• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pola Asuh orang tua 1. Pengertian Pola asuh orang tua - Iin Widiyanti BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pola Asuh orang tua 1. Pengertian Pola asuh orang tua - Iin Widiyanti BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pola Asuh orang tua

1. Pengertian Pola asuh orang tua

Menurut Ahmad Tafsir (Djamarah 2014:51) Menyatakan bahwa pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Menurut Nurcahyani dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 54), Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berati menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu; melatih dan sebagainya), dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga (TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988: 692)

(2)

disiplin berarti pendidikan dan bimbingan yang lebih menekankan pada disiplin dan pengendalian diri.

Lebih jauh Hurlock (1998:83) menyebutkan bahwa fungsi pokok dari pola asuh orang tua adalah untuk mengajarkan anak menerima pengekangan-pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan emosi anak ke dalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial.

Berdasarkan definisi diatas peneliti menyimpulkan pola asuh merupakan berbagai metode atau cara orang tua dalam mengasuh, mendidik dan mengajari anak sesuai tujuan orang tua hingga mencapai kedewasaan. Dalam upaya mendidik, pola asuh orang tua akan tercermin dari perilaku, sikap, serta interaki orang tua dengan anak dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku maupun sikap orang tua yang tercermin dalam keseharian antara lain bagaimana cara orang tua memberikan hukuman, memberikan dukungan terhadap keberhasilan anak, serta bagaimana orang tua menunjukkan kekuasaannya sebagai orang tua kepada anak.

2. Jenis Pola Asuh Orang tua

Menurut Hurlock (1978) ada tiga (3) macam pola asuh yaitu: a. Pola asuh otoriter

(3)

penghargaan jika anak mampu berlaku sesuai standar yang ditetapkan orang tua.

b. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin. Biasanya pola asuh ini tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.Anak dibiarkan meraba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.

c. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis ini menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukuman. Disiplin demokratis ini menggunakan hukuman dan penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Perkembangan sosial anak diperoleh melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Tatanan sosial yang baik dan sehat dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang positif sehingga menjadikan perkembangan sosial anak menjadi lebih optimal.

Menurut Baumrind (dalam Dariyo Agoes, 2011) ada empat jenis pola asuh yaitu :

a) Pola asuh otoriter

(4)

segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak orangtua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka seringkali orangtua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantahnya.

b) Pola asuh permisif

Sebaliknya dengan tipe pola asuh permisif ini, orangtua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya.Orangtua sering kali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anaknya. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan dalam keluarga. Dengan demikian orangtua tidak mempunyai kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orangtua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh anak.

c) Pola Asuh Demokratis

(5)

d) Pola Asuh Situasional

Tak tertutup kemungkinan bahwa individu yang menerapkan pola asuh itu tak tahu apa nama/jenis pola asuh yang dipergunakan, sehingga secara tak beraturan menggunakan campuran ke-3 pola asuh di atas. Jadi dalam hal ini tak ada patokan atau parameter khusus yang menjadi dasar bagi orangtua untuk dapat menggunakan pola asuh permisif, otoriter maupun demokratis. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi, tempat dan waktu bagi setiap keluarga yang bersangkutan.

Selanjutnya menurut Diana Baumrind 1971 (dalam Santrock 2011:102-103) bersikukuh bawa orangtua tidak boleh menghukum atau menjauhi anak secara fisik. Sebaliknya, mereka harus mengembangkan aturan-aturan untuk anak-anak mereka dan penuh kasih terhadap mereka. Ia menggambarkan empat jenis gaya pengasuhan.

a. Pengasuhan Otoriter adalah gaya membatasi dan menghukum ketika orangtua memaksa anak-anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan serta upaya mereka.

b. Pengasuhan Otoritatif mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri, tetapi masih menempatkan batasan dan kontrol atas tindakan mereka. c. Pengasuhan Lalai merupakan gaya ketika orangtua sangat tidak

terlibat dalam kehidupan anak.

(6)

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada beberapa karakteristik pola asuh orang tua yang dapat diterapkan kepada anak, diantaranya yaitu Pola asuh Demokratis disini gaya mengasuhnya menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Kemudian ada Pola asuh Permisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin.Biasanya pola asuh ini tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Selanjutnya yaitu Pola asuh Otoriter merupakan cara mendisiplinkan melalui peraturan dan pengaturan yang keras hingga kaku untuk memaksa perilaku yang diinginkan.

B Perkembangan Emosi Anak 1. Pengertian emosi

Definisi mengenai emosi sangat beragam, sebagian orang memfokuskan emosi sebagai suatu komponen yang terdapat dalam perasaan atau keadaan fisiologis. Sebagian yang lain menggambarkan emosi sebagai seperangkat komponen dengan suatu struktur yang deterministik atau probabilistik, yang melihat emosi sebagai suatu keadaan atau proses yang dialami seseorang dalam merespons suatu peristiwa. Emosi dapat diartikan sebagai kondisi intrapersonal, seperti perasaan, keadaan tertentu, atau pola aktivitas motor (Riana 2011:13-14)

(7)

dirinya untuk merasakan rentang emosi yang semakin luas. Anak-anak, seperti halnya orang dewasa, mengalami beragam emosi sepanjang hari. Perkembangan emosional mereka pada masa kanak-kanak awal memungkinkan mereka untuk mencoba memahami reaksi emosional orang lain dan untuk mulai belajar mengendalikan emosi mereka sendiri.

Hurlock (1980: 114) berkata bahwa selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karma anak-anak "keluar dari fokus", dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Hal ini tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 dan 5,5sampai 6,5 tahun, meskipun pada umumnya hal iniberlaku pada hampir seluruh periode awal masa kanak-kanak.

Menurut Fatimah (2010:104) Emosi perasaan adalah dua konsep yang berbeda, tetapi perbedaan keduanya tidak dapat dinyatakan secara tegas. Emosi dan perasaan merupakan gejala emosional yang secara kuaitatif berkelanjutan, tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat, warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat pula disebut sebagai emosi. Misalnya, marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Oleh karena itu, emosi dan perasaan tidak mudah untuk dibedakan

(8)

Dampak yang paling penting dari emosi anak terhadap penyesuaian mereka adalah: emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari, emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan, ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik, emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, emosi mengganggu aktivitas mental, emosimemperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah, dan emosi merupakansumber penilaian diri dan sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian emosi adalah sebagai suatu komponen yang terdapat dalam perasaan atau keadaan fisiologis. Sebagian yang lain menggambarkan emosi sebagai seperangkat komponen dengan suatu struktur yang deterministik atau probabilistik, yang melihat emosi sebagai suatu keadaan atau proses yang dialami seseorang dalam merespons suatu peristiwa.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Menurut Thompson dan Lagatutta 2006 (dalam Riana Mashar, 2011:20),menyatakan bahwa perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab maupun konsekuensinya. Goleman (1995), menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh lingkungan, apa yang dialami dan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari lebih menentukan tingkah laku dan pola tanggapan emosi.

Menurut Novan (2014 : 44-52) Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak yaitu :

(9)

Faktor hereditas merupakan karakteristik bawaan yang diturunkan dari orangtua biologis atau orangtua kandung kepada anaknya.

2. Faktor Lingkungan a) Keluarga

Pada ilmu pendidikan, keluarga menjadi lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.

b) Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak, di sekolah anak berhubungan dengan pendidik PAUD dan teman sebayanya.

c) Masyarakat

Secara sederhana, masyarakat diartikan sebagai kumpulan individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama.

3. Faktor Umum a) Jenis Kelamin

Jenis kelamin mmiliki peranan yang penting dalam perkembangan emosi anak. Saat menghadapi masalah dalam pergaulannya ataupun dalam menyelesaikan tugas-tugas kesehariannya, biasanya anak laki-laki cenderung akan mengatasi masalah tersebut dengan logikanya, sedangkan ank perempuan cenderung mengatasi masalah tersebut dengan perasaan atau emosinya.

(10)

Hasil riset dalam bidang endocrinologi menunjukkan betapa vitalnya peranan yang dimainkan oleh kelenjar gondok terhadap perkembangan fisik-motorik dan psikis, termasuk perkembangan emosi anak usia dini.

c) Kesehatan

Kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang memengaruhi perkembangan anak usia dini.

Menurut Hurlock (1978:211) Emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak:

a. Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari Bahkan emosi seperti kemarahan dan ketakutan juga menambah rasa nikmat bagi kehidupan dengan memberikan suatu kegembiraan. Kenikmatan tersebut terutama ditimbulkan oleh akibatnya yang menyenangkan. b. Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan

Emosi yang semakin kuat akan semakin mengguncangkan keseimbangan tubuh untuk persiapan bertindak. Jika persiapan ini ternyata tidak berguna, anak akan gelisah dan tidak tenang.

c. Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik

Persiapan tubuh untuk bertindak ternyata menimbulkan gangguan pada keterampilan motorik sehingga anak menjadi canggung dan dapat menyebabkan timbulnya gangguan bicara seperti bicara yang tidak jelas dan menggagap.

(11)

Melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-anak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain.

e. Emosi mengganggu ativitas mental karena kegiatan mental Seperti konsentrasi, pengingatan, penalaran, dan lain-lain, sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang kuat, anak-anak menghasilkan prestasi dibawah kemampuan intelektual mereka apabila emosi mereka terganggu.

f. Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial

Orang dewasa menilai anak dari cara anak mengekspresikan emosi dan emosi apa saja yang dominan. Perlakuan orang dewasa yang didasarkan atas penilaian tersebut merupakan dasar bagi anak untuk melakukan penilaian-diri.

g. Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan. Bagaimana anak-anak memandang peran mereka dalam kehidupan dan posisi mereka dalam kelompok sosial dipengaruhi oleh emosi yang ada pada mereka seperti malu, takut, agresif, ingin tahu, atau bahagia.

h. Emosi mempengaruhi interaksi sosial

Semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong interaksi sosial. Melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran sosial.

i. Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah

(12)

dan menyebabkan anak-anak jadi kurang menarik. Karena umumnya orang tertarik atau tidak, tergantung pada ekspresi wajah, emosi memainkan peran penting bagi penerimaan soial.

j. Emosi mempengaruhi suasana psikologis

Baik dirumah, sekolah, tetangga ataupun pada kelompok bermain, emosi anak mempengarui suasana psikologis yang terjadi, demikian juga sebaliknya. Anak yang temper tantrum menjengkelkan dan mempermalu orang lain, sehingga mengubah suasana psikologis kepada kemarahan dan kebencian. Hal ini membuat anak merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan.

k. Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan

Setiap ekspresi emosi yang memuaskan anak akan diulang-ulang, dan pada suatu saat yang tertentu akan berkembang menjadi kebiasaan. Dengan tumbuhnya anak, jika mereka menjumpai reaksi sosial yang tidak menyenangkan, mereka akan mendapatkan kesukaran untuk mengubah kebiasaan.

Berdasarkan adanya pendapat diatas disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi yaitu ada faktor-faktor hereditas, faktor lingkungan dan faktor umum. Faktor lingkungan meliputi keluarga, masyarakat dan sekolah. Sedangkan faktor umum yaitu jenis kelamin, kelenjar gondok dan kesehatan.

3. Pola Emosi Umum Pada Masa Awal Anak-Anak

(13)

a. Rasa Takut, adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Faktor yang mempengaruhi rasa takut pada anak-anak adalah: intelegensi, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kondisi fisik, hubungan sosial, urutan kelahiran dan kepribadian. Pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut adalah rasa malu, rasa canggung, rasa khawatir, dan rasa cemas.

b. Rasa Marah, kemarahan adalah sebagai akibat suatu pertentangan keinginan yang berbeda-beda sekali derajat penyalurannya malalui tingkah laku. Dengan kata lain sumber utama dai kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu akrivitas untuk sampai pada tujuan. Pola emosi yang berkaitan dengan rasa marsh adalah tempertantrum ngadat, negativism, menantang, agresi yang berlebih-lebihan, kekejaman.

c. Cemburu, kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang.

d. Duka cita, suatu keterangsangan emosi yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.

e. Keingintahuan, adalah reaksi ketertarikan terhadap sesuatu. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial, dan hukuman is bereaksi dengan bertanya.

(14)

g. Gembira, adalah emosi yang menyenangkan yang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagiaan. Faktor yang sangat mempengaruhi yaitu kesehatan.

h. Sedih, secara khas anak mengungkapkan kesedihan dengan cara menangis dan dengan kehilangan minat terhadap berbagai kegiatan normalnya termasuk makan.

i. Kasih Sayang, timbul dari rasa suka terhadap sesuatu atau seseorang, Perilaku ini ditunjukkan dengan perhatian yang hangat, baik dalam bentuk fisik maupun kata-kata.

Aisyah (2007: 9.18) pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut adalah:

a. Rasa Malu, adalah bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal.

b. Rasa Canggung, keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran diri dan disebabkan oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain. Rasa Khawatir, rasa takut yang tidak mempunyai objek yang jelas. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang dan tidak aman.

c. Rasa Cemas, keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau dibayangkan.

Menurut Syamsu Yusuf (2014:167-169) Jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut.

(15)

kemungkinan bahaya yang terdapat dalam objek, (2) timbul rasa takut setelah mengenal adanya bahaya, dan (3) rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar dari bahaya.

b. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. Kecemasan ini muncul mungkin dari situasi-situasi yang dikhayalkan, berdasarkan pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orangtua, buku-buku bacaan/komik, radio, atau film. Contoh perasaan cemas :anak takut berada di dalam kamar yang gelap, takut hantu dan sebagainya.

c. Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain, diri-sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/makian/sumpah serapah), atau nonverbal (seperti mencubit,memukul,menampar, menendang, dan merusak). Perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi frustrasi yang dialaminya, yaitu perasaan kecewa atau perasaan tidak senang karena adanya hambatan terhadap pemenuhan keinginannya.

d. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial, hubungan dengan orang lain.

(16)

f. Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda.

g. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut yang abnormal) seperti takut ulat, takut kecoa, dan takut air.

h. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

Berdasarkan pendapat diatas pola emosi yang umum pada masa awal anak-anak meliputi rasa takut, rasa canggung, rasa cemas, rasa marah, cemburu, duka cita, keingintahuan, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.

C. Kerangka Berfikir

(17)

pada anak yang meledak-ledak dan tidak terkontrol sebagai usaha anak untuk memaksakan kehendaknya pada orang tua.

Perkembangan emosi adalah kesadaran diri anak yang yang terus tumbuh terkait dengan kemampuan dirinya untuk merasakan rentang emosi yang semakin luas. Anak-anak, seperti halnya orang dewasa, mengalami beragam emosi sepanjang hari. Perkembangan emosional mereka pada masa kanak-kanak awal memungkinkan mereka untuk mencoba memahami reaksi emosional orang lain dan untuk mulai belajar mengendalikan emosi mereka sendiri.

Berdasarkankerangka teori tersebut di atas, maka dapat digambarkan suatu kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Perkembangan Emosi Anak

Sikap Anak:

Pemberontak,marah, menangis,senang

Pola Asuh Orangtua:

Demokratis Otoriter

Permisif

Hasil :

Adanya hubungan pola asuh dengan

(18)

D. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan uraian tersebut, maka peneliti akan mencoba membuat kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya, maka penulis membuat hipotesis yaitu :

Ha :Adanya hubungan pola asuh orangtua dengan perkembangan emosi anak di TK Aisyiyah 1 Purwokerto kecamatan Purwokerto

Timur Kabupaten BanyumasSemester Genap tahun ajaran 2015-2016. Ho :Tidak adanya hubungan pola asuh orangtua dengan perkembangan

Referensi

Dokumen terkait

Demikian permohonan saya ini, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Penderajatan utk NSCLC ditentukan menurut International Staging System For Lung Cancer berdasarkan sistem TNM. Pengertian T tumor yg dikatagorikan atas

Sampai tahun 2013, jumlah tenaga kependidikan untuk menunjang kegiatan administrasi akademik, administrasi keuangan dan kepegawaian serta administrasi umum pada

kerusakan obyek sewa yang terjadi bukan karena pelanggaran akad atau kelalaian nasabah. Dari ketentuan SEBI No. 10/14/DPbS 17 Mart 2008 tersebut di atas, akad IMBT yang

Fungsi dari aplikasi ini adalah untuk memasukan data barang masuk dan data barang keluar , pada aplikasi ini proses penginputan data barang dilakukan dengan cara memasukan

Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil

Pemantauan ibu hamil resiko tinggi yang dilakukan oleh Puskesmas Bandarharjo pada tahun 2015 sebesar 56,8%, Hal tersebut juga didukung dengan jumlah kasus

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasihnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan