PENGARUH BULLYING VERBAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KHADIJAH SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
ANIQOTHUL MAQFIROH D03212004
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
PENGARUH BULLYING VERBAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII B DI SMP KHADIJAH
ABSTRAK Nama : Aniqothul Maghfiroh
NIM : D03212004
Judul skripsi : Pengaruh Bullying Verbal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII B Di SMP Khadijah.
Dosen pembimbing : Dra. Mukhlishah AM, M. Pd
Penelitian ini menggambarkan tentang rasa ketidak nyamanan disekolah menengah pertama Khadijah Surabaya. Dalam rangka upaya menanggulangi masalah bullying dikalangan remaja khususnya di kelas VII B SMP Khadijah.
Tujuan utama peneliti ini adalah untuk mengetahui adakah tindakan bullying verbal yang terjadi di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya. Kedua ingin mengetahui bagaimana prestasi yang diperoleh siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya. Ketiga untuk mengetahui adakah pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP khadijah Surabaya. Untuk itulah penulis ingin menjawab masalah yang pertama
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan tekhnik pengumpulan data diantaranya adalah metode angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun cara perhitungan angketnya yakni dengan menggunakan tekhnik analisa data yaitu: prosentase (%) dan tekhnik korelasi product moment.
Bullying verbal di SMP Khadijah Surabaya memiliki kreteria kurang, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dan presentase yang menunjukkan 51,53%. Yang berada diantara 40%-56% dengan kategori kurang.
Sedangkan Prestasi belajar siswa SMP Khadijah Surabaya termasuk dalam kategori cukup/sedang, hal ini terbukti dari hasil analisis data presentase yang menunjukkan 61,68% Yang berada diantara 56%-75% dengan kategori cukup/sedang.
Dari presentase diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada penggaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya. Dapat terbukti dari hasil analisis data dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang menghasilkan -0,3388 atau bisa juga ditulis dengan -0,34 yang berarti korelasi antara pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B di SMP Khadijah Surabaya termasuk kategori tidak mempunyai penggaruh, karena nilai rxy tidak terletak pada tabel interpretasi product moment. Jadi kesimpulannya Ha ditolak sedangkan Ho diterima.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBING i
PENGESAHAN TIM PENGUJI ii
MOTTO iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Balakang 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Batasan Masalah ... 10
F. Definisi Operasional ... 11
BAB II : KAJIAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis Tentang Bullying
1. Pengertian Bullying Verbal 15
2. Bentuk-Bentuk Bullying 16
3. Faktor Yang Mempengaruhi Bullying 18
4. Dampak Kekerasan Bullying Disekolah 21
5. Model-Model Pencagahan Bullying 24
B. Tinjauan Teoritis Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar 26
2. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 28
3. Jenis Dan Indikator Prestasi Belajar 35
C. Pengaruh Bullying Terhadap Prestasi Belajar. 38
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian 42
B. Waktu Dan Tempat 43
C. Populasi Dan Sampel 44
D. Variabel Penelitian 46
E. Hipotesis 47
F. Jenis Data Dan Sumber Data 47
G. Tekhnik Pengumpulan Data 49
BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMP Khadijah 56
2. Lokasi SMP Khadijah Surabaya 57
3. Struktur Organisasi SMP Khadijah 58
4. Visi Dan Misi SMP Khadijah 59
5. Aktivitas Dan Ciri Khas SMP Khadijah 61
6. Fasilitas 63
B. Penyajian Data. 64
1. Penyajian Data Tentang Bullying Verbal 67
2. Penyajian Data Tentang Prestasi Belajar. 76
C. Analisis Data 86
1. Analisis Data Tentang Bullying Verbal 86
2. Analisis Data Tentang Prestasi Belajar 88
3. Analisis data tentang pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar 89
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan 96
B. Saran 98
DAFTAR PUSTAKA
SURAT TUGAS
SURAT KETERANGAN
KARTU KONSULTASI SKRIPSI
RIWAYAT HIDUP
sebuah pembelajaran. Sedangkan dalam hal ini banyakditemukan kasus-kasus ketidak
nyamanan dalam sekolah dikarenakan adanya kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia
sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Sekolah yang seharusnya
menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang
positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya praktek-praktek bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi anak untuk masuk sekolah. Perilaku bullying kurang begitu diperhatikan, karena dianggap tidak memiliki pengaruh yang besar pada siswa. Kata bullying
berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Dalambahasa Indonesia, kata bully berarti penggertak, orang yang menggangguorang yang lemah.1Jelas kata asing ini belum familiar ditelinga kita,namun
sesungguhnya telah terjadi sejak lama dilingkungan kita.2
Bullying adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang denganberulang kali dan sengaja kepada orang lain. Novan Ardy dalam bukunyamengungkapkan bahwa bullying adalah perilaku negatif yangmenyebabkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau
terluka danbiasanya terjadi berulang-ulang.3 Sedang menurut Olweus seperti yang dikutip
KathrynGeldard mengemukakan bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagaisebuah tindakan
atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukanoleh sekelompok orang atau seseorang
1
Novan Ardy Wiyani, (2012),Save Our Children From School Bullying, Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, hlm. 12
2
2
secara berulang-ulang dari waktukewaktu terhadap seorang korban yang tidak dapat
mempertahankandirinya dengan mudah.4
Adapun Coloroso mengemukakan bahwa ada 3 bentukbullying yaitu dalam bentuk
verbal, fisik dan relasional.Masing-masingbentuk ini dapat menimbulkan dampak
buruk.Terkadang ketiganya kerap dikombinasikan untuk menciptakan serangan yang
lebihkuat.Bullying secara verbal merupakan bentuk penindasan yang palingumum dilakukan
oleh anak laki-laki maupun perempuan.Kata-kataadalah alat yang kuat dan dapat
mematahkan semangat anak yangmenerimanya.Bullying dalam bentuk verbal dapat berupa
julukan nama,celaan, fitnah, kritik tajam, penghinaan dan pernyataan-pernyataan
yangbernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual 5.
Bullying secara fisik dapat dilakukan dengan cara memukuli,mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting,mencakar serta meludahi anak yang ditindas.
