• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL KEJENUHAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS HASIL KEJENUHAN

A. Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, para siswa kadang kala mengalami gangguan psikologis dalam belajar seperti kejenuhan belajar. Kejenuhan belajar merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang tidak selalu mudah untuk diatasi. Kejenuhan belajar yang dialami oleh para siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor diri siswa sendiri seperti kurangnya minat dan bakat yang dimiliki, kurangnya motivasi belajar maupun tingkat intelegensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Selain itu ada juga faktor dari sekolah baik dari guru mata pelajaran maupun sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut, diantaranya variasi metode pengajaran yang digunakan, kualitas penjelasan materi pelajaran, penggunaan metode pengajaran maupun media pembelajaran yang kurang memadai.

Dari faktor kurangnya minat dan bakat yang dimiliki siswa, dapat dilihat bahwa siswa yang kurang minat dan tidak berbakat terhadap suatu mata pelajaran, maka ia akan merasa jenuh.Sedangkan faktor kurangnya motivasi belajar, maka dapat dilihat jelas bahwa apabila siswa sudah tidak mempunyai keinginan atau motivasi lagi ia akan merasa jenuh untuk belajar. Demikian juga dengan kurangnya tingkat intelegensi yang dimiliki siswa, maka ia akan merasa malas, bosan dan jenuh tehadap suatu mata pelajaran.

Faktor eksternal disebabkan karena guru mata pelajaran tertentu memakai metode yang kurang bervariasi, sehingga siswa menjadi jenuh. Demikian pula dengan kurangnya kualitas penjelasan materi yang disampaikan juga menimbulkan jenh. Media pengajaran yang kurang memadai karena kurangnya sarana prasarana sekolah juga dapat menimbulkan kejenuhan.

Dari penelitian yang penulis lakukan dapatlah ditarik kesimpulan bahwa kejenuhan bersifat menghilangkan suatu kecenderungan. Misalnya seorang siswa yang pada mulanya rajin belajar, dapat menjadi malas belajar karena dihinggapi kejenuhan.

(2)

Mata pelajaran SKI adalah salah satu bidang studi di MTsN Kebumen I mulai dari kelas 1 sampai kelas 3. Sejarah Kebudayaan Islam salah satu mata pelajaran yang kurang begitu diminati oleh para siswa, karena rendahnya wawasan pengetahuan guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam terhadap materi sejarah, akibatnya meskipun guru itu memiliki kemampuan mengajar dengan baik, tetapi karena wawasannya sangat dangkal sehingga ia tidak dapat memperkaya, mengembangkan, dan menghubungkan materi-materi sejarah dengan persoalan aktual yang dihadapi para siswa, baik yang berhubungan dengan masalah sosial keagamaan maupun sosial budaya. Bidang studi sejarah menjadi menjenuhkan, karena hanya menghafalkan tahun-tahun kejadian di masa silam. Mata pelajaran SKI ini banyak sekali materi di dalamnya yang harus dipahami oleh siswa. Begitu banyaknya materi sehingga para siswa mau tidak mau harus mempelajari pelajaran tersebut dengan baik. Meskipun mata pelajaran SKI bagi sebagian siswa menjenuhkan, karena meraka masing-masing punya cara tersendiri untuk mengatasi kejenuhan tersebut. Ada siswa yang mempelajari sendiri di rumah karena gurunya sangat menjenuhkan. Guru disekolah ini kurang variatif dala mengajar.

Dari hasil wawancara penulis dengan para siswa, dapat diketahui bahwa mereka mengalami kejenuhan belajar mata pelajaran SKI. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal sesuai yang telah penulis sebutkan di atas.

B. Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI.

Berikut ini akan penulis sebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1, sesuai dengan hasil angket para siswa. Dalam hal ini penulis paparkan faktor penyebab mulai dari aspek materi, aspek guru, aspek lingkungan belajar dan aspek siswa antara lain sebagai berikut :

(3)

a. Aspek Materi

Tabel 6

Siswa malas belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 28 14 27 13 34 % 17 % 33 % 16 % 1 Jumlah 82 100 %

Tabel di atas dapat dilihat bahwa 34 % (responden) siswa merasa malas ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI, 17 % (responden) tidak pernah merasa malas, 33 % (responden) tidak pernah malas, 16 % (responden) tidak tahu.Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa malas belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI yang merupakan salah satu faktor penyebab kejenuhan belajar siswa MTsN Kebumen 1.

Tabel 7

Materi SKI terlalu banyak sehungga malas dalam belajar.

