• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. TUJUAN. Menghitung Nilai Power Number Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

M I X I N G

I. TUJUAN

 Menghitung Nilai Power Number

 Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadudukan terhadap Power pengsadukana

II. PERINCIAN KERJA

 Menghitung densitas dari larutan garam  Menghitung viskositas dari larutan garam  Menghitung Bilangan Reynold

 Menghitung Power Pengaduk

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN ALAT YANG DIGUNAKAN

 Alat Mixing  Pengaduk Propeler  Piknometer  Viskositas Oswald  Gelas kimia 1000 ml  Balf  Neraca Analitik  Baskom  Termometer

BAHAN YANG DIGUNAKAN :  Sampel Garam (NaCl)

 Air

IV. DASAR TEORI

Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase cair, pengadukan ditujukan untuk memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak).

Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.

(2)

Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi pencampuran. Pencampuran fasa cair merupakan hal yang cukup penting dalam berbagai proses kimia. Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian (immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula operasi pencampuran fasa cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya; pencampuran fasa padat seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa.

Menurut Wirakartakusumah et al. (1992) dalam Kusdarini (1997), prinsip pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda. Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan, keadaan produk atau bahkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran.

Prinsip pencampuran bahan banyak diturunkan dari prinsip mekanika fluida dan perpindahan bahan, karena pencampuran bahan akan ada bila terjadi gerakan atau perpindahan bahan yang akan dicampur baik secara horisontal ataupun vertikal. Ada dua jenis pencampuran, yaitu (1) pencampuran sebagai proses terminal sehingga hasilnya merupakan suatu bahan jadi yang siap pakai, dan (2) pencampuran merupakan proses pelengkap atau proses yang mempercepat proses lainnya seperti pemanasan, pendinginan atau reaksi kimia (Raymond dan Donald, 1962,dalam Handoko 1992).

- Proses Pencampuran

Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme perpindahan mementum di dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen, pencampuran terjadi pada 3 skala yang berbeda, yaitu:

1) Pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow) yang disebut mekanisme konvektif

(3)

2) Pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk dan tercampakkan di dalam medan aliran yang dikenal sebagai eddies, sehinggamekanisme pencampuran ini disebut eddy diffusion 3) Pencampuran karena gerak molekular yang merupakan mekanisme

pencampuran difusi.

Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan turbulen daripada pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas.

Pengadukan dan pencampuran merupakan operasi yang penting dalam industry kimia. Pencampuran (mixing) merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi ketidakseragaman suatu sistem seperti konsentrasi, viskositas, temperatur dan lain-lain. Pencampuran dilakukan dengan mendistribusikan secara acak dua fasa atau lebih yang mula-mula heterogen sehingga menjadi campuran homogen. Peralatan proses pencampuran merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya menentukan derajat homogenitas yang dapat dicapai, tapi juga mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi. Penggunaan peralatan yang tidak tepat dapat menyebabkan konsumsi energi berlebihan dan merusak produk yang dihasilkan. Salah satu peralatan yang menunjang keberhasilan pencampuran ialah pengaduk.

Hal yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya yaitu: 1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya

cekung

2. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki 3. Kelengkapannya:

(4)

a) ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki b) jacket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali

suhu

c) letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu d) kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya.

- Jenis Pengaduk

Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan laju volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya. Input daya dipengaruhi oleh geometri peralatan dan fluida yang digunakan. Profil aliran dan derajat turbulensi merupakan aspek penting yang mempengaruhi kualitas pencampuran. Rancangan pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau turbulen. Aliran laminar biasanya membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir sebesar tangki itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran laminar tidak memindahkan momentum sebaik aliran turbulen [Walas, 1988].

Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut. Oleh sebab itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang diperlukan. Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:

1) Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu putaran

2) Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran

(5)

tangensial menyebabkan timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan pemasangan baffle atau cruciform baffle

3) Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk di atas.

- Kebutuhan daya dalam tangki berpengaduk

Dalam merancang sebuah tangki berpengaduk, kebutuhan daya untuk memutar pengaduk, merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan. Untuk memperkirakan daya yang diperlukan ketika pengaduk berputar pada kecepatan tertentu maka diperlukan suatu korelasi empirik mengenai angka daya.

