• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Keterlibatan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Keinginan Karyawan untuk Berpindah dengan Etika Kerja Islam sebagai Variabel Moderasi Studi pada BNI Syariah Cabang Surakarta. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Pengaruh Keterlibatan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Keinginan Karyawan untuk Berpindah dengan Etika Kerja Islam sebagai Variabel Moderasi Studi pada BNI Syariah Cabang Surakarta. - Test Repository"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGARUH KETERLIBATAN KERJA

DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP

KEINGINAN KARYAWAN UNTUK BERPINDAH

DENGAN ETIKA KERJA ISLAM SEBAGAI

VARIABEL MODERASI

(Studi pada BNI Syariah Cabang Surakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

TETI ERNA WIJAYANTI

NIM: 213-13-056

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Tidaklah seseorang itu diberi suatu pemberian yang lebih baik

& lebih luas daripada

kesabaran.

( HR. Muslim ).

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena

yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu

tidak percaya itu.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini penulis

persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam

pembuatan skripsi ini.

2. Kedua Orang tua saya Ibu Siti Munjainah dan Bapak Sholikan

yang telah membimbing, mendidik, mencurahkan segala usaha,

kasih sayang dan do’a ikhlas yang selalu tercurah demi masa depan

penulis.

3. untuk adik saya Dewi Rohmawati yang selalu mendukungku.

4. Untuk seluruh anggota keluargaku di Purwodadi dan Surabaya yang

telah menyemangati dan mendoakan agar lancar dalam penyelesaian

Skripsi.

5. Untuk nenekku di Purwodadi dan kakek-nenekku di Surabaya,

terima kasih atas do’a yang selalu kalian panjatkan untuk

masadepanku.

6. Untuk seseorang yang nantinya akan menjadi pendamping dalam

hidupku.

7. Untuk sahabat-sahabat seperjuanganku yang amat aku sayangi

(8)

viii

yang telah menudukung, memotivasi serta mendoakan agar selalu

diberi kelancaran dalam menyelesaikan Skripsi.

8. Untuk teman-teman PS-S1 yang telah banyak memberikan

masukan serta motivasi.

9. Untuk keluarga besar Student Sport Club (SSC) yang telah

memberiku ilmu , pengalaman, serta kasih sayang layaknya

keluarga.

10. Untuk keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Salatiga dan Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Salatiga yang telah

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah,

taufiq dan inayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan pada junjungan Nabi Agung

Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat yang telah menujukkan jalan

kebenaran dengan perantara agama Islam.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari

berbagai pihak, maka segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga

2. Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

3. H. Abdul Aziz NP., S.Ag., M.M. selaku dosen pembimbing dengan penuh

kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan

serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dan seluruh

sivitas akademik IAIN Salatiga.

5. Seluruh staf dan karyawan IAIN Salatiga

6. Orangtuaku, adik, dan semua keluarga yang selalu memberi motivasi,

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Wijayanti, Teti Erna. 2017. Analisis Pengaruh Keterlibatan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Keinginan Karyawan untuk Berpindah dengan Etika Kerja Islam sebagai variabel Moderasi Studi kasus BNI Syariah Cabang Surakarta.Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi Perbankan Syariah,Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : H. Abdul Aziz NP., S.Ag., M.M.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pengaruh keterlibatan kerja dan komitmen organisasional terhadap keinginan karyawan karyawan untuk berpindah dengan etika kerja islam Sebagai variabel moderasi. Penelitian ini dilakukan di BNI Syariah Cabang Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner dengan menggunakan skala interval (1-10) kepada seluruh karyawan tetap di BNI Syariah Cabang Surakarta. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap di BNI Syariah Cabang Surakarta, dengan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 62 responden. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh (sensus) jadi seluruh populasi akan dijadikan sampel yaitu sejumlah 62 responden dan metode analisis data yang digunakan analisa regresi linear berganda, dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS 21.

Hasil pengujian terhadap hipotesis, menunjukkan bahwa keterlibatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan karyawan untuk berpindah. Komitmen organisasional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keinginan karyawan untuk berpindah. Keterlibatan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh secara bersama-sama terhadap keinginan karyawan untuk berpindah. Etika kerja islam tidak mampu memoderasi pengaruh keterlibatan kerja terhadap keinginan karyawan untuk berpindah. Etika kerja islam tidak mampu memoderasi pengaruh komitmen organisasional terhadap keinginan karyawan untuk berpindah.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Kegunaan Penelitian... 15

E. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ... 19

B. Kerangka Teori... 27

C. Kerangka Penelitian ... 51

(13)

xiii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 61

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 61

C. Populasi dan Sampel ... 62

D. Teknik Pengumpulan Data ... 63

E. Skala Pengukuran ... 67

F. Definisi Konsep & Operasional ... 69

G. Instrumen Penelitian... 71

H. Analisi Data ... 72

I. Alat Analisis ... 79

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 81

B. Analisis Data ... 98

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 122

B. Keterbatasan ... 123

C. Saran ... 124

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Research Gap Penelitian ... 11

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu... 24

Tabel 3.1 Butir Pertanyaan dan Indikator ... 65

Tabel 3.2 Variabel dan Indikator ... 69

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 96

Tabel 4.2 Responden berdasarkan Usia ... 97

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ... 98

Tabel 4.4 Responden berdasarkan Masa Kerja ... 99

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 100

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas ... 101

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 102

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 103

Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial (uji t) ... 104

Tabel 4.10 Hasil Uji MRA ... 107

Tabel 4.11 Hasil Uji MRA ... 108

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas ... 110

Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 112

Tabel 4.14 Hasil Uji Linieritas ... 113

Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolonieritas ... 114

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ... 52

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 86

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dunia usaha dan organisasi di Indonesia berkembang semakin

pesat. Setiap organisasi mempunyai berbagai tujuan yang hendak

dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan

sumber-sumber daya yang ada. Berbagai sumber-sumber daya yang ada penting bagi

organisasi, satu-satunya faktor yang menunjukkan keunggulan kompetitif

potensial adalah sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya ini

dikelola. Sumber daya manusia membuat sumber daya lainnya berjalan.

tidak satu pun faktor dalam aktivitas bisnis mempunyai dampak yang lebih

langsung terhadap kesejahteraan perusahaan selain sumber daya manusia.

Organisasi dikelola dan terdiri atas para karyawan. Tanpa karyawan,

organisasi tidak akan pernah ada (Simamora, 1996).

Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan

cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources

(berinvestasi) dari investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke

alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan

mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik

perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak

menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang

tidak layak maupun dalam bentuk shirking. Corporate governance

(17)

2

yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan

kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan good

corporate governance dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Salah satu upaya untuk mencapai target atau tujuan yang dapat

meningkatkan nilai perusahaan yaitu dengan meminimalisasi tingkat

perputaran karyawan (emlpoyee‟s turnover) dengan memperhatikan segala

faktor yang menyebabkan keinginan karyawan untuk berpindah yang

berujung pada keputusan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.

Dengan tingginya tingkat keinginan karyawan untuk berpindah pada

perusahaan, akan semakin banyak menimbulkan berbagai potensi biaya,

baik itu biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat

kinerja yang mesti dikorbankan, maupun biaya rekruitmen dan pelatihan

kembali (Suwandi dan Indriantoro, 1999).

Keinginan karyawan untuk berpindah dapat berupa pengunduran

diri, perpindahan keluar unit perusahaan, pemberhentian atau kematian

anggota perusahaan (Witasari, 2009). Tingginya tingkat keinginan

karyawan untuk berpindah tenaga kerja dapat diprediksi dari seberapa

besar keinginan berpindah yang dimiliki karyawan (Simamora, 1996).

