• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK KLOROFORM BATANG TUMBUHAN BAKAU MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK KLOROFORM BATANG TUMBUHAN BAKAU MERAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

C - 89

ISOLASI dan KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK KLOROFORM BATANG TUMBUHAN BAKAU MERAH (Rhizophora stylosa.Griff) dan UJI AKTIVITAS BIOLARVASIDA TERHADAP

LARVA Aedes aegypti

Mohamad Zulkarnaen1, Tukiran2, Sri Hidayati Syarief 3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

Jln. Ketintang Surabaya (60231) Email: mzulkarnaen135@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang isolasi dan karakterisasi senyawa fenolik dari ekstrak kloroform batang tumbuhan bakau merah sebagai biolarvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa fenolik yang terdapat pada ekstrak kloroform batang tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa.Griff) dan mengetahui aktivitas biolarvasida isolat pada konsentrasi 0,40, 60, 80, 100 ppm. Isolasi senyawa fenolik ekstrak kloroform batang tumbuhan bakau merah dilakukan beberapa tahap, yaitu ekstraksi, KCV, KKG, dan KLT dan setelah didapatkan isolat dilakukan proses rekristalisasi. Karakterisasi senyawa fenolik dilakukan dengan tiga pengujian, yaitu pengujian sifat fisika, kimia dan spektrofotometri. Uji sifat fisika yang meliputi uji kelarutan dan uji titik leleh, pengujian sifat kimia yang meliputi uji dengan reagen (FeCl3 dan Shinoda test), dan pengujian

spektofometer meliputi IR, UV-Vis dan GC-MS. Hasil isolasi diperoleh dua isolat yaitu pada fraksi ke-5 KKG seberat 157 mg. Berdasarkan pengujian sifat fisika isolat tersebut larut kedalam pelarut kloroform dan mempunyai titil leleh sebesar uji sifat fisika senyawa ini larut sempurna didalam pelarut kloroform dan diukur titik lelehnya didapat sebesar 298-299 oC, 299-300 oC, dan 299-300 oC. Berdasarkan analisis IR isolat 5 mempunyai gugus fungsi OH, CH3

alkil, C=C aromatis, dan C-O. Berdasarkan analisis spektofotometer UV-Vis isolat 5 mempunyai serapan pada panjang gelombang 311 nm , berdasarkan uji GC-MS isolat 5 mempunyai m/z sebesar 426. Berdasarkan pengujian tersebut isolat 5 merupakan senyawa flavonoid golongan katekin yang mempunyai gugus hidroksil pada C-3, C-7 dan C-4’ serta memiliki gugus O-Glikosida. Hasil pengujian aktivitas biolarvasida didapat nilai LC50 sebesar

104,376 ppm; 84,7241 ppm; dan 58,6507 ppm.

Kata-kata kunci : Ekstrak kloroform, batang bakau merah, Rhizophora stylosa. Griff, senyawa fenolik, uji aktivitas biolarvasida.

PENDAHULUAN

Famili Rhizophoraceae merupakan salah satu famili tumbuhan yang sebagian besar tumbuh di daerah pesisir pulau-pulau di indonesia. Famili Rhizoporaceae terdiri dari 11 spesies yang semua anggotanya terdiri dari atas pohon meliputi, Bruguiera cylindrica, B. exaristata, B. gymnorrhiza, B.sexangula, Ceriops decandra, C. tagal, Kandelia candel, R. apiculata, R. mucronata, dan R.stylosa (Kartawinata dkk., 1978).

Rhizophora stylosa termasuk famili Rhizophoraceae. Spesies ini dalam bahasa Indonesia disebut bakau merah, dalam bahasa jawa disebut juga dengan “tanjang lanang”. Tumbuhan ini memiliki daun berbentuk lonjong dan runcing pada ujungnya dan terdapat bintik-bintik hitam pada bagian belakang daunnya, kulit batang berwarna keabu-abuan, dan memiliki bunga sebanyak 4 pasang.

(2)

C - 90 Tumbuhan Rhizophora stylosa (Rhizophoraceae, Bakau Merah dalam bahasa indonesia) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang keberadaannya melimpah di kawasan pulau-pulau bagian timur Indonesia. Kulit batang dari genus Rhizophora telah dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional sebagai obat-obatan untuk berbagai penyakit. Di India kulit batang Rhizophora mucronata digunakan sebagai terapi penyakit diabetes, dan sebagai astringent untuk diare. Ekstrak beberapa spesies dari genus ini telah dilaporkan memiliki aktivitas anti bakteri, aktivitas anti-inflamasi, dan melindungi dari disfungsi mitokondria akibat induksi naphthalene.

Menurut penelitian Chalista, (2008) melaporkan bahwa ekstrak polar dari R. mucronata yang merupakan kerabat dekat dari R. stylosa berpotensi untuk melawan larva Spodoptera litura instar II karena dapat membunuh 50% dari populasi dengan masa pemaparan 24 jam pada konsentrasi 83,4586% (LC50 -24 jam=83,4586%).

Beberapa tumbuhan bakau genus Rhizoporacea telah dilakukan uji terhadap daya toksisitas terhadap larva suatu serangga diantaranya adalah Brugueira cylindrica, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Rhizophora lamarckii, dan Rhizophora mucronata dari tanaman-tanaman tersebut, ekstrak petroleum eter dari tanaman Rhizophora apiculata yang paling efektif terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus dengan nilai LC50 sebesar 25,7 mg/L

(Thangam & Kathiresan, 1997 dalam Anonim, 2009)

Penelitian tentang kandungan senyawa tumbuhan ini telah dilakukan. Dong Li.,dkk (2007) telah berhasil mengisolasi senyawa asetilasi flavanol yang baru yaitu, 3,7-O-diacetil (-)-epicatechin dan tujuh turunan flavanol yang telah diketahui seperti, (-)-epicatechin, 3-O-acetyl(-)-epicatechin,

3,3′,4′,5,7-Opentaacetyl (–)-epicatechin, (+)-afzelechin, (+)-catechin, cinchonain Ib dengan fraksi etil asetat dan proanthocyanidin B2 dengan fraksi n-butanol dari batang bakau merah (Rhizophora stylosa. Griff). Selain senyawa tersebut, dua senyawa flavan-3-ol glikosida dengan tujuh senyawa flavan-3-ol juga berhasil di isolasi dari batang Rhizophora stylosa dengan menggunakan pelarut metanol, senyawa-senyawa tersebut adalah flavon-3-ol glikosida, glabraosida A dan glabraosida B. bersama dengan tujuh turunan flavanol, diantaranya (+)-katekin, (-)-epikatekin, cinchonain IIa, cinchonain IIb, (+)-katekin 3-O-α-L-rhamnoside, cinchonain Ia dan cinchonain Ib (Takara, Kensaku, dkk., 2008).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini pada tumbuhan genus Rhizophora, khususnya bakau merah (Rhizophora stylosa) guna menemukan senyawa-senyawa yang terkandung dalam bagian tumbuhan tersebut masih memiliki peluang yang besar, mengingat tumbuhan dari genus tersebut mengandung senyawa yang berpotensi untuk memberikan efek aktivitas biolarvasida yang luar biasa jika dilihat dari pendekatan kemotaksonomi, maka peneliti akan melakukan kegiatan eksplorasi, isolasi, dan identifikasi senyawa yang terkandung dalam tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa). Dalam penelitian ini yang diisolasi adalah batang tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa). Diharapkan senyawa hasil isolasi dari tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa) ini adalah senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai biolarvasida yang aman untuk menanggulangi larva nyamuk. Oleh karena itu juga akan dilakukan uji aktivitas biolarvasida ekstrak kloroform dan senyawa hasil isolasi dari tumbuhan

(3)

C - 91 bakau merah (Rhizophora stylosa) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.

METODE PENELITIAN

1. Tahap Pengumpulan dan Persiapan Sampel

10 kg batang bakau merah (R. stylosa) diperoleh dari Margomulyo, Surabaya, Jawa Timur. Sebelum diteliti lebih dahulu diidentifikasi ke LIPI UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur.

Batang tumbuhan tersebut selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk mengurangi penguapan yang mengikutkan senyawa yang terkandung di dalamnya, sehingga diperoleh sampel batang bakau merah (R. stylosa), kemudian digiling hingga berbentuk serbuk.

