• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME KUNJUNGAN KELUARGA BAGI NARAPIDANA (Studi: Lembaga Permasyarakatan Klas II A Laing Solok) ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEKANISME KUNJUNGAN KELUARGA BAGI NARAPIDANA (Studi: Lembaga Permasyarakatan Klas II A Laing Solok) ARTIKEL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME KUNJUNGAN KELUARGA BAGI NARAPIDANA (Studi:

Lembaga Permasyarakatan Klas II A Laing Solok)

ARTIKEL

Ditulis Kepada Fakultas Hukum

Universitas Bung Hatta Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

NPM: 0510012111206

BOBBY RAHMAT YULANDA

Bagian Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2014

(2)
(3)

Mekanisme Kunjungan Keluarga Bagi Narapidana (Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Laing Solok)

Bobby Rahmat Yulanda1, Syafridatati1, Yetisma Saini2. 1

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum 2

Universitas Bung Hatta

Dosen Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum

E-mail :

ABSTRAK

There are also requirements and prohibitions issued by the Ministry of Justice and Human Rights in the form of rules of conduct in prison SMF Class II.B Laing fact that prisoners' rights are not going according to the rules , especially the rules regarding receiving family visits , legal counsel , or certain other persons . Such practice has even so acute , so it is considered as a " must " 1 ) What is the mechanism of family visits for inmates at the Penitentiary II Class B Laing Solok ? , 2 ) Is the constraints faced by the workers and families in conducting family visits at the Institute correctional Class II B Laing Solok ? . The method of approach used in the study was Juridical Sociologist , the data used in the form of primary data and secondary data , the data were collected by interview and document research data were analyzed qualitatively . From the study it can be concluded that : 1 ) the mechanism of Act No. 12 of 1995 concerning the correctional article 14 paragraph 1 letter H in an effort to provide the right to receive family visits prison inmates , especially in Class IIB Laing Solok . 2 ) The obstacles in efforts to protect and guarantee human rights of prisoners in prisons Class IIB Laing Solok factors influenced by internal and external . Internal factors .

Keywords : family, visits , Prisoners , Prion

Pendahuluan

Sistem peradilan pidana, dikenal beberapa tahap pemeriksaan antara lain. Seperti proses penyidikan yang dilakukan pihak Kepolisian, proses penuntutan yang dilakukan oleh pihak Kejaksaan, proses putusan yang dilakukan Pengadilan dan pelaksanaan pemidanaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan. hubungan

inilah pemasyarakatan penting artinya bukan saja karena ia merupakan sarana untuk membina para narapidana sebagai manusia pembangunan guna meningkatkan kemampuan hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat tetapi dengan diberikannya juga pendidikan kesadaran bernegara termasuk untuk mengetahui hak-hak dan kewajiban narapidana, seperti yang di atur dalam

(4)

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan

Fungsi pemasyarakatan yang terbuka dan persuasif yang bertujuan turut meningkatkan kegiatan-kegiatan sosial untuk kepentingan pembangunan, maka langkah-langkah pembinaan keamanan dan ketertiban dalam setiap lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan cabang rumah tahanan pun melaksanakan sesuai dengan tingkat keadaan mulai tahap

maximum security, medium security.

Fungsi pemasyarakatan yang terbuka dan produktif yang di singkat “Pemasyarakatan Terbuka” adalah sebagai berikut:

1. Lembaga pendidikan yang mendidik manusia narapidana dalam rangka terciptanya kualitas manusia.

2. Lembaga pembangunan yang mengikutsertakan manusia narapidana menjadikan manusia pembangunan yang produktif.

Dengan ciri-ciri tersebut, maka lembaga pemasyarakatan bukan saja sudah harus berubah dalam pola pembinaan yang dilakukan, tetapi sekaligus juga sudah harus merubah orientasinya dari lembaga konsumtif menjadi lembaga produktif. Pemasyarakatan adalah bagian dari tata peradilan pidana dari segi pelayanan

tahanan, pembinaan narapidana anak Negara dan bimbingan klien pemasyarakatan yang dilaksanakan secara terpadu (dilaksanakan bersama-sama dengan aparat penegak hukum) dengan tujuan agar mereka setelah menjalani pidananya dapat kembali menjadi warga masyarakat yang baik. Secara umum pembinaan narapidana bertujuan agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang telah menjadi arah pembangunan nasional melalui jalur pendekatan:

1. Memantapkan Iman (ketahanan mental) mereka

2. Pembinaan mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam kehidupan kelompok selama dalam lembaga pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas (masyarakat) setelah menjalani pidananya.

Secara khusus pembinaan narapidana ditunjukkan agar selama masa pembinaan dan sesudah selesai menjalankan masa pidananya:

1. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya. 2. Berhasil memperoleh pengetahuan,

minimal keterampilan untuk bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.

(5)

3. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada sikap dan prilakunya yang tertib disiplin serta mampu menggalang rasa kesetiakawanan sosial.

4. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan Negara.

Khusus bagi narapidana kegiatan yang diberikan kepada mereka bukan hanya semata-mata dimaksudkan sebagai kegiatan pengisi waktu, agar terhindar dari pemikiran-pemikiran negatif ( seperti berusaha melarikan diri).

Mengenai hak-hak narapidana dapat dilihat dalam Pasal 14 Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Narapidana berhak:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan Agama dan Kepercayaannya

b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani

c. Mendapat pendidikan dan pengajaran d. Mendapat pelayanan kesehatan dan

makanan yang layak e. Menyampaikan keluhan

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang

g. Mendapat upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan

h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya

i. Mendapat masa pengurangan masa pidana (remisi)

j. Mendapat kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga

k. Mendapatkan kebebasan bersyarat l. Mendapatkan cuti menjelang bebas

m. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan Yang berlaku

Ada pun syarat-syarat dan larangan yang dikeluarkan oleh Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia berupa aturan tata tertib di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.B Laing Solok sebagai berikut:

Syarat-syarat

1. KTP yang asli yang masih berlaku. 2. Surat izin besuk dari pihak menahan. 3. Bersedia digeledah badan dan barang

bawaan.

4. Lamanya kunjungan hanya 25 menit. 5. Jam berkunjung 09.00-12.00 WIB dan

hari libur tutup. Larangannya

1. Senjata api (senpi) dan senjata tajam (senjam) dititipkan di penjaga pintu utama (P2U).

2. Obat-obatan medis dikomunikasikan ke dokter labor.

(6)

3. Narkoba/phisotropika dan obat terlarang lainnya.

4. Minuman keras / Alkohol.

5. Peralatan makanan / Minuman dari unsur kaca, besi atau sejenis lainnya.

6. Alat komunikasi seperti hand phone. 7. Barang terlarang lainnya.

Himbauan.

1. Berikan pencerahan / nasehat.

2. Sampaikan kabar yang baik kepada Napi.

3. Jangan memberikan uang secara berlebihan.

4. Berikan mereka kitab suci sesuai agama yang dipeluknya atau alat sholat.

5. Berpakaian sopan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah mekanisme kunjungan keluarga bagi narapidana

di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Laing Solok?.

2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh petugas dan keluarga dalam melaksanakan kunjungan keluarga di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Laing Solok?.

Tujuan Penelitian

Bila dihubungkan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan kunjungan keluarga bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.B Laing Solok

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh petugas dalam menerapkan kunjungan keluarga Napi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.B Laing Solok.

Metodologi

Jenis Penelitian peinulisan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

Yuridis Sosiologis. Penelitian hukum yuridis sosiologis merupakan penelitian lapangan, yaitu yang didasarkan pada data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber utama.

