ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.I DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF PADA DIAGNOSA MEDIS
HIPERTENSI DI DESA CUKURGONDANG KECAMATAN GRATI KABUPATEN
PASURUAN
Oleh:
MATHLUBI THORIQ ZUHDI NIM. 1801070
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2021
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.I DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF PADA DIAGNOSA MEDIS
HIPERTENSI DI DESA CUKURGONDANG KECAMATAN GRATI KABUPATEN
PASURUAN
Oleh:
MATHLUBI THORIQ ZUHDI NIM. 1801070
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2021
ii
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.I DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF PADA DIAGNOSA MEDIS
HIPERTENSI DI DESA CUKURGONDANG KECAMATAN GRATI KABUPATEN
PASURUAN
Sebagai Prasyarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan ( Amd. Kep ) Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Oleh:
MATHLUBI THORIQ ZUHDI NIM. 1801070
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2021
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mathlubi Thoriq Zuhdi
NIM : 1801070
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan 10 Maret 2000
Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.I DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN TIDAK EFEKTIF PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA CUKURGONDANG KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN”
adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Pasuruan, 24 Mei 2021 Yang menyatakan,
Mathlubi Thoriq Zuhdi NIM. 1801070
Mengetahui,
Pembimbing 1
Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS NIDN. 0708078606
Pembimbing 2
Ns. Erik Kusuma, S.Kep., M.Kes NIDN. 3428098001
iv
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : Mathlubi Thoriq Zuhdi
Judul :
Asuhan Keperawatan Pada Tn.I Dengan Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji karya tulis ilmiah pada tanggal : 24 Maei 2021
Oleh:
Pembimbing 1
Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS NIDN. 0708078606
Pembimbing 2
Ns. Erik Kusuma, S.Kep., M.Kes NIDN. 3428098001
Mengetahui, Direktur
Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes NIDN. 0703087801
v
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di program D3 Keperawatan di Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo.
Tanggal : 24 Mei 2021 TIM PENGUJI
Tanda Tangan Ketua :Ns. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., MNS ...
Anggota :
1. Ns. Erik Kusuma, S. Kep.Ns, M. Kes .………..
2. Ns. Faida Annisa, S.Kep., MNS ..………
Mengetahui Direktur
Politeknik Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes NIDN. 0703087801
vi MOTTO
Jawaban dari Sebuah Keberhasilan Adalah Terus Belajar dan Tak Kenal Putus Asa.
Selama Ada Niat dan Keyakinan Semua Akan Jadi Mungkin.
Memulai dengan Penuh Keyakinan, Menjalankan dengan Penuh Keikhlasan, Menyelesaikan dengan Penuh Kebahagiaan.
Berakit rakit ke hulu, berenang renang ketepian
Habis Gelap Terbitlah Terang
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :
Untuk Ayah, ibu, adik dan saudara saya ucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah memberi dukungan do’a, dan semangat. Semoga Allah S.W.T.
memberi saya kesempatan untuk membahagiakan kalian kelak.
Untuk bapak dan ibu dosen terutama Bapak Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.Ns., MNS, Ibu Faida Annisa, S.Kep.Ns., MNS, Ibu Erik Kusuma, S.Kep.Ns, M.Kes, Ibu Ayu Dewi Nastiti, S. Kep. Ns. M. Kep. Terimakasih saya ucapkan atas ilmu, bimbingan dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada saya tanpa bapak dan ibu dosen semua ini tidak akan berarti.
Untuk sahabat saya mulai dari kecil hingga sekarang yaitu Yoga, Aak, Anton, udin, riski, Mustofal, Mega, Tirta, Ira, Syakira Sierly Amalia, Ika Septi Eriyanti terima kasih banyak karena hingga saat ini selalu memberikan dukungan, kekuatan, serta saling memberikan semangat satu sama lain.
Untuk teman seperjuangan saya yang tidak dapat disebutkan satu per satu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini, ada suka maupun duka yang telah kita lewati. Tetapi tidak apa semua itu untuk pendewasaan kita masing – masing. Semoga kita dapat meraih kesuksesan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Aamiin yaa robbal a’lamiin.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillaah kami panjatkan kehadirat Allaah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.I Dengan Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan KTI ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Agus Sulistyowati, S. Kep., M, Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah mengesahkan.
2. Faida Annisa, S.Kep.Ns, MNS selaku pembimbing I yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, mencurahkan perhatian, doa dan nasihat serta yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan Karya Tulis I ini.
3. Erik Kusuma, S. Kep.NS, M Kes selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan bimbingan, nasihat serta waktunya selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Para sahabat yang telah mendukung untuk terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu, teman-teman seperjuangan yang telah menemani selama saya menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
5. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa KTI ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
ix
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi teman sejawat.