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 39 37 2 4 48 % 45 % 2 % 5 % 2 Jumlah 82 100 %

Berdasarkan tabel diatas 48 % menyatakan mata kuliah SKI terlalu banyak sehingga sehingga malas belajar, 45 % menyatakan tidak tidak merasa malas, 2 % tidak pernah dan 5 % menyatakan tidak tahu. Hal ini berarti berarti materi yang terlalu banyak dapat menimbulkan kemalasan dalam belajar.

(4)

Tabel 8

Siswa merasa stres ketika disuruh menghafal materi sejarah yang sangat banyak.

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 44 29 4 5 54 % 35 % 5 % 6 % 3 Jumlah 82 100 %

Tabel diatas menunjukan bahwa lebih dari setengah responden (54%) menyatakan siswa merasa malas ketika disuruh menghafal mata pelajaran SKI, 35 % (responden) merasa tidak stres, 5 % (responden) merasa tidak pernah stres dan 6 % (responden) tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kejenuhan belajar pada saat disuruh menghafal mata pelajaran SKI.

Tabel 9

Kejenuhan belajar karena banyak tugas (PR) dalam mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 30 23 22 7 37 % 28 % 27 % 8 % 4 Jumlah 82 100 %

Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa 37 % (responden) menyatakan dapat menimbulkan kejenuhan belajar, sebahagian besar 28 % (responden) menyatakan tidak menimbulkan jenuh, 27 % (responden) menyatakan tidak pernah dan 8 % menyatakan tidak tahu. Tabel tersebut menunjukan bahwa sebagian besar tidak pengaruh tugas (PR) terhadap kejenuhan belajar.

(5)

Tabel 10

Banyak teori dalam mata pelajaran SKI, sehingga siswa bosan belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 36 33 3 10 44 % 40 % 4 % 12 % 5 Jumlah 82 100 %

Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa 44 % (responden), merasa bosan belajar mata pelajaran SKI karena banyak teori, 40 % (responden), merasa tidak bosan belajar, 4 % menyakan tidak pernah bosan, dan 12 % (responden) menyatakan tidak tahu.Hal ini menunjukkan bahwa banyak teori dalam mata pelajaran SKI menimbulkan kebosanan siswa dalam belajar.

b. Aspek Guru

Tabel 11

Kejenuhan belajar karena guru mengajar SKI tidak bervariasi dalam mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 68 9 - 5 83 % 11 % 0 % 6 % 1 Jumlah 82 100 %

Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah responden (83 %) menyatakan kejenuhan siswa dalam mata pelajaran SKI disebabkan metode mengajar guru yang tidak bervariasi, 11 % (responden) menyatakan kejenuhan siswa dalam mata pelajaran SKI tidak disebabkan metode mengajar guru yang tidak bervariasi, sedangkan 6 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa metode mengajar guru yang tidak bervariasi dalam mata pelajaran SKI dapat menimbulkan kejenuhan siswa.

(6)

Tabel 12

Kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak ceramah dalam mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 42 36 - 2 51 % 46 % 0 % 3 % 2 Jumlah 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 51 % (responden) menyatakan mengalami kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak berceramah, 46 % (responden) tidak mengalami kejenuhan, sedangkan 3% menyatakan tidak tahu. Hal ini berati bahwa guru yang terlalu banyak berceramah dapat menimbulkan kejenuhan belajar SKI.

Tabel 13

kejenuhan siswa karena guru tidak memilki sikap adil ketika mengajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 34 33 2 13 41 % 40 % 3 % 16 % 3 Jumlah 82 100 %

Tabel di atas dapat dilihat bahwa 41% (responden), mengalami kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam mengajar, 40 % (responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 3 % (responden) tidak pernah mengalami kejenuhan dan 16 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa sikap tidak adil dalam mengajar juga merupakan salah satu faktor kejenuhan belajar siswa dalam mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1.

(7)

Tabel 14

kejenuhan siswa karena guru yang tidak mempunyai rasa humor No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 42 31 1 8 51 % 38 % 1 % 10 % 4 Jumlah 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 51% (responden), mengalami kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam mengajar, 38 % (responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 1 % (responden) tidak pernah mengalami kejenuhan, 10 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru yang tidak memiliki rasa humor dalam pembelajaran SKI juga termasuk faktor yang menimbulkan kejenuhan belajar.

Tabel 15

Guru pernah atau tidak menanyakan kejenuhan belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase e. Ya f. Tidak g. Tidak pernah h. Tidak tahu 7 38 35 2 9 % 46 % 43 % 2 % 5 Jumlah 82 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 9 %(responden), mengalami kejenuhan karena guru tidak memiliki sikap adil dalam mengajar, 46 % (responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan, 43 % (responden) tidak pernah mengalami kejenuhan dan 2 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa kejenuhan yang siswa alami bukan karena guru tidak pernah menanyakan tentang kejenuhan.

(8)

c. Aspek Lingkungan Belajar

Tabel 16

Suasana ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 71 11 - - 87 % 13% 0 % 0 % 1 Jumlah 82 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87%) menyatakan suasana yang ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan belajar, sedangkan 13 % (responden) menyatakan tidak mengalami kejenuhan. Hal ini berati bahwa suasana ramai berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan.

Tabel 17

Keadaan dan kondisi ruang kelas yang tidak berubah-ubah dapat menimbulkan kejenuhan siswa

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 50 29 1 2 61 % 35 % 1 % 3 % 2 Jumlah 82 100 %

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 50 % (responden) mengalami kejenuhan belajar karena keadaan ruang dan kondisi ruang kelas yang tidak berubah-ubah, 29 % (responden) menyatakan tidak mengalami kejanuhan tersebut, 1% (responden) tidak pernah dan 2 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut jelas bahwa keadaan dan suasana kelas yang tidak berubah-ubah dapat menimbulkan kejenuhan belajar.

(9)

Tabel 18

Lingungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan belajar

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 76 3 - 3 92 % 4 % 0 % 4 % 3 Jumlah 82 100 %

Tabel tersebut di atas mengungkap sebagian besar responden (92 %) lingkungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan, 4 % (responden) menyatakan tidak menimbulkan kejenuhan sedangkan 4 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menyatakan lingkungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan siswa.

Tabel 19

Lingkungan belajar yang tidak bersih menimbulkan malas belajar No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 70 8 1 3 85 % 10 % 1 % 4 % 4 Jumlah 82 100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (85%) menyatakan lingkungan belajar yang tidak bersih dapat menimbulkan malas belajar, 10 % (responden) menyatakan tidak malas dengan hal tersebut, 1% (responden) menyatakan tidak pernah dan 4% (responden) menyatakan tidaktahu. Hal tersebut jelas bahwa lingkungan yang tidak bersih juga termasuk faktor penyebab siswa malas belajar.

Tabel 20

Sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 47 27 2 6 57 % 33 % 3 % 7 % 5 Jumlah 82 100 %

(10)

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa 57 % (responden) sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan, 33 % (responden) menyatakan tidak menimbulkan kejenuhan hal tersebut, 3 % (responden) menyatakan tidak pernah jenuh dan 7 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah yang dipilihkan orang tua menimbulkan kejenuhan belajar.

d. Aspek Siswa :

Tabel 21

Ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru yang sedang mengajar mata pelajaran SKI

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 54 17 1 10 66 % 21 % 1 % 12 % 1 Jumlah 82 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah 66 % (responden) ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru yang sedang mengajar mata pelajaran SKI, 21 % (responden) menyatakan tidak mengalaminya, 1 % (responden) tidak pernah mengalami hal tersebut dan 12 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan capek kemudian tidak bisa memusatkan perhatian pada guru dalam pembelajaran juga termasuk faktor penyebab kejenuhan belajar.

Tabel 22

Siswa lelah ketika mendengarkan ceramah guru

No Item Alternatif Jawaban F Prosentase a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 38 36 1 7 45 % 44% 1 % 9 % 2 Jumlah 82 100 %

Dari tabel di atas menyatakan bahwa 44 % (responden) lelah ketika mendengarkan ceramah guru, 45 % (responden) menyatakan tidak lelah

(11)

mendengarkan ceramah, 1 % (responden) merasa tidak pernah lelah dan 9 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut menunjukan siswa merasa lelah mendengarkan ceramah guru juga termasuk faktor penyebab dari timbulnya kejenuhan belajar.

Tabel 23

Siswa tidak bergairah ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 47 29 1 5 57 % 35% 1 % 6 % 3 Jumlah 82 100 %

Tabel di atas menyatakan bahwa 57 % (responden) tidak bergaurah ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI, 35 % (responden) merasa bergairah, 1 % (responden) merasa tidak pernah bergairah dan 6 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal tersebut jelas bahwa siswa merasa tidak bergairah ketika guru sedang menerangkan mata pelajaran SKI juga termasuk faktor penyebab dari timbulnya kejenuhan belajar.

Tabel 24

Ketika kurang istirahat siswa merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 68 9 - 5 83 % 11 % 0 % 6 % 4 Jumlah 82 100 %

Berdasarkan di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah 83 % (responden) ketika kurang istirahat merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI, 11% (responden) menyatakan tidak mengalaminya, dan 6 % (responden) menyatakan tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa kurang istirahat juga dapat menimbulkan kejenuhan belajar.