Angka daya tersebut diperoleh dari grafik hubungan Np vs Nre, Bilangan Reynold atau Reynold Number (Nre) menjelaskan pengaruh dari viskositas larutan, Rumus dari Reynold Number yaitu :

Nre = ρf. N . Da μf

(Persamaan 1-1) Keterangan :

D = Diameter pengaduk (m)

N = Kecepatan putaran pengaduk (rps) ρf = Densitas fluida (kg/m3)

μf = Viskositas fluida (Kg/ms)

Sedangkan Power Number (Np) atau angka daya dirumuskan sebagai berikut : P=Np. N 3. D5. ρ f gc ( persamaan1−2¿ Keterangan : Np = Power Number (kg m2 / s2) P = Power (watt) gc = Konstanta grafitasi ( 1 kg m / N s2) N = Kecepatan pengadukan (rps)

(6)

ρf = Densitas fluida (kg / m3)

D = Diameter pengaduk (m)

Sehingga dari rumus angka daya tersebut dapat diperoleh nilai power yang dibutuhkan untuk mendorong pengaduk. Persamaan – persamaan diatas berlaku bagi tangki bersekat maupun tidak bersekat. Namununtuk tangki tidak bersekat, nilai angka daya yang diperoleh harus dikoreksi lagi dengan angka Frounde atau Frounde Number (Nfr).

Angka Frounde merupakan ukuran rasio tegangan inersia terhadap gaya gravitasi per satuan luas yang bekerja pada fluida dalam tangki. Hal ini terdapat dalam situasi dimana terdapat gerakan gelombang yang tidak dapat diabaikan pada permukaan zat cair. Persamaan angka ini yaitu :

Nfr=N

2. D

g (persamaan 1-3)

Keterangan :

D = diameter pengaduk (m)

N = kecepatan putar pengaduk (rps) G = gravitasi bumi (m/s2)

Sehingga nilai Np koreksi dapat diperoleh dari persamaan berikut : Np (koreksi) = Np x Nfrm (persamaan 1-4)

Eksponensial m diperoleh dari persamaan : m=a−logN

b (persamaan 1-5)

Dimana a dan b merupakan tetapan. Nilai a dan b dapat diperoleh dari tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1 konstanta a dan b

(7)

9 – 13 D 1,0 40,0

9 – 14 B 1,7 18,0

9 – 14 C 0 18,0

9 – 14 D 2,3 18,0

Sehingga jika nilai eksponensial diperoleh dari Number Froude (Nfr) juga

diperoleh maka Power Number (Np) yang diperoleh dari grafik dapat dikoreksi dan hasil yang diperoleh digunakan untuk menghitung daya yang dibutuhkan dengan menggunakan persamaan daya.

Nre Vs Np untuk pengaduk jenis propeller

Keterangan : S1=Da Dt S2= E Da S3=DL a S4=W Da S5= J Dt S6=H Dt

(8)

Dimana: DT= diameter tangki

E = tinggi pengaduk dari dasar tangki Da = diameter pengaduk

H = tinggi cairan dalam tangki J = lebar baffle

N = jumlah putaran pengaduk permenit P = daya (power)

S = pitch dari pengaduk W = lebar blade pengaduk

(9)

Semakin lama waktu yang dipakai dalam proses mixing maka campuran yang didapat akan lebih homogen. Pada permulaan proses, laju peningkatan homogenitas lebih besar daripada waktu akhir proses.

Gambar 1. Proses Laju Homogenitas

MACAM – MACAM PENGADUK

1. Pengaduk yang luas bladenya kecil, berotasi pada kecepatan tinggi, misalnya :

Pengaduk turbin, pengaduk propeler. Pengaduk tipe ini biasanya untuk mencampur larutan dengan viskositas rendah sampai sedang.

 Pengaduk Turbin

Pengaduk turbin cocok untuk mencampur larutan dengan viskositas dinamik sampai dengan 50 Ns/m2.

Gambar 2. Pengaduk turbin dengan 8 glade yang rata (flat)

Gambar 3. Pengaduk turbin dengan 6 glade yang rata (flat) Pengaduk tipe ini mengakibatkan pola aliran radial yang tegak lurus (perpendicular) terhadap dinding tangki.

Ho mo ge nit as Waktu Fl at-bl ad e tur six bla de Fla t-bla de tur bin

(10)

Gambar 4. Pola aliran radial yang diproduksi pengaduk turbin.

Gambar 5. Pola aliran dilihat dari bawah.