2. Tahap Isolasi Senyawa Fenolik Ekstrak Kloroform

Serbuk halus batang bakau merah (R. stylosa. Griff) sebanyak 3 kg dimaserasi menggunakan pelarut kloroform dengan ketinggian pelarut pada waktu merendam ±1 cm di atas sampel. Maserasi dilakukan sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 hari pada suhu kamar. Hasil maserasi disaring secara vakum menggunakan penyaring Buchner dan filtrat yang diperoleh diuapkan secara vakum menggunakan penguap putar vacuum rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental.

Ekstrak kental yang diperoleh, dipisahkan senyawanya dengan metode KCV menggunakan pelarut

n-heksan 100% sebanyak 2 kali, n-heksan: etil asetat (9:1), (8:2), (7:3)

dan (6:4) kemudian dilanjutkan dengan etil asetat 100% dan metanol 100% sehingga menghasilkan

beberapa fraksi senyawa. Fraksi-fraksi senyawa tersebut kemudian dimonitor dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan eluen n-heksan : etil asetat (9:1). Tiap-tiap fraksi yang memiliki Rf sama, digabung selanjutnya dilakukan pemisahan lebih lanjut dengan kromatografi cair vakum (KCV) bertingkat dengan eluen n-heksan 100% sebanyak 4 kali, n-heksan : etil asetat = 9:1 sebanyak 4 kali dan metanol 100% sebanyak 2 kali. Tiap-tiap fraksi dari kromatografi kolom gravitasi dimonitor dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan eluen n-heksan: etil asetat (9:1), dan fraksi yang mempunyai Rf yang sama digabung selanjutnya dipisahkan kembali dengan metode kromatografi kolom gravitasi menggunakan fasa diam silica gel dengan eluen campuran yang terdiri dari campuran n-heksan: etil asetat (9:1). Hasil pemisahan dimonitor dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan pelat KLT dengan berbagai eluen, dan selanjutnya tiap fraksi di uji dengan FeCl3 dan Shinoda test untuk

mengetahui keberadaan senyawa flavonoid.

Fraksi-fraksi yang dihasilkan selanjutnya dimurnikan dengan cara rekristalisasi berulang-ulang dengan menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan kloroform: n-heksan = 1:5 hingga diperoleh isolat murni. Uji kemurnian isolat dilakukan dengan penentuan titik leleh dan kromatografi lapis tipis dengan 3 sistem eluen.

3. Tahap Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi

Karakterisasi senyawa hasill isolasi dilakukan dengan beberapa pengujian yaitu uji sifat fisika, kimia

(4)

C - 92 dan spektrofotometer. Uji sifat fisika yang meliputi uji kelarutan dan uji titik leleh , pengujian sifat kimia yang meliputi uji dengan reagen (FeCl3 dan

Shinoda test), dan pengujian spektofometer meliputi IR, UV-Vis dan GC-MS.

4. Tahap Pengujian Aktivitas Biolarvasida Terhadap Larva Aedes aegypti.

Tahap uji aktivitas biolarvasida senyawa ekstrak kloroform batang bakau merah (R. stylosa) adalah sebagai berikut : melarutkan isolat bakau merah dengan larutan tween 80 agar isolat dapat larut kedalam air, mengencerkan larutan uji dengan air pada variasi konsentrasi 0, 40, 60, 80 dan 100 ppm, Memasukkan larutan uji (stok, isolat dan larvasida sintetik) sebanyak 5 mL pada botol vial kecil, memasukkan larva nyamuk Aedes aegypti instar 3 sebanyak 20 ekor ke dalam larutan uji dengan menggunakan pipet, Pengamatan dilakukan setelah 24 jam terhadap kematian larva nyamuk, melakukan pengulangan sebanyak 4 kali dan menghitung tingkat mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti :

Persentase mortalitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan : P : persentase mortalitas X : jumlah larva yang mati Y : jumlah larva yang diamati Apabila mortalitas pada perlakuan kontrol lebih besar 0% dan lebih kecil 20%, maka mortalitas larva pada perlakuan dikoreksi dengan formula Abbot (dalam Negara, 2003) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P : persentase mortalitas P1 : mortalitas larva pada

saat pengamatan C : kematian kontrol

Pendugaan nilai toksisitas larvasida terhadap larva uji nyamuk Aedes aegypti diukur dengan nilai LC50,

yaitu suatu konsentrasi atau dosis yang dapat menyebabkan kematian 50% serangga yang diuji (Moekasan, 1993 dalam Negara, 2003). Penentuan LC50

dihitung dengan analisis Probit menggunakan program minitab 13. Analisis probit digunakan dalam pengujian biologis untuk mengetahui respon subyek yang diteliti oleh adanya stimuli dalam hal ini larvasida untuk mengetahui respon berupa mortalitas (Umniyati, 1990 dalam Negara, 2003). Hasil analisis ini akan diperoleh nilai LC50 untuk masing-masing bahan

bioaktif larvasida yang paling efektif atau kuat pengaruhnya terhadap serangga uji larva nyamuk Aedes aegypti. Bahan-bahan alami yang digunakan sebagai biolarvasida, dapat dikatakan memiliki aktivitas biolarvasida yang tinggi apabila nilai LC50 setelah 48

jam adalah kurang dari 100 µg/mL dan berkisar antara 13.9-56.2 µg/mL. Sedangkan dikatakan pertengahan apabila harga LC50 setelah 48 jam adalah

kurang dari 200 µg/mL yang berkisar antara 82,6-130,3 µg/mL. (Suwannee, dkk., 2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN:

1. Isolasi dan Karakterisasi Isolat Ekstrak Kloroform Batang Tumbuhan Bakau Merah (R.stylosa)

Dalam penenelitian ini sampel serbuk batang bakau merah dimaserasi dengan pelarut kloroform p.a selama 5 hari dan diulang sebanyak 3 kali, setelah itu ekstrak

(5)

C - 93 diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan didapat ekstrak kental sebanyak 15,342g. Selanjutnya diambil sebanyak 10,173 untuk dilakukan KCV dengan eluen H =100 % sebanyak 2 kali, H:E= 9:1 sampai 6:4 dan E = 100% dan metanol 100%) dan dihasilkan 8 fraksi (volume tiap fraksi 150 ml) selanjutnya hasil pemisahan dimonitor dengan KCVseperti tampak pada gambar 1:

Gambar 1. Kromatogram Hasil KCV Ekstrak Kloroform Batang Bakau Merah.

Selanjutnya pada fraksi 1 sampai 5 digabung untuk selanjutnya dilakukan KCV bertingkat dengan menggunakan eluen n-heksan 100% , n-heksan : Etil asetat = 9:1 dan metanol 100%. Selanjutnya hasil KCV2 dimonitor

dengan KLT dengan eluen n-heksan : etil asetat = 9:1 sehingga didapat kromatogram sebagai berikut :

Gambar 2. Kromatogram Hasil KCV2

Ekstrak Kloroform Batang Bakau Merah.

Berdasarkan hasil kromatogram di atas, fraksi 5 dan 6 digabung untuk selanjutnya dilakukan KKG dengan

berat fraksi gabungan sebesar 1,78 g dan dielusi menggunakan eluen n-heksan : etil asetat = 9:1 menghasilkan 25 fraksi dan Pada fraksi ke-5 pada hasil KKG terdapat kristal amorf berwarna jingga sebanyak 157 mg.

Gambar 3. Isolat Pada Fraksi ke-5 Selanjutnya kristal yang didapat dilakukan rekristalisasi dalam pelarut n-heksan dan kloroform dengan perbandingan 3:1. Isolat yang didapat, diuji kemurniannya dengan KLT menggunakan sistem 3 eluen yang berbeda. Pada isolat ke-5 yang diperoleh dari proses KKG diuji kemurniannya menggunakan sistem 3 eluen yang berbeda metanol : kloroform= 8:2 (Rf= 0,88) : n-heksan : kloroform = 8:2 (Rf 0,42) ; dan metanol : kloroform = 9:1 (Rf = 0,93)

2. Tahap Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi

Selanjutnya isolat 5 dan 4 diuji dengan FeCl3 dan shinoda test untuk

isolat ke-5 dengan FeCl3 menjadi

berwarna hijau sedangangkan dengan shinoda test tetap tidak berwarna, hal ini menandakan bahwa isolat mengandung senyawa fenolik yang tergolong senyawa flavan. Dengan pengujian titik leleh isolat 5 mempunyai titik leleh sebesar 298-299 oC, 299-300 oC, dan 299-300 oC Berdasarkan pengukuran titik leleh isolat tersebut cukup murni karena memiliki rentang tidak lebih dari 20C.

(6)

C - 94 Untuk mengetahui gugus fungsi pada isolat ke-5 dilakukan uji spektrofotometer IR (Infra-Red) berdasarkan pengukuran IR serapan dari isolat 5 disajikan didalam gambar 3 dibawah ini :

Gambar 3. Spektra IR isolat 5 Berdasarkan spektra diatas dapat dilihat adanya pita kuat pada 3406,1 cm-1 yang spesifik terhadap gugus OH, puncak tajam pada 2939,7 dan 2866,4 cm-1 menunjukkan adanya serapan pada gugus fungsi CH3 alkil,

serapan pada daerah 1667 dan 1596,1 cm-1 menunjukkan serapan khas untuk gugus fungsi C=C aromatik, sedangkan serapan pada daerah 1284,7 dan 1172,9 cm-1 menunjukkan serapan pada gugus fungsi C-O.

Hasil analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis isolat ke-5 memberikan satu serapan yang karakteristik untuk senyawa flavonoid golongan katekin, yaitu serapan pada panjang gelombang 311 nm dan dapat ditunjukkan pada gambar 5 dibawah ini :

Gambar 5. Spektra UV-Vis isolat 5 + metanol.

Dengan penambahan pereaksi geser isolat 5 ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 6. Spektra UV-Vis isolat 5 + metanol + NaOH

Gambar 7. Spektra UV-Vis isolat 5 + metano +NaOAc+ H3BO3

Gambar 8. Spektra UV-Vis isolat 5 + metano + AlCl3 + HCl

Berdasarkan spektra diatas isolat ini memiliki kerangka katekin diperoleh dari diagnostik pereaksi geser seperti: NaOH, NaOAc, NaOAc-H3BO3, AlCl3, dan AlCl3-HCl. Hasil pergeseran panjang gelombang setelah penambahan tiap-tiap pereaksi geser tersebut dapat disimpulkan bahwa kemungkinan letak substituen gugus hidroksi pada kerangka katekin adalah pada posisi atom C-3, C-7 dan C-4’. Spektrum UV-vis sebelum dan sesudah penambahan pereaksi geser dan data tabulasinya dipaparkan pada tabel berikut :

(7)

C - 95 Tabel 1. Tabel pergeseran panjang

gelombang Pereaksi geser Panjang Gelombang λmaks(nm) Geseran Panjang Gelombang λmaks (nm) + Metanol 311 nm - + Metanol + NaOH 359 nm, 311 (bh) 48 nm + Metanol + NaOAc 307 nm 4 nm + Metanol + NaOAc + H3BO3 307 nm 4 nm + Metanol + AlCl3 300 nm 11 nm + Metanol + AlCl3 + HCl 298 nm 13 nm

Hasil analisis menggunakan spektrofotometri GC-MS isolat 5 menunjukkan ada 3 puncak akan tetapi puncak dominan ada pada puncak ke-3 dengan waktu retensi sebesar 32,058 menit merupakan senyawa yang mempunyai kelimpahan tertinggi (98 %), berikut merupakan kromatogram GC-MS

Gambar 9. Kromatogram Isolat 5 Sedangkan fragmentasi puncak ke-tiga sebagai berikut :

Gambar 10. Spektra MS puncak ke-3 Berdasarkan gambar 10, pola fragmentasi pada isolat 5 seperti gambar diwah ini

O OH HO OH O O HO OH HO OH O OH HO HO OH m/z 426 m/z 149 HO O O CH3 m-2 m/z 119 OH OH m-2 m/z 135

Gambar 11. Pola Fragmentasi Isolat 5 3. Tahap Uji Aktivitas Biolarvasida

Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti

Uji aktivitas biolarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dilakukan pada didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Biolarvasida

Untuk mengetahui nilai LC50 tiap-tiap

lama pemaparan digunakan analisis probit dengan menggunakan program minitab versi 13.

Tabel 3. Nilai LC50 Dalam Rentang

Waktu 24,48, dan 72 jam pemaparan Pengamatan (jam) LC50 (mg/L) 24 104,376 48 84,7241 72 58,6507 Konsentrasi mg/L Jumlah larva total N

Jumlah total larva mati setelah pemaparan

24 jam 48 jam 72 jam

0 20 0 0 2

40 20 2 5 8

60 20 5 6 10

80 20 7 9 13

(8)

C - 96 Berdasarkan tabel 3 isolat 5 bersifat toksik, dan dikatakan efektif untuk mematikan larva nyamuk Aedes aegypti.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dalam ekstrak kloroform batang tumbuhan tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa. Griff) ditemukan senyawa flavonoid golongan katekin yang mempunyai gugus hidroksil pada C-3, C-7 dan C-4’ serta memiliki gugus O-Glikosida. Uji aktivitas biolarvasida pada isolat 5 memiliki nilai LC50 sebesar

104,376 mg/L; 84,7241 mg/L; dan 58,6507 mg/L untuk 24, 48, dan 72 jam pemaparan

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga penelitian Universitas Negeri Surabaya yang telah memndanai penelitian ini dengan nomor kontrak 385.19/H.38.12/PL.05.07/2011.

DAFTAR PUSTAKA

Backer dan Bakhuizen. 2000. R. stylosa .Griff. Ding Hou, Fl. Males.

www.scribd.com. (diakses pada

tanggal 30 Oktober 2010.

Chalista,vivid. 2010. Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang R. Mucronata terhadap Larva Spodoptera litura.

http://www.ITS-umdergraduate-10.co.id. (diakses pada tanggal 2

Desember 2010)

Dong Li Li; Xiao-Ming Li; Bin-Gui Wang. 2007.Flavanol Derivatives from Rhizophora stylosa and their DPPH Radical Scavenging Activity. Molekul. ISSN 1420-3049

Markham, K.R.,1988.Cara Identifikasi Flavonoid. Penerjemah : Padmawinata, K. Bandung : Penerbit ITB

Negara, Abdi. 2003. Penggunaan Analisis Probit untuk Pendugaan Tingkat Kepekaan Populasi Spodoptera exigua terhadap Deltrametrin Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Informatika Pertanian. Volume 12. http://www.litbang.deptan.go.id/ warta-ip/pdf-file/abdinegara-12.pdf. (Diakses pada tanggal 2 September 2008)

Takara, Kensaku; Ayako Kuniyoshi, Koji Wada, Kazuhiko Kinjyo, and Hironori Iwasaki. 2008. Antioxidative Flavan-3-ol Glycosides from Stems of Rhizophora stylosa. Biosci. 72, 2191-2194.

Gambar

Gambar  1.  Kromatogram  Hasil  KCV  Ekstrak  Kloroform  Batang  Bakau Merah.
Gambar 9. Kromatogram Isolat 5   Sedangkan  fragmentasi  puncak   ke-tiga sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

menurut SNI 01-2900-1999 adalah titik lunak, bilangan asam, dan kadar abu yang mensyaratkan nilai pada kisaran tertentu (sama untuk semua kelas mutu),

Skripsi ini dipersembahkan untuk orang-orang yang menyayangi, yang memberikan dukungan, yang senantiasa selalu mendo’akan saya, dan untuk orang-orang terbaik

%HUGDVDUNDQ KDVLO DQDOLVD NHODLNDQ XVDKD SHQDQJNDSDQ MDULQJ VHPELODQJ PHQJJXQDNDQ WXDVDQ GDSDW GLNDWDNDQ EDKZD XVDKD SHQDQJNDSDQ DODW WDQJNDS MDULQJ VHPELODQJ PHQJJXQDNDQ WXDVDQ GL

Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk melihat adanya perbedaan tingkat kelekatan mahasiswa yang ditinjau dari jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan serta

Pemerintahan Desa sesuai dengan perkembangan Pemerintahan dan Pembangunan, maka perlu mengatur Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Dengan

T ah a pan proses yang paling banyak menghasilkan limbah cair pada pencucian dan pembersihan kulit nata serta atat-atat produksi karena banyak menggunakan sumber daya air ,

Tugas Akhir dengan judul : Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Adalah hasil karya saya,