III - 1
BAB III
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENSTRA
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1.
ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYAArahan pembangunan Bidang Cipta Karya terhadap rencana-rencana pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten Nias Utara, secara umum mengacu pada Perpres 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementrian PUPR Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 (Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019).
3.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapakan Presiden Republik Indonesia melalui Perpres RI No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 yang berfungsi sebagai :
a. pedoman bagi Kementerian/ Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga;
b. bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; c. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah; d. acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM
Nasional.
III - 2 RPJMN merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun yang pada saat ini telah memasuki periode pelaksanaan RPJMN yang ke-3 terhitung sejak tahun 2015 hingga tahun 2019.
Gambar 3. 1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2015-2019
Sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2014, RPJMN memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Dalam melaksanakan seluruh program-program yang telah ditetapkan RPJMN tersebut, seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah menjabarkannya dalam Rencana Strategis (Renstra) ditingkat Kementerian/Lembaga dan RPJMD di tingkat daerah
A. Visi Misi Pembangunan Nasional
III - 3 TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. B. Strategi Pembangunan Nasional
Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :
1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 2. Tiga Dimensi Pembangunan;
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil.
III - 4 Sumber: Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019
Gambar 3. 2. Strategi Pembangunan Nasioanal 2015-2019 C. Sembilan Agenda Prioritas
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas.
Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
III - 5 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
D. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:
1. Sasaran Makro: meliputi pembangunan manusia dan masyarakat serta ekonomi makro.
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: meliputi kependudukan dan keluarga berencana; pendidikan; kesehatan; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; serta perlindungan anak.
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan pangan; ketahanan energi; maritim dan kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas.
4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi; serta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu. 5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah: meliputi
pemerataan pembangunan antar wilayah.
6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan: meliputi politik dan demokrasi; tata kelola dan reformasi birokrasi; penguatan tata kelola pemerintah daerah; serta pertahanan dan keamanan.
3.1.2. Renstra Kementerian PUPR 2015-2019.
III - 6 dan 9 Agenda pembangunan nasional (Nawa Cita), melalui Peraturan Menteri PUPR RI No.13.1/PRT/M/2015 Tentang Renstra Kementerian PUPR Tahun 2015-2019 telah menetapkan arah kebijakan umum pembangunan infrastruktur Bidang PUPR tahun 2015-2019 yaitu: Untuk mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang handal dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, ketahanan air, kedaulatan energi, konektivitas bagi penguatan daya saing, dan layanan infrastruktur dasar melalui keterpaduan dan keseimbangan pembangunan antar daerah, antar sektor dan antar tingkat pemerintahan yang didukung dengan industri konstruksi nasional yang berkualitas dan sumber daya organisasi yang kompeten dan akuntabel.
3.1.2.1. Sasaran Pembangunan Kawasan Permukiman Kementerian
PUPR 2015-2019
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 yaitu melalui misi penyediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi, maka sesuai dengan salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah melalui percepatan pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.
Terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Kementerian PUPR dalam Renstra PUPR 2015-2019 sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 Pengembangan Infrastruktur Permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Secara rinci sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0
persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;
3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
III - 7 5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang
mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.
3.1.2.2. Pendekatan Pembangunan Melalui Pengembangan Wilayah
Terhadap arah kebijakan umum PUPR tersebut, sasaran strategis yang dilakukan adalah melalui perencanaan, pemrograman, dan pembangunan infrastruktur PUPR melalui pendekatan wilayah. Dalam konteks pengembangan wilayah mengingat sangat luasnya wilayah nasional Indonesia, untuk memudahkan pengelolaannya, pengembangan wilayah dibagi menurut wilayah Pulau/Kepulauan yang dikelompokkan ke dalam beberapa tipe wilayah pengembangan yang diistilahkan “Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS)” yang di dalamnya melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dan kawasan maritim berdasarkan pada tema atau potensi per pulau (Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Papua, Pulau Kalimantan, Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan Pulau Sulawesi). Dalam struktur organisasi Kementerian PUPR, bidang tersebut ditangani oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) sebagi unit khusus yang berfungsi untuk menterpadukan perencanaan, pemrograman dan penganggaran berbasis pengembangan wilayah.
3.1.2.3. Konsepsi Wilayah Pengembangan Strategis
Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan infrastruktur yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan
III - 8 Gambar 3. 3. Konsepsi Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)
Untuk meningkatkan daya saing dan mengurangi disparitas antar wilayah, pembangunan infrastruktur PUPR difokuskan pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Pembangunan infrastruktur PUPR pada setiap WPS akan diterpadukan dengan sasaran pokok dan program nasional, yaitu:
1) Pertama, dengan pengembangan Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP);
2) Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan Kawasan Industri Prioritas (KIP);
3) Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/Kota Perbatasan;
III
-
III - 10 3.1.2.4. Arahan WPS Pulau Sumatera dan Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan arahan keterpaduan pengembangan kawasan dan infrastruktur PUPR 2015 – 2019 terhadap 35 WPS, terdapat 6 (enam) WPS yang menjadi Development Plan Pulau Sumatera dan khusus di Provinsi Sumatera Utara
sesuai arahan kebijakan RTRWN terdapat satu Kawasan Starategis Pariwisata Nasional yaitu Danau Toba Dsk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 1. WPS Pulau Sumatera
No Kabupaten/Kota Nama WPS
1 Sabang-Banda Aceh-Langsa WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang 2 Metro Medan-Tebingtinggi-Dumai –
Pekanbaru
WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu
3 Batam-Tanjungpinang WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu
4 Sibolga-Padang-Bengkulu WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang
Sumber: Bahan paparan Kaba BPIW pada Prakonreg Wil. Sumatera 2017, Satker Randal Prov. Sumut 2017
Tekait WPS Metro Medan (Mebidangro) - Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru, sesuai arahan kebijakan RTRWN pada WPS ini dikoneksikan dengan wilayah pengembangan Kawasan Starategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba Dsk yang mencakup kabupaten: Dairi, Humbang Hasundutan, Karo, Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir.