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa dua daerah sirkulasi dibentuk. Mixing antara daerah sirkulasi atas dan daerah bawah sukar sekali terjadi.

KONFIGURASI TANGKI STANDAR

Gambar 6. Konfigurasi Tangki Standar.

Gambar di atas menunjukkan sebuah pengaduk turbin dengan diameter, dalam sebuah tangki silinder yang berdiameter DT, diisi

dengan larutan setinggi HL.

Pengaduk diletakkan pada ketinggian HA dari dasar tangki. Baffle

(plat) dengan lebar b ditempelkan tegak lurus ke dinding. Pengaduk Radial flow pattern produced by a flat blade turbine

(11)

mempunyai blade (lebar a ; panjang r). Dan blade menempel pada disk (piringan) yang berdiameter s.

Hubungan Konfigurasi Standar Tangki Secara Geometris : 1. Pengaduk Turbin dengan 6 blade yang rata (flat)

2. DA =

3. HA =

4. a =

5. r = 6. HL = DT

7. 4 buah baffle yang simetris

8. b =

Konfigurasi tersebut di atas dapat diubah – ubah tergantung kebutuhan dan situasi.

 Pengaduk Propeler (Marine Propeller)

Pengaduk propeler ( baling-baling ) menghasilkan pola aliran aksial paralel terhadap dinding tangki.

Gambar 7. Pengaduk Propeler. Marine propeller

(12)

Gambar 8. Pola aliran aksial yang diproduksi oleh pengaduk propeler.

Gambar 9. Pola aliran dilihat dari bawah.

Pengaduk propeler cocok untuk mencampur larutan yang viskositas dinamiknya sampai dengan 10 Ns/m2.

Ketika larutan sedang bersirkulasi dala tangki, larutan tersebut bergerak dalam daerah yang kondisi gaya gesernya (shear) bervariasi; seolah – olah viskositas larutan rendah ketiak dekat blade dan tinggi ketika jauh dari blade.

 Pengaduk Turbin Yang Melengkung (Curved Blade Turbine)

Sama seperti pengaduk turbin yang rata, menghasilkan pola aliran radial.

Catatan :

a. Semua pengaduk yang berputar cepat, seharusnya dirancang dan dikonstruksikan dengan cermat guna memperoleh rendemen (efisiensi) setinggi-tingginya dari energi yang terpakai.

b. Pada pengaduk cepat, kadang-kadang terjadi lubuk yang agak dalam di sekitar poros pengaduk yang disebut vortex. Jika lubuk itu menjadi sedemikian dalam sehingga mencapai elemen pengaduk,maka ke dalam larutan akan terisap sejumlah besar udara yang mana hal ini tidak diinginkan. Untuk mengatasi vortex maka dipasanglah baffle.

Axial flow pattern produced by a marine propeller Bott om vie w Cu rve d-bla de tur bin e Cla ssed -stee l imp elle r Gambar 10. Contoh turbin yang melengkung

(13)

Untuk tangki tak berpengaduk, akan memproduksi aliran yang sedang – sedang saja. Semakin dekat posisi larutan ke dinding tangki, maka semakin pelan pula kecepatan larutan. Larutan yang letaknya di dinding tangki hampir-hampir tak bergerak. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dipasang baffle yang dapat menimbulkan turbulansi dan dapat menimbulkan pergerakan larutan hingga sampai ke dinding tangki.

2. Pengaduk yang luas bladenya besar, berotasi pada kecepatan rendah, misalnya :

- Pengaduk jangkar (anchor) - Paddle

- Gate

- Helical screws - Helical ribbons

Pengaduk tipe ini cocok juga efektif untuk proses mixing. Larutan dengan viskositas tinggi (larutan kental).

 Pengaduk Jangkar (Anchor)

Pengaduk ini mengakibatkan aliran tangensial, jumlah putarnya rendah.

Pengaduk jangkar mempunyai daerah proses operasi dekat dengan tangki. Gaya geser jangkar akan membuat aliran dalam tangki untuk kemudian menyebabkan perputaran arus aliran yang terus menerus dalam tangki. Pengaduk jangkar mampu mencampur larutan-larutan dengan viskositas dinamik sampai dengan 100 Ns/m2.

(14)

Gambar 11. Pengaduk Jangkar  Pengaduk Jembatan (Gate)

Hampir sama seperti pengaduk jangkar, daerah operasinya adalah dekat dengan dinding tangki.

