• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN PROGRAM SATU KECAMATAN SATU MILYAR UNTUK WIRAUSAHA DI UPT PEM KECAMATAN JOMBANG KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGAWASAN PROGRAM SATU KECAMATAN SATU MILYAR UNTUK WIRAUSAHA DI UPT PEM KECAMATAN JOMBANG KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository"

Copied!
270
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN JOMBANG KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh Aat Syafaat NIM 6661102948

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Jombang Kota Cilegon. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I : Listyaningsih, S.Sos.,M.Si. dan Pembimbing II : Rahmawati, S.Sos.,M.Si.

Program satu kecamatan satu milyar merupakan program Pemerintah Kota Cilegon dan terdapat kerjasama dengan PT. Krakatau Steel yang ditujukan untuk wirausaha. Tujuan awal dari program ini dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengawasan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon dengan metode penelitian adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori pengawasan dari G.R Terry. Hasil dari penelitian ini bahwa pengawasan program satu kecamatan satu milyar di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon belum berjalan dengan baik. pengawasan yang berada pada program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha masih belum efektif. Dikarenakan yang melakukan pengawasan ada dua pihak, yaitu UPT PEM Kota Cilegon untuk mitra binaan yang perintisan dan penguatan. PKBL PT. Krakatau Steel mengawasi mitra binaan yang pengembangan dan sistem pengawasan nya pun berbeda. Mitra binaan yang telat menyetorkan uang pinjaman atau menunggak tidak di berikan sangsi, hanya teguran dan peringatan. Saran peneliti adalah memaksimalkan pengawasan, pendamping mitra binaan dalam menjalankan pengawasan harus sesuai dengan pedoman standar yang ada. Yaitu melakukan monitoring, pendampingan dan menagih uang setoran pinjaman, supaya mitra binaan usaha nya berkembang dan maju. Memberikan sangsi terhadap mitra binaan yang telat mmenyetorkan uang pinjaman, supaya mitra binaan tidak berani untuk telat menyetorkan uang pinjaman dan menunggak.

(6)

One Billion for Entrepreneurs in UPT PEM Jombang District, Cilegon Municipal. Public Administration Department. Social and Politic Faculty. Sultan Ageng Tirtayasa University. First advisor: Listyaningsih, S.Sos., M.Si. and Second Advisor: Rahmawati S.Sos., M.Si.

One district one billion program is a program of the government of Cilegon Municipal and there is cooperation with PT Krakatau Steel which is intended for entrepreneurs. The initial goal of this program is to accelerate efforts to reduce poverty and unemployment. The goal of this research is to determine control of the One District One Billion Program for entrepeneurs in UPT PEM Jombang District, Cilegon Municipal with a qualitative research method, with using the theory of Controlling from GR Terry. The result from this research that the controlling One District One Billion Program in UPT PEM Jombang District of Cilegon isn’t run well. Controlling which are in One District One Billion Program for entrepreneurs is still not effective. This is because the controller there are two parties, namely PEM UPT Cilegon for trained partners that pioneering and strengthening. PKBL PT Krakatau Steel oversee the trained partners of the development and the the controlling system was also different. The trained partners which are late to deposit money or delinquent loans are not given sanction, only reprimand and warning. The suggestion from researcher is to maximize controlling surveillance, escort the trained partners in carrying out the controlling must be in accordance with the existing standard guidelines. Namely monitoring, mentoring and collect the payment of the loan, so that the trained partner’s business will grow and prosper. And give sanction againts trained partners who late to depositing money lending, so that the trained partners will not to dare to be late to depositing money lending and arrears.

(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul “Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon”.

Adapun skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat untuk bisa melakukan penelitian lapangan yang kemudian akan menjadi skripsi yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Dalam penyusunan skripsi ini Peneliti melibatkan banyak pihak yang senantiasa memberikan bantuan, baik berupa pengajaran, bimbingan, dukungan moral dan materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu, dengan rasa hormat Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(8)

ii

5. Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rahmawati, S.Sos.,M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, S.Ip.,M.Si., Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Listyaningsih, S.Sos.,M.Si., Dosen Pembimbing I, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk melakukan sesi bimbingan dan memberikan masukan serta arahannya yang sangat membantu Peneliti dalam menghadapi masalah-masalah terkait penyusunan skripsi ini.

9. Rahmawati, S.Sos.,M.Si., Dosen Pembimbing II, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk melakukan sesi bimbingan dan memberikan masukan serta arahannya yang sangat membantu Peneliti dalam menghadapi masalah-masalah terkait penyusunan skripsi ini.

10.Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan pernah memberikan bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar mengajar.

11.Para staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas segal sumbangsihnya.

(9)

iii

13.Untuk Kakak-kakaku yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan Skripsi penelitian ini.

14.Yth. Ibu Eka Patria selaku Kepala UPT PEM Kota Cilegon, Bapak Amali Azhar. Selaku Kepala Koordinator UPT PEM Kecamatan Jombang, Para Staf UPT PEM Kota Cilegon dan UPT PEM Kecamatan Jombang. Terima kasih atas arahan dan pemberian data-data kepada peneilti.

15.Kepada Dede-dedeku atas do’a dan motivasi yang tiada henti kepada peneliti. Kalian adalah seseorang yang berharga bagi hidupku.

16.Kepada sahabatku, Anwar Mursyadad yang selalu membantu peneliti dalam penelitian ini.

17.Kepada teman-teman seperjuangan, Syaiful Bahri, Iwan Hermawan,Yogi, Azil, Agus Muizudin, Sutopo, Ismatullah, Wahyu Firmansyah, Arif Rahman, Syandi Negara, Karyadi, Habib, Zaenal Muttaqien dan Noel Ricky R yang telah memberikan semangat kepada peneliti.

18.Kepada teman-teman kelas G Non Reguler angkatan 2010, teman-teman Administrasi Negara angkatan 2010 yang telah menjadi sahabat dan menemani penulis selama perkuliahan di kampus.

19.Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu, terima kasih telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

iv

ini, Peneliti berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Serang, Juni 2015

(11)

v

PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK

ABSTRAC

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 11

1.3Batasan Masalah... 12

1.4Rumusan Masalah ……… 12

1.5Tujuan Penelitian ... 13

1.6Manfaat Penelitian ... 13

1.7Sistematika Penulisan ... 14

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR 2.1Pengawasan ... 17

(12)

vi

2.1.5 Proses Pengawasan ... 29

2.1.6 Sifat dan Waktu Pengawasan ... 32

2.1.7 Undikator Pengawasan ... 34

2.1.8 Fungsi Pengawasan ... 35

2.1.9 Teknik – Teknik Pengawasan ... 36

2.1.10 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan ... 37

2.1.11 Karakteristik – Karakteristik Pengawasan Yang Efektiktif 37 2.2Penelitian terdahulu ... 39

2.3Kerangka Berfikir... 41

2.4Asumsi Dasar ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian... 46

3.2Instrument Penelitian ... 47

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.4Informan Penelitian ... 52

3.5Teknik Analisis Data ... 53

3.6Uji Keabsahan Data... 57

3.6.1 Triangulasi ………... 57

3.62 Mengadakan Membercheck ………. 58

(13)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ……….. 60

4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon ………. 60

4.1.2 Gambaran Umum Kondisi Kecamatan Jombang ……... 63

4.1.3 Gambaran Umum Pelaksanaan Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (UPT PEM) ………. 67

4.2 Informan Penelitian ………. 74

4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data ……… 75

4.4 Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha

di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon ……… 77

4.4.1 Mengukur Hasil Pekerjaan ………. 78

4.4.2 Membandingkan Hasil Pekerjaan dengan Standard dan

Memastikan Perbedaan ……….. 90

4.4.3 Mengoreksi Penyimpangan yang tidak di Kehendaki Melalui

(14)

viii

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ……… 125

5.2 Saran ……….. 126

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

. .

(15)

ix

Tabel 1.1 Realisasi Pencairan Mitra Binaan UPT PEM Kota Cilegon Tahun 2011

– 2014 ………. 5

Tabel1.2 Realisasi Pencairan Mitra Binaan UPT PEM Kecamatan Jombang Tahun 2011 – 2014………. 6

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara……….. 50

Tabel 3.2 Informan Penelitian ………...……… 53

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian……… 59 .

(16)

x

Gambar 1.1 Alur Pinjaman Calon Mitra Binaan ..………. 8

Gambar 2.1 Tujuan Pengawasan ……...……… 25

Gambar 2.2 langkah – Langkah Dalam Proses Pengawasan .………... 29

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ………. 44

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif ……… 45

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPT PEM Kota Cilegon ……… 72

(17)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan daerah dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan oleh penyelenggara negara yaitu lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara bersama – sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

(18)

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

(medebewind), diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemnberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhasan suatu daerah dalam sisitem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(19)

rakyat. Dikutip dari Portal Pemerintah Kota Cilegon. www.cilegon.go.id, jam 20:00 wib, hari selasa, 09 September 2014 )

Sesuai visi dan misi Kota Cilegon, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penanggulangan kemiskinan pengangguran, dan meningkatkan perekonomian daerah melalui daya dukung industri, perdagangan dan jasa. Sebagai wujud implementatif dari agenda Cilegon Sejahtera itu, maka Pemerintah Kota Cilegon menggulirkan Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha sebagai program pro rakyat di Kota Cilegon. Pemerintah Kota Cilegon mengeluarkan kebijakan yang dibuat oleh Walikota Cilegon yang tercantum pada Peraturan Walikota Cilegon No.16 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan Ekonomi Masyrakat dengan cara sistem Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di Kota Cilegon . System dana bergulir ini ditujukan kepada rumah tangga sasaran ( RTS ), Usaha Mikro Kecil ( UMK ) dan Koperasi. yang secara teknis dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (UPT PEM).

(20)

dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Cilegon. Sasaran atau target groupnya adalah Rumah Tangga Sasaran (RTS), Usaha Mikro Kecil (UMK), dan Koperasi.

Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha terdiri dari jenis perintisan usaha, penguatan dan pengembangan usaha. jasa administrasi pinjaman untuk perintis sasarannya Rumah Tangga Sasaran (RTS) dengan jasa 0-3%, untuk penguatan dan pengembangan usaha jasa administrasi pinjaman 6%. (Sumber: Petunjuk Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Kecamatantahun 2014 )

Berdasarkan jumlah mitra binaan yang sudah di bina dari launching

(21)

Tabel 1.1

Realisasi Pencairan Mitra Binaan UPT PEM Kota Cilegon Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha Juni Tahun 2011

(Launching) – Oktober 2014

N

O KELURAHAN PERINTIS PENGUA-TAN PENGE-MBANG AN MAYORI-TAS JENIS USAHA KETERA-NGAN DANA

1 Pulo Merak 135 295 51 Warungan

dan Sembako

APBD/ KS

2 Grogol 170 263 19 Warungan

dan Sembako

APBD/ KS

3 Purwakarta 155 293 34 Sembako APBD/

KS

4 Jombang 369 710 142 Warung

dan Sembako

APBD/ KS

5 Cibeber 161 199 58 Semabako

dan Warung

APBD/ KS

6 Cilegon 307 236 54 Warung

dan Sembako

APBD/ KS

7 Citangkil 525 364 187 Warung

dan Sembako

APBD/ KS

8 Ciwandan 203 308 93 Warung

dan Sembako

APBD/ KS

Sub Jumlah 2.025 2.668 638 Jumlah Total : 5.331

Sumber: Laporan UPT PEM Kota Cilegon, Oktober 2014

(22)

Cilegon, sehingga masyarakat mudah mendapatkan informasi dari pemerintah Kota Cilegon mengenai kebijakan-kebijakan baru Kota Cilegon. Sedangkan untuk jumlah mitra yang paling rendah dimiliki oleh Kecamatan Pulo Merak selama priode Juni 2011 – Oktober 2014. ( Sumber: Wawancara dengan Ibu Rosmawati, ST selaku Kepala Kordinator UPT PEM Kecamatan Jombang. hari rabu, 10 Desember 2014 )

(23)

Tabel 1.2

Realisasi Pencairan Mitra Binaan UPT PEM Sub-Unit Kecamatan Jombang Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha 15 Juni

Tahun 2011 (Launching) – Oktober 2014

N

O KELURAHAN PERINTIS PENGUA-TAN PENGE-MBANG AN MAYORI-TAS JENIS USAHA KETERA-NGAN DANA

1 Masigit 68 171 43 Warungan

dan Sembako

APBD/ KS

2 Sukmajaya 74 102 27 Warungan

dan Sembako

APBD/ KS

3 Jombang Wetan 65 210 31 Sembako APBD/

KS

4 Gedong Dalem 82 134 24 Warung

dan Sembako

APBD/ KS

5 Panggung Rawi 80 93 17 Semabako

dan Warungan

APBD/ KS

Sub Jumlah 369 710 142 Jumlah Total : 1.221

Sumber: Laporan Sub-unit UPT PEM Kecamatan Jombang, Oktober 2014

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon dengan jumlah 1.221 orang yang sudah melakukan peminjaman usaha. Tabel tersebut menunjukan mitra terbesar yaitu di Kelurahan Jombang Wetan sedangkan untuk jumlah mitra yang paling rendah dimiliki oleh Kelurahan Panggung Rawi selama priode Juni 2011 –Oktober 2014.

(24)
(25)

Gambar 1.1

Sumber: Data Dari UPT PEM Kecamatan Jombang

Tujuan dari pembentukan program satu kecamatan satu milyar oleh pihak UPT PEM adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin (RTS), meningkatkan minat masyarakat untuk berusaha, mewujudkan UMK dan Koperasi yang tangguh dan mandiri, dan meningkatkan kepedulian perusahaan (BUMN/S) termasuk Perbankan dalam pemanfaatan dana CSR yang terintegrasi dengan program Pemerintah Kota Cilegon.

Rekruitasi

Seleksi

Survei Usaha

Analisis Pelayanan Pinjaman

Pemutusan Kelayakan Pinjaman

Pembekalan & Pencairan Pinjaman

(26)

Berdasarkan observasi awal dan wawancara terhadap masyarakat Kecamatan Jombang, program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon masih terdapat berbagai masalah, diantaranya:

1. Dari proses penyeleksian mitra binaan sampai dengan pencairan dana tidak memiliki kepastian waktu yang jelas, sehingga peminjam dibuat menunggu dengan waktu yang tidak ditentukan. Di lihat dari petunjuk teknis pelaksanaan program dana bergulir satu kecamatan satu milyar, tidak ada standar waktu pencairan dana, sehingga proses yang terjadi dilapangan pencairan dananya tidak memliki kepastian waktu yang jelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Kecamatan Jombang yang melakukan pengajuan modal pinjaman usaha, terdapatnya pencairan dana yang bervariasi antara 1-4 bulan atau bahkan hingga waktu yang tidak ditentukan. ( Sumber: wawancara dengan Ibu Eti Sukmayati masyarakat Kecamatan Jombang , 1 April 2014 )

(27)

Adi Setiadi selaku pendamping Kelurahan Gedong Dalem, sosialisasi pernah dilaksanakan satu kali di Kelurahan Gedong Dalem dengan mengundang ketua RT/RW di setiap lingkungan. Sedangkan hasil wawancara dengan berbagai warga Kecamatan Jombang, di setiap lingkungannya belum pernah dilaksanakan sosialisasi Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha baik langsung disosialisasikan oleh pihak UPT PEM Kecamatan Jombang maupun ketua RT/RW. ( Sumber: wawancara dengan Bapak Adi Setiadi Kordinator di Kelurahan Gedong Dalem/Pegawai UPT PEM Kecamatan Jombang, 1 April 2014 )

3. Kurang adanya pengawasan dari pihak UPT PEM Kecamatan Jombang. Pihak UPT PEM lebih memberikan proses pengawasan pada saat mitra binaan telat menyetorkan dana pinjaman. Pihak UPT PEM Kecamatan Jombang datang ke masyarakat untuk meminta setoran. Dari hasil observasi, terdapat mitra binaan yang telat menyetor dan terdapat mitra binaan yang terhenti usahanya. ( Sumber: wawancara dengan bapak Marjuki Masyarakat Kelurahan Gedong Dalem Kecamatan Jombang, 1 April 2014 )

