PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR
PENGETAHUAN IPA TEMA TEMPAT TINGGALKU PADA SISWA
KELAS IV DITINJAU DARI KARAKTERISTIK PERTANYAAN
GURU DI SD GUGUS KI HAJAR DEWANTARA
I Md. Adi Arnawa
1, I Wyn. Rinda Suardika
2, I Kt. Ardana
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: adi.arnawa@gmail.com
1, suardikarinda@yahoo.co.id
2,
ketut_ardana55@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan Randomized Control-Group Pretes-Posttes Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar pengetahuan IPA yang diperoleh melalui metode tes. Data dianalisis menggunakan ANAVA Satu Jalur dan dilanjutkan dengan uji Scheffe. Berdasarkan hasil Uji ANAVA Satu Jalur diperoleh Fhitung (4,68) > Ftabel (3,09) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara. Berdasarkan hasil uji Scheffe rerata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan jawaban tertunda (75,80) dan pertanyaan jawaban segera (75,18) lebih tinggi daripada rerata hasil belajar pendekatan saintifik konvensional (66,50). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru berpengaruh positif terhadap hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015
Kata kunci: Pendekatan saintifik, karakteristik pertanyaan guru, hasil belajar pengetahuan IPA
Abstract
This study aimed at determine significant differences of science knowledge’s achievement between student learned scientific aproach with question delayed answer, student learned scientific with question immediate answer and student learned conventional scientific approach in 4th Grade of SD Gugus Ki Hajar Dewantara. This study was a quasi experiment with Randomized Control-Group Pretes-Posttes Design. The population of this study was the 4th grade student of SD Gugus Ki Hajar Dewantara. Sampels this study determined by random sampling technique. Data was collected is science knowledge achievement be obtained with test method. Analyzed data by one way anava and then Scheffe test. The result of one way anava obtained Fcount (4,68) > Ftable (3,09). H0 was rejected and H1 was accepted. So that had a significant differences
of science knowledge’s achievement between student learned scientific aproach with question delayed answer, student learned scientific with question immediate answer and student learned conventional scientific approach in 4th Grade of SD Gugus Ki Hajar Dewantara. Based result of Scheffe test indicated mean science knowledge’s achievement who student learned scientific approach with question teacher characteristic that question delayed answer (75,80) and question immediate answer (66,50) higher then mean science knowledge’s achievement who student learned conventional scientific approach (66,50). In the result can be councluded that the scientific approach with question teacher characteristic had a positive effect to science knowledge’s achievement student 4th
Grade in SD Gugus Ki Hajar Dewantara East Denpasar academic year 2014/2015
Keywords : scientific approach, question teacher characteristic, science knowledge’s achievement
PENDAHULUAN
Dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah telah banyak melakukan perubahan-perubahan baik itu system pendidikan, pola pembelajaran yang dilaksanakan dan bahkan saat ini pemerintah melalui kemendikbud telah telah menetapkan perubahan terhadap kurikulum yang berlaku saat ini. Perubahan bahkan penggantian kurikulum dipandang sebagai sebuah keniscayaan karena kurikulum harus selalu menyesuaikan dengan kebutuhan jamannya. Kurikulum yang ditetapkan pemerintah saat ini adalah Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan. Titik
beratnya bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya
bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajara (Abidin, 2013:23). Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Dalam praktiknya, kurikulum 2013 harus diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis aktivitas yang berbasis pendekatan ilmiah dan tematik integratif.
Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah atau sering disebut dengan
pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar siswa secara aktif
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Daryanto, 2014:51). Penerapan kurikulum 2013 khususnya pada jenjang sekolah dasar menggunakan metode tematik integratif. Dalam metode tematik integratif, materi ajar disampaikan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Adapun mata pelajaran yang dimaksud antaralain IPA, IPS, PKN, Matematika, Bahasa Indonesia, SBdP dan Penjaskes. Kompetensi dari berbagai mata pelajaran tersebut diintegrasikan ke
dalam berbagai tema yang
mengintegrasikan sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Dengan begitu pengetahuan yang dimiliki siswa tidak terpisah-pisah melainkan terpadu secara keseluruhan. Dari sekian mata pelajaran yang
diintegrasikan dalam proses
pembelajaran, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa secara optimal mengingat muatan materi IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang paling mendominasi dalam setiap pembelajaran.
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 127). Melalui pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Namun kenyataan yang terjadi sebagian besar guru belum melakukan
kegiatan pembelajaran dengan
memfokuskan pada pengembangan
keterampilan proses sains terutama dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Seperti yang terjadi di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur, kegiatan pembelajaran kebanyakan
dilakukan hanya terpusat pada
penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini juga mendorong siswa untuk berusaha menghafal setiap kali akan diadakan tes atau ulangan harian atau tes hasil belajar. Kondisi pembelajaran yang seperti ini tentunya akan berpengaruh langsung terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Seperti dari hasil UAS yang diperoleh siswa dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan 68 sebanyak 60 % siswa belum mampu mencapai KKM dan 40 % siswa sudah mampu mencapai KKM. Sehingga dapat dikatakan hasil belajar IPA siswa pada setiap SD di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur belum optimal.
Pembelajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan
merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran. Guru diberi kebebasan dalam memilih metode pengajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan satu metode saja, tetapi guru harus mampu menggunakan beberapa metode mengajar yang dapat dipadukan dengan pendekatan saintifik sebagai pendekatan yang utama dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan dalam Permendikbud Nomor 65 tentang standar proses bahwa untuk memperkuat pendekatan ilmiah (Scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penemuan (discovery/ inquiry learning). Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan hasil belajar pengetahuan IPA yang belum optimal dicobakanlah dalam proses pembelajaran untuk menerapkan pendekatan saintifik yang
dipadukan dengan karakteristik
pertanyaan guru yaitu pertanyaan dengan jawaban tertunda dan pertanyaan dengan jawaban segera.
Pendekatan scientific (saintifik) ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang dipelajari dan diperoleh siswa dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan (Fadlillah, 2014:175). Pembelajaran saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut( Daryanto 2014:53) (1) Berpusat pada siswa; (2)Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi kkonsep, hukum, atau prinsip; (3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; (4)Dapat mengembangkan karakter siswa. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: (1) Mengamati; (2) Menanya; (3) Menalar; 4) Mengasosiasi; 5) Mengkomunikasikan. Kelima pengalaman belajar tersebut
merupakan proses yang berkesinambungan yang diharapkan pula selalu bersinggungan dengan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga para siswa tidak sekedar tahu (apa), tetapi juga bisa (bagaimana), dan memperoleh perubahan sikap (mengapa) atas proses pembelajaran yang dilakoninya
Pertanyaan merupakan salah satu metode sederhana yang dapat menjadi metode alternatif yang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Pertanyaan dalam interaksi belajar-mengajar adalah penting karena dapat menjadi perangsang yang mendorong siswa untuk giat berpikir dan belajar,
membangkitkan pengertian baru
(Sardiman, 2011:214). Bertanya
merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal seperti stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir siswa, membantu siswa dalam belajar, mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi, membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Asril, 2013:81)
Ada beberapa karakteristik pertanyaan guru yang dapat menunjang kemampuan berpikir siswa antara lain pertanyaan dengan jawaban tertunda dan pertanyaan dengan jawaban segera. Pertanyaan dengan jawaban tertunda merupakan teknik bertanya guru yang disertai pemberian waktu (pause) berpikir kepada siswa untuk merumuskan jawaban
sebelum menjawab pertanyaan.
Sedangkan pertanyaan dengan jawaban segera merupakan teknik bertanya guru tanpa disertai pemberian waktu (pause) berpikir kepada siswa dalam menjawab suatu pertanyaan. Jadi siswa segera menjawab pertanyaan yang disampaikan
Menurut Djemarah (2010:107) pertanyaan yang disertai pemberian waktu berpikir ( pertanyaan dengan jawaban tertunda) memiliki beberapa keunggulan, antaralain: (1) Respons dari siswa cenderung lebih panjang, kalimatnya lebih lengkap, menunjukkan kepercayaan diri
bertambah. Respons yang sifatnya spekulasi akan kelihatan sekali; (2) Proses belajar mengajar cenderung berubah dari guru sentris ke pembicaraan antar siswa tentang perbedaan respons yang diberikan; (3)Guru mempunyai waktu untuk mendengarkan dan berpikir. Serbuan pertanyaan guru berkurang dan cenderung pertanyaan yang bervariasi bertambah. Sebaliknya siswa diberi kesempatan untuk merespons pertanyaan yang memancing dari pada sekedar pertanyaan ingatan. (4) Siswa yang kurang berpartisipasi, berubah menjadi
lebih berpartisipasi.Sedangakan
pertanyaan dengan jawaban segera memiliki beberapa keunggulan dalam proses pembelajaran yaitu (1) Siswa akan lebih temotivasi dan aktif dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, (2) Melatih kemandirian siswa dalam berpikir, (3) guru akan mudah menilai kemampuan siswa secara individu.
