• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PROGRAM INVESTASI

INFRASTRUKTUR

4.1. Rencana Pengembangan Permukiman

4.1.1.Petunjuk Umum

A. Umum

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.

Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman, diantaranya adalah

1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah 2 Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

(2)

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.

6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam Pengembangan Permukiman.

7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia.

9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam Pengembangan Perkotaan pada kota bersangkutan.

10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan.

11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.

12. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman

13. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya.

14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut.

15. Safeguard Sosial dan Lingkungan.

16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran

B. Kebijakan, Program dan Kegiatan Pembangunan Permukiman

(3)

1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar permukiman)

2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur

3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah

4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah:

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman 2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA 3. Terarahnya pertumbuhan wilayah

4. Terdorongnya kegiatan ekonomi melalui kegiatan pembangunan permukiman Keluaran dari Sub Bidang Pengembangan Permukiman adalah:

1. Lahan siap bangun

2. Tersedianya prasarana dan sarana (jalan, drainase, jaringan air bersih) kawasan 3. Tersedianya kawasan permukiman yang sehat

4. Tersedianya RSH, RUSUNAWA siap huni

5. Tersedianya perumahan untuk mendukung terselenggaranya gerak perekonomian yang dinamis

6. Tersedianya kawasan permukiman skala besar yang terencana secara menyeluruh dan terpadu dengan pelaksanaan yang bertahap dengan menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman dan mengintegrasikan secara terpadu dengan lingkungan permukiman yang telah ada di sekitarnya

Asumsi dari Pengembangan Permukiman adalah:

1. Kelompok sasaran masyarakat untuk RSH, RUSUNAWA diutamakan masyarakat berpenghasilan rendah

2. Mengacu pada UU no. 4/1992 tentang perumahan dan peraturan perundangan terkait

(4)

Permukiman oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Dinas PU/Cipta Karya yang diwujudkan dalam Program Pengembangan Permukiman Perkotaan dan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan.

C. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan 1. Penyediaan PSD Bagi Kawasan RSH

Target:

 Perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.

 Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.

 Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS

 Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja masyarakat berpenghasilan rendah

 Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera mendorong perkembangan wilayah

 Sudah mendatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan Bapertarum. Penanganan:

 Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI

 Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan kawasan baru

Kontribusi Pemerintah Daerah:  Menyediakan dana pendamping.  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

2. Penataan dan Peremajaan Kawasan Target :

 Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.

(5)

 Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.

 Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

Penanganan:

 Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan.

 Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.

 Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan kawasan perkotaan.

Kontribusi Pemerintah Daerah:  Menyediakan dana pendamping.  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

3. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Target:

 Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan rendah.

 Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal).

 Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.

 Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.

 Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh

 Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat.

 Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik.  Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.

 Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama. Penanganan:

(6)

 Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa.

 Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa. Kontribusi Pemerintah Daerah:

 Menyusun renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan Rusunawa.

 Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).

 Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.

 Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca konstruksi.

 Mengalokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui APBD

4. Peningkatan Kualitas Permukiman Target:

 Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.  Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan program

penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta melaksanakan proses secara partisipatif.

 Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki. Penanganan:

 Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan Permukiman.

 Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.  Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR.

 Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan Pelatihan dan Pendampingan.

(7)

 Review minimal setahun sekali

D. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

1. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) Target :

 Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin lebih dari 35%

 Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai lebih dari kawasan lainnya

 Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang punya kaitan erat terutama di bidang ekonomi, (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )

 Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dari Desa sesuai data PODES/BPS.

 Kecamatan yang diusulkan bukan merupakan sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

 Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana, strategis  Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.

 Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten. Penanganan :

 Bantuan Teknis berupa:

 Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandnya).

 Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara mandiri

 Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi lokal, bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyarakat.

 Bantuan Fisik berupa bantuan PS kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dari DPP ke desa-desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.

 Peningkatan PS desa pusat pertumbuhan diarahkan pada Penyediaan PSD Perdesaan yang dapat menstimulasi ”Kegiatan Ekonomi Perdesaan”.

(8)

 Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada Renstrada  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati

 Review minimal setahun sekali

2. Pengembangan Kawasan Agropolitan Target :

 Kawasan pertanian yang terdiri dari kota Pertanian, desa-desa sentra produksi pertanian dan desa penyangga yang ada di sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri.

Penanganan :

 Pembangunan prasarana dan sarana untuk mendukung kawasan agropolitan. Kontribusi Pemerintah Daerah :

 Menyediakan dana pendamping.  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

3. Pengembangan PS Kawasan Eks Transmigrasi Target :

 Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan PS di kawasan transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT Bina)

Penanganan:

 Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan identifikasi kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di kawasan eks transmigrasi.

 Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, dilaksanakan dalam rangka mendukung program Departemen Transmigrasi

(9)

4. Penyediaan PS Permukiman di Pulau Kecil dan Terpencil

Target :

 Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan lainnya.

 Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya maupun ekonomi.

 Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)

Penanganan :

 Bantuan teknis berupa:

 Pedoman Pengembangan PS di Pulau Kecil dan Terpencil

 Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

 Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat  Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka

pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam perencanaan program/PJM dan Rencana Tindak

Kontribusi Pemerintah Daerah :  Menyediakan dana pendamping.  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

5. Pengembangan PS Kawasan Perbatasan Target:

 Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain (kepulauan dan daratan) sesuai Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan

 Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya Penanganan :

 Bantuan Teknis berupa:

(10)

 Identifikasi lokasi-lokasi pada kawasan perbatasan dengan negara lain serta pulau terluar.

 Penyusunan PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata sesuai dengan kriteria kawasan perbatasan dan pulau terluar.

 Bantuan fisik berupa bantuan PS dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM.

Kontribusi Pemerintah Daerah:  Menyediakan dana pendamping.  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali.

6. Penyediaan PS dalam rangka Penanganan Bencana Target:

 Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana dasar permukimannya.

 Sudah ada laporan dari Pemerintah Daerah atau media massa mengenai kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan

Penanganan:

 Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana

 Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana.

Kontribusi Pemerintah Daerah:  Menyediakan dana pendamping.  Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati  Review minimal setahun sekali

4.1.2. Profil Pembangunan Permukiman 4.1.2.1 Kondisi Umum

4.1.2.1.1 Gambaran Umum

(11)

sangat mempengaruhi pengembangan pusat-pusat kegiatan. Hasil proyeksi jumlah penduduk sampai tahun 2028 adalah sekitar 143.383 jiwa. Dengan mengasumsikan satu rumah untuk satu keluarga (5 jiwa setiap keluarga) maka di tahun 2028 diperkirakan dibutuhkan rumah sebanyak 28677 rumah. Dengan asumsi setiap rumah membutuhkan luas lahan rata-rata 100 m2 maka di tahun 2028 tersebut dibutuhkan

lahan untuk permukiman yang luasnya sekitar 286 Ha. Dengan mengasumsikan bahwa 40% dari luas kawasan permukiman adalah sebagai prasarana pendukung, maka diperkirakan luas lahan untuk kawasan permukiman pada tahun 2028 adalah sekitar 550 Ha.

Permukiman adalah merupakan salah satu komponen penting dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Buru yang perlu dikembangkan untuk memberikan layanan berupa hunian yang nyaman bagi masyarakat yang memerlukan sebagai akibat pengembangan pusat-pusat kegiatan.

(a). Kawasan Permukiman Perkotaan, adalah kawasan permukiman yang keberadaannya dimanfaatkan oleh penduduk yang terlibat dalam kegiatan/aktivitas perkotaan. Lokasi kawasan permukiman perkotaan ini berada di dalam wilayah kota atau di sekitarnya. Berdasarkan karakter tersebut, maka kawasan permukiman perkotaan ini umumnya merupakan satu kesatuan kawasan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pelayanan lingkungan serta terpisah dari fungsi-fungsi non perkotaan seperti sawah, kebun, ladang dan sejenisnya. Dengan demikian dibandingkan dengan kawasan permukiman perdesaan, kawasan permukiman perkotaan memiliki tingkat kepadatan bangunan yang relatif lebih tinggi.

(12)

lainnya seperti sawah, kebun, ladang dan sejenisnya, sehingga dibandingkan dengan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan ini memiliki tingkat kepadatan bangunan yang relatif lebih rendah.

Penggunaan lahan untuk permukiman meliputi perumahan dan fasilitas pendukungnya, perkantoran, perdagangan, rekreasi, taman dan ruang terbuka hijau lainnya yang berada di perkotaan maupun perdesaan, demikian juga permukiman transmigrasi.

Kawasan pemukiman tersebar dengan pemusatan pada kota-kota kecamatan dengan pemanfaatan ruang yang cukup luas. Hasil identifikasi lapangan menunjukkan bahwa kawasan sekitar Namlea merupakan wilayah yang memiliki luas penggunaan lahan pemukiman yang paling tinggi. Kondisi ini didukung oleh berkembangnya kegiatan industri dan kegiatan ekonomi produktif lainnya di kawasan tersebut.

Kabupaten Buru sebagai salah satu kabupaten di Maluku yang termasuk kategori daerah topografi berbukit-bukit. Berdasarkan kondisi fisik alam yang berupa daerah perbukitan, maka sistem pemukiman penduduk di dataran Kabupaten buru diupayakan agar tidak dikembangkan ke arah utara ke daerah perbukitan, khususnya pada areal dengan lereng > 40%, karena areal ini harus dijadikan pelindung (buffer) untuk kelestarian lingkungan, selain juga mengantisipasi rawannya gerakan tanah (longsor). Areal ini sebaiknya tetap dijadikan sebagai Kawasan Lindung, untuk basis sumberdaya air dan daerah resapan air di wilayah hulu sungai.

(13)

Mengingat Kabupaten Buru merupakan kepulauan namun mempunyai potensi terjadinya bencana alam, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya tsunami, maka sistem permukiman penduduk diupayakan berada di dataran yang tidak terlalu rendah, yaitu sekitar 10 meter di atas permukaan laut. Beberapa kawasan yang terdapat di masing-masing wilayah kecamatan, yang kondisi morfologinya relatif lebih datar dan lebih luas, disarankan untuk menjadi daerah permukiman dengan KDB rendah (<20%).

4.1.2.1.2 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman

Perkembangan Kabupaten Buru perlu diimbangi dengan tersedianya sarana yang memadai, mampu menunjang aktivitas penduduk Wilayah Buru Pada saat ini kondisi sarana dan prasarana yang ada masih sangat terbatas.

Penyediaan dan penyebaran sarana ini perlu memperhatikan kondisi Kabupaten Buru yang memiliki wilayah dengan topografi yang sangat bervariasi. Berikutnya yang perlu diperhatikan dalam penyediaan dan penyebaran sarana tersebut adalah usaha untuk menghindari atau meminimalis hal-hal yang dapat ditimbulkan oleh bencana (alam), seperti gempa bumi, tsunami, dan bencana alam lainnya yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Buru. Aspek administrasi dari setiap bagian wilayah Buruini juga menjadi bahan pertimbangan dalam usaha penyebaran sarana tersebut.

(14)

bergerak di sektor pertanian dalam arti luas, hal ini didasarkan pada peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah pada sektor ini belum maksimal, hal ini karena masih ada kendala terutama disebabkan oleh sarana infrastruktur transportasi untuk memasarkan hasil pertanian dalam arti luas masih terbatas. Hampir secara keseluruhan wilayah daratan kabupaten ini sudah terjangkau jaringan jalan darat. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan jalan dari total 1.135,08 Km panjang jalan di Kabupaten Buru, 585 Km diantaranya berada di bawah kewenangan Pemda Kabupaten Buru dan 204 Km masih berupa pemadatan atau tanah.

Ketersediaan jaringan jalan yang di Kabupaten Buru yang terintegrasi kedalam bentuk tatanan sistem tataran transportasi wilayah (tatrawil) di Provinsi Maluku belum memadai, padahal banyak wilayah di provinsi ini mempunyai tingkat kegiatan nasional dan internasional. Oleh karena itu jaringan jalan nasional dan provinsi perlu ditingkatkan baik dari segi panjang jalan maupun dari segi kualitas, sehingga sistem transportasi intermoda dapat terealisasi serta menjangkau berbagai wilayah di provinsi ini termasuk di wilayah Buru dengan baik.

Disamping sarana dan prasarana jalan dan transportasi yang masih terbatas, kondisi sarana dan prasarana permukiman lain (listrik, telekomunikasi, irigasi, persampahan, air bersih, air limbah) keadaannya juga masih sangat minim.

4.1.2.1.3 Aspek Pendanaan

(15)

4.1.2.1.4 Aspek Kelembagaan

Pelaksana Kegiatan pembangunan bidang permukiman menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum khususnya Cipta Karya

4.1.2.2 Sasaran

♠ Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk menyediakan tempat permukiman yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat, dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

♠ Pengembangan permukiman sedapat mungkin tidak terlalu jauh dari tempat usaha dan pusat pertumbuhan selama tidak mengakibatkan degradasi lingkungan.

♠ Pengembangan kawasan permukiman sejauh mungkin tidak menggunakan daerah pertanian lahan basah atau lahan yang beririgasi.

♠ Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan di pusat-pusat kegiatan perkotaan terutama di kota-kota yang diarahkan sebagai pusat kegiatan bagi kawasan sekitarnya yaitu Namlea dan Waeapo.

♠ Dalam pengembangannya, arahan pengembangan kawasan permukiman ini, khususnya untuk permukiman perdesaan perlu diintegrasikan dengan kawasan transmigrasi yang telah berkembang terlebih dahulu

4.1.3. Permasalahan Pembangunan Permukiman 4.1.3.1 Analisis Permasalahan

(16)

ketersediaan sarana infrastruktur transportasi darat untuk menghubungkan berbagai wilayah, terutama yang menuju kepedalaman.

4.1.3.2 Alternatif Pemecahan

♠ Mengembangkan pusat-pusat permukiman sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing kota;

♠ Menyediakan prasarana dan sarana pendukung pusat permukiman

perkotaan dan perdesaan sesuai fungsi masing-masing;

♠ Mengembangkan interaksi desa-kota yang saling menguntungkan.

♠ Percepatan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan terutama

kota Namlea sebagai Kota Kabupaten yang mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan jasa kemasyarakatan.

4.1.3.3 Rekomendasi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman. Rencana pembangunan perumahan menurut RTRW Maluku 2007 - 2027 adalah sebagai berikut :

♠ Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan dan pesisir/nelayan;

♠ Meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan

perumahan pada setiap Gugus Pulau;

♠ Meningkatkan fasilitas dan pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan lahan, sumber pembiayaan, parasarana dan sarana lingkungan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat;

♠ Mengembangkan lembaga yang bertanggung jawab dalam pembangunan perumahan dan pemukiman pada semua tingkatan pemerintah daerah serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang kawasan pemukiman yang transparan dan partisipatif.

(17)

sebagaimana mestinya karena didukung oleh fasilitas sosial-ekonomi yang memadai.

4.1.4. Usulan Pembangunan Permukiman

4.1.4.1 Usulan dan Prioritas Program Pembangunan PS Permukiman

A. SUB BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN

PERBATASAN

I. PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN 1. Penataan dan Peremajaan Kawasan

 Penyusunan DED Permukiman Kumuh Perkotaan 2. Peningkatan Lingkungan Permukiman

II. PROGRAM PENGEMBANGAN PRASARANA & SARANA KWS. AGROPOLITAN

4.1.4.2 Usulan dan Prioritas Kegiatan Pembangunan PS Permukiman Berdasarkan hasil analisa di atas terdapat kebutuhan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana permukiman pada wilayah perencanaan yaitu :

A. SUB BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN

PERBATASAN

I. PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN 1. Penataan dan Peremajaan Kawasan

 Dukungan PSD Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan (Kawasan Waplau/Ds. Waprea, Kawasan Namlea)

 Dukungan PSD Lingkungan Permukiman Kumuh Nelayan (Kawasan Weapo, Kawasan Namlea)

2. Peningkatan Lingkungan Permukiman  Peningkatan Jalan dan Jembatan

(Ruas Mako –Namrole, Ruas Mako –Namrole, Ruas Air Buaya -Teluk Bara 12 km, Dalam Kota Namlea, Pulau Buru, Kota Namlea)

 Pembangunan Jalan Lingkungan

 Pembangunan Jalan Setapak (Waeapo Air Buaya)  Pembangunan Jalan Poros Desa

 Pemeliharaan Rutin Jalan Kabupaten

(18)

 Rehabilitasi Jalan dalam Kota Kabupaten dan Kecamatan  Penggantian Jalan Nasional

II. PROGRAM PENGEMBANGAN PRASARANA & SARANA KWS. AGROPOLITAN

 Pembangunan Kawasan Agropolitan (Kawasan Namlea) Secara detil kebutuhan pembangunan dapat dilihat pada tabel lampiran

4.2. Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan

4.2.1. Petunjuk Umum

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah :

a. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan

b. Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkunganyang produktif dan berkelanjutan.

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain:

a. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

b. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

(19)

 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. c. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

 Masih adanya permukiman kumuh seluas 47,3 ribu Ha yang tersebar di 10.000 kantong permukiman yang dihuni tidak kurang dari 17,2 juta jiwa (berdasarkan data tahun 2003).

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua kota, terutama kota Metro dan Besar.

d. Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan  Jumlah penduduk miskin sebanyak 36,1 juta jiwa (16,6%) dengan 11,5 juta

jiwa di perkotaan dan 24,6 juta jiwa di perdesaan (berdasarkan data tahun 2003).

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat.

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan diwilayahnya.

e. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.  Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada tahun 2015,

200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan antara lain :

a. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota, b. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

(20)

d. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

e. Dalam penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Kota,

f. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan,

g. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik,

h. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia,

i. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan pada kota bersangkutan,

j. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,

k. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta,

l. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,

m. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya investasi,

n. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut,

o. Safeguard sosial dan lingkungan,

p. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

(21)

a. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung;

b. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran yang belum memiliki atau melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;

c. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan pendataan bangunan gedung;

d. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama bangunan yang baru hasil pembangunan sejak 2003-2006;

e. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai setiap saat;

f. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;

g. Masih banyak Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

h. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan belum di tata ulang;

i. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kabupaten/Kota;

j. Masih banyak Kabupaten/Kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan.

(22)

Untuk tahun anggaran 2007, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten/Kota.

Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif.

Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni: mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif.

Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP.

4.2.2. Strategi Pendukung

a. Grand Strategy 1 : Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional, Andal Dan Efisien.

Tujuan :

Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Sasaran :

 Tersusunnya Perda bangunan gedung untuk kota besar di seluruh Indonesia tahun 2009, dan Kabupaten/Kota lainnya tahun 2020.

(23)

 Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung pada tahun 2009.

 Terlaksananya penyediaan aksesibilitas bangunan gedung umum di seluruh wilayah Kabupaten/Kota pada tahun 2009.

 Terlaksananya pendataan bangunan gedung di 33 Propinsi pada tahun 2009.  Terwujudnya Pusat Informasi Arsitektur dan Bangunan Gedung di tingkat

Propinsi tahun 2009.

 Tercapainya standar mutu pelayanan rumah negara sesuai ISO 9000 pada tahun 2009.

 Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan wasdal kegiatan penataan bangunan dan lingkungan diseluruh Kabupaten/Kota pada tahun 2009.

 Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan di tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya pada tahun 2009.

 Terwujudnya tertib pengelolaan aset negara berupa tanah dan bangunan gedung pada tahun 2009.

 Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di 30 Propinsi percontohan hingga tahun 2009.

b. Grand Strategy 2: Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan Berjatidiri.

Tujuan :

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.

Sasaran :

 Terwujudnya perbaikan lingkungan permukiman kumuh di 733 kawasan pada tahun 2009.

 Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional bersejarah di 223 kawasan pada tahun 2009.

(24)

c. Grand Strategy 3: Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan dan Bangunan Agar Dapat Memberikan Nilai Tambah Fisik, Sosial dan Ekonomi.

Tujuan :

Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Sasaran :

 Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis sebanyak 247 lokasi pada tahun 2009.

 Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyelenggarakan revitalisasi kawasan

d. Grand Strategy 4: Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk Mewujudkan Arsitektur Perkotaan, dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung yang Dilindungi dan Dilestarikan Untuk Menunjang Kearifan Budaya Lokal.

Tujuan :

Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Sasaran :

Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan di 9 kawasan kota Metropolitan pada tahun 2009.

e. Grand Strategy 5: Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk Menunjang Pembangunan Regional/Internasional Yang Berkelanjutan

Tujuan :

Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.

(25)

Terlaksananya perencanaan bangunan gedung dan lingkungan dengan teknologi dan rekayasa arsitektur pada 5 lokasi melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten pada tahun 2010.

4.2.3. Kebijakan, Penataan bangunan Gedung dan Lingkungan Kabupaten Buru a. Kebijakan

» Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara.

» Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

» Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan permukiman.

» Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktifitas masyarakat.

» Mengembangkan kawasan-kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota.

» Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

» Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

» Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya).

Referensi

Dokumen terkait

2. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan praktek atau percobaan, serta menemukan sesuatu melalui

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan berkaitan bahwa powerpoint interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga siswa lebih aktif

1 POTENSI WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN BANTUL PADA BULAN APRIL 2014.. DESA PKB DU SUN PPKBD RT SUB PPKBD KKB DPS BPS RS KKB

RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KODE REKENING URAIAN JUMLAH (Rp) 1 2 3 5 BELANJA

Pengenalan dasar gaji minima yang berkuatkuasa sepenuhnya mulai 1 Januari 2014 adalah satu dasar yang baik bagi meningkatkan kebajikan tenaga kerja terutamanya di dalam

Tinjauan ekonomi Islam terhadap adanya UPK PNPM Mandiri Pedesaan dalam peningkatan ekonomi Islam di Kecamatan Tompobulu, khususnya pada program simpan pinjam ini adalah

E-book ini saya berikan secara Free sebagai panduan awal dan basic knowledge anda untuk mencoba merubah diri anda menjadi seorang pria yang lebih menarik!. Anda hanya akan

Pengenalan jenis: habitat hutan sekunder pada daerah yang terbuka, percabangan dikotom, pinna steril palmatus, pinna fertil palmati partitus yang terbagi menjadi 2