(12)

Tabel 25

Siswa malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI No Item Alternatif Jawaban F Prosentase

a. Ya b. Tidak c. Tidak pernah d. Tidak tahu 47 25 3 7 57 % 30% 4 % 9 % 5 Jumlah 82 100 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah responden 57 % menyatakan malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI, 30 % (responden) menyatakan siswa tidak malas belajar, 4 % (responden) siswa tidak pernah malas belajar, dan 9 % menyatakan tidak tahu. Hal ini membuktikan bahwa sebagian siswa malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI.

Dengan demikian dapat penulis analisis bahwa faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1 disebabkan karena sebagai berikut :

1. Metode pengajaran yang digunakan tidak bervariasi. 2. Materi pelajaran sangat banyak.

3. Dalam pembelajaran guru tidak bersikap adil. 4. Guru tidak mempunyai rasa humor.

C. Pembahasan Hasil Penelitian.

Dalam bab IV, pembahasan hasil penelitian adalah pembahasan ketiga setelah deskripsi data serta analisis dan interpretasi data. Pembahasan ini baru dapat dilakukan setelah diperoleh kejelasan data yang dibutuhkan dalam pengolahan hasil penelitian.

Pembahasan pertama mengenai benar tidaknya kejenuhan belajar terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, yang dialami oleh siswa di MTsN Kebumen 1.Hasil pengolahan data dari wawancara penulis dengan para siswa menunjukkan bahwa sebagian besar para siswa mengalami kejenuhan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil pengolahan angket para siswa pada tabel 11 menunjukkan (68 responden

(13)

atau 83%) bahwa sebagian besar siswa mengalami kejenuhan belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Beralih kepada pembahasan kedua mengenai penyebab kejenuhan belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hasol pengolahan data menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kejenuhan belajar para siswa terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN Kebumen 1 diantaranya :

1). Aspek materi.

Pada aspek materi dapat dilihat bawa :

a) Siswa malas belajar ketika disuruh merangkum mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, menurut jawaban hampir setengah responden (28 responden atau 34 %).

b) Materi Sejarah Kebudayaan Islam terlalu banyak sehingga malas dalam belajar, menurut jawaban hampir setengah responden (39 responden atau 48%).

c) Siswa merasa stres ketika disuruh menghafal materi sejarah yang sangat banyak. menurut jawaban sebagian lebih dari setengah responden (44 responden atau 54 %).

d) Kejenuhan belajar karena banyak tugas (PR) dalam mata pelajaran SKI, menurut jawaban hampir setengah responden (30 responden atau 37 %). e) Banyak teori dalam mata pelajaran SKI, sehingga siswa bosan belajar

menurut jawaban hampir setengah responden (36 responden atau 44 %). 2). Aspek guru.

Pada aspek guru dapat dilihat bawa :

a) Kejenuhan belajar karena guru mengajar SKI, tidak bervariasi dalam mata pelajaran SKI menurut jawaban hampir seluruh responden (68 responden atau 83 %).

b) Kejenuhan belajar karena guru terlalu banyak ceramah dalam mata pelajaran SKI menurut jawaban lebih dari setengah responden (42 responden atau 51 %).

c) kejenuhan siswa karena guru tidak memilki sikap adil ketika mengajar menurut jawaban hampir setengah responden (34 responden atau 41 %).

(14)

d) kejenuhan siswa karena guru yang tidak mempunyai rasa humor menurut jawaban lebih dari setengah responden (42 responden atau 51 %).

e) Guru pernah atau tidak menanyakan kejenuhan belajar, menurut jawaban sebagian kecil responden (7 responden atau 9 %).

3). Aspek lingungan belajar.

Pada aspek lingungan belajar dapat dilihat bawa :

a) Suasana ramai, berisik disekitar tempat belajar dapat menimbulkan kejenuhan belajar menurut jawaban hampir seluruh responden (71 responden atau 87 %).

b) Keadaan dan kondisi ruang kelas yang tidak berubah-ubah dapat menimbulkan kejenuhan siswa, menurut jawaban lebih dari setengah responden (50 responden atau 61 %).

c) Lingungan sekolah yang tidak nyaman dapat menimbulkan kejenuhan belajar menurut jawaban hampir seluruh responden (76 responden atau 92 %).

d) Lingkungan belajar yang tidak bersih menimbulkan malas belajar menurut jawaban hampir seluruh responden (70 responden atau 85 %). e) Sekolah yang dipilihkan orang tua dapat menimbulkan kejenuhan.

menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57 %).

4). Aspek siswa.