Proses pembelajaran IPA melalui pendekatan saintifik menggunakan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan dengan jawaban tertunda dan pertanyaaan dengan jawaban segera dapat memberi variasi baru dalam pembelajaran, selain itu juga dapat merangsang siswa untuk giat berpikir dan terlibat dalam proses pembelajaran. Terlebih lagi dalam proses pembelajaran IPA biasanya menuntut siswa untuk melakukan pemahaman materi sehingga
dengan menempatkan pertanyaan
sebagai metode penunjang yang
dipadukan dengan pendekatan saintifik, materi pelajaran akan lebih mudah diingat dan dipahami oleh siswa, dengan begitu hasil belajar siswa akan lebih optimal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifk menggunakan pertanyaan dengan jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar
Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015.
Metode
Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar pengetahuan IPA pada siswa kelas IV Ditinjau dari Karakteristik Pertanyaan Guru di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015, dengan memanipulasi variabel bebas dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan, sedangkan variabel lain tidak bisa dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah
desain eksperimen semu (quasy
exsperiment) Hal ini sesuai dengan
pendapat Sugiyono (2013:77) yang
menyatakan quasi eksperimen
mempunyai kelompok control, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain eksperimen semu yang digunakan
adalah Randomized Control-Group
Pretes-Posttes Design Penelitian ini hanya untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatam saintifik
menggunakan pertanyaan dengan
jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera, dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional sehingga penelitian ini bukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pengetahuan IPA antara ketiga kelompok tersebut. Jadi dalam rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor post test
saja yang dilakukan pada akhir penelitian tanpa memperhitungkan skor pre test.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 215 orang yang terbagi kedalam 7 kelas dengan 5 sekolah dasar. Dalam kaitannya dengan pemilihan subjek penelitian, peneliti tidak selalu dapat melakukan pemilihan subjek secara
random (Individual random). Peneliti tidak memungkinkan memilih dan memilah
subjek sesuai dengan rancangan. Akan tetapi, peneliti harus menerima kelas atau kelompok subjek yang telah ditentukan oleh sekolah, sesuai dengan kebijakan sekolah. Oleh karena itu, cara yang digunakan untuk menentukan kelas yang menjadi sampel penelitian yaitu dengan terlebih dahulu menguji kesetaraan kelas-kelas populasi yang ada di SD Gugus Ki Hajar Dewantara. Dari 7 kelas tersebut diuii kesetaranya menggunakan anava satu jalur. Dari kelas populasi yang dinyatakan setara di random dan dipilih tiga kelas sebagai kelas sampel penelitian dengan rincian, dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Berdasarkan hasil random terpilihlah Kelas IV SD Negeri 15 Dangin Puri, Kelas IV A SD Negeri 29 Dangin Puri dan kelas IV B SD Negeri 29 Dangin Puri sebagai kelas Sampel. Kelas IV A SD Negeri 29 Dangin Puri sebagai kelas eksperimen 1 yaitu kelas yang menerapkan pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan dengan
jawaban tertunda, dan kelas IV SD Negeri 15 Dangin Puri sebagai kelas eksperimen 2 yaitu kelas yang menerapkan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera, dan kelas IV B SD Negeri 29 Dangin Puri sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang menerapkan pendekatan saintifik konvensional.
