• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI RIAU DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK DERET FOURIER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI RIAU DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK DERET FOURIER"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI RIAU DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK

DERET FOURIER

KARYA ILMIAH

OLEH

KHAIRUL HAMDANI NIM 1603136972

PROGRAM STUDI S1 STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022

(2)

1 PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI RIAU

DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK DERET FOURIER

Khairul Hamdani, Rustam Efendi

Program Studi S1 Statistika Jurusan Matematika

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya, Pekanbaru 28293

khairul.hamdani6972@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Percentage of poor people is an indicator used to measure poverty in an area. Riau Province has data on the percentage of poor people that fluctuates. In this study, the Fourier series nonparametric regression method was used to model the percentage of poor people in the Regency/City Riau Province in 2014-2018. Factors that are thought to influence the percentage of poor people in Riau Province are the open unemployment rate, per capita expenditure, and the average length of schooling. This study resulted in the best Fourier series model at 𝐾 = 4 with a minimum GCV value of 33.50 with 16 model parameters and produces a MAPE value of 17.61%, which means that the MAPE value is in the second category, which is good.

Keywords: Percentage of poor people, Fourier series, nonparametric regression ABSTRAK

Persentase penduduk miskin merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kemiskinan di suatu daerah. Provinsi Riau memiliki data persentase penduduk miskin yang berfluktuasi. Pada penelitian ini menggunakan metode regresi nonparametrik deret Fourier untuk melakukan pemodelan persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2014-2018. Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi persentase penduduk miskin di Provinsi Riau adalah tingkat pengangguran terbuka, pengeluaran per kapita, dan rata-rata lama sekolah. Penelitian ini menghasilkan model deret Fourier terbaik pada 𝐾 = 4 dengan nilai GCV minimum sebesar 33.50 dengan parameter model sebanyak 16 parameter dan menghasilkan nilai MAPE sebesar 17.61%

yang artinya nilai MAPE berada pada kategori kedua yaitu baik.

Kata Kunci: Persentase penduduk miskin, regresi nonparametrik, deret Fourier 1. PENDAHULUAN

Kemiskinan secara ekonomi dianggap tidak mungkin untuk memenuhi kebutuhan dasar dan non-pangan jika diukur dari sisi pengeluaran. Kemiskinan merupakan masalah umum dalam upaya pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Setiap wilayah di Indonesia

(3)

2 bertanggung jawab untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah tersebut. Kunci untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan adalah ketersediaan data kemiskinan (Ferezagia, 2018).

Pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia memiliki beberapa sasaran pemerintah, salah satu sasarannya adalah tingkat kemiskinan/persentase kemiskinan.

Penduduk miskin adalah mereka yang rata-rata pengeluaran bulanan per orangnya berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kurangnya kebutuhan dasar dan kesulitan dalam mengakses pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan pula berhubungan erat dengan kasus sosial di mana kemiskinan di perkotaan hendak menimbulkan meningkatnya gelandangan serta anak jalanan (BPS, 2019).

Di Indonesia terdapat beberapa provinsi yang mempunyai data persentase penduduk miskin yang berfluktuasi, salah satunya adalah Provinsi Riau. Di Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2018, persentase penduduk miskin mengalami penurunan yaitu sebesar 1.2 persen dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, persentase penduduk miskin tertinggi ditemukan pada tahun 2015 yaitu berada di Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar 34.08 persen dan persentase penduduk miskin terendah ditemukan di Kota Pekanbaru pada tahun 2018 sebesar 2.85 persen (BPS, 2019). Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi ketidakmerataan persentase penduduk miskin di Provinsi Riau. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pemodelan mengenai persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau.

Ada beberapa cara untuk memodelkan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh.

Salah satu cara untuk mengestimasi model regresi menggunakan pendekatan nonparametrik adalah deret Fourier. Deret Fourier adalah polinomial trigonometri fleksibel. Deret Fourier sangat berguna untuk data yang membentuk distribusi gelombang sinus dan kosinus. Deret Fourier digunakan ketika data yang diselidiki tidak memiliki pola data yang diketahui dan cenderung berulang (Bilodeau, 1992).

Penelitian sebelumnya mengenai deret Fourier pernah dilakukan oleh Prahutama (2013) yaitu pada kasus tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur dengan pendekatan regresi nonparametrik deret Fourier, memperoleh nilai 𝐾 optimal berdasarkan GCV minimum pada 𝐾 = 1 dan model menghasilkan R-square sebesar 96.76% dan merupakan parsimoni model.

2. REGRESI PARAMETRIK, REGRESI NONPARAMETRIK DAN DERET FOURIER

Regresi parametrik merupakan salah satu model regresi yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor. Model umum regresi parametrik dapat dituliskan sebagai berikut (Draper & Smith, 1998):

𝑦𝑖 = 𝛽0+ 𝛽1𝑥𝑖1+ 𝛽2𝑥𝑖2+ ⋯ + 𝛽𝑝𝑋𝑖𝑘+ 𝜀𝑖 , 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛, (1) dengan 𝑦𝑖 menyatakan variabel respon, 𝛽0 menyatakan intersep dari regresi, 𝛽1, 𝛽2, … , 𝛽𝑝 menyatakan koefisien regresi pada variabel 𝑥, dan 𝜀𝑖 menyatakan residual dengan asumsi 𝜀𝑖~𝑁(0, 𝜎2).

Regresi nonparametrik berbeda dengan regresi parametrik. Regresi parametrik mengasumsikan bahwa bentuk kurva regresi mengandung parameter. Oleh karena itu, untuk mendapatkan penduga kurva regresi, diperlukan menaksir parameternya. Regresi

(4)

3 nonparametrik tidak memuat asumsi tentang bentuk kurva regresi. Oleh karena itu, regresi nonparametrik menjadi lebih fleksibel seiring dengan perubahan data (Eubank, 1999). Secara umum model regresi nonparametrik dapat dituliskan sebagai berikut (Eubank, 1999):

𝑦𝑖 = 𝑓(𝑥𝑖) + 𝜀𝑖 , 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛 , (2) dengan 𝑦𝑖 menyatakan variabel respon, 𝑓(𝑥𝑖) menyatakan fungsi regresi nonparametrik, 𝜀𝑖 menyatakan residual dengan asumsi 𝜀𝑖~𝑁(0, 𝜎2).

Salah satu pendekatan atau pemodelan regresi nonparametrik adalah menggunakan deret Fourier. Deret Fourier adalah polinomial trigonometri fleksibel. Hal ini memungkinkan deret Fourier untuk secara efektif beradaptasi dengan distribusi data lokal. Deret Fourier sangat berguna untuk data yang membentuk distribusi gelombang sinus dan kosinus. Deret Fourier digunakan ketika data yang diselidiki tidak memiliki pola data yang diketahui dan cenderung berulang (Bilodeau, 1992). Misalkan diberikan model persamaan deret Fourier sebagai berikut:

𝑦𝑖 = 𝑓(𝑥𝑗𝑖) + 𝜀𝑖 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 dan 𝑗 = 1,2, … , 𝑚, (3) dengan 𝑦𝑖 merupakan variabel respon pada pengamatan ke-i sedangkan 𝑓(𝑥𝑗𝑖) merupakan kurva regresi yang tidak diketahui dan 𝜀𝑖 merupakan nilai error. Kurva 𝑓(𝑥𝑗𝑖) akan didekati dengan menggunakan deret Fourier. Banyaknya pengamatan dinotasikan dengan n sedangkan banyaknya variabel prediktor dinotasikan dengan m. Fungsi f merupakan fungsi yang kontinu, sehingga f dapat dihampiri dengan fungsi deret Fourier.

Fungsi deret Fourier dapat dituliskan sebagai berikut (Bilodeau, 1992):

𝑇(𝑥) = 𝑏𝑥 +1

2𝛼0+ ∑ 𝛼𝑘

𝐾

𝑘=1

𝑐𝑜𝑠 𝑘𝑥 . (4) Persamaan (3) jika dinotasikan dalam bentuk matriks adalah sebagai berikut:

𝐲 = 𝑓(𝐗) + 𝛆, (5) dengan

𝐲 = [ 𝑦1 𝑦2

⋮ 𝑦𝑛

] ; 𝑓(𝐗) = [

𝑓(𝑥11, 𝑥21, … , 𝑥𝑚1 𝑓(𝑥12, 𝑥22, … , 𝑥𝑚2

𝑓(𝑥1𝑛, 𝑥2𝑛, … , 𝑥𝑚𝑛

] dan 𝛆 = [ 𝜀1 𝜀2

⋮ 𝜀𝑛

].

Fungsi 𝑓(𝑥𝑗𝑖) dapat didekati dengan deret Fourier sehingga menjadi:

𝑓(𝑥𝑗𝑖) =1

2𝑎0+ 𝑏𝑗𝑥𝑗𝑖 + ∑𝐾𝑘=1𝛼𝑗𝑘𝑐𝑜𝑠 𝑘 𝑥𝑗𝑖, 𝑗 = 1,2, … , 𝑚; 𝑘 = 1,2, … , 𝐾, (6)

Model regresi deret Fourier pada persamaan (6) apabila disubstitusikan pada persamaan (5) maka:

𝐲 = 𝐗𝛃 + 𝛆 (7)

(5)

4 dengan

𝐗 = [ 1 1 1

𝑥11

𝑥12

𝑥1𝑛

𝑐𝑜𝑠𝑥11

𝑐𝑜𝑠𝑥12

𝑐𝑜𝑠𝑥1𝑛

𝑐𝑜𝑠2𝑥11 𝑐𝑜𝑠2𝑥12

𝑐𝑜𝑠𝑥1𝑛

𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥11 𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥12

𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥1𝑛

𝑥21

𝑥22

𝑥2𝑛

𝑐𝑜𝑠𝑥21

𝑐𝑜𝑠𝑥22

𝑐𝑜𝑠𝑥2𝑛

𝑐𝑜𝑠2𝑥21 𝑐𝑜𝑠2𝑥22

𝑐𝑜𝑠2𝑥2𝑛

𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥21 𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥21

𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥2𝑛

𝑥𝑚1

𝑥𝑚2

𝑥𝑚𝑛

𝑐𝑜𝑠𝑥𝑚1

𝑐𝑜𝑠𝑥𝑚2

𝑐𝑜𝑠𝑥𝑚𝑛

𝑐𝑜𝑠2𝑥𝑚1 𝑐𝑜𝑠2𝑥𝑚2

𝑐𝑜𝑠2𝑥𝑚𝑛

𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥𝑚1 𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥𝑚2

𝑐𝑜𝑠𝐾𝑥𝑚𝑛

] ,

𝛃 = [𝑎0 𝑏1 𝑎11 𝑎12 𝑎1𝐾 𝑏2 𝑎21 𝑎22 𝑎2𝐾 ⋯ 𝑏𝑚 𝑏𝑚1 𝑏𝑚2 𝑏𝑚𝐾]𝑇.

Estimator 𝛃̂ didapat dengan menggunakan metode Least Square, adapun error pada persamaan adalah sebagai berikut:

εi = yi− [bx +1

2a0+ ∑Kk=1akcos kx], sehingga jumlah kuadrat error diberikan oleh:

𝛆𝐓𝛆 = (𝐲 − 𝐗𝛃)𝐓(𝐲 − 𝐗𝛃), 𝛆𝐓𝛆 = (𝐲𝐓− 𝛃𝐓𝐗𝐓)(𝐲 − 𝐗𝛃),

𝛆𝐓𝛆 = (𝐲𝐓𝐲 − 𝛃𝐓𝐗𝐓𝐲 − 𝐲𝐓𝐗𝛃 + 𝛃𝐓𝐗𝐓𝐗𝛃),

𝛆𝐓𝛆 = (𝐲𝐓𝐲 − 𝟐𝛃𝐓𝐗𝐓𝐲 + 𝛃𝐓𝐗𝐓𝐗𝛃). (8) Selanjutnya dilakukan penurunan terhadap 𝛃 secara parsial sebagai berikut:

𝛛𝛆𝐓𝛆

𝛛𝛃 = 𝟎,

−𝟐𝐗𝐓𝐲 + 𝟐𝐗𝐓𝐗𝛃 = 𝟎, 𝟐𝐗𝐓𝐗𝛃 = 𝟐𝐗𝐓𝐲,

𝐗𝐓𝐗𝛃 = 𝐗𝐓𝐲, (6) dikarenakan 𝐗 merupakan matriks non singular, sehingga taksiran dari 𝛃 menjadi:

𝛃̂ = (𝐗𝐓𝐗)−𝟏𝐗𝐓𝐲. (7) Estimator deret Fourier dapat ditulis menjadi:

𝑓̂(𝑥𝑗𝑖) = 𝑏̂𝑗(𝑥𝑗𝑖) +1

2𝑎0+ ∑ 𝑎̂𝑗𝑘

𝐾

𝑘=1

𝑐𝑜𝑠 𝑘𝑥𝑗𝑖. (8) Deret Fourier yang digunakan dalam pendekatan regresi nonparametrik bisa dengan trend maupun non trend. Tingkat kemulusan estimator deret Fourier ditentukan oleh pemilihan parameter penghalus (𝐾).

Tahap pemilihan parameter penghalus dalam pemodelan regresi nonparametrik menggunakan deret Fourier merupakan salah satu tahap yang dianggap sangat penting.

Ini adalah alasan utama karena parameter penghalus (𝐾) adalah kontrol keseimbangan fungsi 𝑓. Nilai 𝐾 yang lebih besar membuat kurva penaksir fungsi 𝑓 lebih halus, tetapi kemampuan untuk mendekati pola datanya buruk. Sebaliknya, jika nilai 𝐾 kecil, hasil penduga kurva fungsi 𝑓 akan kasar. Oleh karena itu diperlukan nilai 𝐾 optimal sehingga akan menghasilkan kurva estimator 𝑓 yang baik. Dengan demikian pemilihan parameter penghalus 𝐾 optimal sangat diperlukan.

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam menentukan parameter penghalus yaitu unbiased risk (Wang, 1998), cross validation (Craven dan Wahba, 1979), generalized cross validation (Wahba, 1990). Generalized cross validation (GCV)

(6)

5 merupakan perluasan dari cross validation (CV). Rumus umum untuk menghitung nilai GCV adalah sebagai berikut (Wu & Zhang, 2006):

GCV(K) = MSE(K)

(𝑛−1𝑡𝑟𝑎𝑐𝑒(𝐈 − 𝐇(K)))2

, (9)

dengan MSE(K) = 𝑛−1ni=1(yi− ŷi)2. Nilai GCV terkecil akan menghasilkan nilai K yang optimal.

Salah satu tujuan dari regresi adalah untuk mendapatkan model yang terbaik, dalam memilih model terbaik dapat menggunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi dalam regresi sering diartikan sebagai kemampuan semua variabel prediktor untuk menjelaskan varians dari variabel respon. Umumnya untuk mendapatkan model yang baik, nilai R-square (𝑅2) harus besar (Gujarati, 2004). Koefisien determinasi dapat dihitung dengan rumus berikut:

𝑅2 = 1 −∑𝑛𝑖=1(𝑦𝑖− 𝑦̂𝑖)2

𝑛𝑖=1(𝑦𝑖 − 𝑦̅)2 , (10) dengan

𝑅2 koefisien determinasi,

𝑦𝑖 nilai pengamatan variabel respon ke-𝑖, 𝑦̂𝑖 nilai prediksi variabel respon ke-𝑖, 𝑦̅ nilai rata-rata variabel respon, 𝑛 banyak data.

MAPE adalah metode pemeriksaan kualitas prediksi menggunakan perhitungan kesalahan. cara menghitungnya adalah dengan mencari persentase kesalahan pada setiap periode perkiraan dan membaginya dengan jumlah data. Semakin kecil nilai MAPE maka semakin baik hasil prediksi yang diperoleh. Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung MAPE adalah sebagai berikut (Montaño et al., 2013):

MAPE = (1

𝑛∑ |𝐴𝑡− 𝐹𝑡 𝐴𝑡 |

𝑛

𝑖=1

) × 100%, (11) dengan

𝐴𝑡 data aktual pada periode ke-𝑡, 𝐹𝑡 hasil prediksi pada periode ke-𝑡, 𝑛 banyak data.

Berikut merupakan kriteria nilai MAPE untuk hasil prediksi:

Tabel 1. Kriteria nilai MAPE Kriteria MAPE Keterangan

MAPE < 10% Prediksi sangat baik 10% ≤ MAPE < 20% Prediksi baik 20% ≤ MAPE < 50% Prediksi cukup

MAPE > 50% Prediksi buruk

(7)

6 3. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang didapatkan dari publikasi BPS Provinsi Riau. Data ini terdiri dari persentase penduduk miskin (PPM), tingkat pengangguran terbuka (TPT), pengeluaran per kapita (PK), dan rata-rata lama sekolah (RLS) tahun 2014-2018. Adapun jumlah unit digunakan dalam penilitian ini adalah 12 Kabupaten/Kota Provinsi Riau.

Langkah-langkah analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau maupun variabel-variabel yang berpengaruh terhadap persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau yang diperoleh dari publikasi BPS Provinsi Riau pada tahun 2014-2018.

2. Melakukan analisis deskriptif pada variabel respon (𝑦) dan variabel prediktor (𝑥) yang digunakan.

3. Membuat scatterplot untuk mengetahui pola hubungan antara variabel respon terhadap variabel prediktor yang digunakan.

4. Menentukan parameter bandwidth yang optimal dengan meminimalkan GCV.

5. Menghitung nilai estimasi parameter.

6. Memilih model deret Fourier terbaik berdasarkan nilai GCV minimum.

7. Kesimpulan.

4. REGRESI NONPARAMETRIK DERET FOURIER PADA PPM DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI RIAU TAHUN 2014-2018

Tahap pertama yang harus dilakukan dalam melakukan pemodelan regresi nonparametrik deret Fourier adalah pemilihan bandwidth (𝐾) optimal, dalam menentukan nilai bandwidth optimal dapat menggunakan metode GCV. Bandwidth yang dipilih adalah bandwidth optimal, dimana bandwidth optimal diperoleh ketika nilai bandwidth memiliki nilai GCV minimum. Hasil yang diperoleh dari setiap 𝐾 adalah sebagai berikut:

Tabel 2..Nilai.GCV.untuk.setiap.𝐾 Parameter bandwidth GCV

1 598.22

2 158.46

3 67.09

4 33.50

Pada Tabel 2, 𝐾 = 4 mempunyai GCV minimum sebesar 33.50, 𝑅2 sebesar 95.67% dan MSE sebesar 2.09. Maksudnya, keragaman variabel respon sudah sanggup dipaparkan oleh variabel prediktor sebesar 95.67%. Oleh karena itu, estimasi model regresi nonparametrik deret Fourier dari model persentase penduduk miskin Kabupaten/Kota Provinsi Riau adalah sebagai berikut:

𝑦̂𝑖 = 𝛽̂0+ 𝑏̂1𝑥1𝑖+ 𝛼̂11𝑐𝑜𝑠𝑥1𝑖+ 𝛼̂21𝑐𝑜𝑠2𝑥1𝑖 + 𝛼̂31𝑐𝑜𝑠3𝑥1𝑖 + 𝛼̂41𝑐𝑜𝑠4𝑥1𝑖+ 𝑏̂2𝑥2𝑖 +𝛼̂12𝑐𝑜𝑠𝑥2𝑖+ 𝛼̂22𝑐𝑜𝑠2𝑥2𝑖+ 𝛼̂32𝑐𝑜𝑠3𝑥2𝑖+ 𝛼̂42𝑐𝑜𝑠4𝑥2𝑖+ 𝑏̂3𝑥3𝑖+ 𝛼̂13𝑐𝑜𝑠𝑥3𝑖 +𝛼̂23𝑐𝑜𝑠2𝑥3𝑖+ 𝛼̂33𝑐𝑜𝑠3𝑥3𝑖+ 𝛼̂43𝑐𝑜𝑠4𝑥3𝑖.

(8)

7 Tabel 3 menunjukkan estimasi koefisien regresi nonparametrik dari deret Fourier model PPM Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada 𝐾 = 4.

Tabel.3..Estimasi.parameter.koefisien.regresi untuk 𝐾 = 4 Parameter Estimator

𝛽0 44.15

𝑏1 −0.19

𝛼11 −0.05

𝛼12 0.31

𝛼13 −0.15

𝛼14 −0.76

𝑏2 −4.93

𝛼21 8.20

𝛼22 −0.87

𝛼23 1.54

𝛼24 1.19

𝑏3 2.59

𝛼31 5.44

𝛼32 −1.22

𝛼33 2.02

𝛼34 −0.20

Berdasarkan hasil estimasi model regresi nonparametrik deret Fourier dengan 𝐾 = 4, diperoleh model regresi deret Fourier nonparametrik untuk persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau sebagai berikut:

𝑦̂𝑖 = 44.15 − 0.19𝑥1− 0.05𝑐𝑜𝑠𝑥1+ 0.31𝑐𝑜𝑠2𝑥1− 0.15𝑐𝑜𝑠3𝑥1− 0.76𝑐𝑜𝑠4𝑥1 −4.93𝑥2+ 8.20𝑐𝑜𝑠𝑥2− 0.87𝑐𝑜𝑠2𝑥2+ 1.54𝑐𝑜𝑠3𝑥2+ 1.54𝑐𝑜𝑠3𝑥2

+1.19𝑐𝑜𝑠4𝑥2+ 2.59𝑥3+ 5.44𝑐𝑜𝑠𝑥3− 1.22𝑐𝑜𝑠2𝑥3+ 2.02𝑐𝑜𝑠3𝑥3 −0.20𝑐𝑜𝑠4𝑥3.

Setelah melakukan estimasi, hasil estimasi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi persentase penduduk miskin. Adapun nilai aktual, nilai prediksi persentase penduduuk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau menggunnakan model regresi nonparametrik deret Fourier untuk 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data aktual dan Data prediksi persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2014-2018

Kab/Kota Tahun Data Aktual Data Prediksi Kuantan Singingi

2014

10.75 7.50

Indragiri Hulu 7.28 7.53

Indragiri Hilir 7.51 7.94

Pelalawan 11.15 11.01

Siak 5.22 6.02

Kampar 8.68 9.59

(9)

8

Rokan Hulu 10.13 13.26

Bengkalis 7.20 8.50

Rokan Hilir 7.28 10.31

Kepulauan Meranti 33.85 34.59

Kota Pekanbaru 3.17 5.68

Kota Dumai 4.83 6.04

Kuantan Singingi

2015

10.8 9.20

Indragiri Hulu 7.76 6.40

Indragiri Hilir 8.11 8.18

Pelalawan 12.09 10.13

Siak 5.67 3.99

Kampar 9.17 7.42

Rokan Hulu 11.05 10.47

Bengkalis 7.38 9.41

Rokan Hilir 7.67 9.42

Kepulauan Meranti 34.08 31.68

Kota Pekanbaru 3.27 4.58

Kota Dumai 5.26 5.32

Kuantan Singingi

2016

9.85 8.07

Indragiri Hulu 7.15 6.51

Indragiri Hilir 7.99 8.01

Pelalawan 11.00 11.30

Siak 5.52 4.30

Kampar 8.38 8.97

Rokan Hulu 11.05 12.07

Bengkalis 6.82 7.74

Rokan Hilir 7.97 9.02

Kepulauan Meranti 30.89 30.93

Kota Pekanbaru 3.07 3.32

Kota Dumai 4.74 3.31

Kuantan Singingi

2017

9.97 8.69

Indragiri Hulu 6.94 7.46

Indragiri Hilir 7.70 7.41

Pelalawan 10.25 11.21

Siak 5.8 5.14

Kampar 8.02 7.21

Rokan Hulu 10.91 9.21

Bengkalis 6.85 6.66

Rokan Hilir 7.88 8.80

Kepulauan Meranti 28.99 27.33

Kota Pekanbaru 3.05 0.06

Kota Dumai 4.57 5.33

Kuantan Singingi 9.92 8.49

Indragiri Hulu 6.30 7.90

Indragiri Hilir 7.05 7.20

(10)

9 Pelalawan

2018

9.73 10.52

Siak 5.44 5.88

Kampar 8.18 7.80

Rokan Hulu 10.95 10.01

Bengkalis 6.22 5.08

Rokan Hilir 7.06 9.02

Kepulauan Meranti 27.79 27.68

Kota Pekanbaru 2.85 1.61

Kota Dumai 3.71 7.09

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai prediksi persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau pada tahun 2014-2018 tidak jauh berbeda dengan nilai aktualnya. Dengan demikian, model regresi nonparametrik dengan pendekatan deret Fourier yang terbentuk sesuai untuk memodelkan data persentase penduduk miskin untuk kabupaten/kota di Provinsi Riau pada tahun 2014-2018 dengan tiga faktor, yaitu tingkat pengangguran terbuka, pengeluaran per kapita, dan rata-rata lama sekolah.

Plot nilai prediksi dan nilai aktual persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2014-2018 yang ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Plot nilai prediksi dan nilai aktual

Gambar 1 menunjukkan perbandingan nilai aktual dengan nilai prediksi persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau tahun 2014-2018 yang dihasilkan dengan menggunakan metode deret Fourier.

