PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEMUDAHAN MENGGUNAKAN, TERHADAP PERILAKU PENGGUNA
DAN KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SISTEM
(Studi pada penggunaan Microsoft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
OKY PERMATASARI 0742010057
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEMUDAHAN MENGGUNAKAN, TERHADAP PERILAKU PENGGUNA
DAN KEBERHASILAN IMPLEMENTASI SISTEM (Studi pada penggunaan Microsoft Axapta PT. Bambang Djaja,
Surabaya)
Oleh :
OKY PERMATASARI 0742010057
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 14 Juni 2011
Menyetujui,
DOSEN PEMBIMBING TIM PENGUJI 1. Ketua
R.Y.Rusdianto, S. Sos , M.Si Drs. Nurhadi, M.Si
NPT. 3 7206 95 00461 NIP.196902011994031001
2. Sekretaris
R.Y.Rusdianto, S. Sos ,M.Si
NPT. 3 7206 95 00461
3. Anggota
Dra. Siti Ning Farida, Msi NIP.196407291990032001
MENGETAHUI DEKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada penggunaan Microsft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak R.Y. Rusdianto, S.Sos,
M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spritual maupun materiil. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si, selaku PLH Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang tidak dapat disebutkan
4. Bapak Chairul Arifandi dan Bapak Limi Mulyadi yang sudah banyak
membantu saya dalam memberikan dan melengkapi data sebagai bahan laporan penulis.
5. Semua keluarga yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik materiil maupun spiritual.
6. Dan teman-teman terdekat saya yang selalu mendukung saya.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, Juni 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI... xi
BAB I PENDAHULUAN... 01
1.1 Latar Belakang ... 01
1.2 Perumusan Masalah ... 04
1.3 Tujuan Penelitian ... 05
1.4 Manfaat Penelitian ... 05
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 06
2.1 Landasan Teori ... 06
2.1.1 Konsep Sistem Informasi ... 06
2.1.2 Konsep dasar Sistem ... 06
2.1.2.1 Pengertian Sistem... 07
2.1.2.2 Karakteristik Sistem ... 07
2.1.3 Analisis Sistem... 09
2.1.4 Konsep dasar Informasi ... 09
2.1.5 Pengetahuan ... 10
2.1.5.2 Indikator Pengetahuan... 12
2.1.6 Sikap... 13
2.1.6.1 Fungsi Sikap... 14
2.1.6.2 Pembentukan Sikap... 15
2.1.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ... 16
2.1.6.4 Indikator Sikap ... 17
2.1.7 Persepsi kemudahan menggunakan... 18
2.1.7.1 Indikator kemudahan menggunakan ... 19
2.1.8 Perilaku ... 19
2.1.8.1 Indikator Perilaku... 20
2.1.9 Implementasi sistem... 21
2.1.9.1 Pendekatan Implementasi ... 21
2.1.9.2 Menerapkan rencana Implementasi... 22
2.1.9.3 Indikator Implementasi sistem ... 23
2.1.10 Pengetahuan, sikap, kemudahan menggunakan, perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem ... 25
2.2 Kerangka Berpikir... 26
2.3 Hipotesis... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 29
3.1.1 Definisi Operasional ... 29
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 34
3.3 Teknik Pengumpulan Data... 35
3.3.1 Jenis Data ... 36
3.3.2 Sumber Data... 36
3.3.3 Pengumpulan Data ... 36
3.3.4 Instrumen Penelitian ... 37
3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 37
3.4.1 Uji Validitas ... 37
3.4.2 Uji Reliabilitas ... 38
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 39
3.5.1 Teknik Analisis Statistik Deskriptif ... 39
3.5.1.1 Teknik Analisis Data... 39
3.5.1.2 Metode PLS... 40
3.5.1.3 Model Pengukuran atau Oyter Model ... 41
3.5.2 Analisis Statistik Inferensial ... 43
3.5.2.1Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)... 43
3.5.2.2Evaluasi Model... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
4.1 Gambaran Umum ... 46
4.1.1 Profil Perusahaan ... 46
4.1.2 Lokasi Perusahaan... 47
4.1.3 Visi Perusahaan... 48
4.1.4 Tugas tugas Jabatan di Perusahaan ... 49
4.1.6 Standart Mutu dan Kualitas... 54
4.2 Penyajian Data ... 54
4.2.1 Hasil Kuesioner (Distribusi Frekuensi)... 54
4.3 Analisis dan Uji Hipotesis... 59
4.3.1 Uji Validitas ... 59
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 62
4.3.3 Teknik Analisis Statistik Deskriptif Identitas Responden ... 63
4.3.4 Teknik Analisis Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian... 65
4.3.5 Teknik Analisis Statistik Inferensial ... 71
4.3.6 Membaca Hasil Outer Model atau Measurement Model ... 72
4.3.5.1 Convergent Validity ... 72
4.3.6.2 Composite Reliability ... 76
4.3.6.3 Discriminant Validity...71
4.4 Pembahasan...80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...82
5.1 Kesimpulan ...82
5.2 Saran ...83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 27 Gambar 1.2 Hipotesis... 28
Gambar 4.1 Organizational Structure of PT.Bambang Djaja ... 52 Gambar 4.2 Diagram jalur hubungan Kausalitas antar Konstruk
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Frequency Table Lampiran 2 Descriptives Lampiran 3 Reliability Lampiran 4 Cronbachs Alpha Lampiran 5 AVE
Lampiran 6 Path Coefficients Lampiran 7 Outer Loadings
Lampiran 8 Hasil Kuesioner Responden Lampiran 9 Correlations
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Variabel Pengetahuan ... 54
Tabel 4.2 Variabel Sikap... 55
Tabel 4.3 Variabel Kemudahan menggunakan ... 56
Tabel 4.4 Variabel Pengetahuan ... 57
Tabel 4.5 Variabel Implementasi Sistem ... 58
Tabel 4.6 Validitas Variabel Pengetahuan ... 59
Tabel 4.7 Validitas Variabel Sikap ... 60
Tabel 4.8 Validitas Variabel Kemudahan Menggunakan ... 60
Tabel 4.9 Validitas Variabel Perilaku Pengguna ... 61
Tabel 4.10 Validitas Variabel Implementasi Sistem... 61
Tabel 4.11 Uji Reliabilitas ... 62
Tabel 4.12 Deskripsi Jenis Kelamin Responden... 63
Tabel 4.13 Deskripsi Usia Responden ... 64
Tabel 4.14 Lama Bekerja Responden ... 65
Tabel 4.15 Mean Variabel Pengetahuan ... 66
Tabel 4.16 Mean Variabel Sikap... 67
Tabel 4.17 Mean Variabel Kemudahan Menggunakan... 68
Tabel 4.18 Mean Variabel Perilaku Pengguna... 69
Tabel 4.19 Mean Variabel Implementasi Sistem ... 70
Tabel 4.20 Koefisien Variabel ... 71
Tabel 4.21 Composite Reliability ... 76
Tabel 4.22 Cross Loading ... 77
ABSTRAKSI
OKY PERMATASARI. Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada penggunaan Microsft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya).
Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam berbagai bentuk aplikasi yang sesuai, akan sangat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelesaian pekerjaan. PT. Bambang Djaja merupakan perusahaan Transformator. PT. Bambang Djaja berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya dengan pengelolaan database pelanggan Transformator dalam menghasilkan informasi yang berkualitas.
Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh pengetahuan Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna, menganalisis dan menjelaskan pengaruh sikap pengguna Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna, menganalisis dan menjelaskan pengaruh kemudahan menggunakan Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna dan menganalisis dan menjelaskan pengaruh perilaku pengguna terhadap keberhasilan implementasi sistem. PT. Bambang Djaja menggunakan sistem informasi terbaru dengan Microsoft Axapta yang mempunyai keistimewaan tersendiri terhadap solusinya sehingga Microsoft Axapta ini dapat dengan mudah diintegrasikan dengan produk Microsoft lainnya, misalnya Microsoft Word, Excel dan lain-lain. Keberhasilan implementasi sistem dapat dinyatakan sebagai hubungan yang bersifat saling mempengaruhi atau reciprocity artinya variabel independent dalam hal ini Pengetahuan, Sikap, Kemudahan Menggunakan, dan Perilaku pengguna adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap keberhasilan Implementasi sistem.
Variabel penelitian yang digunakan adalah pengetahuan, sikap, kemudahan menggunakan, perilaku pengguna dan implementasi sistem dengan menggunakan sampel penelitian yaitu karyawan yang menggunakan Microsoft Axapta, sumber data diperoleh dari PT. Bambang Djaja Surabaya. Teknik analisis yang digunakan adalah metode SEM berbasis component atau Variance - Partial Least Square (PLS).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan Teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku pengguna, variabel Sikap pengguna Teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku pengguna, variabel Kemudahan menggunakan Teknologi Informasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel perilaku pengguna dan variabel Perilaku pengguna Teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap variabel implementasi sistem.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Penggunaan teknologi informasi (TI) dalam berbagai bentuk aplikasi yang
sesuai, akan sangat membantu meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelesaian
pekerjaan. Jadi (TI) akan memberikan dampak positif pada pengguna akhir jika
teknologi tersebut sesuai dengan tugas-tugas individu dan digunakan secara
optimal, seperti halnya di perusahaan Transformator yang juga merupakan
organisasi modern yang melakukan kegiatannya dengan menggunakan teknologi
informasi TI.
Teknologi Informasi sangat membantu kegiatan para pegawai dalam
mengolah data yang sudah mempunyai sistem infomasi dan teknologi informasi
terintegrasi diseluruh unit kerjanya (Fully Computerized). Akan tetapi pelaksanaan kegiatan tersebut tidak hanya tergantung pada teknologi komputer
saja, melainkan juga yang berkenaan dengan tingkat (pengetahuan) keahlian
individu atau perilaku yang mempengaruhi pengadopsian Teknologi Informasi.
Aspek sikap pengguna akhir merupakan faktor penting yang memberi
kontribusi terhadap penerimaan Teknologi Informasi. Setiap individu akan
bersikap positif terhadap kehadiran teknologi komputer jika merasakan manfaat
(perceived usefulness), teknologi komputer untuk meningkatkan kinerja dan produktifitas, dan manfaat yang dirasakan oleh pengguna akhir disebabkan oleh
Penggunaan teknologi informasi yang canggih berbasis komputer
memungkinkan manajemen untuk menerapkan sistem informasi yang dapat
memberikan informasi-informasi yang diorientasikan untuk membantu para
manajer membuat keputusan manajerial dan para staff untuk menyelesaikan tugas
yang dibebankan oleh organisasi kepadanya.
Teknologi informasi suatu organisasi digunakan untuk meningkatkan
kinerja para individual sebagai anggota organisasi yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja organisasi.
Kemanfaatan dan kemudahan penggunaan mempunyai pengaruh ke minat
perilaku. Peminat teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi
(minat perilaku) jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah digunakan.
Pemakai sistem informasi akan lebih banyak memanfaatkan sistem jika sistem
informasi tersebut mudah digunakan. Sebaliknya jika sistem informasi tidak
mudah digunakan (rumit) pemakai akan lebih sedikit dalam memanfaatkan
sistem informasi tersebut.
Sikap dan perilaku pengguna akhir terhadap pemanfaatan dan penerimaan
kepada sebuah Teknologi Informasi baru telah diketahui oleh para peneliti dan
dinyatakan sebagai faktor utama dalam penggunaan yang sukses. Semakin banyak
penerimaan terhadap Teknologi Informasi baru oleh pengguna akhir maka
semakin banyak kemauan dari pengguna akhir untuk membuat perubahan dalam
praktek jangka panjang, baik dalam menggunakan dan memadukan Teknologi
PT. Bambang Djaja merupakan perusahaan Transformator. PT. Bambang
Djaja berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satunya
dengan pengelolaan database pelanggan Transformator dalam menghasilkan informasi yang berkualitas.
Sebelum menggunakan Microsoft Axapta, B&D memakai software
RASIO yang berjalan menggunakan DOS. Alasan mereka merubah program
Rasio dengan Microsft Axapta adalah karena Axapta memiliki database, fungsi,
dan integrasi modul yang lebih baik dibandingkan Rasio. Selain itu, Implemetasi
ERP dengan menggunakan microsoft AXAPTA pada perusahaan PT. Bambang
Djaja dikarenakan dapat memenuhi kebutuhan proses bisnis perusahaan yang
memerlukan keputusan cepat dan terintegrasi sehingga dapat mengambil
keputusan dengan tepat. Microsoft Axapta ini mempunyai keistimewaan tersendiri
terhadap solusinya sehingga axapta ini dapat dengan mudah diintegrasikan dengan
produk Microsoft lainnya, misalnya Microsoft Word, Excel dan lain-lain.