Black et al. (2003) dalam Sri Rahayu (2010: 20-21) berargumen bahwa

pertama, perusahaan yang dikelola dengan lebih baik akan dapat lebih

menguntungkan sehingga dapat dividen yang lebih tinggi. Kedua,

disebabkan oleh karena investor luar dapat menilai earnings atau dividen

(18)

3

corporate governance yang lebih baik. Hasil menunjukan bahwa tidak

ditemukan bukti bahwa perusahaan dengan corporate governance yang

baik lebih menguntungkan atau membayar dividen lebih tinggi, tetapi

ditemukan bukti bahwa investor menilai earnings atau arus dividen yang

sama dengan lebih tinggi untuk perusahaan yang menerapkan corporate

governance yang lebih baik.

Dalam Mobley (1986) terdapat beberapa dampak negatif yang

akan terjadi pada organisasi sebagai akibat dari proses pergantian

karyawan. (1) biaya, perusahaan akan berusaha untuk menekan biaya yang

dikeluarkan termasuk biaya yang dikeluarkan guna proses pergantian

karyawan dikarenakan biaya pergantian karyawan itu cukup mahal. (2)

prestasi. Perusahaan akan mengalami kerugian apabila karyawan yang

pergi atau keluar dari perusahaan merupakan karyawan yang memiliki

keterampilan yang unik atau menduduki jabatan yang sangat penting bagi

perusahaan. (3) pola komunikasi dan sosial. Jika karyawan yang pergi

merupakan karyawan yang berharga, atau merupakan pusat dari suatu

jaringan komunikasi, atau merupakan kelompok kerja yang terpadu maka

pergantian mereka dapat menimbulkan efek negatif bagi karyawan yang

tinggal di perusahaan yaitu memberi beban kerja tambahan yang dapat

menurunkan prestasi. (4) merosotnya semangat kerja. Menurunnya

semangat bekerja akan berdampak karyawan yang sebelum itu tidak

berkeinginan mencari pekerjaan lain maka akan memulai mencarinya. (5)

(19)

4

perilaku yang dapat dilihat, tetapi kurangnya informasi kerap kali

manajemen menghadapinya dengan tanggapan yang kurang tepat, kurang

efektif, dan kurang produktif, contohnya kenaikan gaji yang pukul rata,

pelatihan-pelatihan “kilat” soal hubungan manusia, sasaran pergantian

karyawan sebesar X% yang berlaku bagi seluruh organisasi. (6)

biaya-biaya peluang strategik. Pergantian karyawan dapat menimbulkan efek

negatif bagi organisasi, misalnya membuat organisasi itu menunda atau

membatalkan usaha-usaha yang mempunyai keuntungan cukup besar.

Menurut Mobley (1986) terdapat beberapa variabel individu yang

merupakan sebab-sebab terjadinya keinginan karyawan untuk berpindah

dalam sebuah organisasi, yaitu faktor demografik (usia, masa kerja, jenis

kelamin, pendidikan, kepribadian, minat, profesionalisme, dan prestasi),

variabel terpadu yang mencakup kepuasan kerja secara menyeluruh dan

kepuasan terhadap indikator-indikator kepuasan kerja, serta variabel

individu yang tidak berkenaan dengan pekerjaan namun sering dijumpai

dalam sebuah organisasi yaitu konflik peran.

Sedangkan menurut Toly (2001) yang menjadi variabel atau

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keinginan karyawan untuk

berpindah (turnover intention) adalah konflik peran, locus of control,

perubahan organisasi, job insecurity, komitmen organisasional, kepuasan

kerja, dan kepercayaan organisasi. Adapun beberapa gejala yang menandai

adanya indikasi keinginan karyawan untuk berpindah (turnover intention),

(20)

5

keluar, adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam waktu

dekat, keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, berfikir tidak

mempunyai masa depan yang baik jika tetap bekerja diperusahaan ini.

Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk

memprediksikan turnover intention karyawan dalam sebuah perusahaan

Chen & Francesco (2000).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keinginan karyawan

untuk berpindah dari perusahaan pada karyawan, diantaranya adalah

komitmen organisasi, kinerja karyawan, stres kerja, pengembangan karir,

kepuasan kerja dan keterlibatan karyawan yang rendah. faktor keterlibatan

kerja merupakan identifikasi seseorang secara psikologis terhadap

pekerjaannya, berpartisipasi aktif dan pekerjaan dianggap sebagai bagian

yang penting dalam kehidupan individu. Tetapi masalah yang dihadapi

perusahaan sekarang ini seperti adanya keterlibatan kerja yang rendah

pada diri karyawan mengakibatkan tingginya tingkat keinginan berpindah

pada karyawan. Karyawan beranggapan bahwa partisipasi mereka tidak

terlalu dibutuhkan oleh perusahaan. Dan pada akhirnya, situasi tersebut

tidak dapat membantu dalam pemuasan kebutuhan seorang karyawan akan

tanggung jawab, prestasi, pengakuan, dan peningkatan harga diri (Faslah,

2007).

Salah satu faktor yang dominan yang menyebabkan keinginan

karyawan untuk berpindah yaitu adanya keterlibatan kerja

(21)

6

tertentu (Kanunggo, 1982). Sedangkan (Robbins dan Coulter, 2007)

Mendefinisikan keterlibatan kerja sebagai proses partisipatif yang

menggunakan seluruh kapasitas karyawan dan dirancang untuk mendorong

peningkatan komitmen bagi suksesnya suatu organisasi. Logika yang

mendasari adalah bahwa dengan melibatkan para pekerja dalam

keputusan-keputusan mengenai mereka dan dengan meningkatkan

otonomi dan kendali mengenai kehidupan kerja, mereka lebih produktif

dan lebih puas dengan pekerjaan mereka. Karyawan yang aktif berpartisipasi dalam pekerjaannya menunjukkan kemauan dan keinginan

karyawan untuk ikut terlibat langsung dalam pekerjaan.

Menurut Faslah (2007) ciri-ciri individu yang memiliki

keterlibatan kerja yang rendah adalah individu yang memandang pekerjaan

sebagai bagian yang tidak penting dalam hidupnya, memiliki rasa kurang

bangga terhadap perusahaan, dan kurang berpartisipasi dalam

pekerjaannya. Karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang tinggi

cenderung memiliki tingkat absensi dan tingkat yang rendah. Dengan

adanya keterlibatan kerja, karyawan dapat aktif berpartisipasi dalam

kegiatan perusahaan, dengan menunjukkan kemampuan, keterampilan,

solidaritas, semangat dan keinginan untuk memajukan perusahaan dan

merasakan pekerjaannya sebagai kepentingan dan tujuan hidup. Karyawan

akan berusaha untuk memberikan yang terbaik, melakukan usaha dengan

maksimal, bangga dengan perusahaan dan dapat mengembangkan

(22)

7

Ketatnya persaingan kerja mengharuskan setiap perusahaan dan

karyawan untuk dapat bekerja dengan maksimal, sehingga meningkatkan

produktivitas kerja para karyawan dan perusahaan. Salah satu cara yang

paling efektif untuk mengurangi tingkat kemangkiran karyawan adalah

meningkatkan komitmen organisasional, komitmen organisasional menjadi

sangat penting bagi organisasi karena komitmen organisasional disinyalir

sebagai prediktor yang lebih baik bagi keinginan karyawan untuk

berpindah dibandingkan dengan kepuasan kerja. Seorang individu masuk

kedalam suatu organisasi dengan bermacam kebutuhan, keinginan dan

kemampuan, dan mereka berharap dapat menemukan sebuah lingkungan

kerja dimana perusahaan gagal memberikan pemenuhan kebutuhan, maka

komitmen terhadap organisasi cenderung menurun. Karyawan dengan

tingkat komitmen organisasi tinggi akan menunjukkan kinerja yang baik,

tingkat keinginan karyawan untuk berpindah rendah dan tingkat absensi

rendah (DeMicco dan Reid, 1988).

Komitmen organisasi menurut Aranya et al. (1981) didefinisikan

sebagai berikut (1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap

tujuan-tujuan dan nilainilai dari organisasi dan atau profesi, (2) Sebuah kemauan

untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan

organisasi dan atau profesi, (3) Sebuah keinginan untuk memelihara

keanggotaan dalam organisasi dan atau profesi.

Mowday et al. (1982) dalam Fitria (2003) mengemukakan

(23)

8

mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi

dan atau profesi yaitu (1) Identification yaitu pemahaman atau

penghayatan dari tujuan organisasi, (2) Involment yaitu perasaan terlibat

dalam suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaannya adalah

menyenangkan, (3) Loyality yaitu perasaan bahwa organisasi adalah

tempat bekerja dan tempat tinggal.

Dalam penelitiannya, Anis (2003) mengemukakan bahwa kepuasan

kerja dan komitmen organisasional secara signifikan bersama-sama

berpengaruh negatif terhadap keinginan keryawan untuk berpindah.

Tingkat keinginan untuk keluar karyawan yang tinggi merupakan ukuran

yang sering digunakan sebagai indikasi adanya masalah yang mendasar

pada organisasi. Keluar masuk karyawan dapat menelan biaya yang tinggi.

Oleh karena itu organisasi perlu menguranginya sampai pada

tingkat-tingkat yang dapat diterima. Namun demikian, mempertahankan tingkat-tingkat

perputaran sebesar nol adalah tidak realistis dan bahkan tidak dikehendaki.

Faktor yang dianggap mempengaruhi sikap individual terhadap

perubahan dan keinginan untuk berpindah adalah keterlibatan dalam

pekerjaan serta komitmen pada organisasi. Randall dan Cote (1991) dalam

Arifudin dkk (2002) mengemukakan bahwa mereka yang memiliki tingkat

etika kerja yang tinggi akan lebih terlibat dengan pekerjaannya dari pada

orang-orang dengan tingkat etika kerja yang lebih rendah. Sedangkan

Yousef (2000) mengemukakan bahwa mereka yang tidak berkomitmen

(24)

9

untuk memiliki keinginan untuk berpindah dari pada mereka yang

berkomitmen tinggi dan memiliki etika kerja pada organisasi.

Dalam hal ini terdapat perbedaan antara etika kerja Protestant

dengan etika kerja Islam. Menurut Kidron (1978) dalam Yousef (2000),

pada etika kerja Protestan lebih menekankan pada peran aktif individu

secara dinamis dan otonom dalam meraih keutamaan moral. Keutamaan

moral disini secara universal manusia sepakat sebagai suatu kebaikan

hidup di dunia. Sedangkan etika kerja Islam lebih berorientasi pada

penyelamatan individu di dunia dan akhirat berdasarkan pedoman agama.

Maksudnya bahwa kerja mempunyai etika harus selalu diikutsertakan

didalamnya, oleh karena kerja merupakan bukti adanya iman dan

parameter bagi pahala dan siksa (Al-Khayyath, 2000 dalam Yousef, 2001).

Teori-teori mengenai etika kerja yang berfokus pada PWE dengan

setting dunia belahan Barat sebagaimana telah disebutkan sebelumnya

dirasakan kurang tepat untuk diterapkan pada lingkungan yang mayoritas

penduduknya beragama Islam seperti Indonesia (menurut BPS 85%

penduduk Indonesia adalah muslim). Sehingga perlu dilakukan kajian

mengenai Islamic Work Ethic (IWE) yang lebih sesuai dengan

kondisi-kondisi dunia belahan Timur. Etika kerja islam berasal dari Al-Quraan dan

Hadist yang menekankan untuk menjalin kerjasama dan selalu bekerja

keras yang merupakan salah satu cara untuk menghapus dosa. Selain itu,

adanya keyakinan bahwa tuhan tidak akan menguji hamba-Nya melebihi

(25)

10

lebih indah jika kita berhasil melampauinya. Sehingga etika kerja islam

disini sebagai variabel moderating yang dapat memperkuat atau

memperlemah kinerja. Berdasarkan keyakinan diatas kemudian muncul

adanya penghayatan, maka orang – orang yang mendapat tekanan atau

gangguan – gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri

seseorang merupakan tantangan bagi dirinya untuk bisa lebih maju yang

terlihat dari peningkatan kinerjanya (Al Khayyath, 2000 dalam Yousef,

2001).

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Soraya Eka Ayudiati (2010)

dengan judul “Analisis Pengaruh Locus Of Control terhadap Kinerja

dengan Etika Kerja Islam sebagai variabel moderating” membuktikan

bahwa Etika Kerja Islam dapat digunakan sebagai variable moderating

dengan hasil bahwa variabel bebas locus of control dengan etika kerja

islam secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

terikat kinerja karyawan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu karyawan

BNI Syariah Cabang Surakarta bahwa terdapat kenaikan tingkat karyawan

yang memutuskan untuk berpinda dari perusahaan. BNI Syariah Cabang

Surakarta merupakan salah satu perbankan syariah yang menjunjung tinggi

etika kerja islam dalam perusahaan namun dalam prakteknya kita

menjumpai kegiatan keluar masuk karyawan yang menyebabkan

masyarakat bertanya-tanya apakah yang menyebabkan kondisi tersebut

(26)

11

keinginan karyawan untuk berpindah yang terjadi pada BNI

Syariah Cabang Surakarta dapat mengindikasikan seberapa besar tingkat

keinginan karyawan untuk berpindah yang dimiliki karyawan. Artinya jika

tingkat keinginan karyawan untuk berpindah tinggi maka tingkat keluar

masuk karyawan juga tinggi. Informasi kegiatan keluar masuk karyawan

yang pindah dari BNI Syariah Cabang Surakarta menunjukkan karyawan

cenderung mencari peluang pekerjaan yang lain di perusahaan luar.

Tabel 1.1

Research Gap Penelitian

Variabel dependen

Variabel independen

peneliti tahun Metode Hasil Keinginan Julianto 2002 Regresi Linier

Berganda

Negatif Signifikan Simanjuntak 2013 Regresi Linier

Berganda Nurlaila 2014 Regresi Linier

Berganda Pinaningsih 2015 Regresi Linier

Berganda

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, mengemukakan bahwa

(27)

12

(2013), Maulina (2015)) yang meneliti tentang pengaruh keterlibatan kerja

terhadap keinginan karyawan untuk keluar yang menyimpulkan bahwa

keterlibatan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keinginan

karyawan untuk keluar.

Sebaliknya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jandu (2015)

menyimpulkan bahwa keterlibatan kerja tidak berpengaruh terhadap

keinginan karyawan untuk keluar dengan hasil negatif dan tidak

signifikan, dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fuhasari (2016)

menyimpulkan bahwa keterlibatan kerja memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap keinginan karyawan untuk berpindah,

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, mengemukakan bahwa

terdapat sekelompok peneliti (Witasari (2009), Andini (2006), Grant et al

(2001), Agung Wahyu (2012)) menyimpulkan bahwa komitmen

organisasional berpengaruh negatif dan signifikan. Sebaliknya dari hasil

penelitian Wahyu (2010) menyimpulkan bahwa komitmen organisasional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan karyawan untuk

berpindah, sementara itu menurut penelitian yang dilakukan Nurlaila

(2014) menyimpulkan bahwa komitmen organisasional berpengaruh

negatif dan tidak signifikan.