Sumber Data

a. Data primer adalah data diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Anwar Tanjung, selaku petugas lembaga Pemasyarakatan, R.M selaku narapidana, dan Bapak R.S selaku keluarga narapidana

(7)

b. Data sekunder adalah data diperoleh dari kantor Lembaga Pemasyarakatan Klas II.B Laing Solok data narapidana Tahun 2009 s/d 2010.

Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara yang dilakukan dengan petugas dan keluarga narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Laing Solok, wawancara dilakukan dengan semi terstruktur.

b. Studi dokumen yang diperoleh dari kantor Lembaga Pemasyarakatan Klas II.B Laing Solok berupa data kunjungan keluarga Tahun 2009 s/d 2010

c. Observasi dengan cara melakukan penelitian terhadap tujuan objek penelitian.

Analisis Data

Setelah semua data terkumpul baik berupa data primer maupun data sekunder akan di analisis secara kualitatif, yaitu mengumpulkan data menurut aspek-aspek yang diteliti lalu di ambil suatu kesimpulan.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Mekanisme Kunjungan Keluarga Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Laing Solok.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di LAPAS Klas IIB Laing Solok

dalam hal Mekanisme kunjungan keluarga narapidana yang dilakukan dalam kunjungan tersebut bagi pihak yang berkunjung baik keluarga, penasehat hukum maupun orang yang berkaitan dengan narapidana yang ada di dalam LAPAS Klas IIB Laing Solok, dengan syarat-syarat yang diberlakukan oleh pihak LAPAS dengan KaLAPAS yang telah dimuat secara seksama.

Setiap kunjungan harus mematuhi aturan yang diberlakukan oleh Petugas LAPAS Klas IIB Laing Solok dengan kewenangan tersebut supaya terciptanya keamanan lingkungan LAPAS dan ketertiban dalam LAPAS, semua itu akan bisa terwujud dengan kerjasama semua pihak yang terkait.

Sesuai dengan Pasal 14 ayat (1) huruf h Undang-undang Pemasyarakatan yang berbunyi:

“Setiap Narapidana berhak menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya”.

Adanya faktor yang berpengaruh dalam mekanisme kunjungan keluarga ini, antara lain:

1. Tergantung inisiatif pihak yang akan mengunjungi.

2. Tergantung pada kemampuan pihak yang akan mengunjungi, misalnya Transportasi kunjungan.

(8)

Berdasarkan pertimbangan petugas, bahwa tugas pokok LAPAS tidak hanya mengurusi kunjungan keluarga saja, tetapi akan banyak hal yang penting dan perlu dikerjakan, terlebih untuk menekan rumor yang berkembang di masyarakat seperti “Pungli” di LAPAS yang dilakukan oleh oknum Petugas LAPAS Klas IIB Laing Solok, oleh karena itu pelaksanaan kunjungan keluarga bagi narapidana tidak boleh melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan, apalagi pada hari di luar jadwal kunjungan juga diberikan kepada narapidana, bukan tidak mungkin tamu yang berkunjung menimbulkan masalah antara lain:

1. Pungutan uang.

2. Menyelundupkan barang-barang yang dilarang.

Adapun sumber dari wawancara penulis dengan petugas LAPAS Klas IIB Laing Solok perharinya setiap orang atau keluarga yang melakukan kunjungan keluarga ke dalam LAPAS tersebut dengan jadwal yang telah di tentukan oleh pihak KaLAPAS dengan anggota LAPAS berkisar rata-rata kunjungan keluarga hanya 20 tamu yang datang. Karena adanya dispensasi dari LAPAS, maka pada hari Sabtu setiap kunjungan keluarga agak di berikan

kebebasan dalam kunjungan keluarga. Sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan yaitu Pasal 14 ayat (1) huruf H, maka setiap narapidana berhak menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, dan orang tertentu lainnya dengan ketentuan atau aturan yang telah diberlakukan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Laing Solok.

Kendala-kendala yang Dihadapi oleh Petugas dan Keluarga dalam melakukan kunjungan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Laing Solok.