Gambar 12. Pengaduk Jembatan

Gambar 13. Pola aliran Pengaduk Jembatan.  Helical Screw (Sekrup Helikal)

Beroperasi dengan cara seolah-olah memompa larutan dari dasar tangki menuju permukaan, lalu larutan yang dipermukaan dipompa kembali ke dasar tangki untuk mengisi kekosongan yang terjadi ketika larutan dipompa ke atas.

Gambar 11. Pola aliran dalam sistim helical screw. Anchor agitator Anchor impeller

(15)

TEORI PERHITUNGAN

Dalam desain suatu sistim mixing larutan, maka formula – formula yang tak memiliki satuan di bawah ini penting.

POWER NUMBER : mewakili daya yang diberikan. Po =

REYNOLD’S NUMBER : mewakili, menjelaskan pengaruh dari akibat viskositas

( kekentalan larutan).

Re =

FROUDE’S NUMBER : menjelaskan pengaruh dari daya tarik bumi

Fr=

Froude’s number tidak berpengaruh pada sistim

mixing yang dilengkapi baffle.

WEBER’S NUMBER : menjelaskan pengaruh dari gaya tegangan permukaan. We =

Weber’s number untuk proses mixing hanya penting ketika terjadi

pemisahan fasa-fasa fisik dalam sistim mixing larutan tersebut, misalnya

seperti dalam proses ekstraksi liquid – liquid. Keterangan :

(16)

Persamaan – persamaan tersebut di atas harus mempunyai satuan –

satuan yang konsisten satu dengan yang lainnya. Secara analisa dimensi

dapatlah ditunjukkan bahwa power number, Po mempunyai relasi dengan

Reynold’s Number, Re dengan Froude’s Number, Fr.

Atau dapat dikatakan bahwa konsumsi daya impeller berhubungan

dengan densitas fluida, viskositas fluida, kecepatan rotasi, dan diamter

impeller yang diwakili dalam plot antara. Power Number = VERSUS

(17)

V. PROSEDUR KERJA : 1. PROSES MIXING

 Diameter tangki ditentukan dengan mencari keliling tangki dengan menggunakan rumus keliling lingkaran.

 Diameter pengaduk sama dengan diameter tanggi dibagi tiga.

 Membuat larutan garam konsentrasi dengan cara melarutkan garam 1000 gram dalam 14 liter air.

 Memasukkan larutan garam ke dalam reaktor berpengaduk sedikit demi sedikit.

 Mengatur skala pengadukan yang ingin digunakan. Pada praktikum ini menggunakan skala berfariasi 25 dan 35.

 Pada setiap interval 10 menit diambil larutan garam secukupnya kemudian ditentukan densitas dan viskositasnya.

2. PENENTUAN DENSITAS SAMPEL  Mengetahui volume piknometer  Menimbang piknometer kosong

 Memasukkan sampel ke dalam piknometer hingga penuh lalu ditimbang

 Menghitung bobot sampel  Menghitung densitas sampel

3. PENENTUAN VISKOSITAS SAMPEL

 Memasukkan sampel ke dalam Viskometer

 Mengatur ketinggian cairan dengan bola hisap hingga mencapai garis pertama/garis atas

 Menghitung waktu aliran sampel dari garis atas ke garis bawah  Dilakukan berulang kali tiap selang 10 menit.

(18)

VI. DATA HASIL PENGAMATAN

Bobot piknometer kosong = 27.5482 g Bobot piknometer + aquadest = 53.8777g

Diameter Tangki = 31.12 cm

Diameter Pengaduk, D = 10.373 cm Kecepatan Rotasi, N = 1.25 rps µ airpada suhu 30oC = 0.001 Kg/m.s ρ air pada suhu 30oC = g/ml = kg/m3 t Viscometer Oswald 1 = 1.15 s

t Viscometer Oswald 2 = 7.89 s Percepatan Gravitasi, gc = 9.8 m/s2

SKALA 25

No t pengadukan(min) t Viskometer(s) Massa poikno + isi(kg)

1 10 2.8 0.0591751 2 20 1.4 0.0548597 3 30 1.39 0.054854 4 40 1.36 0.0548534 5 50 1.26 0.0548498 6 60 1.18 0.0548421 SKALA 35

No t pengadukan(min) t Viskometer(s) Massa poikno + isi(kg)

1 10 9.2 0.0592054 2 20 8.92 0.0549737 3 30 8.47 0.0548466 4 40 8.44 0.0548293 5 50 8.36 0.0548239 6 60 8.2 0.0548211

(19)
(20)

VII. PERHITUNGAN

1. Penentuan Densitas Sampel

Bobot piknometer kosong (a) = 0.0275482 kg Bobot piknometer + aquadest (b) = 0.0538777 kg Bobot aquadest (c) = b-a

= (0.0538777 - 0.027548) kg = 0.0263295 kg Volume aquadest (d) = ρ c (T=32℃) = 0.0263295kg 996.23kg/m3 = 2.64291×10−5 m3 Densitas Sampel 1 (Skala 25) = massa sampeld

= 0.0591751kg 2.64291×10−5

m3 = 1196.667866kg

m3 2. Penentuan Viskositas Sampel 1 (Skala 25)

Dengan menggunakan aquadest sebagai pembanding, berlaku persamaan μ °

μ = ρ° . t °

ρ . t

Sehingga didapatkan μ sampel sebagai berikut μ=ρ .t . μ °

ρ °. t °

= 1196.667866×2.8×0.001 996.23×1.15 = 0.002924652kg/ms

3. Penentuan Bilangan Relolds, NRe 1 (Skala 25)

1=N × ρsampel× D 2 μsampel = 1.25×1196.667866×0.1037333332 0.002924652 = 5503.59

4. Penentuan Power Number, Np 1 (Skala 25)

Pada kurva, terbaca Np pada NRe sebesar 0.65

5. Penentuan Froud Number, NFr

NFr=N

2× D

(21)

= 1.25

2

×0.103733333 9.8

= 0.01654

6. Penentuan konstanta m 1 (Skala 25) m=a−logN

b

= 1.7−log(5503.59) 18

= -0.1134

7. Penentuan Np Correct 1 (Skala 25)

Np=Np read× NFr 2

= 0.65×0.016542

= 1.0348544

8. Penentuan Daya 1 (Skala 25) P=NP× N 3× D5× ρ gc = 1.0348544×1.25 2 ×0.1037333335×1196.667866 9.8 = 0.00296 kWatt = 2.96448 Watt

Dengan menggunakan cara yang sama, didapatkan data untuk pengadukan skala 25 dan 35 seperti pada tabel dibawah.

SKALA 25

No (min)t densitas(kg/m3) viskositas(kg/ms) Re Np correct (Watt)P 1 10 1196.667866 0.002924652 5503.5 9 1.034854384 2.96448 2 20 1033.38596 0.001262796 11007.2 1.023082226 2.53086 3 30 1033.170289 0.001253514 11086.4 1.006744864 2.48993 4 40 1033.147587 0.001226433 11330.9 1.008921243 2.49526 5 50 1033.011374 0.001136104 12230.2 0.982116108 2.42864 6 60 1032.720029 0.001063671 13059. 4 0.971170675 2.4009 SKALA 35 N o t (min ) densitas(kg/m3 ) viskositas (kg/ms) Re Np correct P (Watt)

(22)

1 10 1197.814328 0.001401976 11492 1.010331715 2.897 2 20 1037.699381 0.001177605 11852.7 0.979073559 2.43211 3 30 1032.890295 0.001113015 12482.5 0.984102523 2.43327 4 40 1032.235715 0.00110837 12526.8 0.984448172 2.43258 5 50 1032.031395 0.001097647 12646.7 0.985376544 2.43439 6 60 1031.925451 0.00107652 9 12893. 5 0.96994253 2.3960 2

(23)

VIII. PEMBAHASAN IX. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan ini, didapatkan hasil bahwa semakin lama waktu pengadukan maka semakin kecil daya yang dibutuhkan.

X. DAFTAR PUSTAKA

o Petunjuk praktikum Satuan Operasi Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung Pandang.

o https://www.academia.edu/9588091/Laporan_Mixing_Tangki_Berpengadu k_

Gambar

Gambar 2. Pengaduk turbin dengan 8 glade yang rata (flat)
Gambar 4. Pola aliran radial yang diproduksi pengaduk turbin.
Gambar 7. Pengaduk Propeler. Marine propeller
Gambar 8. Pola aliran aksial yang diproduksi oleh pengaduk propeler.
+2

Referensi

Dokumen terkait