Dari penelitian-penelitian tersebut, ditemukan hasil yang berbeda-

beda dari tiap pengaruh variabel terhadap keinginan karyawan untuk

(28)

13

menunjukkan masih terbuka secara luas terhadap penelitian yang akan

dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan

inkonsistensi hasil, maka pada penelitian ini penulis menggunakan

variabel moderasi untuk mengetahui apakah variabel moderasi dapat

memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian

adalah etika kerja islam, etika kerja dalam perspektif islam diartikan

sebagai pancaran dari akidah yang bersumber dari pada sistem keimanan

islam yakni, sebagai sikap hidup yang mendasar berkenaan dengan kerja,

sehingga dapat dibangun paradigma etika kerja yang islami Rokhman

(2010).

Penelitian terhadap etika kerja islam sebagai variabel moderasi

dilakukan oleh beberapa peneliti (Dawish (2000), Pinaningsih (2015),

Taufiq (2009)) yang menyimpulkan bahwa etika kerja islam merupakan

variabel moderasi dan memoderasi hubungan positif dan signifikan antara

keterlibatan kerja dan komitmen organisasional terhadap kinerja.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengambil

penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Keterlibatan Kerja dan

Komitmen Organisasional terhadap Keinginan Karyawan untuk

Berpindah dengan Etika Kerja Islam sebagai variabel Moderasi” pada

(29)

14 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan

penelitian yang akan dikaji adalah apakah keterlibatan kerja dan komitmen

organisasional mempengaruhi keinginan karyawan untuk berpindah

dengan etika eerja islam sebagai variabel moderasi di BNI Syariah Cabang

Surakarta. Dengan demikian, pertanyaan penelitian dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel keterlibatan kerja terhadap Keinginan

karyawan untuk berpindah pada BNI Syariah Cabang Surakarta?

2. Bagaimana pengaruh variabel komitmen organisasional terhadap

keinginan karyawan untuk berpindah pada BNI Syariah Cabang

Surakarta?

3. Bagaimana pengaruh variabel keterlibatan kerja dan komitmen

organisasional terhadap keinginan karyawan untuk berpindah pada

BNI Syariah Cabang Surakarta?

4. Bagaimana etika kerja islam yang memoderasi pengaruh keterlibatan

kerja terhadap keinginan karyawan untuk berpindah pada BNI Syariah

Cabang Surakarta?

5. Bagaimana etika kerja islam yang memoderasi pengaruh komitmen

organisasional terhadap keinginan karyawan untuk berpindah pada

(30)

15 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil uraian latar belakang masalah dan rumusan

masalah tersebut, maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel keterlibatan kerja terhadap

keinginan karyawan untuk berpindah pada BNI Syariah Cabang

Surakarta.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel komitmen organisasional

keinginan karyawan untuk berpindah pada BNI Syariah Cabang

Surakarta.

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel keterlibatan kerja dan komitmen

organisasional terhadap keinginan karyawan untuk berpindah pada

BNI Syariah Cabang Surakarta.

4. Untuk mengetahui etika kerja islam sebagai pemoderasi pengaruh

keterlibatan kerja terhadap keinginan karyawan untuk berpindah pada

BNI Syariah Cabang Surakarta.

5. Untuk mengetahui etika kerja islam sebagai pemoderasi pengaruh

komitmen organisasional terhadap keinginan karyawan untuk

berpindah pada BNI Syariah Cabang Surakarta.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

(31)

16

dalam kaitannya dengan keterlibatan kerja, komitmen organisasional,

dan keinginan karyawan untuk berpindah.

2. Bagi BNI Syariah Cabang Surakarta

Dari hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dan sumbangan yang berarti bagi BNI Syariah Cabang Surakarta

sebagai bahan informasi dalam mengembangkan sumber daya

manusia, terutama yang berkaitan dalam masalah-masalah keinginan

karyawan untuk berpindah.

3. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini berguna bagi acuan bagi peneliti selanjutnya yang

berniat melakukan penelitian dengan mengembangkan penelitian ini.

Peneliti selanjutnya dapat melakukan eksplorasi dengan

mengembangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi keinginan

karyawan untuk berpindah selain yang digunakan dalam penelitian ini.

E. Sistematika Penulisan

Merupakan tata urutan pengujian penelitian ini dan dimaksudkan

untuk mempermudah penyusunan penelitian. Adapun sistematika yang

digunakan adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah

yang menjadi dasar pemikiran penelitian ini, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

(32)

17 BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan mengenai landasan teori, konsep, dan

penelitian sebelumnya yang relevan sampai dengan konsep

hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini,

kerangka pikir, serta definisi dan pengukuran variabel yang

diperlukan dalam penelitian ini.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai populasi dan sampel,

sumber dan jenis data yang akan digunakan dalam

penelitian ini, dan alat analisis data. Dalam bab ini pula

akan dijelaskan mengenai variabel dan defenisi operasional

yang digunakan dalam penelitian ini. Dijelaskan pula

tentang jumlah dan karakteristik sampel yang digunakan,

jenis dan sumber data yang didapatkan, serta metode

pengumpulan data dari responden. Selanjutnya akan

dibahas metode analisis yang digunakan untuk mengolah

data yang sudah dikumpulkan dari objek penelitian

(sampel).

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Merupakan hasil dan pembahasan berisi inti dari penulisan

skripsi, gambaran umum obyek penelitian, serta analisis

(33)

18

Dalam bab pula ini dijelaskan tentang hasil analitis data

yang diperoleh dari objek penelitian (sampel) serta

penjelasan yang diperlukan. Analisis data dan

penjabarannya akan didasarkan pada telaah pustaka yang

telah dijabarkan pada BAB II dan penelaahan mendalam

sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab penutup, yang berisikan tentang

kesimpulan dan saran yang diberikan peneliti setelah

melakukan analisis pembahasan.

Kesimpulan menejelaskan tentang hasil penelitian dan

pembahasan disesuaikan dengan rumusan masalah dan

tujuan penelitian yang disajikan secara singkat dan jelas.

Sedangkan saran merupakan himbauan kepada pembaca

atau instansi terkait agar saran yang dipaparkan dapat

(34)

19 BAB II

LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain yang

berkaitan dengan judul skripsi peneliti yaitu “Analisis Pengaruh

Keterlibatan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Keinginan

Karyawan untuk Berpindah dengan Etika Kerja Islam sebagai variabel

Moderasi” pada BNI Syariah Cabang Surakarta. Faslah (2010) yang

berjudul “Hubungan Antara Keterlibatan Kerja Dengan Turnover Intention

Pada Karyawan PT. Garda berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

turnover intention.

Witasari (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja

dan Komitmen Organisasional terhadap Turnover Intention pada Novotel

Semarang” menghasilkan kesimpulan kepuasan kerja dan komitmen

organisasional berpengaruh negatif terhadap turnover intention karyawan.

Simanjuntak (2013) yang berjudul “Analisis Pengaruh Keterlibatan

Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Turnover Intention Karyawan pada

PT. Njonja Meneer Semarang” menyimpulkan bahwa keterlibatan kerja

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention dan

kepuasan karyawan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover

intention. Hasil nilai koefisisen determinasi sebesar 0,482 menunjukkan

(35)

20

kerja) dalam menjelaskan variabel dependen (turnover intention) sebesar

48,2 %.

Jandu (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Pengaruh Keterlibatan Kerja, Motivasi, Kompensasi dan Gaya

Kepemimpinan terhadap Turnover Intention pada PT. Zenith Allmart

(Precisindo Sidoarjo)” menyimpulkan bahwa keterlibatan kerja

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap tingginya presentasi minat

karyawan untuk keluar dari perusahaan (turnover intention) berdasarkan

nilai t hitung sebesar 0,134 < t tabel sebesar 1,661.

Maulina,Makmur,Aida (2015) penelitian yang berjudul “Pengaruh

Keterlibatan Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Turnover Intention

Karyawan pada Pasar Modern Rokan Hulu” menyimpulkan bahwa

keterlibatan kerja berpengaruh signifikan terhadap turnover intention

karyawan pada Pasar Modern Pasir Pengairan dengan hasil uji t diperoleh

nilai t hitung untuk variabel keterlibatan kerja sebesar 2,583 (> t tabel

yaitu 2,021) dan p value sebesar 0,001<0,05.

