• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SD DI SIDOARJO TENTANG IKLAN PASTA GIGI PEPSODENT VERSI “LITTLE MONSTER” ( Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Siswa SD Di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” Di Televisi ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SD DI SIDOARJO TENTANG IKLAN PASTA GIGI PEPSODENT VERSI “LITTLE MONSTER” ( Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Siswa SD Di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” Di Televisi )."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SD DI SIDOARJO TENTANG IKLAN PASTA GIGI PEPSODENT VERSI “LITTLE

MONSTER”

( Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Siswa SD Di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” Di Televisi )

Oleh :

MUHAMMAD DAVID SULTANSYAH

0643010262

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 21 Mei 2010

NIP. 19641225 199309 2001 3. Anggota

(2)

JUDUL PENELITIAN : TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SD DI SIDOARJO TENTANG ISI PESAN IKLAN PASTA GIGI PEPSODENT VERSI “LITTLE MONSTER"

Nama Mahasiswa : Muhammad David Sultansyah

NPM : 0643010262

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal

Menyetujui, Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad,MSi, M.Ed NPT. 3 7303 99 0170 1

Mengetahui, Ketua Program Studi

Ilmu Komunikasi

(3)

Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dan menyusun Skripsi

yang berjudul TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SD DI SIDOARJO TENTANG IKLAN PASTA GIGI PEPSODENT VERSI “LITTLE MONSTER” .

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pembimbing, yang telah berjasa besar dalam memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan Skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang dalam juga penulis ungkapkan kepada banyak pihak yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya sebagai masukan dan semangat kepada penulis, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan. Ungkapan terima kasih tersebut penulis persembahkan kepada :

1. Dra. EC. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Zainal Abidin Ahmad, MSi, M.Ed selaku dosen pembimbing yang telah memberikan spirit bagi penulis.

(4)

v

5. Kepala Sekolah SDN Sidoklumpuk Sidoarjo H.Moh.Mudjib S.Ag, MM. seluruh staf TU, guru, karyawan dan adik-adik kelas 5 dan kelas 6. Terima kasih, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan YME.

6. Bapak, ibu dan Billy my brader, Papa dan (alm) Mama dan seluruh keluarga. 7. Juwitasari Dwi Paramitha, terima kasih atas keikhlasanmu. And the reason is

You.

8. Teman-teman kampus Kempling, Gaboes, Clo, Yuan, Stefi, Desi, Deprot “meski kita tak sama bukan berarti kita tak bisa bersahabat, meski kita tak sama bukan bearti kita harus bermusuhan”. Sampai jumpa di kehidupan yang lebih baik. 9. Semua yang tak bisa penulis sebutkan. Thanks For All, i’ve done. Semoga

masuk surga. Amin.

Penulis sepenuhnya menyadari, banyak sekali terdapat kekurangan dalam penyusunan Skripsi ini, untuk itu segala bentuk saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Skripsi ini adalah sebuah wujud terima kasih dan persembahan penulis untuk seluruh pembaca, sebagai bentuk kecintaan dan penghargaan penulis terhadap ilmu pengetahuan, juga dengan harapan besar semoga Skripsi ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi semua yang membutuhkan. Terima kasih.

Surabaya, Mei 2010

(5)

Gambar 1. Teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons)...19

Gambar 2. Bagan Kerangka Berfikir Tingkat Pengetahuan Siswa SD Di

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAKSI... xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah...7

1.3 Tujuan Penelitian...7

1.4 Kegunaan Penelitian...8

1.4.1 Keguanaan Teoritis ...8

1.4.2 Kegunaan Praktis...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9

2.1 Landasan Teori ...9

2.1.1 Tingkat Pengetahuan ...9

2.1.2 Periklanan ...9

2.1.3 Unsur – Unsur Iklan ...11

(7)

2.1.7 Khalayak Televisi ...17

2.1.8 Teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons)...18

2.2 Kerangka Berfikir ...21

BAB III METODE PENELITIAN ...24

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...24

3.1.1 Tingkat Pengetahuan Siswa SD di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...24

3.1.2 Pengukuran Variabel ...26

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...29

3.2.1 Populasi ...29

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ...30

3.3 Pengumulan Data...30

3.4 Analisis Data...31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...33

4.1 Gambaran Umum Obyek...33

4.1.1 Profil Sekolah ...33

4.1.2 Visi dan Misi Sekolah...34

4.1.3 Struktur Organisasi Sekolah ...35

4.1.4 Tugas dan Wewenang...35

4.2 Penyajian data dan Analisa Data ...37

(8)

4.2.1.1 Jenis Kelamin Responden ...37 4.2.1.2 Usia Responden...38 4.2.2 Berdasarkan Penggunaan Media ...39

4.2.2.1 Apakah Responden Pernah Menonton Iklan Pasta Gigi

Pepsodent Versi “Little Monster” ...39 4.2.2.2 Frekuensi Responden Dalam Menonton Iklan ...40 4.2.2.3 Durasi Responden Dalam Menonton Iklan ...41 4.2.3 Tingkat Pengetahuan Siswa SD di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi

Pepsodent Versi “Little Monster” ...42 4.2.3.1 Pengetahuan Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi

“Little Monster” Merupakan Bagian Dari Kampanye

Kesehatan Pepsodent...42 4.2.3.2 Pengetahuan Tentang Model Dalam Iklan Pasta Gigi

Pepsodent Versi “Little Monster” ...43 4.2.3.3 Pengetahuan Tentang Jumlah Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” ...44 4.2.3.4 Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Beberapa

Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little

Monster”...46 4.2.3.5 Pengetahuan Tentang Boneka Dalam Iklan Pasta Gigi

Pepsodent Versi “Little Monster” ...47 4.2.3.6 Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Boneka Dalam

Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” ...49 4.2.3.7 Pengetahuan Tentang Tempat Yang Digunakan Dalam Iklan

Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” ...50 4.2.3.8 Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Tempat Dalam

Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” ...51 4.2.3.9 Pengetahuan Tentang Slogan Iklan Pasta Gigi Pepsodent

Versi “Little Monster” ...53

(9)

Monster” ...55

4.2.3.12 Pengetahuan Tentang Menyikat Gigi Yang Baik Adalah Pada Pagi Hari Dan Malam Hari ...57

4.2.3.13 Pengetahuan Tentang Pasta Gigi Pepsodent Mengandung Zat Yang Berguna Untuk Mencegah Gigi Berlubang ...58

4.3 Tingkat Pengetahuan Siswa SD di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...63

5.1 Kesimpulan ...63

5.2 Saran ...64

DAFTAR PUSTAKA ...65

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuisioner ...67

Lampiran 2. Jawaban Responden...70

Lampiran 3. Struktur Organisasi SDN Sidoklumpuk Sidoarjo...73

Lampiran 4. Tabel Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut PusKesMas di Sidoarjo Tahun 2008 ...74

Lampiran 5. Tabel Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut PusKesMas di Jawa Timur ...75

(11)

Tabel 2. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia...38 Tabel 3. Apakah Responden Pernah Menonton Iklan Pasta Gigi Pepsodent

Versi “Little Monster”...39 Tabel 4. Frekuensi Responden Dalam Menonton Iklan Selama

Satu Minggu...40 Tabel 5. Durasi Responden Menonton Iklan...41 Tabel 6. Pengetahuan Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Merupakan