(28)

dalam mendirikan jenis usaha. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat belum memiliki kepeminatan terhadap program usaha / berwirausaha. ( Sumber: Ibu Asnariyah anggota mitra binaan UPT PEM Kecamatan Jombang, 15 September 2014 )

5. Berdasarkan dari program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha yang bertujuan utama untuk memberdayakan ekonomi masyarakat Kota Cilegon terlihat belum berdayanya masyarakat secara ekonomi, hal ini terlihat dari progres di lapangan. Dikarenakan hasil dari wirausaha yang dijalankan oleh mitra binaan hanya untuk memenuhi kebtuhan sehari-hari. ( Sumber: Ibu Asnariyah Anggota Mitra Binaan UPT PEM Kecamatan Jombang, 15 September 2014 )

Berdasarkan masalah-masalah diatas, peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang. Peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

“ Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon Tahun 2014

1.2 Identifikasi Masalah

1. Proses pencairan dana tidak memiliki kepastian waktu yang jelas sehingga peminjam modal dibuat menunggu dengan waktu yang tidak ditentukan

(29)

3. Kurang adanya pengawasan dari Pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT PEM) Kecamatan Jombang sehingga terdapat mitra binaan yang telat menyetor dan mitra binaan yang terhenti usahanya.

4. Tujuan kegiatan program satu kecamatan satu milyar, belum tepat sasaran.

5. Belum berdayanya Mitra Binaan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha secara ekonomi.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar penelitian lebih terfokus maka peneliti membatasi penelitian ini pada ” Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon”.

1.4 Rumusan Masalah

Setelah masalah peneliti dibatasi ruang lingkupnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon?”

1.5 Tujuan Penelitian

(30)

mengalami kesulitan. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan akan hendak dicapai peneliti adalah:

“Untuk mengetahui Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon”

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis terkait dengan kontribusi tertentu dalam penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu pengetahuan dunia akademis.

1. Memperbanyak khasanah Ilmu Pengeatahuan dalam dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara.

2. Mempertajam dan mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia akademis khususnya teori mengenai kebijakan publik, pemberdayaan masyarakat serta mengembangkan ilmu yang di dapat selama perkuliahan khususnya ilmu manajemen publik yang didalamnya terdapat Pengawasan.

1.6.2 Manfaat Praktisnya

(31)

1. Memberikan informasi atau masukan terhadap pihak UPT PEM kecamatan Jombang Kota Cilegon dalam melaksanakan Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha sehingga tercapainya program yang terimplementasi dengan baik sesuai tujuan yang ingin dicapai.

2. Dengan diadakan penelitian Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kec. Jombang dapat membantu memberikan sosialisasi Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha terhadap masyarakat Kecamatan Jombang sehingga dapat menumbuhkan minat masyarakat untuk berwirausaha.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah, yaitu menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang umum hingga kepada masalah yang spesifik yang relevan dengan judul skripsi.

1.2Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasi dikaitkan dengan tema/ topik/judul dan fenomena yang akan diteliti.

1.3Batasan Masalah, yaitu pemfokusan masalah-masalah yang akan diajukan dalam rumusan masalah.

(32)

1.5Tujuan Penelitian, yaitu mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian sejalan dengan isi dan rumusan permasalahan.

1.6Manfaat Penelitian, yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari temuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yaitu peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait serta membuktikan keaslian di dalam penelitian.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.

2.3Asumsi Dasar

Asumsi dasar penelitian merupakan anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitan

(33)

3.2 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen.

3.3 Informen Penelitian

Menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian, penetapan populasi, dengan teknik pengambilan informan penelitian.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

(34)

18

2.1 Pengawasan

2.1.1 Pengertian Pengawasan

(35)

atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan.

Definisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan– penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Menurut Harahap (2001: 14), Pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.

(36)

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001: 242) mengemukakan hal sebagai berikut :

“Controlling can be defined as the process of determining what is to be

accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the

performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective

measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity

with the standard.”

(37)

pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001: 10) mengartikan pengawasan sebagai berikut:

“Control consist in verifying whether everything occurs in conformity with the plan

adopted, the instruction issued and principles established. It has objective to point

out weaknesses and errors in order to rectify then prevent recurrance”.

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut . Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

(38)

2.1.2 Sistem Pengawasan

Sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan. Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benar-benar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan.

Menurut Duncan dalam Harahap (2001: 246) mengemukakan bahwa beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :

(39)

pengawasan untuk bidang penjualan dan sistem untuk bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan dibidang penjualan umumnya tertuju pada kuantitas penjualan, sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada penerimaan dan penggunaan dana.

b. Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi.

Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam badan usaha atau organisasi yang bersangkutan. Karyawan merupakan aspek intern perusahaan yang kegiatan-kegiatannya tergambar dalam pola organisasi, maka suatu sistem pengawasan harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola organisasi. Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan , penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan pada organisasi yang bersangkutan.

c. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.

(40)

keseluruhan kegiatan operasional benar-benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.

d. Pengawasan harus fleksibel.

Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana diluar dugaan.

e. Pengawasan harus ekonomis.

Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-sungguh diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan yang mahal, bila tujuan pengawasan itu dapat direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan besar tidak perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi suatu perusahaan lain. Hal yang perlu dipedomani adalah bagaimana membuat suatu sistem pengawasan dengan benar-benar merealisasikan motif ekonomi. Pengawasan yang efektif tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Tidak ada satu sistem pengawasan yang berlaku untuk semua situasi dan semua perusahaan.

(41)

Control operatif untuk bagian terbesar berurusan dengan tindakan, akan tetapi control administratif berurusan dengan tindakan dan pikiran. Menurut William R. Spriegel (dalam Manullang, 2001:177) Administrative controls meliputi lima aktivitas, yaitu (1) production planning and control, (2) Budgeting, (3) inspection and quality control, (4) standing orders, dan (5) policies.

2.1.3 Tujuan Pengawasan

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya manusia sebagai objek pengawasan mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut Husnaini (2001: 400), tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :

1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.

2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan hambatan.

(42)

Menurut Griffin (2004: 163), mendeskripsikan tujuan pengendalian seperti Gambar 2.1. berikut:

Sumber : Griffin (2004: 163)

Gambar 2.1 : Tujuan Pengendalian

Keterangan Gambar 2.1.Tujuan Pengendalian :

a. Beradaptasi dengan Perubahan Lingkungan

Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis yang tidak stabil dan bergejolak. Dalam rentang waktu antara penetapan tujuan dan pencapaian tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan lingkungannya yang dapat menuntun pergerakan kearah tujuan atau menyimpangkan tujuan itu sendiri. Sistem pengawasan yang baik dapat membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon perubahan. Beradaptasi dengan Beradaptasi dengan

perubahan lingkungan Membatasi akumulasi kesalahan

Pengendalian membantu organisasi

(43)

perubahan lingkungan Membatasi akumulasi kesalahan Pengendalian membantu organisasi Mengatasi kompleksitas ii Meminimisasi biaya. b. Membatasi Akumulasi Kesalahan

Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius pada kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat terakumulasi dan berdampak serius. Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berulang-ulang. Dengan adanya pengawasan, manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan dan dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.

c. Mengatasi Kompleksitas organisasi

Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber daya, membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi yang sederhana, dan mengalami permintaan produk yang konstan, maka para manajernya dapat membuat sistem pengawasan yang minim dan sederhana. Tetapi apabila perusahaan yang memproduksi produk dan jasa dengan memakai beragam bahan baku dan sumber daya dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang rumit, serta memiliki banyak pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk membuat pengawasan yang memadai. d. Meminimisasi Biaya

(44)

pengawasan sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah atau khilaf, sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya.

Menurut Maringan (2004: 61) menyatakan tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.

b. Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah

(45)

2.1.4 Jenis-Jenis Pengawasan

Menurut Maringan (2004: 62), Pengawasan terbagi 4 yaitu:

a. Pengawasan dari dalam perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran perusahaan.

b. Pengawasan dari luar perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan . Ini untuk kepentingan tertentu.

c. Pengawasan Preventif

Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan. Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.

d. Pengawasan Represif

Pengawasan Yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Ernie dan Saefullah (2005: 327), jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:

a. Pengawasan Awal

(46)

b. Pengawasan Proses

Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan ang ditetapkan. c. Pengawasan Akhir

Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.

2.1.5 Proses Pengawasan

Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental dalam setiap prosesnya (Griffin, 2004: 167). Langkah-langkah tersebut diilustrasikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut :

Sumber : Griffin (2004: 167)

Gambar 2.2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan

Menetapkan standar

Mengukur kinerja

Membandingkan kinerja dengan standar

Menentukan kebutuhan akan tindakan koreksi

Mengubah standar Mengoreksi

penyimpangan Mempertahankan

(47)

Masing-masing langkah ini akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Menetapkan Standar.

Control Standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk kinerja dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Strategi pengawasan harus konsisten dengan tujuan organisasi. Dalam penentuan standar, diperlukan pengidentifikasian indikator-indikator kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung dengan objek yang diawasi. Standar bagi hasil kerja karyawan pada umumnya terdapat pada rencana keseluruhan maupun rencana-rencana bagian. Agar standar itu diketahui secara benar oleh karyawan, maka standar tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan kepada karyawan sehingga karyawan akan memahami tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.

2. Mengukur Kinerja

(48)

3. Membandingkan Kinerja dengan Standar

Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan karyawan (actual result) dengan standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan karyawan dapat diketahui melalui laporan tertulis yang disusun karyawan, baik laporan rutin maupun laporan khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi karyawan untuk menanyakan langsung hasil pekerjaan atau karyawan dipanggil untuk menyampaikan laporannya secara lisan. Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan, perbandingan dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar penjualan produk mereka berada pada urutan pertama di pasar. Standar ini jelas dan relatif mudah dihitung untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum. Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan dengan lebih detail. Jika kinerja lebih rendah dibandingkan standar, maka seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum tindakan korektif dilakukan.

4. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif

(49)

standar. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan perbaikan, maka harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada beberapa sebab yang mungkin menimbulkan penyimpangan, yaitu :

1. Kekurangan faktor produksi

2. Tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources dan resources lainnya dalam lingkungan organisasi

3. Sikap-sikap pegawai yang apatis dan sebagainya

Oleh karena itu, dalam proses pengawasan diperlukannya laporan yang dapat menyesuaikan bentuk-bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut G.R Terry ( 1986 : 397 ) pengawasan terdiri dari pada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah – langkah yang bersifat universal yakni :

1. Mengukur hasil pekerjaan

2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan ( apabila ada perbedaan )

(50)

Dengan cara yang agak berbeda dapat kita mengatakan bahwa pengawasan terdiri dari tindakan – tindakan :

1. Mencari keterangan tentang apa yang sedang dilaksanakan

2. Membandingkan hasil–hasil dengan harapan–harapan yang menyebabkan timbulnya tindakan

3. Menyetujui hasil-hasil atau menolak hasil-hasil dalam kasus mana perlu ditambahkan penambahan tindakan-tindakan perbaikan.

2.1.6 Sifat dan Waktu Pengawasan

Menurut Hasibuan (2001 : 247), sifat dan waktu pengawasan terdiri dari :

1. Preventive controll, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive controll ini dilakukan dengan cara :

a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.

b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.

c. Menjelaskan dan atau mendmonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu. d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.

e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap individu karyawan.

f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

(51)

Preventive controll adalah pengendalian terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.

2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Repressive controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Membandingkan hasil dengan rencana.

b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya.

c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya.

d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.

e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.

f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui training dan education.

3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki.

4. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala,s misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.

(52)

sekali-sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetatp terjaga dengan baik.

6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional dilakukan.

2.1.7 Fungsi Pengawasan

Menurut Ernie dan Saefulah (2005: 12), fungsi pengawasan adalah :

a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan indikator yang di tetapkan.

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

c. Melakukan berbagai alternatife solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Maringan (2004: 62), fungsi pengawasan adalah :

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

(53)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas pekerjaan yang telah dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.

2.1.8 Teknik-Teknik Pengawasan

Menurut Siagian (2003:112) Proses pengawasan pada dasarnya dilakukan dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:

a. Pengawasan Langsung

Yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan.

Pengawasan langsung dapat berbentuk:

1) Inspeksi langsung

2) On-the-Spot observatiton

3) On-the-spot report

b. Pengawasan tidak langsung

(54)

2.1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan.

Fakor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

Menurut Mulyadi (2007: 770), mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan adalah:

a) Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi b) Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya

desentralisasi kekuasaan.

c) Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan.

2.1.10 Karakteristik – karakteristik Pengawasan Yang Efektif

Menurut T. Hani Handoko ( 1984: 373), mengemukakan beberapa karakteristik pengawasan yang efektif adalah :

a. Akurat. Informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. Data yang tidak akurat dari sistem pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan korektif yang keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.

b. Tepat – Waktu. Informasi harus dikumpulkan, disimpulkan dan dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.

c. Obyektif dan menyeluruh. Informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif serta lengkap.

(55)

e. Realistik secara ekonomis. Biaya pelaksanaan system pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak sama, dan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut .

f. Realistik secara organisasional. Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.

g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena (1) setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya keseluruhan organisasi, dan (2) informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.

h. Fleksibel. Pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan. i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. Sistem pengawasan efektif harus menunjukan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.

j. Diterima para anggota organisasi. Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan berprestasi.

2.2Penelitian Terdahulu

Temuan-temuan hasil dari penelitian sebelumnya merupakan sebagai alat/bahan pertimbangan dan data pendukung dalam penelitian yang sedang dilakukan. Penelitian terdahulu, harus ada keterkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti, sehingga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pendukung data. Oleh karena pentingnya melihat hasil penelitian yang terdahulu, maka peneliti akan memaparkan setidaknya dua hasil penelitian yang sudah ada. Pemaparan hasil penelitian akan dijelaskan di bawah ini.

1. Peneliti Pertama

(56)

Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2007.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan pengawasan Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Kerja Pegawai di Kantor Informasi dan Komunikasi Karanganyar, Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pengawasan yang diterapkan adalah Pengawasan melekat, pengawasan fungsional dan pengawasan oleh masyarakat, Pengawasan secara langsung dan tidak langsung, serta Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan, selama kegiatan, dan setelah kegiatan. Peranan pengawasan dalam meningkatkan kedisiplinan kerja di Kantor Informasi dan Komunikasi Kabupaten Karanganyar adalah untuk Untuk mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahan, sehingga dapat diketahui lebih awal berbagai bentuk penyimpangan dan kesalahan,

2. Peneliti Kedua

(57)

dengan metode penelitian adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori implementasi dari Mazmanian dan Sabatier, Hasil penelitian bahwa implementasi program satu kecamatan satu milyar di Kecamatan Purwakarta belum berjalan optimal karena hasil mitra binaan sampai tahun 2012 untuk sasaran awal yaitu RTS tidak mencapai target yang ditentukan oleh UPT PEM pusat, Tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh UPT PEM Kecamatan Purwakarta dalam waktu yang ditentukan yaitu kurun waktu satu bulan, pencairan dana pinjaman tidak sesuai waktu ideal yang ditentukan yaitu sekitar 14 hari, sosialiasasi program yang kurang maksimal yang dilakukan oleh UPT PEM Kecamatan Purwakarta, ketersediaan komputer dinilai kurang mencukupi. Saran dari peneliti adalah kebijakan pemerintah harus lebih konsisten dalam menangani kemiskinan, memaksimalkan pengawasan, tersedianya jaringan komunikasi tersetruktur dari tingkat kota sampai kelurahan, pemahaman pelaksana tidak hanya sebatas pada aspek pinjaman dana namun juga harus ke aspek keberdayaan masyarakat dan ketersediaan computer hendaknya minimal 4 unit computer.

2.3Kerangka Berfikir

(58)

peneliti maupun pembaca mudah memahami dan mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari penelitian.

Menurut Sugiyono (2010:65) menyatakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Oleh karenanya peneliti berangkat dari identifikasi masalah untuk membuat kerangka berfikir. Adapun permasalahan-permasalahan yang ada terkait pengawasan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang diantaranya:

1. Proses pencairan dana tidak memiliki kepastian waktu yang jelas sehingga peminjam modal dibuat menunggu dengan waktu yang tidak ditentukan

2. Sosialisasi Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang dinilai kurang optimal.

3. Kurang adanya pengawasan dari Pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT PEM) Kecamatan Jombang sehingga terdapat mitra binaan yang telat menyetor dan mitra binaan yang terhenti usahanya.

4. Tujuan kegiatan program satu kecamatan satu milyar, belum tepat sasaran.

(59)

Berdasarkan dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka kiranya dibutuhkan suatu alat untuk mengukur pengawasan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha . Di bawah ini akan dikemukakan mengenai indikator pengawasan yang menjadi titik acuan untuk mengetahui pengawasan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha. dengan menggunakan Langkah-langkah Pengawasan Menurut G.R Terry ( 1986:397 ) yaitu:

1. Mengukur hasil pekerjaan

2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan ( apabila ada perbedaan )

3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.

(60)

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

Identifikasi masalah :

1. Proses pencairan dana tidak memiliki kepastian waktu yang jelas sehingga peminjam modal dibuat menunggu dengan waktu yang tidak ditentukan

2. Sosialisasi Program Pro Rakyat Satu Kecamatan Satu Milyar Untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang dinilai kurang optimal.

3. Kurang adanya pengawasan dari Pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT PEM) Kecamatan Jombang sehingga terdapat mitra binaan yang telat menyetor dan mitra binaan yang terhenti usahanya.

4. Tujuan kegiatan program satu kecamatan satu milyar, belum tepat sasaran.

5. Belum berdayanya Mitra Binaan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha secara ekonomi.

.

Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon

Teori Langkah-langkah Pengawasan G.R Terry ( 1986:397 ) :

1. Mengukur hasil pekerjaan 2. Membandingkan hasil pekerjaan

dengan standard dan memastikan perbedaan ( apabila ada perbedaan )

3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.

4.

Optimalnya Pengawasan program Satu Kecamatan Satu Milyar untuk Wirausaha di UPT PEM Kecamatan

(61)

2.4 Asumsi Dasar

(62)

46

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data guna mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan tepat. Metode penelitian merupakan suatu usaha pembuktian terhadap suatu objek penelitian untuk memperoleh kebenaran dari permasalahan dengan menggunakan pendekatan ilmiah untuk menghasilkan hasil yang objektif dan tepat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif. Di mana penelitian ini, peneliti mencoba menjelaskan Pengawasan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang Kota Cilegon dengan lebih banyak dituangkan ke dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dan data dokumentasi.

Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong, (2007:3) mengemukakan ahwa, metodologi penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

(63)

Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon dengan lebih banyak dituangkan ke dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dan data dokumentasi.

3.2Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian tentang Pengawasan Program Satu Kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon ini adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong (2005:19), pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul. Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman wawancara yaitu dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis mengenai variabel yang diteliti kepada informan untuk dijawab. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pertanyaan dalam wawancara tidak menyimpang dari variabel penelitian. Pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti disusun berdasarkan poin-poin yang akan ditanyakan kepada informan untuk memperoleh data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Hal ini bertujuan agar proses wawancara dapat berjalan secara mendalam antara peneliti dengan informan sehingga wawancara bisa bergulir dan data yang didapat sesuai dengan yang dibutuhkan.

(64)

a. Studi lapangan langsung (observasi), merupakan pengumpulan data yang dibutuhkan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2008 : 226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

b. Studi dokumentasi, ialah studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh data skunder seperti dalam penelitian ini berupa Petunjuk Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Kecamatan (PEM BK) Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 16 Tahun 2011, serta dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data untuk dianalisis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu meliputi: observasi, wawancara dan dokumentasi.

1) Observasi

Menurut Moleong (2007:176), observasi (pengamatan) adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan diklasifikasikan atas pengamatan melaui cara berperan serta (partisipan) dan yang tidak berperan serta

(65)

fungsi, yaitu mengadakan pengamatan saja. Sedangkan pengamatan berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati. Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai non partisispan atau tidak beperan serta, karena dalam penelitian ini peneliti tidak terlibat secara langsung dalam proses pengawasan program satu kecamatan satu milyar untuk wirausaha di UPT PEM Kecamatan Jombang. Peneliti hanya melakukan pengamatan saja untuk mengetahui kondisi dari objek penelitian.

2) Wawancara

Moleong (2007:186), mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(66)

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

No Dimensi Informan

1. Mengukur hasil pekerjaan UPT PEM Kecamatan Jombang, UPT PEM Kota Cilegon, dan Mitra binaan UPT PEM Kecamatan Jombang.

2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan)

UPT PEM Kecamatan Jombang, UPT PEM Kota Cilegon, dan Mitra Binaan UPT PEM Kecamatan Jombang.

3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak

dikehendaki melalui tindakan perbaikan. UPT PEM Kecamatan Jombang, BPMKP Kota Cilegon,UPT PEM Kota Cilegon, PKBL Krakatau Steel, dan Mitra binaan UPT PEM Kecamatan Jombang.

Sumber: Peneliti 2014

3) Dokumentasi

Studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, laporan-laporan berupa foto atau dokumen elektronik (rekaman), catatan serta dokumen-dokumen yang relevan dengan masalah yang diteliti

(67)

1) Buku Catatan

Buku catatan ini digunakan peneliti untuk mencatat setiap informasi dari sumber data pada saat wawancara dengan sumber data dan mencatat perkembangan penelitian di lapangan. Menurut Satori dan Komariah (2010:177), buku catatan adalah catatan lengkap yang bukan saja berisi hasil pengamatan atau wawancara di lapangan tetapi juga sudah ada refleksi dari peneliti atas hasil atau deskripsi yang dikerjakan setelah selesai melakukan suatu pengamatan atau wawancara.

2) Alat Perekam

Alat perekam ini digunakan peneliti untuk merekam setiap pembicaraan pada saat wawancara dengan sumber informasi. Menurut Satori dan Komariah (2010:177-178), tape recorder dapat merekam semua percakapan dengan baik, tetapi sayang tidak dapat menangkap ekspresi wajah dan gerak-gerik informan. Seandainya informan keberatan dengan dengan pemakaian tape recorder, maka peneliti tidak boleh memaksa dan atau tidak boleh mensiasatinya dengan cara tersembunyi karena kalau ketahuan hal ini dapat merusak hubungan baik.

3) Kamera Digital dan Handphone

(68)

meningkatkan keabsahan penelitian, yang berupa foto-foto lokasi penelitian ataupun sumber data.

3.4 Informan Penelitian

Setelah mempelajari peran dan hubungan antar partisipan, peneliti akan mampu menentukan informan yang cocok untuk penelitiannya. Menurut Morse dalam Denzin (2009:289), seorang informan yang baik adalah seorang yang mampu menangkap, memahami, dan memenuhi permintaan peneliti, memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara, dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan informan dalam penelitian mengenai Pengawasan Program Satu kecamatan Satu Milyar di Kecamatan Jombang menggunakan teknik Purposive. Menurut Patton dalam Denzin (2009:290), alasan logis di balik teknik Purposive dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa informan yang dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

Tabel 3.2 : Informan Penelitian

(69)

I1 Kepala UPT PEM Kota Cilegon Key Informan I2 Kepala BPMKP Kota Cilegon Key Informan I3 Kepala PKBL Krakatau Steel Key Informan I4 Kordinator UPT PEM Kecamatan Jombang Key Informan

I5 Pegawai/pendamping kelurahan UPT PEM Kecamatan Jombang Key Informan

I6 Mitra Binaan

Key Informan Mitra Binaan

I.6-1 – I.6-n

3.5Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini analsis data kualitatif menurut menurut Bogdan & Biklen dalam Irawan (2006:73), analisis data kualitatif adalah:

”Analisis data adalah proses mancari dan mengatur secara sistematis transkip interview, catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan, yang kesemuanya itu anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda (terhadap suatu fenomena) yang membantu anda untuk mempresentasikan penemuan anda kepada orang lain”.

(70)

sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.

Gambar 3.1

Komponen-Komponen Analsis Data Model Interaktif

Sumber: Miles dan Huberrman (Silalahi, 2010:340)

Berdasarkan gambar di atas dijelaskan bahwa dalam pandangan ini, tiga jenis dalam kegiatan analisis data dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti bergerak diantara empat sumbu kumpuran tersebut selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu penelitian. Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Koleksi Data

Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting, karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan

Pengumpulan data

Penyajian data Reduksi

Data

(71)

berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan teknik sampling yang benar, kita sudah mendapatkan strategi dan prosedur yang akan kita gunakan dalam mencari data di lapangan.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasis data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diferivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan selanjutnya, dan mencarinya kembali bila diperlukan. Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-kode pada aspek tertentu.

3. Penyajian Data

(72)

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan. Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif selain itu dapat berupa grafik, matriks, network (jaringan kerja) dan bagan. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

4. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Oleh karena itu kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

(73)

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthines) maka diperlukan pengujian dalam keakuratan data. Terdapat banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk menguji keabsahan data, penelitian ini menggunakan dua cara yaitu:

3.6.1 Triangulasi (Triangulation)

Untuk menguji keabsahan data penelitian menggunakan triangulasi. Triangulasi menurut Paton dalam Moleong (2005:330-331) Triangulasi adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan cara:

1. Membandingkan data pengamatan dan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan

Peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber. Menurut Satori dan Komariah (2010:170-171) menyatakan bahwa triangulasi sumber adalah cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Sedangkan triangulasi teknik yaitu penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data.

3.6.2 Mengadakan Membercheck

(74)

pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya.

3.7 Tempat dan Waktu Penelitian

3.7.1 Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Kecamatan Jombang Kota Cilegon.

3.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana pengawasan program satu kecamatan satu milyar di Kecamatan Jombang Kota Cilegon. Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014. Jadwal rencana penelitian terlampir pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.3

JADWAL RENCANA PENELITIAN 2014 - 2015

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Bulan

Febr

(75)

1 Pengajuan Judul Skripsi 2 Perijinan dan

Penelitian Awal 3 Pengumpulan

Data

Gambar

Tabel  1.1
Tabel  1.2
Gambar 1.1 Rekruitasi
Gambar 2.1. berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait