• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - BAB II SARAS DWI PRASTIWI MANAJEMEN'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori - BAB II SARAS DWI PRASTIWI MANAJEMEN'17"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Landasan teori menunjukan teori-teori yang mendukung perumusan

hipotesis yang sangat membantu penelitian. Landasan teori merupakan suatu

penjabaran argumentasi dan teori yang disusun penulis sebagai tuntunan

dalam memecahkan permasalahan penelitian serta perumusan dalam hipotesis.

1. Lembaga Keuangan

a. Pengertian Lembaga Keuangan

Menurut Kasmir (2014), lembaga keuangan adalah setiap

perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya

apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau

kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana.

Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku

lembaga yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, di mana

pada umumnya lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari

pemerintah. (wikipedia.org)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lembaga keuangan merupakan

lembaga yang bergerak dibidang keuangan yang menyalurkan dananya

(2)

b. Bentuk Lembaga Keuangan

Menurut Kasmir (2014), lembaga keuangan di Indonesia

terbagi menjadi dua kelompok yaitu:

1) Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan bank atau kita sebut saja bank

merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan

yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan di samping

menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga

melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalm

bentuk simpanan.

2) Lembaga Keuangan Lainnya

Lembaga keuangan lainnya atau bukan bank lebih terfokus

kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau

penghimpunan walaupun ada juga lembaga pembiayaan yang

melakukan keduanya. Kemudian masing-masing lembaga

keuangan lainnya dalam menghimpun atau menyalurkan dana

mempunyai cara-cara tersendiri.

c. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Bank

Dalam praktiknya lembaga keuangan bank terdiri dari :

1) Bank Sentral

Bank Sentral di Indonesia dilaksanakan oleh Bank

Indonesia dan memegang fungsi sebagai bank sirkulasi, bank to

(3)

diberikan oleh Bank Indonesia lebih banyak kepada pihak

pemerintah dan dunia perbankan. Dengan kata lain, nasabah Bank

Indonesia dalam hal ini lebih banyak kepada lembaga Perbankan.

2) Bank Umum

Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani

seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan

masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun

lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank

komersil dan dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu bank umum

devisa dan bank umum non devisa. Bank umum yang berstatus

devisa memiliki produk yang lebih luas daripada bank yang

berstatus non devisa, antara lain dapat melaksanakan jasa yang

berhubungan dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank ke

luar negeri.

3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang

khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesan.

Bank Perkreditan Rakyat berasal dari Bank Desa, Bank Pasar,

Lumbung Desa, Bank Pegawai, dan bank lainnya yang keudian

(4)

d. Jenis-jenis Lembaga Keuangan Lainnya

Adapun jenis-jenis lembaga keuangan lainnya yang ada di

Indonesia saat ini antara lain sebagai berikut:

1) Pasar Modal

Pasar modal, merupakan pasar tempat pertemuan dan

melakukan transaksi antara para pencari dana (emiten) dengan para

penanam modal (investor). Dalam pasar modal yang

diperjualbelikan adalah efek-efek seperti saham dan obligasi di

manajika diukur dari waktu kewaktunya modal yang

diperjualbelikan merupakan modal jangka panjang.

2) Pasar Uang (Money Market)

Pasar Uang (Money Market) sama seperti halnya pasar

modal, yaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi dana.

Hanya bedanya modal yang ditawarkan di pasar uang adalah

berjangka waktu pendek dan di pasar modal berjangka waktu

panjang. Dalam pasar uang transaksi lebih banyak dilakukan

dengan media elektronika sehingga nasabah tidak perlu datang

secara langsung.

3) Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam, merupakan koperasi yang

menghimpun dana dari para anggotanya kemudian menyakurkan

kembali dana tersebut kepada para aggota koperasi dan masyarakat

(5)

4) Perusahaan Pegadaian

Perusahaan Pegadaian, merupakan lembaga keuangan yang

menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan

nasabah tersebut digadaikan dan kemudian ditaksir oleh pihak

pegadaian untuk menilai besarnya nilai jaminan. Besarnya nilai

jaminan akan mempengaruhi jumlah pinjaman. sementara ini usaha

pegadaian secara resmi masih dilakukan pemerintah.

5) Perusahaan Sewa Guna Usaha (leasing)

Perusahaan Sewa Guna Usaha (leasing) bidang usahanya

lebih ditekankan kepada pembiayaan barang-barang modal yang

diinginkan oleh nasabahnya. Sebagai contoh jika seseorang ingin

memperoleh barang-barang modal secara kredit, maka kebutuhan

ini pembayarannya dapat ditutup oleh perusahaan leasing.

Pembayaran oleh nasabah diangsur sesuai dengan kesepakatan

yang telah dibuat. Jadi dalam hal ini perusahaan leasing lebih

banyak bergerak dalam bidang pembiayaan barang-barang

kebutuhan modal.

6) Perusahaan Asuransi

Perusahaan Asuransi, merupakan perusahaan yang bergerak

dalam usaha pertanggungan. Setiap nasabah dikenakan polis

asuransi yang harus dibayar sesuai dengan perjanjian dan

perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dengan

menggantikannya apabila nasabahnya terkena musibah atau

(6)

7) Perusahaan Anjak Piutang (factoring)

Perusahaan Anjak Piutang (factoring), merupakan

perusahaan yang usahanya adalah mengambil alih pembayaran

kredit suatu perusahaan dengan cara membeli kredit bermasalah

perusahaan lain atau dapat pula mengelola penjualan kredit

prusahaan yang membutuhkannya.

8) Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan Modal Ventura, merupakan pembiayaan oleh

perusahaan-perusahaan yang usahanya mengandung risiko tinggi.

Perusahaan jenis ini relatif masih baru di Indonesia. Usahanya

lebih banyak memberikan pembiayaan dalam bentuk kredit tanpa

jaminan yang umumnya tidak dilayani oleh lembaga keuangan

lainnya.