Darwish A.Yousef (2000) dengan judul “Analisis Pengaruh Etika

Kerja Islam sebagai pemoderasi hubungan antara Keterlibatan Kerja,

Peran Ambiguitas, Peran Konflik pada Negara Islam” menyimpulkan

bahwa etika kerja islam memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

keterlibatan kerja, peran konflik, dan peran ambiguitas.

Andini (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji,

(36)

21

pada Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang” menyimpulkan

bahwa kepuasan gaji, kepuasan kerja, komitmen organisasional

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan.

Grant et al., (2001), dengan menggunakan keinginan berpindah

karyawan sebagai variabel dependen serta komitmen organisasional,

kepuasan kerja, dan motivasi interisik sebagai variabel independen,

melakukan penelitian pada beberapa sales people. Penelitian dengan

mengangkat judul “The role of satisfaction with territory design on the

moivation, attitudes and work outcomes of sales people” menunjukkan

hasil bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh

signifikan negatif terhadap tingkat turnover intentions dari perusahaan.

Agung Wahyu Handaru (2012) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Kepuasan Gaji dan Komitmen Organisasi terhadap Intensi

Turnover pada Divisi PT. JAMSOSTEK” menyimpulkan bahwa kepuasan

gaji dan komitmen organisasi di PT. JAMSOSTEK cukup rendah karena

adanya peningkatan turnover karyawan setiap tahunnya. Sebagian

karyawan menyatakan gaji yang diterima dari perusahaan tidak sesuai

dengan pekerjaan yang dilakukan dan menyatakan gaji tidak memotivasi

karyawan untuk bekerja lebih baik lagi, ini memberikan indikasi bahwa

adanya ketidakpuasan karyawan atas gaji dan kurangnya komitmen

karyawan terhadap perusahaan ini. Dengan demikian disimpulkan bahwa

penelitian ini memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap

(37)

22

Julianto (2002) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja

terhadap Locus Of Control, Konflik Peran, Keterlibatan Kerja, Komitmen

Organisasi dan Job Insecurity yang mempengaruhi Keinginan Pindah

Kerja pada Perusahaan Freight Forwarding di Jakarta” menyimpulkan

bahwa keterlibatan kerja dan komitmen organisasi berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap keinginan pindah kerja.

Fuhasari (2016) Skripsi yang berjudul “Pengaruh Keterlibatan

Kerja dan Beban Kerja terhadap Turnover pada PT. Bale Ayu Indonesia

Yogyakarta” menghasilkan kesimpulan bahwa keterlibatan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention, yang

ditunjukkan dari hasil β = 0,330 dan p=0,001. kontribusi keterlibatan kerja

untuk menjelaskan turnover intention sebesar ΔR2=0,104.

Nurlaila (2014) dalam Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh

Kepuasan Kerja, Stres Kerja, Komitmen Organisasi terhadap Keinginan

Karyawan untuk Berpindah pada Hotel Ibis Yogyakarta” menyimpulkan

bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap keinginan karyawan untuk berpindah, yang ditunjukkan dari hasil

β = -0,240 (**p<0.01; p=0,000), 0,055. dengan ΔR2 komitmen organisasi

terhadap turnover intention sebesar 0,055.

Wahyu (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Komitmen Profesional

terhadap Keinginan untuk Berpindah Auditor Kantor Akuntan Publik

(38)

23

signifikan antara variabel komitmen organsasional (organizational

commitment) terhadap variabel keinginan berpindah kerja (turnover

intentions). Hal tersebut juga didukung oleh hasil uji signifikansi dimana t

hitung sebesar 2,056 dengan tingkat signifikansi 4,5% yang lebih kecil

dari taraf signifikansi 5% yang berarti signifikan. Jadi koefisien β untuk

variabel komitmen organisasional yang positif sebesar 0,108 adalah

berpengaruh secara signifikan.

Pinaningsih (2015) penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja dengan Etika

Kerja Islam sebagai variabel Moderasi pada KJKS Bina Insan Mandiri,

Karanganyar” menyimpulkan bahwa etika kerja islam terhadap hubungan

antara kepemimpinan dan komitmen organisasi KJKS Bina Insani

menunjukan kontribusi positif sebesar 1.033 (berdasarkan nilai koefisien

dengan nilai 1.033) dan signifikan pada 0.05 dengan nilai t hitung 2.081

dan p=0.045 sehingga penelitian ini menunjukan terjadi interaksi antara

etika kerja kerja islam dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap

kinerja dan etika kerja islam merupakan variabel pemoderasi hubungan

antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan.

Taufiq (2009) dengan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komitmen

Organisasi pada Kinerja Karyawan dengan Etika Kerja Islam sebagai

variabel Moderasi pada CV. Arafah Group, Sukoharjo” menyimpulkan

bahwa berdasarkan hasil uji MRA diketahui bahwa etika kerja islam

(39)

24

organisasi terhadap kinerja karyawan dengan koefisien parameter 0.031

positif, sig 0.026 < 0.05, tabel ANOVA terdapat perubahan ni f 5.155

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Independen Dependen

Isu = Keterlibatan Kerja terhadap Keinginan Karyawan untuk Berpindah

1 Faslah terhadap Locus Of Control, Konflik Peran, Keterlibatan Kerja, Komitmen Organisasi dan

Job Insecurity yang mempengaruhi

Keinginan Pindah Kerja pada Perusahaan Freight Forwarding di

Jakarta”

“Analisis Pengaruh Keterlibatan Kerja dan Kepuasan Kerja

“Analisis Pengaruh

(40)

25 terhadap Turnover studi kasus PT. Bale Ayu

Isu = Komitmen Organisasional terhadap Keinginan Karyawan untuk berpindah

1 Witasari (2009)

(41)

26

Publik (KAP) di Jawa

Timur”

Isu = Etika Kerja Islam sebagai variabel Moderasi

1 Darwish A.Yousef (2000)

“Analisis Pengaruh

Etika Kerja Islam Islam sebagai variabel Moderasi pada KJKS

Dari penelitian sebelumnya yang telah disebutkan dalam tabel

2.1, peneliti menemukan adanya gap antara lain:

1. Dari penelitian terdahulu yang peneliti review,

masing-masing penelitian memiliki hasil yang berbeda-beda sehingga

peneliti ingin membuktikan hasil penelitian yang lebih baik.

2. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan hasil temuan yang

bertentangan dengan teori, seperti: penelitian menyatakan

keterlibatan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh

berpengaruh negatif signifikan sesuai dengan teori, namun ada yang

(42)

27

berpengaruh positif signifikan dan negatif tidak signifikan terhadap

keinginan karyawan untuk berpindah.

B. Kerangka Teori

1. Keinginan Karyawan untuk Berpindah

a. Pengertian Keinginan Karyawan untuk Berpindah

Intensi adalah niat atau keinginan yang timbul pada

individu untuk melakukan sesuatu. Sementara turnover adalah

berhentinya seseorang karyawan dari tempatnya bekerja secara

sukarela. Dengan demikian intensi turnover adalah kecenderungan

atau niat karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya secara

sukarela menurut pilihannya sendiri. Ada beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap terjadinya turnover, diantaranya adalah

faktor eksternal, yakni pasar tenaga kerja, faktor institusi yakni

kondisi ruang kerja, upah,keterampilan kerja, dan supervisi,

karakteristik personal karyawan seperti intelegensi, sikap,

masalalu, jenis kelamin, minat, umur, dan lama kerja serta reaksi

individu terhadap pekerjaannya (Zeffane, 1994; dalam Yuniar,

2008).

