• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXPRESSIVE WRITING TREATMENT UNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EXPRESSIVE WRITING TREATMENT UNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

EXPRESSIVE WRITING TREATMENT

UNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA

DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

OCTAVIA HAIRIN NIM: B53213066

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Octavia Hairin (B53213066), Expressive Writing Treatment Untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif Pada Siswa SMP di Desa Segoro Tambak Kab. Sidoarjo Jawa Timur.

Fokus penelitian skripsi ini ada dua, yaitu 1) bagaimana prosesExpressive

Writing Treatment dalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa

Segoro Tambak-Sidoarjo. 2) bagaimana hasil dari proses Expressive Writing

Treatment dalam mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro

Tambak Sedati Sidoarjo.

Expressive Writing Treatement yang dimaksud adalah suatu cara atau

upaya pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam mengenai peristiwa yang menimbulkan emosi pada seseorang ke dalam bentuk lambang bahasa, melalui tulisan tangan sedangkan Ekspresi Emosi Negatif adalah adalah suatu reaksi atau pernyataan pikiran dan perasaan seseorang yang memiliki perwujudan kurang baik atau menyimpang secara eksternal baik secara wajah, vokal, sikap maupun gerak tubuh.

Metode penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan eksplorasi dan verifikasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Expressive Writing Treatment. Metode ini kemudian diimplementasikan pada

klien yang mengalami Ekspresi Emosi Negatif. Pada penelitian ini, data diperoleh melalui eksplorasi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Proses konseling dilakukan sesuai dengan tahapan konseling yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. pada pemberian treatment, menggunakan Expressive Writing melalui 4 tahap yaitu 1)

recognation/initial writing,tahap klien menulis bebas tentang segala perasaannya,

baik tentang keluarga, sekolah maupun teman, 2) examination/ exercise writing, tahap klien dipersilahkan menulis tentang peritiwa tertentu yang meliputi 3 sesi. Sesi menulis masa lalu, masa depan dan masa sekarang, 3) juxtaposition, tahap merefleksikan tulisan-tulisan klien sehingga klien mendapatkan penegtahuan-pengetahaun baru tentang dirinya, 4) application to the self. Tahap mengaplikasikan pengetahuan baru dan kesepakatan oleh klien dengan peneliti.

Hasil dari proses Expressive Writing Treatmentmenunjukkan bahwa klien yang mengalami ekspresi emosi negatif terdapat adanya perubahan tingkah laku ditandai dengan berkurangnya waktu durasi marah dan cara-cara atau bentuk ekspresi emosi negatif klien semakin rendah.

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Konsep... 8

F. Metode Penelitian... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 10

2. Subyek Penelitian... 11

3. Jenis dan Sumber Data... 12

4. Tahap-tahap Penelitian... 13

5. Teknik Pengumpulan Data... 14

6. Teknik Analisis Data... 16

7. Teknik Keabsahan Data... 18

G. Sistematika Pembahasan... 18

BAB II: EXPRESSIVE WRITING TREATMENT DAN EKSPRESI EMOSI NEGATIF A. Expressive Writing Treatment... 20

1. PengertianExpressive Writing Treatment... 20

2. ManfaatExpressive Writing Treatment... 22

3. MekanismeExpressive Writing Treatment... 25

4. Perkembangan Intruksi... 30

5.Expressive Writing Treatmentdan Psikoterapi... 31

B. Ekspresi Emosi Negatif... 34

1. Pengertian Ekspresi Emosi Negatif... 34

2. Ciri-ciri Ekspresi Emosi Negatif... 37

3. Proses Terjadinya Emosi Negatif... 41

(8)

Bab III: IMPLEMENTASI EXPRESSIVE WRITING TREATMENTUNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO

A. Ekspresi Emosi Negatif pada Remaja di Desa Segoro Tambak Sedati

Sidoarjo... 49

1. Biodata Klien... 50

2. Lokasi Penelitian... 50

3. Deskripsi Masalah Klien... 50

B. Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 55

1. Proses Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 56

a. Identifikasi Masalah... 57

b. Diagnosa... 57

c. Prognosa... 57

d.Treatement... 59

e. Evaluasi/Follow Up...71

C. Hasil Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 73

BAB IV: ANALISIS IMPLEMENTASI EXPRESSIVE WRITING TREATMENT UNTUK MENGATASI EKSPRESI EMOSI NEGATIF PADA REAMAJA DI DESA SEGORO TAMBAK SEDATI SIDOARJO A. Analisis Proses Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... ... 74

B. Analisis Hasil Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo ... 84

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 TahapanExpressive Writing Treatment... 30

Tabel 3.1 Uraian Sikap yang Harus Dihindari... 66

Tabel 3.2 Aktivitas Klien... 67

Tabel 3.3 RefleksiPositive Ways... 68

Tabel 3.4 Aplikasi Jadwal Aktivitas Sehari-hari... 69

Tabel 3.5Aplikasi Positive Ways... 70

Tabel 4.1 Analisis Proses Implementasi Expressive Writing Treatment untuk Mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Reamaja di Desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo... 75

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diberitakan oleh majalah Tempo, Bogor. Rabu, 04 September 2014

pukul 04:28 WIB. AR 15 tahun siswa SMP di kabupaten Bogor Jawa Barat,

tega membunuh teman sekelasnya, Vindi Desi, 14 tahun, teman sekelompok

belajarnya itu meludahinya sehingga membuat AR tersinggung.

Kapolsek mengatakan, kasus pembunuhan oleh siswa kelas II SMP

PGRI tersebut terjadi, Sabtu 31 Agustus 2013 Siang. Pelaku saat itu

mengajak korban pulang bersama menggunakan sepeda motor. Mereka pun

berboncengan dengan motor, kata dia.

Namun, ternyata, Sepeda Motor yang dikemudikan pelaku, membawa

korban ke daerah kosong di sekitar Komplek AL RT 03/08, Desa Pasir

Angin, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Pelaku sempat menanyakan perihal

kenapa korban meludahi dirinya saat mendapat jadwal piket kelompoknya.

Korban yang merasa tidak terima dengan pertanyaan itu, langsung

marah-marah dan kemudian kedua pelajar kelas II SMP tersebut itupun

cekcok. Pelaku tidak tahan lalu ia memukul dengan tangan, tidak puas

memukul korban menggunakan balok kayu yang kemudian mencekiknya

hingga lemas. AR kemudian meninggalkan korban yang lemas setelah

dicekik. AR yang panik membuang tubuh temannya itu ke parit yang berada

(12)

pelaku lalu membawa tas korban dan balok yang digunakan untuk memukul

temannya, kata dia.1

Akhir-akhir ini publik dihebohkan dengan maraknya kriminalitas

yang dilakukan oleh para remaja terhadap orang-orang dekatnya disebabkan

karena emosi negatif yang tidak dapat dikendalikan. Hari demi hari angka

kriminalitas ini semakin meningkat. Tidak jarang kasus kekerasan antar

teman, perkelahian, tawuran pelajar ini terjadi. Emosi-emosi negatif yang

dialami oleh remaja di ekspresikan dalam bentuk kekerasan.

Kekerasan bisa berupa apa saja termasuk membentak, mengancam,

mendominasi dan lain sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Mindanao

Peacebuilding Institute (MPI) bahwa ternyata violence juga mencakup dari

setiap emosional, verbal, fisik, pribadi, interpersonal, kelembagaan, perilaku

sosial yang struktural, atau suatu kondisi yang mendominasi, mengurangi,

dehumanisasi atau menghancurkan diri kita sendiri maupun orang

lain.2Ekspresi emosi negatif yang diekspresikan dalam bentuk kekerasan ini

harus segera ditangani.

Ekspresi emosi negatif ini juga dialami oleh remaja di desa Segoro

Tambak yang berumur 16 tahun. Sebut saja si “A”. Setiap merasa dirinya

terganggu atau keinginannya tidak terpenuhi ia akan membanting, melempar,

membuang, memecahkan bahkan sampai membakar benda-benda

disekitarnya. Ia akan menghentikan perbuatannya jika keinginannya sudah

dipenuhi. Perilaku si “A” ini terjadi sejak ia masih kecil sekitar umur 4 tahun.

1

https://www.tempo.co/read/news/2014/09/04/064510084/diludahi-siswa-SMO-Bunuh-Teman-Sekelas.

2

(13)

Selama perjalanan dari umur 4 tahun sampai 15 tahun, perilaku tersebut

masih sering muncul. Pernah suatu hari ia bertengkar dengan kakaknya

karena suatu candaan. Si A tersinggung lalu memukul kakaknya. Kemudian

keduanya saling berbalas pukulan hingga berujung pada sebuah garpu. Garpu

yang ia tusukkan kepada lengan kiri kakaknya. Akibatnya biaya dokter yang

harus ditanggung.

Perlu kita sadari bersama. setiap orang adalah penanggungjawab

utama atas segala yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Setiap orang secara

tidak sengaja turut mengambil andil penting bagi pembentukan lingkungan

kita. karena kepribadian manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor3

penting yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan/ sekolah dan

lingkungan sosial.4

Interaksi dengan lingkungan sekitar akan memengaruhi kondisi

emosional manusia. Karena kepribadian manusia dipengaruhi oleh tiga faktor

penting yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan/ sekolah dan

lingkungan sosial.5

Emosi memiliki peranan penting dalam kehidupan individu khususnya

dalam hal ini adalah remaja. Masa remaja adalah masa peralihan dan

perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan hormonal

yang dialami oleh remaja menjadi salah satu faktor yang memengaruhi

perkembangan stabilitas emosi pada remaja. Selain perubahan hormonal,

3

Elizabeth B. Hurlock,Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), hal. 55 4

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hal.195

5

(14)

problema lingkungan, problema akademik, dan pengaruh kebudayaan juga

memengaruhi perkembangan stabilitas emosi.

Remaja memiliki emosi yang fluktuatif dan mudah meledak karena

emosi bersifat aktif dan reaktif. Remaja yang mengekspresikan emosi dengan

cara negatif membutuhkan dukungan kematangan perkembangan dan

penalaran moral yang baik. Penalaran yang dimaksud adalah pengetahuan

atau wawasan mengenai hubungan antara diri dengan orang lain. Oleh karena

itu, dibutuhkan bantuan secara khusus agar remaja mampu mengendalikan

emosi dengan benar, sehingga emosi-emosi negatif remaja dapat

diekspresikan dengan baik.

Pemberian bantuan Bimbingan dan Konseling Islam diwujudkan

dalam bentukExpressive Writing Treatement. Expressive Writing Treatement

adalah merupakan sebuah upaya atau cara pemindahan pikiran dan perasaan

yang mendalam mengenai peristiwa yang menimbulkan emosi pada

seseorang ke dalam bentuk lambang bahasa melalui tulisan tangan. Tujuan

dari Expressive Writing Treatement untuk mengungkapkan pengalaman

emosional dan mengurangi stress yang dirasakan individu sehingga dapat

membantu memperbaiki kesehatan fisik, menjernihkan pikiran, memperbaiki

perilaku dan menstabilkan emosi.6

Expressive Writing Treatement ini sebagai wadah remaja untuk

membantu mengungkapkan ekspresi-ekspresi emosi yang dirasakan

seseorang, membantu mengungkapkan emosi dengan tepat, mampu

6

(15)

menyesuaikan perilaku serta perasaan yang ditampilkan oleh lingkungan

sekitar.

Peneliti akan menjadikan Expressive Writing Treatment ini sebagai

fokus penelitian.dan remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo sebagai

obyek penelitiannya. Peneliti mencoba menggunakan Expressive Writing

untuk mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Si ‘A’, remaja di desa Segoro

Tambak Sedati Sidoarjo.

Expressive Writing ini digunakan oleh peneliti sebagai media ekpresi

klien untuk mengekspresikan segala emosi yang ia rasakan selama ini.

Peneliti menggali permasalahan klien dari isi tulisan dan melihat perubahan

perkembangan isi tulisan dari hari ke hari oleh klien. oleh sebab itu, peneliti

mengangkat penelitian ini dengan judul Expressive Writing Treatment

untuk mengatasi Ekspresi Emosi Negatif pada Remaja di Desa Segoro

Tambak Sedati Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosesExpressive Writing Treatmentdalam mengatasi ekspresi

emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak Sedati Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil dari proses Expressive Writing Treatment dalam

mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak

(16)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui proses Expressive Writing Treatment dalam mengatasi

ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak Sedati

Sidoarjo?

2. Mengetahui hasil dari proses Expressive Writing Treatment dalam

mengatasi ekspresi emosi negatif pada remaja di desa Segoro Tambak

Sedati Sidoarjo?

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis, Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan dan

pedoman aplikatif oleh konselor Islam, psikolog, orang tua, tenaga pendidik

ataupun para transformer akhlak untuk memperoleh kehidupan yang

bermartabat dan berbudi pekerti luhur baik secara preventif, kuratif dan

developmen. selain itu hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan kepada

lingkungan pendidikan, keluarga, dan lembaga pengembangan.

Sedangkan secara teoritis, hasil penelitian ini diasumsikan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Civitas akademika Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,

utamanya untuk program studi strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai koleksi rujukan di

(17)

keilmuan Bimbingan Konseling Islam terutama untuk peneliti yang hendak

meneliti dan mengkaji kembali dalam ranah yang berbeda, sehingga dapat

ditindak lanjuti kembali di masa mendatang

1. Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai salah satu bahan rujukan dalam mengembangkan dan

mentransformasikan kepribadian, mental dan akhlaq anak terkhusus pada

proses konseling dan konselor Islam. Seperti di lingkungan sekolah,

lembaga penitipan anak, dan institusi pengembangan anak.

2. Penulis pribadi

Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman

emosional yang luar biasa, membuka cakrawala paradigma baru, dan

menambah pengetahuan biodiversitas manusia. Hasil penelitian ini juga

dapat bermanfaat bagi penulis, konselor Islam, Pekerja sosial untuk

membantu klien dalam menangani berbagai masalah sekaligus menambah

nilai-nilai positif dalam kehidupan penulis.

3. Para mahasiswa program studi strata 1 (S-1) Bimbingan dan Konseling

Islam

Hasil penelitian ini bagi para mahasiswa program studi strata 1

(S-1) Bimbingan dan Konseling Islam dapat dijadikan sebagai tambahan

keilmuan, rujukan dan dapat dijadikan referensi atau penelitian lanjutan

(18)

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari pemaknaan ganda dari penulisan proposal ini,

maka perlu dijelaskan definisi konsep dan batasan masalahnya, sebagaimana

berikut:

1. Expressive Writing Treatment

Expressive Writing merupakan teknik dari Expressive Therapy

yang dikembangkan oleh Pearson dan Nolan sejak tahun 1987.7tokoh dari

Expressive Writingini adalah Pennebeker.

Expressive Writing merupakan ungkapan terdalam dari pikiran

dan perasaan atau kegiatan menuliskan pikiran dan perasaan terdalam

tentang suatu peristiwa traumatis atau pengalaman emosi yang pernah

dialami. Seperti yang diungkapkan oleh Pennebeker dalam karyanya

Handbook of Low-Cost Interventions to Promote Physical and Mental

Health: Theory Reasearch and Practice, Expressive Writing adalah ‘one’s

deepest thoughts and feelings about trouble’.8

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

Expressive Writing yang dimaksud penulis adalah suatu cara atau upaya

pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam mengenai peristiwa

yang menimbulkan emosi pada anak ke dalam bentuk lambang bahasa,

melalui tulisan tangan.

7

James Pennebeker dan John Evans,Expressive Writing: Words That Heal,(New York, University of Texas, 2008), hal. 2.

8

(19)

2. Ekspresi Emosi Negatif

Ekspresi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau

menyatakan maksud, gagasan, perasaan dsb); pandangan air muka yang

memperlihatkan perasaan seseorang.9

Kata emosi berasal dari bahasa Prancis emotion, dari kata

emoivoir, yang berarti kegembiraan. Emosi merupakan penyebab

munculnya reaksi emosi. Seperti yang dikatakan oleh Lahey dalam karya

Anisa Rahmadani bahwasanya emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan

oleh fisiologis yang menyebabkan munculnya reaksi emosi. Reaksi ini

tidak dapat dibaca namun hanya dapat dilihat dari ekspresi dan perilakunya

saja.10

Pernyataan ini juga sependapat dengan Prezz yang dikutip oleh

Anisa bahwa emosi adalah reaksi tubuh saat menghadapi situasi tertentu.11

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) negatif adalah

tidak pasti; tidak tentu tanpa pernyataan; jawabannya masih belum positif,

kurang baik; menyimpang dari ukuran umum: lingkungan dapat

mengakibatkan pengaruh.12

9

Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline V.1.5 10

Anisa Rahmadani,Efektivitas Teknik Expressive Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Emosi,Vol. 5 No. 35. 2013, (repository.upi.edu), hal. 5

11

Anisa Rahmadani,Efektivitas Teknik Expressive Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Emosi,hal. 7

12

(20)

Emosi negatif adalah emosi yang selalu identik dengan perasaan

yang tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada

orang yang mengalaminya.13

Yang dimaksud penulis dari ekspresi emosi negatif adalah suatu

reaksi atau pernyataan pikiran dan perasaan seseorang yang memiliki

perwujudan kurang baik atau menyimpang secara eksternal baik secara

wajah, vokal, sikap maupun gerak tubuh.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan dengan pendekatan kualitatif

deskriptif yang dilaksanakan di lapangan (field research) dengan tujuan

eksplorasi dan verifikasi.

Seperti yang dikatakan oleh Arief Furchan yang dikutip oleh Dwi

Lestari menyatakan penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan atau perilaku yang dapat

diamati dari orang-orang itu sendiri, menurut pendapat kami pendekatan ini

langsung menunjukkan setting dan individu-individu dalam setting itu

secara keseluruhan. Subjek penyelidikan baik berupa organisasi atau

individu tidak mempersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi

hipotesa melainkan dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.14

13

Anisa Rahmadani, Efektivitas Teknik Expressive Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Emosi, hal. 10

14

(21)

Penelitian kualitatif deskriptif bersifat induktif. Sutrisno mengatakan

bahwa berpikir induktif berangkat dari fakta-fakta khusus,

peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa

yang khusus, konkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat

umum.15

Desain penelitian pada penelitian kualitatif di rancang untuk

mendapatkan pemahaman secara mendalam terhadap situasi sosial tertentu,

hal ini ini sependapat dengan Nana Syaodih yang berpendapat bahwa

penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti

penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin

dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena

lainnya.16

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan eksplorasi terhadap

Expressive Writing yang kemudian diverifikasi dengan konsep Expressive

Therapy dengan mengaplikasikan atau praktek bersama dengan klien

secara langsung. Selanjutnya, penulis mendeskripsikan proses dan hasil

dari bimbingan dan konseling yang penulis lakukan terhadap klien yang

mengalami problem ekspresi emosi negatif.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian kualitatif yaitu informan atau subyek utama yang

akan diteliti. Seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono dalam penelitian

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 1987), hal 42.

16

(22)

kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia manusia

sebagai instrumen penelitian utama karena segala sesuatunya belum

mempunyai bentuk yang pasti.17

Subyek dalam penelitian ini yaitu remaja di desa Segoro Tambak

Sedati Sidoarjo.

3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang akan penulis gali yaitu dari subyek penelitian itu

sendiri dan lingkungan eksternal dari subyek utama penelitian. Seperti

yang dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto sumber data dalam penelitian

adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.18

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data. Sumber data

primer dan sumber data sekunder. Sumadi Suryabrata dalam bukunya

Metode Penelitian mengungkapkan bahwa sumber data primer yaitu data

yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dan sumber

pertamanya.19sedangkan untuk data sekunder Sumadi Suryabrata

berpendapat sumber data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan

oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan

data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.20

Dalam hal ini, sumber data primer adalah klien yang mengalami

problem Ekspresi Emosi Negatif, sekaligus sebagai subyek penelitian.

17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2011), hal. 306.

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), hal. 129

19

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 101

20

(23)

Sedangkan untuk data sekunder antara lain ialah buku-buku, jurnal dan

penelitian terdahulu yang relevan baik secara cetak maupun elektronik.

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan

beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Penetapan desain atau model penelitian.

Dalam hal ini dimulai dengan pembuatan proposal penelitian

yang selanjutnya diujikan kepada dosen penguji, sehingga diperoleh

suatu desain dan model penelitian yang disetujui.

b. Pencarian data pokok

Pencarian data mulai dilakukan dengan cara eksplorasi dan

menganalisa konsep Expressive Writing dan Ekspresi Emosi Negatif

sebagai bekal pengetahuan mengimplementasikantreatmenttersebut.

c. Praktek lapangan

Selanjutnya mempraktekan konsep Expressive Writing tersebut

kepada klien yang mengalami problem ekspresi emosi negatif.

d. Pencarian pengetahuan kontekstual

Dalam hal ini, penulis melakukan eksplorasi, verifikasi dan

reduksi atas data-data yang terkumpul dari proses konseling sehingga

diperoleh hasil penelitian yang objektif.

e. Penulisan laporan penelitian

Dari data yang telah didapatkan, kemudian dianalisis dengan

(24)

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang pnting dalam

suatu penelitian. Menurut Sumadi Suryabrata adalah pengumpulan data tidak

lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian.21

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah triangulasi, yaitu

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang ada. Senada dengan pendapat

Moelong, yang mengatakant triangulasi merupakan teknik pengumpulan data

yang menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada. Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek pada

sumber yang sama dengan teknik pemerikaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian.22

Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi,

wawancara dan juga dokumentasi.

Observasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan

atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang mewajibkan peneliti untuk langsung terjun ke

lapangan atau subyek penelitian.

Sependapat dengan pernyataan Djam’an Satori dan Aan Komariah

yang mengatakan bahwa metode pengamatan merupakan sebuah teknik

pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati

21

Sumadi Suryabrata,Metodologi Penelitian,Hal. 103 22

(25)

hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda,

waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.23

Dalam hal ini, peneliti sebagai obervan aktif untuk mengumpulkan

data. Perihal yang akan diobservasi yaitu perilaku subyek penelitian baik

verbal maupun non verbal, ekspresi-ekspresi emosi negatif yang keluar,

ekspresi ucapan atau perkataan yang muncul saat emosi negatif itu muncul,

komunikasi antara ayah, ibu dan saudara dengan klien, pola asuh antara ayah,

ibu saudara dengan klien, kondisi hubungan keluarga, kondisi hubungan antar

individu keluarga dirumah, komunikasi antar teman sebaya, komunikasi

dengan para guru, interaksi subyek penelitian dengan lingkungan keluarga,

interaksi dengan lingkungan pendidikan dan interaksi dengan teman dan

lingkungan sosialnya.

Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan

responden penelitian. Mohamad Ali mengemukakan bahwa wawancara

merupakan salah salah satu cara tanya jawab baik secara langsung maupun

secara tidak langsung dengan sumber data.24

Hal ini juga dikatakan oleh beberapa ahli, salah satunya

dikemukakan oleh Sudjana (dalam Djam’an Satori dan Aan Komariah)

mendefiniskan bahwa wawancara salah satu bagian proses pengumpulan data

23

A’an Djam’an Sa23 A’an Djam’an Satori dan Komariah, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta: 2011) hal. 104

24

(26)

atau informasi yang melalui tatap muka antar pihak penanya (interviewer)

dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewer).25

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terstruktur, tidak

terstruktur dan semi terstruktur kepada subyek penelitan, dan lingkungan

eksternal dari subyek penelitian meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan

pendidikan dan lingkungan sosial.

Wawancara meliputi perihal tentang ekspresi emosi yang dilakukan

saat marah, interaksi kepada ayah, ibu dan saudara saat marah, komunikasi

saat ekspresi emosi negatif muncul, perasaan yang dialami saat emosi negatif

muncul, sasaran ekspresi emosi negatif, kondisi pikiran saat emosi negatif

muncul, penyebab kemarahan dan penyelesaian kemarahan.

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data secara tidak

langsung. Artinya sebagai pendukung atau alat bukti dalam suatu penelitian.

Menurut Robert C. Bodgan dalam Sugiyono, mengemukakan bahwa

dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, bisa berbentuk

tulisan, gambar. Karya-karya monumental dari seseorang.26

Dalam hal ini peneiti akan mendokumentasikan data-data selama

proses konseling, perubahan perkembangan isi tulisan dari subyek penelitian

dan perubahan perkembangan perilaku subyek penelitian.

H. Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah penting yang

menentukan dalam suatu penelitian. Analisis data merupakan suatu rangkaian

25A’an Djam’an Satori dan Komariah,

Metode Penelitia,.hal, 100 26

(27)

kegiatan mengurutkan, mengklasifikasikan, dan memberi kode sehingga

didapatkan suatu data temuan berdasarkan masalah yang diteliti.

Lexy J. Moelong berpendapat analisis data adalah proses

mengorganisasi dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satu uraian

dasar sehingga dapat ditemukan dalam tema dan dapat dirumuskan hipotesis

sebagaimana disarankan oleh data.27

Dalam proses analisis data, peneliti menggunakan model Miles dan

Huberman, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification. Burhan Bungin mengatakan (dalam buku Analisis Data

Penelitian Kualitatif), Reduksi data adalah mengikhtiarka hasil pengumpulan

data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya berdasarkan konsep,

kategori dan tema tertentu. Data display adalah mengorganisasikan data

dalam bentuk yang lebih utuh, yang berbentuk sketsa, sinopsis, matrik atau

bentuk lain, hingga selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan.28

Maka dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data yang

diperoleh dari ekplorasi Expressive Writing sehingga ditemukan hipotesis

yang kemudian dapat diterapkan kepada klien yang memiliki problem

ekspresi emosi negatif secara berulang-ulang, dan ternyata jika hipotesis

diterima maka proses konseling menggunakan Expessive Writing untuk

mengatasi ekspresi emosi negatif bisa ditindaklanjuti.

27

Lexy J. Moelong,Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 88. 28

(28)

I. Teknik Keabsahan Data

Upaya untuk menjamin validitas dan reliabilitas data penelitian,

maka penulis mengupayakan:

a. Triangulasi

Dalam upaya uji validitas, maka dilakukan pula teknik triangulasi.

Penulis menggabungkan semua data yang telah terkumpul baik dari

observasi, wawancara maupun dokumentasi kemudian mencari

data-data yang sama dalam berbagai sumber yang berbeda.

b. Meningkatkan ketekunan

Penulis akan melakukan dengan cara mencari referensi-referensi

terkait, mengecek kembali data-data yang terkumpul dan melakukan

penelitian secara lebih teliti dan kontinu.

c. Re-Check data

Penulis mengecek kembali data-data yang telah dikelompokkan lalu

ditulis untuk bahan pelaporan.

G. Sistematika Pembahasan

BAB I. Pendahuluan. Bagian ini berisikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep,

metodologi penitian, dan sistematika pembahasan

BAB II . Expressive Writing dan problem ekspresi emosi negatif.

Bagian ini berisikan teori-teori tentang Expressive Writing serta problema

(29)

BAB III. Problema dan Proses; Implementasi ExpressiveWriting

dalam mengatasi Ekspresi Emosi Negatif. Bagian ini berisikan penyajian data

hasil penelitian, yaitu pelaksanaan dan hasil dari implementasi Expressive

Writingdalam menangani klien yang mengalami ekspresi emosi negatif.

BAB IV. Analisis Problema dan Proses; implementasi Expressive

Writing dalam mengatasi problem Ekspresi Emosi Negatif. Bagian ini

berisikan analisis dari data yang disajikan berkenaan dengan proses dan hasil

dari Expressive Writing terhadap problem Ekpresi Emosi negatif yang

dialami klien dan proses konseling, kelemahan dan kelebihan dari proses

konseling dengan menggunakan Expressive Writing yang dilakukan, dan

prospek mendatang yang dianggap penting.

BAB V. Penutup. Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan

(30)

BAB II

EXPRESSIVE WRITING TREATMENT

DAN EKSPRESI EMOSI NEGATIF

A. Expressive Writing Treatment

1. PengertianExpressive Writing Treatment

Expressive Writingpertama kali dicetuskan oleh Pennebeker pada

tahun 1989. Pennebeker yang merupakan seorang professor di bidang

Psikologi Sosial banyak meneliti manfaat dari kegiatan menulis. Pada

awal penelitiannya, Pennbeker meneliti manfaat menulis pada klien

dengan gangguan Post Traumatic and Stress Disorder. Kemudian

Pennebeker memperluas penemuannya dengan melakukan eksperimen

bidang psikososial, yaitu mengenai relasi sosial dan hubungan romantis1.

Expressive Writing adalah menulis mengenai suatu hal yang

sangat emosional tanpa memperhatikan tata bahasa maupun diksi.

Expressive Writingmerupakan suatu proses katarsis karena dalam proses

menulis, individu diminta menulis perasaan terdalam dan melibatkan

emosinya dalam membuat cerita.

Expressive Writing merupakan sebuah proses terapi dengan

menggunakan metode menulis ekspresif untuk mengungkapkan

pengalaman emosional dan mengurangi stress yang dirasakan individu

sehingga dapat membantu memperbaiki kesehatan fisik, menjernihkan

1

(31)

pikiran, memperbaiki perilaku dan menstabilkan emosi. Ekspresif

emosional merupakan ekspresi natural dari emosi yang sebenarnya.2

Menulis menurut Depdikbud3 diartikan sebagai melahirkan

pikiran atau perasaan melalui tulisan. Ekspresif diartikan sebagai

kemampuan untuk menggambarkan perasaan/isi hati/emosi dengan tepat.

Emosi diartikan sebagai sesuatu yang diartikan dengan ekspresi emosi.

Jadi,Expressive Writingmengungkapkan isi pikirkan atau perasaan yang

dialami oleh seseorang melalui tulisan tangan.

Menurut Abraham Maslow, jika semua kebutuhan dasar kita telah

terpenuhi, maka kita akan menunjukkan dorongan yang kuat untuk

pengakuan diri. Jika dorongan itu terhambat, maka akan terjadi

pengekangan.4

Menurut Pennebeker, mengungkapkan bahwa “penerjemahan

pengalaman (pahit) ke dalam bahasa akan mengubah cara orang berpikir

mengenai pengalaman itu.Expressive Writingmenyediakan peluang bagi

individu untuk memantulkan perasaannya secara emosional dalam bentuk

peningkatan penggunaan kata-kata penyampaian emosi selama interaksi

sosial, peningkatan penyampaian emosi tersebut akan meningkatkan

perbaikan dalam stabilitas hubungan”.5

2

Qanitatin dkk, Pengaruh Katarsis dalam Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi Depresi Ringan Pada Mahasiswa,Jurnal Psikologi UNDIP vol. 9, No. 1, 2011. hal. 25

3

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi MarahPada Remaja,Jurnal Humanitas Vol. IX No.2 2012, hal. 115

4

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Marah Pada Remaja,hal. 136

5

(32)

Freud juga berpendapat (dalam Murti)Expressive Writing adalah

membicarakan pengalaman yang menggusarkan atau kejadian traumatis

mengenai emosi yang tersembunyi untuk mendapatkan wawasan dan

cara penyelesaian dari trauma.6

Expressive Writing Treatment dianggap mampu mereduksi stres

karena saat individu berhasil mengeluarkan emosi-emosi negatifnya

(perasaan sedih, kecewa, duka) ke dalam tulisan, individu tersebut dapat

mulai merubah sikap, meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori,

memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan

tubuh agar terhindar dari psikosomatik.

Expressive Writing Treatmentyang dimaksud oleh peneliti adalah

suatu cara atau upaya pemindahan pikiran dan perasaan yang mendalam

mengenai peristiwa yang menimbulkan emosi pada seseorang ke dalam

bentuk lambang bahasa melalui tulisan tangan.

2. ManfaatExpressive Writing Treatment

Manfaat Expressive Writing dalam jangka panjang diungkapkan

oleh Baikie dan Wilhelm “the immediate impact of expressive writing is

usually a short-term increase in distres, negative mood and physical

symptoms, and a decrease in positive mood compare with controls

6

(33)

Expressive writing partisipants also rate their writing as significantly

more personal, meaningful and emotional.7

Pemaparan Bikie dan Wilhelm di atas dapat dipahami bahwa efek

jangka panjang dari Expressive Writing diantaranya yaitu: berkurangnya

stress akan meminimalisir kunjungan ke dokter, memperbaiki fungsi

sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, memperbaiki

fungsi-paru-paru, memperbaiki fungsi hati, memperbaiki suasana hati,

meningkatnya kesejahteraan psikologis, menurunkan gejala depresi dan

menurunkan trauma.

Secara kognitif, Expressive Writing membantu individu

mengingat dan meningkatkan kapasitas otak.8 Dalam hal lain, Park dan

Ramirez menemukan bahwa kecemasan yang dirasakan siswa pada saat

menjelang ujian dan setelah ujian, dapat direduksi dengan Expressive

Writing. Expressive Writing juga dapat memperbaiki dalam hal

kehidupan interaksi sosial seseorang.

Menurut Pennebeker dan Chung yang dikutip Marieta,Expressive

Writing memiliki beberapa tujuan yaitu:

a. Merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori,

motivasi, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku

b. Membantu mengurangi penggunaan obat-obatan yang mengandung

bahan kimia

7

Baikie dan Wilhelm, Emotional and Physical Health Benefits of Expressive Writing. Journal Continuing Prfessional Development,11. 2005. hal. 338-346

8

(34)

c. Mengurangi intensitas untuk pergi ke dokter atau tempat terapi

d. Hubungan sosial semakin baik dengan masyarakat.9

Hal ini sepada yang dikatakan oleh Fikri, dengan Expressive

Writing dapat dijadikan sebagai media penyembuhan dan peningkatan

kesehatan mental. Secara umum, manfaat diantaranya ialah:

a. Meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri maupun orang lain

dalam bentuk tulisan dan literatur lain.

b. Meningkatkan kreatifitas, ekspresi dan harga diri.

c. Memperkuat kemampuan komunikasi dan interpersonal.

d. Mengekspresikan emosi yang berlebihan (katarsis) yang

menurunkan ketegangan.

e. Meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi masalah dan

beradaptasi.10

Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa menulis pengalaman

emosional mempunyai manfaat yang besar sebagai media terapeutik

dalam beberapa permaslahan klinis. Terapi menulis mampu

meningkatkan perawatan diri bagi individu yang mengalami kesedihan

mendalam karena menulis digunakan sebagai media untuk membuka diri

sehingga individu tersebut lebih mampu untuk melakukan rawat diri yang

lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Pennebeker dan Wilhelm

membuktikan bahwa terapi Expressive Writing dinilai baik dan

9

Marieta Rahmawati, Menulis Ekspresif Sebagai Strategi Mereduksi Stres Untuk Anak-anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Vol.2, No.2, (Malang, Jurnal IlmiahPsikologi Terapan, 2014) UMM. hal. 282

10

(35)

bermanfaat oleh para peserta karena mampu mengurangi kecemasan dan

perbaikan suasana hati.

Manfaat dari Expressive Writing Treatment ini banyak

memberikan dampak positif bagi psikis mau pun fisik. Expressive

Writing Treatmentberpengaruh baik bagi kesejahteraan psikis seseorang;

mengurangi kecemasan, perbaikan suasana hati, dan menurunkan

ketegangan sehingga dalam jangka panjang berakibat baik bagi kesehatan

tubuh.

3. MekanismeExpressive Writing Treatment

Mekanisme dari proses terapeutik menulis ekspresif ini

sebenarnya sama dengan mekanisme terapi-terapi yang lain, yaitu

berorientasi pada penyingkapan (disclosure) pengalaman-pengalaman

emosional. Pengakuan dan penyingkapan diri merupakan proses dasar

yang muncul dalam psikoterapi, dan secara ilmiah muncul dalam

interaksi sosial yang dianggap manfaat secara psikologis dan bahkan

fisik. Penyingkapan masalah pribadi memiliki nilai terapeutik yang

menakjubkan dalam dan pada dirinya sendiri.

Expressive Writing Treatment sangat sederhana. Yaitu dengan

cara menuliskan hal yang sangat emosional tanpa mempedulikan tata

bahasa dan diksi dalam waktu 20-35 menit. Kegiatan ini dapat dilakukan

seminggu 4 kali selama 4-5 minggu. Hasil dari Expressive Writing tidak

diperkenankan untuk dibaca kembali akan tetapi disimpan dan dibuka

(36)

Menurut pendapat lain, beberapa penelitian berbeda dalam

penggunaan durasi menulis, 10-30 menit waktu menulis. kemudian

subjek diminta masuk ke dalam ruangan dan diminta untuk menulis

tentang bagaimana subjek menggunakan waktunya sehari-hari hingga

pengalaman dalam kehidupannya, tentang perasaan-perasaannya kepada

orang-orang disekitarnya, tentang masa lalu, masa sekarang dan

impiannya, hingga konflik pribadinya. Dengan durasi 10-30 menit dalam

3 atau 5 hari hingga 4 minggu.11

Pendapat lain mengatakan bahwa mekanisme Expressive Writing

ini subjek diminta untuk menyampaikan bagaimana perasaannya melalui

tulisan dan kemudian merefleksikannya. Kemudian disisipi unsur

spiritual melalui refleksi pengalaman di masa lalu, masa kini, dan masa

depan. Sepanjang rentang tersebut, subjek akan diminta untuk

menuliskan apa saja hal menyenangkan yang telah ia dapatkan dan hal

apa saja hal yang traumatis yang terjadi pada diriya. Sisi spiritual digali

dengan cara merefleksikan hubungan antara pengalaman emosional dan

keyakinan subjek terhadap Tuhan yang mengatur segala kehidupannya.12

Mekanisme menurut pendapat lain juga mengatakan bahwa

partisipan menulis pengalaman traumatis dalam hidupnya, waktu

pelaksanaan 3-4 hari berturut-turut atau lebih sesuai tujuan penelitian

dengan durasi 15-30 menit setiap kali menulis, tidak ada umpan balik

11

Marieta Rahmawati,Menulis Ekspresif Sebagai Strategi Mereduksi Stres Untuk Anak-anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga, hal. 280

12

(37)

yang diberikan, partisipan bebas menulis pengalaman traumatis yang

pernah dialami, dan efek langsung yang dirasakan oleh sebagian

partisipan ketika mengingat pengalaman traumatisnya antara lain

menangis atau sangat marah.13

Pennebeker juga menunjukkan syarat tulisan, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menganalisisExpressive Writing.

a. Semakin banyak penggunaan kata-kata yng beremosi positif seperti

bahagia, cinta, baik dan tertawa.

b. Kata-kata dengan kandungan emosi negatif yang jumlahnya sedang

(tidak banyak atau sedikit) seperti marah, terluka, buruk.

c. Menggunakan lebih banyak kata-kata kognitif pada hari terakhir

seperti pemikiran kausal (sebab, akibat, alasan) dan

wawasan/refleksi diri (memahami, menyadari mengetahui)

d. Membangun kisah yang jelas, koheren, dan terorganisir dengan baik

pada hari terakhir melakukanExpressive Writing.14

Setelah membahas mekanisme pelaksanaan Expressive Writing,

berikut rincian dari aplikasi Expressive Writing, hynes dan Hynes, dan

Thompson membagiExpressive Writingke dalam empat tahap yakni:

a. Recognation/initial writing

Tahap ini merupakan tahap pembuka yang berisi kegiatan

membangun kenyamanan sekaligus juga menulis. Tahap ini

13

Murti, Reyza Dahlia,Pengaruh Expressive Writing Terhadap Penurunan Depresi Pada Remaja SMK di Surabaya,hal. 96

14

(38)

bertujuan untuk membuka imajinasi, memfokuskan pikiran, relaksasi

dan menghilangkan ketakutan yang mungkin muncul pada diri klien,

serta mengevaluasi kondisi mood atau konsentrasi klien. Klien diberi

kesempatan untuk menulis dengan bebas kata-kata, frase, atau

mengungkapkan hal lain yang muncul dalam pikiran tanpa

perencanaan dan arahan. Selain menulis, sesi ini juga dapat dimulai

dengan pemanasan, gerakan sederhana, atau memutar suatu music

instrumentalia. Tahap ini berlangsung selama 6 menit.

b. Examination/writing exercise

Tahap ini bertujuan untuk mengeksplorasi reaksi klien

terhadap suatu situasi tertentu.Writing exercise ini merupakan tahap

dimana proses menulis dilakukan. Instruksi yang diberikan untuk

menulis, bervariasi sekitar 10-20 menit setiap sesi. Jumlah

pertemuan berkisar 3-5 sesi secara berturut-turut.

Cakupan topik tulisan juga dapat diperluas menjadi peristiwa

yang emosional yang lebih umum atau peristiwa spesifik yang

dialami individu, seperti saat di diagnosa oleh seorang dokter. Selain

itu topik tidak hanya berkaitan tentang topik di masa lalu dan di

masa depan saj atetapi juga di masa depan.

c. Juxtaposition/feedback

Tahapan ini merupakan sarana refleksi yang mendorong

pemerolehan kesadaran baru yang menginspirasi perilaku, sikap,

(39)

yang lebih dalam tentang dirinya. Tulisan yang sudah dibuat klien,

direfleksikan atau dikembangkan, disempurnakan dan didiskusikan

bersama. Hal pokok yang dapat digali pada tahap ini adalah

bagaimana perasaan penulis saat menyelesaikan tugas menulis atau

saat membaca. Pada tahap ini klien mendapatkan pengetahuan baru

kemudian diaplikasikan dan berlanut pada kesepakatan antara klien

dengan peneliti atas perubahan tingkah laku yang akan dilakukan

dikemudian hari.

d. Application to the self

Pada tahap terakhir ini, klien didorong untuk mengaplikasian

pengetahuan barunya dalam dunia nyata. Konselor atau terapis

membantu klien mengintegrasikan apa yang telah dipelajari selama

sesi menulis dengan merefleksikan kembali apa yang mesti diubah

dan diperbaiki dan mana ynag perlu dipertahankan.selain itu juga

dilakukan refleksi tentang manfaat menulis bagi klien. Konselor juga

perlu menanyakan apakah klien merasakan ketidaknyamanan atau

bantuan tambahan untuk mengatasi masalah sebagai akibat dari

proses menulis yang mereka itu.15

TahapanExpressive Writing Treatmentdapat diuraikan dengan lebih

sederhana sebagaimana berikut.

15

(40)

Tabel 2.1. TahapanExpressive Writing Treatment

NO Tahapan Uraian Kegiatan Waktu

1. Recognation Menulis bebas 6-45 menit

2. Examination Menulis dengan topik tertentu 10-60 menit

3. Juxtaposition Merefleksikan tulisan 20-60 menit

4. Application to the self

Mengaplikasikan pengetahuan baru 10 menit

Mekanisme pelaksanaan Expressive Writing Treatment yang

dilakukan peneliti yaitu subyek diminta untuk menuliskan pengalaman

kehidupan sehari-sehari. Menuliskan bagaimana interaksi dengan

lingkungan sekitarnya; keluarga, teman, tetangga. Tulisan tersebut berisi

tentang perjalanan hidupnya di masa lalu, masa sekarang, dan masa

depan kemudian subyek menulis cita, impian dan apa yang subyek

inginkan. Kemudian subyek diminta menuliskan pengalaman yang paling

menyedihkan dan pengalaman yang paling menyedihkan. Lalu subyek

diminta untuk menuliskan nikmat yang sudah diterima oleh Allah kepada

dirinya. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut dalam

seminggu selama 5 minggu.

4. Perkembangan intruksi

Perkembangan instruksi Expressive Writing pertama kali dibuat

oleh Pennebeker dan bersifat umum serta berfokus pada permasalahan

trauma. Kemudian perkembangan instruksi ini dikembangkan oleh EW.

(41)

Penemuan King menghasilkan bahwa menuliskan topik secara

spesifik seperti life-goal membuat individu bepikir jernih, menjadi peka

dengan dirinya sendiri, dan membantu proses memutuskan nilai atau

prinsip hidup. Menulis dengan menentukan satu topik yang spesifik,

individu menemukan cerita yang lebih konstruktif dan masuk akal,

sehingga muncul keyakinan dan optimisme dalam diri individu ketika

mengalami yang sejenis16.

Peneliti akan menggunakan cara ini yaitu dengan menentukan

satu topik yang spesifik setiap 15 menit pertama. Kemudian akan

berlanjut berganti topik setiap 15 menit kemudian. Proses ini akan

dilakukan terus menerus dan setelah beberapa pertemuan proses refleksi

dan perubahan diri akan dilakukan.

5. Expressive Writing Treatmentdan Psikoterapi

PenggunaanExpressive Writing Treatment bisa dijadikan sebagai

warna baru dalam hal psikoterapi karena tujuan dari psikoterapis sendiri

yaitu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran klien mengenai

masalahnya serta dapat membicarakan masalah tersebut dengan orang

lain17sehingga pola pikir klien dapat berubah menjadi lebih adaptif.18

Dalam kerangka kuratif, ada dua cara yang populer dalam proses

psikoterapi, yaitu meminta klien berbicara dan menulis. Bicara dan

16

Sindiro, Lidwiana Florentiana, Efektivitas Expressive Wrting Sebagai Reduktor Psychological Distress, Universitas Sanata Dharma. (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2016), hal. 94

17

J. W, Pennebeker,Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi, (Bandung, Mizan, 2013), hal. 105

18

(42)

menulis merupakan salah satu cara terapeutik sekaligus katarsis19.

Konseling dengan perpaduan Expressive Writing Treatment merupakan

perpaduan yang efektif untuk mengatasi problema.

Paez dan Gonzales menyatakan bahwa menulis merupakan proses

Reframing. Reframing juga terjadi pada saat konseling. reframing pada

klien yang melakukanExpressive Writingterjadi ketika klien menuliskan

Stressor dan mengalami proses rekognisi. Karena menulis merupakan

odel psikoterapi yang melibatkan proses kognitif dan penyadaran.20

Menulis dipercaya mempunyai kedudukan yang setara dengan

psikoterapi karena memiliki aspek pengungkapan masalah. Dalam hal

pengungkapan masalah, menulis mempuyai esensi yang sama dengan

dzikir. Menurut Primadona dalam skripsinya Pengaruh Dzikir terhadap

Kadar Hormon T4 (Tettraidotironin) pada Qori di Liningkungan IPTIQ Jakarta

bahwa dzikir ada 4 macam yaitu: 1) dzikir pikir; 2) dzikir lisan; 3) dzikir

qalb; 4) dzikir amal. Yang memiliki esensi yang sama yaitu dzikir pikir.

Dzikir pikir yaitu mengingat Allah dengan cara memikirkan, menelaah

dan merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah maupun ayat

kauniyah ciptaan-Nya. Allah menganjurkan hambanya untuk berfikir

seperti dalam surah Ali Imran ayat 19121:

19

J. W, Pennebeker,Ketika Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis Sebagai Terapi, (Bandung, Mizan, 2005), hal. 121

20

A.G, Brand,Writing as Conseling Elementary Scool Guide Conseling,1987, hal.270 21

(43)

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Kemudian Allah juga menganjurkan hambanya untuk

memanfaatkan akal dalam diri manusia berfirman di dalam surah

Al-Hajj ayat 46: mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Perumpamaan dzikir juga pernah diucapkan oleh sahabat Nabi,

Abu Musa ra., Nabi SAW bersabda “perumpamaan dzikir kepada Allah

dan orang-orang yang tidak berdzikir kepada Allah, seperti orang yang

hidup dan orang yang mati (HR. Bukhari, Muslim, Baihaqi)”.22

22

(44)

B. Ekspresi Emosi Negatif

1. Pengertian Ekspresi Emosi Negatif

Emosi berasal dari bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti

bergerak menjauh. Arti kata ini mnyiratkan bahwa kecenderungan

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Daniel Goleman yang

dikutip Primadona menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu

perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis

dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan

reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai

contoh ekspresi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,

sehinga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong

seseorang berperilaku menangis.23

Chaplin dalam yang dikutip oleh Trianto merumuskan emosi

sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan

perubahan perilaku. Maramis juga mendefinisikan emosi sebagai suatu

keadaan yang kompleks yang berlangsung tidak lama yang mempunyai

komponen pda badan dan jiwa individu tersebut.24

Emosi menurut Trianto, menunjukkan perubahan organisme yang

disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keprilakuan dan proses fisiologis.