Hasil wawancara dengan Bapak Rahmat Syaifulah sebagai pihak yang mengunjungi narapidana, adapun kendalanya adalah sebagai berikut;

1. Pihak yang mengunjungi merasa waktu yang di perlukan dalam kunjungan sangat terbatas sesuai dengan aturan LAPAS tersebut.

2. Keluarga dari narapidana merasa kemerdekaan atau kebebasan mereka dalam melakukan kunjungan agak terasa di halangi dalam melakukan komunikasi karena mereka diawasi oleh petugas LAPAS tersebut.

3. Bagi narapidana baik pria maupun wanita yang telah berkeluarga mungkin adanya suatu rasa terkekang dalam diri

(9)

mereka masing-masing karena tidak bisa berintegrasi dengan keluarga mereka secara normal, walaupun itu baik kebutuhan rohani maupun jasmani.

4. Terlalu kecilnya ruang kunjungan keluarga di LAPAS Klas II B Laing Solok.

5. Adanya petugas-petugas nakal yang melakukan pungutan terhadap keluarga yang melakukan kunjungan

6. Adanya perbedaan yang diberikan terhadap pelayanan kunjungan keluarga antara masyarakat biasa dengan orang yang mempunyai kedudukan atau pejabat pemerintah.

Walau masih adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh petugas LAPAS Klas IIB Laing Solok dan keluarga narapidana yang berkunjung maka mereka saling pengertian dalam hal tersebut untuk kelancaran dalam Mekanisme Kunjungan keluarga di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Laing Solok antara pengunjung dan petugas LAPAS Klas IIB Solok.

Simpulan.

Setelah adanya hasil pembahasan dan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam masalah Mekanisme kunjungan keluarga bagi narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Laing Solok, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Mekanisme Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan Pasal 14 AYAT (1) huruf H dalam upaya memberikan hak dalam menerima kunjungan keluarga di LAPAS Klas IIB Laing Solok Petugas telah menjalankan tugasnya sesuai dengan prosedur dan Mekanisme dalam kunjungan keluarga narapidana, tanpa mengurangi hak-hak mereka selama kunjungan yang sesuai dengan Peraturan dan Tata tertib yang ada di dalam LAPAS yang harus dipatuhi oleh semua pihak baik petugas LAPAS maupun keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya. Setelah adanya peraturan tersebut maka bisa di mengerti maksud dan tujuan dari aturan yang dibuat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan dalam masa kunjungan keluarga narapidana dan untuk menekan angka kriminalitas dalam LAPAS Klas IIB Laing Solok tersebut dalam hal penyeludupan barang-barang terlarang ke dalam LAPAS yang bisa didapat dalam masa kunjungan keluarga bagi narapidana, petugas jaga harus melaksanakan tugasnya seoptimal mungkin agar bisa terhindar dan menekan isu-isu yang ada saat sekarang

(10)

ini tentang “Pungli” di dalam LAPAS Klas IIB Laing Solok, dan tidak adanya hak-hak istimewa yang diberikan petugas LAPAS dalam masalah kunjungan keluarga bagi narapidana semua mereka mendapatkan hak yang sama tanpa menjual nama atau pangkat jabatan karena semua manusia di mata hukum itu sama tanpa pandang bulu. Agar penegakan hukum di Indonesia ini sesuai dengan semestinya hukum yang berlaku, dan tidak adanya rasa membeda-beda antara narapidana sesuai hak-hak yang harus didapatkan selama masa kunjungan keluarga yang telah di tetapkan.