Henry Simamora (2006) menyebutkan turnover intentions

merupakan perpindahan (movement) melewati batas keanggotan

dari sebuah organisasi. perpindahan kerja dalam hal ini adalah

perpindahan secara sukarela yang dapat dihindarkan (avoidable

(43)

28

dapat dihindarkan (unvoidable voluntary turnover). Turnover

intention mencerminkan keinginan individu untuk meninggalkan

organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain.

Robbins (1996), menjelaskan bahwa penarikan diri

seseorang keluar dari suatu organisasi dapat diputuskan secara

sukarela (voluntary turnover) maupun secara tidak sukarela

(involuntary turnover). Voluntary turnover atau quit merupakan

keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi secara

sukarela yang disebabkan oleh faktor seberapa menarik pekerjaan

yang ada saat ini, dan tersedianya alternatif pekerjaan lain.

Sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan

keputusan pemberi kerja (employer) untuk menghentikan

hubungan kerja dan bersifat uncontrollable bagi karyawan yang

mengalaminya (Shaw et al., 1998).

Untuk mengukur adanya tingkat perputaran karyawan

dalam organisasi menurut Simamora (1996) digunakan rumus

sebagai berikut:

Jumlah yang keluar selama 1 periode

Tingkat Perputaran (turnover) = x 100%

Jumlah rata-rata karyawan selama 1 periode b. Dampak Negatif Keinginan Karyawan untuk Berpindah

Dalam Mobley (1986) terdapat beberapa dampak negatif

yang akan terjadi pada organisasi sebagai akibat dari proses

(44)

29

1) Pertama adalah biaya, perusahaan akan berusaha untuk

menekan biaya yang dikeluarkan termasuk biaya yang

dikeluarkan guna proses pergantian karyawan dikarenakan

biaya pergantian karyawan itu cukup mahal.

2) Kedua, masalah prestasi. Perusahaan akan mengalami kerugian

apabila karyawan yang pergi atau keluar dari perusahaan

merupakan karyawan yang memiliki keterampilan yang unik

atau menduduki jabatan yang sangat penting bagi perusahaan.

3) Ketiga adalah masalah pola komunikasi dan sosial. Jika

karyawan yang pergi merupakan karyawan yang berharga, atau

merupakan pusat dari suatu jaringan komunikasi, atau

merupakan kelompok kerja yang terpadu maka pergantian

mereka dapat menimbulkan efek negatif bagi karyawan yang

tinggal di perusahaan yaitu memberi beban kerja tambahan

yang dapat menurunkan prestasi.

4) Keempat, merosotnya semangat kerja. Menurunnya semangat

bekerja akan berdampak karyawan yang sebelum itu tidak

berkeinginan mencari pekerjaan lain maka akan memulai

mencarinya.

5) Kelima, strategi-strategi pengendalian yang kaku. pergantian

karyawan merupakan perilaku yang dapat dilihat, tetapi karena

informasi yang cukup tentang sebab-akibatnya seringkali tidak

(45)

30

tanggapan yang kurang tepat, kurang efektif, dan kurang

produktif, contohnya seperti kenaikan gaji yang pukul rata,

pelatihan-pelatihan “kilat” soal hubungan manusia, sasaran

pergantian karyawan sebesar x% yang berlaku bagi seluruh

organisasi.

6) Keenam, biaya-biaya peluang strategik. Pergantian karyawan

dapat menimbulkan efek negatif bagi organisasi, misalnya

dengan membuat organisasi itu menunda atau membatalkan

usaha-usaha yang mempunyai keuntungan cukup besar.

Menurut Mobley (1986) terdapat beberapa variabel

individu yang merupakan sebab-sebab terjadinya keinginan

karyawan untuk berpindah dalam sebuah organisasi, yaitu faktor

demografik (usia, masa kerja, jenis kelamin, pendidikan,

kepribadian, minat, profesionalisme, dan prestasi), variabel terpadu

yang mencakup kepuasan kerja secara menyeluruh dan kepuasan

terhadap indikator-indikator kepuasan kerja, serta variabel individu

yang tidak berkenaan dengan pekerjaan namun sering dijumpai

dalam sebuah organisasi yaitu konflik peran.

c. Faktor-Faktor yang Mengakibatkan Karyawan Berkeinginan untuk Berpindah

Menurut Toly (2001) yang menjadi variabel atau

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keinginan karyawan untuk

(46)

31 1) Konflik peran

2) Locus of control

3) Perubahan organisasi

4) Job insecurity

5) Komitmen organisasional

6) Kepuasan kerja

7) Kepercayaan organisasi.

8) Keterlibatan kerja

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keinginan

karyawan untuk berpindah dari perusahaan pada karyawan,

diantaranya adalah komitmen organisasi, kinerja karyawan, stres

kerja, pengembangan karir, kepuasan kerja dan keterlibatan

karyawan yang rendah. Faktor keterlibatan kerja merupakan

identifikasi seseorang secara psikologis terhadap pekerjaannya,

berpartisipasi aktif dan pekerjaan dianggap sebagai bagian yang

penting dalam kehidupan individu. Tetapi masalah yang dihadapi

perusahaan sekarang ini seperti adanya keterlibatan kerja yang

rendah pada diri karyawan mengakibatkan tingginya tingkat

keinginan berpindah pada karyawan. Karyawan beranggapan

bahwa partisipasi mereka tidak terlalu dibutuhkan oleh perusahaan.

Dan pada akhirnya, situasi tersebut tidak dapat membantu dalam

pemuasan kebutuhan seorang karyawan akan tanggung jawab,

(47)

32

d. Indikator-Indikator Keinginan Karyawan untuk Berpindah Menurut Chen & Francesco (2000) terdapat

indikasi-indikasi yang bisa digunakan sebagai acuan untuk memprediksikan

adanya keinginan karyawan untuk berpindah karyawan dalam

sebuah perusahaan, beberapa gejala yang menandai adanya

indikasi keinginan karyawan untuk berpindah terutama yang

menyangkut perilaku karyawan, antara lain:

a. Pikiran untuk keluar

b. Adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam waktu

dekat

c. Keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain

d. Berfikir tidak mempunyai masa depan yang baik jika tetap

bekerja diperusahaan ini

2. Keterlibatan kerja

a. Pengertian Keterlibatan Kerja

Keterlibatan kerja didefinisikan sebagai proses

partisipatif yang menggunakan seluruh kapasitas karyawan dan

dirancang untuk mendorong peningkatan komitmen bagi

suksesnya suatu organisasi. Logika yang mendasari adalah

bahwa dengan melibatkan para pekerja dalam

keputusan-keputusan mengenai mereka dan dengan meningkatkan

otonomi dan kendali mengenai kehidupan kerja, mereka lebih

(48)

33

yang aktif berpartisipasi dalam pekerjaannya menunjukkan

kemauan dan keinginan karyawan untuk ikut terlibat langsung

dalam pekerjaan.

Keterlibatan karyawan merupakan proses partisipatif

yang menggunakan seluruh kapasitas pekerja dan dirancang

untuk mendorong meningkatkan komitmen demi keberhasilan

perusahaan. Keterlibatan karyawan membuat mereka merasa

dihargai, merasa memiliki, merasa lebih bertanggung jawab,

merasa lebih bangga, dan akan meningkatkan kinerjanya.

Karyawan dengan tingkat keterlibatan kerja yang tinggi

dengan kuat aktif mengaitkan dirinya ke jenis pekerjaan yang

dilakukannya dan benar-benar antusias dalam pengerjaannya.

Karyawan yang aktif berpartisipasi dalam pekerjaannya

menunjukkan kemauan dan keinginan karyawan untuk ikut

terlibat langsung dalam pekerjaan. Woodward dan Buchholz

(1987, dalam Akinbobola, 2011) menjelaskan ketika karyawan

mempunyai keterlibatan kerja yang rendah maka dia akan

menjadi seseorang yang hadir secara fisik tapi mental absen.