Tidak semua pengguna dapat menggunakan Microsoft Axapta. Untuk itu
para pengguna diberi pelatihan dan cara agar mengerti dan memahami Microsoft
Sehingga pada saat ini penulis tertarik untuk mengangkat masalah
mengenai Sistem Informasi Manajemen dengan Microsoft Axapta yang
diaplikasikan yang ada di salah satu perusahaan swasta, PT. Bambang Djaja,
Surabaya.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka penelitian ini dilakukan
untuk memahami model hubungan yang terjadi antara variabel pengetahuan,
Sikap pengguna akan TI, kemudahan menggunakan TI, perilaku pengguna, dan
keberhasilan implementasi sistem. Sehingga untuk kelancaran dan kesuksesan
penelitian ini maka penulis akan mengikutsertakan karyawan yang berinteraksi
langsung dengan penggunaan TI, di Perusahaan tersebut (PT. Bambang Djaja,
Surabaya) untuk ikut berpartisipasi.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh pengetahuan, sikap, dan kemudahan menggunakan, terhadap perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem (Studi pada
penggunaan Microsoft Axapta PT. Bambang Djaja, Surabaya)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dirumuskan beberapa
masalah berikut ini :
1. Apakah pengetahuan Teknologi Informasi berpengaruh terhadap
perilaku pengguna?
2. Apakah sikap pengguna Teknologi Informasi berpengaruh terhadap
3. Apakah kemudahan menggunakan Teknologi Informasi berpengaruh
terhadap perilaku pengguna?
4. Apakah perilaku pengguna berpengaruh terhadap keberhasilan
implementasi sistem?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh pengetahuan Teknologi
Informasi terhadap perilaku pengguna
2. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh sikap pengguna
Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna
3. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh kemudahan
menggunakan Teknologi Informasi terhadap perilaku pengguna
4. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh perilaku pengguna
terhadap keberhasilan implementasi sistem
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan bagi manajemen PT.
Bambang Djaja, Surabaya pada khususnya, dalam mengembangkan
teknologi informasi (Microsoft Axapta) dengan lebih baik.
2. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu
Sistem Informasi Manajemen yang berkaitan dengan variabel-variabel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Konsep Sistem Informasi
Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting dan
dikatakan bernilai apabila manfaat dari informasi tersebut lebih efektif di
bandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya di dalam pengambilan
keputusan informasi itu sendiri dapat diperoleh dari sistem informasi atau disebut
juga Processing system.
Menurut Hall dalam buku Abdul Kadir (2003 : 11) Sistem informasi
adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokan, diproses
menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai.
Dari beberapa kutipan diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
sistem informasi merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengolah data
menjadi bentuk yang lebih berguna bagi pihak tertentu dalam pengambilan
keputusan.
2.1.2 Konsep Dasar Sistem
Istilah sistem sekarang ini banyak dipakai, konsep-konsep yang
berhubungan dengan sistem yang telah diterapkan dalam berbagai rancangan
sistem terhadap pemecahan masalah dan manajemen. Sebuah sistem terdiri atas
yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan
manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan dan mengelola data serta
menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai (Gelinas, dalam Abdul
Kadir, 2003: 11).
2.1.2.1 Pengertian Sistem
Sistem dapat didefinisikan dengan dua pendekatan, yaitu sistem yang
menekankan pada elemen atau komponennya. Menurut Abdul Kadir (2003 :
54) ”Sistem adalah kumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan”.
2.1.2.2 Karakteristik Sistem
Menyangkut pemahaman tentang karakteristik sistem, Menurut Jogiyanto
(2004 : 684) berpendapat bahwa sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat
tertentu :
1. Komponen Sistem (Component)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen-komponen yang saling
berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan.
Komponen atau elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau
bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk
menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara
2. Batas Sistem (Boundary)
Merupakan daerah yang membatasi antara satu sistem dengan sistem yang
lain atau lingkungan luarnya. Batas suatu sistem menunjukan ruang lingkup
(Scope) dari sistem tersebut.
3. Lingkungan Luar Sistem (Environment)
Bentuk apapun yang ada di luar ruang lingkup atau batasan sistem yang
mempengaruhi operasi sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan
merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan
dipelihara.
4. Penghubung Sistem (Interface)
Merupakan media penghubung antara subsistem dengan subsistem yang
lainnya. Dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi dengan
subsistem lainnya membentuk satu kesatuan.
5. Masukan Sistem (Input)
Adalah energi yang dimasukan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa
masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Contoh, di dalam suatu unit sistem komputer ”Program” adalah maintenance input dan ”data” adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
6. Keluaran Sistem (output)
Adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran
yang berguna. Keluaran dapat berupa masukan untuk subsistem yang lain atau
7. Pengolah Sistem (process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah
masukan menjadi keluaran.
8. Sasaran Sistem (Objective)
Suatu sistem dapat mempunyai tujuan atau sasaran. Sasaran dari sistem
sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang
akan dihasilkan sistem.
2.1.3 Analisis Sistem
Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh ke bagian–bagian komponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahannya,
kesempatan-kesempatan dan hambatan-hambatan yang terjadi dan
kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.
2.1.4 Konsep dasar Informasi
Menurut Davis dalam buku Abdul Kadir (2003 : 31) Informasi adalah data
yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.
Menyangkut tentang pengertian informasi ini, Jogiyanto (2004 : 692)
berpendapat bahwa :
Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi
merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari
pengolahan tersebut bisa menjadi informasi jika tidak dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat luas.
Menurut Jogiyanto (2004 : 696), kualitas dari suatu informasi tergantung
dari tiga hal yaitu :
1. Akurat
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi dan
selain itu harus jelas maksud dan tujuannya, sehingga output (keluaran) bisa di
pertangung jawabkan.
2. Tepat waktu
Informasi pada saat diperlukan tidak boleh terlambat karena informasi yang
terlambat tidak akan mempunyai nilai lagi dalam pengambilan suatu keputusan.
3. Relevan
Informasi harus bermanfaat dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pemakai.
2.1.5 Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003 : 121), pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu melalui panca indera manusia.
2.1.5.1Tingkatan pengetahuan
Notoatmodjo (2003:3), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang
terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini
1. Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat
kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus
dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks
atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada
kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.
2.1.5.2 Indikator Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003:18) faktor yang berpengaruh dalam tingkat
pengetahuan seseorang antara lain :
a. Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau
meningkatkan kemampuan masyarakat individu tentang aspek-aspek
yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang. Pendidikan formal dan non-formal. Sistem pendidikan
yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan
melalui pola tertentu.
b. Pengalaman
Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO,
menganalisa bahwa menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu
diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek
tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain (Notoatmodjo,
2003: 143).
c. Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa
media massa dianggap sebagai informasi yang memiliki peranan
penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam
tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial
dimana media massa ini nantinya mempengaruhi fungsi kognitif,
afektif dan perilaku (Notoatmodjo, 2003: 102).
2.1.6 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan suatu reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
(Notoatmodjo, 2003).
Sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan
dengan persepsi, kepribadian, perasaan dan motivasi (John, et al, 2006 : 87). Sikap
merupakan keadaan mental yang dipelajari dan diorganisasikan melalui
orang lain, objek, situasi yang berhubungan. Kita semua memiliki sikap terhadap
berbagai topik seperti komputer, jogging, restoran, teman, pekerjaan, agama, pemerintah, perawatan, orang tua, kejahatan, pendidikan dan pajak penghasilan.
Definisi sikap ini memiliki implikasi bagi manajer (John, et al, 2006 : 87).
Pertama, sikap adalah sesuatu yang dipelajari. Kedua, sikap menentukan
pandangan awal seseorang terhadap berbagai aspek di dunia. Ketiga, sikap
membangun dasar emosional hubungan interpersonal seseorang dan identifikasi
dengan orang lain. Keempat, sikap diorganisasikan dan dekat dengan inti
kepribadian. Beberapa sikap bersifat konsisten dan bertahan untuk waktu yang
lama. Akan tetapi, seperti variabel psikologis yang lain, sikap dapat berubah.
2.1.6.1 Fungsi Sikap
Menurut Katz dikutip dalam Maramis, Willy F. (2006: 257) sikap
mempunyai empat fungsi yaitu:
a) Fungsi penyesuaian
Suatu sikap dapat dipertahankan karena mempunyai nilai menolong yang
berguna; memungkinkan individu untuk mengurangi hukuman dan
menambah ganjaran bila berhadapan dengan orang-orang di sekitarnya.
Fungsi ini berhubungan dengan teori proses belajar.
b) Fungsi pembelaan ego
Fungsi ini berhubungan dengan teori Sigmund Freud, yang menjelaskan
bahwa sikap itu “membela” individu terhadap informasi yang tidak
menyenangkan atau yang mengancam, kalau tidak ia harus
c) Fungsi ekspresi nilai
Beberapa sikap dipegang seseorang karena mewujudkan nilai-nilai pokok
dan konsep dirinya. Kita semua mengganggap diri kita sebagai orang yang
seperti ini atau itu (apakah sesungguhnya demikian atau tidak adalah soal
lain); dengan mempunyai sikap tertentu anggapan itu ditunjang.
d) Fungsi pengetahuan
Kita harus dapat memahami dan mengatur dunia sekitar kita. Suatu sikap
yang dapat membantu fungsi ini memungkinkan individu untuk mengatur
dan membentuk beberapa aspek pengalamannya.
2.1.6.2 Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap menurut Saiffudin, Azwar (2003: 30) yaitu sikap
sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi
sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan
antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interkasi sosial, terjadi
hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain,
terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku
masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial ini
meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan
2.1.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Menurut Saiffudin, Azwar (2003: 30-36) faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap adalah :
a) Pengalaman Pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu
dasar terbentuknya sikap, untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan
dengan objek psikologis.
b) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, atau
seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
c) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
d) Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa
informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai
e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f) Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.1.6.4 Indikator Sikap
Menurut Saiffudin, Azwar (2003: 24-27) sikap terbentuk dari tiga
komponen yaitu:
a) Komponen kognitif (cognitive)
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia
akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari
b) Komponen afektif (affective)
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c) Komponen perilaku (behaviour/conative)
Dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya.
Dalam bagian lain Allport dikutip dalam Notoadmodjo, (2007: 143)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:
a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2007: 143).
2.1.7 Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use).
Kemudahan penggunaan (ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha
(Jogiyanto, 2007:114). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga)
Menurut Davis dalam Fahmi (2004 : 5) kemudahan menggunakan adalah
suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah
dipahami. Sistem yang sering digunakan menunjukan bahwa sistem tersebut lebih
dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh penggunanya.
2.1.7.1 Indikator Kemudahan Menggunakan
Menurut Davis dalam Fahmi (2004 : 5) ada beberapa indikator kemudahan
penggunaan teknologi informasi yaitu :
a. Komputer sangat mudah dipelajari.
b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh
pengguna.
c. User Interface (tampilan).
2.1.8 Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, bicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan
Perilaku (behaviour) adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem informasi, perilaku (behaviour) adalah penggunaan sesungguhnya (actual usage) dari teknologi (Jogiyanto 2007:117). Di dalam berbagai penelitian karena penggunaan sesungguhnya tidak dapat diobservasi oleh
peneliti yang menggunakan daftar pertanyaan, maka penggunaan sesungguhnya
ini banyak diganti dengan nama pemakaian persepsi (perceived usage).
2.1.8.1 Indikator Perilaku
Seseorang yang ingin mencapai tujuan tertentu akan tercermin melalui
perilakunya. Karena perilaku seseorang tidak timbul dengan sendirinya tetapi
akibat adanya stimulus baik dari internal maupun eksternal (sebagian besar
perilaku manusia merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dan dipelajari
melalui proses belajar. Menurut Winardi (2004:197) perilaku dapat diukur
melalui:
a. Motivasi
Yaitu kondisi yang menggerakan manusia ke arah tujuan suatu tertentu.
Motivasi dapat berperan sebagai pendorong atau penggerak karyawan
untuk bekerja.
b. Kemampuan
Kemampuan merujuk ke suatu kapasitas individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Dengan kemampuan yang dimiliki
oleh seorang karyawan diharapkan mampu mendukung kegiatan karyawan
2.1.9 Implementasi Sistem
Sistem telah dianalisi dan didesain secara rinci dan teknologi telah
diseleksi dan dipilih. Tiba saatnya sekarang sistem untuk diimplementasikan
(diterapkan). Tahap implementasi sistem (systems implementation) merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap dioperasikan. Tahap ini termasuk juga
kegiatan menulis kode program jika tidak digunakan paket perangkat lunak
aplikasi. Tahap implementasi sistem dapat terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut : (Jogiyanto, 2005:573)
1. Menerapkan rencana implementasi
2. Melakukan kegiatan implementasi
3. Tindak lanjut implementasi
2.1.9.1Pendekatan Implementasi
Proses yang menjamin bahwa sistem operasi adalah operasional dan
kemudian membolehkan pemakai untuk mengambil alih operasi untuk
penggunaan dan penilaian yang disebut implementasi (Kendall, 2003:363).
Penganalisis sistem memiliki beberapa pendekatan untuk implementasi
yang dipandang sebagai perubahan terhadap sistem baru yang sedang disiapkan.
Mereka memasukkan perubahan daya komputer lebih banyak pemakai melalui
proses terdistribusi, pelatihan pemakai, pengubahan dari sistem lama, dan
penilaian sistem baru.
Pendekatan pertama untuk implementasi menyangkut perpindahan daya
komputer dan bertanggung jawab kepada kelompok diseluruh kegiatan dengan
bantuan komputer yang terdistribusi.
Pendekatan kedua untuk implementasi adalah menggunakan strategi
berbeda untuk pelatihan pemakai dan personal, meliputi dengan membawa
mereka pada tingkatnya sendiri, menggunakan berbagai teknik pelatihan dan
menjamin bahwa setiap pemakai mengerti peraturan baru apa pun yang harus dia
ambil karena sistem informasi yang baru.
Pendekatan ketiga untuk implementasi adalah memilih sebuah strategi
perubahan. Menganalisis sistem perlu untuk menimbang situasi dan mengusulkan
rencana perubahan yang tepat untuk organisasi dan sistem informasi tertentu.
Pendekatan keempat untuk implementasi meliputi penilaian sistem
informasi baru atau yang dimodifikasi. Penganalisis perlu untuk merumuskan
hasil ukuran untuk menilai sistem. Penilaian berasal dari pemakai, manajemen dan
penganalisis sendiri.
2.1.9.2Menerapkan Rencana Implementasi
Supaya kegiatan implementasi nantinya dapat beroperasi sesuai dengan
yang diharapkan, maka suatu rencana implementasi perlu dibuat terlebih dahulu.
Rencana implementasi (implementation plan) dengan demikian merupakan kegiatan awal dari tahap implementasi sistem. Rencana implementasi
dimaksudkan terutama untuk mengatur biaya dan waktu yang dibutuhkan selama
tahap implementasi (Kendall, 2003:363).
Dalam rencana implementasi ini, semua biaya yang akan dikeluarkan
Anggaran biaya ini selanjutnya juga berfungsi sebagai pengendalian terhadap
biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan implementasi juga perlu diatur dalam rencana implementasi dalam
bentuk skedul waktu. Skedul waktu berfungsi sebagai pengendalian terhadap
waktu implementasi. (Kendall, 2003:364).
2.1.9.3Indikator Implementasi Sistem
Kegiatan implementasi dilakukan dengan dasar kegiatan yang telah
direncanakan dalam rencana implementasi. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan dalam tahap implementasi ini adalah sebagai berikut (Jogiyanto,
2005:574):
1. Pemilihan personil
Personil yang dipilih dapat berasal dari dua sumber, yaitu
karyawan-karyawan yang telah ada di perusahaan atau calon karyawan-karyawan dari luar
perusahaan.
2. Pelatihan karyawan
Personil-personil yang akan menduduki posisi yang baru perlu dilatih
untuk hal-hal yang mereka belum memahaminya.
3. Pemilihan tempat
Jika peralatan baru akan dimiliki, maka tempat atau ruangan untuk
peralatan ini perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Keamanan fisik dari
tempat ini perlu juga dipertimbangkan. Sistem komputer yang besar
Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah perletakan perabot-perabot
sehingga semua peralatan dapat mudah dijangkau secara efektif.
4. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak
Langkah selanjutnya setelah persiapan fisik tempat adalah menginstalasi
perangkat keras yang sudah dikirim dan menginstalasi perangkat lunak
yang sudah ada. Perangkat keras dan perangkat lunak biasanya dipasang
oleh penjual dan dites antara penjual bersama-sama dengan pembeli.
5. Pengetesan program
Sebelum program diterapkan, maka program harus bebas terlebih dahulu
dari kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu program harus dites untuk
menemukan kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat terjadi.
6. Pengetesan sistem
Pengetesan sistem biasanya dilakukan setelah pengetesan program.
Pengetesan sistem (system testing) dilakukan untuk memeriksa kekompakan antar komponen sistem yang diimplementasi. Tujuan utama
dari pengetesan sistem ini adalah untuk memastikan bahwa elemen-elemen
atau komponen-komponen dari sistem telah berungsi sesuai dengan yang
diharapkan.
7. Konversi sistem
Proses konversi sistem merupakan proses untuk meletakkan sistem baru
2.1.10 Pengetahuan, sikap, kemudahan menggunakan, perilaku pengguna dan keberhasilan implementasi sistem
Pengetahuan dan sikap akan sangat mempengaruhi perilaku seseorang
(Azwar, 2005). Pengetahuan, sikap dan perilaku seharusnya berjalan sinergis
karena terbentuknya perilaku baru akan dimulai dari domain kognitif atau
pengetahuan yang selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk
sikap dan akan dibuktikan dengan adanya tindakan, perilaku atau praktek agar
hasil dan tujuan menjadi optimal sesuai yang diharapkan, akan tetapi pengetahuan
dan sikap tidak selalu akan diikuti oleh adanya tindakan atau perilaku
(Notoatmodjo, 2002).
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan metode pendekatan untuk memahami sikap pengguna terhadap penerimaan teknologi dengan
pendekatan dua persepsi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat dan persepsi
pengguna terhadap kemudahan. Model TAM yang dikembangkan dari teori
psikologis menjelaskan perilaku dari pengguna komputer (Nasution, 2004).
Model tersebut mendasarkan pada dimensi-dimensi sebagai berikut:
1. Berlandasan pada kepercayaan (believe) 2. Sikap (attitude)
3. Intensitas (intention)
4. Hubungan perilaku pengguna (user behavioural relationship)
Persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi dapat diukur dari beberapa
1. Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan produktivitas pengguna,
2. Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja pengguna, dan
3. Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan efisiensi proses dari
aktivitas yang dilakukan oleh pengguna.
Persepsi para personil (orang-orang) yang terlibat dalam implementasi
sistem akan berpengaruh pada akhir suatu sistem, apakah sistem itu berhasil atau
tidak, dapat diterima atau tidak, bermanfaat atau tidak jika diterapkan (Nasution,
2004). Dengan demikian, kecanggihan teknologi saja tidak cukup, karena masih
harus didukung oleh sumberdaya manusia yang berkualitas yang mampu
mengoperasikan teknologi secara tepat guna sehingga informasi yang dihasilkan
dapat maksimal. Maksimal dalam arti informasi tersebut memiliki kandungan
nilai tepat waktu, relevan, akurat dan terpercaya.
2.2 Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, kajian
teoritik dan empiris yang telah diuraikan dibagian awal, dapat dipergunakan
sebagai dasar dalam pembuatan model konseptual dalam penelitian ini.
Keberhasilan implementasi sistem dapat dinyatakan sebagai hubungan
yang bersifat saling mempengaruhi atau reciprocity artinya variabel independent dalam hal ini Pengetahuan, Sikap, Kemudahan Menggunakan, dan Perilaku
pengguna adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi secara langsung
terhadap keberhasilan Implementasi sistem. Pada pihak lain juga dapat
dipengaruhi oleh sistem dan mekanisme informasi yang berkualitas. Hubungan
sikap, kemudahan menggunakan, dan perilaku pengguna terhadap keberhasilan
implementasi sistem adalah suatu hubungan yang meliputi kedua tipologi
hubungan tersebut baik secara sederhana maupun secara majemuk.
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Pengetahuan
Sikap
Kemudahan Menggunakan
Perilaku Pengguna
Keberhasilan Implementasi Sistem
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara mengenai hubungan antar variabel
dalam suatu penelitian yang kebenarannya perlu dibuktikan, hipotesis yang akan
diuji dalam penelitian ini adalah :
H1 : Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengguna.
H2 : Sikap berpengaruh signifikan terhadap perilaku pengguna.
H3 : Kemudahan menggunakan berpengaruh signifikan terhadap perilaku
pengguna.
H4 : Perilaku Pengguna berpengaruh signifikan terhadap Keberhasilan
Gambar 1.2 Hipotesis
Keberhasilan Implementasi
Sistem Pengetahuan
Sikap
Kemudahan Menggunakan
Perilaku Penggunaa
H1
H2
H3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep dapat diamati atau
diobservasi ini penting karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi
orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang
dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain (Suryabrata,
2010:29).
Berikut ini akan dibuat suatu definisi operasional serta pengukuran
variabel, masing-masing variabel antara lain:
1. Pengetahuan Pengguna (X1)
Pengetahuan pengguna adalah, Pengetahuan setiap karyawan PT. Bambang
Djaja yang berpengaruh atas penggunaan Microsoft Axapta yang digunakan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pengetahuan pengguna adalah :
a. Pendidikan
Adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh oleh setiap karyawan
b. Pengalaman
Adalah pengetahuan yang didapat melalui pengalaman pribadi atau
pangalaman orang lain (contoh : mendapatkan pengetahuan Microsoft
Axapta dari orang lain atau belajar sendiri).
c. Informasi
Adalah mendapatkan pengetahuan tentang sistem yang akan diterapkan
dari beberapa media massa, (misal: memperoleh pengetahuan dari
internet atau buku tentang Microsoft Axapta).
2. Sikap Pengguna (X2)
Sikap (attitude) seringkali diartikan sebagai persepsi seseorang (subjek) terhadap pandangan tertentu (objek). Dalam pengertian ini terkandung makna
yang sangat filosofis dan meliputi aktifitas individual dalam melakukan interaksi
tertentu terhadap objek tersebut. Yaitu Sikap karyawan PT. Bambang Djaja dan
kemampuan berinteraksinya terhadap penggunaan Microsoft Axapta tersebut.
Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap pengguna adalah :
a. Perasaan
Adalah perasaan senang, frustasi, dan, depresi pada saat menggunakan
komputer dengan Microsoft Axapta.
b. Keyakinan
Adalah tingkat keyakinan karyawan dalam memahami, melakukan
pekerjaannya dan menyelesaikan pekerjaannya, dengan adanya
c. Keinginan
Adalah tingkat keinginan karyawan untuk menggunakan dan
menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan Microsoft Axapta
tersebut.
3. Kemudahan Menggunakan (X3)
Adalah program Microsoft Axapta tersebut dapat dengan mudah untuk
dioperasikan oleh karyawan PT. Bambang Djaja sehingga dapat menunjang
kegiatan kerja karyawan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan
menggunakan adalah :
a. Komputer sangat mudah dipahami
Software Microsoft Axapta yang ada di dalam komputer mudah
dipahami oleh karyawan PT. Bambang Djaja.
b. Ketrampilan pengguna bertambah dengan menggunakan komputer
Dengan software baru yang diterapkan yaitu Microsoft Axapta,
pengetahuan karyawan PT. Bambang Djaja bertambah.
c. Komputer mudah dioperasikan
4. Perilaku Pengguna (individu) (Y1)
Seseorang yang ingin mencapai tujuan tertentu akan tercermin melalui
perilakunya. Perilaku karyawan yang menunjang dalam menggunakan Microsft
Axapta yaitu:
a. Motivasi
Keinginan yang dapat mendorong karyawan PT. Bambang Djaja dalam
menggunakan baru yaitu Microsft Axapta.
b. Kemampuan
Karyawan PT. Bambang Djaja bisa menggunakan Microsf Axapta
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
5. Keberhasilan Implementasi Sistem (Y2)
Adalah dimana sistem siap digunakan, kemudian diaplikasikan atau
diterapkan, dan kemudian berhasil diterapkan mencapai keberhasilan. Adapun
sistem yang digunakan adalah Microsoft Axapta yang digunakan oleh PT.
Bambang Djaja.
Indikator yang digunakan untuk mengukur Keberhasilan Implementasi Sistem
adalah :
a. Pemilihan personil
Karyawan PT. Bambang Djaja yang dipilih untuk menggunakan
Microsft Axapta berasal dari karyawan yang telah ada di perusahaan
dan sebelumnya pernah menggunakan software lama sebelum
b. Pelatihan karyawan
Kemudian karyawan yang pernah bekerja di PT. Bambang Djaja
diberikan pelatihan dalam mengoperasikan software baru yaitu
Microsft Axapta.
c. Pemilihan tempat
Peralatan-peralatan yang mendukung keberhasilan implementasi
seperti komputer, printer, dll harus diletakkan di tempat mudah
dijangkau dan nyaman sehingga karyawan pengguna Microsft Axapta
bisa mengoperasikannya dengan mudah.
d. Instalasi perangkat keras dan perangkat lunak
Dalam menggunakan Microsft Axapta membutuhkan perangkat keras
terbaru seperti komputer dengan kemampuan dan kapasitas yang lebih
besar dalam mengoperasikan Microsft Axapta dan pemilihan
program-program aplikasi pendukung (misal : program-program anti virus yang khusus
untuk perusahaan dan berbeda dengan seri yang untuk dijual umum,
dsb).
e. Pengetesan program
Mencoba program baru sebelum diterapkan dalam pengoperasian.
Setelah Microsft Axapta diinstal harus dites dahulu agar bisa
mengetahui ada kesalahan atau tidak dalam penginstalan. Jika ada
f. Pengetesan sistem
Setelah melakukan pengetesan program, pengetesan sistem dilakukan
agar memastikan bahwa komponen-komponen dari sistem telah
berfungsi sesuai yang diharapkan. Sistem yang ada dalam Microsoft
Axapta bisa diintegrasikan dengan sistem lain.
g. Konversi Sistem
Perubahan sistem lama ke sistem yang baru yaitu sebelumnya
karyawan PT. Bambang Djaja menggunakan Rasio dan sekarang
menggunakan Microsoft Axapta.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Untuk mengukur variabel penelitian digunakan skala Likert dimana
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan
menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-
indikator yang dapat diukur. Indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan
titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan
yang perlu dijawab oleh responden.
Bentuk setiap pertanyaan diungkapkan dari sangat tidak penting sampai
sangat penting dengan skor 1 sampai 5:
a. Sangat tidak baik 1
b. Tidak baik 2
c. Cukup baik 3
d. Baik 4
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentang yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008:115).
Populasi disini adalah karyawan PT. Bambang Djaja yang menggunakan
Microsoft Axapta sebanyak 30 orang yang menjadi objek penelitian sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). Jumlah sample dalam penelitian ini
berjumlah 30 orang yaitu karyawan yang menggunakan Microsoft Axapta.
3. Teknik Penarikan Sampel
Berdasarkan kriteria maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 30 orang pengguna, sehingga pemilihan dan penentuan sample
dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik sampling jenuh, yaitu
teknik dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakn langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang akan diteliti. Untuk
pengumpulan data-data tersebut terutama data primer yaitu dengan menggunakan
instrumen penelitian yaitu kuesioner (Suyanto dan Sutinah, 2007:55). Menurut
Koentjaraningrat dalam Suyanto dan Sutinah, kuesioner tersebut dimaksudkan
sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban
dari para responden.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner,
pengambilan data ini diambil pada tahun 2011 dan untuk memperoleh data hasil
indikator keberhasilan implementasi sistem.
3.3.2 Sumber Data
Semua data penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner
kepada responden yaitu karyawan yang menggunakan Microsoft Axapta di PT.
Bambang Djaja.
3.3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian bertujuan untuk medapatkan informasi
sebagai penunjang keberhasilan dari suatu penelitian, maka di dalam penelitian ini
penulis dalam mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner
adalah alat pengumpulan data secara langsung yang berupa daftar pertanyaan
untuk disebarkan kepada objek penelitian yang kemudian dari hasil jawaban
3.3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Pada penelitian ini
kuesioner diisi oleh karyawan (responden). Sebelum kuesioner disebarkan ke
seluruh responden, terlebih dalulu dikonsultasikan kepada manager di PT.
Bambang Djaja untuk mengetahui apakah kalimat-kalimat dalam kuesioner cukup
dimengerti serta dengan tujuan untuk pembenahan.
3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 3.4.1 Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi. Validitas ini
untuk mengetahui apakah kuesioner dapat mengukur variabel yang diteliti secara
tepat. Menurut Pabundu (2006 : 65), arti validitas adalah kebenaran dan
keabsahan instrumen penelitian yang digunakan. Setiap penelitian selalu
dipertanyakan mengenai validitas alat yang digunakan. Suatu alat pengukur
dikatakan valid jika alat itu dipakai untuk mengukur sesuai dengan kegunaannya.
Menurut Pabundu (2006 : 66), untuk mengetahui nilai korelasi faktor,
digunakan rumus Product Moment Karl Pearson sebagai berikut :
R = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total.
X = skor pernyataan tiap butir.
Y = skor total.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji ini untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Menurut Umar (2003 : 86), suatu pengukur bisa
dikatakan reliabel sepanjang pengukur tersebut mencapai suatu hasil-hasil yang
konsisten. Apabila suatu alat ukur yang berupa kuesioner dipakai dua kali untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel, dengan kata lain, reliabel
menunjukkan konsisten alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
Masing-masing variabel dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan alpha croanbach, untuk mengetahui reliabilitas skala pengukurannya. Rumus yang digunakan adalah alpha sebagai berikut :
r11 =
r11 = nilai reliabilitas
si = jumlah varians skor tiap-tiap item pertanyaan
st = varians total
k = jumlah item pertanyaan
Menurut Riduwan (2007 : 118), pengujian reliabilitas akan memenuhi
syarat jika :
1. Jika r11 positif, serta r11 > r tabel, maka pernyataan tersebut reliabel.
2. Jika r11 negatif, serta r11 ≤ r tabel, maka pernyataan tersebut tidak
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif
Analisis ini dipakai untuk menggambarkan karakteristik
masing-masing variabel berdasarkan prosentase rerata (mean) dan
perkembangannya.
3.5.1.1 Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui pengaruh variabel independent (Pengetahuan, Sikap, Kemudahan Menggunakan, dan Perilaku Pengguna) terhadap variabel
dependent (Keberhasilan Implementasi Sistem), digunakan metode SEM berbasis component atau Variance - Partial Least Square (PLS).
Partial Least Square dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai
metode umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk
laten dengan multiple indikator. Pada tahun 1966 Herman Wold
mempresentasikan dua prosedur interatif menggunakan metode estimasi least squares (LS) untuk single dan multi komponen model dan untuk canonical correlation (Ghozali, 2008: 17).
Menurut Ghozali (2008: 17-18) Pendekatan PLS adalah distribution free (tidak mengasumsikan data berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval, dan Rasio) PLS pada awalnya diberi nama
NIPALS (nonlinear iterative partial least square). Menurut Wold
dibandingkan dengan pendekatan lain dan khususnya metode maximum
likelihood, NIPALS lebih umum oleh karena bekerja dengan sejumlah kecil
pendekatan NIPALS memberikan model yang memiliki closer fit terhadap
hasil observasi.
3.5.1.2 Metode PLS
Partial Least Square merupakan metode analisis yang powerfull. Oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah
sample kecil. PLS dapat juga digunakan untuk konfirmasi teori. Dibandingkan
dengan CBSEM (yang diwakili oleh software LISREL, EQS, atau AMOS)
Component based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang dihadapi
oleh Covariance Based SEM (CBSEM) yaitu inadmissible solution dan faktor
indeterminacy (Ghozali, 2008: 18).
Secara filosofis perbedaan antara covariance based SEM dengan component based PLS adalah apakah kita akan menggunakan model persamaan
struktural untuk menguji teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi
(Anderson dan Gerbing, 1988). Pada situasi dimana kita mempunyai dasar teori
yang kuat dan pengujian teori atau pengembangan teori utama riset, maka metode
dengan covariance based (Maximum Likelihood atau Generakized Least Square) lebih sesuai. Namun demikian adanya indeterminacy dari estimasi factor score
maka akan kehilangan ketepatan prediksi.
Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Dengan pendekatan
PLS diasumsikan bahwa semua ukuran variance adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. Oleh karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten
indeterminacy dan memberikan model umum yang meliputi teknik korelasi kanonikal, redundancy analisis, regresi berganda, multivariate analisys of variance (MANOVA) dan principle component analisys.
Oleh karena PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri
analisis ordinary least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil
dengan perkiraan kasar yaitu :
1. Sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator (kausal) formatif
(catatan skala untuk konstruk yang didesain dengan refleksif indikator
dapat diabaikan), atau
2. Sepuluh kali dari jumlah terbesar structural path yang diarahkan pada
konstruk tertentu dalam model struktural.
PLS dapat dianggap sebagai model alternatif dari covariance based SEM, Menurut Joreskog dan Wold Maximum Likelihood berorientasi pada teori dan
menekankan transisi dari analisis exploratory ke cofirmatory, PLS dimaksudkan
untuk causal-predictive analisys dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah (Ghozali, 2008: 19).
3.5.1.3 Model Pengukuran atau Outer Model
Convergent Validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score / Component score dengan konstruk
untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading
0,5 sampai 0,60 dianggap cukup (Ghozali, 2008: 24).
Menurut Ghozali (2008: 25). Discriminant validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan crossloading
pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran
lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa
konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada ukuran
pada blok lainnya. Metode lain untuk menilai Discriminant Validity adalah membandingkan nilai Square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model, jika nilai M akar
AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan
konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik. Berikut ini rumus menghitung AVE
∑λi² AVE = ____________
∑λi² + ∑i var(ε i)
Dimana λi adalah componen loading ke indikator dan var(ε i) = 1- λi² jika semua indikator di standardized, maka ukuran ini sama dengan average communalities dalam blok dan menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih
konservatif dibandingkan dengan composite reliability (ρc). Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar 0.50 (Ghozali, 2008: 25).
dikembangkan oleh Wert, Linn dan Joreskog dan Cronbach’s Alpha). Dengan
menggunakan output yang dihasilkan PLS maka Composite reliability dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
( ∑λi )² ρc = _______________
( ∑λi )² + ∑i var(εi)
Dimana λi adalah componen loading ke indikator dan var(ε i) = 1- λi². Dibandingkan dengan Cronbach Alpha, ukuran ini tidak mengasumsikan tau equivalence antar pengukuran dengan asumsi semua indikator bobot sama. Sehingga cronbach alpha cenderung lower bound estimate reliability, sedangkan ρc merupakan closer approximation dengan asumsi estimasi parameter adalah
akurat. Ρc sebagai ukuran internal consistence hanya dapat digunakan untuk konstruk dengan refleksif indikator.
3.5.2 Analisis Statistik Inferensial
Analisis yang dilakukan untuk menguji hubungan atau pengaruh antar
variabel yang diteliti.
3.5.2.1Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Pengujian Hipotesis mengenai pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial, dengan menggunakan uji t. Tahap uji t adalah
sebagai berikut :
a. Perumusan hipotesis
Ho : 1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1,
Ha : 1 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1
terhadap variabel Y
b. Menentukan tingkat signifikansi, yang mana dalam penelitian ini taraf
signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% ( = 0,05) . Dengan derajat
bebas (df), (n-k) dimana n = jumlah sampel dan k = jumlah variabel.
Menentukan nilai t hitung :
t hitung = b1
Se(b1)
Dimana:
t hitung = t hasil perhitungan
b1
= Koefisien regresi
Se
= Standar error untuk masing-masing koefisien
(Sudjana, 2003:111)
c. Dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji dua pihak yang
berlaku ketentuan, bahwa bila , t hitung berada pada daerah penerimaan Ho
atau terletak di antara harga tabel. Maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian bila t hitung lebih kecil atau sama dengan ( < ) dari harga
tabel maka Ho diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak
dilihat ( + ) atau ( - ) nya Bila taraf signifikansi () ditetapkan 5%,
sedangkan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak, maka
harga t tabel adalah = 1,960
d. Menentukan keputusan terhadap hipotesis dengan membandingkan Thitung
45
lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05, maka Ho diterima H1
ditolak dan sebaliknya.
e. Kriteria pengujian
Membandingkan nilai t tabel dengan t hitung
1. Bila t hitung -t tabel atau t hitung t tabel , maka Ho ditolak dan H1
diterima
2. Bila t tabel t hitung t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak Ho
diterima, jika -t tabel t hitung t tabel . Artinya variabel independen
secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen
Ho diterima, jika t hitung t tabel -t tabel . Artinya variabel
independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
3.5.2.2Evaluasi Model
Oleh Karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk
estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter
tidak diperlukan (Ghozali, 2008: 24). Model evaluasi PLS berdasarkan pada
pengukuran prediksi yang mempunyai sifat Non-parametrik, Maka untuk
mengujinya adalah dengan menggunakan model pengukuran atau outer model
dengan indikator refleksif dievaluasi dengan convergen dan Discriminant Validity