Sidoarjo, Mei 2021
Mathlubi Thoriq Zuhdi
NIM: 1801070
x DAFTAR ISI
Sampul Depan ... i
Sampul Depan Persyaratan Gelar... ii
Surat Pernyataan... iii
Lembar Persetujuan Karya Tulis Ilmiah ... iv
Halaman Pengesahan ...v
Motto ... vi
Lembar Persembahan ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi...x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Daftar Lampiran ...xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...3
1.3 Tujuan Penelitian ...4
1.3.1 Tujuan Umum ...4
1.3.2 Tujuan Khusus...4
1.4 Manfaat Penelitian ...5
1.4.1 Manfaat Teoritis ...5
1.4.2 Manfaat praktis ...5
1.5 Metode Penulisan ...6
1.5.1 Metode ...6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ...6
1.5.3 Sumber Data ...6
1.5.4 Studi Kepustakaan ...7
1.6 Sistematika Penulisan ...7
1.6.1 Bagian awal...7
1.6.2 Bagian inti ...7
1.6.3 Bagian akhir ...8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...9
2.1 Konsep Penyakit ...9
2.1.1 Pengertian Hipertensi ...9
2.1.2 Etiologi ...9
2.1.3 Klafisikasi hipertensi ...9
2.1.4 Patofisiologi ...10
2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi ...11
2.1.6 Pathway ...13
2.1.7 Manifestasi Klinis ...14
2.1.8 Komplikasi ...15
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang...16
2.1.10 Penatalaksanaan ...17
2.1.11 Upaya Pencegahan ...17
xi
2.2 Konsep Keluarga ...18
2.2.1 Definisi Keluarga ...18
2.2.2 Tipe Keluarga ...19
2.2.3 Tahap Perkembangan Keluarga ...23
2.2.4 Struktur Keluarga ...25
2.2.5 Ciri-ciri Struktur keluarga ...26
2.2.6 Elemen Struktur keluarga ...26
2.2.7 Fungsi Keluarga ...27
2.2.8 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ...28
2.2.9 Peran Perawat dalam Keluarga ...29
2.2.10 Definisi Asuhan Keperawatan Keluarga ...30
2.2.11 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga...30
2.3 Konsep Manajemen Kesehatan Tidak Efektif ...31
2.3.1 Definisi manajemen Kesehatan Tidak efektif ...31
2.3.2 Faktor yang berhubungan ...32
2.3.3 Batasan Karakteristik ...32
2.3.4 Penatalaksanaan ...33
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Manajemen Kesehatan Tidak efektif ...33
2.4.1 Pengkajian ...33
2.4.2 Diagnosa Keperawatan ...44
2.4.3 Intervensi ...47
2.4.4 Implementasi Keperawatan ...55
2.4.5 Evaluasi Keperawatan ...55
2.5 Kerangka Masalah ...56
BAB 3 TINJAUAN KASUS...57
3.1 Pengkajian ...57
3.1.1 Data Umum ...57
3.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga ...59
3.1.3 Data lingkungan ...60
3.1.4 Struktur keluarga ...62
3.1.5 Fungsi keluarga ...63
3.1.6 Stress dan koping keluarga ...64
3.1.7 Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga ...65
3.1.8 Harapan keluarga...67
3.2 Analisa Data ...68
3.3 Diagnosis Keperawatan ...69
3.3.1 Prioritas Masalah Keperawatan ...69
3.3.2 Diagnosis Keperawatan ...70
3.4 Intervensi Keperawatan...71
3.5 Implementasi Keperawatan ...73
3.6 Evaluasi Keperawatan ...75
BAB 4 PEMBAHASAN ...77
4.1 Pengkajian ...77
4.2 Diagnosa Keperawatan ...79
4.3 Intervensi Keperawatan...79
4.4 Implementasi Keperawatan ...81
xii
4.5 Evaluasi Keperawatan ...82
BAB 5 PENUTUP ...85
5.1 Kesimpulan ...85
5.2 Saran ...86
DAFTAR PUSTAKA ...87
LAMPIRAN ...89
xiii
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Hal
Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi ...10
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi………...10
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Hipertensi………..46
Tabel 2.4 Skala Untuk Menentukan Prioritas Diagnosa………..46
Tabel 2.5 Intervensi keperawatan pada pasien hipertensi………48
Tabel 3.1 Komposisi Keluarga……….57
Tabel 3.2 Pemeriksaan fisik……….65
Tabel 3.3 Analisa Data……….68
Tabel 3.4 Skoring Masalah Manajemen Kesehatan Tidak Efektif………..69
Tabel 3.5 Skoring Masalah Nyeri Akut………...70
Tabel 3.6 Daftar Diagnosa Keperawatan……….70
Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan………...71
Tabel 3.8 Implementasi keperawatan………..73
Tabel 3.9 Evaluasi Keperawatan……….75
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Tabel Judul Gambar Hal
Gambar 2.1 Pathway ...13
Gambar 2.2 Kerangka Masalah ...56
Gambar 3.1 Genogram……….58
Gambar 3.2 Denah rumah………61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Tabel Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ...89
Lampiran 2 Leaflet ...92
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian ...93
Lampiran 4 Informed Consent ...94
Lampiran 5 Lembar Konsultasi………...95
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagai mana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah normal (Wijaya &
Putri, 2013). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &
Wilson, 2013). Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi. Dari berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit serius dan berdampak pada psikologis penderita. Oleh karena itu, keluarga menjadi pendukung utama bagi penderita hipertensi agar keadaan penderita tidak semakin memburuk dan terhindar dari komplikasi. Untuk perawatan pasien hipertensi yang dominan dilakukan dirumah, dukungan keluarga sangat diperlukan. Jika motivasi pasien kurang ditunjang dengan dukungan keluarga maka akan timbul masalah keperawatan manajemen kesehatan tidak efektif.
Manajemen kesehatan tidak efektif adalah pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan (PPNI, 2016).
Dampak yang akan ditimbulkan meliputi kegagalan dalam melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko, gagal menerapkan program perawatan pada penderita, ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan dan
kurang perhatian pada penyakit sehingga tekanan darah tidak terkontrol dan dapat terjadi komplikasi.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2016 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2018. Data Sample Registration Survey tahun 2018 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Cukurgondang terdapat keluarga pada kasus hipertensi dengan manajemen kesehatan tidak efektif.
Indikasi dari peningkatan kasus hipertensi di masyarakat salah satunya karena minimnya perhatian keluarga terhadap pencegahan dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai penyakit hipertensi. Keberhasilan perawatan penderita hipertensi tidak luput dari peran keluarga, dimana keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan dan keluarga sangat berperan dalam menentukan asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan terpengaruh, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian keluarga, apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan hipertensi, maka berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal (Mubarak, 2009). Beberapa faktor risiko seperti kurangnya pengetahuan atau informasi dapat memicu kegagalan dalam pencapaian pengobatan hipertensi, seperti tidak mengenal gejala hipertensi, tidak mampu mengambil keputusan dalam menolong hipertensi, tidak mampu memberi asuhan
keperawatan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam mengatasi masalah meningkatkan produktifitas keluarga sehingga manajemen kesehatan tidak efektif pada keluarga tersebut.
Pencapaian tujuan perawatan kesehatan keluarga yang optimal, diperlukan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Adapun peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluargannya menderita penyakit hipertensi antara lain: mampu mengenal asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi, sebagai pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, sebagai pemberi pelayanan kesehatan, sebagai role model dan sebagai fasilitator (Rachmawati, Dkk, 2013).
Dalam upaya mencegah, mengendalikan hipertensi perlu adanya upaya yang diarahkan pada bagaimana mengurangi faktor-faktor resiko timbulnya penyakit hipertensi termasuk program manajemen kesehatan penderita hipertensi serta informasi yang valid tentang suatu pemenuhan nutrisi, istirahat, kebersihan diri, psikologis, sosial dan spiritual.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik pada kasus ini dan berharap dapat memberikan perawatan dan menambah wawansan keluarga khususnya tentang hipertensi. Penulis memustukan untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn.I Dengan Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada tn.i dengan manajemen kesehatan tidak efektif pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan manajemen kesehatan tidak efektif pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Menggambarkan pengkajian Asuhan keperawatan pada Tn.I dengan manajemen kesehatan tidak efektif pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.2 Menggambarkan diagnosa keperawatan pada Tn.I dengan manajemen kesehatan tidak efektif pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.3 Menggambarkan perencanaan keperawatan pada Tn.I dengan manajemen kesehatan tidak efektif pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.4 Menggambarkan tindakan keperawatan pada Tn.I dengan manajemen kesehatan tidak efektif pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.5 Menggambarkan evaluasi keperawatan pada Tn.I dengan manajemen kesehatan tidak efektif pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi masukan bahan pembelajaran dan menambah ilmu pengetahuan khususnya pada masalah keperawatan manajemen kesehatan tidak efektif dan sebagai kerangka pikir ilmiah dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama di keperawatan keluarga dalam meningkatkan manajemen kesehatan keluarga.
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengerti gambaran umum tentang penyakit hipertensi beserta tindakan yang tepat untuk pasien agar pasien mendapatkan tindakan keperawatan yang tepat dalam keluarganya, Melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko meningkat, menerapkan program perawatan meningkat, aktifitas hidup sehari – hari efektif, memenuhi tujuan kesehatan meningkat.
1.4.2.2 Bagi Perawat
Sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan Manajemen Kesehatan Tidak Efektif pada diagnosa medis Hipertensi di Desa Cukurgondang Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan, peningkatan pelayanan dan melakukan pencegahan dengan memberi penyuluhan pada pasien dan keluarga tentang penyakit hipertensi.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1 Metode
Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara
Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun tim kesehatan lain
1.5.2.2 Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan, reaksi, sikap dan perilaku klien yang dapat diamati.
1.5.2.3 Pemeriksaan
Meliputi pemeriksaan fisik yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan pengamatan selanjutnya.
1.5.3 Sumber Data 1.5.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.
1.5.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, catatan medis perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.
1.5.4 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.
1.6 Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.6.1 Bagian awal
Memuat halaman judul, halaman pernyataan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lampiran.
1.6.2 Bagian inti
terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri sub bab berikut ini : BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan KTI.
BAB II : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan keluarga pada hipertensi.
BAB III : Tinjauan kasus, berisi tentang hasil pelakasaan asuhan keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada waktu dan ruang yang digunakan pengambilan kasus.
BAB IV : Pembahasan, berisi tentang deskripsi kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan.
BAB V : Penutup, berisi tentang : simpulan dan saran.
1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran
9 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler aterosklerotik, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi menimbulkan risiko morbiditas atau mortalitas dini, yang meningkat saat tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak pembuluh darah di organ target (jantung, ginjal, otak, dan mata) (Brunner & Suddarth, 2018).
2.1.2 Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung , stroke dan gagal ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria.
Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor keturunan.
2.1.3 Klafisikasi hipertensi
Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat kalasifikasi (Smeltzer, 2018), yaitu :
Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik
Kriteria TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal Prahipertensi Stadium I Stadium II
< 120 mmHg 120 – 139 mmHg 140 – 159 mmHg
≥ 160 mmHg
< 80 mmHg 80 – 89 mmHg 90 – 99 mmHg
≥ 100 mmHg Sumber : (Smeltzer, 2018)
Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasfikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa.
Kriteria TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal
Normal Tinggi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (maligna)
< 130 mmHg 130 – 139 mmHg 140 – 159 mmHg 160 – 179 mmHg 180 – 209 mmHg
≥ 210 mmHg
< 85 mmHg 85 – 89 mmHg 90 – 99 mmHg 100 – 109 mmHg 110 – 119 mmHg
≥ 120 mmHg (Sumber : Triyanto, 2014)
2.1.4 Patofisiologi
Hipertensi sangat kompleks. Walaupun belum diketahui secara pasti, pada hipertensi essensial, faktor genetik, lingkungan serta gaya hidup dapat mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskular, ginjal, dan neurohormonal hingga menimbulkan peningkatan tekanan darah kronik.
Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan ginjal sangat berperan. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja
jantung yang berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi dapat disebakan peningkatan akitivitas saraf simpatis, gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide, faktor natriuretik, dan endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular. Kelainan pada ginjal berupa defek kanal ion Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon renin-angiotensin-aldosteron serta gangguan aliran darah ke ginjal. Gangguan pada tekanan natriuresis juga dapat mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga mengakibatkan retensi garam dan cairan.
Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II atau endotelin berhubungan dengan peningkatan total resistensi perifer dan tekanan darah.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon yang menyebabkan retensi natrium yang menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor Risiko Hipertensi Dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah, antara lain : umur, jenis kelamin, dan genetik.
2) Faktor risiko yang dapat diubah
Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kurang aktifitas fisik, obesitas, konsumsi alkohol dan stress.
2.1.6 Pathway
Gambar 2.1 Pathway (Brunner & Suddarth, 2013)
Faktor resiko yang dapat diubah dan
Faktor risiko yang tidak dapat diubah
HIPERTENSI
Tekanan darah sistemik ↑ Kerusakan pembuluh darah vaskuler
Perubahan situasi
Beban kerja jantung ↑
Perubahan struktur
Penyumbatan pembuluh darah
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Gagal mencapai pengendalian yang optimal
Kurangnya informasi
Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk
menjalankan program perawatan/pengobatan
yg sudah ditetapkan
Aktivitas sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi
tujuan kesehatan
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif Otak Pembuluh
darah
Retina Ginjal
Nyeri Akut
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Hipervolemi
Risiko Cedera Aliran darah
Respon RAA
Merangsang aldosteron
Retensi Na
Retensi
PD Otak Koroner Iskemia miokard
Spasme arteriol
Fungsi penglihatan Suplai
O2
otak
2.1.7 Manifestasi Klinis
Walaupun penyakit ini dianggap tidak memiliki gejala awal, sebenarnya ada beberapa gejala yang tidak terlalu tampak sehingga sering tidak dihiraukan oleh penderita. Gejala-gejala yang dirasakan penderita hipertensi antara lain:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (jarang dilaporkan), muka pucat, suhu tubuh rendah. Gejala-gejala yang sifatnya khusus tersebut akan terasa pada kondisi atau aktivitas tertentu berhubungan dengan perubahan dan proses-proses metabolisme tubuh yang sedikit terganggu.
2.1.7.1 Kondisi istirahat
Gejala hipertensi pada kondisi istirahat berupa kelemahan dan letih, nafas pendek, gaya hidup monoton, frekuensi jantung meningkat.
2.1.7.2 Berkaitan dengan sirkulasi darah
Gejala hipertensi berkaitan dengan sirkulasi darah berupa kenaikan tensi darah, nadi denyutan jelas, kulit pucat, suhu dingin akibat pengisian pembuluh kapiler mungkin melambat.
2.1.7.3 Berkaitan dengan masalah emosional
Seseorang pasti mengalami riwayat perubahan kepribadian. Hal tersebut dapat dipicu oleh faktor-faktor multiple stress atau tekanan yang bertumpuk seperti hubungan dengan orang lain, keuangan, pekerjaan, dan sebagainya. Gejala hipertensi berkaitan dengan kondisi emosional berupa fluktuasi turun naik, suasana hati yang tidak stabil, rasa gelisah, penyempitan perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
2.1.7.4 Berkaitan dengan kondisi makanan dan pencernaan
Gejala-gejala hipertensi berkaitan dengan kondisi makanan dan pencernaan berupa makanan yang disukai mencakup makanan tinggi natrium, lemak serta kolesterol, sering mual dan muntah, perubahan berat badan secara drastis (meningkat/turun), riwayat penggunaan obat diuretik, adanya edema, glikosuria.
2.1.7.5 Berhubungan dengan respon saraf
Gejala hipertensi berhubungan dengan respons saraf, berupa keluhan pusing, berdenyut-denyut, sakit kepala terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam, misalnya penglihatan kabur, perubahan keterjagaan, gangguan orientasi, pola isi bicara berubah, proses pikir terganggu, penurunan kekuatan genggaman tangan, sering batuk, gangguan koordinasi/cara berjalan, perubahan penurunan postural (Sutanto, 2010).
2.1.8 Komplikasi
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut Wijaya & Putri (2017), sebagai berikut :
2.1.8.1 Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu
memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema.
Kondisi ini disebut gagal jantung.
2.1.8.2 Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
2.1.8.3 Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
2.1.8.4 Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi menurut Amin &
Hardhi (2015) adalah sebagai berikut : 2.1.9.1 Hemoglobin atau hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat mengidentifikasi factor resiko seperti : hipokoagulasi, anemia
2.1.9.2 Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
2.1.9.3 Kreatinin serum
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
2.1.9.4 Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya diabetes.
2.1.9.5 Elektrokardiogram
Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
2.1.10 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dengan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg dengan memodifikasi gaya hidup seperti :
1) Teknik-teknik mengurangi stres 2) Penurunan berat badan
3) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau
4) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi) 5) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada
setiap terapi anti hipertensi
2.1.11 Upaya Pencegahan
1) Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alcohol.
2) Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan.
3) Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)
4) Latihan olahraga seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu.
5) Memperbanyak minum air putih, minum 8-10 gelas/ hari.
6) Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorang yang memiliki riwayat penderita hipertensi.
7) Menjalani gaya hidup yang wajar mempelajari cara yang tepat untuk mengendalikan stress. (Bambang Sadewo, 2004)
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1997) Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, dan saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut Stanhope dan Lancaster (1996)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya. Menurut Allender dan Spradley (2001) Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah (Depkes, 2000):
2.2.1.1 Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi
2.2.1.2 Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka akan tetap memperhatikan satu sama lain
2.2.1.3 Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial, seperti: suami, istri, anak, kakak, adik.
2.2.1.4 Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.
(Susanto, 2012).
2.2.2 Tipe Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Susanto, 2012).
2.2.2.1 Keluarga Tradisional:
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan anak yang dengan sudah memisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua (kakek- nenek), keponakan.
6) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7) Commuter family
Kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat weekends atau pada waktu-waktu tertentu.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan yang sama.
10) Blended family
Duda atau janda karena perceraian yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan seperti perceraian atau ditinggal mati.
2.2.2.2 Keluarga Non Tradisional:
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital patners’.
6) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya 8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,nilai-nilai hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/ saudara di dalam sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya (Susanto, 2012).
2.2.3 Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8:
2.2.3.1 Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
2.2.3.2 Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
2.2.3.3 Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial dan merencanakan kelahiran berikutnya.
2.2.3.4 Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
2.2.3.5 Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
2.2.3.6 Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.
2.2.3.7 Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
2.2.3.8 Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu (Susanto, 2012).
2.2.4 Struktur Keluarga
2.2.4.1 Dominasi jalur hubungan darah 1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah, suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau di susun melalui jalur garis ibu.
Suku Padang salah satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal
2.2.4.2 Dominasi keberadaan tempat tinggal 1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
2.2.4.3 Dominasi pengambilan keputusan 1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
2.2.5 Ciri-ciri Struktur keluarga 2.2.5.1 Terorganisasi
Saling berhubungan saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2.2.5.2 Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
2.2.5.3 Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing- masing.
2.2.6 Elemen Struktur keluarga 2.2.6.1 Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran di lingkungan masyarakat.
2.2.6.2 Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan di yakini dalam keluarga.
2.2.6.3 Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga atau dalam keluarga.
2.2.6.4 Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku kearah positif.
2.2.7 Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu:
2.2.7.1 Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman et al, 2010):
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
2.2.7.2 Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga
2.2.7.3 Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
2.2.7.4 Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
2.2.7.5 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Susanto, 2012).
2.2.8 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (1998), tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu:
2.2.6.1 Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2.2.6.2 Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
2.2.6.3 Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
2.2.6.4 Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
2.2.6.5 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat (Susanto, 2012)
2.2.9 Peran Perawat dalam Keluarga
Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran dan fungsi perawat dalam keluarga yaitu:
2.2.9.1 Pendidik Kesehatan, mengajarkan secara formal maupun informal lepada keluarga tentang kesehatan dan penyakit.
2.2.9.2 Pemberi Pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada angota keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan terhadap pelayanan/pembinaan yang diberikan guna meningkatkan kemampuan merawat bagi keluarga.
2.2.9.3 Advokat Keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2.2.9.4 Penemu Kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan penyakit yang akan muncul dan menjalankan peran utama dalam pengamatan dan pengawasan penyakit.
2.2.9.5 Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.
2.2.9.6 Manager dan Koordinator, mengelola dan bekerja sama dengan anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial, serta sektor lain untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.
2.2.9.7 Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.
2.2.9.8 Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan memfasilitasi keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap sumber yang diperlukan.
2.2.9.9 Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan, memodifikasi lingkungan agar dapat meningkatkan mobilitas dan menerapkan asuhan secara mandiri.
2.2.10 Definisi Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di berikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyleseikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes RI,1998).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga (Mubarok,dkk, 2006).
2.2.11 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
Menurut Effendi (1998), tujuan asuhan keperawatan keluarga diantaranya:
2.2.11.1 Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2.2.11.2 Tujuan khusus
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah- masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya
2.3 Konsep Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
2.3.1 Definisi manajemen Kesehatan Tidak efektif
Menurut SDKI (2016), Manajemen Kesehatan tidak efektif adalah pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan kedalam kebiasaan hidup sehari – hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang di harapkan.
2.3.2 Faktor yang berhubungan
Menurut SDKI (2016) faktor yang berhubungan/penyebab, yaitu:
2.3.2.1 Kompleksitas sistem pelayanan Kesehatan 2.3.2.2 Kompleksitas program perawatan/pengobatan 2.3.2.3 Konflik pengambilan keputusan
2.3.2.4 Kurang terpapar informasi 2.3.2.5 Kesulitan ekonomi
2.3.2.6 Tuntutan berlebih (mis. Individu, keluarga) 2.3.2.7 Konflik keluarga
2.3.2.8 Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga 2.3.2.9 Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
2.3.2.10 Kekurangan dukungan social
2.3.3 Batasan Karakteristik
Menurut SDKI (2016) batasan karakteristik / gejala tanda pada manajemen kesehatan tidak efektif, sebagai berikut:
2.3.3.1 Gejala dan tanda mayor Subjektif:
1) Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program perawatan/pengobatan
Objektif:
1) Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko
2) Gagal menerapkan program perawatan/pengobatan dalam kehidupan sehari – hari
3) Aktifitas hidup sehari – hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan
2.3.3.2 Gejala dan tanda minor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : (tidak tersedia)
2.3.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manajemen kesehatan tidak efektif diantaranya : 2.3.4.1 Memberikan edukasi kesehatan mengenai penyakit terkait
2.3.4.2 Mengajarkan pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih serta sehat
2.3.4.3 Menemukan dan menganalisis kemungkinan faktor – faktor resiko yang dapat mengganggu kesehatan
2.3.4.4 Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya kesehatan
2.3.4.5 Mengidentifikasi dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan (PPNI, 2018)
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Manajemen Kesehatan Tidak efektif
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan
pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan (Doenges dkk, 2012).
Pengkajian pada asuhan keperawatan dengan pasien hipertensi yaitu sebagai berikut :
2.4.1.1 Pengumpulan Data 1) Data Umum
(1) Komposisi dan identitas keluarga
Komposisi dan identitas keluarga berkenaan dengan siapa anggota keluarga yang diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Dengan memperoleh data tentang komposisi keluarga lebih memungkinkan anggota keluarga mengetahui minat terhadap keluarga secara keseluruhan dari pada hanya memperoleh data klien individu. identitas meliputi : nama, alamat, tempat tanggal lahir, umur (biasanya terjadi pada orang yang berumur diatas 30 tahun), jenis kelamin (laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena hipertensi dibandingkan perempuan. karena laki-laki cenderung merokok.
Rokok dapat merusak lapisan pembuluh darah), pekerjaan (misalnya pekerjaan dengan tingkat stress yang tinggi), agama, suku, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
(2) Genogram
Genogram keluarga adalah suatu diagram yang menggambarkan konstelasi atau pohon keluarga. Genogram ini merupakan suatu alat pengkajian informatif yang digunakan untuk mengetahui keluarga dan riwayat keluarga serta sumbernya.
(3) Tipe Keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keuarga yang berada dalam satu atap.
Tipe keluarga dapat dilihat dari komponen dan genogram dalam keluarga.
(4) Latar Belakang dan budaya
Pengkajian kebudayaan klien (individu dan keluarga) merupakan hal penting dari pengkajian dalam pemberian asuhan yang sesuai dengan kebudayaan. Pengkajian kebudayaan memerlukan penerimaan terhadap realitas ganda, suatu pemahaman tentang perbedaan dan keterbukaan, kepekaan, dan sikap ingin tahu.
(5) Area pengkajian etnik dan agama
Pengkajian kebudayaan dan etnik secara lengkap merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan, namun pengkajian latar belakang etnik keluarga dan tingkat yang mereka identifikasi dengan kebudayaan lain atau kebudayaan tradisional mereka yang dominan, merupakan informasi dasar yang diperlukan dalam tiap pengkajian keluarga. Masalah yang kompleks, latar belakang etnik atau pasangan dapat berbeda, dan jika berbeda maka, penting untuk mengkaji bagaimana perbedaan ini diatasi dan bagaimana perbedaan tersebut memengaruhi kehidupan keluarga.
Informasi tentang keyakinan agama keluarga dan praktiknya sangat berhubungan erat dengan etnisitas sehingga harus juga dimasukkan sebagai dari pengkajian. Keyakinan beragama sering memengaruhi konsepsi keluarga tentang sehat-sakit dan bagaimana anggota keluarga yang sakit ditangani.
(6) Bahasa
Bahasa yang digunakan secara ekslusif atau sering di rumah, kemampuan anggota keluarga berbahasa dan bahasa apa yang digunakan di luar rumah.
(7) Status sosial dan ekonomi
Status ekonomi keluarga adalah suatu komponen kelas sosial yang menunjukkan tingkat dan sumber penghasilan keluarga. Penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara umum diperoleh dari anggota keluarga yang bekerja atau dari sumber penghasilan sendiri seperti uang pensiun dan tunjangan, sebagian penghasilan lain yang diperoleh dari dinas sosial atau asuransi bagi orang yang tidak bekerja umumnya kecil, tidak stabil atau hampir tidak ada.
(8) Aktifitas rekreasi atau waktu luang keluarga Penggunaan waktu luang keluarga secara bersama.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.
(2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga saat ini yang belum dilaksanakan secara optimal oleh keluarga.
(3) Riwayat keluarga inti
Riwayat keluarga inti pada tahap ini yang dikaji adalah hubungan keluarga inti dan apa apa latar belakang terbentuknya sebuah keluarga.
(4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. Riwayat keluarga Hipertensi dapat diturunkan dari anggota keluarga sebelumnya atau dari orang tua.
3) Data Lingkungan
(1) Karakteristik Lingkungan
Bagian ini berfokus pada karakteristik tertentu dari lingkungan rumah keluarga, yang dapat memengaruhi kesehatan keluarga. Bagian pertama menggambarkan aspek perumahan keluarga dalam hal struktur, keamanan dan bahaya kesehatan lain. Bagian kedua menjelaskan tentang sumber di rumah yang berhubungan dengan kesehatan anggota keluarga. Bagian ketiga berfokus pada lingkungan yang meningkatkan jumlah keluarga dan faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan anggota keluarga.
(2) Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga sehat adalah keluarga yang aktif dan mencari cara dengan inisiatif sendiri untuk berhubungan dengan berbagai kelompok komunitas.
Keluarga yang berfungsi dengan cara yang sehat memersepsikan diri mereka sendiri sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar. Bagian dari koping yang berhasil adalah kemampuan mereka untuk memastikan kepatuhan dari lingkungan atau mempertahankan keluarga yang ramah lingkungan, berarti bahwa di dalam komunitas keluarga mampu mencari, menerima dan/atau menerima sumber yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan makanan,pelayanan, dan informasi.
(3) Mobilitas geografis keluarga
Lingkungan dan komunitas yang lebih luas yang ditempati keluarga, memiliki pengaruh nyata terhadap kesehatan keluarga.
(4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Pada tahap ini yang dikaji adalah tentang interaksi dengan teteangga disekitar rumah.
(5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas yang mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. Pada anggota hipertensi perlu adanya dukungan dari anggota keluarga karena penyakit hipertensi bersifat menahun.
4) Struktur Keluarga
(1) Pola Komunikasi Keluarga
Pola komunkasi keluarga merupakan karakteristik pola interaksi sirkular yang menghasilkan arti interaksi antara anggota keluarga. Pola komunikasi melalui interaksi dapat memenuhi kebutuhan afektif keluarga.
Kemampuan anggota keluarga untuk mengenal dan merespon pesan nonverbal merupakan aspek penting pada keluarga yang sehat.
(2) Struktur Peran Keluarga
Sebuah peran didefenisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapakan dari seorang
yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu didalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka.
Adanya anggota keluarga yang menderita hipertensi memerlukan peran informal keluarga dalam merawat anggota keluarga sekaligus sebagai sistem dukungan bagi anggota keluarga
(3) Nilai dan Norma Keluarga
Nilai keluarga didefenisikan sebagai suatu sistem ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai suatu hal atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat anggota keluarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
Norma keluarga adalah pola perilaku yang dianggap benar oleh masyarakat, sebagai sesuatu yang berdasarkan pada sistem nilai keluarga.
Norma menentukan perilaku peran bagi setiap posisi di dalam keluarga dan masyarakat serta menetapkan bagaimana mempertahankan atau menjaga hubungan timbal balik, dan bagaimana perilaku peran dapat berubah dengan perubahan usia.
(4) Struktur kekuatan keluarga
Dukungan pada anggota keluarga dengan hipertensi diperlukan bagi anggota keluarga seperti mengingatkan atau menghindari faktor resiko, dan mengingatkan untuk melakukan kontrol.
5) Fungsi Keluarga (1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun keberlanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.
Memelihara saling asuh antara suami dan istri, perkembangan hubungan yang akrab, keseimbangan saling menghormati, perhatian/dukungan suami dan keluarga terdekat.
(2) Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Fungsi sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran orang dewasa.
(3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi keluarga.
Pada anggota keluarga dengan hipertensi dapat ditemukan pola makan yang tidak sehat, adanya merokok pada anggota keluarga, tidak melakukan aktivitas fisik.
Lima tugas kesehatan keluarga, yaitu:
((1) Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan keluarga yang di abaikan, karena kesehatan berperan penting dalam keluarga.
((2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga.
((3) Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit
Pemberian secara fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan keluarga, menyatakan bahwa keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah keperawatan keluarga.
((4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
((5) Menggunakan pelayanan kesehatan dilingkungan setempat (4) Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar generasi keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat.
(5) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang, dan materi serta alokasi yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Suatu pengkajian sumber ekonomi untuk mengalokasikan sumber yang sesuai guna memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, papan, pangan dan perawatan kesehatan yang adekuat.
6) Koping Keluarga
Koping keluarga dipengaruhi oleh emosional keluarga, sikap dan pandangan hidup, hubungan kerja sama antara anggota keluarga serta adanya support system dalam keluarga.
7) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukungdiagnosis hipertensi dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai hipertensi.
Berikut pola pemeriksaan fisik sesuai Review of System:
(1) B1 (Breating)
Dikaji tentang keluhan sesak, batuk, nyeri, keteraturan irama nafas, jenis pernafasan.
(2) B2 (Blood)
Dikaji adanya keluhan nyeri dada dan suara jantung.
(3) B3 (Brain)
Dikaji jumlah GCS, refleks fisiologis dan patologis, istirahat/tidur.
(4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan.
(5) B5 (Bowel)
Dikaji tentang nafsu makan, frekuensi, porsi, jumlah, jenis, dikaji juga mulut dan tenggorokan. Pada abdomen dikaji ketegangan, nyeri tekan,