Di wilayah Sumatera Utara beberapa Kabupaten/Kota yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Strategis RPJMN 2015-2019 adalah pada:
WPS 2: Pusat Pertumbuhan Terpadu Metro Medan – Tebing Tinggi – Dumai - Pekanbaru dan KSPN Danau Toba Dsk
WPS 4: Kawasan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga – Padang - Bengkulu.
III
11
III
12
III
13
WPS 4 : Kawasan di Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Sibolga – Padang - Bengkulu
III - 14 3.1.3. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.
Rencana Strategis Kementrian PUPR Direktorat Jenderal Cipta Karya (Renstra Ditjen Cipta Karya) disusun berdasarkan arahan RPJMN Tahun 2015 – 2019 dengan melihat capaian hasil-hasil pelaksanaan program Ditjen Cipta Karya pada Penyelenggaraan Kinerja Ditjen Cipta Karya Tahun 2015 pada penyelenggaraan program Pembinaan dan Pembangunan Infrastruktur Permukiman.
Renstra Ditjen Cipta Karya telah mengamanatkan kebijakan-kebijakan prioritas sebagai pelaksanaan program-program strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019.
3.1.3.1. Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya
Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan, Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.
III - 15 Sumber: Renstra Ditjen Cipta karya 2015-2019
3.1.3.2. Kebijakan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Sebagai kebijakan prioritas dalam kegiatan perencanaan dan penganggran untuk tahun pemograman 2017, Ditjen Cipta Karya telah menyusun arahan dan kebijakan Program Infrastruktur Permukiman yang di khususkan pada
kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan yang disebut “Program
Permukiman Berkelanjutan 100-0-100”. Sasaran pencapain target kinerja Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019, yang menjadi kebijakan prioritas Ditjen Cipta Karya tersebut adalah:
1. Mendukung pengembangan sistem perkotaan nasional 2015-2019 yaitu 7 kawasan metropolitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru, dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru (RPJMN 2015-2019) ;
2. Mendukung keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di 35 Wilayah Pengembangan Strategis, 24 Pelabuhan Strategis, 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan 22 Kawasan Industri Prioritas (BPIW, 2015) ;
3. Mendukung Keterpaduan Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kawasan Perbatasan dengan membangun 7 Kawasan Pos Lintas Batas Negara, dan 9 Kawasan Permukiman (Non-PLBN - Inpres No. 6 Tahun 2015) ; 4. Mendukung Keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di 30
Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (DJCK, 2014) ;
5. Mendukung kegiatan terkait Pengarus Utamaan Gender, Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim ;
6. Mendukung keberlanjutan kegiatan Multiyears Contract.
III - 16 Tabel 3. 3. Strategi Pelaksanaan dan Sasaran Strategis Pelaksanaan
Perencanaan dan Pemograman Anggaran Ditjen Cipta Karya
Strategi Pelaksanaan Sasaran Strategis
Membangun Sistem
Memberikan dukungan pembangunan sistem infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kab./Kota
Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan)
Melakukan fasilitasi kepada pemerintah daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan
Memberdayakan Masyarakat
Memberikan dukungan pembangunan infrastruktur melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat
Sumber: Renstra Ditjen Cipta karya 2015-2019
A. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman
Kebijakan dan strategi umum Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019
Tabel 3. 4. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman 2015-2019
Kebijakan Strategi
a. Kebijakan Dan Strategi Umum Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman
Kebijakan 1:
Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman
1.Regulasi dan aturan main yang harus tersedia sebagai
acuan bagiPemerintah dan terutama pemerintah daerah dalam penyelenggaraan kawasan permukiman.
2.Landasan kebijakan jangka panjang daerah sebagai
dasar bagi pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan peningkatan kualitas permukiman kumuh, yaitu RPJPD, RTRW, dan RP3KP serta RKP Kumuh Perkotaan.
3.SK Kepala Daerah mengenai penetapan lokasi kumuh.
4.Menyusun Pedoman Teknis Penanganan Kawasan
Permukiman. Kebijakan 2:
Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman
Melakukan peningkatan dan penguatan Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman,
kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis
Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala
Kebijakan 4:
III - 17
Kebijakan Strategi
Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah.
monitoring perencanaan dan pemrograman.
2. Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi,
pelaporan) pembangunan untuk menjamin
tercapainya target RPJMN.
3. Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan
pengendalian pemanfaatan hasil pembangunan.
b. Implementasi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman Perkotaan
Kebijakan 1: prasarana dan sarana dasar permukiman dengan
pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.
1.Penanganan komprehensif terhadap 30
kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best
practice penanganan permukiman kumuh yang
diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kota kota lainnya.
2.Penanganan permukiman kumuh terhadap
kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan yang diajukan oleh kabupaten/kota.
Kebijakan 2: Pengembangan
permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan
Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru.
1. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan
yang mengacu pada rencana kawasan permukiman.
2. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice
kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan
pemenuhan SPP, penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing.
c. Kebijakan Dan Strategi Implementasi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman Perdesaan
Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan.
1. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum
permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui
pengembangan dan pembangunan kawasan
transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi.
2. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas unggulannya;
3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung
peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar desa-kota.
d. Kebijakan Dan Strategi Implementasi Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman Khusus.
1. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung
meningkatnya produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi unggulan, terutama di 10 PKSN.
2. Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan
III - 18
Kebijakan Strategi
kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.
Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan dan pesisir).
1. Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan
dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman sesuai RTRW dan mitigasi.
2. Mengurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU).
3. Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat,
lembaga).
4. Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di
kawasan pasca bencana.
Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019
B. Kebijakan dan Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kebijakan dan strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 adalah:
Tabel 3. 5. Kebijakan dan Strategi Umum Penataan Bangunan dan Lingkungan 2015-2019
1. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam
Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan
kepentingan berbagai sektor dalam penataan
kawasan.
2. Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan
Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan.
3. Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait
Penataan Bangunan dan Lingkungan.
4. Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan
Lingkungan yang tertib, andal serta ramah
1. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan
Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah.
2. Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) oleh
Pemerintah kepada Penyelenggara (Pemerintah
Daerah, Swasta, atau Masyarakat).
3. Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan
Walikota/Bupati tentang Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh
Pemerintah kepada Pemerintah Daerah.
4. Memberikan pendampingan untuk implementasi
III - 19
Kebijakan Strategi
Satuan Bangunan Gedung.
5. Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur
Pemerintah, Pemerintah Daerah.
6. Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi
Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.
7. Mendorong pembentukan dan peningkatan
kelembagaan bidang Penataan Bangunan dan
Lingkungan.
8. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah
Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan.
9. Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah
Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan.
10.Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan
Rumah Negara.
1. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha
dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan.
2. Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan
dengan masyarakat dan pelaku peduli lingkungan.
3. Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara
pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional dan profesional.
4. Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan
penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi.
5. Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam
mendukung pembangunan bidang Keciptakaryaan.
6. Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya
yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi profesi, pemerintah, masyarakat maupun kalangan akademis terkait bidang Keciptakaryaan.
7. Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam
rangka menonton film revolusi mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia.
Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019
C. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Kebijakan dan strategi umum Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) berdasarkan Renstra DJCK 2015-2019 adalah:
Tabel 3. 6. Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Penyehatan
1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem
setempat melalui hibah dan DAK sanitasi.
III - 20
Pengelolaan Air Limbah
Kebijakan Strategi
sistem setempat dan terpusat.
dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
3. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan program Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT).
4. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat
skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN.
5. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem
pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan.
6. Peningkatan teknologi pada sistem pengelolaan air
limbah terpusat.
1. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan.
2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah
berbasis masyarakat.
3. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta
dalam pengelolaan air limbah permukiman. Kebijakan 3:
1. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan
pengelolaan air limbah permukiman.
2. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan
terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.
3. Penerapan peraturan perundangan.
Kebijakan 4:
Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman
1. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan
pengelola air limbah permukiman ditingkat
masyarakat.
2. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi
pengelola air limbah permukiman di daerah.
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM)
pengelola air limbah permukiman.
4. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar
lembaga.
5. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan
terhadap pengelolaan air limbah permukiman
Kebijakan 5: Peningkatan dan
pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman
1. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan
untuk penyelenggaraan air limbah permukiman.
2. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah
dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan proporsi pembagian yang disepakati bersama.
3. Peningkatan kemitraan dalam penyelenggaraan
pembangunan air limbah permukiman.
Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019
II. Pengelolaan Persampahan
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R
(Reduce-ReuseRecycle).
III - 21
Pengelolaan Persampahan
Kebijakan Strategi
disinsentif dalam pelaksanaan 3R.
3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama
perindustrian dan perdagangan.
Kebijakan 2:
Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan
1. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana
persampahan.
2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai
sasaran pelayanan.
3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai
sasaran pelayanan.
4. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah
sanitary landfill.
5. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional.
6. Menerapkan teknologi penanganan persampahan
tepat guna dan berwawasan lingkungan.
Kebijakan 3:
Peningkatan peran aktif
masyarakat sebagai mitra pengelolaan
1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan
sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah.
2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan
persampahan kepada masyarakat umum;
3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya
kaum perempuan dalam pengelolaan sampah.
4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis
masyarakat.
Kebijakan 4: Pengembangan
kelembagaan, peraturan dan perundangan
1. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola.
2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola
persampahan.
3. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator.
4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan
pemangku kepentingan lain.
5. Meningkatkan kualitas SDM.
6. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan
persampahan skala regional.
Kebijakan 5:
Pengembangan alternatif sumber pembiayaan
1. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang
kondusif bagi dunia usaha/swasta.
2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya
persampahan.
Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019
III. Pengelolaan Drainase Lingkungan
Pengelolaan Pengelolaan Drainase Lingkungan
Kebijakan Strategi
1. Mendorong rencana induk sistem drainase yang
terpadu antara sistem drainase lingkungan dengan
sistem drainase utama serta pengaturan dan
pengelolaan sungai.
2. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan
lingkungan yang mendukung upaya konservasi air.
III - 22
Pengelolaan Pengelolaan Drainase Lingkungan
Kebijakan Strategi
1. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan
prasarana dan sarana sistem drainase yang
terbangun.
2. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan.
3. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis
perkotaan di kota metropolitan dan besar.
Kebijakan 3:
Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan peran serta masyarakat
1. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase.
2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola.
3. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola.
4. Peningkatan kapasitas SDM Pemda
Kebijakan 4:
2. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum
(NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan.
3. Mendorong penerapan sanksi hokum untuk
pengelolaan drainase lingkungan
Kebijakan 5:
Pengembangan alternatif sumber pembiayaan
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadappentingnya pengelolaan drainase lingkungan;
2. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis
masyarakat.
Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019
D. Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum
Kebijakan dan strategi umum Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 adalah:
Tabel 3. 7. Kebijakan dan Strategi Umum Sistem Penyediaan Air Minum 2015-2019
Kebijakan Strategi
Kebijakan 1:
Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh
1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung
pertumbuhan ekonomi.
3. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang
aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan berkelanjutan.
4. Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi
persyaratan baku mutu yang berlaku.
5. Menurunkan tingkat kehilangan air.
6. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan
III - 23
1. Meningkatkan kemampuan finansial internal
Penyelenggara SPAM.
2. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.
3. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate
Social Responsibility (CSR).
4. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana
non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar negeri, pinjaman perbankan, pinjaman nonperbankan, dan obligasi perusahaan.
5. Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam
percepatan pengembangan SPAM.
1. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)
di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM.
2. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.
3. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih
memprioritaskan Pengembangan SPAM.
4. Menerapkan prinsip Good Corporate Governance
untuk Penyelenggara/operator SPAM.
5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center
of Excellent.
6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan.
7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaan SPAM Regional.
Kebijakan 4:
Pengembangan dan penerapan NSPK di pusat dan di daerah
1. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam
penyelenggaraan pengembangan SPAM.
2. Menerapkan NSPK yang telah tersedia.
3. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai
dengan kaidah teknis.
Kebijakan 5:
Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan
1. Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan
perlindungan sumber air baku.
2. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air
minum.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan
sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air
baku melalui sistem regional.
Kebijakan 6:
Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat
1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
penyelenggaraan pengembangan SPAM.
2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi
badan usaha dan koperasi.
III - 24
Kebijakan Strategi
Pengembangan inovasi teknologi SPAM
1. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi
bidang air minum.
2. Memasarkan hasil inovasi teknologi.
3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam
pengembangan SPAM pada daerah dengan
keterbatasan kualitas air baku.
4. Menyusun rencana implementasi prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan
SPAM.
Sumber: Permen PUPR No. 13/PRT/M/2015 - Renstra DJCK Tahun 2015-2019
3.1.3.3. Target Kinerja Pembangunan Kawasan Permukiman 2015-2019
Penjabarkan sasaran pembangunan kawasan permukiman yang menjadi prioritas berdasarkan Perpres No.2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1.Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan permukiman kumuh seluas 38.431
hektar, peningkatan kualitas pemukiman perdesaan seluas 78.384 Ha, peningkatan kualitas permukiman khusus seluas 3.099 Ha, inkubasi 10 kota baru dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan. 2.Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh
penduduk Indonesia yang dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu optimalisasi dan pembangunan baru (supply side), peningkatan efisiensi layanan air minum (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment).
3.Optimalisasi penyediaan layanan air minum dilakukan melalui (i) fasilitasi SPAM PDAM yaitu bantuan program PDAM menuju 100% PDAM Sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 5.700 kawasan dan (ii) fasilitasi SPAM non-PDAM yaitu bantuan program non-PDAM menuju 100% pengelola non-PDAM sehat dan pengembangan jaringan SPAM MBR di 1.400 kawasan.
Sedangkan pembangunan baru dilakukan melalui (i) pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kawasan kumuh perkotaan untuk
III - 25 Pemekaran dan Perluasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR; (iv) pembangunan SPAM Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.
4.Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional. Penerapan prinsip tersebut dilakukan melalui (i) pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) pada komponen sumber, operator dan konsumen di seluruh kabupaten/kota; (ii) optimalisasi bauran air domestik di seluruh kabupaten/kota; (iii) penerapan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 liter/orang/hari setiap tahunnya dan pada tingkat komersial dan fasilitas umum sekitar 10 persen setiap tahunnya.
5.Penciptaan lingkungan yang mendukung dilakukan melalui (i) penyusunan dokumen perencanaan air minum sebagai rujukan pembangunan air minum di seluruh kabupaten/kota yang mencakup Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), rencana strategis penyediaan air minum daerah (Jakstrada) dan rencana tahunan penyediaan air minum; (ii) peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggaran air minum di seluruh kabupaten/kota; (iii) fasilitasi pengembangan peraturan di daerah yang menjamin penyediaan layanan air minum di seluruh kabupaten/kota. 6.Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah
domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan
III - 26 7.Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung
termasuk keserasiannya terhadap lingkungan melalui (i) pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemerintah di seluruh kabupaten/kota; (ii) penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan penerapan penyelenggaraan bangunan hijau di seluruh kabupaten/kota; dan (iii) menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggaraan dan penataan bangunan di seluruh kabupaten/kota.
Rumusan rancangan Program Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 seperti ditunjukkan pada gambar bagan beriku:
Rancangan Program Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019
3.1.4. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara
3.1.4.1. Arahan Berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Utara
III - 27 Program -program prioritas Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara diarahkan dengan mengacu pada visi dan misi pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman dalam RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018 khususnya pada Misi 3 dan Misi 4 yaitu:
Misi 3: Membangun Dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Daerah Untuk
Menunjang Kegiatan Ekonomi Melalui Kerjasama Antar Daerah, Swasta, Regional Dan Internasional.
Mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan, Sumber Daya Air, perhubungan ; Mewujudkan sistem transportasi wilayah (SISTRAWIL), informasi dan komunikasi wilayah ; Mewujudkan Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP) ; Mewujudkan Pengembangan sarana pendukung jalan usaha tani; Menyediakan sumber energi untuk kebutuhan masyarakat, khususnya dari sumber energi terbaharukan dan ramah lingkungan ; Menyelenggarakan penataan ruang yang tidak hanya melihat dari aspek nilai ekonomi tetapi
juga mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan dan
pelestarian sumber daya alam (sustainable development);
Membangun dan meningkatkan keterkaitan fungsi wilayah antara
wilayah inti dan wilayah pinggiran ; Mendorong penguatan
kawasan koridor ekonomi pengembangan wilayah ; Menguatkan
peran dan fungsi kewilayahan pada kawasan pulau-pulau terluar
perbatasan negara ; Menguatkan peran dan fungsi kewilayahan
pada kawasan perbatasan provinsi dan perbatasan didalam
wilayah Sumatera Utara ; Membangun dan meningkatkan infrastruktur
sosial ekonomi berbasis mitigasi bencana ; Menguatkan sistem dan efektivitas penanggulangan bencana; Membangun penguatan peran masyarakat dalam perencanaan pengembangan wilayah berbasis mitigasi bencana
Misi 4: Meningkatkan Kualitas Standar Hidup Layak, Kesetaraan Dan Keadilan
Serta Mengurangi Ketimpangan Antar Wilayah.
Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah provinsi; Meningkatkan akses pada wilayah terluar, terpencil dan perbatasan ; Menyediakan dan memeratakan fasilitas
sarana dan prasarana sosial ekonomi serta kesejahteraan sosial
III - 28 permukiman, sanitasi, bantuan dan lainnya) ; Meningkatnya produktivitas tenaga kerja melalui pelatihan kreativitas dan produktivitas tenaga kerja melalui Penguasaan Teknologi; Meningkatkan kelembagaan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Pengarusutamaan hak anak ; Menyelenggarakan sistem pengendalian kependudukan yang berkualitas. 3.1.4.2. Kriteria Program Kegiatan Prioritas
Kriteria-kriteria program kegiatan yang menjadi Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman di Provinsi Sumatera Utara sesuai masa rencana RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2013-2018 adalah:
Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota Peningkatan Kualitas Hunian
Pengurangan Luas Kawasan Permukiman Kumuh
Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Perkotaan & Perdesaan Peningkatan Akses Lingkungan Kawasan Ekonomi Strategis
Peningkatan Layanan Air Minum & Sanitasi (Drainase, Air Limbah, Persampahan)
Mendukung Dan Mendorong Percepatan Pembangunan Kebijakan Nasional Di Daerah
Beberapa Indikator Kinerja Utama yang menjadi kriteria prioritas pada kegiatan-kegiatan Bidang Cipta Karya Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara tahun 2013-2018 adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 3. 8. Indikator Kinerja Utama Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara 2013-2018
Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016
III - 29 a) Pembangunan berbasis kawasan (Prioritas di Pusat Kegiatan Wilayah
dan Kawasan Strategis Provinsi)
b) Pemenuhan Standard Pelayanan Minimal
c) Mendukung pembangunan di Pusat Kegiatan Nasional, Kawasan Strategis Nasional serta Kawasan MP3EI
d) Mendukung percepatan pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan daerah tertinggal.
3.1.4.3. Kriteria Lokasi Kegiatan Prioritas
Untuk lokasi-lokasi kegiatan Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman di Provinsi Sumatera Utara selanjutnya mengacu pada struktur ruang pada masing-masing rencana tata ruang menurut tingkatan wilayahnya (RTRWN, RTRWP dan RTRW Kabupaten/Kota) yang diprioritaskan pada:
Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
PKN : Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW dan PKW Promosi)
PKW : Tebingtinggi, Sidikalang, Pematangsiantar, Balige, Rantauprapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga; PKWp: Tarutung dan Tanjungbalai
Kawasan Strategis Nasional (KSN). Kawasan strategis nasional pada wilayah provinsi terletak pada:kawasan perkotaan Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo), Kawasan Danau Toba, dan Kawasan Perbatasan Luar Negara (Pulau Berhala di Kab. Serdang Bedagai)
III - 30 Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan
Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016
Tabel 3. 10. Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi
Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016
Bentuk-bentuk kegiatan yang menjadi prioritas Bidang Penataan Ruang Dan Permukiman di Provinsi Sumatera Utara adalah:
a) Penyusunan Roadmap Sanitasi b) Penyusunan RP3KP
c) Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni
d) Revitaliasi/Peremajaan kawasan permukiman kumuh melalui pembangunan jalan lingkungan, drainase
e) Pembangunan SPAM Regional di Kawasan Mebidangro dan Danau Toba f) Peningkatan layanan Air Limbah Regional di Mebidangro
g) Pembangunan dan Operasionalisasi TPA Regional, khususnya di Aek Nabobar (Tapanuli Tengah-Sibolga)
h) Fasilitasi Penyusunan RISPAM di Kab/Kota
i) Pengurangan luas genangan di kawasan permukiman dan akses-akses ekonomi strategis
III - 31 1) Peningkatan sinkronisasi kegiatan pendanaan APBN dengan
berpedoman pada RPJMN (Nawacita)
2) Perlu senantiasa dilakukan komunikasi dan koordinasi intensif antara Bappeda dengan SKPD Dinas Ke-PU-an
3) Perlu peningkatan pemahaman terhadap arahan kegiatan prioritas pembangunan
4) Perlu peningkatan kerjasama antara kegiatan APBN dan APBD Provinsi maupun Kab/Kota
5) Perlu penyiapan dokumen pendukung perencanaan sektoral di Provinsi dan Kab/Kota, spt. RTRW, RPI2JM, Perda Bangunan Gedung, SSK, RISPAM, RP3KP, dll
6) Perlu penyiapan berbagai dokumen pendukung kegiatan (readyness criteria) spt. FS, MasterPlan, DED, dll.
(Sumber: Paparan Bappeda Provinsi Sumatera pada ARAH kebijakan Pembangunan Bidang Penataan Ruang Dan permukiman TAHUN 2016)
3.1.4.4. Gerakan 100-0-100
Melalui RPJMN III tahun 2015-2019 Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (Kemenpupera) telah melakukan percepatan peningkatan kualitas infrastruktur di seluruh sektor dengan menetapkan target pencapaian akses air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2019, target pencapaian tersebut
dinamai dengan “Gerakan 100 - 0 - 100”.
III - 32 A. Rencana Aksi Daerah Gerakan 100-0-100 Provinsi Sumatera Utara
Dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Gerakan 100-0-100 Provinsi Sumatera Utara disusun oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan difasilitasi oleh Satker Perencanaan dan Pengendalian (Satker Randal) Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan Rencana Aksi Daerah Sumatera Utara 2015-2019 adalah :
1. Menyediakan infrastruktur air minum layak yang memenuhi standar kualitas air minum sehat.
2. Menyediakan sarana dan prasarana permukiman dalam rangka mengurangi kawasan kumuh.
3. Menyediakan infrastruktur pengelolaan air limbah layak, infrastruktur pengelolaan persampahan, dan infrastruktur drainase lingkungan layak untuk mengurangi genangan melalui penyedian infrastruktur drainase lingkungan.