Penentuan metode terbaik dengan menggunakan MAPE menghasilkan metode terbaik. MAPE (Mean Absolute Percentage Error) merupakan ukuran kesalahan relative, semakin kecil nilai MAPE maka semakin baik hasil prediksi yang diperoleh.

Berdasarkan hasil MAPE yang diperoleh yaitu sebesar 17.61% yang artinya nilai MAPE berada pada kategori kedua yaitu baik. Model regresi nonparametrik baik digunakan untuk prediksi persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau.

5. KESIMPULAN

Dari data persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2014- 2018 diperoleh model dengan metode regresi nonparametrik deret Fourier didapat model terbaik adalah 𝐾 = 4, dengan nilai GCV sebesar 33.50, nilai MSE sebesar 2.09, dan nilai 𝑅2 sebesar 95.67%. Ukuran kebaikan model yang digunakan yaitu dengan melihat nilai

(11)

10 MAPE. Nilai MAPE pada penelitian ini memperoleh hasil sebesar 17.61% maka 𝐾 = 4 baik dalam memodelkan regresi nonparametrik deret Fourier untuk persentase penduduk miskin di Kabupaten/Kota Provinsi Riau.

Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan parameter bandwidth lebih dari 4, dan menambahkan variabel-variabel independen lain yang dapat memengaruhi PPM dengan lebih baik menggunakan metode deret Fourier untuk menghasilkan model dan tingkat akurasi yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bilodeau, M. (1992). Fourier smoother and additive models. Canadian Journal of Statistics, 20(3), 257–269.

BPS. (2018). Data dan informasi kemiskinan kabupaten/kota. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Craven, P., & Wahba, G. (1978). Smoothing noisy data with spline functions - Estimating the correct degree of smoothing by the method of generalized cross-validation.

Numerische Mathematik, 31(4), 377–403.

Draper, N. R., & Smith, H. (1998). Applied regression analysis (3rd ed.). New York:John Wiley & Sons, Inc.

Eubank, R. L. (1999). Nonparametric regression and spline smoothing (2nd ed.). New York: Marcel Dekker.

Ferezagia, D. V. (2018). Analisis tingkat kemiskinan di Indonesia. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(1), 1–6.

Gujarati, D. N. (2004). Basic econometrics (4th ed.). New York: McGraw-Hill.

Montaño, M.J. J., Pol, A.P., Abad, S.A., & Blasco, C.B. (2013). Using the R-MAPE index as a resistant measure of forecast accuracy. Psicothema, 25(4), 500–506.

Prahutama, A. (2013). Model regresi nonparametrik dengan pendekatan deret Fourier pada kasus tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Statistika UNDIP, 2013, 69–76.

Wahba, G. (1990). Spline model for observational data. Philadelphia: SIAM.

Wang, Y. (1998). Smoothing spline models with correlated random errors. Journal of the American Statistical Association, 93(441), 341–348.

Wu, H., & Zhang, J. T. (2006). Nonparametric regression methods for longitudinal data analysis:

Mixed-effects modeling approaches. New Jersey: John Wiley & Son, Inc.

Referensi

Dokumen terkait

99a/Menkes/SK/III/1982 tanggal 2 Maret 1982 telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional yang merupakan penjabaran pola Pembangunan Nasional dan sebagai petunjuk pelaksanaan

Penelitian dengan judul “Peranan Analisis Laporan Keuangan, Penilaian Prinsip 5C Calon Debitur, dan Pengawasan Kredit Terhadap Efek- tivitas Pemberian Kredit Pada PD

Oleh karena itu dalam program pelepasliaran burung kakatua hasil penyerahan masyarakat perlu dilakukan identifikasi secara morfologi dan teknik DNA molekuler untuk

Penelitian mengenai pengaruh temperatur pada reaksi hidrasi α -pinena menjadi α - terpineol sistem heterogen dengan katalis zeolit alam teraktivasi bertujuan untuk

Berdasarkan analisis yang telah dijalankan diketahui bahwa hipotesis penelitian ini diterima, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial

Keempat komponen tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Model CIPP adalah model evaluasi yang

Mengubah Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.011/2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang

Tutkimuksen perusteella voidaan todeta, että Suomessa keinovalolla kasvatetut kurkut erosivat sekä Suomessa luonnonvalolla kasvatetuista että Espanjassa luonnonvalolla