Bagian Dari Kampanye Kesehatan Pepsodent...42

Tabel 7. Pengetahuan Tentang Model Iklan Dari Iklan Pasta Gigi

PepsodentVersi “little Monster”...44

Tabel 8. Pengetahuan Tentang Jumlah Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “little Monster”...45

Tabel 9. Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Beberapa Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “little Monster”...46

Tabel 10. Pengetahuan Tentang Boneka Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...48

(12)

Tabel 12. Pengetahuan Tentang Tempat Yang Digunakan Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...50

Tabel 13. Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Tempat Dalam Iklan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...52

Tabel 14. Pengetahuan Tentang Slogan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...53

Tabel 15. Pengetahuan Tentang Maksud Slogan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...54

Tabel 16. Pengetahuan Tentang Maksud Dari Kata Yang Diucapkan Oleh Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi

“Little Monster”...56

Tabel 17. Pengetahuan Tentang Menyikat Gigi Yang Baik Adalah Pada Pagi Hari Dan Malam Hari...57

Tabel 18. Pengetahuan Tentang Pasta Gigi Pepsodent Mengandung Zat Yang Berguna Untuk Mencegah Gigi Berlubang...58

Tabel 19. Tingkat Pengetahuan Siswa SD Di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”...60

(13)

Televisi ).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, televisi sebagai media beriklan, unsur-unsur iklan, khalayak televisi, teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi yang digunakan adalah siswa SDN Sidoklumpuk Sidoarjo dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SDN Sidoklumpuk Sidoarjo kelas 5 dan kelas 6 sebanyak 139 siswa. Teknik penarikan sampel menggunakan metode total sampling. Penelitian ini menggunakan metode survei. Data dari kuisioner tersebut ditabulasikan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif.

Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” adalah pada kategori tinggi. Responden tidak sekedar melihat tayangan iklan saja, selain itu mereka memiliki pengetahuan serta menaruh perhatian lebih terhadap iklan tersebut. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka memahami dan menjelaskan maksud dan makna yang terkandung didalam unsur-unsur iklan yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” antara lain model iklan, jumlah model iklan, props, setting tempat, dan dialog iklan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan informasi kian tumbuh dengan pesat sehingga banyak menghasilkan inovasi baru yang diciptakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin beragam khususnya kebutuhan akan informasi. Seiring dengan perkembangan zaman, akhirnya manusia dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beraneka ragam. Agar informasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat luas sesuai dengan keinginan masyarakat, maka media yang dapat digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan adalah media massa baik cetak maupun elektronik.

Televisi merupakan salah satu media elektronik yang dapat menyampaikan informasi kepada khalayak atau masyarakat luas. Media televisi pada hakikatnya merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara tepat, berurutan dan diiringi dengan unsur audio (Sutisno, 1993:1). Kata televisi (television) berasal dari kata TELE  berasal dari bahasa Yunani yang berarti jauh, sedangkan kata VISION berasal dari bahasa Latin, Videre yang artinya melihat. Jadi, kata televisi dapat diartikan melihat dari jauh (Darwanto, 1994:39).

(15)

Munculnya televisi merupakan bentuk penampilan audio visual yang berkembang dan menjelma sebagai jendela dunia informasi bagi masyarakat luas. Televisi memiliki beberapa karakteristik tertentu dalam pemenuhan berbagai macam tujuan komunikasi, yakni televisi memiliki jangkauan dan dapat menghadirkan obyek yang amat kecil atau besar, berbahaya ataupun langka secara visual. Dapat menyebarluaskan informasi secara serentak dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan, mampu membangkitkan perasaan seseorang, selain itu televisi dapat “meniadakan” perbedaan jarak dan waktu.

Iklan di televisi mampu menciptakan karakteristiknya sendiri. Hal itu semakin menambah nilai positif dan menimbulkan pengaruh terhadap khalayaknya yang menonton atau melihat tayangan iklan tersebut di televisi. Kelebihan-kelebihan televisi sebagai iklan ini berlaku dimana saja secara umum. Berkesan realistik, sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna, gerakan, dan suara, maka iklan-iklan yang disuguhkan di televisi nampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan itu para pengiklan dapat menunjukkan isi pesan tersebut secara detail. Diharapkan melalui iklan yang ditayangkan di televisi khalayak dapat lebih tanggap dan memberikan perhatian terhadap iklan yang sedang ditampilkan.

(16)

tersebut, dan akhirnya dapat memberikan respon yang positif karena seringnya iklan tersebut ditayangkan secara berulang-ulang dalam sehari.

Tidak bisa dipungkiri bahwa iklan dapat menimbulkan kontroversi seperti tindakan seseorang berubah karena memperoleh terpaan iklan tertentu. Akibatnya secara kompultif terpaan iklan dapat terjadi sepanjang kehidupan seseorang dan berperan untuk penneguhan nilai-nilai baru, memodifikasi serta membuang nilai-nilai yang lama. Iklan telah mempengaruhi manusia untuk memilih apa saja mulai dari kebutuhan barang maupun jasa.

Permasalahan tentang kesehatan gigi dan mulut yang timbul di masyarakat khususnya anak-anak sangat bertolak belakang dengan banyaknya upaya yang dilakukan untuk mencegahnya. Beragam informasi mengenai kesehatan khususnya gigi dan mulut yang mudah diperoleh, pemberitahuan melalui iklan-iklan ditelevisi juga gencar diserukan. Selain itu telah banyak dilakukan upaya-upaya nyata untuk mengetasi masalah tersebut melalui penyuluhan-penyuluhan dan skrinning rutin dari tim Unit Kesehatan Gigi Sekolah masih belum mampu menganggulangi masalah tersebut.

Mengambil iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” sebagai obyek penelitian, karena iklan tersebut mencermati permasalahan tentang kesehatan gigi salah satunya adalah karies atau gigi berlubang yang tengah dialami oleh masyarakat kita khususnya pada anak-anak. Karies atau

(17)

gigi berlubang merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang diragikan.

Gigi yang mudah sekali terserang karies adalah gigi sulung (gigi anak). Ini disebabkan karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap).

Saat ini anak-anak berusia 6-12 tahun diseluruh Indonesia mengalami karies gigi yang belum ditangani. Karies adalah salah satu bukti tidak terawatnya kondisi mulut dan gigi. Fakta ini ditunjang dari Survei Kesehatan Nasional tahun 1998, mengenai perilaku masyarakat tentang perawatan kesehatan gigi dan mulut, bahwa 77,2 persen penduduk memang menyikat giginya namun hanya 8,1 persen saja yang menyikat gigi sesuai anjuran yakni setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam (http://www.unilever.co.id/id.ourcompany/beritaandmedia/siaranpers/_2007 /GerakanNasionalSikatGigiBersama.asp)

(18)

juga mendukung menyikat gigi dengan pasta gigi berflorida sebelum tidur pada malam hari karena perlindungan tambahan yang diberikannya untuk waktu yang lebih lama pada malam hari. Oleh karena itulah mengapa Pepsodent merasa perlu untuk menggunakan tema Menyikat Gigi pada Malam Hari sebagai kampanye kesehatannya untuk membuat orang Indonesia menyikat gigi mereka sebelum tidur pada malam hari sebagai bagian dari kebiasaan mencegah terjadinya gigi berlubang (http://www.unilever.co.id/id/produkkami/personalcare/pepsodent.asp).

Berangkat dari fenomena tersebut maka perlu adanya perhatian mengenai pentingnya pengetahuan sejak dini tentang perawatan kesehatan gigi dan mulut khususnya kepada anak usia 6-12 tahun yang memiliki perilaku yang beresiko tinggi terkena masalah gigi khususnya karies gigi atau gigi berlubang salah satunya melalui iklan.

Pengetahuan khalayak terhadap iklan merupakan aspek untuk menentukan keberhasilan pengiklan dalam mengkomunikasikan sebuah iklan. Melalui iklan, khalayak diharapkan dapat mengetahui isi pesan iklan yang ditayangkan di televisi. Tanggapan khalayak terhadap pesan, merupakan proses dimana pesan tersebut dapat dimengerti dan menjadi bahan pengetahuan khalayak terhadap iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi.

Terpaan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi secara terus menerus tentunya akan membawa hasil tersendiri bagi

(19)

khalayak, khususnya terhadap perubahan pengetahuan. Dalam artian khalayak setelah menonton iklan tersebut diharapkan dapat mengerti, memahami dan mengetahui isi pesan yang disampaikan. Sehingga membawa perubahan pada efek kognitif yang merupakan proses dalam penerimaan pesan.

Sidoarjo dipilih menjadi daerah penelitian karena berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan JawaTimur bahwa Kabupaten Sidoarjo menempati urutan ke-3 (tiga) di Jawa Timur dalam permasalahan kesehatan gigi dan mulut untuk siswa SD. Tercatat sebanyak 141.605 siswa dari 689.677 siswa mengalami permasalahan kesehatan gigi dan mulut (www.dinkesjatim.go.id). Objek dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas 5 dan kelas 6, usia 10 hingga 12 tahun dan bersekolah di SD yang masuk dalam wilayah kelurahan-kelurahan dibawah pengawasan PusKesMas kecamatan Sidoarjo. Alasan peneliti menjadikan siswa SD kelas 5 dan kelas 6, usia 10 hingga 12 tahun sebagai objek penelitian adalah karena pada usia 10 hingga 12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang-orang dewasa (John Santrock, 2005:300).

(20)

Permasalahan yang berkaitan dengan gigi dan mulut tersebut terdiri dari tiga jenis penyakit dan ke-tiga jenis masuk dalam daftar 10 penyakit terbesar pada tahun 2008 (sumber : Laporan Tahunan PusKesMas Kecamatan Sidoarjo Tahun 2008).

Responden dalam penelitian ini adalah siswa SDN Sidoklumpuk. Sekolah tersebut terpilih karena berdasarkan hasil pemeriksaan tim UKGS PusKesMas kecamatan Sidoarjo, kelurahan Sidoklumpuk Sidoarjo yang tertinggi dalam kasus gigi berlubang dan tercatat sebanyak 139 dari 712 siswa SDN Sidoklumpuk Sidoarjo. (sumber : Poli Gigi PusKesMas Kecamatan Sidoarjo Tahun 2008)

Berpijak dari masalah tersebut maka peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadikan pentingnya penelitian ini dilakukan, yaitu : Bagaimana tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”?

1.3 Tujuan Penelitian

(21)

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat memperluas wawasan keilmuan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran, pengembangan dan penerapan teori-teori pada penelitian dibidang ilmu komunikasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan proses pemanggilan kembali ingatan individu tentang apa yang dilihatnya dalam iklan. Tingkat dalam tingkat pengetahuan disini adalah variable, pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait dengan pentransimisian pengetahuan (Rakhmat, 1999:219).

Definisi pengetahuan mengacu kepada apakah seseorang cukup intens mengetahui informasi dari suatu masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah tersebut (Eriyanto, 1999:238). Sikap atau pendapat sesorang terhadap suatu masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai masalah tersebut (Eriyanto, 1999:239).

2.1.2 Periklanan

(23)

Periklanan bertujuan didalam mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap khalayak (Jefkin, 1997:17). Sehingga sikap khalayak terhadap iklan akan terpengaruh, apabila terlebih dahulu mempengaruhi kognisi khalayak. Kognisi merupakan usaha mengembangkan diri lewat tindakan berfikir. Iklan bersifat menciptakan dan mendorong daya beli publik terhadap produk tertentu yang menjual kualitas, citra pengguna, dan pelayanan. Iklan atau advertising menurut Kleppner berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada orang lain.

Dari pengertian ini dapat kita terima sebenarnya iklan tidak ada bedanya dengan pengertian komunikasi satu arah. Kegiatan periklanan mengandung unsur penyewaan ruang dan waktu dari suatu media massa karena memang dipergunakan oleh pengiklan untuk menyebarkan informasi. Penyebaran informasi melalui media itulah membawa sifat iklan yang non personal atau tidak bertatap muka secara langsung (Liliweri, 1992:18).

Menurut Hedges iklan dapat dioperasionalkan pada sejumlah tingkatan yaitu :

(24)

11  

b. Iklan menunjukan suatu informasi baik berupa slogannya maupun kemasannya.

c. Boleh jadi suatu iklan mengitari merk dengan asosiasi khusus seperti atau suasana hati.

d. Kadangkala argumentasi rasional ditempatkan diawal. Alasan pada tingkatan itulah konsumen menaruh perhatian seperti yang diinginkan (Wilmshurst, 1993:202).

Hal ini memunculkan pemikiran bagaimana menciptakan suatu pesan iklan yang efektif. Daniel Starch berpendapat agar suatu pesan iklan itu efektif dengan indikasi bahwa iklan harus dilihat, dipercaya, diingatkan dan mampu mendorong suatu tindakan (Wilmshurst, 1993:200).

Periklanan berkaitan dengan pemberian informasi akan produk kepada khalayak. Oleh karenanya iklan harus sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian, minat khalayak serta memiliki karakteristik tertentu dan persuasif. Sehingga khalayak akan tertarik untuk memperhatikan setiap pesan yang ditayangkan iklan di televisi dan pada tahap selanjutnya khalayak secara sukarela terdorong untuk melakukan sesuatu tindakan sesuai diinginkan pengiklan (Jefkins, 1997:18).

(25)

2.1.3 Unsur – Unsur Iklan

Unsur – unsur dalam iklan adalah :

a. Talent

Salah satu unsur penting beriklan di televisi adalah model iklan yang berperan dalam menyampaikan pesan produk.

b. Props

Merupakan alat peraga dengan tujuan untuk menjelaskan gambar yang digunakan oleh talent atau model dalam menyampaikan pesan dari suatu produk.

c. Setting

Lokasi atau tempat pengambilan gambar sedang berlangsung yang dilengkapi dengan lampu (lighting) serta didukung dengn model sebagai penyempurnaan dalam pembuatan iklan.

d. Slogan

Yaitu tulisan yang terdapat pada bagian-bagian tertentu tayangan iklan, biasanya pada akhir tayangan iklan.

(26)

13  

Yaitu ilustrasi musik yang diputar saat tayangan iklan tersebut.bisa berupa lagu atau musik instrument saja atau lirik yang dinyanyikan pada saat iklan berlangsung.

f. Dialog

Merupakan percakapan atau pembicaraan yang diucapkan oleh model atau narator dalam menyampaikan pesan iklan itu.

g. Audio

Cara yang dipergunakan dalam menyampaikan pesan secara cepat adalah dengan menggunakan unsur musik atau audio dengan tujuan agar menarik perhatian pemirsanya.

h. Visual

Gambar-gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam, tampak pada televisi tidak berasal dari bahan yang mempunyai wujud sehingga dapat diperhatikan sebuah obyek dalam berbagai jarak dan berbagai sudut pengambilan gambar (Effendy, 1993:178).