9) Dana Pensiun

Dana pensiun, merupakan perusahaan yang kegiatannya

mengelola dan pensiun suatu perusahaan pemberi kerja atau

perusahaan itu sendiri. Penghimpunan dana pensiun melalui iuran

yang dipotong dari gaji karyawan. Kemudian dana yang terkumpul

oleh dana pensiun diusahakan lagi dengan menginvestasikannya ke

berbagai sektor yang menguntungkan.

10)Kartu Plastik

Kartu plastik atau lebih dikenal dengan nama uang plastik

(7)

tunai yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan lainnya.

Pihak yang mengeluarkan kartu kredit itu dapat dilakukan oleh

bank atau lembaga non-bank lainnya (lembaga pembiayaan).

2. Kredit

a. Pengertian Kredit

Kata kredit dalam bahasa latin disebut ―credere‖ yang berarti

kepercayaan. Kepercayaan yang dimaksud dalam hal ini adalah

kreditur memberikan kepercayaan kepada debitur bahwa debitur pasti

akan mengembalikan kredit yang telah diterimanya dari kreditur sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

Bank dalam memberikan kreditnya wajib mempunyai

keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan

kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi

utangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai

dengan perjanjian (Budisantoso & Triandaru,2011)

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

dalam Kasmir (2014) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kredit adalah suatu perjanjian

(8)

untuk menyediakan sejumlah dana atau pinjaman kepada debitur guna

membiayai suatu keperluan tertentu tetapi debitur berkewajiban untuk

mengembalikan dana atau pinjaman tersebut dalam jangka waktu

tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.

b. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu.

Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank

tersebut didirikan.

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit yaitu (Kasmir,

2014):

1) Mencari keuntungan

Dalam hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil dari

pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk

bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya

administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2) Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah

yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk

modal kerja, sehingga dana tersebut maka pihak debitur akan dapat

mengembangkan dan memperluas usahanya.

3) Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan

(9)

banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai

sektor.

Tujuan diatas mencerminkan bahwa peranan kredit tidak

hanya mencakup kepentingan kreditur dan debitur saja, tetapi juga

mencakup kepentingan pemerintah dan masyarakat luas.

Disamping tujuan yang telah dijelaskan diatas, suatu

fasilitas kredit juga memiliki fungsi. Adapun fungsi kredit menurut

Kasmir (2014) antara lain :

1) Meningkatkan daya guna uang.

2) Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

3) Meningkatkan daya guna barang.

4) Meningkatkan peredaran uang.

5) Sebagai alat stabilitas ekonomi.

6) Menigkatkan kegairahan berusaha.

7) Meningkatkan pemerataan pendapatan.

8) Meningkatkan hubungan internasional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan bank

menyalurkan kreditnya bukan semata-mata untuk mendapatkan

keuntungan bagi kepentingan bank saja tetapi juga terkandung misi

bank untuk membantu usaha masyarakat yang membutuhkan

bantuan dana. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan kredit

dengan sebaik-baiknya guna mendukung tercapainya tujuan dan

(10)

c. Jenis-Jenis Kredit

Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat

untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis

kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2014) :

1) Dilihat dari segi kegunaan

a) Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya

digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun

proyek baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

b) Kredit Modal Kerja

Kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi

dalam operasionalnya.

2) Dilihat dari segi tujuan kredit

a) Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau

investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau

jasa.

b) Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi pribadi. Jenis

kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang

dihasilkan, karena memang untuk digunakan oleh seseorang

(11)

c) Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk

membeli barang dagangan yang pembayarannya dari hasil

penjualan barang dagangan tersebut.

3) Dilihat dari segi jangka waktu

a) Kredit jangka pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling

lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keprluan modal

kerja.

b) Kredit jangka menengah

Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai

dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi.

c) Kredit jangka panjang

Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang, yakni berkisar

diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi

jangka panjang.

4) Dilihat dari segi jaminan

a) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, baik itu berbentuk

barang berwujud maupun barang tidak berwujud.

b) Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

(12)

karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.

jatuh tempo debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya.

5) Dilihat dari segi sektor usaha

a) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat.

b) Kredit peternakan, yaitu kredit untuk membiayai usaha

peternakan, misalnya peternakan ayam, kambing, sapi, dll.

c) Kredit industri, yaitu kredit untuk mebiayai industri kecil,

menengah atau besar.

d) Kredit pertambangan, yaitu kredit untuk membiayai usaha

pertambangan misalnya tambang emas, minyak atau batu bara.

e) Kredit pendidikan, yaitu kredit yang diberikan untuk

membangun sarana dan prasarana pendidikan.

f) Kredit profesi, diberkan kepada para profesional seperti dosen,

dokter, atau pengacara.

g) Kredit Perumahan, yaitu kredit yang digunakan untuk

membiayai pembangunan atau pembelian rumah.

h) Dan sektor-sektor lainnya.

d. Unsur-Unsur Kredit

Menurut Kasmir (2014) unsur-unsur yang terkandung dalam

pemberian kredit antara lain :

1) Kepercayaan

Kepercayaan dalam hal ini yaitu suatu keyakinan pemberi

(13)

akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa

mendatang.

2) Kesepakatan

Kesepakatan dalam hal ini dituangkan dalam suatu

perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan

kewajibannya masing-masing.

3) Jangka waktu

Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit

yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka

pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

4) Risiko

Akibat adanya tenggang waktu pengembalian maka

pengembalian kredit akan memungkinkan adanya suatu risiko tidak

tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang jangka

waktu kredit maka semakin besar risikonya demikian juga

sebaliknya.

5) Balas jasa

Bagi bank, balas jasa merupakan keuntungan atau

pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis

konvensional, balas jasa dalam bentuk bunga dan juga biaya

administrasi kredit. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip

(14)

Hasan (2014) dalam Pradifta 2015 menambahkan selain 5

(lima) unsur kredit yang dijelaskan diatas, terdapat satu unsur lagi

yang terkandung dalam suatu pemberian fasilitas kredit yakni Prestasi.

Prestasi yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu prestasi yang

diberikan berupa barang, jasa atau uang. Perkembangan perkreditan di

dunia modern, maka yang dimaksudkan dengan prestasi dalam

pemberian kredit adalah uang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebelum menyalurkan kreditnya

kepada calon nasabah, bank terlebih dahulu harus memiliki

kepercayaan bahwa calon nasabah tersebut memang layak menerima

kredit. Disamping itu, perjanjian kredit juga harus mendapat

kesepakatan kedua belah pihak mengenai hak dan kewajiban yang

harus dipenuhi oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.

Tanpa kepercayan dan kesepakatan kedua belah pihak maka

kredit tidak bisa diberikan oleh bank. Atas kredit yang telah diberikan

pihak bank kepada nasabah, maka nasabah berkewajiban untuk

memberikan balas jasa berupa bunga kredit (pada bank konvensional)

atau bagi hasil (pada bank syariah). Akan tetapi, dalam penyaluran

kreditnya tersebut bank juga menghadapi risiko terjadinya kredit macet

yang disebabkan karena ketidakmampuan debitur dalam memenuhi

kewajibannya. (Pradifta 2015).

e. Kolektabilitas Kredit

Kolektabilitas kredit merupakan suatu keadaan yang

menunjukan tingkat kemampuan debitur dalam memenuhi

(15)

baik berupa pembayaran angsuran pokok maupun bunga pinjaman

dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Setiap fasilitas kredit mempunyai tingkat kemungkinan

realisasi pembayaran bunga dan pokok oleh debitor yang berbeda-beda

atau tingkat kolektabilitas yang berbeda-beda. Kualitas kredit bank

dinilai berdasarkan kolektabilitasnya (Budisantoso & Triandaru,

2006).

Di dalam prakteknya banyaknya jumlah kredit yang disalurkan

juga harus memperhatikan kualitas kredit tersebut. Artinya, semakin

berkualitas kredit yang diberikan atau memang layak untuk disalurkan

akan memperkecil risiko terhadap kemungkinan kredit tersebut

bermasalah (Kasmir, 2014).

Menurut Dendawijaya (2005), menyebutkan adanya

kolektabilitas kredit dapat digolongkan menjadi lima kategori, yaitu:

1) Kredit Lancar

Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami

penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

2) Kredit dalam perhatian khusus

Suatu kredit dikatakan dalam perhatian khusus apabila

terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga

yang belum melampaui 90 hari.

3) Kredit kurang lancar

Kredit kurang lancar adalah kredit yang pengembalian

pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami

(16)

4) Kredit diragukan

Kredit diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok

pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan

selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

5) Kredit macet

Kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok

pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan

lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah

diperjanjikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kolektabilitas kredit

merupakan tingkat kemungkinan potensi debitur dalam

mengembalikan pinjaman atas kredit yang telah diberikan

kepadanya.

f. Risiko Kredit

Penerimaan yang utama dari bank diharapkan dari penyaluran

kredit. Mengingat penyaluran kredit ini tergolong aktiva produktif atau

tingkat penerimaannya tinggi, maka sebagai konsekuensinya

penyaluran kredit juga mengandung risiko yang relatif lebih tinggi

daripada aktiva yang lain (Budisantoso & Triandaru, 2006).

Menurut Dendawijaya (2005) menyebutkan bahwa risiko

terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit,

(17)

1) Risiko spread, yang timbul sebagai akibat hasil negatif antara

selisih biaya bunga (yang harus dibayarkan kepada deposan atau

nasabah penyimpan dana) dan tingkat bunga kredit (yang diterima

dari nasabah kredit).

2) Risiko kredit bermasalah, yang timbul sebagai akibat tidak dapat

terpenuhinya kewajiban nasabah kredit untuk membayar angsuran

pinjaman maupun bunga kredit pada waktu yang sudah disepakati

antara pihak bank dan nasabah (debitur) kredit.

3) Risiko nilai jaminan, yang timbul sebagai akibat turunnya nilai

jaminan (agunan) yang dipegang bank dibandingkan dengan

jumlah sisa pinjaman (outstanding) yang masih harus dilunasi oleh

nasabah kredit.

4) Risiko kurs valuta asing, yang timbul sebagai akibat kenaikan nilai

kurs valuta asing terhadap mata uang lokal (rupiah), sehingga

nasabah kredit tidak memiliki dana (dalam valuta asing) yang

cukup memadai disebabkan oleh pendapatan nasabah dalam valuta

lokal.

Menurut Kasmir 2014, secara umum jenis-jenis risiko yang

mungkin atau bakal dihadapi meliputi sebagai berikut:

1) Risiko Lingkungan

Risiko lingkungan, artinya yang berkaitan dengan

lingkungan perbankan terutama yang berkaitan dengan lingkungan

(18)

faktor antar lain: risiko ekonomi, risiko kompetisi, dan risiko

peraturan.

2) Risiko Manajemen

Risiko manajemen, artinya risiko yang berkaitan dengan

risiko dari dalam perusahaan (internal) seperti risiko organisasi,

risiko kemampuan, dan risiko kegagalan.

3) Risiko Penyerahan

Risiko penyerahan juga lebih terpengaruh oleh internal

bank seperti risiko operasional, risiko teknologi, dan risiko

strategik.

4) Risiko Keuangan

Risiko keuangan berakaitan erat dengan pengaruh internal

dan eksternal bank seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko

suku bunga, risiko leverage, dan risiko internasional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam setiap penyaluran kredit,

terdapat kemungkinan kredit yang telah diberikan tidak dapat kembali

kepada pihak bank karena ketidakmampuan debitur untuk melunasi

kredit yang telah diterimanya. Kegiatan penyaluran kredit menjadi

kegiatan yang memiliki risiko tinggi karena sebagian besar pendapatan

bank berasal dari penyaluran kredit.

g. Analisis Kredit

Menurut American Institute of Banking (Ali, 1995) dalam

Pradifta (2015) menyebutkan kunci suksesnya bisnis kredit adalah

analisa kredit yang sistematis. Efektifitasnya pelaksanaan dalam

(19)

kurangnya perhatian terhadap penilaian kredit membuat kredit itu

menjadi bisnis yang sangat berbahaya.

Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa

nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka bank terlebih dahulu

mengadakan analisis kredit. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih

dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini akan

dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut

sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah

menganalisis, maka akan dapat menyebabkan kredit macet.

(Kasmir,2014).

Analisis kredit yang dilakukan dapat membantu dalam

mengetahui potensi debitur dalam mengembalikan pinjamannya,

sehingga akan dapat memperkecil terjadinya kemungkinan risiko gagal

bayar debitur.

Menurut Dendawijaya (2005) menyebutkan analisis kredit

dapat dilakukan berdasarkan 2 prinsip, yakni analisis kredit

berdasarkan prinsip “6C” dan “6A” :

1) Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip “6C”

Analisis kredit berdasarkan prinsip “6C” meliputi :

a) Character (C-1)

Analisis mengenai karakter berkaitan dengan integritas

dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan kemauan

membayar kembali nasabah atas kredit yang telah

(20)

b) Capital (C-2)

Penilaian terhadap permodalan sangat erat

hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah

guna membiayai proyek yang akan dijalankannya. Besarnya

kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan

keuangan perusahaan yang dimilikinya.

c) Capacity (C-3)

Penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal

kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam

perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok

pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan

syarat-syarat yang diperjanjikan.

d) Condition of Economy (C-4)

Faktor-faktor bisnis yang berada di lingkungan sekitar

lokasi proyek akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

corak bisnis yang akan dijalankan. Dalam rangka proyeksi

pemberian kredit, kondisi perekonomian harus pula ikut

dianalisis karena pada akhirnya akan mempengaruhi

keberhasilan pemanfaatan pengembalian kredit debitur.

e) Collateral(C-5)

Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu

syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Collateral atau

(21)

peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau

pinjaman yang diterimanya.

f) Constraints (C-6)

Constraints merupakan faktor hambatan atau rintangan

berupa faktorfaktor psikologis yang ada pada suatu daerah atau

wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat

dilaksanakan.

2) Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip “6A”

Metode analisis “6A” menganalisis berbagai aspek dari

proyek yang akan dibiayai bank. Analisis ini terdiri atas

aspek-aspek sebagai berikut :

a) Aspek Yuridis (Hukum)

Analisis pada aspek ini pada dasrnya bertujuan untuk

meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau

badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau

pembiayaan dari bank.

b) Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi

produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai

dengan kredit bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang

digunakan oleh investor atau pengelola proyek agar perusahaan

(22)

c) Analisis Aspek Teknis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam

mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta

kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak

sebagai suatu business entity.

d) Analisis Aspek Manajemen

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola

proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan

bisnisnya.

e) Analisis Aspek Keuangan

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola

proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan.

f) Analisis Aspek Sosial-Ekonomis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai

dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat

dari sudut pandang sosial maupun makro ekonomis.

Menurut Kasmir 2014 menyebutkan disamping analisis

kredit dengan menggunakan prinsip “6C” dan “6A”, penilaian

(23)

a) Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya

atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa

lalu. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku,

dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b) Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi

tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal,

loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat

digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan

fasilitas yang berbeda dari bank.

c) Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dimasa dalam

mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan

nasabah.

d) Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan

datang, apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata

lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

e) Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah

mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber

mana saja dana untuk pengembalian kredit.

f) Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah dalam mencari laba.

g) Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit

yang diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga

kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan dapat

(24)

Disamping itu, Budisantoso dan Triandaru (2006) dalam

Anisa (2015) menyebutkan hal-hal yang perlu dipertimbankan

bank sebelum bank menyalurkan dananya dalam bentuk kredit

kepada nasabah antara lain :

a) Perizinan dan legalitas

b) Karakter

c) Pengalaman dan manajemen

d) Kemampuan teknis

e) Pemasaran

f) Sosial

g) Keuangan

h) Agunan

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan

penyaluran kredit kepada nasabah, perlu dilakukan analisis kredit

terebih dahulu baik itu berdasarkan prinsip “6C”, “6A” ataupun

“7P” untuk mengetahui bagaimana prospek nasabah dimasa

mendatang, apakah nasabah tersebut layak untuk mendapatkan

bantuan kredit atau tidak, sehingga dapat meminimalkan risiko

terjadinya kredit bermasalah.

h. Pengawasan Kredit

Menurut Subagyo (2015) setidaknya ada dua tujuan

pengawasan kredit. Pertama, pengawasan yang bertujuan mencegah

(25)

oleh pejabat dan staf Bank. Karena pada sebagian kasus, praktik

pemberian kredit yang tidak sehat adalah hasil kolusi antara debitur

dengan para pejabat atau staf bank.

Suatu bank yang dikelola secara profesional akan berusaha

menjauhkan diri dan sikap berprasangka buruk terhadap karyawannya,

namun mau tidak mau semua pejabat dan staf bank yang tugasnya

berkitan dengan penyaluran kredit akan menjadi salah satu objek

utama pengawasan kredit. Kedua, bertujuan menjaga agar mutu kredit

yang diberikan tidak merosot sehingga dapat merugikan bank. Dengan

demikian objek tama kedua pengawasan krdit adalah para debitur,

termasuk debitur yang terkait dengan bank dan debitur besar.

Ruang lingkup program pengawasan kredit tersebut diatas,

minimal harus mencakup hal-hal yang berikut:

1) Pengawasan terhadap setiap kredit yang akan diberikan.

2) Pemantauan terhadap perkembangan mutu kredit yang telah

diberikan melalui pemantauan terhadap perkembangan kegiatan

usaha debitur.

3) Pengawasan terhadap setiap kredit yang akan diberikan kepada

debitur yang terkait dengan bank dan debitur besar tertentu.

4) Memantau gejala awal kredit bermasalah dan para debitur yang

kemampuan dan kemauannya melunasi kredit mulai diragukan.

5) Mengevaluasi apakah penilaian terhadap tingkat kolektibilitas

kredit yang telah disalurkan telah sesuai dengan kriteria yang

(26)

6) Pembinaan terhadap debitur bermasalah yang masih ada harapan

untuk diselamatkan.

7) Memanatau pelaksanaan dokumentasi dan administrasi kredit yang

telah disalurkan.

8) Memantau perkembangan cadangan penghapusan kredit.

i. Penyelamatan Kredit Macet

Pemberian fasilitas kredit pasti didalamnya mengandung suatu

risiko kemacetan. Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga

menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh pihak bank.

Meskipun dalam setiap permohonan kredit telah dilakukan analisis

kredit terlebih dahulu, tetapi masih tetap ada kemungkinan kredit

tersebut macet. Hanya saja dalam hal ini, perlu dipertimbangkan

bagaimana upaya untuk meminimalkan risiko tersebut seminimal

mungkin (Hasan, 2014 dalam Pradifta 2015).

Menurut Dendawijaya (2005) dalam usaha mengatasi

timbulnya kredit bermasalah, pihak bank dapat melakukan beberapa

tindakan sebagai berikut :

1) Rescheduling

Rescheduling (penjadwalan kembali) berarti melakukan

penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur. Hal

ini dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya,

memperpanjang jangka waktu kredit maupun angsuran,

(27)

angsuran yang sama, atau kombinasi antara perubahan jangka

waktu beserta besarnya tiap angsuran pokok yang pada akhirnya

akan menyebabkan perpanjangan waktu pelunasan kredit.

2) Reconditioning

Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk

menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah

sebagian atau seluruh persyaratan yang semula telah disepakati

bersama. Misalnya, penurunan tingkat suku bunga kredit,

memperlunak persyaratan pencairan kredit, maupun tidak

diserahkannya agunan kepada pihak bank karena beberapa alasan

mendesak, dll.

3) Restructuring

Restructuring atau restrukturisasi usaha penyelamatan

kredit dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang

mendasari pemberian kredit. Misalnya dengan memberikan

tambahan kredit.

4) Kombinasi 3R

Upaya penyelamatan kredit dilakukan dengan cara

mengkombinasikan tindakan 3R (rescheduling, reconditioning,

dan restructuring), yakni reconditioning,

rescheduling-resructuring, restructuring-reconditioning, serta

(28)

5) Eksekusi

Eksekusi merupakan cara terakhir yang dapat dilakukan

apabila nasabah tidak mempunyai itikad baik ataupun sudah tidak

mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank. Eksekusi dapat

dilakukan melalui berbagai cara seperti, menyerahkan kepada

BPUN (Badan Urusan Piutang Negara) atau menyerahkan perkara

ke pengadilan negeri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa upaya penyelamatan kredit

bermasalah/macet sangat perlu dilakukan, karena dampak yang

ditimbulkan dari kredit bermasalah atau kredit macet akan berdampak

buruk terhadap kesehatan bank, mengingat sumber penerimaan bank

sebagian besar berasal dari aktivitas kredit. Sehingga perlu dilakukan

upaya penanganan kredit bermasalah secara serius agar

keberlangsungan usaha bank dapat tetap terjaga.

3. Usaha

a. Pengertian Usaha

Usaha adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk

mendapatkan penghasilan berupa uang atau barang yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mencapai kemakmuran

hidup. Tentu usaha yang dilakukan secara terus menerus akan

membuahkan hasil yang maksimal. Artinya usaha merupakan suatu

kegiatan untuk mencapai keuntungan baik langsung maupun tidak

(29)

Dalam melakukan usaha, seorang pengusaha tidak dapat

berjalan sendiri. Ia membutuhkan tenaga kerja yang akan

membantunya menjalankan rodabisnisyang dijalankan. Apalagi

perusahaan yang dikelolanya sudah cukup besar, maka tenaga kerja

yang dipakai pun akan lebih banyak. Tapi ada juga pengusaha yang

dapat bekerja sendiri tanpa harus bantuan orang lain, artinya usahanya

masih bisa dikendalikan oleh sendiri.(idemotivasibisnis.blogspot.co.id)

Sedangkan menurut Skiner (1992) dalam Pradifta (2015) usaha

atau bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling

menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti

dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai the buying of selling of goods

and services. Sedangkan perusahaan bisnis suatu organisasi yang

terlibat dalam pertukaran barang,jasa,atau uang untuk menghasilkan

keuntungan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha

atau bisnis adalah suatu kegiatan memproduksi dan atau menjual

produk baik itu barang atau jasa yang dilakukan oleh seseorang

maupun sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

luas dengan tujuan mendapatkan keuntungan/laba.

b. Bidang Usaha

Menurut Kasmir (2011), sebelum memulai usaha, terlebih

dahulu perlu pemilihan bidang yang ingin ditekuni. Pemilihan bidang

(30)

tersebut dan mampu mengelolanya. Pemilihan bidang usaha ini harus

disesuaiakan dengan minat atau bakat seseorang karena minat dan

bakat merupakan faktor penentu dalam menjalankan usaha.

Disamping faktor minat dan bakat, faktor penentu lainnya

adalah modal yang dimiliki. Setiap bidang usaha memerlukan modal

yang besarnya tergantung usahanya. Faktor modal dapat dicari dari

berbagai sumber, baik dari kantong pribadi, para sanak famili,

rekan-rekan sejawat, atau pinjaman. Namun, untuk usaha baru modal

pinjaman relatif lebih sulit diperoleh karena jarang lembaga keuangan

yang mau membiayai usaha yang masih baru.

Faktor lainnya adalah jangka waktu memperoleh penghasilan

atau keuntungan. Ada usaha yang jangka waktu perolehan

keuntungannya relatif pendek, sedang, dan panjang. Usaha jangka

waktu pendek maksudnya adalah jangka waktu yang diperlukan di

bawah satu tahun misalnya untuk produk pertanian sayur-mayur, usaha

ternak ayam, atau ikan. Usaha jangka menengah berkisar antara 1

hingga 3 tahun, seperti bidang industri dan perdagangan. Usaha jangka

menengah bidang pertanian antara lain jeruk dan cokelat. Sementara

itu, usaha jangka panjang di atas 3 tahun, seperti perekebunan kelapa

sawit dan karet.

Faktor besarnya laba yang akan diperoleh dapat dijadikan

sebagai acuan. Ada usaha yang dalam waktu singkat, antara satu

(31)

yang memerlukan waktu lama. Artinya, harus mengembalikan modal

terlebih dahulu baru dapat memetik hasilnya.

Pengalaman dalam bidang tertentu, seperti pernah melakukan

job training atau praktek kerja, sangat berguna bagi pengusaha dalam

rangka memilih usha yang akan dimasukinya. Disamping itu,

pengalaman dapat pula diperoleh dari pengalaman orang lain dalam

bidang yang diinginkan.

Jadi untuk menentukan bidang usaha yang akan digeluti

tergantung dari lima faktor sebagai berikut:

1) Minat atau bakat

Minat atau bakat sudah ada dan dapat timbul dari dalam

diri seseorang. Artinya, ketertarikan pada suatu bidang sudah

tertanam dalam dirinya.

2) Modal

Modal secara luas dapat diartikan uang. Untuk memulai

usaha terlebih dahulu diperhatikan sejumlah uang. Dalam arti

sempit modal dapat dikatakan sebagai keahlian seseorang. Dengan

keahlian tertentu seseorang dapat bergabung dengan mereka yang

memiliki modal uang untuk menjalankan usaha.

3) Waktu

Waktu adalah masa seseorang untuk menikmati hasil dari

(32)

yang dalam jangka waktu pendek ada pula dalam jangka waktu

menengah atau panjang.

4) Laba

Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besarnya margin

laba yang diinginkan. Di samping itu, dalam hal laba yang perlu

dipertimbangkan adalah jangka waktu memperoleh laba tersebut.

5) Pengalaman

Pengalaman maksudnya pengalaman pribadi pengusaha

tersebut atau pengalaman orang lain yang telah berhasil dalam

melakukan usaha. Pengalaman ini merupakan pedoman atau guru

agar tidak melakukan kesalahan dalam menjalankan usahanya

nanti.

c. Jenis-jenis Badan Usaha

Badan usaha adalah payung hukum yang membawahi usaha

yang akan dijalankan. Payung hukum ini penting agar peusahaan tidak

melanggar hukum dalam menjalankan aktivitasnya, artinya di mata

hukum perusahaan yang dijalankan sah. Jika suatu hari terdapat

tuntutan hukum, usaha tersebut dapat dilindungi. (Kasmir 2011).

Kasmir 2011, menyebutkan badan hukum yang ada adalah

sebagai berikut:

1) Perseorangan

Perusahaan perseorangan merupakan usaha milik pribadi.

(33)

perseorangan sangatlah sederhana, todak memerlukan persyaratan

khusus dan relatif tidak memerlukan modal besar.

2) Firma (Fa)

Firma merupkan perusahaan yang pendiriannya dilakukan

oleh dua orang atau lebih dan menajalankan perusahaan atas nama

perusahaan. Pendirian firma dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu car pertama melalui akte notaris resmi dan kedua akte

dibawah tangan.

3) Perseroan Komanditer ( Comanditer Vennotschap)

Perseroan komanditer merupakan persekutuan yang

didirikan atas dasar kepercayaan. Dalam perseroan komanditer

terdapat beberapa orang yang bersekutu untuk menjalankan usaha.

4) Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan

beberapa orang. Artinya koperasi merupakan kumpulan orang yang

secara bersama-sama melakukan usaha.

5) Yayasan

Yayasan merupakan badan usaha yang tidak bertujuan

mencari keuntungan, tetapi lebih menekankan usahanya pada

tujuan sosial.

6) Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan terbatas adalah badan hukum yang memiliki

tanggung jawab terbatas. Terbatas artinya terbatas tanggung

(34)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit

Menurut Triwibowo (2009) dan Nawai dan Shariff(2010), dalam

Adit Fairuz 2014 karakteristik personal yang mempengaruhi kelancaran

pengembalian kredit terdiri atas:

1) Jumlah Tangungan Dalam Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga menurut Samti (2011) dalam

Marantika (2013) adalah jumlah anggota keluarga debitur termasuk

istri atau suami, anak kandung serta saudara lainnya yang masih

tinggal dalam satu rumah dan masih dalam tanggungan debitur serta

diukur dalam jumlah orang. Jumlah tanggungan keluarga sangat

berkaitan dengan besarnya pengeluaran debitur. Semakin banyak

jumlah tanggungan keluarga debitur maka semakin tinggi jumlah

pengeluaran yang harus ditanggungnya.

Tingginya pengeluran menyebabkan alokasi penghasilan yang

digunakan untuk membayar angsuran atau kewajiban kredit menjadi

berkurang. Asumsi tersebut disebabkan karena sebagian besar proporsi

dari pendapatan usaha akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga. Menimbulkan adanya peluang ketidak mampuan debitur

yang memiliki jumlah tanggungan keluarga banyak dalam

pengembalian kredit.

Menurut Arinta (2014) karakteristik usaha yang mempengaruhi

(35)

1) Pengalaman Usaha

Menurut Arinda (2015) pengalaman usaha merupakan

waktu yang telah dihabiskan oleh pemilik usaha untuk menjalani

usahanya dan menjalani pengalaman yang diperoleh selama

menjalankan usahanya sehingga seseorang dengan pengalaman

yang lebih lama dianggap lebih berpotensi mengembalikan kredit

secara lancar.

Lama usaha berkaitan erat dengan pengalaman yang

menunjang kegiatan usaha. Pengalaman usaha yang semakin lama

akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengelola

usaha dan menghindari risiko yang menyebabkan kegagalan.

Pengalaman usaha menurut Hermawan (2012) dalam Arinta (2014)

bahwa pengalaman kerja akan mempengaruhi keterampilan

karyawan dalam melaksanakan tugas juga membuat kerja lebih

efisien.

Menurut Arinta (2014) lama usaha berkaitan erat dengan

pengalaman yang menunjang usaha. Pengalaman usaha yang

semakin lama akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

mengelola usaha dan menghidari risiko yang menyebabkan

kegagalan. Pengalaman usaha yang semakin lama akan

meningkatkan pemahaman kemampuan debitur dalam mengelola

usahanya sehingga mendukung keberhasilan usaha. Keberhasilan

(36)

keuntungan sebagai sumber biaya hidup serta memberikan peluang

kemampuan membayar kredit secara lancar.

2) Laba Usaha

Menurut Pradifta (2015) secara umum, laba usaha dapat

diartikan sebagai selisih dari pendapatan diatas biaya-biaya dalam

jangka waktu tertentu. Semakin tinggi laba usaha menunjukan

tingkat keutungan yang diperoleh semakin tinggi, sehingga akan

meningkatkan peluang dalam membayar kredit secara lancar.

Analisis laba merupakan salah satu kegiatan yang sangat

penting bagi manajemen guna mengambil keputusan untuk masa

sekarang dan masa yang akan datang. Artinya analisa laba akan

banyak membantu manajemen dalam melakukan tindakan apa

yang akan diambil ke depan dengan kondisi yang terjadi sekarang

atau untuk mengevaluasi apa penyebab turun atau naiknya laba

tersebut sehingga target tidak tercapai. Dengan demikian, analisis

laba memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pihak

manajemen. (adaddanuarta.blogspot.com)

Menurut Haloho (2010) dalam Pradifta (2015) Apabila ditinjau

dari karakteristik kreditnya, faktor-faktor yang mempengaruhi

kelancaran pengembalian kredit terdiri atas :

1) Jumlah Pinjaman

Jumlah pinjaman merupakan besarnya dana yang dipinjam

(37)

dikembalikan beserta jumlah pinjaman sebagai upah untuk bank

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan oleh kedua

belah pihak (Arinda, 2015).

Menurut Arinta (2014) besarnya jumlah pinjaman yang

diberikan kepada pelaku UMKM maka akan menigkatkan

produktifitas usaha yang dijalankannya. Besarnya jumlah pinjaman

yang diberikan oleh pihak bank hingga batas maksimum

tergantung dari jumlah permintaan dan penilaian kemampuan

membayar debitur UMKM. Semakin besar jumlah pinjaman yang

diberikan, maka akan semakin besar beban yang harus ditanggung

oleh debitur dalam pelunasannya, sehingga pemberian jumlah

pinjaman yang lebih besar akan menimbulkan suatu risiko dengan

terlambatnya debitur UMKM dalam membayar kredit tersebut

(Arinta 2014 ).

B. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu dari berbagai penelitian yang telah dilakukan

berkaitan dengan pengaruh karakteristik personal, karakteristik usaha, dan

karakteristik kredit terhadap tingkat pengembalian kredit antara lain dapat

(38)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Variabel Independen Hasil Penelitian

1. Dwi Yanti Arinta (2014), dengan judul

“ Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik Usaha, Karakteristik Kredit terhadap Kemampuan Debitur Membayar Kredit Pada BPR Jatim cabang

Probolinggo” studi

kasus pada Nasabah UMKM Probolinggo. -Pengalaman Usaha -Omzet Usaha -Jumlah Tanggungan Keluarga -Tingkat Pendidikan -Jangka Waktu Pengembalian -Jumlah Pinjaman -Variabel

Pengalaman usaha dan omzet usaha berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam membayar kredit sedangkan, -Variabel jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, jangka waktu pengembalian, dan jumlah pinjaman (plafond) tidak berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam membayar kredit. 2. Anisa Erdiana

Pradifta (2015), dengan judul “Pengaruh Karakteristik Usaha dan Karakteristik Kredit Terhadap Tingkat Di Pasar Segamas Kabupaten

Purbalingga”

- Pengalaman Usaha - Omzet Usaha - Laba Usaha - Jumlah Karyawan - Jumlah Pinjaman

- Jangka Waktu Pelunasan - Pengalaman Mminjam

Kredit - Nilai Agunan

(39)

No Judul Variabel Independen Hasil Penelitian Karyawan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit, Jumlah Pinjamn berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit, Jangka Waktu Pelunasan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian kredit, Pengalaman Meminjam Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran

pengembalian kredit, dan Nilai Agunan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit.

3. Carla Rizka Marantika (2013), melakukan penelitian

dengan judul “

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran

Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)

-Usia

- Tingkat Pendidikan -Jumlah Tanggungan

Keluarga - Jumlah Pinjaman - Pengalaman Usaha -Omzet Usaha

-Variabel jumlah tanggungan keluarga,

pengalaman usaha, dan omzet usaha berpengaruh signifikan terhadap kelancaran

(40)

No Judul Variabel Independen Hasil Penelitian

Mikro”, studi kasus

pada PT Bank BRI ( persero) TBK. Unit Tawangsari II cabang Sukoharjo.

Sedangkan, - Variabel usia,

tingkat pendidikan, dan jumlah pinjaman tidak berpengaruh signifikan terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro. 4. Luh Ikka Widayanthi

(2012) dengan judul

“Pengaruh

Karakteristik Debitur UMKM Terhadap Tingkat Pengembalian Kredit Pundi Bali

Dwipa” ( Studi Kasus

(41)

C. Kerangka Pemikiran

Penyaluran kredit perbankan bagi debitur pelaku usaha mikro, kecil,

dan menengah khususnya pedagang diharapkan mampu membantu mengatasi

masalah permodalan yang menjadi masalah mendasar bagi pelaku usaha.

Peran aktif dalam akses bantuan pembiayaan bagi pelaku usaha

berskala mikro, kecil, menengah khususnya pedagang dapat menjadi stimulus

bagi para pelaku usaha sektor ini untuk mengembangkan usaha mereka

sehingga dapat mencapai produktivitas yang lebih tinggi. Implikasi yang

diharapkan dari peningkatan produktivitas adalah dapat meningkatkan

pendapatan yang diterima pelaku usaha sehingga dapat mendorong perluasan

usaha. Dengan usaha yang semakin luas akan turut serta dalam penyerapan

tenaga kerja yang semakin meningkat, sehingga dapat mengurangi jumlah

pengangguran. Jadi, pada dasarnya penyaluran kredit bank tidak hanya

menguntungkan pihak bank sendiri tetapi juga apabila dikelola dengan baik

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, dalam penyaluran kreditnya, bank dihadapkan pada risiko tak

tertagihnya kredit (kredit macet). Meskipun harapan pihak bank debitur dapat

dengan lancar mengembalikan kredit yang telah diterimanya dari bank, tetapi

pada kenyataannya masih seringkali terjadi keterlambatan pengembalian

/pelunasan kredit yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari sisi debitur.

Permasalahan penunggakan pembayaran kredit ini apabila tidak ditangani

dengan baik tentu akan merugikan pihak bank, mengingat salah satu sumber

(42)

pemenuhan kewajiban debitur untuk mengembalikan pinjamannya akan dapat

menghambat perputaran dana dan likuiditas bank karena modal bank menjadi

beku. Hal tersebut akan menyebabkan bank kesulitan dalam memenuhi

permohonan kredit dari pihak lain sehingga profitabilitas bank juga akan

menurun. Oleh karena itulah perlu dilakukan penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kelancaran

pengembalian kredit dan membedakan kelompok debitur yang tergolong

lancar dan menunggak dalam pengembalian kredit tersebut diduga terdiri dari

karakteristik personal yang meliputi jumlah tanggungan keluarga,

karakteristik usaha yang meliputi pengalaman usaha dan laba usaha, serta

karakteristik kredit yang meliputi jumlah pinjaman.

Secara lebih terinci, penjelasan mengenai pengaruh yang diduga

berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Karakteristik Personal

Jumlah tanggungan keluarga dapat menggambarkan besarnya

beban atau pengeluaran yang harus ditanggung oleh debitur. Pengeluaran

yang harus ditanggung akan berdampak pada besarnya proporsi

penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kewajiban pengembalian

kredit. Diduga jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap

kelancaran pengembalian kredit,ini mendukung penelitian yang dilakukan

(43)

2) Karakteristik Usaha

Pengalaman usaha diduga berpengaruh terhadap kelancaran

pengembalian kredit karena semakin lama pengalaman usaha yang telah

dijalani debitur maka pemahaman dan ketrampilan debitur dalam

menghadapi gejolak dunia usaha menjadi semakin terasa, karena dari

pengalaman usaha seorang debitur dapat belajar dari kesalahan-kesalahan

terdahulu agar tidak terulang lagi dikemudian hari. Hal tersebut akan

mendukung keberhasilan usaha yang dijalankan debitur. Keberhasilan

usaha debitur dapat tercermin dari peningkatan pendapatan usaha. Oleh

karena itu, semakin lama pengalaman usaha debitur maka potensi debitur

mengembalikan kredit secara lancar juga akan semakin tinggi, ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arinta (2014) dan Marantika

(2013).

Laba usaha diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian

kredit karena laba usaha merupakan sumber pengembalian pinjaman

kepada debitur untuk memutuskan kredit kepada debitur untuk

memutuskan kredit tersebut diberikan oleh bank. Laba usaha

mempengaruhi daya kemampuan bayar debitur. Semakin besar laba usaha

perbulan seorang debitur, maka semakin besar kemampuan bayar debitur

dalam pengembalian pinjaman, karena tersedianya anggaran yang lebih

untuk membayar angsuran dari laba tersebut diluar kebutuhan sehari-hari,

(44)

3) Karakteristik Kredit

Jumlah pinjaman diduga berpengaruh terhadap kelancaran

pengembalian kredit karena semakin besar jumlah pinjaman yang diterima

debitur maka beban angsuran dan bunga yang harus ditanggung oleh

debitur untuk melunasi pinjamannya juga akan semakin besar, dengan

demikian pemberian pinjaman dengan jumlah yang semakin besar akan

menurunkan kemungkinan pelunasan kredit secara lancar, ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradifta (2015).

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas maka

dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

H4

Dari kerangka pemikiran tersebut dapat diketahui bahwa Tingkat

pengembalian kredit dipengaruhi oleh variabel jumlah tanggungan dalam

keluarga, pengalaman usaha, laba usaha, dan jumlah pinjaman. a. Jumlah Tanggungan

Keluarga (X1)

c. Laba Usaha (X3)

d. Jumlah Pinjaman

(X4)

Tingkat Pengembalian

Kredit b. Pengalaman Usaha

(45)

D. Hipotesis Penelitian

H1 : Diduga jumlah tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap

tingkat pengembalian kredit.

H2 : Diduga pengalaman usaha berpengaruh terhadap tingkat pengembalian

kredit.

H3 : Diduga laba usaha berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit.

H4 : Diduga jumlah pinjaman berpengaruh terhadap tingkat pengembalian

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2. 2

Referensi

Dokumen terkait

Konsep bantuan hukum tersebut sejalan dengan model bantuan hukum dapat dilihat sebagai suatu hak yang diberikan kepada warga masyarakat untuk melindungi

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 54 Tahun 2015 tentang Standardisasi Biaya Kegiatan Dan Honorarium, Biaya Pemeliharaan, Dan

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Dengan teknologi multimedia dapat digunakan sebagai media pembuatan video profil “Vihara Dhama Sundara” yang menjadi media informasi dan promosi agar dikenal oleh masyarakat

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Daging ayam terdiri dari jenis otot dan jaringan ikat yang secara umum ada 600 jenis otot penyusun daging. Masing-masing otot berbeda dalam hal bentuk, ukuran, susunan

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package