Hasil estimasi diagram yang sudah dianalisis........................... 75
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Gambar 1.2 Hipotesis
tabel maka Ho diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, responden terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku setelah mendapat pendidikan kesehatan Adanya perbedan pengetahuan, sikap

Besarnya pengaruh tersebut menunjukkan bahwa kontribusi variabel pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap efektivitas komunikasi adalah positif artinya jika

Berdasarkan data penelitian tentang perilaku swamedikasi diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan pengetahuan, sikap dan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kemudahan, Manfaat, Sikap, dan Kontrol Perilaku Mahasiswa dalam Proses Penggunaan Mobile Banking Melalui Minat adalah

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga tertinggi adalah pengetahuan cukup (60,0%), sikap baik (95,3%) dan perilaku baik (62,4%)

Variabel persepsi manfaat, persepsi kemudahan, sikap penggunaan, dan minat untuk menggunakan yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap ERP secara keseluruhan berada

Penelitian ini dilakukan dengan mengangkat tiga variabel bebas yaitu Sales promotion X1, Kemudahan X2, Kepuasan X3 terhadap Sikap konsumen Y pengguna aplikasi e-wallet gopay sebagai

KESIMPULAN Pada penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan perilaku, dan sikap dengan perilaku pada