2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh petugas dan keluarga dalam melakukan kunjungan ke LAPAS Klas IIB Laing Solok dipengaruhi faktor internal dan faktor Eksternal. Faktor internalnya yaitu sumber daya manusia dan Integritas moral petugas yang baik dan juga dukungan narapidana dalam pemenuhan hak-hak khususnya dalam Mekanisme Kunjungan Keluarga Bagi Narapidana di Lembaga pemasyarakatan Klas IIB Laing Solok:

a. Faktor internalnya yaitu sumber daya manusia dan Integritas moral petugas yang baik dan juga dukungan

narapidana dalam pemenuhan hak-hak khususnya dalam Mekanisme Kunjungan Keluarga Bagi Narapidana di Lembaga pemasyarakatan Klas IIB Laing Solok.

b. Faktor eksternal yaitu adanya Undang-undang yang telah menjamin hak-hak Narapidana.

DAFTAR PUSTAKA

A Hamzah dan Siti Rahayu, 1983, Suatu Tinjauan Ringkasan Sistim

Pemidanaan di Indonesia, Akademi

Press Indonesia.

Andi Hamzah, 2010, KUHP. Rineka Cipta, Jakarta

A. Widiada, 1998, Guna Karya, Sejarah dan

Konsepsi Pemasyarakatan, C.V

Armico, Bandung.

Bambang Sunggono, 2003, Metode

Penelitian Hukum, RajaGrafindo

Persada, Jakarta

C.I Harsono, 1995, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Djambatan, Jakarta.

(11)

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, 2009. Cetak Biru Pembaharuan Pelaksanaan Sistim Pemasyarakatan, Jakarta.

Dwidja Priyanto, 2006, Sistem Pelaksanaan

Pidana Penjara di Indonesia, PT

Refika Aditama, Bandung.

Harsono HS.DAS, 1988, Sistem Pembinaan

Narapidana, PT. Bhineka Cipta,

Jakarta.

Hyman Gross, 1979, A. Theory of Criminal Justice (diterjemahkan oleh

Muhammad Saleh), Oxford

University Press, New York.

Loebby Loqman, 1996, Hukum acara pidana di indonesia (suatu ikhtisar), jakarta datacom.

Sahardjo, Rumah Pengayoman Sukamiskin. Pohon Beringin Pengayoman. Bandung.

Saroso, 1975. Pekerjaan Terpidana di Bidang Produksi Kumpulan Prasarana Lokakarya Evaluasi Sistem Permasyarakatan, Bina Cipta, Jakarta

Suhardjo, dikutip dari Warta Permasyarakatan, Permasyrakatan Sebagai Upaya Perlindungan, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Nomor 19 Tahun. VI-September 2005

Sunarto, K. 2004, Pengajar Sosiologi (Edisi

Revisi), Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Soedjono Dirdjosisworo, 1984, Sejarah dan

Azas-azas Penologi, CV. Armivo,

Referensi

Dokumen terkait

Di BKD Kabupaten Cilacap tidak terlepas dari permasalahan yang timbul akibat kurangnya pemahaman pegawai terkait dengan pekerjaannya. Peraturan yang tidak tetap dan

hakiki, bukan perjumpaan melainkan dari titik sentrum Perjumpaan yang menghendaki toleransi dan penghargaan yang otentik dimana pengakuan atas perbedaan dan kehendak

Model manajemen kinerja yang terdiri dari empat tahap (perencanaan, implementasi, refleksi dan kompensasi) dapat digunakan untuk perbaikan berkelanjutan. Manajer dan

Skripsi Kiat - Kiat Mahasiswa Menghadapi Wisuda .... Sri

setelah menyelesaikan akad kredit dan tanpa dikurangi biaya-biaya apapun oleh Bank Rakyat Indonesia. Bank Rakyat Indonesia adalah suku bunga yang relatif rendah yang

Hasil pengujian statistik untuk hipotesis Ha6 yang berbunyi akuntan publik yang bekerja di KAP dengan formalisasi kebijakan dan prosedur organisasi yang jelas akan

Dalam kegiatan ini mahasiwa belum mengajar secara penuh,baik dalam penyampaian materi, penggunaan metode maupun, pengelolaan kelas tetapi masih dalam pengawasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal: (1) wujud kesantunan pada iklan radio berbahasa Jawa berupa, pemenuhan maksim