i
PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA
DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III
STIKES ICME JOMBANG
(Studi di STIKES ICME Jombang)
KARYA TULIS ILMIAH
INTAN NOFILA PUTRI
14.131.0018
PROGRAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
ii
PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP
KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA
DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III
STIKES ICME JOMBANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
INTAN NOFILA PUTRI
14.131.0018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
iii
ABSTRAK
PEMERIKSAAN KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DIII ANALIS KESEHATAN
KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG
Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh**
Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler. Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang. Metode pemeriksaan glukosa darah puasa yang digunakan adalah GOD-PAP. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 9 orang mahasiswa yang telah memasuki kriteria tidur yang kurang 7-8 jam. Desain penelitian ini adalah analitik dengan teknik sampling purposive sampling. Setelah data hasil pemeriksaan glukosa darah puasa terkumpul dilakukan uji statistik uji ANOVA dengan bantuan program SPSS For Windows 19.
Hasil penelitian ini didapatkan uji normalitas p>α dinyatakan normal, uji homogenitas
p>α dinyatakan homogen dan uji ANOVA diperoleh nilai (p=0,003). Hasil ini berarti terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.
iv
ABSTRACT
CHECKING OF LESS SLEEPING QUALITY TO LEVEL OF FASTING BLOOD GLUCOSE TO STUDENTS OF DIII HEALTH ANALYST IN CLASS B
SEMESTER III OF STIKES ICME JOMBANG
Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh**
Sleeping is a process needed by human to forming new body cells, improvement of broken body cells (natural healing mechanism), giving time for body organ to take a rest as well to keep balancing of metabolism and body biochemistry. Less sleeping can cause some disturbances to immune response, endocrine metabolism and cardiovascular function. Less sleeping can influence the function of endocrine system especially related to disturbance of glucose tolerance, insulin resistance and decreasing of insulin response.
This research had a purpose to know effect of less sleeping to level of fasting blood glucose to students of DIII health analyst in class B semester III of STIKesICMeJombang. Checking method of fasting blood glucose used was GOD-PAP. Number of samples taken were 9 students that fulfilled criteria of less sleeping for 7-8 hours. Research design was analytic with sampling technique was purposive sampling. After result data of checking of fasting blood glucose collected, then statistic test of ANOVA test was done with SPSS program for Windows 19.
This research result was known that normality test p>α was declared normal, homogeneity test p>α was declared homogeny and ANOVA test was obtained value (p=0,003). This result meant that there was effect of less sleeping quality to level of fasting blood glucose.
vi
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pamekasan, 03 November 1996 dari pasangan bapak Muhammad Hafiluddin dan ibu Latifah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Tamberu 1, tahun 2011 penulis lulus dari SMPN 1 Waru, dan tahun 2014 penulis lulus dari SMK Kesehatan Bina Husada Pamekasan. Pada tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes
“Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih Program Studi DIII Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di
STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, July 2017 Yang menyatakan
ix
MOTTO
“Seekor burung cenderawasih
Akan selalu terlihat keindahannya dari jauh
x
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya, atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III STIKes ICMe Jombang”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Alhi Madya Analis Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. M. Zainul Arifin, Drs., M.Kes., Ibu Umaysaroh, S. ST.,Ibu Erni Setiyorini, S.KM., MM., Ibu Sri Lestari, S.KM., dosen-dosen Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang, ayah dan ibu, serta semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun ini masih memerlukan penyempurnaan. Krtitik dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan karya ini.
Demikian, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, July 2017 Penulis
xi
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ... v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... vi
2.3 Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah.. ... 18
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual... 20
3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ... 21
3.3 Hipotesis ... 21
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 25
4.6 Peralatan, Bahan dan Prosedur ... 26
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ... 29
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 32
5.2 Data Hasil Penelitian... 32
5.3 Pembahasan ... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 39
6.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25
Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ... 32
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden ... 33
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur 33 Tabel 5.5 Kadar Glukosa Darah Puasa ... 34
Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik Normalitas dan Homogenitas ... 34
Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik ANOVA ... 35
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Kualitas Tidur yangKurang
Terhadap Kadar Glukosa Darah ... 20 Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adreno Corticotropin Hormon
ECG : Electrocardiograph
EEG : Electroencephalogram
EMG : Electromiogram
GH : Growth Hormon
HPA : Hypotalamus Pituitary Adrenal
HPS : Hypotalamus Pituitary Somatotropich
NREM : Non Rapid Eye Movement
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian di STIKes ICMe Jombang Lampiran 2 Informed Consent (Lembar Persetujuan) Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 Surat Penelitian
Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Lampiran 8 Surat Pemberitahuan Seminar Proposal Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir satu perempat hingga satu pertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur bagi manusia dapat mengendalikan irama kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. Dalam The World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada tubuh, khususnya kepada otak dan sistem syaraf (Purwanto, 2008).
Tidur yang baik adalah tidur selama 7-8 jam setiap hari. Tidur sebaiknya dilakukan pada malam hari setelah melakukan aktivitas seharian (Suharjana, 2012).
Beberapa penelitian yang ditulis di beberapa situs menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 keesokan harinya. Kemudian penelitian terhadap kelompok anak-anak muda di Denpasar menunjukkan 30-40% aktivitas mereka untuk tidur. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Jepang disebutkan 29% responden tidur kurang dari 6 jam, 23% merasa kekurangan dalam jam tidur 6% menggunakan obat tidur, kemudian 21%
memiliki prevalensi insomnia dan 15% kondisi mengantuk yang parah pada siang harinya (Liu dalam Purwanto, 2008).
Kurang tidur dapat membahayakan bagi diri kita. Bila tidur kurang lelap, maka kita akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun. Kehilangan jam tidur meskipun sedikit mempunyai akibat yang sangat berpengaruh untuk beraktivitas, kemampuan konsentrasi, kinerja, produktivitas, keterampilan komunikasi, dan kesehatan secara umum, termasuk sistem gastrointestinal, fungsi kardiovaskuler dan sistem kekebalan tubuh (Parmet dalam Purwanto, 2008).
Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan
Electrocardiograph (ECG), Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay, Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam Arifin, 2011).
Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah akan menurun menjelang malam hari sehingga mencapai kadar terendah saat tidur (Van dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Namun pada keadaan sleep deprived, kadar kortisol akan meningkat disebabkan karena teraktivasinya aksis
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) (Balbo & Reynolds dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG. Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa oleh otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan produksi glukosa oleh hepar (Van & Dinneen dkk dalam Arieselia, 2014).
pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen (glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).
Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA axis). Aktivitas setres menyebabkan hipotalamus mensekresi
Corticotropin Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran adrenocorticotropin dan merangsang korteks adrenal untuk mensekresi hormon glukokortikoid seperti kortisol. Kortisol mempengaruhi pemecahan karbohidrat, protein dan lemak melalui proses glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa sebagai sumber energi serta berperan dalam mempengaruhi fungsi tubuh selama periode istirahat (Smeltzer & Bare dalam Arifin, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan 4 dari 10 mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang menyatakan kualitas tidurnya cukup sedangkan 6 dari 10 di antaranya kualitas tidurnya kurang.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis kualitas tidur yang kurang. 2. Menganalisis kadar glukosa darah puasa.
3. Menganalisis pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa..
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.
1.4.2.2 Bagi Instansi
Dapat memberikan penyuluhan kepada berbagai pihak mengenai adanya pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.
1.4.2.3 Bagi Peneliti Lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Tidur
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung secara berkala melalui beberapa tahap mulai dari adanya penurunan kesadaran sampai dengan tidak adanya aktivitas (Venes dalam Arifin, 2011). Tidur berfungsi untuk mempertahankan status kesehatan yang optimal melalui periode istirahat untuk menyimpan dan menyiapkan energi untuk kegiatan berikutnya. Secara fisiologis periode tidur terdiri dari periode terjaga, tidur
Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement (REM) (Steiger & Loriz dalam Arifin, 2011).
2.1.1 Rapid Eye Movement (REM)
Tidur REM sekitar 20-25% total waktu tidur yang bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain. Pada orang dewasa normal, tidur REM meningkat pada malam hari dan merupakan sepertiga dari waktu tidur (Stevens dalam Arifin, 2011).
Selama periode tidur REM terjadi beberapa perubahan fisiologis diantaranya frekuensi pernafasan dan denyut jantung lebih cepat dan tidak teratur, aliran darah ke otak meningkat, denyut jantung dan tekanan darah sangat bervariasi diantara individu. Selama 2 jam pertama periode tidur terjadi peningkatan sekresi Growth Hormon (GH), Adreno Corticotropin Hormon
(ACTH) sedangkan hormon kortisol disekresi selama pertengahan waktu tidur (Venes dala Arifin, 2011).
2.1.2 Non Rapid Eye Movement (NREM)
Tidur NREM merupakan 75-80% dari waktu tidur secara keseluruhan. Rentang waktu dari siklus tidur mulai dari NREM sampai dengan REM memerlukan waktu kurang lebih 90-100 menit (Stevens dalam Arifin, 2011).
Selama periode tidur NREM terjadi beberapa perubahan fisiologis diantaranya adanya penurunan suhu tubuh, sekresi urine berkurang, denyut jantung dan frekuensi pernafasan menjadi lebih pelan dan teratur (Stevens dalam Arifin, 2011).
Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu Electroencephalogram (EEG), Electrocardiograph (ECG),
Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur : 1. Usia
Kebutuhan tidur mengalami perubahan sesuai dengan usia, pada umumnya gangguan tidur meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada orang dewasa kebutuhan waktu istirahat tidur adalah kurang lebih 7-8 jam pada waktu malam hari untuk mempertahankan fungsi fisiologis setiap hari. Bertambahnya usia berhubungan dengan adanya penurunan kualitas tidur malam dimana sekitar 30% individu mengalami insomnia. Hubungan antar usia dengan insomnia adalah adanya perubahan irama sirkadian yang mengatur siklus tidur dan menyebabkan gangguan siklus tidur dan terjaga (Juddith, Julie & Elizabeth dalam Arifin, 2011).
2. Gaya hidup
Perubahan pola tidur dapat dipengaruhi oleh aktivitas rutin sehari-hari. Pada individu yang bekerja dengan 2 shift siang dan malam sering kesulitan dalam mengatur jadwal tidurnya. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi pola tidur adalah akibat bekerja berat, latihan, aktivitas sosial yang larut serta perubahan pola makan waktu malam hari (Potter & Perry dalam Arifin, 2011). 3. Suhu
4. Nutrisi
Kebiasaan pola makan yang baik sangat berhubungan dengan kesehatan salah satunya adalah pola tidur. Gangguan pola tidur dapat berhubungan dengan pola makan. Hubungan pola makan dengan gangguan pola tidur dapat terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan makan sebelum waktu tidur dan makan yang berlebihan. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung kafein, nikotin, alkohol dan xanthine dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga berdampak pada perubahan pola tidur (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
5. Latihan
Latihan dapat mempengaruhi tidur sewaktu malam hari. Bertambahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan aktivitas tidur REM dan NREM. Latihan akan meningkatkan keluhan fatique
sehingga akan memicu produksi Soporotic atau Sleep-inducing effect dan akan meningkatkan waktu istirahat dan tidur. Latihan yang dilakukan kurang lebih 2 jam sebelum tidur dapat memberikan waktu tubuh untuk istirahat akibat adanya rasa lelah serta akan meningkatkan relaksasi (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
6. Stres emosional
individu cenderung untuk lebih banyak tidur (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
7. Merokok
Kadar nikotin yang tinggi menyebabkan peningkatan waktu terjaga dan perilaku agitasi. Nikotin memiliki waktu paruh sekitar 1-2 jam, individu yang merokok lebih dari 1 batang dalam beberapa jam menjelang waktu tidur akan mengalami kesulitan untuk memulai tidur. Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan paru secara permanen sehingga menimbulkan hipoksia. Hipoksia menyebabkan keluhan
fatique sehingga tubuh memerlukan waktu yang lama untuk istirahat (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
8. Lingkungan
Lingkungan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu memulai tidur dan mempertahankan waktu tidurnya. Keadaan ventilasi yang baik, suhu yang nyaman, penerangan ruangan yang cukup serta ukuran dan posisi tempat tidur merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan waktu istirahat dan tidur yang cukup (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).
9. Penyakit
beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur yang kurang akan meningkatkan resiko mengalami diabetes (Juddith, Smith, Julie & Elizabeth dala Arifin, 2011).
Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu EEG, ECG, EMG. Pada saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).
Selanjutnya dalam keadaan yang lelah dan siap tidur mulai untuk memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak yang muncul mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi lebih teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha yang memiliki 8 hingga 12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan santai, tidak tegang tapi terjaga (Purwanto, 2008).
Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun berlangsung sekitar 10 hingga 20 menit menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Pada tahap ini seseorang biasanya tidak dapat merespon rangsang dari luar, dan rata-rata bila seseorang dibangunkan pada tahap ini akan merasa betul-betul telah tertidur (Purwanto, 2008).
Gangguan tidur yang sering muncul dapat digolongkan menjadi 4 yaitu (Purwanto, 2008) :
1) Insomnia : gangguan masuk tidur dan mempertahankan tidur. 2) Hypersomnia : gangguan mengantuk atau tidur berlebihan. 3) Disfungsi kondisi tidur seperti somnabolisme, night teror. 4) Gangguan irama tidur.
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay & Caple dkk dalam Arifin, 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam Arifin, 2011).
Selama periode awal tidur malam sekresi hormon pertumbuhan
Growth Hormone (GH) meningkat sedangkan kadar Adreno Corticotropin Hormon (ACTH) dan kortisol menurun. Adapun pada periode akhir tidur sekresi ACTH dan kortisol mengalami peningkatan sedangkan kadar hormon pertumbuhan GH menurun. Selama periode tidur malam hari juga terjadi hubungan yang bersifat timbal balik antara Hypothalamus-pituitary somatotrophic (HPS) dan Hypothalamus pituitary adrenocortical (HPA) (Steiger dalam Arifin, 2011).
Arieselia, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG. Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk dalam Arieselia, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa oleh otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan produksi glukosa oleh hepar (Van & Denneen dkk dalam Arieselia, 2014).
Peningkatan kadar kortisol pada malam hari akan mengganggu aktivitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh otot menurun. Penelitian ini juga membuktikan bahwa produksi glukosa oleh hepar meningkat karena kortisol menganggu fungsi sel ß pankreas, serta meningkatkan kadar dan aktivitas enzim yang terlibat dalam proses pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen (glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).
2.2 Kadar Glukosa Darah
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang kebanyakan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi (Aritonang dalam Amir dkk, 2015).
sel-sel saraf serta untuk mencegah gangguan fungsi syaraf dan kematian sel (Ignatavicius & Workman dalam Arifin, 2011).
Glukosa darah merupakan bagian dari karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa darah adalah konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah dan diukur dalam mg/100 ml darah. Dalam keadaan normal kadar glukosa darah puasa dipertahankan dalam rentang 70-100 mg/dL. Untuk keadaan kadar glukosa darah puasa yang tidak normal ada dua yaitu Hiperglikemia dan Hipoglikemia. Hiperglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah puasa >100 mg/dL sedangkan hipoglikemia suatu kondisi dimana kadar glukosa darah puasa <70 mg/dL (The American Heritage Medical Dictionary dalam Arifin, 2011).
Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah. Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).
Faktor-faktor yang mepengaruhi kadar glukosa darah : 1 Diet
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, penyakit lain, makanan, latihan fisik, obat hipoglikemia oral, insulin, emosi dan stres. Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah (Holt dkk dalam Arifin, 2011).
2 Aktivitas fisik
memerlukan energi melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan struktur dengan gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik (Sigal dalam Arifin,2011). 3 Penggunaan obat
Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin. Mekanisme kerja obat dalam menurunkan kadar glukosa darah antara lain dengan merangsang kelenjar pankreas untuk meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang reseptor. Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan fungsi sel beta pankreas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Chang dkk, Simadibrata & Setiati dalam Arifin, 2011).
4 Stres
Ketika terjadi stres maka tubuh akan merespon dengan mengaktifkan sistem saraf yang diikuti dengan adanya aktivitas jalur simpatis-adrenal-medula dan diakhiri oleh aktivitas sistem
Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan hemostasis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu :
1. Bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati.
2. Bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glikogen otot (Suryono & Musaira dalam Qurratuaeni, 2009).
Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA axis). Aktivitas stres menyebabkan hipotalamus mensekresi Corticotropin Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran adrenocorticotropin
Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan beberapa organ tubuh yang utama. Hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi kronis yang meimbulkan terjadinya kerusakan dan gangguan fungsi ginjal, mata, syaraf dan risiko terjadinya gangguan kardiovaskuler yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta berkontribusi terhadap timbulnya kerusakan pembuluh darah perifer (James dalam Arifin, 2011). Berdasarkan hal tersebut, perlu diteliti apakah ada pengaruh kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada seseorang.