Pada aspek siswa dapat dilihat bawa :

a) Ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru yang sedang mengajar mata pelajaran SKI menurut jawaban lebih dari setengah responden (54 responden atau 66 %).

b) Siswa lelah ketika mendengarkan ceramah guru menurut jawaban hampir setengah responden (38 responden atau 45 %).

c) Siswa tidak bergairah ketika guru menerangkan mata pelajaran SKI menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57 %).

(15)

d) Ketika kurang istirahat siswa merasa jenuh belajar mata pelajaran SKI menurut jawaban hampir seluruh responden (68 responden atau 83 %). e) Siswa malas belajar ketika tidak mempunyai buku mata pelajaran SKI

menurut jawaban lebih dari setengah responden (47 responden atau 57 %).

D. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran SKI di MTsN Kebumen I.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru harus bertanggung jawab dengan apa yang telah ada dalam rencana pembelajaran, dan secara konsekuen dalam melaksanakannya. Berikut analisis terhadap upaya pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN Kebumen 1 :

1. Pembukaan.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, sebelum berlangsung kemateri perlu adaanya pembukaan berupa pertanyaan untuk membangkitkan ingatan serta memotivasi siswa untuk serius dalam mengikuti pelajaran.

2. Metode.

Dalam setiap pembelajaran, guru akan memerlukan alat atau cara yang dapat menunjang dalam pengembangan kemampuan siswa. Metode mengajar berfungsi sebagai jembatan atau cara untukmencapai tujuan.

Pembelajaran tidak akan efektif bila guru terlalu monoton dalam pemilihan metode. Hal ini karena tidak ada satu metode yang terbaik, yang ada hanyalah metode yang sesuai.

Dalam pelaksanaanya, metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini menurutnya metode yang paling efektif, mengingat sedikitnya waktu pembelajaran. Walaupun guru tahu bahwa metode tersebut memiliki beberapa kelemahan, yakni membosankan dan cenderung menjadikan siswa pasif.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat simpulkan bahwa metode tersebut mendominasi daripada metode yang lain belum sesuai dengan teori yang ada, artinya pemilihan metode dalam pelaksanaan pembelajaran kurang bervariasi, akibatnya siswa menjadi jenuh.

(16)

3. Media dan sumber belajar.

Mebia merupakan alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk memperjelas materi yang disampaikan. Untuk itu guru dibantu dengan fasilitas sekolah dapat memilih media secara tepat,artinya pemilihan media baik media cetak, tulis, elektronik maupun gambar telah disesuaikan dengan tujuan, materi, fungsi, ketrampilan guru dan taraf pemikiran siswa.

Namun kenyataannya, media yang digunakan dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangatlah sederhana dan terlalu monoton, artinya media yang dipilih belum memenuhi standar pemilihan media yang baik. Pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam seyogyanya didukung dengan media yang memadai, misalnya dengan TV.

4. Evaluasi.

Untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar, guru melakukan evaluasi dengan dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan submatif. Evaluasi formatif dilakukan dengan melalui tes tertulis dan tes tidak tertulis Tes tertulis tidak dilakukan setiap hari, tetapi dilakukan setelah satu pokok bahasan atau sebelum tes semesteran. Sedangkan tes tidak tertulis berupa tes lisan atau tanya jawab dilakukan setiap hari sebagai wujud konsekuensinya dari pretest dan post test. Evaluasi yang dilakukan oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam, baru mencakup aspek kognitif belum mencapai aspek afektif dan psikomotorik. Sehingga penilaian yang dilakukan ileh guru bidang studi tersebut baik penilaian belajar maupun penilaian hasil belajar belum dilaksanakan dengan baik.

5. Tindak lanjut.

Dalam menindak lanjuti hasil evaluasi yang telah dilakukan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam melakukan progaram tindak lanjut berupa :

a). Memberikan program remidial. b). Memberi tugas kelompok. c). Merangkum pelajaran. d). Memberikan tugas atau PR.

(17)

E. Analisis Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI di MTsN Kebumen I.

Dari hasil wawancara dengan siswa ternyata SKI menurut mereka itu menjenuhkan, karena terlalu banyak materi dengan demikian susah sekali untuk menghafal, apalagi gurunya yang terlalu sering humor sehingga mereka terlihat bosan. Meskipun demikian mereka harus tetap belajar, karena semuanya itu demi untuk kebaikan dan prestasi siswa yang lebih memuaskan. Berbagai cara mereka lakukan untuk dapat menghilangkan rasa jenuh terhadap mata pelajaran SKI, seperti mengatur jadwal waktu untuk belajar, istirahat sejenak apabila merasa lelah ketika belajar, mengganti metode belajarnya sesuai keinginan sendiri, belajar sambil mendengarkan musik serta variasi-variasi belajar yang lain yang penting dapat menghilangkan kejenuhan.