Selain itu pelaku menekukanggota tubuh anak yang menjadi korban, merusak serta
menghancurkanpakaian serta barang-barang anak yang ditindas.6
Selanjutnya bullying relasional merupakan jenis yang paling sulitdideteksi. Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri korbansecara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian, ataupenghindaran.Jenis bullying ini dapat digunakan untuk mengasingkanatau menolak seorang teman dalam pergaulan.Perilaku ini
dapatmencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif,lirikan mata, helaan
nafas, bahu yang bergidik, cibiran, dan tawamengejek.
Adapun dampak yang dialami oleh korban bullying adalahmengalami berbagai
macam gangguan meliputi kesejahteraan psikologisyang rendah (low psychological
well-being) dimana korban akan merasatidak nyaman, takut, rendah diri, tidak berharga,
4
3
penyesuaian sosial yangburuk dimana korban merasa takut kesekolah bahkan tidak mau
sekolah,menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun akibathilangnya
konsentrasi belajar, bahkan yang lebih parah berkeinginanuntuk bunuh diri daripada harus
menghadapi tekanan-tekanan berupahinaan dan hukuman. 7
Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah, antara lain adalah mulai dari pribadi anak itu sendiri, keluarga, lingkungan, dan bahkan
sekolah.8
Menurut Setiawati kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan
keberadaan bullying menjadikan para siswa sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan
terhadap perilaku tersebut untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain, dengan begitu
maka siswa akan trauma dengan tidak berani masuk sekolah, sehingga lama kelamaan bisa
menjadikan perubahan dalam prestasi akademik. Yang mana prestasi akademik adalah hal
yang sangat diinginkan bagi seorang siswa dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain
prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie,sedangkan istilah prestasi dalam kamus
ilmiah popular didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.9
Adapun menurut Noehi Nasution menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat
diartikan sebagai suatu proses yadng memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu
tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama, dengan syarat bahwa perubahan
atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya
perubahan sementara karena suatu hal. 10 Sedangkan menurut pendapat djamarah (dalam
rini,2012) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik
secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama sesorang itu
tidak melakukan suatu kegiatan.
4
Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada 2 macam, diantaranya faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor internal diantaranya: faktor kesehatan fisik, intelegensi, motivasi, minat, kepribadian
dan fisiologis.
Sedangkan faktor eksternal meliputi : keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, alat alat
pelajaran, motivasi sosial lingkungan dan kesempatan, kurikulum.11
Adapun ragamprestasi belajarmeliputi : prestasi kognitif, prestasi efektif dan pestasi
psikomotorik. Sedangkan prestasi belajar dalam ranah kognitif dapat dilakukan dengan
berbagai cara baik dengan cara tes tulis dan perbuatan.
Sedangkan prestasi belajar yang mencangkup ranah afektif dapat dilakukan denggan
menggunakan skala likert (Likert scale) dan atau diferensial semantik yang tujuannya untuk
mengidentifikasi kecenderungan/sikap siswa mulai sangat setuju, ragu ragu, tidak setuju dan
sangat tidak setuju terhadap sesuatu yang harus direspons. Adapun prestasi belajar dalam
ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan mengobservasi pelaku jasmaniah siswa dan di
catat dalam format observasi keterampilan melakukan pekerjaan tertentu.12
SMP Khadijah Wonokromo merupakan lembaga pendidikan yang nuansa
keagamaannya sangat kental, karena didalam pembelajarannya materi agamanya lebih
banyak. Namun ada juga permasalahan siswa yang tidak jauh berbeda dengan sekolah lain,
hal ini menjadi sedikit penghambat dalam proses pendidikan.
Sebagian siswa SMP Khadijah Wonokromo juga ada yang tinggal di asrama pondok
pesantren khadijah. Para siswa selain mendapatkan pelajaran disekolah mereka juga
mengikuti kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak pondok pesantren yang
mengakibatkan ketika siswa berada disekolah siswa merasa jenuh dan capek yang akhirnya
siswa menjadi kurang berminat dalam mengikuti pelajaran. Disamping itu juga karena jauh
5
dari pantauan orang tua,kurangnya kesadaran diri siswa, dalam hal ini peran orang tua sangat
penting dalam mendidik anaknya agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Adapun proses bullying disekolah ini lebih sering kekatagori bullying
verbal.Sedangkan para pelaku pembuli pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suka mendominasi anak lain.
b. Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
c. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan
perasaan anak lain.
d. Cenderung melukai anak lain ketika orangtua atau orang dewasa lainnya tidak ada di
sekitar mereka.
e. Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran.
f. Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.
g. Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari
perbuatannya.
h. Haus perhatian.
Adapun ciri-ciri yang terkait dengan korban bullying antara lain 13:
1. Anak baru di lingkungan itu.
2. Anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar karena rasa takut.
3. Anak penurut karena cemas, kurang percaya diri, atau anak yang melakukan sesuatu
karena takut dibenci atau ingin menyenangkan.
4. Anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain.
6
6. Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik
perhatian orang lain.
7. Anak yang paling miskin atau paling kaya.
8. Anak yang orientasi gender atau seksualnya dipandang rendah.
9. Anak yang agamanya dipandang rendah.
10.Anak yang cerdas, berbakat, memiliki kelebihan atau beda dari yang lain.
11.Anak yang merdeka atau liberal, tidak memedulikan status sosial, dan tidak berkompromi
dengan norma-norma.
12.Anak yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung.
13.Anak yang memakai kawat gigi atau kacamata.
14.Anak yang memiliki kecacatan fisik atau keterbelakangan mental
15.Anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah (bernasib buruk).
Diantara akibat seseorang dibully adalah:
a. Psikologis, Perasaan kesepian, malu, timbul perkara untuk balas dendam, cemas, mudah
merasa tertekan, tidak percaya diri, kesulitan membaur dengan kelompok, dan
sebagainya.
b. Dampak Psikologis juga meliputi rasa takut, rasa tidak aman, dendam, dan menurunya
semangat belajar siswa, daya konsentrasi, kreatifitas, hilang inisiatif, daya tahan (mental),
menurunya rasa percaya diri, stress, depresi, dan sebagainya. Dan dalam jangka panjang
bisa berakibat pada penurunan prestasi dan perubahan perilaku siswa.
c. Fisik, mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan, seperti memar,
luka-luka, dan sebagainya.14
Adapun seorang siswa dikatakan mempunyai masalah manakala ia menunjukkan
7
temannya, tidak sopan kepada orang lain dan guru, bersifat hiperaktif dan suka menarik
perhatian orang lain. Begitupun tindakan menyimpang yang dilakukan siswa merupakan
bagian dari gejolak jiwa remaja yang salah arah.Hal ini sering terjadi pada remaja disebabkan
siswa menjadi kurang berminat dalam mengikuti pelajaran di kelas.Secara psikologis kondisi
mental remaja sangatlah labil, sehingga dalam tingkah laku remaja masih dipengaruhi kuat
oleh dorongan emosional.Dalam hal ini remaja adalah masa pencarian identitas diri yang
belum menampakkan sosok yang utuh.
Menyikapi hal tersebut maka untuk meminimalisir dan mengatasi perilaku bullying
diantara siswa agar dalam proses pendidikan dapat berjalan dengan baik serta meningkatkan
prestasi akademik siswa yang berkualitas sehingga mampu menghadapi masa depan. Karena
pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang mempunyai peran penting dalam
membentuk mental generasi mendatang
Dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka bullying merupakan salah satu perilaku yang dapat membahayakan bagi siswa, baik secara fisik, psikologis maupun
prestasi akademik, Maka penelitian ini ingin menguji secara empirik mengenai “pengaruh
bullying terhadap prestasi akademik siswa SMP Khadijah Surabaya”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanatindakan Bullying verbal yang terjadi di kelas VII B SMP Khadijah
Surabaya..?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya..?
3. Adakah pengaruh Bullying verbal terhadap prestasibelajarsiswakelas VII B di SMP
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian
aktivitas penelitian, karena segala sesuatu yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu
sesuai dengan permasalahannya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana tindakan Bullying verbal yang terjadi di kelas VII B
SMP Khadijah Surabaya
2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa di kelas VII B SMP Khadijah
Surabaya.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh bullying verbal terhadap
prestasibelajarsiswakelas VII B di SMP KHADIJAH Surabaya.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.
a. Bagi akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dalam mengkaji.
b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau
sebagai referensi dalam meneliti lanjutan pada hal yang sama.
2. Manfaat Praktis.
a. Siswa .
Siswa dapat memahami pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa
di SMP Khadijah Surabaya.
b. Peneliti.
9
E. Batasan Penelitian
Untuk mencegah terjadinya pembahasan yang terlalu luas, dan dengan adanya
keterbatasan penelitian yang berkaitan dengan waktu, kemampuan dan biaya, maka batasan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Yang menjadi objek penelitian adalah terbatas pada siswa kelas VII B di SMP
Khadijah Surabaya.
2. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti hanya meneliti kondisi ada tidaknya korban
bullying verbal yang terjadi di kelas VII B SMP Khadijah Surabaya.
3. Prestasi belajar dalam ranah kognitif pada siswa kelas VII B SMP Khadijah Surabaya.
4. Pengaruh bullying verbal terhadap prestasi belajar siswa di kelas VII B SMP Khadijah
Surabaya.
F. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat sifat al yang dapat
didefinisikan atau diobservasikan. Konsep ini sangat penting, karena hal yang diamati itu
membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa. Sehingga halyang
dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. 15
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan makna, maka dipandang perlu dalam
pembahasan ini dicantumkan definisi dari permasalahan yang diangkat, diantaranya:
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu, orang, benda, dan
sebagainya yang berkuasa atau berkekuatan ghaib dan sebagainya. 16
2. Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti dimana hasrat ini diperlihatkan dalam
aksi yang menyebabkan seseorang menderita, aksi ini dilakukan secara langsung oleh
10
seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, yang tidak bertanggung jawab, biasanya
berulang dan dilakukan dengan perasaan senang. 17
Adapun wujud dari bullying verbal adalah perlakuan secara langsung yang berupa
mengancam, mempermalukan, merendahkan, menganggu, member pangilan nama, sarkasme,
merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki dan menyebarkan gossip.
3. Prestasi belajar
a. Istilah prestasi dalam kamus ilmiah didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.18
b. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 19
Jadi, yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam hal ini adalah “tarafkeberhasilan
murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu”.20
G. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini tersusun secara sistematis dari bab
ke bab yang terdiri dari lima bab dan antara bab satu dengan bab lainnya merupakan
integritas atau kesatuan yang tak terpisahkan, serta memberi gambaran secara lengkap
dan jelas tentang penelitian dan hasil hasilnya.
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut:
Bab Pertama:
17
11
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, definisi operasional dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua:
Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum tentang Bullying, gambaran umum
tentang Prestasi belajar Serta pengaruh kedua variabel tersebut.
Bab Ketiga :
Dalam bab ini merupakan inti dari penelitian yang di dalamnya terdiri dari: Jenis
dan Pendekatan Penelitian, waktu dan tempat Penelitian, populasi dan sampel, Jenis Data
dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, serta Teknik Analisis Data.
Bab Keempat:
Dalam bab ini menjelaskan tahap pengumpulan data dari hasil penelitian, mulai dari
teknik penyajian data, analisis data dan pengujian hipotesis.
Bab Kelima:
Bab ini merupakan penutup yang meliputi dari seluruh pembahasan skripsi antara lain
15
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis Tentang Bullying 1. Pengertian Bullying Verbal
Istilah bullying berasal dari kata bull (bahasa inggris), yaitu “banteng” yang suka menanduk. Adapun pihak pelaku bullying disebut bully.1
Menurut Ken Rigby bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti,
dimana hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi yang menyebabkan seseorang
menderita.Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang yang lebih kuat,
tidak bertanggung jawab, biasannya berulang, dan dilakukan dengan perasaan
senang.2
Professor Dan Olweus pada tahun 1993 telah mendefinisikan bullying
yang mengandung tiga unsur mendasar perilaku bullying, yaitu:
1. Bersifat menyerang (agresif) dan negatif.
2. Dilakukan secara berulang kali.
3. Adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat.
Istilah lain dari bullying adalah mengintimidasi orang lain artinya
seseorang tersebut melakukan perbuatan secara berulang ulang terhadap seseorang
atau kelompok orang yang takut kepada si pelaku bullying.Pelaku bullying secara
sengaja bermaksud menyakiti seseorang secara fisik, emosi, atau sosial.3
1
Yayasan Semai Jiwa Amini, Bullying mengatasi kekerasan disekolah dan lingkungan sekitar anak, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm 2
2
Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekrasan Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008), hlm 3
3
16
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaaan secara psikologis maupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok
orang. Pelaku bullying atau yang biasa disebut bully bisa dari seseorang, bisa juga
sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki power
(kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga
mempersepsikan dirinya sebagai pihak yang lemah tak berdaya, dan selalu merasa
terancam oleh bully.4
Adapun bullying verbal sendiri adalah jenis bullying yang juga kasat mata
namun tidak terjadi sentuhan fisik secara langsung.Contohnya menebarkan gossip,
menertawakan (menyoraki), berkata kotor pada korban dan sebagainya.
Berdasarkan definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa bullying adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali
yang menyalah gunakan ketidak seimbangan kekuatan dengan tujuan untuk
menyakiti targetnya (korban) secara mental atau secara fisik.
2. Bentuk- Bentuk Bullying
Pada dasarnya jenis dan wujud bullying terdapat beberapa jenis namun, praktik-praktik bullying dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: bullying fisik, bullying non-fisik (verbal dan non verbal) dan bullying mental (psikologis).5
a. Bullying fisik
Bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata, artinya yang
kelihatan mata antara si pelaku bullying dan korban terjadi sentuhan fisik secara
langsung. Contoh contoh dari bullying fisik antara lain: memukul, melempar
4
Jurnal Pengalaman Intervensi dari Beberapa Kasus Bullying, (Djuwita, 2005 : 8). 5
17
dengan barang, mendorong memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga
termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.
Bullying ini biasanya terjadi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung
pada saat guru mengadakan ulangan. Dimana pelaku bullying biasannya
melakukan hal semacam ini kepada korban apabila ia tidak memberi jawaban dari
soal soal yang diberikan maka bullying semacam ini akan tetap berlanjut sampai
kegiatan belajar mengajar selesai, karena sang pelaku kurang puas dengan
perilaku yang dilakukan oleh sang korban.
b. Bullying non – fisik
Bullying non-fisik adalah jenis bullying yang juga kasat mata namun tidak terjadi
sentuhan fisik secara langsung. Bullying non-fisik terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Bullying verbal contohnya: menebarkan gossip, menertawakan (menyoraki),
berkata kotor pada korban, mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, memberi panggilan nama (name calling), merendahkan
(put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, dan memaki.
2. Bullying non-verbal contohnya: gerakan (tangan kaki, atau anggota badan
lain) kasar atau mengancam.
Bullying semacam ini biasannya terjadi ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung pada saat pelaku bullying tidak mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru atau melakukan hal hal lain yang melanggar kelas sehingga mendorong
18
sebagainya. Bullying ini biasanya akan tetap berkelanjut ketika sang korban benar
benar melakukan hal hal yang dilarang oleh pelaku.
c. Bullying mental (psikologis)
Bullying mental merupakan jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga jika tidak waspada mendeteksinya.Karena
praktek bullying ini terjadi secara diam-diam dan diluar pemantauan
kita.Contohnya mempermalukan, mengucilkan, mentertawakan dan sebagainya.
Bullying semacam ini biasanya terjadi ketika proses belajar mengajar berlangsung pada saat korban tidak bisa menjawab soal yang diajukan oleh guru
atau dikarenakan korban mempunyai cacat fisik maupun mental. Sehingga korban
ditertawakan bahkan kadang kadang dikucilkan oleh pelaku bullying.
3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Bullying.
Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa bullying merupakan suatu
bagian dari tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang
lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah. Maka dalam hal ini bullying berarti
siswa yang gemar melakukan suatu kegiatan berupa gangguan terhadap siswa
lain.
Adapun faktor faktor yang menyebabkan bullying adalah sebagai berikut6
a. Lingkungan sekolah yang kurang baik
6
19
Salah satu faktor yang menentukan jumlah pelaku intimidasi antara siswa adalah
budaya sekolah itu sendiri. Kunci utama dalam budaya sekolah adalah kadar
komitmen antara para staff untuk melakukan sesuatu mengenai intimidasi.7
Sekolah yang mudah terdapat kasus bullying pada umumnya berada dalam
situasi sebagai berikut:
1. Sekolah dengan cirri perilaku diskrimatif dikalangan guru dan siswa
2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan satpam.
3. Sekolah dengan kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin.
4. Adanya kedisiplinan yang sangat kaku atau lemah.
5. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
b. Senioritas Yang Tidak Pernah Diselesaikan.
Pada dasarnya lingkungan sekolah merupakan satu faktor yang turut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.Sekolah sangat berperan
dalam meningkatkan pola pikir anak karena disekolah mereka dapat belajar
bermacam macam ilmu pengetahuan.8
Namun apabila sekolahan tidak pernah menyelesaikan persoalan senioritas
yang bersikap sewenang wenangnya terhadap adik kelas seperti adanya
pemaksaan dalam pemilihan ketua osis, tindakan sewenang wenang pada saat
penerimaan siswa baru, dan lain lainnya.Hal inilah yang mengakibatkan
munculnya bullying.
c. Guru Memberikan Contoh Yang Kurang Baik Kepada Siswa.
7
Les parson, bullied teacher… hlm 108 8
20
Pada dasarnya seorang guru itu mendidik dan menanamkan nilai nilai yang
terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh contoh
teladan serta sikap sikap yang baik.Guru juga dapat memberikan nasiat nasihat
yang baik, memotivasi siwa sebagai inspirasi dan pembimbing dan pengembangan
sikap dan tingkah laku siswa.9Karena bagaimanapun itu guru sebagai suri
tauladan bagi siswa.
Sebaliknya, apabila guru menanamkan sikap dan tingkah laku yang kurang
baik seperti member hukuman yang berat, guru berkata kotor “goblok” karena
siswa tidak mengerjakan tugas dan sebagainya maka siswa akan meniru tindakan
guru tersebut. Hal ini akan menyebabkan siswa melakukan tindakan bullying (mengintimidasi) siswa lain.
d. Ketidakharmonisan Di Rumah
Selain faktor lingkungan, masalah senioritas, serta guru yang memberi
contoh yang kurang baik, ketidakharmonisan dirumah juga mempengaruhi
timbulnya anak untuk bersikap bullying. Ketidakharmonisan dirumah bisa berupa
kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua, perceraian orang tua, masalah
ekonomi, sikap otoriter orang tua terhadap anak yang terkesan dalam jiwa anak
sebagai persepsi dasar. Sebagai kelanjutannya ialah anak akan tumbuh dan
berkembang sebagai anak yang otoriter dan kepala keras. Bahkan bisa jadi anak
itu akan menjadi pelaku bullying. Karena keluarga adalah faktor utama dalam membentuk karakter anak, Dalam hal ini orang tua juga perlu mempertimbangkan
bahwa setiap siswa merupakan seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan
9
21
keluarga. Sehingga pada dasarnya pola asuh orang tua sangatlah dominan dalam
membentuk karakter anak. Dalam kasus bullying hal yang seharusnya tidak dilakukan adalah melakukan bullying itu sendiri dalam keluarga termasuk kepada
pasangan maupun anak karena seorang anak berpotensi menjadi bullied (pelaku bullying) karena pola asuh yang salah oleh orang tua.
e. Karakter anak (memiliki sifar agresif dan pendendam atau iri hati) Karakter anak sebagai pelaku bullying pada umumnya adalah anak yang
selalu berperilaku:
1. Agresif, baik secara fisikal maupun verbal. Anak yang ingin popular, anak
yan sering membuat atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan
memusuhi umumnya. anak yang berperilaku agresif ini telah menggunakan
kemampuannya untuk mengunggkapkan ketidaksetujuannya pada kondisi
tertentu korban, misalnya perbedaan ras, fisik, agama.
2. Pendendam. Anak pendendam atau iri hati sulit diidentifikasi perilakunya
karena dia belum tentu agresif. Perilakunya juga tidak terlihat secara fisik
dan mental.
4. Dampak Negatif Kekerasan Bullying Di Sekolah.
Ali As’ad Wathifah dalam penelitianya yang sangat luas, mengenai segala
bentuk tindakan kekerasan yang kerap kali terjadi dalam proses pendidikan, baik
itu sekolah ataupun dirumah, akan memiliki dampak buruk yang sangat besar bagi
perkembangan akhlak dan tingkah laku anak. Beliau mengatakan “sikap semena
-mena dalam mendidik sangat berbahaya dan mengancam proses pendidikan.
22
malu, takut, merasa bersalah, merasa kurang, hilang rasa percaya diri, suka
diremehkan, dan larut dalam perasaan bersalah.”.10
Perilaku bullying, merupakan tindak kekerasan yang bisa menimbulkan
kerugian pada korban, baik dalam hal fisik maupun psikis. Carlise menguraikan
efek pengalaman menjadi korban bullying yang terjadi pada siswa yaitu:
a. Psikologis, Perasaan kesepian, malu, timbul perkara untuk balas dendam,
cemas, mudah merasa tertekan, tidak percaya diri, kesulitan membaur dengan
kelompok, dan sebagainya.11
b. Dampak Psikologis juga meliputi rasa takut, rasa tidak aman, dendam, dan
menurunya semangat belajar siswa, daya konsentrasi, kreatifitas, hilang
inisiatif, daya tahan (mental), menurunya rasa percaya diri, stress, depresi,
dan sebagainya. Dan dalam jangka panjang bisa berakibat pada penurunan
prestasi dan perubahan perilaku siswa.
c. Fisik, mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan, seperti
memar, luka-luka, dan sebagainya.
Secara spesifik, Rigby membagi dampak psikologis korban bullying
menjadi empat kategori, yaitu:
1. Memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. pada ketegori ini kesadaran
mental korban menjadi lemah, namun kodisi ini tidak terlalu berbahaya.
10
Muhammad Nabil Khazim, Mendidik Anak Tanpa Kekerasan, (Pustaka Al-Kautsar, 2010), cet ke-1, hlm. 156
11
23
Perasaan tidak bahagia muncul pada diri korban, selain juga perasaan mudah
marah, sensitif, serta harga dirinya yang rendah.
2. Memiliki pandangan dan kemampuan sosial yang rendah. korban yang
berada pada kategori ini seringkali menarik diri dari pergaulan, dan
sebaliknya lebih suka mengisolasi diri dari dan cenderung untuk membolos
sekolah.
3. Psychological distress, pada kategori ini korban memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi. Korban merasa depresi dan memiliki dorongan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
4. Dampak negatif secara fisik, misalnya luka-luka akibat serangan fisik, serta
penyakit lainnya seperti sakit kepala, deman, flu dan batuk.12
Jadi Dalam jangka panjang, korban bullying dapat menderita karena
masalah emosional, dan perilaku Bullying dapat menimbulkan perasaan tidak
aman, terisolasi, perasaanharga diri yang rendah, depresi atau menderita stress
yang dapat berakhir denganbunuh diri.
12
Irwan Indera Putra, Hubungan Antara Perlikau Bullying dengan Permasalahan Penyesuaian
24
5. Model Model Pencegahan Bullying
Adapun model model pencegahan bullying antara lain: model transteori,
jaringan pendukung serta program sahabat.13
a. Model transteori
Model transteori merupakan salah satu metode penyadaran bahaya
bullying yang bersifat ajakan mudah difahami, bertahap namun relative cepat dan
aman, bagi orang tua, guru, maupun siswa (korban maupun pelaku).
Dalam setiap tahapannya selalu muncul rasa keingintahuan hasrat dan
upaya yang lebih besar untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setiap peserta
akan mendapat kepuasan setiap kali ia menyadari atau disadarkan akan bahaya
bullying. Dalam hal ini, para peserta akan menyediakan diri atau bertanya untuk
melakukan persiapan selanjutnya dari setiap tahap yang dilaluinya.
b. Jaringan Pendukung
Jaringan pendukung adalah suatu program untuk melakukan upaya
komunikasi antara pihak sekolah dengan komunitasnya. Dalam upaya pencegahan
bullying, jaringan pendukung perlu dilakukan terlebih dahulu, yaitu dengan
menggalang berkumpulnya seluruh komunitas sekolah untuk disatukan
pemahaman dan keterlibatan mereka secara bersama mengenai bullying.
c. Program SAHABAT (kasih SAying dan persatuan, HArmonis, BAik budi dan Tanggung jawab).
Program sahabat adalah suatu program psikologi sosial untuk
menanggulangi kenakalan siswa yang menitikberatkan pada organisasi jaringan
13
25
dengan menggunakan unsure unsure filosofi: kasih saying, harmonis, baik budi
dan persatuan. Program ini melibatkan semua pihak yang ada di sekolah,
termasuk didalamnya orang tua, guru, staff, siswa dan komunitas sekolah.
Kasih sayang yang merupakan sendi dasar program SAHABAT bisa
diwujudkan dalam bentuk perbuatan, pikiran dan semangat yang dilakukan
dengan kesadaran serta dapat ditujukan untuk siapapun. Namun jika konsep kasih
sayang ditekankan pada hubungan personal individu, maka konsep ini
menimbulkan ketidak adilan atau kebiadaban pada orang lain. Untuk itu dalam
program sahabat kerteria kasih sayang ditekankan pada kasih sayang sesame yang
tidak bersifat membedakab atau bersifat adil untuk tujuan moral yang disetujui
oleh semua pihak.
Unsure kedua pada program SAHABAT adalah harmoni.Harmoni berarti
memahami prinsip hidup bersama dengan damai, toleran, tenang saling
menghargai, adil dan saling berbagi.
Unsur ketiga pada program SAHABAT adalah Baik budi.Baik budi ini
memiliki makna untuk menekankan kelurusan hati. Makna yang merefleksikan
konsep ini antara lain adalah nilai untuk melakukan perbuatan luhur, member
dengan tulus, berbuat jujur, rendah hati menerima apa adanya dan bersikap adil.
Sedang tanggung jawab merupakan poin terakhir pada program sahabat
merefleksikan makna dimana seseorang atau kelompok melakukan sesuatu
dengan sebaik baiknya sesuai tugasnya, membantu orang lain ketika mereka
26
lain yang membutuhkan, bersikap adil dan membantu menciptakan dunia yang
lebih baik.
B. Tinjauan Teoritis Tentang Prestasi Belajar.
Pada dasarnya anak-anak Negara maju di Indonesia itu memiliki kesamaan
tentang tujuan pendidikan yaitu memiliki hasrat belajar yang tinggi, apat bekerja,
dan beriman bersama orang lain, menghargai nilai sosial kemanusiaan dan
menghargai perbedaan perbedaan pendapat secara tulus. Perbedaan bukan terletak
pada Negara maju dan berkembang melainkan terletak pada tingkat kedewasaan
dalam proses belajar mengajar serta dalam prestasi belajar mengajar.
1. Pengertian prestasi belajar.
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu: prestasi dan belajar.
Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yangberbeda. Oleh karena itu,
sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada
masing-masing permasalahan terlebih dahuluuntuk mendapatkan pemahaman
lebih jauh mengenai makna kata prestasi danbelajar. Istilah prestasi dalam kamus
ilmiah popular didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai.14
Di bawah ini akandikemukakan beberapa pengertian prestasi menurut para
ahli.
Menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar bahwa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja.
14
27
Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi adalah “To
overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible” “Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik
dan secepat mungkin”.15
Sedangkan pengertian belajar Menurut noehi nasution menyimpulkan
bahwa dalam arti luas belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya
atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil adri terbentuknya respons
utama, dengan syarat bahwa perubahan tingkah laku itu bukan disebabkan oleh
adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena suatu hal.16
Adapun menurut James O Whittaker dalam bukunya, merumuskan bahwa
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihanatau pengalaman. 17
Sedangkan secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak banyaknya.Jadi,
belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai
oleh siswa.18
Berdasarkan hal tersebut dapat penulis ambil sebuah kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap
(permanent) sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotorik.
15
Muray dalam Beck 1990 : hlm 290
16 Ibid…., hlm 242
17
Syaiful Bahri Djamarah, psikologi belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm12
28
Adapun menurut muhibbin syah yang dimaksud dengan prestasi belajar
adalah “taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran
disekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai jumlah materi pelajaran tertentu”.19
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi
belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan
tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan
dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.20
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang
dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes
tertentu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Prestasi belajar disekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita
yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi
belajar.Namun demikian, pada beberaa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak
menjamin kesuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.
IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar
seseorang. Ada “faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dan
19
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007) 20
29
mengklasifikasikannya menjadi dua bagian, yaitu: 1.) faktor intern dan 2.) faktor
ekstern. 21
1. Faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalm diri seseorang
yang dapat memengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor-faktor
internal yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain
kecedersan/ intelegensi, bakat, minat dan motivasi. 22
a. kecerdasan/inteligen Kecerdasan/ intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya
perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu
anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal
yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”23
21
Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hlm 248 22
Syaiful bahri djamarah, psikologi belajar (Jakarta: Rineka cipta 2011), hlm 191 23
30
1. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan
kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorangsangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat
ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang bidang studi
tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi
seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
2. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikandan
mengenai beberapa kegiatan.Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus
menerus yang disertai dengan rasa sayang.Dengan ini jelaslah bahwa minat besar
pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan.Bahkan pelajaran yang menarik minat
siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan
belajar.Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di
sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya
sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang
31
tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga
apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
3. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar
sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a)
Motivasi instrinsik dan (b) Motivasi ekstrinsik.Motivasi instrinsik dimaksudkan
dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya
kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.Sedangkan motivasi
ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang
siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.Dalam
memberikan motivasi seorang guru harus berusah dengan segala kemampuan
yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan
adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa
ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya
dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara
aktif.
2. Faktor Ekstern, yaitu faktor-faktor yang dapat memengaruhi belajar
seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang
32
a. Keadaan lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan.Keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama dan utama.Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil,
tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara
dan dunia.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Oleh karena itu orang tua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.Sedangkan
sekolah merupakan pendidikan lanjutan.Peralihan pendidikan informal ke
lembaga lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan
guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan
kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian
yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat
memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan
tekun.Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk
belajar.
33
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa,
alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
c. Keadaan lingkungan masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang
tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswadalm proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitarsangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dengan demikian
dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam
pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan
kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa
bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka
kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga
ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Kedua uraian pendapat diatas yang dapat memengaruhi proses dan prestasi
belajar seseorang. Masih banyak faktor-faktor yang belum terkofer
didalamnya..oleh karena itu untuk melengkapi kedua pendapat tersebut, penulis
34
faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik disekolah, secara
garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian. Antara lain:
1. Faktor internal (faktor dari dalam peserta didik ), yakni keadaan/kondisi
jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-faktor internal antara lain
adalah:
a. Faktor fisiologis
Keadaan fisikyang tepat dan kuat akan menguntungkan dan memberikan
hasil belajar yang baik, tetapi keadaan fiisik yang kurang baik akan berpengaruh
pada siswa dalam keadaan belajarnya.
b. Faktor psikologis
Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang memengaruhi prestasi
belajar antara lain:
- Inteligensi, faktor ini berkaitan dengan Intelligence Quotient (IQ)
seseorang.
- Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan
pemahaman dan kemampuan yang mantap.
- Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu.
- Motivasi, merupakan kedaan internal organism yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu.
- Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai
keberhasilan dimasa yang akan datang. 24
24
35
2. Faktor ekstenal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan sekitar
peserta didik, adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara lain
a. Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat
b. Faktor nonsosial, yang meliputi letak dan keadaan sekolah, tempat tinggal
keluarga, alat-alat dan sumber belajar. Keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan
tingkat keberhasilan belajar peserta didik disekolah.
3. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning), yakni jenis upaya
belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta
didik dalam mengikuti kegiatan pembelajarn.
3. Jenis dan indikator Prestasi Belajar.
Menurut ahmad Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang
diharapkan dapat dicapai setelah sesorang belajar. Menurut Ahmad bentuk
perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan
pembelajaran yang meliputi tiga aspek, yaitu: 1.) tahu/mengetahui (knowing), 2.)
melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing) dan 3.) melaksanakan
yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being). 25
Adapun menurut banjamin S. Bloom, sebagimana yang telah dikutip oleh
Abu Muhammad Ibnu Abdullah bahwa hasil belajar diklasifikasikan kedalam tiga
36
ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain), 2.) ranah afektif (affective
domain), dan 3.) ranah psikomotorik (psychomotor domain).26
Bertolak dari kedua pendapat tersebut diatas, penulis lebih cenderung kepada
pendapat Benjamin S. Bloom, kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa
ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk megetahui
prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya
pada pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan
pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis
prestasi belajar itu meliputi tiga ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif
(cognitive domain), 2.) ranah afektif (affective domain), dan 3.) ranah
psikomotorik (psychomotor domain). Untuk menggungkap hasil belajar/prestasi
belajar pada ketiga ranah tersebutdiatas diperlukan patokan-patokan atau
indikator-indikator sebagai petunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih
prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhhibbin
Syah mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data
hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah mengetahui garis-garis
besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau
diukur.Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah
tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator - indikator sebagai
penunjuk bahwa siswa - siswi telah berhasil meraih prestasi belajar yang hendak
diukur.
37
Dan agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis- jenis
belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel
yang berisi jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi.
Tabel 2.1
Ranah/Jenis prestasi Indikator Cara evaluasi
A. Ranah kognitif
2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
1. Tes lisan 2. Tes tertulis
4. aplikasi/penerapan 1. Dapat memberikan contoh
2. Dapat menggunakan secara
tepat
1.Dapat menghubungkan
materi-materi sehingga menjadi
kesatuan baru.
2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi
2. Kesediaan memanfaatkan
4. internalisasi 1. mengaku dan menyakini
2. mengingkari
1. Tes skala sikap
2. Pemberian
5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau
meniadakan
2. Menjelmakan dalam pribadi
dan perilaku sehari-hari
2. Kecakapan membuat mimic
dan gerakan jasmani.
1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan
C. Pengaruh Bullying Verbal Terhadap Prestasi Belajar
Pada umumnya, keluarga ingin agar anaknya tumbuh dan berkembang
menjadi orang yang menjujung tinggi akhlak dan moral sehari harinya. Adapun
Dampak Perilaku bullying Menurut Vivie akibat dari tindakan bullying ini tidak
dapat dikatakan main-main. perilaku tersebut mengganggu perkembangan sosial
dan emosional anak mulai dari yang ringan, sedang hingga yang serius dan
mampu berakibat pada kematian Yakni: 27
1. Prestasi belajar/ prestasi akademiknya menurun.
39
5. Menyendiri, mengucilkan diri.
6. Sensitive, lekas marah.
7. Agresif , bersikap kasar pada orang lain (contoh : pada kakak atau adik
bahkan orang tua).
8. Depresi.
9. Hasrat bunuh diri (Data dari Jepang dinyatakan bahwa 10% korban bullying
mencoba bunuh diri).
Menurut berbagai sumber bahwasannya bullying berdampak menurunkan
tes kecerdasan dan kemampuan analisis siswa yang menjadi korban, bahkan
sampai berusaha bunuh diri.Bullying juga berhubungan dengan meningkatnya
tingkat depresi, agresi, penurunan nilai-nilai akademik dan tindakan bunuh
diri.28Pelaku bullying berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal dibanding yang
tidak melakukan bullying.Tindakan ini juga masih menjadi masalah tersembunyi
yang tidak disadari oleh para pendidik dan orang tua murid.bullying adalah
masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena orang-orang
yang menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan kurang
percaya diri. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang menjadi
korban bullying akan mengalami kesulitan dalam bergaul. Merasa takut datang ke
sekolah sehingga absensi anak tinggi dan ketinggalan pelajaran, mengalami
kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan kesehatan mental
maupun fisik jangka pendek maupun panjang akan terpengaruh.
28
40
Sedangkan menurut Bangu (2007: 2), anak korban bullying sering
menampakkan sikap: mengurung diri atau menjadi school phobia, minta pindah
sekolah, konsentrasi berkurang, prestasi belajar menurun, suka membawa
barang-barang tertentu (sesuai yang di minta si pelaku bullying). Anak jadi penakut,
gelisah, tidak bersemangat, menjadi pendiam, mudah sensitif, menyendiri,
menjadi kasar dan dendam, mudah cemas, mimpi buruk, melakukan perilaku
bullying kembali terhadap orang lain.