2.1.4 Televisi Sebagai Media Beriklan  

(27)

Pada dasarnya media televisi bersifat transitory atau hanya sekilas dan penyampaiannya dibatasi oleh durasi (jam, menit, detik). Pesan di televisi memiliki kelebihan tersendiri karena tidak hanya didengar tetapi juga dapat dalam gambar yang bergerak (audio visual).

Televisi merupakan media yang paling disukai oleh para pengiklan. Hal tersebut disebabkan keistimewaan televisi yang merupakan unsur audio dan visual. Bahwa televisi mampu menambah daya tarik iklan ditelevisi juga diyakini sangat berorientasi meningkatkan khalayak sasaran terhadap pesan yang disampaikan (Kasali, 1995:172). Bukti keefektifan televisi sebegai media beriklan terlihat pada kepercayaan iklan yang kuat terhadapanya serta selalu menggunakannya secara tetap. Penyebabnya antara lain karena kekuatan yang dimiliki televisi yaitu:

(28)

15  

b. Memberi dampak atau pengaruh atau pengaruh yang kuat. Dalam hal ini televisi mempunyai kemampuan menimbulkan tekanan pada dua indra sekaligus, penglihatan dan pendengaran (Kasali, 1995:121-122).

Selain membawa pesan dalam bentuk audio visual juga karena jangkauan dan efisiensi biayanya telah dapat dibuktikan sehingga mencapai khalayak sasaran dengan biaya rendah (Kattopo, 1994:64).

2.1.5 Kampanye Kesehatan Pepsodent

Pepsodent adalah satu-satunya merek pasta gigi di Indonesia yang benar-benar menjalankan misinya. Bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kesehatan Pemerintah Indonesia dan diakui oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), sejak tahun 1990an, Pepsodent telah menjalankan Program Sekolah yang hingga tahun 2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia di bawah 12 tahun di seluruh Indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah gigi khususnya gigi berlubang.

Pepsodent memahami bahwa banyak bagian di Indonesia yang mengalami masalah gigi dan juga dihadapkan pada masalah  

(29)

rendahnya jumlah dokter gigi dan jumlah penduduk itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa program Pemeriksaan Gigi Gratis Pepsodent khusus dirancang untuk menjangkau orang-orang ini dengan memberikan perawatan dan pendidikan gigi gratis dengan cara yang menyenangkan dan memungkinkan untuk dilaksanakan dengan program ini, seluruh keluarga dapat memiliki kebiasaan kesehatan mulut dan gigi yang lebih baik. Ini juga merupakan usaha untuk mendorong rakyat Indonesia mengunjungi dokter gigi secara rutin sebagai bagian dari kebiasaan pencegahan gigi berlubang.

(30)

17  

hari sebagai bagian dari kebiasaan mencegah terjadinya gigi berlubang

(http://www.unilever.co.id/id/produkkami/personalcare/pepsodent.as p).

2.1.6 Iklan Pasta Gigi Pepsodent

Secara teoritik umumnya iklan terdiri dari dua jenis yaitu : iklan layanan masyarakat dan iklan standar (Bittner dalam Liliweri, 1992:36) :

Iklan  layanan  masyarakat  adalah  jenis  iklan  yang  bersifat  non 

profit,  jadi  iklan  ini  tidak  mencari  keuntungan  akibat  dari 

pemasangan kepada khalayak sedangkan iklan standar adalah iklan 

yang  ditata  secara  khusus  untuk  keperluan  memperkenalkan 

barang, jasa pelayanan untuk konsumen melalui sebuah media . 

 

Sedangkan iklan yang diangkat menjadi obyek dalam penelitian ini adalah jenis iklan standar. Namun iklan pasta gigi Pepsodent ini tidak sekedar mengacu pada penjualan saja namun juga cermat mengamati keadaan yang tengah terjadi di masyarakat khususnya pada anak-anak usia dini dalam hal kesehatan gigi dan mulut yang memiliki isi pesan sebagai berikut :

(31)

a. Memberikan pengertian kepada masyarakat khususnya anak usia dini tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dengan cara menyikat gigi pada pagi dan malam hari menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.

b. Iklan Pasta Gigi Pepsodent memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya anak usia dini bahwa salah satu cara menjaga kesehatan gigi adalah dengan menyikat gigi pada pagi dan malam hari menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Dengan menyikat gigi pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur maka gigi akan terhindar dari bakteri dari rongga mulut yang bersifat membahayakan.

c. Slogan iklan yaitu “sikat gigi pagi dan malam dengan pepsodent” selain mendukung kampanye, Pepsodent juga mengajak anak-anak usia dini untuk senantiasa menjaga dan merawat giginya dari gigi berlubang pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur.

2.1.7 Khalayak Televisi

(32)

19  

Istilah “khalayak media berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya.

Pemirsa televisi adalah massa dan memiliki perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta kerangka acuan dan lapangan pengalaman. Mereka adalah sasaran komunikasi massa melalui media televisi siaran. Komunikasi dapat dikatakan efektif, jika pemirsa terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan melakukan aktifitas apa yang diinginkan pembicara (Effendy, 2000:84).

Siaran televisi dengan sifatnya yang audio visual (suara dan gambar) dapat diikuti secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat dimanapun sesuai dengan kemampuan mereka. Bahkan orang-orang buta huruf atau tidak dapat membaca sekalipun, dapat mengikuti dan mencerna siaran televisi sesuai dengan kemampuan mereka. Terlebih selama menyaksikan televisi orang dapat melakukan berbagai kegiatan sambil tetap menonton televisi.

2.1.8 Teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons)

Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus – Organisme – Respons. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator  

(33)

memberikan pesan berupa tanda, lambang dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya respon diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif dan kognitif pada diri komunikan.

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2000:254).

(34)

21  

Gambar 2.1 : Teori S – O – R (Stimulus – Organisme – Respons)

Menurut gambar diatas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan menugkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperlihatkan. Proses selanjutnya komunikan tersebut menegerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikan (Effendy, 2000:255).

(35)

2.2 Kerangka Berfikir

Peningkatan indeks gigi berlubang masyarakat Indonesia kian tahun semakin tinggi khususnya pada anak – anak usia 6 – 12 tahun. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan serta perilaku masyarakat yang tidak dapat merawat gigi dengan baik. Menurut Kesehatan Nasional 1998 dari 77,2 % penduduk yang menyikat gigi hanya 8,1 yang menyikat gigi di malam hari. Dengan adanya fakta tersebut, tidak menutup kemungkinan di tahun yang akan datang indeks gigi berlubang semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan suatu persuasif dan pemberian pengetahuan dini kepada masyarakat khususnya anak-anak mengenai perawatan gigi yang baik secara luas dan menyeluruh melalui iklan agar dapat merubah perilaku masyarakat.

(36)

23  

dibuat sedemikian rupa untuk memberikan informasi kepada khalayak. Melalui iklannya yang menarik, produk ini mengangkat tema kampanye yang berslogan “sikat gigi pagi dan malam hari dengan pepsodent” dengan maksud mengajak dan mengubah kebiasaan masyarakat khususnya anak-anak agar selalu merawat giginya sejak dini pada pagi dan malam hari menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor agar dapat melawan bakteri yang dapat menyebabkan gigi berlubang.

Respon itulah nantinya menimbulkan efek kognitif, sehingga dari stimulus atau isi pesan dalam hal ini terpaan tayangan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi yang disampaikan oleh komunikator membuat komunikan atau khalayak dalam hal ini anak-anak menjadi lebih mengerti dan mengetahui iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi tentang melakukan kebiasaan sikat gigi pagi dan malam menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor untuk perawatan dan pencegahan gigi berlubang sejak dini. Maka peneliti mencoba melihat tingkat pengetahuan siswa SD kelas 5 dan kelas 6. Secara sistematis dapat dilihat pada bagan berikut ini :

(37)
(38)

   

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana akan menggambarkan dan mendeskripsikan dengan tujuan melukiskan secara sistematis dan fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat 1999:22) mengenai tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Tingkat Pengetahuan Siswa SD di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Tingkat pengetahuan khalayak dalam hal ini adalah suatu pengetahuan siswa SDN Sidoklumpuk di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi yaitu bahwa siswa-siswi SD mampu untuk mengetahui dan mengingat pesan yang disampaikan dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi. Untuk mengetahui efek dari terpaan media dalam penelitian ini adalah iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, peneliti ingin mengetahui respon khalayak pada bidang kognitifnya tentang stimuli berupa unsur-unsur iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi.

(39)

Iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” yang dimaksud adalah iklan versi pertama dari berbagai macam versi yang dikeluarkan oleh produsen pasta gigi Pepsodent. Iklan ini ditayangkan sejak Oktober 2009 di seluruh televisi nasional di Indonesia. Iklan berdurasi 30 detik ini tidak sekedar mengacu pada penjualan saja namun juga cermat mengamati keadaan yang tengah terjadi di masyarakat khususnya pada anak-anak usia dini dalam hal kesehatan gigi dan mulut, sehingga dapat dioprasionalkan unsur-unsur iklan yang terdiri dari :

a. Talent

Adalah model dalam iklan yaitu terdiri dari 3 model yakni seorang ayah, ibu dan seorang anak yang berperan sebagai sebuah keluarga untuk menyampaikan pesan produk.

b. Props

Merupakan alat peraga yang digunakan oleh model dalam menyampaikan pesan produk Pepsodent. Peraga dalam iklan ini adalah boneka monster yang melambangkan bakteri yang dapat menyebabkan gigi berlubang.

(40)

26  

Adalah tempat atau lokasi tempat pengambilan gambar iklan. Dalam iklan ini seeting yang digunakan adalah di sebuah wastafel di kamar mandi.

d. Slogan

Adalah tulisan yang terdapat pada bagian tertentu dalam tayangan iklan yaitu “sikat gigi pagi dan malam dengan pepsodent”.

e. Dialog

Adalah percakapan atau pembicaraan yang diucapkan oleh model dalam menyampaikan pesan iklan.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, didasarkan oleh skor dari seluruh jawaban responden atas pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner.

(41)

Tinggi, sedang, rendahnya tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” dapat diketahui melalui skor jawaban yang didapat oleh responden dari pengisian kuisioner dimana skor tersebut akan dikategorikan tinggi, sedang atau rendah.

Pengukuran tingkat pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal yang terdiri dari pertanyaan dalam dua kategori jawaban yaitu : “Tahu” dan “Tidak Tahu”, adapun pemberian skornya adalah sebagai berikut :

Tahu : Skor 2

Tidak Tahu : Skor 1

Tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” digolongkan menjadi 3 tingkat yaitu tinggi, sendang dan rendah yang ditentukan berdasarkan jumlah skor jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval tingkat tinggi, sedang dan rendah menggunakan rumus :

R (range) = Skor Tertinggi – Skor Terendah Jenjang Yang Diinginkan

(42)

28  

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai tertinggi dari jawaban “Tahu” dengan skor 2 dikalikan dengan jumlah keseluruhan item pertanyaan dalam kuisioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai terendah dari jawaban “Tidak Tahu” dengan skor 1 dikalikan dengan jumlah keseluruhan item pertanyaan dalam kuisioner.

c. Jenjang yang dinginkan sebanyak 3, yang selanjutnya dijadikan bentuk dari tingkat pengetahuan yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Responden akan diberikan 17 pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa SD tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” dengan perhitungan sebagai berikut:

Skor tertinggi : 13 x 2 = 26

Skor terendah : 13 x 1 = 13

Skor Interval : 26 – 13 = 4

3

Jadi batasan skor dalam interval tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :

(43)

Tingkat pengetahuan siswa SD tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” adalah rendah apabila responden tidak memiliki perhatian terhadap iklan sehingga mereka tidak mampu memahami dan menjelaskan makna yang terkandung didalam unsur-unsur iklan yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”.

b. Jumlah skor 17 – 20 dalam kategori penilaian sedang.

Tingkat pengetahuan siswa SD tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” adalah sedang apabila responden sekedar melihat tayangan iklan saja, dan tidak memberikan perhatian lebih sehingga mereka tidak mampu memahami dan menjelaskan makna yang terkandung didalam unsur-unsur iklan yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”.

c. Jumlah skor 21 – 24 dalam kategori penilaian tinggi.

(44)

30  

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono 2002:55).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN Sidoklumpuk Sidoarjo yang berjumlah 712 siswa. Sekolah tersebut terpilih karena karena berdasarkan hasil pemeriksaan tim UKGS PusKesMas kecamatan Sidoarjo, kelurahan Sidoklumpuk Sidoarjo yang tertinggi dalam kasus gigi berlubang dan tercatat sebanyak 139 dari 712 siswa SD di kelurahan Sidoklumpuk Sidoarjo. (sumber : Poli Gigi PusKesMas Kecamatan Sidoarjo Tahun 2008)

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

(45)

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Total Sampling yaitu mengambil seluruh siswa sebanyak 139 sebagai sampel penelitian. Siswa tersebut terpilih menjadi sampel karena siswa tersebut telah memperoleh skrinning dari tim UKGS Puskesmas Kecamatan kota Sidoarjo.

3.3 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dimana data ini sangat diperlukan untuk keperluan analisis. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan memberikan jawaban dari pertanyaan dalam kuisioner. Penggunaan kuisioner dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi dengan reabilitas dan validitas yang benar.

Sedangkan data sekunder merupakan bahan-bahan pustaka yang terkait dengan masalah-masalah yang terkait. Bahan-bahan pustaka didapat dari buku-buku literatur atau informasi tertulis lainnya. Data sekunder juga diperoleh dari PusKesMas kecamatan Sidoarjo dan instansi-instansi terkait.

(46)

32  

tabulasi data, dianalisa sehingga mendapatkan hasil penelitian yang menjadi kesimpulan akhir dari penelitian.

3.4 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode survei. Data dari kuisioner tersebut ditabulasikan, kemudian dianalisis, diinterpretasikan secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi dari setiap item pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan rumus :

P = F x 100 % N

Keterangan :

P = Persentase responden

F = Frekuensi responden

N = Jumlah responden

(47)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Profil Sekolah

1. Nama Sekolah : SDN Sidoklumpuk

2. No. Induk : 20537078

3. No. Statistik : 101050201018

4. Propinsi : Jawa Timur

5. Otonomi Daerah : Sidoarjo

6. Desa / Kelurahan : Sidoklumpuk

7. Kecamatan : Sidoarjo

8. Jalan dan Nomer : Jl. Monginsidi no. 23

9. Kodepos : 61218

10. Telpon : (031) 8921805

11. Fax : -

12. Daerah : Perkotaan

(48)

34   

14. Kelompok Sekolah : A

15. Akreditasi : B

16. Surat Kelembagaan : -

17. Penerbit SK : -

18. Tahun Berdiri : 1974

19. Tahun Berubah : 2007

20. Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi dan Siang

21. Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

Lokasi Sekolah

a. Jarak ke Pusat Kecamatan : ± 1 Km

b. Jarak ke Pusat Otoda : ± 1 Km

c. Terletak Pada Lintasan : Kabupaten / Kota

22. Jumlah Keanggotaan Rayon : -

23. Organisasi Penyelenggara : Pemerintah

24. Perjalanan Perubahan Sekolah : Merjer SDN Sidoklumpuk 1 dan

SDN Sidoklumpuk 2 mulai tahun 2007.

(49)

Visi :

Terwujudnya siswa cerdas, berilmu, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Misi :

o Melaksanakan disiplin yang konsisten dalam segala hal.

o Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, dinamis, kreatif, inovatif, dialogis dan produktif.

o Menyediakan sarana dan fasilitas pendidikan yang bermutu, lengkap, dan efektif.

o Menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif.

o Menyiapkan generasi yang unggul yang memiliki potensi dibidang IPTEK dan IMTAQ.

4.1.3 Struktur Organisasi Sekolah

(50)

36   

Untuk mengetahui lebih jelas tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang ada dalam struktur organisasi SDN Sdidoklumpuk Sidoarjo, maka dapat diuraikan sebagai berikut dengan gambar terlampir.

4.1.4 Tugas Dan Wewenang

1. Kepala Sekolah

Merupakan pimpinan sekolah yang tugasnya adalah :

a. Bertanggung jawab penuh terhadap segala urusan sekolah dan pendidikan, baik urusan yang bersifat intern dalam arti menjaga kelangsungan dan kelancaran jalannya operasional kegiatan belajar mengajar atau masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan dengan pihak luar.

b. Bertindak selaku kepala sekolah bertanggung jawab kepada Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) mengenai semua urusan disekolah yang dipimpinnya.

2. Komite Sekolah

(51)

3. Bagian Tata Usaha

Bagian ini bertanggungjawab dalam pengembangan dan administrasi sumber daya manusia, pengelolaan kegiatan kesekretariatan dan umum untuk menjamin kelancaran operasional, serta melaksanakan kegiatan kehumasan dan pemberdayaan lingkungan. Dan bertanggung jawab dalam pencatatan dan pembukuan aset, perencanaan dan pengendalian anggaran dan pendapatan sesuai dengan prosedur administrasi dan aktivitasnya, untuk menjamin pengelolaan anggaran dan pendapatan yang efektif dan efisien guna peningkatan kinerja lingkungan.

4. Bagian Keamanan dan Kebersihan Lingkungan

Bagian keamanan bertugas untuk menjaga keamanan sekolah sedangkan bagian kebersihan bertanggungjawab kebersihan di lingkungan sekolah.

4.2 Penyajian Data dan Analisa Data

(52)

38   

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi : jenis kelamin dan usia responden. Selengkapnya tertera pada tabel berikut :

4.2.1.1 Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.1

Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ( n = 139 )

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase ( % )

1. Laki – laki 73 52,5

2. Perempuan 66 47,5

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 2

Berdasarkan tabel 1 diatas, jumlah responden laki-laki sebanyak 73 siswa atau 52,5 % dan responden perempuan sebanyak 66 siswa atau 47,5 %. Ini berarti jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan.

4.2.1.2 Usia Responden

Tabel 4.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ( n = 139 )

No. Usia Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. 10 22 15,8

(53)

3. 12 62 44,6

4. 13 3 2,2

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 3

Berdasarkan tabel 2 diatas, usia responden terbanyak adalah 12 tahun yaitu sebanyak 62 siswa atau 44,6 % kemudian responden berusia 11 tahun sebanyak 52 siswa atau 37,4 % sedangkan responden berusia 10 tahun sebanyak 22 siswa atau 15,8 % dan responden berusia 13 tahun sebanyak 3 siswa atau 2,2 %. Karena pada usia 12 tahun telah duduk di kelas dan pada usia ini responden telah memiliki kemampuan berfikir yang mulai matang dan baik. Selain itu pada usia ini anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan manipulatif menyerupai kemampuan-kemampuan orang-orang dewasa (John Santrock, 2005:300). Dengan demikian sangat mudah bagi anak-anak tersebut menerima berbagai macam informasi yang diberikan kepadanya.

4.2.2 Berdasarkan Penggunaan Media

4.2.2.1 Apakah Responden Pernah Menonton Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Tabel 4.3

(54)

40   

( n = 139 ) No. Pernah / Tidak Pernah

Menonton Iklan Frekuensi Persentase ( % )

1. Pernah 139 100

2. Tidak pernah 0 0

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 5

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 139 siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini mengaku pernah menonton iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi. Hal ini dikarenakan intensitas dan waktu penayangan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” yang tepat, sehingga responden mudah menjumpainya di televisi.

4.2.2.2 Frekuensi Responden Dalam Menonton Iklan

Tabel 4.4

Frekuensi Responden Dalam Menonton Iklan Selama Satu Minggu ( n = 139 )

No. Frekuensi Menonton

Selama 1 Minggu Frekuensi Persentase ( % )

1. 1 – 7 27 19,4

2. 8 – 14 66 47,5

3 15 – 21 46 33,1

Jumlah 139 100

(55)

Berdasarkan tabel diatas, frekuensi responden menonton iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” selama satu minggu adalah 27 siswa atau 19,4 % menyatakan menonton iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” sebanyak 1 – 7 kali selama satu minggu, sebanyak 66 siswa atau 47,5 % menyatakan menonton iklan tersebut sebanyak 8 – 14 kali selama satu minggu dan sebanyak 46 siswa atau 33,1 % menyatakan menonton iklan tersebut sebanyak 15 – 21 kali selama satu minggu. Hal ini karena iklan pasta gigi pepsodent versi “little monster” muncul ditelevisi minimal 3 kali sehari dan ditayangkan hampir diseluruh stasiun televisi mulai Desember 2009. Selain itu iklan ini juga ditunjang tepatnya jadwal penayangan sehingga responden mengaku sering melihat iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” ditelevisi.

4.2.2.3 Durasi Responden Dalam Menonton Iklan

Tabel 4.5

Durasi Responden Dalam Menonton Iklan ( n = 139 )

No. Durasi Menonton

Iklan Frekuensi Persentase ( % )

1. Kurang dari 15 detik 22 15,8

2. Lebih dari 15 detik 52 37,4

3 Sampai selesai 65 46,8

Jumlah 139 100

(56)

42   

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa sebanyak 22 siswa atau 15,8 % menyatakan menonton iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” selama kurang dari 15 detik, sebanyak 52 siswa atau 37,4 % menyatakan menonton iklan tersebut selama lebih dari 15 detik sedangkan sebanyak 65 siswa atau 46,8 % menyatakan menonton iklan tersebut sampai selesai. Hal ini karena iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” lucu dan menarik terutama bagi anak-anak, misalnya dengan munculnya monster secara tiba-tiba yang membuat model terkejut dan berteriak. Selain itu, iklan ini secara tidak langsung mengajarkan kebiasaan baik bagi kesehatan yakni mengajak anak-anak mencegah terjadinya gigi berlubang sejak dini dengan menyikat gigi pagi dan malam.

4.2.3 Pengetahuan Siswa SD Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

(57)

4.2.3.1Pengetahuan Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster” Merupakan Bagian Dari Kampanye Kesehatan Pepsodent

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” merupakan bagian dari Kampanye Kesehatan Pepsodent, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.6

Pengetahuan Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Merupakan Bagian Dari Kampanye Kesehatan Pepsodent

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 66 47,5

2. Tidak Tahu 73 52,5

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 8

(58)

44   

Pepsodent. Sedangkan 66 siswa atau 47,5 % menyatakan mengetahui bahwa iklan pasta gigi Pepsodent versi “liitle monster” merupakan bagian dari serangkaian kegiatan kampanye kesehatan Pepsodent. Hal tersebut karena responden menangkap tujuan dari iklan tersebut adalah untuk kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak sejak dini dan terdapatnya logo FDI World Dental Federation dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) sehingga mereka menganggap bahwa iklan tersebut merupakan salah satu kegiatan kampanye kesehatan yang dilakukan oleh Pepsodent untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut sejak dini.

4.2.3.2Pengetahuan Tentang Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang model dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.7

Pengetahuan Tentang Model Iklan Dari Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

(59)

2. Tidak Tahu 47 33,8

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 9

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa sebanyak 92 siswa atau 66,2 % menyatakan mengetahui model iklan yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Hal ini karena mereka menyatakan sering melihat sosok ayah Adi yang diperankan oleh Irgi A. Fahrezi dan Dika tersebut muncul di televisi. Sedangkan sebayak 47 siswa atau 33,8 % menyatakan tidak mengetahui model iklan yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Hal ini karena mereka tidak mengenal sosok yang berperan sebagai model dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” sehingga mereka menjawab tidak mengetahui model dalam iklan tersebut.

4.2.3.3Pengetahuan Tentang Jumlah Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang jumlah model dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.8

Pengetahuan Tentang Jumlah Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “little Monster”

(60)

46   

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 90 64,7

2. Tidak Tahu 49 35,5

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 10

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa sebanyak 90 siswa atau 64,7 % menyatakan mengetahui tentang berapa jumlah model yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” dimana terdapat 3 orang model iklan yang berperan sebagai seorang ayah, seorang anak kecil dan seorang ibu. Sedangkan sebanyak 49 siswa atau 35,5 % menyatakan tidak mengetahui tentang berapa jumlah model yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Hal ini karena responden kurang memperhatikan tayangan iklan tersebut. Responden hanya mendapati 2 model saja yakni seorang ayah dan seorang anak, namun dalam iklan ini terdapat 3 orang model iklan yang berperan sebagai seorang ayah, seorang anak kecil dan seorang ibu.

(61)

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang maksud digunakannya beberapa model dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.9

Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Beberapa Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 56 40,3

2. Tidak Tahu 83 59,7

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 11

(62)

48   

anaknya untuk membiasakan menyikat gigi pagi dan malam. Selain itu, responden juga menyatakan lebih tertarik dengan iklan yang demikian karena lebih nyata sesuai dengan keadaan yang dialami mereka sehari-hari. Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep dari iklan tersebut yang mengetengahkan sosok Ayah Adi dan Dika, ayah dan anak yang berbagi tips dan trik tentang bagaimana menjadikan menyikat gigi lebih bisa dinikmati, dan tidak menjadi pengalaman buruk bagi orang tua dan anak-anak. Iklan tersebut mengajak penonton mengikuti perjalanan hidup Ayah Adi yang menggunakan humor untuk mendidik anaknya, Dika, ketika menyikat gigi, khususnya di malam hari (http://www.unilever.co.id).

4.2.3.5Pengetahuan Tentang Boneka Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

(63)

Tabel 4.10

Pengetahuan Tentang Boneka Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 107 77

2. Tidak Tahu 32 23

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 12

(64)

50   

gigi Pepsodent versi “little monster” terlihat lucu bagi mereka dan tidak seperti wujud monster.

4.2.3.6 Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Boneka Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang maksud digunakannya boneka dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.11

Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Boneka Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 102 73,4

2. Tidak Tahu 37 26,6

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 13

(65)

anak-anak jadi takut akan bahaya dari pada kuman tersebut sehingga akhirnya mereka mau untuk menyikat giginya pada malam hari secara rutin. Sedangkan sebanyak 37 siswa atau 26,6 % menyatakan tidak mengetahui tentang maksud digunakannya boneka dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Hal ini karena mereka tidak terlalu memperhatikan dengan seksama, mereka menyatakan bahwa maksud penggunaan boneka monster hanya untuk menunjang unsur humor saja sehingga iklan tersebut menjadi lebih menarik bagi anak-anak.

4.2.3.7Pengetahuan Tentang Tempat Yang Digunakan Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang tempat yang digunakan dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.12

Pengetahuan Tentang Tempat Yang Digunakan Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 111 79,9

2. Tidak Tahu 28 20,1

Jumlah 139 100

(66)

52   

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa sebanyak 111 siswa atau 79,9 % menyatakan mengetahui tentang tempat yang digunakan dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi ‘little monster. Tempat yang digunakan untuk syuting iklan ini adalah di wastafel atau kamar mandi. Responden menyatakan megetahui tempat tersebut adalah wastafel atau kamar mandi karena memang terlihat jelas dalam iklan. Sedangkan sebanyak 28 siswa atau 20,1 % menyatakan tidak mengetahui tentang tempat yang digunakan dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi ‘little monster. Hal ini karena menurut mereka tempat yang digunakan untuk pengambilan gambar atau syuting iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” ini tidak jelas dan tidak ada penjelasan mengenai tempat yang digunakan. Selain itu respoden juga menyatakan kalau tempat yang digunakan untuk syuting tersebut adalah menunjuk pada nama suatu kota.

4.2.3.8Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Tempat Dalam Iklan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

(67)

Tabel 4.13

Pengetahuan Tentang Maksud Digunakannya Tempat Dalam Iklan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 84 60,4

2. Tidak Tahu 55 39,6

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 15

(68)

54   

4.2.3.9Pengetahuan Tentang Slogan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang slogan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.14

Pengetahuan Tentang Slogan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 57 41

2. Tidak Tahu 82 59

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 16

(69)

41 % menyatakan mengetahui slogan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Hal ini terjadi karena slogan daripada iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” yakni “sikat gigi pagi dan malam dengan Pepsodent” berbentuk tulisan dan tertera pada bagian akhir iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, sehingga kapanpun responden menyaksikan iklan tersebut mereka dapat membacanya dan mengetahui slogan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”.

4.2.3.10 Pengetahuan Tentang Maksud Slogan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang maksud slogan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel.4.15

Pengetahuan Tentang Maksud Slogan Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 52 37,4

2. Tidak Tahu 87 62,6

Jumlah 139 100

(70)

56   

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa sebanyak 87 siswa atau 62,6 % menyatakan tidak mengetahui maksud slogan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Hal ini terjadi karena responden tidak memperhatikan pada bagian mana slogan tersebut ditampilkan. Bahkan mereka tidak mengetahui slogan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”. Sedangkan sebanyak 52 siswa atau 37,4 % menyatakan mengetahui maksud slogan iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” yakni “sikat gigi pagi dan malam dengan Pepsodent”. Karena slogan tersebut berbentuk tulisan yang muncul pada bagian akhir iklan dan maknanya sangat jelas dan mudah dipahami yaitu ajakan menyikat gigi pagi hari dan malam hari dengan menggunakan pasta gigi Pepsodent.

