• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL UMBI DAN KADAR PATI PADA BEBERAPA VARIETAS UBIKAYU DENGAN SISTIM SAMBUNG (MUKIBAT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL UMBI DAN KADAR PATI PADA BEBERAPA VARIETAS UBIKAYU DENGAN SISTIM SAMBUNG (MUKIBAT)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

185

HASIL UMBI DAN KADAR PATI PADA BEBERAPA VARIETAS

UBIKAYU DENGAN SISTIM SAMBUNG (MUKIBAT)

Tuber yield and starch content on several varieties of cassava

by grafting system (Mukibat)

Budhi Santoso Radjit dan Nila Prasetiaswati

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang Jalan Raya Kendalpayak Km 8 Malang. Kotak Pos 66 Malang 65101

Diterima: 21 Januari 2011 Disetujui: 29 Maret 2011

ABSTRAK

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Genteng Banyuwangi pada Januari – Desember 2009). Perlakuan disusun secara faktorial dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap, diulang 3 kali. Faktor pertama adalah 4 varietas ubikayu (Adira IV, UJ-5, Kaspro dan Lokal Dampit). Jenis stek yaitu: cara sambungan dan biasa (tanpa sambung) sebagai faktor kedua. Hasil percobaan menunjukan bahwa varietas Adira 4, UJ-5, Kaspro dan Lokal Dampit dengan cara sambung dapat mencapai hasil 90,4 – 99,67 t ha-1. Sedangkan stek biasa (tanpa

sambung) dapat menghasilkan 54,3 t – 61,87 t ha-1. Kadar pati pada cara sambung (Mukibat)

menurun sebesar 0,7 – 2,23% dibanding bibit biasa. Varietas UJ-5 mempunyai kadar pati yang relatif stabil (23,20 – 23,27%) pada kedua cara tersebut dan lebih tinggi dibandingkan ke tiga varietas lainnya.Ubikayu sambung (Mukibat) membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan ubikayu biasa meskipun dalam pengelolaan yang sama. Pendapatan petani dengan menggunakan cara sambung dapat meningkat 90,5% dengan B/C ratio 4,1.

Kata kunci : Hasil umbi, sistim sambung (mukibat), Ubikayu

ABSTRACT

The experiment was conducted at Genteng experiment garden during January – December 2009. The experiment was arranged in a randomized complet block design with three replication. The first factor are four cassava varieties (Adira 4, UJ-5, Kaspro and local Dampit). The grafting system and ordinary cassava as the second factor. The result showed that Adira 4, UJ-5, Kaspro dan Lokal Dampit varieties yielded 90,4 – 99,67 t ha-1, with grafting system

(Mukibat). While the ordinary system yielded 54,3 t – 61,87 t ha-1. The starch content on

Mukibat system decrease 0,7 – 2,23% compared with ordinary system. UJ-5 variety has relatively stabil starch content and higher comparing the other variety. The grafting system needs higher cost production (Rp 8.491.000,-) than ordinary system.(Rp 7.971.000,-).. The benefit of grafting system increase up to 90,5% from ordinary system and B/C ratio was 4,1. Key word : tuber yield, grafting system (Mukibat), cassava.

PENDAHULUAN

Ubikayu mempunyai peranan stra-tegis sebagai bahan pangan (sumber kar-bohidrat), bahan pakan dan bahan baku

berbagai industri pangan dan non-pangan. Hingga tahun 2008, total pro-duksi ubikayu Indonesia telah mencapai sekitar 21,9 juta ton yang dipanen dari

(2)

186

areal seluas sekitar 1,26 juta hektar, dengan taraf produktivitas se-kitar 18,2 t ha-1 (BPS, 2009). Produksi tersebut belum sepenuhnya mampu me-menuhi keper-luan sebagai bahan pangan dan industri yang terus me-ningkat. Ter-utama dengan kebijakan Pemerintah untuk memanfaatkan ubi-kayu sebagai sumber energi alternatif untuk substitusi ke-butuhan Bahan Bakar Minyak (BBM), yang diperkirakan mencapai 32,2 juta ton yang berarti memer-lukan areal 1,35 juta ha dengan produktivitas 23,9 t ha-1 (Dirjen Perkebunan, 2005). Menurut Hafsah (2006), sebagian besar (72%) ubi-kayu dikonsumsi, dan hanya sebagi-an (13%) dimanfaatkan untuk industri dan pakan (2%). Berdasarkan data tahun 1993-2002, permintaan ubikayu untuk konsumsi, industri, pakan ternak masing-masing meningkat sebesar 1,89%, 1,88%, dan 0,11% per tahun. Oleh karena itu agar tidak terjadi konflik ke-pentingan antara bahan pangan, pakan dan industri maka produksi perlu di-tingkatkan. Salah satu upaya untuk me-menuhi kebutuhan umbi tersebut adalah peningkatan produksi dengan sistem Mukibat yaitu penyam-bungan ubikayu dengan batang atas ketela karet (Manihot

glasiovii).

Penelitian tentang ubikayu sistim mukibat masih belum banyak dilakukan karena pada saat ini belum mendapatkan perhatian khusus. Hasil penelitian Unibraw bekerjasama dengan IDRC me-nyimpulkan bahwa source potential dari batang atas (batang ubikaret) mampu memasok sink capacity ke batang bawah, sehingga produktivitas ubikayu mampu ditingkatkan menjadi >70 t ha-1. Bahkan dengan pemeliharaan intensif dan di-panen pada umur > 1,5 tahun hasil ubikayu sistem Mukibat dapat mencapai

>10 kg per tanaman (Nugroho et al., 1985; Guritno dan Utomo, 1985). Hal serupa juga dilakukan oleh lingkup Consultative Group for International Agriculture Research (CGIAR) seperti IITA di Ibadan Nigeria, CIAT di Cali Columbia juga telah mencoba menerap-kan sistem Mukibat yang berkesimpulan bahwa source-sink relationship meningkat, sehingga mampu meningkatkan produk-tivitas >100% (Cock, 1985). Di Indonesia, penanaman ubikayu sambung (mukibat) hanya terdapat di beberapa daerah saja seperti di Jatim, Jateng dan Lampung dengan cara yang beragam sehingga memberikan hasil yang beragam pula. Hasil survei Prasetiaswati et al. (2008) menunjukkan bahwa ubikayu sistem sambung (Mukibat) di tingkat petani di Jawa Timur dapat memberikan hasil umbi antara 33-59 t ha-1, lebih tinggi dibanding ubikayu biasa (10,05 t ha-1). Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa B/C ratio ubikayu sistem Muki-bat berkisar 2,6-5,97 dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ubikayu biasa (B/C ratio=1,4). Meskipun ubikayu sistem mukibat ini memberikan hasil yang tinggi, tetapi dalam pengem-bangannya sangat lambat. Hal ini di-sebabkan oleh beberapa hambatan yaitu: (1) membutuhkan ketrampilan dalam pembuatan bibit, (2) tanaman karet se-bagai batang atas tidak selalu tersedia di setiap daerah, (3) dibutuhkan lubang tanam yang dalam dan besar, (4) pada daerah yang anginnya cukup kencang diperlukan penyangga agar tidak patah sambunganya, dan (5) kesulitan panen karena bentuk umbi yang besar dan panjang (Nugroho et al.,1985 dan Nilaet al. , 2008). Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui potensi peningkatan hasil

(3)

187

ubi dan kadar pati melalui sisitim

sam-bung.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Genteng Banyuwangi, di-mulai pada musim MP (Januari 2008– Desember 2008). Perlakuan disusun se-cara faktorial dengan menggunakan ran-cangan acak kelompok lengkap, di-ulang 3 kali. Sebagai faktor pertama adalah 4 varietas ubikayu ( Adira 4, UJ-5, Kaspro dan Lokal Dampit). Macam bibit yaitu: cara sambungan dan biasa (tanpa sambung) sebagai faktor kedua. Pe-nyambungan dilakukan dengan cermat terutama diameter ubi karet dengan ubikayu harus sama, umur stek tidak terlalu muda/tua. Setelah penyambung-an, stek ditaruh ditempat yang ter-lindung selama 2 minggu dengan posisi terbalik yaitu bagian stek karetnya (entrys) ditaruh dibawah.. Cara pena-naman ubikayu sambung (Mukibat) adalah dengan pola kenong yaitu dibuat guludan per individu tanaman dengan jarak 1,5 m x 1,5 m. Pada cara biasa di-tanam dengan jarak 100 cm x 60 cm tanpa digulud, kemudian dibumbun ber-samaan dengan pemupukan Urea yang kedua (umur 2 bulan). Semua per-lakuan diperlakukan sama, yaitu diberi pupuk kandang sebanyak 5 t ha-1 yang diberi-kan 1 minggu sebelum tanam. Dosis pupuk anorganik adalah 300 kg Urea ha-1 + 100 kg SP-36 ha-1 + 100 kg KCl ha-1. Pemupukan Urea diberikan tiga tahap yaitu; 2 minggu setelah tanam, umur 2 bulan dan umur 4 bulan, masing

-

masing sebanyak 100 kg yang diberikan secara melingkar disekitar batang. Se-dangkan pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada umur 2 minggu setelah tanam. Pe-nyiangan dan pembumbunan dilaku-kan

sebanyak dua kali yaitu pada umur 2 bulan dan 4 bulan. Untuk mengetahui besarnya biaya produksi, pendapatan/ keuntungan dilakukan analisis usaha-tani secara sederhana dan kelayakan usahatani dilakukan melalui analisis benefit cost ratio (B/C ratio).

Kadar pati dihitung dengan metode spesific grafity (CIAT, 1981), yaitu dengan menimbang berat umbi di dalam air dan di udara (sampel umbi sebanyak 5 kg), kemudian dihitung menurut rumus:

BUU BUU – BUA

SG =

Keterangan:

BUU= Berat umbi di udara

BUA= berat umbi dalam air

Y=( 112,1 x SG ) – 106,4

Keterangan:

Y = kadar pati SG = spesific gravity

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisa data menunjukan bahwa rata-rata tinggi tanaman, panjang umbi, diameter umbi, diameter batang dan jumlah umbi/tanaman meningkat nyata dengan perlakuan sistem sambung (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa stek ubikayu yang disambung dengan ubi karet sebagai batang atas dapat merubah penampilan tanaman menjadi lebih besar dan lebih tinggi hasil umbi per tanamannya.

Persentase kenaikan tertinggi di-capai pada panjang umbi, diameter umbi dan jumlah umbi, masing-masing se-besar 61,4 %, 38,7% dan 48,6 %. Dalam Tabel 1 juga terlihat bahwa dari ke empat varietas yang dicoba ternyata

(4)

188

varietas UJ-5 memberikan rata-rata diameter umbi dan diameter batang yang lebih kecil dibandingkan dengan ke empat varietas lainnya tetapi mem-punyai kemampuan yang sama dalam menghasilkan jumlah umbi per tanaman. Menurut Radjit et al. (2010) ubi karet mempunyai laju pertumbuhan yang lebih cepat, bercabang sehingga kanopi melebar, jumlah daun dan ukuran daun lebih besar dibandingkan ubikayu biasa. Oleh karena itu bila digunakan sebagai batang atas (scion) dapat berpengaruh terhadap peningkatan diameter batang dan jumlah umbi ubikayu biasa sebagai batang bawah (root stock).

Interaksi terjadi antara varietas dengan macam bibit terhadap berat umbi tanaman-1 (Tabel 2). Ke empat varietas mencapai berat umbi/tanaman tertinggi dengan cara sambungan. Pe-ningkatan hasil umbi dengan cara sam-bungan dapat mencapai 20,66 kg tanaman-1 sedangkan bibit biasa (tanpa sambung) hanya mencapai 4,48 kg per tanaman. Rata-rata hasil tertinggi dengan cara sambung dicapai oleh varietas Adira 4, Kaspro dan Lokal Dampit, masing-masing sebesar 22,55 kg, 21,05 kg dan 23,30 kg per tanaman. Sedangkan yang terendah dicapai oleh varietas UJ-5 yaitu sebesar 15,75 kg per tanaman. Persentase rata-rata kenaikan hasil umbi per tanaman dengan bibit sambung sebesar 36,1 % dari bibit biasa (tanpa sambung).

Dalam Tabel 3, terlihat bahwa dengan cara sambung, hasil umbi (t ha-1) tertinggi dicapai oleh varietas Adira 4, Kaspro dan lokal Dampit, berturut-turut sebesar 97,9 t ha-1, 98,07 t ha-1 dan 99,67 t ha-1. Sedangkan hasil umbi terendah di-peroleh pada varietas UJ-5 yaitu 90,40 t ha-1. Ke empat varietas tersebut bila

tanpa perlakuan penyambungan men-capai hasil umbi 54,30 t – 61,87 t ha-1. Persentase rata-rata kenaikan hasil umbi dari bibit biasa menjadi bibit sambung (Mukibat) mencapai 65,1%. Dilaporkan oleh Sitompul et al. (1982, dalam De Bruijn dan Guritno, 1990) bahwa pada kondisi seimbang, hasil umbi ubikayu sambung lebih tinggi 30% dibandingkan cara biasa. Bahkan pada kondisi optimal dilaporkan oleh Hulse dan Joseph (1987) bahwa cara sambung (Mukibat) dapat meningkatkan hasil 140% dari cara biasa. Tingginya hasil umbi dengan cara sam-bungan didukung oleh meningkatnya diameter batang, diameter umbi, panjang umbi dan jumlah umbi. Hal ini terlihat adanya korelasi positif yang nyata antara parameter tersebut dengan hasil umbi (Gambar 1, 2, 3 dan 4). Kenaikan hasil umbi dengan cara penyambungan di-duga desebabkan oleh bertambah besar-nya kanopi daun yang berasal dari ubi karet (Manihot glasiovii) sehingga dapat meningkatkan hasil fotosintesa yang dapat di transfer ke bagian umbi. Ahit et.al. (1981) menyatakan bahwa peng-gunaan teknologi mukibat dapat - struktur tanaman dan LAI menjadi menjadi lebih tinggi dibandingkan ubi-kayu biasa. Dilaporkan oleh Alves (2002) bahwa pada tanaman ubikayu terdapat korelasi positif antara luas daun dengan hasil umbi. Menuurt Radjit et al. (2010) bahwa ubi karet sebagai batang atas

(scion) mempunyai fungís utama sebagai

penyedia fotosintat yang lebih besar karena kanopinya lebih besar diban-dingkan dengan ubikayu biasa. Hal ini mengindikasikan bahwa luas daun mempunyai peranan penting terhadap laju pertumbuhan dan hasil urbi. Me-nurut Cock (1985) bahwa dengan sistim sambung (Mukibat) dapat

(5)

mening-189

katkan source-sink relationship sehingga

mampu meningkatkan produktivitas > 100%. Namun demikian dilaporkan oleh Prasetiaswati et al. (2008) bahwa hasil ubikayu sambung (Mukibat) masih sangat beragam tergantung pada cara pengelolaanya.

Kadar pati dengan menggunakan metode specifik gravity pada bibit sam-bung dari setiap varietas mengalami pe-nurunan sebesar 0,7 – 2,23% dari bibit biasa (Tabel 3). Varietas UJ-5 mempunyai kadar pati yang relatif stabil pada peng-gunaan bibit biasa (23,27%) maupun cara sambung (23,20%) dan lebih tinggi di-bandingkan dengan ke tiga varietas lain-nya. Rata-rata kadar pati dari seluruh varietas dengan menggunakan bibit biasa dapat mencapai 22,21 % dan bibit sambung mencapai 20,96%. Penurunan ini disebabkan oleh waktu panen yang dilakukan pada musim hujan sehingga

kadar air umbi meningkat dan tampak-nya pada umbi Mukibat lebih batampak-nyak menyerap air karena bentuknya yang lebih besar. Dilaporkan oleh Ginting et al. (2008) bahwa kadar air pada sistim sambung (Mukibat) lebih tinggi diban-dingkan dengan bibit biasa sehingga kadar patinya menjadi lebih rendah. Hasil penelitian Radjit et al. (2008) me-nunjukkan bahwa panen ubi pada musim penghujan dapat menurunkan kadar pati ubi 1 – 2% tergantung intensi-tas curah hujan meskipun hasil ubi me-ningkat. Harapan semula dengan cara penyambungan dapat meningkat-kan kadar pati selain produksi ternyata kadarnya relatif sama. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa bahwa kan-dungan kadar pati lebih dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, penjang umbi, diameter umbi, diameter batang dan jumlah umbi pada 4 varietas ubikayu secara sambung (Mukibat) dan biasa. Perlakuan tanaman Tinggi

(cm) Panjang umbi (cm) Diameter umbi (cm) Diameter batang (cm) Jumlah umbi Macam bibit: Bibit biasa Bibit sambung 292,62 b 301,93 a 29,18 b 47,12 a 6,53 b 9,06 a 3,95 b 5,85 a 9,08 b 13,50 a Varietas: Adira– 4 UJ-5 Kaspro Lokal Dampit 289,00 b 320,62 a 292,12 b 287,37 b 37,37 35,62 39,87 39,75 8,31 a 7,01 b 7,92 a 7,95 a 5,16 a 4,33 b 5,10 a 5,01 a 10,95 12,32 11,17 10,70 BNT 0,05 KK (%) 17,52 5,61 tn 12,61 0,56 6,85 0,09 6,18 tn 12,10

Keterangan: Angka-angka sekolom dan sebaris yang didampingi huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT 0,05

(6)

190

Tabel 2. Rata-rata berat umbi tanaman-1 dan hasil umbi segar (t ha-1) pada 4 varietas secara sambung dan biasa.

Varietas Berat umbi tanaman

-1 Hasil umbi (t ha-1)

Bibit biasa Bibit sambung Bibit biasa Bibit sambung Adira – 4 UJ-5 Kaspro Lokal Dampit 4,20 c 3,95 c 4,80 c 5,00 c 22,55 a 15,75 b 21,05 a 23,30 a 58,70 cd 61,87 c 58,97 cd 54,30 d 97,90 a 90,40 b 98.07 a 99,67 a KK (%) 14,74 6,36

Keterangan: Angka-angka sekolom dan sebaris yang didampingi huruf sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji BNT 0,05

Tabel 3. Rata-rata kadar pati dan hasil pati (t ha-1) pada beberapa varietas ubikayu secara biasa dan sambung .

Varietas Kadar pati (%) Hasil pati (t ha

-1)

Bibit biasa Bibit sambung Bibit biasa Bibit sambung Adira – 4 UJ – 5 Kaspro Lokal Dampit 22,47 23,27 22,23 22,07 20,33 23,20 20,00 20,33 13,19 14,39 13,10 11,98 19,90 20,97 19,61 20,26 Rata-rata 22,51 20,96 13,16 20,18

Hasil pati rata-rata per ha pada bibit biasa mencapai 13,16 t ha-1 dan dapat meningkat menjadi 20,18 t ha-1 dengan cara sambungan (Tabel 3). Hasil pati ha-1 tertinggi dari ke empat varietas dicapai oleh varietas UJ-5, baik dengan bibit biasa (14,39 t ha-1) maupun dengan cara sambung (20,97 t ha-1). Sedangkan ke tiga varietas yang lainnya memberikan hasil pati yang relatif seimbang yaitu berkisar antara 11,98 – 13,19 t ha-1 pada cara biasa dan 19,61 – 20,26 t ha-1 Kaspro yaitu 21,01 t ha-1. Berdasarkan hasil tersebut diatas terlihat bahwa meskipun rata-rata

kadar pati mengalami sedikit penurun-an dengpenurun-an cara sambungpenurun-an yaitu ber-kisar 2 %, tetapi bila dihitung berdasar-kan hasil umbi ha-1 ternyata terdapat kenaikan yang cukup besar dengan cara sambungan yaitu sebesar 7 t ha-1. Hasil analisis usahatani (Tabel 4) menunjuk-kan bahwa ubikayu dengan cara sam- sambung (Mukibat) dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi daripada mengusahakan ubikayu dengan cara biasa. Dengan menggunakan pupuk, insektisida, herbisida dan jumlah tenaga kerja yang sama untuk kedua cara ter-

(7)

191

Tabel 4. Analisa ekonomi usahatani ubikayu sistim sambung dan biasa dengan

pengelolaan yang intensif.

Uraian Ubikayu sambung Ubikayu biasa

Jumlah Harga Nilai jumlah Harga Nilai

Satuan (Rp ha-1) Satuan (Rp ha-1)

Input :

Bibit ubikayu sambung 4.400 300 1.320.000

Bibit ubikayu biasa 16.000 50 800.000

Pupuk : Urea 300 1.250 375.000 300 1.250 375.000 SP-36 100 1.600 160.000 100 1.600 160.000 KCl 100 7.200 720.000 100 7.200 720.000 Pupuk kandang 2 400.000 800.000 2 400.000 800.000 Round up 4 98.000 392.000 4 98.000 392.000 Kelthene 4 38.000 552.000 4 138.000 552.000 Furadan 12 18.500 222.000 12 18.500 222.000

Total biaya input 4.541.000 4.021.000

Tenaga kerja :

Olah tanah (borongan) 600.000 600.000 Pengguludan 28 25.000 700.000 28 25.000 700.000 Pemupukan dasar 6 25.000 150.000 6 25.000 150.000 Tanam 16 25.000 400.000 16 25.000 400.000 Penyiangan I 24 25.000 600.000 24 25.000 600.000 Pemupukan II 8 25.000 200.000 8 25.000 200.000 Penyiangan II 12 25.000 300.000 12 25.000 300.000 Semprot herbisida 4 25.000 100.000 4 25.000 100.000 Pengendalian hama 12 25.000 300.000 12 25.000 300.000 Panen 24 25.000 600.000 24 25.000 600.000

Total biaya tenaga kerja 3.950.000 3.950.000

Total biaya 8.491.000 7.971.000 Hasil : Ubikayu sambung 96.510 58.460 Total hasil 96.510 58.460 Rafraksi hasil 10% 9.651 5.846 Hasil yang diterima

petani 86.859 52.614

Harga 500 500

Penerimaan (Rp ha-1) 43.429.500 26.307.000

Keuntungan (rp/ha) 34.938.500 18.336.000

(8)

192

sebut, ternyata total biaya input yang di-butuhkan usahatani ubikayu cara sam-bung lebih tinggi 12,9% daripada meng-usahakan ubikayu dengan cara biasa (dari Rp 4.021.000 ke Rp 4.541.000). Hal ini terjadi karena biaya pembelian bibit ubikayu sambung cukup mahal (Rp 300 stek-1), walaupun jumlah bibit (per ha-1) yang diperlukan hanya 4.400 bibit ha-1, namun nilainya cukup besar yaitu Rp 1.320.000. Dengan adanya penam-bahan biaya input mengakibatkan bertambah-nya total biaya produksi. Besarbertambah-nya biaya produksi total untuk ubikayu sambung 6,5% lebih tinggi dari ubikayu dengan cara biasa (dari Rp 7.971.000 ha-1 menjadi Rp 8.491.000 ha-1). Mengusahakan ubi-kayu dengan cara sambung dapat meng-hasilkan 96.510 kg ha-1 lebih tinggi 65% daripada mengusahakan ubikayu dengan cara biasa (58.460 kg ha-1), se-hingga hal ini dapat berpengaruh pada pendapatan yang diterima. Harga pada waktu panen mencapai Rp 500 kg-1, sehingga dengan penanaman ubikayu

sambung dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 34.938.500 (hasil telah di-rafraksi sebesar 10%) lebih tinggi 90,5% daripada menanam ubikayu dengan cara biasa. B/C ratio masing-masing sebesar 4,1 dan 2,3. Diinformasikan oleh Gala-media (2007) bahwa di Garut Selatan, sistim Mukibat dengan perkiraan hasil 135 t ha-1 harga umbi Rp 400 kg-1 dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 37.000.000 ha-1, sementara dengan cara biasa hanya diperoleh Rp 17.000.000 ha-1 atau meningkat sebesar 117%. Dilapor-kan Kanto (1984) bahwa dengan sistim sambung (Mukibat) dapat meningkat-kan penerimaan sebesar 115% dari ubi-kayu biasa.

MBCR yang dapat diperoleh dengan menggunakan ubikayu sistim sambung dari penelitian ini sebesar 31,9 yang artinya setiap kenaikan biaya ber-ubah sebesar Rp 1000 akan mendapat kenaikan pendapatan sebesar Rp 31.900 (Tabel 5).

Tabel 5. Nilai MBCR ubikayu sambung dibandingkan cara biasa, Genteng 2008 Macam bibit Penerimaan Total biaya variabel Keuntungan Keuntungan terhadap

petani MBCR Ubikayu biasa 26.307.000 7.971.000 18.336.000 - Ubikayu sambung 43.429.500 8.491.000 34.938.500 16.602.500 31,9

(9)

193

y = 16.05x - 1.2087 R2 = 0.7791 0 20 40 60 80 100 120 0 2 4 6 8

diam eter batang (cm )

H a s il u m bi (t/ ha ) y = 11.819x - 14.7 R2 = 0.7789 0 20 40 60 80 100 120 0 5 10 15 diam eter um bi (cm ) ha s il um bi (t /ha )

Gambar 1. Hubungan antara hasil umbi dan diameter batang

Gambar 2. Hubungan antara diameter umbi dan hasil umbi y = 1.7433x + 10.971 R2 = 0.7932 0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 80 panjang um bi (cm ) h a s il u m bi ( t/ ha ) y = 5.4672x + 15.777 R2 = 0.5875 0 20 40 60 80 100 120 0 5 10 15 20 jum lah um bi h a s il u m bi ( t/ ha )

Gambar 3. Hubungan antara panjang umbi dan hasil umbi

Gambar 4. Hubungan antara jumlah umbi dan hasil umbi

KESIMPULAN

Cara sambung (Mukibat) meningkatkan diameter batang, diameter umbi, panjang umbi, jumlah umbi tanaman-1 dan bobot umbi tanaman-1.

Hasil umbi tertinggi dicapai oleh varietas Adira 4, Kaspro dan Lokal Dampit dengan cara sambung, berturut-turut sebesar 97,90 t ha-1, 98,07 t ha-1 dan

99,67 t ha-1, dan terendah dicapai oleh varietas UJ-5 yaitu sebesar 90,40 t ha-1. Kenaikan hasil umbi bibit sambung (mukibat) mencapai 65,1%.

Varietas UJ-5 mempunyai kadar pati yang relatif stabil, baik pada peng-gunaan bibit biasa (23,27%) maupun cara sambung (23,20%) dan lebih tinggi

(10)

di-194

bandingkan dengan ke tiga varietas lainnya.

Bibit sambung dan biasa memberikan keuntungan masing-masing sebesar Rp 34.938.000 (B/C ratio 4,1) dan Rp.18.326.000 (B/C ratio 2,3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahit, O.P.; S.E. Abit and M.B. Posas. Growth and development of Cassava Under The Traditional and The Mukibat System of Planting. Annal of Tropical Research

3(3): 187-198.

Alves, A.A.C. 2002. Cassava Botany and Physiology. CAB International. BPS, 2009. Statistik Indonesia. Badan

Pusat Statistik. Jakarta-Indonesia: hal 216 -218.

CIAT, 1981. Methodology for deter-mination of dry matter content of cassava roots by specific gravity method. pp 8

Direktorat Jendral Tanaman Perkebunan. 2005. Laporan Kemajuan Program Ennergi Alternatif, Penyediaan Bahan Baku Biofuel: 12 halaman. De Bruyn, G.H., and B. Guritno.1990.

Farmers experimentation with cassava planting in Indonesia. 3 pp.

Galamedia. 2007. Garut Selatan kem-bangkan singkong mukibat. http://pub.garutid/pub/news/de tail

Ginting, E., Y. Widodo, B.S. Radjit, A. Munip, N. Prasetiaswati, dan N. Saleh. 2009. Analisis usahatani dan kualitas umbi ubikayu sistim Mukibat sebagai bahan baku industri. Laporan akhir tahun. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Hal 1-43

Guritno, B.dan W.H. Utomo. 1985. Pokok-pokok pikiran pengem-bangan ubikayu. Hal. 251–274.

Dalam, Prosiding Pengembangan

Ubikayu di Jawa Timur. Pusat Pe-nelitian Tanaman Ubi-ubian Uni-versitas Brawijaya IDRC, IDC Ford Foundation: Hafsah, M.J. 2006. Bisnis Ubikayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan Jakarta: 263 hal. Halse and Joseph. 1978. Cassava plant

production, cultivation techniques http://www.crdi.ca./en/ev-83016-201_730043-1-IDRC_ADM_ INFO. html

Kanto, S. 1984. Usahatani dan pe-masaran ketela pohon di Jawa Timur. Studi kasus di daerah sentra produksi. Dalam Prosiding Pengembangan Ubikayu di Jawa Timur. Pusat Penelitian tanaman Ubi-ubian Universitas Brawijaya IDRC, IDC Ford Fondation. Hal 131-188

Nugroho, W.H., H,Y. Sugito, B. Guritno dan W.H Utomo. 1985. Teknologi budidaya ubikayu secara mono-kultur dan tumpangsari. Dalam: Prosiding Pengembangan ubikayu di Jawa Timur Pusat Penelitian Tanaman Ubi-ubian Univers. Bra-wijaya IDRC, IDC Ford Foundation: pp 181 – 200.

Nugroho, W.H., and B. Guritno. 1979. Comparison between yield of mukibat and ordinary cassava at five densities. Agrivita. Desember, No.2 (6): 1-11

Prasetiaswati, N,. A. Munip, B.S. adjit, N. Saleh, dan Y. Widodo. 2008. Kelayakan usahatani ubikayu sistim mukibat. Studi kasus di Jawa Timur. Hal. 223 – 233. Pros.

(11)

195

Sem. Nas. Pengembangan

kacang-kacangan dan umbi-umbian. Radjit, B.S., N.Saleh dan A.Munip, 2008.

Penyediaan bahan baku industri malalui pengaturan waktu tanam dan umur panen. Makalah disaji-kan dalam Simposium Tanaman Pangan 4 di Puslit-bangtan Bogor (belum dipublikasi): 15 halaman. Radjit, B.S., N.Prasetiaswati dan E.

Ginting. 2010. Potensi pening-katan hasil ubikayu melalui stek sambung (Mukibat). J. Iptek Tanaman pangan. 5 (2): 197 - 209

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata tinggi tanaman, penjang umbi, diameter umbi, diameter batang dan  jumlah umbi pada 4 varietas ubikayu secara sambung (Mukibat) dan biasa
Tabel 2. Rata-rata berat umbi tanaman -1  dan hasil umbi segar (t ha -1 ) pada 4 varietas  secara sambung dan biasa
Tabel 5. Nilai MBCR ubikayu sambung dibandingkan cara biasa, Genteng 2008  Macam bibit  Penerimaan  Total biaya  variabel  Keuntungan  Keuntungan terhadap
Gambar 1. Hubungan antara hasil umbi  dan diameter batang

Referensi

Dokumen terkait

1) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 2) Menambah daya ingat pada pelajaran. 3) Mengembangkan daya fantasi anak didik. Film sebagai media pembelajaran dalam

Uji Post Hoc One Way Anova antar perlakuan pada hari penyimpanan yang sama. Post Hoc

Oleh sebab itu pula, kemungkinan terjadinya dualistik aktivitas kota dalam kawasan ini sangat tinggi, yaitu selain di sektor formal, yang paling signifikan adalah

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pembuatan Peta

Arsitektur neo vernakular akan memberikan keselarasan antara bangunan dengan lingkungannya melalui pendekatan desain dengan cara mengintregasikan bangunan, tapak,

Amacı kaynaştırma ortamında öğrenim gören zihinsel yetersizliği olan ve normal gelişim gösteren ilkokul öğrencilerinin pragmatik dil becerilerini, sosyal becerilerini,

Self organizing maps adalah salah satu metode dalam jaringan syaraf tiruan yang menggunakan pembelajaran tanpa supervisi yang digunakan untuk meng- cluster neuron-neuron

Hasil dari penelitan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bawah ekstraksi fitur dengan menggunakan MFCC dapat dibedakan polanya untuk setiap suara dengan