Dian Ratna Sawitri (dalam Bullying_Waspadalah.pdf) Bullying dapat
mengakibatkan korban merasa cemas, mengalami gangguan tidur, sedih
berkepanjangan, menyalahkan diri sendiri, depresi, bahkan bunuh diri. Terkait
dengan aktivitas sekolah, korban dapat pula sering absen,terisolasi secara
sosial, prestasinya menurun, atau mengalami drop-out. Beberapa penelitian pun
menunjukkan bahwa korban bullying pada 4 tahun berikutnya berpotensi
menjadi pelaku. Sedangkan pada para pelaku bullying, mereka beresiko
tinggi terlibat kenakalan dan tindakan kriminal serta berpotensi mengalami
hambatan penyesuaian diri dan sosial. Tidak hanya sampai di situ, bullying
juga meresahkan para orang tua dan masyarakat dan ketika terjadi di
sekolah, tingkat kepercayaan mereka pada institusi pendidikan menjadi menurun.
D. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis adalah satu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permaslahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.29
29
41
Menurut Sutrisno Hadi, hipotesisi adalah dugaan yang mungkin benar atau
salah, dia akan ditolak jika salah, dan akan diterima jika fakta faktanya
membenarkannya. 30
Alam hal ini penulis menggunakan dua hipotesa, yaitu:
1. Hipotesa Kerja (Ha) yang berbunyi sebagai berikut: Ada pengaruh
antaraBullyingverbal dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Khadijah
Surabaya.
2. Hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi sebagai berikut: Tidak ada pengaruh
antara antaraBullyingverbal dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Khadijah
Surabaya.
30
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Menurut Mardalis metode adalah suatu cara teknis yang dilakukan dalam proses
penelitian, sedangkan penelitian itu diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan
yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sadar hati dan
sistematis untuk mewujudkan kebenaran.1
Menurut bagja waluya, penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari
pemecahan terhadap suatu masalah.2.
Metode penelitian merupakan suatu jalan untuk memperoleh kembali
permasalahan.3Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Ketepatan dalam memilih metode akan mengatur arah serta tujuan penelitian. Dalam metode
penelitian ini, terdapat beberapa hal yang dapat menentukan langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan penelitian.Hal ini bertujuan agar dalam melaksanakan kegiatan penelitian dapat
berjalan dengan baik, terarah dan sistematis. Adapun langkah-langkah yang harus ditentukan
adalah jenis penelitian , waktu dan tempat penelitian, obyek penelitian, populasi dan sampel,
sumber dan jenis data, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisis data.
Jenis Penelitian yang dilakukan ini adalah menggunakan diskriptif korelasional
karena penelitian ini menggambarkan tentang penggaruh atau sebab akibat dari kedua
1
Mardalis, Metode Penelitian SuatuPendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hlm. 24
2
36
variabel penelitian. 4 , Yaitu Pengaruh Bullying Verbal TerhadapPrestasi BelajarSiswa SMP
Khadijah.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, dengan jenis pendekatan non-eksperimen. Dalam penelitian ini peneliti
menganalisis pengaruh antara satu variabel (x) dangan variabel yang lain (y) atau bagaimana
satu variabel berhubungan dengan variabel lainnya. Pendekatan kuantitatif ini dianggap
sesuai oleh peneliti karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya
korelasi antara dua variabel. Dan apabila ada, sejauh mana eratnya hubungan serta berarti
atau tidaknya hubungan itu.
B. Waktu Dan Tempat.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 November sampai 21 Desember
2015.Adapun mengambil lokasi penelitian berada di SMP Khadijah Surabaya.Tepatnya di Jl.
A.Yani No. 2-4 Kec. Wonokromo Surabaya. Telp. 0318292851.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi atau population mempunyai arti yang bervariasi. Populasi menurut babbie tidak lain adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama sama secara teoritis
menjadi target hasil penelitian. Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara
terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.5
Sedangkan menurut Menurut Sumanto, populasi adalah seluruh subjek di dalam
wilayah penelitian yang dijadikan sebagai subjek penelitian.6
37
Adapun populasi menurut Suharsimi Arikunto, dalam bukunya yang berjudul
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.7
Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII B yang ada di SMP Khadijah Surabaya, dengan jumlah 27
siswa.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang dipilih untuk keperluan
analisis.Hakekat penggunaan sampel dlam suatu penelitian dikarenakan sulitnya untuk
meneliti seluruh populasi, hal ini mengingat banyaknya biaya dan waktu yang begitu banyak
diperlukan jika harus meneliti seluruh populasi.8
Penggunaan sampel dalam penelitian ini disebabkan karena biasannya tidak
seluruhnya populasi yang ada dijadikan data penelitian akan tetapi cukup sebagian yang
dianggap sudah dapat mewakili seluruh populasi yang ada.
Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan cara cara
tertentu.9Pengambilan sampel dimaksudkan untuk memudahkan pengambilan data obyek
penelitian serta membatasi jumlah populasi.Hal ini disebabkan jumalah populasi terlalu
banyak dengan catatan tidak mempengaruhi hasil penelitian.Dalam maslah sampel sendiri
tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang diisyaratkan untuk penelitian dari
populasi yang ada.
Menurut Suharsimi Arikunto untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya
krang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data dengan menggunakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika subyeknya
38
lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% aau 20-25% atau lebih.10 Maka dalam penelitian
ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan penelitian populasi.
D. Variabel penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akanmenjadi objek pengamatan
penelitian.11Untuk mempermudah dalam membuktikan adakah pengaruh bullying verbal
terhadap prestasi belajar siswa.Maka di dalam judul penelitian ini dibedakan menjadi dua
variabel. Di antaranya yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Pengaruh bullying verbal, merupakan variabel bebas atau independent variable atau variabel penyebab, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas
dalam penelitian ini disimbolkan dengan variabel (X).Dalam hal ini penulis hanya membahas
mengenai pengaruh bullying verbal di SMP Khadijah Surabaya.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan variabel terikat atau dependent variable yaitu variabel yang dipengaruhi.Variabel terikat dalam penelitian ini disimbolkan dengan variabel (Y).Dalam hal ini peneliti membahas tentang prestasi belajar siswa.
10