1). Guru.

Guru adalah motor penggerak bagi suatu proses pengajaran di kelas. Profesi guru akan selalu melekat dalam dirinya dimanapun tempatnya terutama dilingkungan masyarakat, mereka akan selalu mendapat panggilan “Pak Guru”. Masyarakat memanggil dengan panggilan demikian, karena menaruh harapan agar mereka bekerja dengan baik dalam rangka mencerdaskan anak bangsa.

Guru agama yang baik adalah pengajar yang profesional, yaitu pengajar yang memiliki sesuatu kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang pendidikan keagamaan sehingga ia mampu untuk melakukan tugas, pesan dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan maksimal. Selain itu guru dituntut untuk memiliki kepribadian Islam yang baik dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, masyarakat atau lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Guru dapat menjadikan faktor penghambat dalam pembelajaran. Penghambatnya itu berada dalam dirinya sendiri bahwa ia kurang bisa mempermainkan ketrampilannya dalam pengelolaan itu. Mungkin pula karena sifat atau kebiasaannya sehari-hari dalam pergaulan, termasuk tipe yang terbawa sejak lahir. Guru yang kurang berlatih dalam memimpin siswa

(18)

belajar menjadi penghambat dalam pembelajaran. Jika diklasifikasikan ada lima penghambat pembelajaran tidak dilakukan dengan baik yaitu :

a). Tipe kepemimpinan guru.

Guru yang otoriter menimbulkan sikap yang pasif dan agresif para siswa. Suasana belajar jadi tidak merangsang , melainkan para siswa menjadi ramai dan tegang.

b). Gaya mengajar guru yang monoton.

Gaya mengajar guru yang monoton dalam mengajar dapat menimbulkan kebosanan belajar. Ucapan guru dapat mempengaruhi motivasi siswa. Ucapan lurus tanpa turun nai, lemah dan keras menyebabkan pendengarannya bosan. Apalagi jika tidak diiringi oleh gerak motorik dan mimik.

c). Kepribadian guru.

Guru yang berhasil adalah guru yang pandai menciptakan suasana belajar yang tidak emosional. Ia bersikap hangat, adil dan luwes. Semua itu dapat diciptakan oleh kepribadian yang baik.

d). Pengetahuan guru.

Pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan. Guru yang tidak tahu tentang pengelolaan, sudah barang tentu tidak bisa mewujudkan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya.

e). Pemahaman guru tentang peserta didik.

Pengelolaan pusat belajar harus disesuaikan dengan minat, perhatian, dan bakat para siswa. Oleh karena itu sebelum proses kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus memahami kemampuan para siswa satu dengan yang lainnya.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN Kebumen 1, meskipun beliau seorang guru yang profesional akan tetapi kurang memahami siswanya dalam pembelajaran sehingga menimbulkan kejenuhan. Seharusnya sebagai guru yang baik itu harus ada komunikasi aktif, Misalnya saja menanyakan apakah siswa senang dengan mata pelajaran ini atau apakah

(19)

merasa bosan. Dengan demikian , niscaya tidak akan menimbulkan kejenuhan dalam belajar.

2). Metode.

Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan fakto-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik siswa yang diajar.

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN kebumen 1 menggunakan metode ceramah, tanya jawab, kisah atau cerita.Ketepatan metode-metode tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan siswa oleh karena itu metode yang sesuai akan menunjang keberhasilan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan menggunakan tersebut dimungkunkan siswa mampu menerima materi dengan lebih baik dan mudah dipahami. 3). Siswa.

Siswa merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa atau peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain adalah :

a). Pendekatan sosial.

Para siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya dan masyarakat luas. Para siswa perlu disiapkan agar pada waktunya perlu disiapkan agar dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga masyarakat dan sekolah. Dalam konteks inilah, para siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang

(20)

terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

b). Pendekatan psikologis.

Siswa atau peserta didik adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi, seperti bakat, minat, kebutuhan, sosial emosiaonal personal

c). Pendekatan edukatif.

Pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.

Dalam proses pembelajaran siswa juga merupakan salah satu faktor penyebab kejenuhan belajar. Jika seorang siswa dalam kondisi mentalnya merasa lelah, maka secara langsung ia akan merasa jenuh menerima pelajaran dan belajar baik mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam maupun mata pelajaran yang lainnya.

4). Lingkungan Belajar.

Lingkungan belajar ialah sikap guru, persepsi sensoris, kegiatan motorik yang disampaikan, tempat duduk siswa, meja guru, cahaya, ventilasi, akustik, alat peraga dan lain-lain. Lingkungan itu perlu ditata untuk memperoleh suasana belajar yang merangsang. Prinsip yang perlu dikembangkan dalam penataan lingkungan belajar, antara lain sebagai berikut :

a). Lingkungan kelas harus memudahkan siswa bergerak.

b). Kegiatan dan tugas-tugas harus menyenangkan siswa, sehingga siswa dengan penuh kepercayaan mengerjakannya dengan sebaik-baiknya. c). Lingkungan belajar harus memudahkan kelompok berperan serta dalam

setiap kegiatan.

d). Lingkungan belajar harus memudahkan para siswa dalam mencari dan menemukan masalah dengan cermat. Lingkungan belajar lain yang perlu ditata adalah pusat-pusat belajar yaitu perpustakaan, laboratorium, kelompok kerja dan lain-lain.

(21)

Linkungan belajar yang nyaman dan kondusif juga sangat mendukung siswa dalam keberhasilan belajarnya. Sebab lingkungan yang tidak kondusif akan menimbulkan siswa mejadi jenuh dan bosan dalam belajar. Demikian pula dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, meskipun guru telah mampu mengelola kelas dengan baik, akan tetapi jika kondisi lingkungan kurang mendukung maka niscaya tujuan keberhasilan belajar yang di cita-citakan tidak akan terwujud.

F. Analisis Upaya Mengatasi Kejenuhan Belajar Mata Pelajaran SKI Siswa MTsN Kebumen1.

Dari hasil wawancara penulis dengan sebagian para siswa di MTsN Kebumen 1, maka dapat penulis deskripsikan sebagai berikut. Menurut mereka mata pelajaran SKI adalah salah satu mata pelajaran yang banyak sekali materi didalamnya yang dapat membuat mereka merasa jenuh bosan dan malas untuk belajar. Ada beberapa upaya yang ditempuh para siswa untuk mengatasi kejenuhan belajar mata pelajaran SKI antara lain sebagai berikut :

a. Belajar dengan cara atau metode yang bervariasi, misalnya saja kalau dulu belajar menghafal mata pelajaran SKI dengan membaca langsung dari buku, maka sekarang mencoba dengan belajar membuat ringkasan pelajaran. Dengan rajin membuat ringkasan pelajaran, maka siswa akan terlatih mengungkap intisari atau bagian terpenting dan dengan meringkas sebenarnya juga telah terjadi proses menghafal serta mengingat.

b. Mengadakan perubahan fisik dalam ruang belajar, misalnya saja dengan merubah letak meja kursi , menempel gambar – gambar di dinding ruang kelas. Hal tersebut bermanfaat agar siswa menjadi tidak jenuh, bosam yang akan terbiasa dalam menghadapi perubahan kondisi , situasi tempat dalam proses belajar.

c. Menciptakan suasana baru di ruang belajar, misalnya dengan belajar sambil mendengarkan musik instrumental yang berirama tenang dan merupakan musik kesenangan kita atau sambil istirahat dan menenangkan fikiran sejenak setelah belajar. Dengan demikian maka kejenuhan yang dialami dapat dinetralisir.

(22)

d. Memotivasi diri untuk selalu semangat belajar meskipun mata pelajaran tidak disukai karena itu adalah tugas kewajiban siswa sebagai pelajar.

e. Melakukan aktivitas rekreasi dan hiburan, misalnya dengan jalan membuat rencana atau program rekreasi setelah belajarsecara terus menerus. Ushakan agar aktivitas tersebut merupakan pengembangan hobi yang berbentuk ketrampilan dan bermanfaat untuk masa depan. Kegiatan tersebut juga perlu bervariasi , karena suatu kegiatan hiburan apapun akan berkurang intensitas hiburannya apabila terasa telah membosankan.

f. Hindarkan adanya ketegangan mental saat belajar dengan cara belajar santai dalam arti belajar dengan sikap rileks dan bebas dari ketegangan.

Dengan adanya cara-cara mengatasi kejenuhan belajar tersebut , para siswa menjadi termotivasi untuk belajar mata pelajaran SKI meskipun materi yang ada didalamnya sangat banyak. Hal tersebut karena sudah menjadi kewajiban seorang siswa mau tidak mau harus belajar demi untuk kebaikannya.

Di MTsN Kebumen 1 guru mata pelajaran SKI mengadakan upaya-upaya agar siswa tidak mengalami kejenuhan pada saat belajar, diantaranya dengan cara sebagai berikut :

a. Guru memberikan nasehat serta saran-saran. Dengan cara ini niscaya siswa akan mmemperhatikan nasehat dan saran dari gurunya bahwa sebenarnya kita perlu belajar meskipun mengalami kejenuhan, karena itu kewajiban seorang pelajar dan itu semua untuk kebaikan siswa.

b. Guru mengambil sumber lain di luar sumber pokok. Maksudnya agar siswa tidak mengalami kejenuhan belajar, guru juga mengajarkan pengetahuan SKI menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Islam lainnya.

c. Guru menggunakan metode pengajaran yang bervariasi, misalnya dengan metode ceramah, tanya jawab diskusi dan lain sebagainya.

d. Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan variasi tekanan suara, agar siswa tidak merasa jenuh dalam mendengarkan ceramah mengenai SKI yang sangat banyak materinya itu.

(23)

Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kejenuhan belajar mata pelajaran SKI di MTsN Kebumen 1, maka jelaslah bahwa kejenuhan para siswa tersebut dapat di netralisir.

Dalam rangka untuk mengatasi permasalahan tentang adanya kejenuhan belajar terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang ada di MTsN Kebumen 1, yang ditimbulkan oleh faktor gurunya maka sekolah harus mengambil tindakan yaitu :

1. Setiap tahun mengadakan studi banding dengan guru-guru agama di sekolah-sekolah yang lebih maju.

2. Mengikuti penataran mata pelajaran agama baik di tingkat kabupaten maupun tingkat pusat.

3. Menempatkan guru sesuai dengan keahlian dan lulusannya. 4. Membina para guru agar selalu meningkatkan kinerjanya.

Secara akademik guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat, baik yang diperoleh dari lembaga formal, informal maupun non formal. Hal ini menjadi indikasi pertama bahwa mereka telah memiliki bekal ilmu keagamaan yang mumpuni.

Secara administratif, guru tersebut juga telah memenuhi persyaratan UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 42 ayat 1 yang menyebutkan pendidik atau pengajar harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan pengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.

Secara profesional, guru Sejarah Kebudayaan Islam telah memiliki kemampuan mengelola kegiatan belajar dengan baik, walaupun masih menggunakan pola yang lama, sehingga bisa dikatakan bahwa pola mengajar guru tersebut masih pakai pola tradisional, akan tetapi pada dasarnya konsep mengajar yang dipakai telah mengikuti prosedur yang baik yaitu membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan konsekuen, melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut.

Gambar

Tabel di atas dapat dilihat bahwa 34 % (responden) siswa merasa  malas ketika disuruh merangkum mata pelajaran SKI, 17 % (responden)  tidak pernah merasa malas, 33 % (responden) tidak pernah malas, 16 %  (responden) tidak tahu.Hal ini menunjukkan bahwa sis
Tabel diatas menunjukan bahwa lebih dari setengah responden  (54%) menyatakan siswa merasa malas ketika disuruh menghafal mata  pelajaran SKI, 35 % (responden) merasa tidak stres, 5 % (responden) merasa  tidak pernah stres dan 6 % (responden) tidak tahu
Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa 44 % (responden),  merasa  bosan belajar mata pelajaran SKI karena banyak teori, 40 % (responden),  merasa tidak bosan belajar, 4 % menyakan tidak pernah bosan, dan 12 %  (responden) menyatakan tidak tahu.Hal ini me
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah 66 %  (responden) ketika capek tidak bisa memusatkan perhatian kepada guru  yang sedang mengajar mata pelajaran SKI, 21 % (responden) menyatakan  tidak mengalaminya, 1 % (responden) tidak pernah mengalami
+2

Referensi

Dokumen terkait

Individu sebagai produsen sekaligus konsumen atas simbol tidak hanya merespon simbol secara pasif, tetapi juga secara aktif menciptakan dan menciptakan kembali

Pemeriksaan sifat fisik tablet kaptopril lepas lambat sistem floating meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, floating lag time, keseragaman kandungan dan

Peranan guru tidak semata-mata hanya memberikan ceramah dan sifatnya teksbook (book oriented) kepada siswa, melainkan guru harus mampu merangsang/memotivasi siswa

Penelitian ini menunjukkan faktor cuaca memberikan pengaruh yang signifik a n terhadap pembentukan return portofolio saham, dimana variabel cuaca yang signifik a n

BUMN/BUMD, dan Tenaga Indonesia yang akan melaksanakan perjalanan dinas luar negeri harus diusulkan oleh Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah untuk mendapatkan Surat Persetujuan..

Kepada para pelatih, pembina dan para guru olah raga serta para atlet khususnya pada kebugaran dan motivasi siswa, dapat mempergunakan pelatihan game tipe A dan

Ketika mahasiswa memiliki outcome expectancy yang terlalu rendah dalam hal ini berarti mahasiswa memiliki harapan yang rendah dari melakukan perilaku hidup sehat maka