4. Membina penerapan Peraturan Daerah Bangunan Gedung untuk mewujudkan Provinsi Sumatera Utara yang layak huni dan berkelanjutan sesuai standar kualitas bangunan gedung.
Sedangkan sasaran strategis Rencana Aksi Daerah Sumatera Utara 2015-2019 yang hendak dicapai adalah:
1. Meningkatnya cakupan jumlah penduduk terlayani Air Minum Layak yang sesuai standar kualitas air minum sehat.
a. pemenuhan kebutuhan terhadap air minum layak bagi masyarakat Sumatera Utara.
b. Pemenuhan persentase capaian (cakupan pelayanan) air minum melalui penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana air minum agar memenuhi standar kualitas air minum sehat.
2. Berkurangnya luas kawasan kumuh melalui penyediaan sarana dan prasarana permukiman.
III - 33 3. Meningkatnya cakupan jumlah penduduk terlayani infrastruktur Air
Limbah Layak, meningkatnya cakupan jumlah penduduk terlayani infrastruktur pengelolaan persampahan, berkurangnya luas kawasan genangan melalui penyediaan infrastruktur drainase lingkungan.
a. Pemenuhan terhadap akses sanitasi (air limbah domestik dan persampahan) bagi masyarakat Sumatera Utara.
b. Pemenuhan cakupan pelayanan akses sanitasi dengan menyediakan infrastruktur pengelolaan air limbah layak, infrastruktur pengelolaan persampahan, dan infrastruktur drainase lingkungan layak untuk mengurangi genangan melalui penyedian infrastruktur drainase lingkungan.
4. Diterapkannya Peraturan Daerah Bangunan Gedung untuk mewujudkan Provinsi Sumatera Utara yang layak huni dan berkelanjutan.
a. Penerapan Peraturan Daerah Bangunan Gedung untuk mewujudkan Provinsi Sumatera Utara yang layak huni dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem prasarana dan sarana lingkungan dan penyehatan lingkungan dalam memenuhi standar kualitas bangunan gedung.
Terhadap tujuan dan sasaran strategis tersebut, Rencana Aksi Daerah Sumatera Utara 2015-2019 telah merumuskan 4 (empat) Misi yang akan dilaksanakan seperti dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 3. 11. Misi RAD Gerakan 100-0-100 Provinsi Sumatera Utara
No Misi Tujuan Sasaran Strategis
1 Meningkatnya pemenuhan kebutuhan terhadap air minum layak bagi masyarakat Sumatera Utara
Menyediakan infrastruktur air minum layak yang memenuhi standar kualitas air minum sehat
Meningkatnya cakupan jumlah penduduk
terlayani Air Minum Layak yang sesuai standar kualitas air minum sehat 2 Meningkatnya pemenuhan
kebutuhan terhadap
3 Meningkatnya pemenuhan terhadap akses sanitasi (air limbah domestic dan persampahan) bagi masyarakat Sumatera Utara
Menyediakan infrastruktur pengelolaan air limbah layak,
Meningkatnya cakupan jumlah penduduk
III - 34
No Misi Tujuan Sasaran Strategis
untuk mengurangi genangan melalui penyedian
infrastruktur drainase lingkungan.
melalui penyedian infrastruktur drainase lingkungan.
4 Meningkatnya kualitas bangunan gedung dan lingkungan permukiman Sumatera Utara
Membina penerapan Peraturan Daerah Bangunan Gedung untuk mewujudkan Provinsi Sumatera Utara yang layak huni dan berkelanjutan sesuai standar kualitas bangunan gedung Daerah.
Terterapkannya Peraturan Daerah Bangunan Gedung untuk mewujudkan Provinsi Sumatera Utara yang layak huni dan berkelanjutan.
Sumber: Dokumen RAD Provinsi Sumatera Utara 2016, Satker Randal Provinsi Sumatera Utara
III
-
35
Tabel 3. 12. 40 Indikator Baseline Data Kinerja 2015-2019
Sektor Indikator Satuan Pengukuran
Air Minum 1
Cakupan Pelayanan Air Minum/Total Akses AM
%
Akses masyarakat terhadap pemenuhan air minum yang aman melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan yang dihitung berdasarkan : jumlah masyarakat yang telayani air minum aman dari sistem perpipaan maupun bukan perpipaan dibagi jumlah penduduk total administrasi Kab/Kota x 100%
2
Cakupan Pelayanan Perpipaan
%
Akses masyarakat terhadap pemenuhan air minum yang aman melalui jaringan perpipaan yang dikelola PDAM/BLUD/UPTD yang dihitung berdasarkan : jumlah penduduk yang mendapatkan sistem perpipaan/jumlah penduduk administrasi Kab/Kota x 100%
3
Cakupan Pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan
%
Akses masyarakat terhadap pemenuhan air minum yang aman melalui bukan jaringan perpipaan yang dihitung berdasarkan: jumlah penduduk yang mendapatkan air minum dari bukan jaringan perpipaan/jumlah penduduk administrasi Kab/Kota x 100%
4
Cakupan Pelayanan Perkotaan
%
Akses air minum aman di wilayah perkotaan suatu kab/Kota yang dihitung berdasarkan : Jumlah Rumah Tangga di wilayah Perkotaan pada suatu Kab/Kota yang terlayani air minum aman melalui sistem perpipaan oleh PDAM/BLUD/UPTD dan non perpipaan terlindungi / total jumlah penduduk wilayah perkotaan suatu Kab/Kota x 100%
5
Cakupan Pelayanan Perdesaan
%
Akses air minum aman di wilayah perdesaan suatu Kab/Kota yang dihitung berdasarkan: Jumlah Rumah Tangga di wilayah Perdesaan pada suatu Kab/Kota yang terlayani air minum aman melalui sistem perpipaan PDAM/BLUD/UPTD dan non perpipaan terlindungi /total jumlah penduduk perdesaan di Kab/Kota * 100%
6 Idle Capacity l/det Kapasitas (l/dt) air minum yang diproduksi oleh PDAM/BLU/UPTD -Kapasitas (l/dt) air minum yang terjual oleh PDAM/BLUD/UPTD
7
Tingkat Kebocoran (NRW)
%
Persentase tingkat kebocoran air minum yang dihitung berdasarkan : Jumlah Kapasitas (l/dt) air minum yang terjual oleh PDAM/BLUD/UPTD / Jumlah Kapasitas (L/dt) yang diproduksi x 100%
8 DDUB Rp Total Dana (Rp) pada DIPDA APBD II (mendukung jaringan dan SR serta OM),
III
-
36
Sektor Indikator Satuan Pengukuran
9 Kesehatan PDAM
Sehat/Kurang Sehat/Tidak
Sehat
Jumlah PDAM yang Sehat, Kurang Sehat dan Sakit pada tahun terukur
Air Limbah 10
Total Akses Air Limbah
%
Persentase akses masyarakat terhadap pelayanan air limbah secara layak melalui sistem air limbah terpusat, sistem kawasan/komunal, serta individual RT di Kab/Kota yang dihitung berdasarkan : Jumlah penduduk yang terakses
pembuangan air limbahnya secara layak ke dalam sistem pengelolaan air limbah terpusat, komunal/kawasan, serta inividual / jumlah penduduk Kab/Kota x 100%
11
Perkotaan (SPAL Terpusat, SPAL setempat (Kawasan/Komunal) dan Individual
%
Akses masyarakat terhadap pelayanan air limbah secara layak melalui sistem terpusat, sistem kawasan/komunal, serta individual di wilayah perkotaan suatu Kab/Kota yang dihitung berdasarkan : Jumlah penduduk yang terakses
pembuangan air limbahnya secara layak melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat,komunal/kawasan, serta inividual dibagi jumlah penduduk perkotaan suatu Kab/Kota x 100%
12
Perdesaan (individual)
%
Persentase akses masyarakat terhadap pelayanan air limbah secara individual RT di wilayah perdesaan dalam suatu Kab/Kota yang dihitung berdasarkan : Jumlah penduduk yang terkases pembuangan air limbahnya secara individu oleh RT ke dalam septik tank dibagi jumlah penduduk perdesaan suatu Kab/Kota x 100%
13
SPAL Terpusat
m3/hari
Kapasitas air limbah (domestik/RT) dalam m3/hari yang ditimbulkan dari air limbah masyarakat yang dikelola secara sistem perpipaan oleh
PD.PAL/BLU/PDAM/UPTD Kab/Kota
14 DDUB Rp Total Dana (Rp) pada DIPDA APBD II (mendukung jaringan dan SR, serta OM)
yang digunakan untuk mendampingi kegiatan Air Limbah yang diberikan Pusat.
Persampahan 15
Total Kinerja Persampahan
%
Cakupan pelayanan persampahan pada suatu Kab/Kota yang dihitung berdasarkan: jumlah sampah terangkut ke TPA dan diolah (m3/hari) dibagi jumlah sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat (m3/hari = jumlah penduduk x 2,5 L/org/hari atau 0,025 m3/orang/hari sebagai asumsi timbulan sampah per orang/hari) x 100%
16
Pengolahan dari Sumber (Kota)
m3/hari
Jumlah sampah yang ditimbulkan (m3/hari) = jumlah penduduk administrasi Kab/Kota x 2,5 L/org/hari atau 0,025 m3/orang/hari sebagai asumsi timbulan per orang per hari lalu terangkut ke TPA (m3/hari) adalah merupakan sampah tereduce (di 3R dan TPST-3R) dalam satuan m3/hari
III
-
37
Sektor Indikator Satuan Pengukuran
dibakar, dll (m3/hari)
18 Pengolahan Akhir (Kota) m3/hari Jumlah timbulan sampah penduduk perkotaan yang diolah di TPA Kab/Kota
tersebut (m3/hari)
19 Pengolahan Akhir (Desa) m3/hari Jumlah timbulan sampah penduduk perdesaan yang diolah secara individu RT
(m3/hari)
20 DDUB Rp Total Dana (Rp) pada DIPDA APBD II (berupa sarana pendukung dan OM) yang
digunakan untuk mendampingi kegiatan Persampahan yang diberikan Pusat.
Kws Kumuh
21 Prosentase Kawasan Kumuh % Luas kawasan kumuh / Total luas Kab/Kota *100%
22 Jumlah Kawasan Kumuh Kawasan Jumlah kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan kumuh dalam satu kab/kota
23
Jumlah Kawasan Kumuh Yang
Sedang Ditangani Kawasan Jumlah kawasan kumuh yang sedang ditangani baik oleh APBN maupun APBD pada tahun terukur
a. Jumlah Kawasan Kumuh Yang
Sedang Ditangani APBN Kawasan
Jumlah kawasan kumuh yang sedang ditangani oleh APBN pada tahun terukur
b. Jumlah Kawasan Kumuh Yang
Sedang Ditangani APBD Kawasan
Jumlah kawasan kumuh yang sedang ditangani oleh APBD pada tahun terukur
24 Luas Kawasan Kumuh Ha Luasan kawasan kumuh
25
Luas Kawasan Kumuh Yang
Sedang Ditangani Ha Luas kawasan kumuh yang sedang ditangani baik oleh APBN maupun APBD pada tahun terukur
a. Luas Kawasan Kumuh Yang
Sedang Ditangani APBN Kawasan
Luas kawasan kumuh yang sedang ditangani oleh APBN pada tahun terukur
b. Luas Kawasan Kumuh Yang
Sedang Ditangani APBD Kawasan
Luas kawasan kumuh yang sedang ditangani oleh APBD pada tahun terukur
26 Jumlah KK Kawasan Kumuh KK Jumlah KK yang tinggal di kawasan kumuh
27
Jumlah KK Kawasan Kumuh
Yang Sedang Ditangani KK Jumlah KK yang tinggal di kawasan kumuh yang sedang ditangani baik oleh APBN
maupun oleh APBD pada tahun terukur
a. Jumlah KK Kawasan Kumuh Yang Sedang Ditangani oleh APBN
III
-
38
Sektor Indikator Satuan Pengukuran
b. Jumlah KK Kawasan Kumuh Yang Sedang Ditangani oleh APBD
Jumlah KK yang tinggal di kawasan kumuh yang sedang ditangani oleh APBD pada tahun terukur
28
DDUB
Rp
Total Dana (Rp) pada DIPDA APBD II (berupa sarana pendukung dan OM) yang digunakan untuk mendampingi kegiatan Kumuh yang diberikan Pusat. Dalam ribu rupiah.
29 Jumlah RTLH Kawasan Kumuh RTLH Jumlah Rumah Tidak Layah Huni yang berada di kawasan kumuh
30 Jumlah RTLH Kawasan Kumuh
Sedang Ditangani RTLH
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di kawasan kumuh yang sedang ditangani baik oleh APBN maupun oleh APBD
a. Jumlah RTLH Kawasan Kumuh Sedang Ditangani oleh APBN
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di kawasan kumuh yang sedang ditangani oleh APBN
b. Jumlah RTLH Kawasan Kumuh Sedang Ditangani oleh APBD
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni di kawasan kumuh yang sedang ditangani oleh APBD
Penataan Bangunan
31
Status Perda BG Belum
memiliki/Sedang
Status Perda BG yang dimiliki oleh setiap kab/kota
32 Prosentase Bangunan Ber-IMB % (Jumlah Bangunan Gedung Ber-IMB/ Jumlah Total Bangunan Gedung di
Kab/Kota) * 100%
Status Kab/Kota dalam memiliki perangkat IMB
Sudah Ada/Belum
Apakah sudah terdapat peraturan mengenai perangkat IMB di kab/kota tersebut
33
Prosentase Bangunan Gedung
ber-SLF %
(Jumlah Bangunan Gedung Telah SLF/Total Bangunan Gedung ber-IMB)*100%. Minimal data bangunan gedung yang SLF adalah bangunan gedung yang berada di kawasan niaga/pemerintahan
Status Kab/Kota dalam memiliki perangkat SLF
Sudah Ada/belum
III
-
39
Sektor Indikator Satuan Pengukuran
34
Prosentase Pendataan Bangunan
Gedung %
(Jumlah Bangunan Gedung terdata/Total Bangunan Gedung se-kab/kota)*100%. Minimal bangunan gedung terdata adalah bangunan gedung yang telah terdata pada IMB
Status Kab/Kota melakukan pendataan BG
Sudah Ada/Belum
Apakah sudah terdapat peraturan terkait pendataan BG di kab/kota tersebut
35 Status Tim Ahli Bangunan Gedung Sudah
ada/belum Apakah sudah terdapat Tim Ahli Bangunan Gedung di Kab/Kota tersebut
36 Jumlah Bangunan Gedung Hijau unit Jumlah bangunan gedung yang berstatus Gedung Hijau
a. Jumlah Bangunan Gedung
Negara yang berstatus Hijau unit
Jumlah bangunan gedung negara yang berstatus Gedung Hijau
b. Jumlah Bangunan Gedung
Swasta yang berstatus Hijau unit
Jumlah bangunan gedung swasta yang berstatus Gedung Hijau
37 Prosentase Ruang Terbuka Hijau % (Luas Total RTH /Total Luas Wilayah Kab/Kota)*100
38 Status Bangunan
Pusaka/Dilestarikan (Dunia) Unit
Jumlah bangunan pusaka dunia/dilestarikan
Status Kawasan
Pusaka/Dilestarikan (Dunia) Kawasan
Jumlah kawasan pusaka dunia/dilestarikan
39 Status Bangunan
Pusaka/Dilestarikan (Nasional) Unit
Jumlah bangunan pusaka nasional (memiliki nomor penetapan)
Status Kawasan
Pusaka/Dilestarikan (Nasional) Kawasan
Jumlah kawasan pusaka nasional (memiliki nomor penetapan)
40 DDUB Rp
Total Dana (Rp) pada DIPDA APBD II (berupa sarana pendukung dan OM) yang digunakan untuk mendampingi kegiatan Penataan Bangunan yang diberikan Pusat. Dalam ribu rupiah.
III - 40
3.2.
ARAHAN PENATAAN RUANGDalam upayanya untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah, pemerintah terus melakukan pembangunan yang lebih terpadu dan terarah melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan agar seluruh sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Salah satu panduan pokok guna terciptanya keterpaduan dan keserasian pembangunan tersebut adalah melalui arahan-arahan dan kebijakan pada rencana tata ruang yang telah dituangkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah pada seluruh tingkatannya.
3.2.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai pedoman untuk:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
III - 41 3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; 8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
3.2.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Arahan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional yang telah ditetapkan dalam RTRW Nasional adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 3. 13. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola Ruang Dalam RTRWN
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN
A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan A.1.
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki.
Strategi Kebijakan
1.Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.
2.Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
belum terlayani oleh pusat pertumbuhan.
3.Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai.
4.Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar
lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
Kebijakan A.2.
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.
Strategi Kebijakan
1.Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara.
2.Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi
III - 42
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN
3.Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi
terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik.
4.Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.
5.Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan
gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.
B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung
Kebijakan B.1.
Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Strategi
Kebijakan
1.Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.
2.Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah
pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
3.Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung
yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi
daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara
keseimbangan ekosistem wilayah. Kebijakan
B.2.
Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Strategi Kebijakan
1.Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup.
2.Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
3.Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap
zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
4.Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung
atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan.
5.Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
6.Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam
yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
7.Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya
adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budi Daya
Kebijakan C.1.
Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya.
Strategi Kebijakan
1. Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis
nasional untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.
2. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam