• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KINERJA JARINGAN IRIGASI REPOK PANCOR KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI KINERJA JARINGAN IRIGASI REPOK PANCOR KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI KINERJA JARINGAN IRIGASI REPOK PANCOR

KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

Performance Study of Repok Pancor Irrigation Network Lingsar, Lombok Barat

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 JurusanTeknik Sipil

Oleh :

Nurul Uswatun H.F F1A 011 117

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM

(2)
(3)
(4)

iv KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang berjudul:

Studi Kinerja Jaringan Irigasi Repok Pancor Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok

Barat”.

Tugas akhir ini merupakan salah satu prasyarat wajib akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Mataram sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1).

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna perbaikan dan penyempurnaan penyusunan selanjutnya.

Mataram, Januari 2017

(5)

v UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya terutama kepada :

1. Bapak Yusron Saadi, ST., M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Mataram.

2. Bapak Jauhar Fajrin, ST., M.Sc.(Eng)., Ph.D.,selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram.

3. Bapak Salehudin, ST., MT., selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan serta semangat kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Agustono Setiawan, ST., M.Sc., selaku dosen pembimbing pendamping sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan serta semangat selama menyusun Tugas Akhir ini.

5. Bapak Atas Pracoyo, ST., MT., Ph.D., Bapak Ir. Heri Sulistyono, M., Eng., Ph.D., dan Bapak I B Giri Putra, ST., MT., selaku dosen tamu.

6. Bapak dan Ibu tercinta, atas segala kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan moril maupun materil, serta iringan doanya selama ini.

7. Saudara dan saudariku Asnaini Rusiyati, Kak Imam Zulkaidi, Kak Ahmad Wathoni , Kak Lia,yuyun Hawariyun yang selalu menemani, membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

8. Sahabat terbaikku Bq Eka Wilyana, Bq Indra Romdiana dan Yeni Indriani yang selalu setia menemani dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku teman-teman Sipil 2010 dan 2011, Eyen, Nana, Ayutia, Randy, Lewi, Maretha, Widy, Vitha, Siska, Opan, Bang Randa, Mbak Nia, Bang Yus, dan Bang Gilang yang selalu memberikan dukungan, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

vi

Dewanda, Nisa, dan Mbak Tya, terima kasih atas kerjasama kalian sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR NOTASI... xi

INTISARI... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Batasan Masalah... 2

1.4 Tujuan Penelitian... 2

1.5 Manfaat Masalah... 3

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka... 4

2.2 Dasar Teori…... 5

2.2.1 Kinerja Daerah Irigasi... 5

2.2.2 Analisis Hidrologi... 5

2.2.3 Uji Konsistensi Curah Hujan... 6

(8)

viii

2.2.5 Kebutuhan Air Irigasi... 13

2.2.6 Faktor Kseimbangan Air (Faktor K)... 14

2.2.7 Evaluasi Indeks Kinerj Jaringan Irigasi... 14

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 30

3.2 Pengumpulan Data………... 31

3.3 Analisis Data………. 31

3.4 Bagan Alir………. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Hidrologi... 35

4.1.1 Data Hujan... 35

4.1.2 Hujan Rerata daerah... 35

4.1.3 Uji Konsistensi Data... . 36

4.1.4 Penentuan Hujan Kawasan... 40

4.1.5 Seleksi Hujan Rerata... .. 41

4.1.6 Analisis Hujan Efektif... 43

4.2 Analisis Evavotranspirasi... . 46

4.3 Analisis Kebutuhan Air Irigasi... . 50

4.4 Analisis Debit Observasi... . 57

4.5 Analisis Faktor Keseimbangan Air... . 58

4.6 Analisis Indeks Kinerja Jaringan Irigasi... 70

4.7 Upaya yang dilakukan untuk Meningkatkan kinerja jaringan DI Repok Pancor... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 89

5.2 Saran... 89

(9)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Persentasi nilai Qy/√n dan Ry/√n... 7

Tabel 2.2. Besaran Nilai Angot (Ra) ... 9

Tabel 2.3. Kebutuhan Air Irigasi Selama Penyiapan Lahan... 11

Tabel 2.4.Koefisien Tanaman Padi... 11

Tabel 2.5. Nilai Efisiensi Irigasi... 12

Tabel 2.6. Tabel Parameter Indeks Kinerja Jaringan Irigasi... .. 15

Tabel 2.7. Indeks Kinerja Jaringan Irigasi... 19

Tabel 4.1. Uji Konsistensi Data Stasiun Gunung Sari... 37

Tabel 4.2. Uji Konsistensi Data Stasiun Monjok………... 39

Tabel 4.3. Nilai Qy/√n dan Ry/√n... 40

Tabel 4.4. Data Catchmen Area Polygon Thiessen... 41

Tabel 4.5. Seleksi Hujan Setengah Bulan…………... 41

Tabel 4.6 Rekapan hujan rerata Stasiun Gunung Sari & Stasiun Monjok... 42

Tabel 4.7. Probabilitas Curah Hujan Efektif R80% & R50%... 44

Tabel 4.8. Curah Hujan Efektif untuk Padi dan Palawija... 45

Tabel 4.9. Data Klimatologi Rata-rata Tahun 2006-20015 Stasiun Kopang... 46

Tabel 4.10. Analisa Evapotranspirasi metode Penman FAO……... 49

Tabel 4.11.1. Kebutuhan Air Tanam DI periode awal MT I... 52

Tabel 4.11.2. Kebutuhan Air Tanam DI periode awal MT II... 53

Tabel 4.11.3. Kebutuhan Air Tanam DI periode awal MT III... 54

Tabel 4.12. Rekapitulasi Kebutuhan Air Daerah Irigasi Repok Pancor ... 55

Tabel 4.13 Data Debit Observasi DI Repok Pancor... 57

Tabel 4.14.1 Perhitungan Faktor K Tahun 2011... 59

Tabel 4.14.2 Perhitungan Faktor K Tahun 2012... 61

Tabel 4.14.3 Perhitungan Faktor K Tahun 2013... 63

Tabel 4.14.4 Perhitungan Faktor K Tahun 2014... 65

Tabel 4.14.5 Perhitungan Faktor K Tahun 2015... 67

Tabel 4.15 Faktor Keseimbangan air (K)... 69

Tabel 4.16 Indeks kinerja Jaringan DI Repok Pancor ... 74

(10)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian... 30

Gambar 3.2. Lokasi Penelitian... 30

Gambar 3.3. Bagan Alir Penelitian... 34

Gambar 4.1. Peta Poligon Thiessen Daerah Irigasi Repok Pancor... 36

Gambar 4.2. Besar Daerah Luasan Poligon Thiessen... 40

Gambar 4.3 Grafik Kebutuhan Air Irigasi... 56

Gambar 4.4.1. Grafik Neraca Air 2011…... . 60

Gambar 4.4.1. Grafik Neraca Air 2012…... . 62

Gambar 4.4.1. Grafik Neraca Air 2013…... . 64

Gambar 4.4.1. Grafik Neraca Air 2014…... . 66

Gambar 4.4.1. Grafik Neraca Air 2015…... . 68

Gambar 4.5. Bangunan Mercu DI Repok Pancor... . 70

Gambar 4.6.1. Bangunan Mercu………... . 79

Gambar 4.6.2. Bangunan Sayap………... . 80

Gambar 4.6.3. Bangunan Lantai…... . 80

Gambar 4.6.4. Bangunan Tanggul Penutup……... 81

Gambar 4.6.5. Bangunan Pintu Pengambilan……... 81

Gambar 4.6.6. Bangunan Pintu Penguras………... 82

Gambar 4.6.7. Kapasitas Saluran……... . 82

Gambar 4.6.8. Tanggul Saluran ... . 83

Gambar 4.6.9. Bangunan Sadap Saluran Induk…... . 83

Gambar 4.6.10. Bangunan Sadap Saluran Tersier... . 84

Gambar 4.6.11. Alat Ukur pada Bangunan Pengambilan……... 84

Gambar 4.6.12. Bangunan Pelengkap Berupa Bangunan Terjun... . 85

Gambar 4.6.13. Bangunan Pelengkap Berupa Jembatan... . 85

Gambar 4.6.14. Saluran Pembuang…... . 86

Gambar 4.6.15. Jalan Inspeksi... . 86

(11)

xi DAFTAR NOTASI

α : 25% (areal irigasi)

α : 25% (catchment area)

Albedo α : 6% (areal genangan)

a : konstanta yang tergantung letak suatu tempat diatas bumi

b : konstanta yang tergantung letak suatu tempat diatas bumi

c : Faktor konpensasi kecepatan angin dan kelembaban

d : inverse jarak relatif bumi-matahari

Dy : simpangan rata-rata

E : elevasi medan dari muka air laut (m)

ea : tekanan uap air jenuh (kPa)

ed : tekanan uao air aktual (kPa)

Eo : penguapan dalam mm/hari

ET0 : Evapotrasniprasi potensial (mm/hari)

Etc : kebutuhan air tanaman (mm/hari)

f(ed) : fungsi tekanan uap air aktual

f( ) : fungsi lama penyinaran matahari terukur (jam/hari)

f(T) : fungsi suhu udara

f(u) : fungsi kecepatan angin

H : perbedaan elevasi antara lokasi dengan stasiun pencatat (m)

IR : kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)

K : MT/S

(12)

xii

Kc : koefisien tanaman

L : panas penguapan laten/suhu konstan perubahan cair ke uap

L1 : elevasi lokasi perencanaan (m)

Lp : elevasi lokasi pengukuran (m)

M : kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi

Dan perkolasi di sawah yang sudah di jenuhkan M = E0 + P,

(mm/hari)

N : jumlah data/ banyaknya data

( ) : lama penyinaran matahari terkoreksi (jam/hari)

( ) : lama penyinaran matahari terkoreksi (jam/hari)

NFR : kebutuhan air irigasi (lt/dt/ha)

P : tekanan atmospher (kPa)

P : perkolasi (mm)

Pa : tekanan uap jenuh pada suhu rata harian dalam mmHg

Pu : tekanan uap dalam mmHg

Q : debit yang mengalir (debit air hujan) (m3/dt)

Q : nilai statistik untuk 0 ≤ k ≥n

Qmak : debit maksimum

Qmin : debit minimum

Qy : debit rata-rata

R : range

Ra : radiasi teraksial ekstra (mm/hari) yang dipengaruhi oleh letak

lintang daerah

(13)

xiii

Rh : kelembaban udara (%)

Rn : radiasi bersih (mm/hari)

Rn1 : radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)

Rns : radiasi bersih gelombang pendek (mm/hari)

Rs : radiasi gelombang pendek (mm/hari)

Ry : range rata-rata

SK*0 : simpangan awal

SK** : nilai konsistensi data

T : temperatur rata-rata (0c)

T : suhu udara (0c)

T : jangka waktu penyiapan lahan (hari)

U : kecepatan angin dalam (km/hari)

U1 : kecepatan angin dilokasi perencanaan (km/hari)

U2 : kecepatan angin pada ketinggian 2 meter diatas permukaan

tanah (km/hr)

Ud : kecepatan angin siang (km/hr)

Un : kecepatan angin malam (km/hr)

Up : kecepatan angin dilokasi prngukuran (km/hari)

Ur : kecepatan rasio (km/hr)

W : faktor temperatur dan ketinggian tempat

WLR : pengganti lapisan air rerata (mm/hari)

(14)

xiv INTISARI

Daerah Irigasi Repok Pancor memiliki luas baku 306 ha dan luas daerah irigasi 244 ha dengan panjang saluran 4788 m. Sumber air utama yang digunakan untuk mengairi areal irigasi Repok Pancor berasal dari sungai Jangkok. Kondisi saluran saat ini menunjukkan terjadinya penumpukan sedimentasi berupa endapan lumpur dan sampah, serta terjadi kerusakan pada dinding saluran pada beberapa ruas saluran primer, sekunder dan terdapat kerusakan pada bangunan utama dan pada beberapa bangunan pelengkap lainnya, sehingga dapat mengakibatkan kurang berfungsi secara optimal dan berdampak pada Kinerja Daerah Irigasi Repok Pancor

Melihat kondisi kinerja daerah Irigasi Repok Pancor perlu dilakukan penilaian terhadap indeks kinerja daerah irigasi saat ini dengan menggunakan PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Operasional dan Pemeliharaan dengan memperhatikan beberapa parameter yang digunakan yaitu kondisi fisik, produktifitas tanam, saranan penunjang, organisasi personalia, dokumentasi dan P3A.

Dari hasil penilaian indeks kinerja daerah irigasi menurut PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 dapat dilihat indeks kinerja daerah irigasi Repok Pancor pada tahun 2015 adalah sebesar 59,56 % dari nilai indeks kondisi optimum 77,50% (Permen PU No.32/PRT/M/2007), sehingga dapat disimpulkan bahwa indeks kinerja daerah Irigasi Repok Pancor kurang dan perlu perhatian dari pemerintah maupun masyarakat.

(15)

xv ABSTRACT

The Irrigation area Repok Pancor has a potential area of 306 ha, and irrigated area of 244 ha canal length of 4788 m. The main source of water used to irrigate the irrigation area Repok Pancor comes from the river Jangkok. Channel conditions currently showing the accumulation of sediment in the form of sludge and scum, as well as damage to the walls of the channels on some stretches of the primary channel, Secondary and there is damage to the main building and in several other complementary building, so can result in less than optimal function and have an impact on performance Repok Pancor Irrigation Area.

Seeing the condition of regional performance Irrigation Repok Pancor need to do an assessment of the performance index of the current irrigated areas using PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 on Operation and Maintenance Manual with respect to some of the parameters used are the physical conditions, the productivity of crops, supporting the proposition , organization of personnel, documentation and P3A.

From the results of the assessment of performance index of irrigation area according to the method of PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 can be seen in the performance index of irrigation area Repok Pancor in 2015 amounted to 59.56% from 77.50% optimum conditions index (PERMEN PU No.32/PRT/M/2007), so it can be concluded that the performance index of the region Irrigation Repok Pancor less and need attention from the government and society.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor utama penunjang perekonomian masyarakat Kabupaten Lombok Barat. Dalam rangka meningkatkan produksi pertanian untuk menghindari terjadinya krisis pangan perlu adanya peningkatan kinerja sarana dan prasana dalam bidang pertanian. Kabupaten Lombok Barat memiliki beberapa daerah irigasi yang sangat menunjang dalam peningkatan produtifitas tanam. Salah satunya daerah Irigasi Repok Pancor yang terletak di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.

Daerah Irigasi Repok Pancor memiliki luas baku 306 Ha dan luas daerah irigasi 244 Ha dengan panjang saluran 4788 m (Skema Jaringan DI. Repok Pancor Dinas Pekerjaan Umum Kimpraswil Kabupaten Lombok Barat Sub Dinas Pengairan) dengan sebagian saluran berupa pasangan batu kali dan sebagian berupa saluran alam. Sumber air utama yang digunakan untuk mengairi areal irigasi Repok Pancor berasal dari sungai Jangkok dengan menggunakan bendung untuk mendapatkan debit air kemudian dialirkan ke saluran primer Repok Pancor, dimana saluran primer yang sifatnya saluran pembawa mengalirkan air untuk kebutuhan air pada areal irigasi Repok Pancor melalui bangunan bagi, sadap, atau bangunan bagi sadap yang diteruskan oleh saluran sekunder menuju petak tersier pada daerah layanan irigasi Repok Pancor.

Berdasarkan kondisi eksisting dilapangan dapat dilihat kondisi bangunan pada daerah irigasi Repok Pancor mengalami kerusakan di beberapa bangunannya. Kehilangan air pada saluran primer diakibatkan karena terjadinya rembesan, kebocoran, kerusakan bangunan irigasi dan pengambilan air tanpa melalui bangunan bagi sadap yang terjadi di beberapa titik pada saluran irigasi sehingga di bagian hilir mengalami kekurangan air. Selain itu di dasar saluran terdapat sedimentasi berupa endapan lumpur dan sampah sehingga berpengaruh dalam penurunan kinerja jaringan irigasi. Hal tersebut dapat mengakibatkan kurang berfungsinya secara optimal daerah irigasi tersebut.

(17)

2 1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Berapa besar kebutuhan air untuk Daerah Irigasi Repok Pancor ?

2. Berapa nilai kondisi debit atau faktor keseimbangan air (Faktor K) dari jaringan irigasi tersebut ?

3. Bagaimana kinerja jaringan irigasi Repok Pancor ?

4. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kinerja jaringan irigasi Repok Pancor.

1.3. Batasan Masalah

Untuk memudahkan dalam pembahasan maka permasalahan yang akan ditinjau perlu dibatasi. Adapun lingkup bahasan yang akan dikaji dalam tugas akhir ini dibatasi pula :

1. Lokasi penelitian dilakukan di daerah Repok Pancor Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.

2. Dalam perhitungan hujan rancangan digunakan 2 (Dua) stasiun hujan yang berpengaruh yaitu stasiun hujan Gunung Sari dan stasiun hujan Monjok.

3. Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi digunakan data sekunder dan data Primer. 4. Dalam menentukan kondisi kinerja jaringan irigasi mengacu pada PERMEN PU

No.32/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Operasional dan Pemeliharaan. 5. Tidak menganalisa perhitungan sosial, ekonomi dan produktifitas tanam.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kebutuhan air irigasi pada daerah layanan jaringan irigasi Repok Pancor secara garis besar.

2. Untuk mengetahui faktor keseimbangan air (Faktor K) jaringan irigasi Repok Pancor. 3. Untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi Repok Pancor.

(18)

3 1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, diantaranya :

(19)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

Suroso (2007) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Air. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketersediaan air dua sungai banjaran saat ini mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi DI Banjaran. Pemanfaatan jaringan irigasi untuk pelayanan air irigasi kurang maksimal. Efisiensi permukaan air irigasi masih sangat rendah. Pemakaian air irigasi di daerah hulu cenderung berlebihan dan pemakaian air irigasi ditengah bahkan dihilir sangat kurang.

Supriyono (2010), melakukan penelitian dengan judul Studi Penentuan Skala Prioritas Berdasarkan Kinerja Jaringan Irigasi Pada Jaringan Irigasi Batujai, Gde Bongoh, dan Sidemen di Kabupaten Lombok Tengah dari hasil penelitian diperoleh dengan metode penilaian menggunakan Permen PU No 32/PRT/M/2007 diperoleh nilai untuk jaringan irigasi Batujai 65,67% dengan kategori kinerja kurang baik dan perlu perhatian, jaringan irigasi Gde Bongoh 67,60% dengan kategori kinerja kurang baik dan perlu peningkatan dibidang manajemen organisasi personalia dan pengelolaan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Sedangkan jaringan irigasi Sidemen 73,68% dengan kategori kinerja baik.

(20)

5 2.2. Dasar Teori

2.2.1 Kinerja Daerah Irigasi

Kinerja daerah irigasi adalah penilaian cara kerja suatu daerah irigasi berdasarkan kualitas dan kuantitas pada daerah irigasi tersebut . Penilaian kinerja daerah irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kinerja daerah irigasi yang meliputi:

1. Prasarana Fisik yaitu segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dsb).

2. Produktifitas Tanaman yaitu produski tanaman persatuan luas lahan yang digunakan dalam bercocok tanam.

3. Sarana Penunjang yaitu segala sesuatu (bisa berupa syarat atau upaya) yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.

4. Organisasi Personalia yaitu alat untuk mencapai tujuan, manajer personalia menyusun suatu organisasi dengan merancang struktur hubungan antara pekerjaan, personalia dan faktor-faktor fisik.

5. Dokumentasi yaitu kumpulan data yang berbentuk nyata yang diperoleh berdasarkan system pengelolaan data yang disebut dengan proses dokumentasi. 6. Kondisi kelembagaan P3A yaitu kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu layanan/ petak tersier atau desa yang secara demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.

2.2.2 Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi merupakan suatu bagian analisis awal dalam perencanaan bangunan hidrolik. Hal ini mempunyai pengertian bahwa informasi dan besaran- besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan pasukan yang penting dalam analisis selanjutnya. Hidrologi adalah salah satu aspek yang sangat penting peranannya, dimana tingkat keberhasilan suatu bangunan air dipengaruhi ketelitian dalam menganalisis hidrologi. Data yang dibutuhkan dalam analisis hidrologi adalah:

(21)

6 2.2.3 Uji konsistensi data curah hujan

Di dalam suatu seri data hujan bisa terjadi nonhomogenitas data dan ketidaksamaan (incosistent) data. Faktor-faktor yang menyebabkan data menjadi tidak homogen dan tidak konsisten meliputi :

a. Perubahan mendadak pada sistem hidrologis, misalnya karena adanya pembangunan gedung-gedung atau tumbuhnya pohon-pohonan, gempa bumi dan lain-lain.

b. Pemindahan alat ukur

c. Perubahan cara pengukuran, misalnya penggantian alat dengan jenis dan spesifikasi alat baru atau metode yang berbeda.

Data tidak homogen maupun data tidak konsisten menyebabkan hasil analisis tidak teliti. Oleh karena itu sebelum data tersebut dipakai untuk analisis, terlebih dahulu harus dilakukan uji konsistensi data. Uji konsistensi data sudah meliputi uji homogenitas data karena data yang konsisten juga berarti data tersebut adalah homogen. Terdapat dua metode yang umum digunakan untuk pengujian yaitu Metode Lengkung Massa Ganda dan Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sum). Pengujian konsistensi dengan metode RAPS adalah dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata-rata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝑆𝑘∗

Nilai statistik Qy:

n

Nilai statistik R:

n

Yr = rerata curah hujan,

(22)

7 Dengan melihat nilai statistik di atas maka dapat dicari nilai Qy/√n dan Ry/√n, hasil yang didapat dibandingkan dengan nilai Qy/√n syarat dan Ry/√n syarat pada Tabel 2.2. Jika nilai Qy/√n dan Ry/√n hitungan lebih kecil dari nilai Qy/√n dan Ry/√n dari tabel maka data masih dalam batas konsisten.

Tabel 2.1 Persentasi nilai Qy/√n dan Ry/√n

Jumlah Qy/√n Ry/√n

Data 90% 95% 99% 90% 95% 99%

10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38

20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60

30 1,12 1,24 1,46 1,40 1,50 1,70

40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74

(Sumber: Sri Harto, 1993)

2.2.4 Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Penguapan ini terjadi melalui dua proses yaitu penguapan dari permukaan bumi (evaporasi) dan melalui daun-daun tanaman (transpirasi). Bila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama disebut proses evapotranspirasi. Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses evapotranspirasi. Dalam proses penguapan air berubah menjadi uap dengan adanya energi panas matahari. Laju evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, udara yang bertiup (angin), kelembaban udara, dan lain-Iain. Terdapat beberapa metode untuk menghitung besamya evaporasi, diantaranya adalah metode Penman. (Irigasi dan Bangunan Air. Universitas Gunadarma, Jakarta)

Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan metode Penman modifikasi FAO. Persamaan Penman modifikasi FAO dirumuskan sebagai berikut:

ET0 = c.(W.Rn+(1-W).f(u).(ea-ed) (2-7)

dengan ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari)

c = faktor kompensasi kecepatan angin dan kelembaban W = faktor temperatur dan ketinggian tempat

(23)

8 (ea-ed) = defisit tekanan uap air yaitu perbedaan tekanan uap air dalam keadaan jenuh (ea) dan tekanan air aktual (ed).

dan harga-harga :

W = 𝑑

(𝑑+𝑦) (2-8)

d = 2 (0,00738+0,8072)T– 0, (2-9)

y = 0,386 𝑃𝐿 (2-10)

P = 1.013-0,1055 E (2-11)

L = 595-0,510 (2-12)

dengan E = elevasi medan dari muka air laut (m)

T = temperatur rata-rata (0C)

sedangkan Rn = Rns – Rn1 (2-13)

Rns = (1-α) Rs (2-14)

Albedo α = 6 % (areal genangan)

α = 25 % (areal irigasi)

α = 25 % (catchment area)

Rs = 𝑎+𝑏 𝑁𝑛 . Ra (2.15)

Rn1 = f(T).f(ed).f(u) (2-16)

ea = 7,01 x 1,062T (2-17)

ed = Rh x ea

dengan Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) Rns = radiasi bersih gelombang pendek (mm/hari)

Rs = radiasi gelombang pendek (mm/hari)

Ra = radiasi teraksial ekstra (mm/hari) yang dipengaruhi oleh letak l intang daerah.

Rh = kelembaban udara (%)

𝑛

(24)

9 Tabel 2.2 Besaran Nilai Angot (Ra) Dalam Hubungannya Dengan Letak Lintang

Bulan Lintang Utara Lintang Selatan

5 4 2 0 2 4 6 8 10

(Sumber : Suhardjono, 1980) Dan harga-harga fungsi

f(u) = 0,27 x (1+ 𝑈

Radiasi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah pengaliran diambil menurut rumus :

T = (X – 0,006H)0C (2-22)

dengan T = suhu udara (0C)

X = suhu udara di daerah pencatatan klimatologi (0C)

(25)

10 Up = kecepatan angin di lokasi pengukuran (km/hari)

L1 = elevasi lokasi perencanaan (m) Lp = elevasi lokasi pengukuran (m)

Koreksi terhadap lama penyinaran matahari untuk lokasi perencanaan mengikuti rumus berikut :

𝑛 𝑁𝑐 =

𝑛

𝑁– 0,01(L1-Lp) (2-24)

Dengan 𝑁𝑐𝑛 = lama penyinaran matahari terkoreksi (jam/hari)

a,b = konstanta yang tergantung letak suatu tempat diatas bumi, untuk :

Virginia, Amerika Serikat a = 0,22 b = 0,54

Canberra, Australia a = 0,25 b = 0,54

Negeri Belanda a = 0,20 b = 0,48

Untuk Indonesia dapat diambil harga a dan b yang mendekati Australia. Besarnya kebutuhan air untuk tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Penyiapan Lahan

Pada masa penyiapan lahan untuk produksi padi, perhitungan kebutuhan air irigasinya menggunakan metode Van De Goor/Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam liter/detik selama penyiapan lahan (Sumber: Lampiran KP.01)

IR = M x ek/( ek-1) (2-25)

Dimana IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)

M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = E0 + P, (mm/hari)

K = MT/S

T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)

(26)

11 Tabel 2.3 Kebutuhan Air Irigasi Selama Penyiapan Lahan

(Sumber : Lampiran KP.01) 2. Penggunaan Konsumtif

Penggunaan konsumtif untuk tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk menggantikan air yang hilang akibat evapotranspirasi. Penggunaan konsumtif dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

ETc = Kc x ETo (2-26)

Dengan ETc = Kebutuhan air tanaman (mm/hari)

ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari), besarnya dihitung dengan metode Penman (mm/hari)

Kc = Koefisien tanaman

Nilai koefisien tanaman dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.4 Koefisien Tanaman Padi

Bulan

Nedeco/ Prosida FAO

(27)

12 3. Perkolasi dan Infiltrasi

Infiltrasi merupakan proses masuknya air dari permukaan tanah ke dalam tanah (daerah tidak jenuh), sedangkan perkolasi adalah masuknya air ke daerah tidak jenuh, proses ini tidak dimanfaatkan oleh tanaman. Untuk tujuan perencanaan, tingkat perkolasi standar 1 - 3 mm/hari, dipakai untuk mengestimasi kebutuhan air pada daerah produksi padi (Lampiran KP.01)

4. Penggantian Genangan Air

Pada saat musim padi, diperlukan beberapa kebutuhan air, seperti pada waktu pemupukan digunakan praktek penurunan muka air sawah. Berdasarkan perlakuan ini genangan air harus diganti. Untuk menghitung praktek penggantian tersebut, suatu cadangan sebesar 50 mm (3,33 mm/hari) telah dibuat pada setiap tengah bulanan kedua dan keempat, yaitu setelah pemindahan (transplanting). Kebutuhan ini tidak berlaku untuk tanaman palawija sehubungan dengan praktek kultural yang tergantung pada tahap pertumbuhan tanaman. (Lampiran KP.01).

5. Efisiensi Irigasi

Efsisensi irigasi digunakan untuk menentukan efektifitas sistem irigasi dan pengolahannya dala memenuhi permintaan penggunaan konsumtif tanaman selama pertumbuhan. Efisiensi irigasi bervariasi tergantung pada tahap pertumbuhan tanaman. Kehilangan air yang mempengaruhi efisiensi irigasi terjadi selama pengangkutan air dari sumber kesawah dan saat penggunaan sawah selama praktek distribusi yang dilakukan petani. Besarnya efisiensi dapat dilihat tabel betikut ini :

Tabel 2.5 Nilai Efisiensi Irigasi

Lokasi Efisiensi Irigasi (%)

Jaringan Tersier 80

Jaringan Sekunder 90

Jaringan Primer 90

Total 64.8

(Sumber : Anonim, Lampiran KP. 01) 6. Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat dipergunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

P = 𝑛𝑚

(28)

13 Dengan:

P = peluang terjadinya peristiwa,

m = nomor urut angka pengamatan dalam susunan (dari besar ke kecil) n = banyaknya pengamatan

Langkah-langkah untuk menghitung curah hujan efektif adalah sebagai berikut: 1. Merekap data curah hujan bulanan setiap stasiun hujan.

2. Data curah hujan yang ada, disusun dari yang terbesar hingga yang terkecil (Metode Basic Year).

Kemudian dihitung curah hujan efektif rata-rata tiap tahun dengan kemungkinan tidak terpenuhi 50% dan 80%.

R80% = 0,7 x

R80

Jumlah hari (setengah bulan ) (2-28)

R50% = 0,7 x

R50

Jumlah hari (setengah bulan ) (2-29)

Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi diambil sebesar 80% dari curah hujan rencana yaitu curah hujan yang probabilitasnya terpenuhi 80% (R80), sedangkan untuk tanaman palawija diambil 50% (R50).

2.2.5 Kebutuhan Air Irigasi

Yang dimaksud dengan kebutuhan air irigasi disini adalah banyaknya air yang diperlukan oleh tanaman, ditambah air untuk keperluan lain, baik untuk pencucian tanah maupun untuk keperluan lainnya. Secara umum besarnya kebutuhan air irigasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

- Untuk tanaman padi :

NFR = ETc + P + E + W + G - Reff (2-30)

- Untuk tanaman palawija :

NFR = ETc - Reff (2-31)

dengan NFR = kebutuhan air irigasi (lt/dt/ha) ETc = kebutuhan air tanaman (mm/hari)

E = evaporasi (mm/hari)

G = penggantian genangan air/ kebutuhan persemaian (mm/hari)

P = perkolasi (mm)

Reff = curah hujan efektif (mm/hari)

(29)

14

b.

2.2.6 Faktor keseimbangan Air (Faktor K)

Faktor keseimbangan air (Faktor K) adalah perbandingan antara debit tersedia di bendung dengan debit yang dibutuhkan pada periode pembagian dan pemberian air 2 mingguan (awal bulan dan tengah bulan). Nilai faktor K berkisar antara 0-1 dimana jika persediaan air cukup maka Faktor K=1 sedangkan pada persediaan air kurang maka faktor K<1.

K = 𝑄𝑏𝑄𝑡 (2-32)

Dimana :

Qt = debit yang tersedia Qb = debit yang dibutuhkan

2.2.7 Evaluasi Indeks Kinerja Jaringan Irigasi

Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kinerja sistem irigasi yang meliputi:

a. Prasarana Fisik

b. Produktifitas Tanaman c. Sarana Penunjang d. Organisasi Personalia e. Dokumentasi

f. Kondisi kelembagaan P3A

Evaluasi ini dilaksanakan dengan cara penelusuran tiap jaringan irigasi, kemudian melakukan pengamatan dan penilaian kondisi prasarasa fisik maupun non fisik yang kemudian menuangkan hasil penilaian menggunakan formulir Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi. Formulir tersebut harus dikondisikan dengan kewenangan pengelolaan daerah irigasi yang bersangkutan yaitu Daerah Irigasi kewenangan pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. (Permen PU No: 32/PRT/M/2007)

Indek Kinerja Sistem Irigasi ini menggunakan bobot penilaian sebagai berikut:

- 80-100 : kinerja sangat baik - 70-79 : kinerja baik

(30)

15

- Maksimal 100, minimal 55 dan optimum 77,5

Adapun penilaian Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7 :

Tabel 2.6 Tabel Parameter Indeks Kinerja Jaringan Irigasi

(31)

16 Tabel 2.6. Tabel Parameter Indeks Kinerja Jaringan Irigasi

(32)

17 Tabel 2.6. Tabel Parameter Indeks Kinerja Jaringan Irigasi

(33)

18 Tabel 2.6. Tabel Parameter Indeks Kinerja Jaringan Irigasi

(Sumber: Lampiran Permen PU No.32/PRT/M/2007)

Perhitungan indeks kinerja jaringan irigasi mengacu pada kondisi jaringan yang ada yaitu dari hasil analisa data dan survey investigasi lapangan dengan rumus perhitungan:

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎

100 𝑥

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛

(34)

19

NO

KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN (%) KETERANGAN

I PRASARANA FISIK 1 Bangunan Utama

1.1. Bendung

Hilang/Tdk Ada 0 Mercu tidak ada/hilang b. Sayap

Baik 76 - 100 Sayap dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Sayap dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Sayap dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Sayap dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki runtuh Hilang/Tdk Ada 0 Sayap tidak ada/hilang

c. Lantai Bendung

Baik 76 - 100 Lantai bendung dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Lantai bendung dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Lantai bendung dalam kondisiditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Lantai bendung dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki atau bocor Hilang/Tdk Ada 0 Lantai bendung tidak ada/hilang

d. Tanggul Penutup

Baik 76 - 100 Tanggul penutup dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Tanggul penutup dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Tanggul penutup dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Tanggul penutup dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki atau bocor Hilang/Tdk Ada 0 Tanggul penutup tidak ada/hilang

e. Jembatan

Baik 76 - 100 Jembatan dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Jembatan dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Jembatan dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Jembatan dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki atau runtuh Hilang/Tdk Ada 0 Jembatan tidak ada/hilang

f. Papan Operasi

Baik 76 - 100 Papan Operasi dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Papan Operasi dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Papan operasi dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Papan Operasi dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki Hilang/Tdk Ada 0 Papan Operasi tidak ada/hilang

(35)

20 Hilang/Tdk Ada 0 Mistar Ukur tidak ada/hilang

h. Pagar Pengaman

Baik 76 - 100 Pagar Pengaman dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Pagar Pengaman dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Pagar Pengaman dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Pagar Pengaman dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki atau hilang Hilang/Tdk Ada 0 Pagar Pengaman tidak ada/hilang

1.2. Pintu-pintu bendung dan roda gigi a. Pintu Pengambilan

Baik 76 - 100 Pintu pengambilan dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Pintu pengambilan dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Pintu pengambilan dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Pintu pengambilan dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki atau Hilang/Tdk Ada 0 Pintu pengambilan tidak ada/hilang

b. Pintu Penguras Bendung

Baik 76 - 100 Pintu penguras bendung dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Pintu penguras bendung dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Pintu penguras bendung dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Pintu penguras bendung dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki Hilang/Tdk Ada 0 Pintu penguras bendung tidak ada/hilang

1.3. Kantong Lumpur dan Pintu penguras a. Bangunan Kantong Lumpur

Baik 76 - 100 Bangunan kantong lumpur dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Bangunan kantong lumpur dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Bangunan kantong lumpur dalam kondisi ditemui kerusakan

Rusak berat 1 - 25 Bangunan kantong lumpur dalam kondisi rusak berat, ditemukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki Hilang/Tdk Ada 0 Bangunan kantong lumpur tidak ada/hilang

b. Kantong Lumpur telah dibersihkan

Baik 76 - 100 Kantong lumpur sesuai desain penampang berfungsi Sedang 51 - 75 Kantong lumpur ditumbuhi tanaman air/rumput ada sedimen

Rusak 26 - 50 Kantong lumpur banyak ditumbuhi rumput/tumbuhan air sedimen sedang Rusak berat 1 - 25 Kantong lumpur sebagian besar ditumbuhi rumput/tumbuhan air sedimentasi tinggi Hilang/Tdk Ada 0 Kantong lumpur tertutup tumbuhan dan sedimentasi/tidak ada bangunan

c. Pintu penguras & roda gigi Kantong Lumpur

Baik 76 - 100 Pintu penguras dalam kondisi baik dan tidak ditemui kerusakan yang berarti Sedang 51 - 75 Pintu penguras dalam kondisi sedang ditemui kerusakan namun bisa diatasi Rusak 26 - 50 Pintu penguras dalam kondisi rusak ditemui kerusakan

(36)

21

NO KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN KETERANGAN

2 Saluran Pembawa

2.1. Kapasitas Saluran

Baik 76 - 100 Penampang basah saluran dalam keadaan bersih sesuai desain Cukup 51 - 75 Penampang basah saluran ditumbuhi air/tanaman air ada sedimentasi

Kurang 26 - 50 Penampang basah saluran banyak ditumbuhi air/tanaman air ada sedimentasi sedang Sangat Kurang 1 - 25 Penampang basah saluran sebagian besar ditumbuhi air/tanaman air ada sedimentasi tinggi Rusak 0 Penampang basah saluran tertutup tumbuhan air/tanaman dan sedimen

2.2. Tanggul Saluran

Baik 76 - 100 Tanggul dalam keadan bersih tidak ada longsor tidak terjadi limpasan pada saat debit maksimum rencana Cukup 51 - 75 Tanggul ditumbuhi rumput/semak ada longsor sedikit tidak terjadi limpasan pada saat debit maksimum Kurang 26 - 50 Tanggul banyak ditumbuhi rumput/semak longsor sedang kadang terjadi limpasan pada saat debit Sangat Kurang 1 - 25 Tanggul banyak ditumbuhi rumput/semak banyak longsor sering terjadi limpasan pada saat debit

Rusak 0 Tanggul longsor

2.3. Perbaikan saluran Diisi sesuai perbandingan saluran yang sudah diperbaiki dengan total panjang saluran

3 Bangunan pada saluran pembawa

3.1. Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) a. Saluran Induk dan Sekunder

Baik 76 - 100 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) lengkap dan berfungsi Cukup 51 - 75 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) cukup lengkap dan berfungsi Kurang 26 - 50 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) kurang dan berfungsi Sangat Kurang 1 - 25 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) ada dan tidak berfungsi Rusak 0 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) rusak/tidak ada b. Saluran Tersier

Baik 76 - 100 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) lengkap dan berfungsi Cukup 51 - 75 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) cukup lengkap dan berfungsi Kurang 26 - 50 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) kurang dan berfungsi Sangat Kurang 1 - 25 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) ada dan tidak berfungsi Rusak 0 Bangunan Pengatur (Sadap/Bagi/Bagi Sadap) rusak/tidak ada 3.2. Alat ukur debit

a. Pada bangunan pengambilan/Intake Bendung

(37)

22

NO KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN KETERANGAN

b. Pada bangunan pengatur

Baik 76 - 100 Alat ukur dalam kondisi baik dan dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit operasi D.I. Cukup 51 - 75 Alat ukur dalam cukup baik dan dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit operasi D.I. Kurang 26 - 50 Alat ukur dalam kondisi kurang baik dan kurang dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit Sangat Kurang 1 - 25 Alat ukur dalam kondisi rusak dan tidak dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit operasi D.I. Rusak/tidak ada 0 Tidak ada bangunan ukur

c. Pada setiap sadap tersier

Baik 76 - 100 Alat ukur dalam kondisi baik dan dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit operasi D.I. Cukup 51 - 75 Alat ukur dalam cukup baik dan dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit operasi D.I. Kurang 26 - 50 Alat ukur dalam kondisi kurang baik dan kurang dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit Sangat Kurang 1 - 25 Alat ukur dalam kondisi rusak dan tidak dapat melakukan pengukuran sesuai dengan debit operasi D.I.

3.3. Bangunan pelengkap Rusak/tidak ada 0 Tidak ada bangunan ukur

a. Pada saluran induk dan sekunder

Baik 76 - 100 Bangunan pelengkap berfungsi ,lengkap dan tidak ada sumbatan Cukup 51 - 75 Bangunan pelengkap cukup berfungsi ,cukup lengkap dan tidak tersumbat Kurang 26 - 50 Bangunan pelengkap kurang berfungsi dan kurang lengkap dan tersumbat Sangat Kurang 1 - 25 Bangunan pelengkap sangat kurang berfungsi/rusak ,sangat kurang dan tersumbat Rusak/tidak ada 0 Tidak ada bangunan pelengkap

b. Pada bangunan syphon,

gorong-gorong, jembatan, Baik 76 - 100 Bangunan pelengkap berfungsi ,lengkap dan tidak ada sumbatan talang, cross-drain Cukup 51 - 75 Bangunan pelengkap cukup berfungsi ,cukup lengkap dan tidak tersumbat

Kurang 26 - 50 Bangunan pelengkap kurang berfungsi dan kurang lengkap dan tersumbat Sangat Kurang 1 - 25 Bangunan pelengkap sangat kurang berfungsi/rusak ,sangat kurang dan tersumbat Rusak/tidak ada 0 Tidak ada bangunan pelengkap

3.4. Perbaikan bangunan

a. Perbaikan bangunan pengatur Diisi sesuai perbandingan jumlah bangunan yang sudah diperbaiki dengan jumlah semua bangunan di (Bagi / Bagi Sadap / Sadap)

b. Mistar ukur, skala liter dan Diisi sesuai perbandingan jumlah bangunan yang sudah diperbaiki dengan jumlah semua bangunan di tanda muka air.

(38)

23

NO KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN KETERANGAN

4 Saluran Pembuang dan Bangunannya

4.1. Saluran Pembuang dan Bangunannya Baik 76 - 100 Semua saluran pembuang dan bangunannya telah dibangun

dan tercantum dalam daftar pemeliharaan serta telah diperbaiki dan berfungsi. Cukup 51 - 75 Semua saluran pembuang dan bangunannya telah dibangun

dan tercantum dalam daftar pemeliharaan serta telah diperbaiki dan cukup berfungsi. Kurang 26 - 50 Beberapa saluran pembuang dan bangunannya belum semua diperbaiki

dan tercantum dalam daftar pemeliharaan serta belum berfungsi maksimal. Sangat Kurang 1 - 25 Semua saluran pembuang dan bangunannya dalam keadaan rusak

dan belum tercantum dalam daftar pemeliharaan serta belum berfungsi maksimal. Rusak/tidak ada 0 Tidak ada bangunan pembuang dan sering banjir

4.2. Masalah Banjir

Baik 76 - 100 Tidak ada masalah banjir yang menggenangi

Cukup 51 - 75 Tidak ada masalah banjir hanya limpasan sesaat dan tidak menggenang Kurang 26 - 50 Sering terjasi masalah banjir namun tidak menggenang

Sangat Kurang 1 - 25 Selalu terjadi banjir dan menggenangi persawahan Rusak/tidak ada 0 Tidak ada bangunan pembuang dan sering banjir

5 Jalan Masuk/Inspeksi Rusak/tidak ada 0 Sulit dilalui dengan jalan kaki/tidak ada jalan masuk permanen 5.2. Di saluran

Baik 76 - 100 Jalan masuk mudah dilalui oleh kendaraan roda 4 dan terbuat dari perkerasan jalan Cukup 51 - 75 Jalan masuk mudah dilalui oleh kendaraan roda 2 dan terbuat dari perkerasan jalan Kurang 26 - 50 Jalan masuk mudah dilalui oleh kendaraan roda 2 dan terbuat dari tanah

Sangat Kurang 1 - 25 Jalan masuk hanya bisa dilalui dengan jalan kaki dan terbuat dari tanah Rusak/tidak ada 0 Sulit dilalui dengan jalan kaki/tidak ada jalan masuk permanen 5.3. Di saluran dan bangunan

Baik 76 - 100 Jalan masuk mudah dilalui oleh kendaraan roda 4 dan terbuat dari perkerasan jalan Cukup 51 - 75 Jalan masuk mudah dilalui oleh kendaraan roda 2 dan terbuat dari perkerasan jalan Kurang 26 - 50 Jalan masuk mudah dilalui oleh kendaraan roda 2 dan terbuat dari tanah

(39)

24

NO KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN KETERANGAN

6 Kantor, Perumahan dan Gudang.

6.1. Kantor Baik 76 - 100 Terdapat kantor yang memadai Rusak/tidak ada 0 Tidak ada perumahan

- Mantri/Juru

- Skot Balok dan perlengkapan

(40)

25

NO KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN KETERANGAN

II PRODUKTIVITAS TANAM

1 Pemenuhan Kebutuhan Air Q tersedia Perbandingan antara debit tersedia dengan debit kebutuhan (%)

(Faktor K) Q kebthn.

2 Realisasi Luas Tanam I. Pert. Perbandingan realisasi luas tanam dengan indeks luas tanam optimal I. Pert. Maks.

3 Produksivitas Padi Prod. Padi rata2 Bila produksi padi yang ada > produksi rata-rata maka (6,13 ton/ha) Prod. Padi panen Prosentase Produktivitas padi ( c ) ditulis 100 %.

III SASARAN PENUNJANG 1 Peralatan O & P

1.1. Alat alat dasar untuk pemeliharaan rutin

Baik 76 - 100 Alat-alat dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Alat-alat dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Alat-alat dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Alat-alat dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada alat/hilang

1.2. Perlengkapan personil untuk operasi

Baik 76 - 100 Perlengkapan dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Perlengkapan dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Perlengkapan dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Perlengkapan dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada perlengkapan/hilang

1.3. Peralatan berat untuk pembersihan lumpur

dan pemeliharaan tanggul Baik 76 - 100 Peralatan dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Peralatan dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Peralatan dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Peralatan dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada peralatan/hilang

(41)

26

NO KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN KETERANGAN

2 Transportasi

2.1. Ranting/Pengamat/UPTD ( Sepeda motor )

Baik 76 - 100 Sepeda motor dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Sepeda motor dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Sepeda motor dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Sepeda motor dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada sepeda motor/hilang

2.2. Mantri/Juru (Sepeda motor)

Baik 76 - 100 Sepeda motor dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Sepeda motor dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Sepeda motor dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Sepeda motor dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada sepeda motor/hilang

2.3. PPA ( Sepeda motor )

Baik 76 - 100 Sepeda motor dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Sepeda motor dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Sepeda motor dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Sepeda motor dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada sepeda motor/hilang

3 Alat-alat kantor Ranting/Pengamat/UPTD

3.1. Perabot dasar untuk kantor

Baik 76 - 100 Perlengkapan dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Perlengkapan dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Perlengkapan dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Perlengkapan dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada perlengkapan/hilang

3.2. Alat kerja di kantor

Baik 76 - 100 Alat-alat dalam kondisi baik dan lengkap

Cukup 51 - 75 Alat-alat dalam kondisi cukup baik dan cukup lengkap Rusak 26 - 50 Alat-alat dalam kondisi rusak dan cukup lengkap Rusak berat 1 - 25 Alat-alat dalam kondisi rusak dan kurang lengkap Hilang/Tdk Ada 0 Tidak ada alat/hilang

4 Alat Komunikasi

4.1. Jaringan komunikasi yang memadai

untuk Ranting/Pengamat/UPTD - Baik 76 - 100 Alat-alat dalam kondisi baik dan lengkap

(42)

27

1.1. Ranting/Pengamat/UPTD

Baik 76 - 100 Organisasi O&P telah disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang jelas. Cukup 51 - 75 Organisasi O&P telah disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang cukup jelas. Kurang 26 - 50 Organisasi O&P telah kurang disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang kurang Sangat Kurang 1 - 25 Organisasi O&P telah tidak disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas tidak yang jelas. Tidak ada 0 Tidak ada tugas pokok fungsi O&P

1.2. Mantri/Juru

Baik 76 - 100 Organisasi O&P telah disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang jelas. Cukup 51 - 75 Organisasi O&P telah disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang cukup jelas. Kurang 26 - 50 Organisasi O&P telah kurang disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang kurang Sangat Kurang 1 - 25 Organisasi O&P telah tidak disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas tidak yang jelas. Tidak ada 0 Tidak ada tugas pokok fungsi O&P

1.3. PPA

Baik 76 - 100 Organisasi O&P telah disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang jelas. Cukup 51 - 75 Organisasi O&P telah disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang cukup jelas. Kurang 26 - 50 Organisasi O&P telah kurang disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas yang kurang Sangat Kurang 1 - 25 Organisasi O&P telah tidak disusun dengan batasan - batasan tanggung jawab dan tugas tidak yang jelas. Tidak ada 0 Tidak ada tugas pokok fungsi O&P

2 Personalia

2.1 Kuantitas/Jumlah - Mantri/Juru

Baik 76 - 100 Kuantitas/Jumlah sesuai dengan kebutuhan Cukup 51 - 75 Kuantitas/Jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan Kurang 26 - 50 Kuantitas/Jumlah kurang sesuai dengan kebutuhan

Sangat Kurang 1 - 25 Kuantitas/Jumlah sangat kurang sesuai dengan kebutuhan dan rangkap jabatan Tidak ada 0 Tidak ada personil

- PPA

Baik 76 - 100 Kuantitas/Jumlah sesuai dengan kebutuhan Cukup 51 - 75 Kuantitas/Jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan Kurang 26 - 50 Kuantitas/Jumlah kurang sesuai dengan kebutuhan

(43)

28

NO KRITERI KONDISI

BOBOT

BAGIAN KETERANGAN

2.3. Pemahaman O&P Irigasi - Ranting/Pengamat/UPTD 1 Buku Data Daerah Irigasi

Baik 76 - 100 Lengkap dan terarsip dengan baik

Cukup 51 - 75 cukup lengkap dan terarsip dengan cukup baik Kurang 26 - 50 kurang lengkap dan terarsip dengan cukup baik Sangat Kurang 1 - 25 sangat kurang lengkap dan tidak terarsip dengan baik Tidak ada 0 Tidak ada data D.I.

2 Peta dan gambar-gambar

2.1. Data dinding di Kantor

Baik 76 - 100 Lengkap dan terarsip dengan baik

Cukup 51 - 75 cukup lengkap dan terarsip dengan cukup baik Kurang 26 - 50 kurang lengkap dan terarsip dengan cukup baik Sangat Kurang 1 - 25 sangat kurang lengkap dan tidak terarsip dengan baik Tidak ada 0 Tidak ada data D.I.

2.2. Gambar Pelaksana

Baik 76 - 100 Lengkap dan terarsip dengan baik

Cukup 51 - 75 cukup lengkap dan terarsip dengan cukup baik Kurang 26 - 50 kurang lengkap dan terarsip dengan cukup baik Sangat Kurang 1 - 25 sangat kurang lengkap dan tidak terarsip dengan baik Tidak ada 0 Tidak ada data D.I.

2.3. Skema Jaringan (pelaksana & bangunan)

Baik 76 - 100 Lengkap dan terarsip dengan baik

(44)

29

VI PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR

1 P3A sudah berbadan Hukum

Baik 76 - 100 Sudah berbadan hukum Cukup 51 - 75 Sudah disyahkan walikota

Kurang 26 - 50 Sudah disyahkan Camat dan Kepala Desa Sangat Kurang 1 - 25 Sudah ada organisasi namun belum ada AD/ART

Tidak ada 0 Tidak ada GP3A/IP3A

2 Kondisi Kelembagaan P3A

Berkembang 100 Struktur organisasi jelas dan berjalan sesuai dengan tupoksi pengurus Sdg berkembang 60 Proses menuju pembentukan organisasi dan pembentukan tupoksi pengurus Blm berkembang 30 Pasif dan belum terbentuk organisasi yang jelas

3 Rapat Ulu Ulu / P3A Desa / GP3A

dengan Ranting/Pengamat/UPTD. Baik 100 1/2 bulan sekali

Cukup 60 1 bulan sekali

Kurang 40 Ada tidak teratur

Tidak ada 0 tidak ada

4 P3A aktif mengikuti survei

/penelusuran jaringan. Baik 100 Aktif dan periodik

Cukup 60 cukup sering

Kurang 40 pernah insidental

Tidak ada 0 tidak pernah

5 Partisipasi P3A dalam perbaikan jaringan

dan penanganan Bencana Alam. Baik 100 Aktif dan mandiri

Cukup 60 aktif

Kurang 40 pernah insidental

Tidak ada 0 tidak pernah

6 Iuran P3A digunakan untuk

perbaikan jaringan Baik 100 Ada dan untuk perbaikan jaringan tersier

Cukup 60 Ada tetapi tidak untuk perbaikan jaringan tersier

Kurang 40 Ada insidental

Tidak ada 0 tidak ada

7 Partisipasi P3A dalam perencanaan

Tata Tanam dan Pengalokasian Air. Baik 100 Aktif dan periodik

Cukup 60 aktif

Kurang 40 pernah insidental

Tidak ada 0 tidak pernah

(45)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Daerah Irigasi Repok Pancor , Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat. Adapun detail lokasi perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut ini. Seperti terlihat pada Gambar 3.1. berikut:

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

(46)

31

3.2 Pengumpulan data

Data terdiri dari dua macam yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait berupa data-data hidrologi, seperti data curah hujan dan sebagainya, sedangkan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan pengukuran secara langsung di lapangan.

Adapun tahapan pengumpulan data primer dan sekunder diantaranya adalah : 1. Data Primer

Tahapan pengumpulan data primer yaitu: a. Inventarisasi saluran dan bangunan

Inventarisasi saluran dan bagunan bertujuan untuk mengetahui kondisi kerusakan jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Repok pancor dengan survey langsung menggunakan peralatan GPS, rol meter, alat tulis dan alat dokumentasi seperti kamera.

b. Quisioner P3A

Quisioner kelembagaan bertujuan untuk mengetahui kondisi kelembagaan petani pada Daerah Irigasi Repok Pancor, dengan mewawancarai langsung pihak – pihak yang terkait.

2. Data Sekunder

Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Data klimatologi, terdiri dari data hujan, angin, temperatur dari BMKG terdekat. b. Data hidrologi, terdiri dari data debit observasi pada Daerah Irigasi Repok Pancor. c. Data peta yang terdiri dari peta dasar, peta tata guna lahan, peta topografi dengan

skala antara 1:5000 sampai dengan 1:50000

d. Data produktivitas tanam berupa data pola tanam pada Daerah Irigasi Repok Pancor.

3.3 Analisis data

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Hidrologi

1. Perkiraan hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap data curah hujan setengah bulanan , dengan lama pengamatan 10 tahun yang berurutan.

(47)

32

2. Analisis data klimatologi

a. Analisis Kebutuhan Air Tanaman

1. Analisa Evapotranspirasi dengan metode Penman. 2. Menghitung air untuk penyiapan lahan menurut KP.01. 3. Menghitung penggunaan air konsumtif menurut KP.01. 4. Menghitung penggantian genangan air menurut KP.01. 5. Menghitung curah hujan efektif.

6. Menghitung kebutuhan air irigasi didekati dengan persamaan empiris: NFR = ETc + P – Re + WLR

b. Analisis Debit Observasi probabilitasi.

c. Analisis Faktor Keseimbangan Air (Faktor K).

3. Penilaian Kinerja Dengan Metode Permen PU No.32/PRT/M/2007 Variabel penilaian menurut Permen PU No.32/PRT/M/2007 : a. Prasarana Teknis:

1. Bangunan Utama. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan). 2. Saluran Pembawa. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan).

3. Bangunan pada Saluran Pembawa. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan). 4. Saluran Pembuang dan Bangunan. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan). 5. Jalan Masuk/Inspeksi. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan).

6. Kantor, Perumahan dan Gudang. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan) b. Produktivitas Tanam:

1. Pemenuhan kebutuhan air. (Hasil Analisa Faktor Keseimbangan Air). 2. Realisasi Luas Tanam. (Data Produktivitas Tanam).

3. Produktifitas Padi. (Data Quisioner Kelembagaan Petani). c. Sasaran Penunjang:

1. Peralatan O&P. (Data Quisioner Kelembagaan Petani) 2. Transportasi. (Data Quisioner Kelembagaan Petani)

3. Alat-alat Kantor Ranting/Pengamat/UPTD.(Data Quisioner Kelembagaan Petani)

(48)

33

d. Organisasi personalia:

1. Organisasi O&P.(Data Quisioner Kelembagaan Petani) 2. Personalia.(Data Quisioner Kelembagaan Petani) e. Dokumentasi:

1. Buku data daerah irigasi.(Data Quisioner Kelembagaan Petani) 2. Peta dan Gambar-gambar.(Data Quisioner Kelembagaan Petani)

(49)

34

3.4 Bagan Alir Penelitian

Gambar 3.4 Bagan Alir Penelitian

Mulai

Survey Pendahuluan

Pengumpulan Data

Data sekunder : 1. Data hujan 2. Data Klimatologi 3. data debit observasi

Analisa data debit observasi Analisa Hidrologi

Analisis data hujan : Uji konsistensi hujan

Analisa data klimatologi : Menghitung Evapotranspirasi

Analisis curah hujan efektif Inventaris data daerah

irigasi, data quisioner P3A

Analisa kebutuhan Air Tanaman

Analisa faktor Keseimbangan Air (Faktor K) K= Debit yang tersedia / debit yang dibutuhkan

Indeks kinerja sesuai metode permen PU No. 32/PRT/M/2007

Menentukan Upaya perbaikan

Selesai

TIDAK YA

(50)

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Hidrologi 4.1.1 Data Hujan

Data hujan yang dianalisis pada kajian ini adalah data curah hujan dari stasiun hujan yang berpengaruh terhadap daerah studi.

4.1.2 Hujan Rerata Daerah

Ada beberapa cara yang digunakan dalam perhitungan hujan rata-rata kawasan atau daerah (Sri Harto, 2000) :

1. Rata-rata Aljabar

2. Polygon Thiessen

3. Isohyet

Untuk perhitungan hujan rata-rata kawasan untuk studi kinerja daerah irigasi Repok Pancor ini menggunakan metode Poligon Thissen, pada daerah Irigasi Repok Pancor terdapat 4 (empat) Stasiun hujan yaitu stasiun hujan Gunung Sari, stasiun hujan Sesaot, stasiun hujan Monjok dan stasiun hujan Ampenan. Langkah awal dalam membuat gambar poligon Thiessen adalah dengan menghubungkan garis antar 4 stasiun hujan hingga membentuk segitiga, kemudian mencari garis berat (titik tengah garis yaitu garis yang membagi dua sama persis dan tegak lurus garis), langkah selanjutnya menghubungkan garis berat dari segitiga sehingga membuat titik berat yang akan membentuk polygon, dari hasil gambar dengan metode Poligon Thiessen pada daerah irigasi Repok Pancor di dapatkan 2 (dua) stasiun hujan yang berpengaruh yaitu stasiun hujan Gunung Sari dan stasiun hujan Monjok, sehingga digunakan 2 (dua) stasiun hujan yaitu stasiun hujan Gunung Sari dan stasiun hujan Monjok pada daereh irigasi Repok Pancor.

Untuk gambar polygon Thiessen dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini :

(51)

36

Gambar 4.1 Peta Poligon Thiessen Daerah Irigasi Repok Pancor

4.1.3 Uji Konsistensi Data

Dalam penelitian ini uji konsistensi data curah hujan dilakukan dengan menggunakan metode RAPS (Rescaled Adjust Partial Sums). Analisis uji konsistensi data curah hujan dengan metode RAPS pada stasiun Gunung Sari untuk tahun 2006 adalah sebagai berikut :

1. Curah hujan tahun 2006 (y) = 1691.18

2. Jumlah data hujan = 10

3. Curah hujan rata-rata (yrata-rata) = 1510.56

4. Nilai statistik Sk* = (y - yrata-rata )

= 1691.18– 1510.56

= 180.62

5. Nilai statistik Dy2 =

(y – yrata−rata )2 𝑛

= (180.62

10 )2

= 3262.36

6. Nilai statistik Sk** =

(52)

37

= 180.62

13651.05

= 0.01

7. Harga mutlak 𝑆𝑘 ∗∗ = 0.01

Hasil-hasil perhitungan untuk tahun-tahun selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Uji Konsistensi Data dengan Metode RAPS Stasiun Gunung Sari

No TAHUN Hujan

(Yi) (Yi - Y) SK*

Dy2 = ((Yi - Y)2) /

n) SK** I SK** I

1 2006 1691.18 180.62 180.62 3262.36 0.01 0.01

2 2007 1559.52 48.96 229.58 239.71 0.02 0.02

3 2008 1199.90 -310.66 -81.08 9650.96 -0.01 0.01

4 2009 1218.00 -292.56 -373.64 8559.14 -0.03 0.03

5 2010 2318.30 807.74 434.10 65244.39 0.03 0.03

6 2011 1180.70 -329.86 104.24 10880.76 0.01 0.01

7 2012 1623.90 113.34 217.58 1284.60 0.02 0.02

8 2013 1926.30 415.74 633.32 17283.97 0.05 0.05

9 2014 1178.10 -332.46 300.86 11052.97 0.02 0.02

10 2015 1209.70 -300.86 0.00 9051.67 0.00 0.00

Jumlah 15105.60 0.00 1645.58 136510.53 0.12 0.19

Rata – rata 1510.56 0.00 164.56 13651.05 0.01 0.02

Dy 369.47

SK** max 0.05

SK** min -0.03

Q 0.05

R 0.07

Q / n0.5 0.015 < 1.140 Ok

R / n0.5 0.023 < 1.280 Ok

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Perhitungan :

n = 10

Dy = 369.47

SK** Maks = 0.05

SK** Min = -0.03

(53)

38

= 0.05

R = SK** Maks - SK** Min

= 0.07

Q/n0.5 = 0.015 < 1.140 (95%) OK

R/n0.5 = 0.023 < 1.280 (95%) OK

Analisis uji konsistensi data curah hujan dengan metode RAPS pada Stasiun Monjok untuk tahun 2006 adalah sebagai berikut :

1. Curah hujan tahun 2006 (y) = 1608

2. Jumlah data hujan = 10

3. Curah hujan rata-rata (yrata-rata) = 1390.75

4. Nilai statistik Sk* = (y - yrata-rata )

= 1608.00 – 1390.75

= 217.25

5. Nilai statistik Dy2 =

(y – yrata−rata )2 𝑛

= 217.25

10

= 4719.76

6. Nilai statistik Sk** =

Sk∗ Dy rata−rata

= 217.25

4719.76

= 0.03

7. Harga mutlak 𝑆𝑘 ∗∗ = 0.03

(54)

39

Tabel 4.2 Uji Konsistensi Data dengan Metode RAPS Stasiun Hujan Monjok

No TAHUN Hujan (Yi) (Yi - Y) SK* Dy2 = ((Yi - Y)2) / n) SK** I SK**

I

1 2006 1608.00 217.25 217.25 4719.71 0.03 0.03

2 2007 793.00 -597.75 -380.50 35730.63 -0.04 0.04

3 2008 1093.00 -297.75 -678.25 8865.57 -0.08 0.08

4 2009 1346.00 -44.75 -723.00 200.27 -0.09 0.09

5 2010 1842.81 452.06 -270.95 20435.73 -0.03 0.03

6 2011 1479.00 88.25 -182.70 778.79 -0.02 0.02

7 2012 1397.80 7.05 -175.65 4.97 -0.02 0.02

8 2013 1203.80 -186.95 -362.60 3495.07 -0.04 0.04

9 2014 1717.60 326.85 -35.75 10683.03 0.00 0.00

10 2015 1426.50 35.75 0.00 127.80 0.00 0.00

Jumlah 13907.51 0.00 -2592.15 85041.55 -0.30 0.36

Rata – rata 1390.75 0.00 -259.21 8504.16 -0.03 0.04

Dy 291.62

SK** max 0.03

SK** min -0.09

Q 0.09

R 0.11

Q / n0.5 0.027 < 1.140 Ok

R / n0.5 0.035 < 1.280 Ok

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Perhitungan :

n = 10

Dy = 291.62

SK** Maks = 0.03

SK** Min = -0.09

Q = |SK**|

= 0.09

R = SK** Maks - SK** Min

= 0.11

Q/n0.5 = 0.027 < 1.140 (95%) OK

R/n0.5 = 0.035 < 1.280 (95%) OK

Gambar

Tabel 2.2 Besaran Nilai Angot (Ra) Dalam Hubungannya Dengan Letak Lintang
Tabel 2.4 Koefisien Tanaman Padi
Tabel 2.6 Tabel Parameter Indeks Kinerja Jaringan Irigasi
Tabel 2.6. Tabel Parameter Indeks Kinerja Jaringan Irigasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

KAJIAN ASPEK TEKNIS PENGELOLAAN AIR DI SALURAN SEKUNDER JOMBANG DAERAH IRIGASI KENCONG BARAT.. (Studi Kasus di Jaringan Irigasi Kecamatan Kencong,

KAJIAN ASPEK TEKNIS PENGELOLAAN AIR DI SALURAN SEKUNDER JOMBANG DAERAH IRIGASI KENCONG BARAT.. (Studi Kasus di Jaringan Irigasi Kecamatan Kencong,

Nilai efisiensi pada jaringan saluran irigasi di DI Kabuyutan direncanakan minimal sebesar 80%. Pada saat ini debit yang mengalir pada saluran irigasi ditengarai sudah tidak

Dengan menggunakan penilaian yang didasarkan pada Peraturan Menteri Pe- kerjaan Umum No 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeli- haraan Jaringan Irigasi, dari

Untuk mengembangkan saluran tersier yang dapat mengalirkan dengan cukup tanpa terjadinya pengendapan dan penggerusan pada saluran perlu dirancang saluran yang tepat, baik

Dengan menggunakan penilaian yang didasarkan pada Peraturan Menteri Pe- kerjaan Umum No 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeli- haraan Jaringan Irigasi, dari

Pemenuhan penggunaan air di lahan sawah hanya akan berhasil baik apabila kondisi fisik dari saluran irigasi baik dan kegiatan pemeliharaannya selalu dilaksanakan secara

Data primer berupa data kecepatan aliran, dimensi bangunan irigasi, dimensi saluran sekunder, serta kondisi/kerusakan bangunan bagi, bangunan sadap, dan gorong-gorong yang