Ketika seorang karyawan sepenuhnya terlibat dalam karyanya,

energi dan fokus yang ditujukan langsung pada keterlibatannya.

Karyawan menjadi aset organisasi dan tidak akan mungkin

berpikir meninggalkan organisasi ketika mempunyai

(49)

34

yang rendah menambah perasaan karyawan dari keterasingan

dalam organisasi atau perasaan adanya pemisahan antara apa

yang dilihat karyawan sebagai kehidupan dan pekerjaan yang

mereka lakukan (Hafer dan Martin, 2006, dalam Akin bobola).

Saleh dan Hosek (1976, dalam Yekty, 2006)

berpendapat bahwa keterlibatan kerja dapat menunjukkan

secara signifikan integrasi karyawan terhadap perusahaan,

karena semakin menyatu dengan pekerjaannya karyawan akan

lebih melibatkan diri dan menghabiskan waktu lebih banyak

dalam pekerjaannya. Ini dapat terlihat dari karyawan jarang

datang terlambat, bersedia untuk kerja lembur, melakukan

inovasi terhadap perusahaannya, berperilaku positif dalam

pekerjaannya, kreatif, semangat dalam setiap program dan

kegiatan perusahaan dan bangga menjadi bagian dari

perusahaaan.

b. Ciri-Ciri Keterlibatan Kerja Rendah

Menurut Faslah (2007) ciri-ciri individu yang memiliki

keterlibatan kerja yang rendah yaitu:

1) individu yang memandang pekerjaan sebagai bagian yang

tidak penting dalam hidupnya,

2) memiliki rasa kurang bangga terhadap perusahaan,

(50)

35

Karyawan yang memiliki keterlibatan kerja yang tinggi

cenderung memiliki tingkat absensi dan tingkat turnover yang

rendah. Dengan adanya keterlibatan kerja, karyawan dapat aktif

berpartisipasi dalam kegiatan perusahaan, dengan menunjukkan

kemampuan, keterampilan, solidaritas, semangat dan keinginan

untuk memajukan perusahaan dan merasakan pekerjaannya

sebagai kepentingan dan tujuan hidup. Karyawan akan

berusaha untuk memberikan yang terbaik, melakukan usaha

dengan maksimal, bangga dengan perusahaan dan dapat

mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya, sehingga

karyawan dapat berkembang.

c. Dimensi Keterlibatan Kerja

Dimensi keterlibatan kerja menurut Lodahl dan Kejner

(1985; dalam Gading 1997) antara lain:

1) Harapan yang besar terhadap pekerjaannya

2) Keterlibatan emosional yang tinggi terhadap pekerjaan

3) Rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaan

4) Kesiapan menghadapi tugas

5) Kebanggaan terhadap pekerjaan

6) Memiliki ambisi untuk mobilitas ke atas

d. Indikator-Indikator Keterlibatan Kerja

Indikator-indikator dalam keterlibatan kerja (Lassk et al.,2001),

(51)

36

1) Keterlibatan karyawan dengan rekan kerja

2) Keterlibatan karyawan dengan nasabah atau pelanggan

3) Keterlibatan karyawan denagn pimpinan atau atasan

4) Keterlibatan kerja dengan waktu kerja

3. Komitmen Organisasional

a. Pengertian Komitmen Organisasional

Komitmen Organisasional didefinisikan sebagai

keadaan dalam mana seseorang karyawan memihak pada suatu

organisasi tertentu dengan tujuan-tujuannya, serta berniat

memelihara kanggotaannya dalam organisasi tersebut (Blau

dan Boal, 1986; dalam Ardiyanto et al., 2003). Luthans (2006)

dalam bukunya Perilaku Organisasi mendefinisikan komitmen

organisasi sebagai sikap, yaitu :

1) Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi

tertentu

2) Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi

3) Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan

organisasi

Dengan demikian komitmen organisasi merupakan

sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi

dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi

mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan

(52)

37

organisasional memberikan hubungan positif terhadap kinerja

tinggi karyawan, tingkat pergantian karyawan yang rendah dan

tingkat ketidak hadiran karyawan yang rendah. Komitmen

organisasional juga memberikan iklim organisasi yang hangat

dan mendukung.

b. Indikator-Indikator Komitmen Organisasional

Indikator Komitmen Organisasional menurut Allen & Mayer

(1997)(dalam Muhib,2016:320):

1) Affective Comitment, yaitu tingkat seberapa jauh seorang

karyawan secara emosi terikat, mengenal, terlibat dalam

organisasi.

2) Continuance Comitment, yaiut keinginan untuk bertahan

dalam organisasi. Bukan karena alasan emosional, tetapi

karena adanya kesadaran dalam individu tersebut akan

kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi.

3) Normative Comitment, yaitu sikap individu untuk bertahan

dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban

atau tugas.

4. Etika Kerja Islam

a. Pengertian Etika Kerja Islam

Karl Bath mengungkapkan dalam Fitria (2003), etika

(ethos) adalah sebanding dengan moral (mos), dimana

(53)

38

Sitte dalam perkataan Jerman menunjukkan arti moda (mode)

tingkah laku manusia, konstanta (kelumintuan) tindakan

manusia. Karenanya secara umum etika atau moral adalah

filsafat, ilmu atau disiplin tentang mode-mode tingkah laku

manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia.

Rokhman (2010) Etika kerja dalam perspektif Islam

diartikan sebagai pancaran dari akidah yang bersumber dari

pada sistem keimanan islam yakni, sebagai sikap hidup yang

mendasar berkenaan dengan kerja, sehingga dapat dibangun

paradigma etos kerja yang islami.

Sistem etika Islam berbeda dari sistem etika sekuler dan

dari ajaran moral yang diyakini oleh agama-agama lain.

Sepanjang rentang sejarah peradaban, model-model sekuler ini

mengasumsikan ajaran moral yang bersifat sementara dan

berubah-ubah karena didasarkan pada nilai-nilai yang diyakini

para pencetusnya, misalnya epicuranisme atau ajaran tentang

kebahagiaan semata. Sedangkan sistem etika islam tidak

terfragmentasi namun juga tidak berdimensi tunggal dimana

terdapat konsistensi internal atau „adl atau keseimbangan yang

menekankan bahwa kesalehan tidak diperoleh dengan cara

melepaskan diri dari kehidupan dunia ini. Seseorang muslim

harus membuktikan kesalehannya dalam partisipasi aktif dalam

(54)

39

kehidupan untuk melawan kezaliman. Dengan kata lain,

seorang muslim diharapkan berpartisipasi aktif didunia dengan

satu tuntunan bahwa segala bentuk perkembangan dan

pertumbuhan material harus ditunjukkan demi keadilan sosial

dan peningkatan ketakwaan spiritual bagi umat maupun bagi

dirinya sendiri (Muhammad, 2003).

Etika Al-Quran mempunyai sifat humanistic dan

rasionalistic. Humanistic dalam pengertian mengarahkan

manusia pada pencapaian hakikat kemanusiaan yang tertinggi

dan tidak bertentangan dengan fitrah manusia itu sendiri.

Sebaliknya bersifat rasionalistik bahwa semua

pesan-pesan yang diajarkan Al-Quran terhdap manusia sejalan dengan

prestasi rasionalitas manusia yang tertuang dalam karya-karya

para filosof. Pesan-pesan Al-Quran seperti ajakan kepada

kebenaran, keadilan, kejujuran, kebersihan, menghormati orang

tua, bekerja keras, cinta ilmu semuanya tidak ada yang

berlawanan dengan kedua sifat di atas. Kendati keuniversalan

akhlak islam dapt diterima secara rasional, terasa ada kesulitan

yang dapat memunculkan konflik nilai ketika akhlak itu

direalisasikan ke dalam tindakan moral yang konkrit, dimana ia

secara langsung berhadapan dengan peristiwa ruang waktu

yang terbatas. Di sinilah letak kebebasan dan rasionalitas, yakni

(55)

40

dalam rangka nilai-nilai etika objektif, tindakan mikro dalam

kerangka makro, dan tindakan lahiriah dalam acuan sikap batin

(Mutmainah, 2006).

Hukum Islam, etika dan moral tidak dapat dipisahkan

karena satu dan lain hal yang saling menyempurnakan. Hukum

islam mengatur bagaimana seorang muslim bertindak,

sementara etika menyadarkan segenap tindakan yang terwujud

dan dalam tindakan bermoral. Etika itu, ditegaskan Triyuwono

(2000) terekspresikan dalam bentuk syariah, yang terdiri dari

Al-Quran, Sunnah (identik dengan Hadist), Ijma dan Qiyas.

Etika merupakan sistem hukum dan moralitas yang

komprehensif dan meliputi seluruh wilayah kehidupan

manusia. Didasarkan pada sifat keadilan, syariah bagi umat

Islam berfungsi sebagai sumber serangkaian kriteria untuk

membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang buruk

(batil).

Dengan menggunakan syariah, bukan hanya membawa

individu lebih dekat dengan Tuhan, tetapi juga menfasilitasi

terbentuknya masyarakat yang adil, yang di dalamnya individu

merealisasikan potensinya dan kesejahteraan diperuntukkan

bagi semua. Afzalurrahman (1995) dalam Fitria (2003)

mengungkapkan bahwa banyak ayat dalam Al-Quran

(56)

41

۞ ٰىَعَس بَي الَِّإ ٌِبَسَِْ ْلِْن َسْيَن ٌَْأ َٔ

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain

apa yang telah diusahakannya. (QS. An-Najm: 39).

Dengan jelas dinyatakan dalam ayat ini bahwa

satu-satunya cara untuk menghasilkan sesuatu dari alam adalah

dengan bekerja keras. Keberhasilan dan kemajuan manusia di

muka bumi ini tergantung pada usahanya. Semakin keras ia

bekerja, ia akan semakin kaya. Prinsip ini lebih lanjut

dijelaskan dalam ayat-ayat berikut :

َٔ

ِِّب ُ االلَّ َماضَف بَي ا ْٕاًََُخَح َلَّ

ِلبَج ِّشهِن ۚ ٍطْعَب ٰىَهَع ْىُكَضْعَب

إُنَأْسا َٔ ۚ ٍَْبَسَخْكا باً ِي ٌبي ِصََ ِءبَسُِّهِن َٔ ۖ إُبَسَخْكا باً ِي ٌبي ِصََ

۞بًًيِهَع ٍء ْيَش ِّمُكِب ٌَبَك َ االلَّ اٌِإ ۗ ِِّهْضَف ٍْ ِي َ االلَّ

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan

Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian

yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari

pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun)

ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah

kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. An-Nisa : 32).

Alam tidak mengenal pemisahan manusia, antara

(57)

42

antara muslim dan non muslim, masing-masing dari mereka

diberi balasan atas apa yang dikerjakannya. Barang siapa

bekerja keras ia akan mendapat balasannya. Prinsip ini berlaku

untuk setiap orang dan juga untuk semua bangsa.

ُشِّيَغُي ٰىاخَح ٍو َْٕق ٰىَهَع بًَََٓعََْأ ًتًَْعَِ ا ًشِّيَغُي ُكَي ْىَن َ االلَّ اٌَأِب َكِنَٰر

أ

۞ٌىيِهَع ٌعي ًَِس َ االلَّ اٌَأ َٔ ۙ ْىِِٓسُفََْأِب بَي

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya

Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah

dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu

meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan

sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

(QS. Al-Anfal: 53).

b. Indikator-Indikator Etika Kerja Islam

Ada sejumlah indikator yang dapat dipergunakan untuk

mengukuran etika kerja Islam (Rokhman,2010):

1) Adanya keterikatan individu terhadap diri dan kerja yang

menjadi tanggung jawabnya

Sikap ini muncul dari iman dan rasa takut individu

terhadap Allah SWT. Kesadaran ketuhanan dan

spiritualitasnya mampu melahirkan sikap-sikap kerja

(58)

43

dalam kondisi apapun, serta akan menghisab seluruh amal

perbuatannya secara adil, kemudian akan membalasnya

dengan pahala atau siksaan di akhirat. Allah SWT

berfirman:

ْشا َٔ ْىُكبَُْقَصَس بَي ِثبَبِّيَط ٍِْي إُهُك إَُُيآ ٍَيِزانا بَُّٓيَأ بَي

ْىُخُُْك ٌِْإ ِ ا ِلِلّ أُشُك

۞ٌَُٔذُبْعَح ُِبايِإ

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki

yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan

bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya

kamu menyembah (QS. Al-Baqarah : 172).

Dalam sebuah hadis rasulullah bersabda, “sebaik

-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang

dilakukannya secara tulus.” (H.R Hambali).

2) Berusaha dengan cara halal dalam seluruh jenis pekerjaan.

Islam tidak membolehkan pekerjaan yang

mendurhakai Allah SWT yang ada kaitannya dengan

minuman keras, riba, dan hal-hal lain yang diharamkan oleh

Allah SWT termasuk cara dalam seluruh jenis pekerjaan.

Hal ini dapt dijelaskan oleh firman Allah SWT:

(59)

44

Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur

baurkan (yang halal dan yang bathil)(QS.Al-Fajr :19).

Selain itu berusaha dengan cara yang halal dijelaskan

juga dalam Hadits dibawah ini:

Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Baik,

mencintai yang baik, dan tidak menerima (sesuatu) kecuali

yang baik dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada

orang-orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada

para utusan-Nya. (H.R Muslim dan Tirmidzi).

“Mencari yang halal adalah wajib bagi setiap

muslim.” (H.R Ath Thabrani).

3) Dilarang memaksakan (memforsir) seseorang, alat-alat

produksi atau binatang dalam kerja

Semua harus dipekerjakan secara proporsional dan

wajar, misalnya tidak boleh mempekerjakan buruh atau

hewan secara zhalim. Termasuk didalamnya penggunaan

alat-alat produksi secara terus menerus. Rasulullah saw

bersabda : “Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atas

dirimu”(H.R Abu Daud).

Para ahli fiqih telah menegaskan pentingnya kasih

sayang terhadap para pekerja dan hewan yang dipekerjakan.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1.
Tabel 3.1 Butir Pertanyaan dan Indikator
Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konvergensi bertahap menuju IFRS telah dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang telah disesuaikan

Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, menunjukkan bahwa adanya perbedaan aktivitas metakognisi yang dilakukan oleh subjek berkemampuan matematika tinggi,

menjalankan semua tugas profesionalnya dengan baik, dan disiplin dalam manjalankan tugasnya sebagi seorang guru, (2) mengingat gaya kepemimpin kepala sekolah

The accomplishments and progress that have occurred over the past 20 years in collaborative filariasis research between NAMRU-2 detachment staff, National Institute of

Pastikan semua data rapor telah dimasukkan dengan benar sebelum malakukan , jika masih terdapat kesalahan dapat melakukan perubahan melalui menu. Data yang sudah di finalisasi

Berdasarkan pemaparan diatas diharapkan model pembelajaran ini agar memotivasi siswa agar lebih mandiri dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki sehingga siswa

Yang dimaksud dengan masyarakat rawan pangan adalah, masyarakat dalam suatu wilayah yang memiliki ketidakmampuan untuk memperoleh Pangan yang cukup dan yang sesuai

Identifikasi dari sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi terhadap sektor pertanian tersebut mengindikasikan bahwa output dari sektor industri