2.3 Pengaruh Kualitas Tidur Yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah
Kurang tidur diketahui mempunyai efek yang cukup mengganggu bagi kesehatan tubuh manusia. Hal itu karena saat seseorang tidur, tubuh akan melakukan detoksifikasi alami untuk mengusir racun dalam tubuh (Tarihoran, 2015).
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay, Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam Arifin, 2011).
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konseptual di atas terdapat dua macam variabel yang diteliti yaitu Variabel Independent (Kualitas tidur) dan Variabel Dependent (Kadar Glukosa Darah). Kualitas tidur dipengaruhi oleh faktor : Gaya hidup, stress emosional dan lingkungan. Kadar Glukosa Darah dipengaruhi oleh faktor : Diet, aktifitas fisik, penggunaan obat dan stress.
3.3 Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.1.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian di laksanakan dari perencananaan penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan akhir, yaitu sejak bulan November 2016 sampai bulan Juli 2017.
4.1.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa STIKes ICMe Jombang yang dilaksanakan diruang Laboratorium Kimia Klinik Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.
4.2 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah AnalitikCross Sectionalyaitu meneliti mengenai siapa saja yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa yang hasilnya tidak akan langsung digunakan dan dikeluarkanbegitu saja, akan tetapi dianalisa terlebih dahulu sehingga mudah untuk dipahami.
4.3 Kerangka Kerja
Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 :Kerangka kerja dari uji Pengaruh kualitas tidur yang kurangterhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
Identifikasi Masalah
Penyusunan Proposal
Populasi
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang
Sampel
Darah
Sampling
Purposive Sampling
Desain penelitian
Analitik
Penyajian Data Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisa Data
Penarikan Kesimpulan
4.4 Populasi, Sampling dan Sampel 4.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
4.4.2 Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa saja yang sesuai (memenuhi kriteria) pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang untuk dijadikan sampel.
4.4.3 Sampel
Sampel penelitian ini adalah orang dengan kualitas tidur yang kurang pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
Inklusi
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang tidurnya yang kurang.
Bersedia diteliti.
Eksklusi
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang yang mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kadar glukosa darah puasa misalnya obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin.
Mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang yang menderita Diabetes Mellitus.
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 4.5.1 Identifikasi variabel
a. Variabel independent
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel independent adalah Kualitas Tidur.
b. Variabel dependent
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan variabel dependent adalah Kadar Glukosa Darah Puasa.
4.5.2 Definisi operasional variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4.5.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian No
mempertahanka
4.6.1 Peralatan
1. Fotometer 7. Spuit 2. Centrifuge 8. Tourniquet
3. Timer 9. Mikropipet
4. Tabung serologi 10. Blue tip 5. Rak tabung serologi 11. Yellow tip 6. Label 12. Kapas
4.6.2 Bahan
1. Darah vena yang diambil serumnya 2. Alkohol 70%
3. Aquadest
4. Reagen pemeriksaan glukosa darah dengan komposisi :
Phosphate buffer pH 7,5 250 mmol/L
Phenol 5 mmol/L
4-Aminoantipyrine 0,5 mmol/L
4.6.3 Prosedur pengambilan darah
1. Meluruskan lengan pasien, kemudian memasang tourniquet pada lengan atas pasien ± 3 cm dari siku.
3. Melakukan penusukan pada vena dengan posisi jarum 30˚ dari kulit, bila darah tampak mengalir ke dalam spuit, menarik toraks pelan-pelan hingga mendapatkan darah sesuai kebutuhan. 4. Melepaskan tourniquet dan mengeluarkan jarum dengan
hati-hati, menutupi bekas tusukan dengan kapas kering.
4.6.4 Prosedur pemeriksaa kadar glukosa darah puasa dengan metode GOD-PAP
1. Menyiapkan tabung dan mengalirkan darah ke dalam tabung lewat dinding tabung secara perlahan.
2. Menunggu darah sampai membeku (± 20 menit) dan segera mensentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpmuntuk memisahkan serum dari bekuan darah. Memisahkan serum jernih dari bekuan darah dengan menggunakan mikropipet sesuai volume serum yang dibutuhkan untuk pemeriksaan glukosa darah puasa metode GOD-PAP.
3. Mengambil serum yang akan diperiksa sebanyak 10 µl dan memasukkan ke dalam tabung pertama sebagai sampel.
4. Mengambil standart glukosa darah sebanyak 10 µl dan memasukkan ke dalam tabung kedua sebagai standart.
5. Mengambil aquadest sebanyak 10 µl dan memasukkan ke dalam tabung ketiga sebagai blanko.
6. Menambahkan reagen glukosa darah ke dalam masing-masing tabung sebanyak 1000 µl.
8. Menekan tombol power pada fotometer, mensetting pemeriksaan
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan, maka data diolah melalui tahapan Editing, Coding, Entry data dan Tabulating. 4.7.1 Teknik Pengolahan Data
1) Editing
Dalam editing ini jawaban dari responden akan dikoreksi kembali untuk mengetahui kelengkapan pengisian kuesioner dan kesesuaian jawaban dengan pertanyaan.
2) Coding
Umur kode U 3) Entry data
Entry data dalam penelitian ini dilakukan dengan memasukkan data hasil penelitian berupa jawaban dari responden.
4) Tabulating
Data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner dan pemeriksaan glukosa darah puasa terhadap responden dimasukkan ke dalam tabel-tabel sesuai dengan jenis variabel yang diolah.
4.7.2 Analisa Data
Analisa data merupakan kegiatan pengolahan data setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data.
Analisa data dalam pemeriksaan ini dinyatakan dalam persentase. Setelah hasil diperoleh langsung dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi sampel kadar glukosa yang tidak normal
N : Jumlah semua sampel yang diteliti
4.7.3 Uji Statistik
Ho ditolak Hi diterima, artinya ada Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III STIKes ICMe Jombang. Jika
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Laboratorium kimia klinik merupakan salah satu fasilitas yang dimiliki oleh program studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang, yang berfungsi sebagai sarana penunjang pembelajaran dalam praktikum tentang kimia klinik. Bahan yang digunakan dalam praktikum di laboratorium kimia klinik khususnya untuk pemeriksaan kimia klinik yaitu sampel darah, urine dan cairan tubuh lainnya. Selain itu peralatan dan reagen yang ada cukup baik dan memadahi sehingga pembelajaran pemeriksaan di laboratorium ini dapat sesuai dengan standar laboratorium di lapangan.
5.2 Data Hasil Penelitian
Tabel 5.1 Hasil perhitungan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.
No. Sumber : Data primer 2017
Keterangan :
Nomor kualitas tidur 1 : Tidur selama 4 jam 2 : Tidur selama 5 jam 3 : Tidur selama 6 jam
Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 9 mahasiswa perempuan kelas B semester III yang berumur 19, 20 dan 21 tahun dengan kondisi tidur yang kurang dari 7-8 jam. Jumlah responden hanya diambil 9 orang karena dari total populasi didapatkan 12 mahasiswa yang mengalami tidur yang kurang namun jumlah mahasiswa yang bersedia untuk dijadikan responden penelitian hanya 9 mahasiswa. 5.2.1 Data Umum
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden
No. Umur Frekuensi Persentase (%)
1. 19 1 11%
2. 20 5 55%
3. 21 3 34%
Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.2 dari tabel di atas dapat diketahui responden yang berumur 20 tahun terdapat 5 responden (55%).
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1. Perempuan 9 100%
2. Pria 0 0%
Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
3) Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur
No. Lama Tidur Frekuensi Persentase (%)
1. 4 jam 3 33,3%
2. 5 jam 3 33,3%
3. 6 jam 3 33,3%
Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa ketiga kelompok tidur jumlahnya sama yaitu 3 responden (33,3%).
5.2.2 Data Khusus
Kadar glukosa darah puasa mahasiswa Stikes ICME Jombang kelas B semester III dikategorikan menjadi normal dan abnormal yang dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Kadar glukosa darah puasa mahasiswa Stikes ICME Jombang kelas B semester III
No. Kadar Glukosa Frekuensi Persentase (%)
1. Normal 9 100%
2. Abnormal 0 0%
Total 9 100%
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 9 responden seluruh responden memiliki kadar glukosa darah puasa normal sebesar 9 responden (100%).
Tabel 5.6 Hasil uji statistik normalitas dan homogenitas Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
Sumber : Data primer 2017
perhitungannya. Kemudian dapat dilihat bahwa sig. Secara keseluruhan lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa data hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa normal. Hasil dari uji homogenitas yaitu 0,192
dinyatakan homogen karena nilai p>α.
Tabel 5.7 Hasil uji statistik ANOVA Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
ANOVA Rata-rata P Antara grup 132,617 0,003 Dalam grup 6,970
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.7 diperoleh df1=2, df2=6 dan Fhitung=19,027. Ftabel untuk df1=2, df2=6 dan alpha=0,05 adalah 5.14. karena Fhitung=19,027 > Ftabel=19,027 maka Hi ditolak yang berarti rata-rata kadar glukosa darah tersebut tidak sama. Karena tidak sama maka perlu dilakukan analisis lanjut untuk mengetahui manakah dari ketiga waktu tersebut yang menyebabkan perbedaan dengan menggunakan analisis Tukey.
Tabel 5.8 Hasil uji Tukey Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
No Tidur Hasil p 1 4 jam 81,6467
2 5 jam 87,3733 0,084 3 6 jam 94,9033
Sumber : Data primer 2017
Berdasarkan Tabel 5.8 didapatkan bahwa rata-rata antara 4 jam dan 5 jam tidak berbeda secara signifikan. Sementara pada tidur 6 jam memiliki perbedaan rata-rata dibanding dua waktu lainnya.
5.3 Pembahasan
iniadalah sebanyak 9 mahasiswa. Pada penelitian ini dipilih respondenmahasiswa yang tidurnya kurang dari 7-8 jam untuk dilakukan pemeriksaan.
Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay, Caple & Grose dalam Arifin, 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin (Spiegel dalam Arifin, 2011). Pada keadaan kurang tidur, terdapat peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (Spiegel dalam Arieselia, 2014). Peningkatan aktivitas ini dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah melalui peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis (Gangwisch, Cumberbatch & Donga dalam Arieselia, 2014).
Pada penelitian ini didapatkan hasil 9 mahasiswa yang diuji memiliki kadar glukosa darah puasa rata-rata 87,97mg/dL. Hal tersebut menunjukan hasil yang normal karena nilai normal kadar glukosa darah puasa yaitu 70-100 mg/dL. Keadaan hiperglikemia terjadi jika kadar glukosa darah puasa lebih dari 100 mg/dL sedangkan kondisi hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah puasa kurang dari 70 mg/dL. Hasil normal ini terjadi karena rata-rata subjek yang digunakan dalam penelitian tidak mengalami proses kurang tidur yang berjalan dengan waktu yang cukup lama. Proses kurang tidur yang dialami mereka hanya terjadi selang beberapa hari kembali ketidur yang cukup kemudian hari berikutnya terjadi tidur yang kurang lagi. Data diuji dengan menggunakan
terlebih dahulu. Pada uji normalitas diperoleh hasil tidur 4 jam p=0,291
hasil ini dinyatakan p>α (normal), 5 jam p=0,195 hasil ini dinyatakan p>α (normal), 6 jam p=0,505 hasil ini dinyatakan p>α (normal) (Lampiran 3). Uji homogenitas diperoleh hasil p=0,192 hasil ini dinyaatakan p>α (homogen) (Lampiran 3). Hasil uji normalitas dinyatakan normal dan uji homogenitas dinyatakan homogen maka dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA. Uji ANOVA digunakan untuk menganalisis pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa. Pada uji ANOVA diperoleh nilai p=0,003 (Lampiran 3). Pada penelitian ini derajad error
(tingkat kesalahan) yang digunakan α=0,05, setelah dibandingkan
diperoleh nilai p<α. Ho ditolak, Hi diterima yang berarti ada pengaruh
kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.
Tidur yang kurang berpengaruh terhadap kadar glukosa darah karena terganggunya respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler. Dengan berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Pada keadaan kurang tidur, terdapat peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Yang dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah melalui peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis (Gay, Caple & Grose dalam Arifin, 2011).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.
6.2 Saran
1. Bagi Peneliti
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah responden yang lebih banyak sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih akurat.
2. Bagi Institusi
Dengan hasil penelitian kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dengan kualitas tidur yang kurang dapat dijadikan bahan penyuluhan tentang bahaya peningkatan kadar glukosa darah puasa pada orang yang kualitas tidurnya kurang.
3. Bagi Masyarakat
Disarankan untuk lebih menjaga pola hidup sehat termasuk menjaga pola tidur sehingga menurunkan resiko meningkatnya kadar glukosa darah puasa.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Suci M. J, 2015, “Jurnal e-Biomedik Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado”, Vol 3No 1, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Arieselia Z, 2014, “Journal of Medicine Pengaruh Kurangnya Jumlah Jam
Tidur Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Unika ATMA JAYA”, Vol 13 No 2. Arifin Z, 2011, “Analisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa
Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat”, Universitas Indonesia, Depok. Purwanto S, 2008, “Jurnal Kesehatan Mengatasi Insomnia dengan Terapi
Relaksasi”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol 1 No 2. Qurratuaeni, 2009, “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Terkendalinya Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta”, Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Suharjana, 2012, “Kebiasaan Berperilaku Hidup Sehat dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter”, Tahun II No 2, FIK Universitas Negeri Yogyakarta.
INFORMED CONSENT
(Lembar Persetujuan)
Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Penelitian :
Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III
STIKes ICMe Jombang
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Umur : ... Alamat : ...
Menyatakan bersedia dan berpartisipasi menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh Intan Nofila Putri, mahasiswa dari Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang.
Dengan pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari terdapat perubahan atau keberatan, maka saya dapat mengajukan kembali hal keberatan tersebut.
Jombang, Juni 2017
LEMBAR KUESIONER
DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
PUASA
No. Responden
Hasil Pemeriksaan
Kualitas tidur
1
80,79 mg/Dl 12
83,00 mg/dL 13
85,15 mg/dL 24
94,03 mg/dL 35
91,15 mg/dL 26
85,82 mg/dL 27
98,19 mg/dL 38
92,49 mg/dL 3Hasil uji
SPSS Windows 19
Tidur Statistic Std. Error
Skewness 1,651 1,225
Descriptives
Gula
N Mean Std.
Deviatio
n
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
4 jam 3 81,6467 1,18576 ,68460 78,7011 84,5923 80,79 83,00
5 jam 3 87,3733 3,28780 1,89821 79,2060 95,5407 85,15 91,15
6 jam 3 94,9033 2,94865 1,70240 87,5785 102,2282 92,49 98,19
Test of Homogeneity of Variances
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Homogeneous Subsets
Gula
Tukey HSD
tidur N Subset for alpha = 0.05
1 2
4 jam 3 81,6467
5 jam 3 87,3733
6 jam 3 94,9033
Sig. ,084 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Dokumentasi
Alat dan Bahan Pemeriksaan
-
Spuit
-
Tourniquet
-
Kapas alkohol 70%
-
Tabung reaksi
-
Tabung serologi
-
Rak tabung
Sentrifus
Reagen Glukosa Darah
Darah yang sudah disentrifus Memasukkan Reagen Glukosa
Memasukkan larutan standar
Menambahkan serum
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN KTI
No Jadwal Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pembuatan Judul
2 Konsultasi Judul 3 Studi Kepustakaan 4 Penyusunan Proposal 5 Bimbingan Proposal 6 Ujian Proposal 7 Revisi Proposal 8 Pengambilan Data 9 Penelitian 10 Pengolahan Data 11 Penyusunan KTI 12 Bimbingan KTI 13 Ujian KTI
14 Revisi Hasil Ujian KTI
Keterangan :
Kolom 1 – 4 pada bulan : Minggu 1 – 4
Blok warna hitam : Tanggal Pelaksanaan Kegiatan
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Soffa marwa, Amd. AK
Jabatan
: Staf laboratorium klinik prodi DIII Analis Kesehatan
Menerangkan bahwa mahasiswa dibawah ini :
Nama
: Intan Nofila Putri
NIM
: 14.131.0018
Telah melaksanakan pemeriksaan kadar glukosa darah di laboratorium Kimia
Klinik prodi DIII Analis Kesehatan pada hari Kamis, 8 Juni 2017 dengan hasil
sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN PEMERIKSAN KADAR GLUKOSA DARAH
No.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya
Kepala laboratotium klinik
Laboran
Soffa marwa, Amd. AK
Soffa marwa, Amd. AK
Ketua Prodi DIII Analis Kesehatan
Erni Setiyorini, S.KM., MM
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN
SK Mendiknas No.141/D/O/2005