Data tentang hasil belajar pengetahuan IPA dikumpulkan dengan tes hasil belajar pengetahuan IPA. Dilihat dari sifatnya, data tersebut tergolong data kuantitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar pengetahuan IPA siswa adalah tes hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan 4 pilihan jawaban dengan jumlah butir soal sebanyak 31 butir yang telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu seperti kriteria validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
Analisis data Dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis statistik deskritif dan statistik inferensial. Teknik analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan data
hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan dengan
jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyan dengan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel, dan hasilnya akan
digeneralisasikan (dinferensikan) untuk
populasi dimana sampel diambil
(Sugiyono, 2014:23). Adapun tahapan uji statistic inferensial dalalam penelitian ini sebagai berikut. 1) uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data skor hasil belajar pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Ungkapan lain yang sering digunakan adalah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan menggunakn teknik uji Lilliefors. Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar
terjadi akibat adanya perbedaan antar
kelompok, bukan sebagai akibat
perbedaan dalam kelompok. Uji
homogenitas dilakukan dengan teknik uji bartlet; (2) Uji hipotesis. Pengujian hipotesis untuk dua atau lebih rata-rata populasi, maka pengujian dapat dilakukan dengan analisis varians. Menurut Asra dan Slamet (2014:111) Anava digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis terhadap dua atau lebih rata-rata populasi, atau menguji hasil dari lebih dari dua rata-rata bentuk percobaan (experiment). Apabila hanya ada satu variabel bebas dan satu variable terikat, maka analisis varian yang digunakan adalah analisis varian satu jalur. Untuk mengetahui hasil belajar IPA yang memiliki perbedaan secara signifikan maka diperlukan uji lanjut ANAVA. Teknik statistik yang digunakan untuk uji lanjut ANAVA adalah dengan Uji Schefe
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil postes dari ketiga kelas sampel diperolehlah data hasil belajar pengetahuan IPA sebagi berikut tercantum pada tabel 1
Tabel 1 Hasil Belajar Pengetahuan IPA Pada Ketiga Kelas Sampel Analisis Data Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 100 100 94 Nilai Terendah 45 48 45 Modus 71 74 65 Mean 75.80 75.18 66.50 Standar Deviasi 15.49 14.42 11.96 Variansi 239.81 208.03 142.92
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa rerata hasil belajar pengetahuan IPA pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari pada rerata hasil belajar pengetahuan IPA pada kelas eksperimen 2 dan kelas control. Rerata hasil belajar pengetahuan IPA pada kelas eksperimen 2 lebih tinggi dari pada rerata hasil belajar IPA pada kelas control. Dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar pengetahuan IPA pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rerata hasil belajar pengetahuan IPA pada kelas kontrol.
Sebelum dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan ANAVA Satu Jalur, data yang diolah harus memenuhi criteria persyaratan yaitu data berdistribusi normal dan varians data bersifat homogen. Pengujian normalitas data menggunakan teknik Lilliefors dilakukan langsung pada tabel distribusi frekuensi tunggal. Artinya data tidak perlu disajikan dengan tabel distribusi kelompok. Pada pengujian normalitas data mengunakan teknik Lilliefors, dicari selisih frekuensi sebaran data dengan frekuensi kumulatif sampai batas tiap-tiap data. Apabila nilai
selisih yang terbesar masih lebih kecil dari criteria nilai Lilliefors, maka disimpulkan bahwa sebaran data berdistribusi normal.
Hasil perhitungan uji normalitas ketiga kelas sampel dijabarkan dalam tabel 2
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas
No Kelas Sampel L max L tabel Kesimpulan
1 Kelas Eksperimen 1 0.0811 0.1478 Berdistribusi normal
2 Kelas Eksperimen 2 0.0889 0.1497 Berdistribusi normal
3 Kelas Kontrol 0.0878 0.1497 Berdistribusi normal
Uji Homogenitas variansi data hasil belajar pengetahuan IPA pada ketiga kelas dilakukan dengan uji Bartlet. Uji Bartlet dilakukan dengan menghitung X2. Harga X2 yang diperoleh dari perhitungan (X2-hitung) selanjutnya dibandingkan dengan nilai X2 tabel distribusi X2 (table distribusi Chi Kuadrat) pada taraf signifikansi yang ditentukan dengan derajat kebebasan (dk)=k-1, yang mana k
menyatakan banyak kelompok. Bila X2 hitung lebih kecil daripada X2 tabel, maka hipotesis nol diterima. Artinya, varians data pada setiap kelompok homogen atau sering disebut bahwa data berasal dari populasi yang homogen. Untuk hasil perhitungan uji homogenitas pada ketiga kelas sampel secara terperinci dijabarkan dalam tabel 3
.
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas
Setelah data dinyatakan memenuhi kriteria persaratan data berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji hopotesis. Dalam penelitian ini menguji tiga rata-rata kelompok data, yaitu hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan dengan
jawaban tertunda, hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera dan hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan saintifik. Oleh Karena itu hipotesis nol (H0) yang diuji menyatakan tidak Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifk
menggunakan pertanyaan dengan
jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015. Melawan hipotesis alternative (H1) menyatakan Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifk menggunakan pertanyaan dengan jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar
Keterangan Hasil variansi Gabungan (S2) 197.35 log S2 2.30 Nilai B 229.52 X hitung 2.28 X tabel 5.99
Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015.
Uji Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan ANAVA Satu Jalur. Dalam anava satu jalur dihitung besarnya nilai F yang merupakan hasil pembangian RJKA dibagi RJKD. Apabila F yang diperoleh dari perhitungan (F-Hitung) lebih
besar dari Fα(p1, p2) (F-tabel), maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Sebaliknya, apabila hitung lebih kecil atau sama dengan F-Tabel maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Hasil uji ANAVA Satu Jalur dijabarkan dalam tabel 4
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Uji ANAVA Satu Jalur Sumber Variasi JK Dk RJK F F 0,05(2,100) Keterangan Antar 1848.65 2 924.32 4.68 3.09 Signifikan Dalam 19735.04 100 197.35 - - - Total 21583.69 102 - - - -
Berdasarkan hasil perhitungan F yang diperoleh dari perhitungan (F-Hitung = 4,68) lebih besar dari Fα(p1, p2) (F-tabel= 3,09), maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Jadi kesimpulannya “Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui
pendekatan saintifk menggunakan
pertanyaan dengan jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015”
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dinyatakan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternaif diterima, sehingga kesimpulan yang diperoleh adalah paling tidak dua rerata “tidak sama” atau paling tidak satu tanda “sama” tidak berlaku. Untuk mengetahui hasil belajar IPA yang memiliki perbedaan secara signifikan maka diperlukan uji lanjut ANAVA. Teknik statistik yang digunakan untuk uji lanjut ANAVA adalah dengan Uji Schefee. Uji schefe dilakukan sebanyak tiga kali, dengan hipotesis nol yang diuji sebagai
berikut. H01: “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015” H02: “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015” H03: “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015” Berikut rekapitulasi hasil uji Scheffe dijabarkan dalam tabel 5
Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Uji Scheffe
No Kelas Sampel N Y Fhitung F’ Keterangan
1 Eksperimen 1 35 75.80 7.56 6.18 Signifikan
Control 34 66.50
2 Eksperimen 2 34 75.18 6.48 6.18 Signifikan
Kontrol 34 66.50
3 Eksperimen 1 35 75.80 0.03 6.18 Tidak signifikan
Eksperimen 2 34 75.18
Berdasarkan hasil uji Scheffe, pengujian hipotesis minor 1 (H01) yaitu pengujian kelas eksperimen 1 dengan kelas control, nilai F yang diperoleh dari perhitungan (F-hitung = 7.56) lebih besar dari F’= (k-1) F-Tabel (F’= 6.18) yang berati H0 ditolak dan Ha diterima sehingga “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban tertunda dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan
Denpasar Timur Tahun Ajaran
2014/2015”. Rerata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban tertunda (75.80) lebih tinggi daripada rerata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional (66.50), hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan dengan
jawaban tertunda dapat merangsang siswa untuk giat berpikir, siswa menjadi lebih aktif untuk berpartisipasi dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran seperti yang dapat diuraikan berikut ini. a) respons dari siswa cenderung lebih panjang, kalimatnya lebih lengkap, menunjukkan kepercayaan diri bertambah, b) proses belajar mengajar cenderung berubah dari guru sentris ke pembicaraan antar siswa tentang perbedaan respons yang diberikan. c) siswa yang kurang berpartisipasi, berubah menjadi lebih berpartisipasi. d) guru mempunyai waktu untuk mendengarkan dan berpikir, serbuan pertanyaan guru berkurang dan
cenderung pertanyaan yang bervariasi bertambah, sebaliknya siswa diberi kesempatan untuk merespons pertanyaan yang memancing dari pada sekedar pertanyaan ingatan.