4.2.3.11 Pengetahuan Tentang Maksud Kata-kata Yang Diucapkan Oleh Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

(71)

Tabel 4.16

Pengetahuan Tentang Maksud Kata-kata Yang Diucapkan Oleh Model Dalam Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 106 76,3

2. Tidak Tahu 33 23,7

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 18

(72)

58   

model mengucapkan kata-kata “menggerogoti gigi” sehingga mereka tidak mengetahui maksud dari kata-kata tersebut.

4.2.3.12 Pengetahuan Tentang Menyikat Gigi Yang Baik Adalah Pada Pagi Hari Dan Malam Hari

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden bahwa menyikat gigi yang baik adalah pada pagi hari dan malam hari, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.17

Pengetahuan Tentang Menyikat Gigi Yang Baik Adalah Pada Pagi Hari Dan Malam Hari

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 110 79,1

2. Tidak Tahu 29 20,9

Jumlah 139 100

Sumber : Kuesioner no. 19

(73)

monster” ini, model juga mengatakan bahwa pada waktu tidur kuman akan menggerogoti gigi dan berubah menjadi lubang hitam. Sehingga respoden mengetahui bahwa menyikat gigi yang baik adalah pada pagi dan malam hari. Sedangkan sebanyak 29 siswa atau 20,9 % menyatakan tidak mengetahui bahwa menyikat gigi yang baik adalah pada pagi hari dan malam hari. Mayoritas responden menyatakan, mereka hanya menyikat gigi pada saat mandi dan tidak mengetahui bahwa kuman berkembang biak lebih cepat pada malam hari sehingga tidak pernah siakt gigi pada malam hari.

4.2.3.13 Pengetahuan Tentang Pasta Gigi Pepsodent Mengandung Zat Yang Berguna Untuk Mencegah Gigi Berlubang

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden tentang pasta gigi Pepsodent mengandung zat yang berguna untuk mencegah gigi berlubang, maka diperoleh frekuensi jawaban sebagai berikut :

Tabel 4.18

Pengetahuan Tentang Pasta Gigi Pepsodent Mengandung Zat Yang Berguna Untuk Mencegah Gigi Berlubang

( n = 139 )

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase ( % )

1. Tahu 42 30,2

2. Tidak Tahu 97 69,8

Jumlah 139 100

(74)

60   

(75)

4.3 Tingkat Pengetahuan Siswa SD Di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada 100 responden, maka diperoleh tingkat pengetahuan siswa SD tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”, selengkapnya tersaji dalam tabel 4.19 berikut ini :

Tabel 4.19

Tingkat Pengetahuan Siswa SD Di Sidoarjo Tentang Iklan Pasta Gigi Pepsodent Versi “Little Monster”

( n = 139 )

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase ( % )

1. Tinggi 76 54,7

2. Sedang 42 30,2

3. Rendah 21 15,1

Jumlah 139 100

Sumber : Lampiran 2

(76)

62   

Pada kategori tingkat pengatahuan tinggi dengan jumlah 76 siswa atau sebanyak 54,7 %,, hal ini karena responden dapat mengerti dan memahami lebih baik tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” meskipun terdapat informasi yang tidak secara langsung dimunculkan dalam iklan tersebut. Akan tetapi mereka dapat melogikakan sendiri makna dan maksudnya sehingga mereka dapat memperoleh kesimpulan jawaban dari informasi yang dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat pula dari jawaban responden pada lembar kuesioner dimana sebagian besar siswa menjawab mengetahui pada setiap nomor atau point pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Selain itu responden juga mampu memberikan penjelasan atau menjabarkan alasan dari jawaban mereka secara tepat.

Sesuai dengan teori S – O – R, dapat diketahui bahwa responden dalam hal ini siswa SD telah mampu melewati proses perhatian, pengertian dan pada akhirnya penerimaan dalam diri mereka tentang pengetahuan dari iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” di televisi.

(77)

mandi sebagai tempat pengambilan gambar, dan maksud dari pada slogan iklan tersebut.

Pada kategori tingkat pengetahuan rendah hanya 21 responden atau sebesar 15,1 %, hal ini karena responden dalam melihat atau menyaksikan iklan tersebut tidak secara serius, seksama dan mendetail atau bahkan hanya kebetulan saja melihat iklan tersebut Responden cenderung menanti acara kesukaan mereka yang hendak diputar setelah iklan tersebut, sehingga informasi-informasi yang terkandung dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little mosnter” tidak dapat mereka pahami dengan baik.

(78)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan yang telah dijabarkan oleh peneliti berupa penyajian data yang dijelaskan dalam bentuk tabel frekuensi kemudian telah mengalami proses analisis dan pengolahan data, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” adalah berada pada kategori tinggi.

Responden tidak sekedar melihat tayangan iklan saja, selain itu mereka memiliki pengetahuan serta menaruh perhatian lebih terhadap iklan tersebut. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka memahami dan menjelaskan maksud dan makna yang terkandung didalam unsur-unsur iklan yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” antara lain model iklan, jumlah model iklan, props, setting tempat, dan dialog iklan.

Tingginya tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” disebabkan oleh tingkat usia responden yakni usia 11 dan 12 tahun, dan duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 dan kelas 6. Responden telah memiliki cara pandang dan memaknai sebuah media salah satunya iklan. Hal ini didukung kemampuan mereka

(79)

yang telah mampu untuk memanipulatif tindakan menyerupai tindakan orang dewasa.

Faktor lain yang menyebabkan tingginya tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” adalah tingginya frekuensi tayangan iklan tersebut di televisi sehingga memudahkan siswa SD mengerti tentang sesuatu yang terkandung dalam iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster”.

5.2 Saran

Saran yang disampaikan peneliti mengenai tingkat pengetahuan siswa SD di Sidoarjo tentang iklan pasta gigi Pepsodent versi “little monster” yaitu :

1. Bagi Pepsodent hendaknya lebih meningkatkan frekuensi dan jam penayangan iklan karena dalam kuisioner jawaban masih banyak responden yang menjawab mengetahui namun kurang bisa menjelaskan secara tepat unsur-unsur iklan yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent.

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5 Durasi Responden Dalam Menonton Iklan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelenjar tiroid normal biasanya tidak dapat dilihat dengan cara inspeksi, kecuali pada orang yang amat kurus, namun apabila dalam keadaan tertentu ditemukan deviasi

Hal ini hendaklah menjadi pelajaran bagi negara CEE lainnya maupun negara ‘kandidat’ yang akan bergabung dengan EU dalam upaya mengatasi permasalahan

For example, when the phone operator receives phone calls from potential guests, she will transfer the phone line to the reservation staff, then after the reservation staff

Issues to be disclosed for that is discussed in this paper; "How is the integration patterns of democratic governance, gender, and the environment into the curriculum PTKI in

5. Dilarang mencoret-coret / memberi tanda jawaban di naskah soal dengan alasan apapun, jika terbukti maka yang bersangkutan dikurangi nilainya sesuai dengan jumlah soal

Working memory yang buruk pada anak akan mengakibatkan gangguan dalam melakukan tugas sederhana, seperti kemampuan untuk fokus, mengingat instruksi di kelas,

So far, this method has identified services, process flows, service components, functional components, and technical components. It also argued that technical components belong to

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu data-data yang diperoleh, dikumpulkan dan dianalisa