Pengujian hipotesis minor 2 (H02) yaitu pengujian kelas eksperimen 2 dengan kelas control, nilai F yang diperoleh dari perhitungan (F-hitung = 6.48) lebih besar dari F’= (k-1) F-Tabel (F’= 6.18) yang berati H0 ditolak dan Ha diterima sehingga “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan jawaban segera dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015”. Rerata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera (75.18) lebih tinggi daripada rerata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional (66.50) hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan saintifik mengunakan pertanyaan dengan jawaban segera siswa menjadi lebih aktif untuk terlibat dalam proses pembelajaran, siswa menjadi lebih temotivasi dan aktif dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru, melatih kemandirian siswa dalam berpikir dan belajar.
Pengujian hipotesis minor 3 (H03) dengan kelompok pengujian kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2, nilai F yang diperoleh dari perhitungan (hitung = 0.03) lebih kecil dari F’= (k-1) F-Tabel (F’= 6.18) yang berati H0 diterima
dan Ha ditolak sehingga “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik
menggunakan pertanyaan jawaban
tertunda dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendkatan saintifik menggunakan pertanyan jawaban segera pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015”. Rerata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban tertunda (75.80) setara dengan rerata hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera (75.18) hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban tertunda maupun pertanyaan dengan jawaban segera, keduanya sama-sama dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, walaupun teknik penyampaian pertanyaanya keduanya berbeda tetapi pengetahuan yang dimiliki siswa antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban tertunda dan pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera relative akan sama dengan begitu jelas bila hasil belajar pengetahuan IPA keduanya tidak terdapat perbedaan.
Berdasarkan hasil uji ANAVA Satu Jalur dan hasil Uji Scheffe dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan jawaban tertunda dan pertanyaan jawaban segera dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional. Hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan dengan jawaban tertunda dan pertanyaan dengan jawaban segera lebih baik dari pada hasil belajar pengetahuan
IPA pada siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan saintifik menggunakan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan dengan jawaban tertunda dan pertanyaan dengan jawaban segera lebih efektif dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar pengetahuan IPA siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifk menggunakan pertanyaan dengan jawaban tertunda, siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan dengan jawaban segera dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendkatan saintifik menggunakan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan dengan jawaban tertunda (75.80) dan pertanyaan dengan jawaban segera (75.18) lebih tinggi dari pada hasil belajar pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik menggunakan karakteristik pertanyan guru lebih efektif dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar pengetahuan IPA pada siswa kelas IV di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2014/2015
Berdasarkan temuan-temuan
dalam penelitian ini dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Kepada Sekolah, Pihak sekolah hendaknya menggunakan penelitian ini sebagai
rujukan dalam upaya menambah
meningkatkan kualitas pembelajaran dan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa sehingga kualitas pembelajaran terutama hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi lebih optimal. Kepada Guru. Melihat pengaruh positif pada pembelajaran IPA dengan penerapan pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru, hendaknya guru dapat menerapkan dan mengembangkan karakteristik pertanyaan guru yaitu pertanyaan dengan jawaban tertunda dan pertanyaan dengan jawaban segera dalam pembelajaran IPA sebagai salah satu metode alternatif yang dapat dipadukan dengan pendekatan saintifik sebagai pendekatan yang utama dalam proses pembelajaran. Kepada Peneliti Lain, Peneliti lain yang tertarik dengan penelitian ini, disarankan untuk menindak lanjuti penelitian tentang pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru terhadap hasil belajar pengetahuan IPA pada mata pelajaran lain dengan sampel yang berbeda sehingga hasil penelitian benar-benar dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi dilapangan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Yunus. 2014. Desain Sistem
Pembelajaran Dalam Konteks
Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.
Asra, Abuzar dan Slamet Sutomo. 2014.
Pengantar Statistika II panduan Bagi Pengajar dan Mahasiswa. Jakarta: Rajawali Press
Asril, Zainal. 2013. Micro Teaching
Disertai Dengan Pedoman
Pengalaman Lapangan. Jakarta:
Rajawali Pers
Daryanto. 2014. Pendekatan
Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Djmarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru &
Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Fadlillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grfindo Persada.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil
Belajar Proses Belajar
Mengajar.Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group