Kesadaran apabila seseorang mengetahui makna situasi yang terjadi.25

23

Trianto Safaria,Manajemen Emosi,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 20 24

Trianto Safaria,Manajemen Emosi, hal. 22 25

(45)

Baihaqi mengatakan ekspresi sebagai pernyataan batin seseorang

dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak, dengan catatan bahwa ekspresi

itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjelmakan perasaan atau buah

pikiran.26 Ekspresi bersifat membersihkan, membereskan (katarsis).

Karena itu ekpsresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang

tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan

menghadapi perasaannya tanpa ekspresi, hal yang terpendam itu dapat

membahayakan. Dan terkadang menjadi ‘letusan kecil’, seperti perilaku

memaki-maki atau bisa juga terjadi ‘letusan besar, misalnya mengamuk

bahkan membunuh.27

Emosi adalah keadaan internal yang memiliki perwujudan secara

eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi adalah orang yang

mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena

emosi terekspresikan dalam beragam bentuk.28

Menurut Franken yang dikutip oleh Baihaqi, emosi merupakan

hasil interaksi antara faktor subyektif (proses kognitif), faktor lingkungan

(hasil belajar), dan faktor biologik (proses hormonal). Dengan kata lain,

emosi muncul pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungan dan

merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya.29

26

Baihaqi, Psikiatri (Konsep dan Gangguan-Gangguan), (Bandung, Refika Aditama, 2005), hal. 111

27

Wangsa, T, Menghadapi Stres dan Depresi, Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia,(Jakarta: Oryza, 2010), hal. 138

28

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Marah pada Remaja,Jurnal Humanitas Vol. IX No.2 2012, hal 86

29

(46)

Emosi hakikatnya muncul sebagai bentuk pengalaman afektif

(senang/tak senang), merangsang individu untuk membangkitkan

penjelasan kognitif (menghubungkan sebab-sebab dalam dirinya atau

lingkungan), memicu variasi penyesuaian internal (misal: detak jantung

meningkat), serta mendatangkan tingkah laku yang sering, tapi tidak

selalu, ekspresif (tertawa/menangis), mengarahkan tujuan (membantu/

menolak), dan adaptif mengubah perilaku atau sesuatu yang mengancam

kehidupan individu.

Pada dasarnya, arah emosi dasar manusia dapat dibagi menjadi

dua yaitu emosi negatif dan emosi positif. Emosi negatif bersifat

destruktif (merusak), baik diri sendiri maupun orang lain. Menurut

Goleman, emosi negatif adalah perasaan individu yang dirasakan kurang

menyenangkan (ketakutan, kekhawatiran, kecemasa, kebencian,

kemarahan)yang berlebihan membuat individu bertindak dan berasumsi

negatif pada dirinya sendiri dan orang lain. Dimana ketika kita

merasakan emosi negatif ini dampak yang kita rasakan adalah semua

menjadi negatif, tidak menyenangkan, dan menyusahkan.30

Sedangkan pengertian emosi negatif itu sendiri merupakan emosi

yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat

mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya.

Biasanya emosi negatif ini berada diluar kewajaran, seperti marah-marah

yang tidak terkendali, berkelahi, menangis meraung-raung, tertawa keras

30

(47)

dan terbahak-bahak bahkan timbulnya tindakan kriminal. Umumnya

emosi negatif menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu orang

yang mengalaminya. Bahkan berdampak pada orang lain dan masyarakat

luas. Biasanya orang yang mengalami emosi negatif cenderung lebih

memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif, seperti sedih, marah,

cemas, tersinggung, benci, jijik, prasangka, takut, curiga, dan lain

sebagainya. Emosi semacam itu akan berdampak buruk bagi yang

mengalaminya dan orang lain.31

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekspresi emosi

negatif suatu pernyataan batin dan perasaan seseorang yang memiliki

perwujudan yang menyimpang secara eksternal baik secara wajah, vokal,

sikap, fisiologis maupun gerak tubuh sehingga memengaruhi pikiran dan

perilaku individu dalam berhubungan dengan orang lain.

2. Ciri-ciri Ekspresi Emosi Negatif

Dalam kaitanya dengan emosi, kita dapat membagi melihat

ekspresi emosi (emotional expression)melalui lima macam:

a. Stratle Responseatau ekspresi terkejut.

Reaksi ini merupakan sesuatu yang ada pada setiap orang dan

diperoleh sejak lahir, jadi tidak dipengaruhi oleh pengalaman dan

diperoleh sejak lahir.

31

(48)

b. Facial and vocal expression(ekspresi wajah dan suara).

Keadaan emosi seseprang dapat dinyatakan melalui wajah

dan suara. Melalui perubahan suara dan wajah, kita bisa

membedakan orang-orang yang sedang marah, gembira dan

sebagainnya. Hanya dengan melihat wajah seseorang, kita bisa

menebak emosi yang dialami oleh orang lain tersebut. Kita paham

wajah orang yang sedang marah, sedih dan lain sebagainya.32

Nada seseorang akan berubah seiring dengan emosi yang

sedang dialamiya. Seseorang yang sedang arah, nada suaranya pasti

akan terdengar meninggi. Demikian juga seseorang yang sedang

bahagia, ia akan berbicara dengan lepas dan lancar. Sementara itu,

seseorang yang sedang mengalami gangguan jiwa dan mengalami

kesedihan kemungkinan besar nada suaranya akan terbata-bata atau

mungkin tidak berbicara.

c. Posture and gesture(sikap dan gerak tubuh)

Sikap dan gerak tubuh juga merupakan ekspresi dari keadaan

emosi. Ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan tempat orang itu

hidup dan pendidikan yang didapat dan orang tuanya. Jadi ekspresi

emosi dalam sikap dan gerak tubuh ini bisa berlainan sekali pada

tiap-tiap orang. Terkadang, kita cukup mengetahui seseorang yang

sedang gugup atau jatuh cinta hanya dari bahasa tubuhnya. Ia akan

32

(49)

menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan yang tidak perlu,

sering melakukan kesalahan dan lain sebagainya.

d. Perubahan fisiologis

Saat kita merasakan perubahan sebuah emosi, terdapat

perubahan fisiologis yang mengiringinya, baik yang bisa kita rasakan

atau tidak. Saat takut kita akan merasa detak jantung yang

meningkat, berdebar-debar, kaki dan tangan gemetar. Selain itu kita

juga merasakan bulu kuduk merinding, otot wajah menengang,

berkeringat, dan lain sebagainya. Bahkan pada perubahan tertentu

jarang juga diketahui oleh orang lain.33

e. Tindakan-tindakan emosional

Banyak cara yang dilakukan oleh seseorang untuk

mengekpresikan emosi yang dialaminya. Ketika emosi marah

melanda, terkadang seseorang hanya diam. Diam dianggap sebagai

salah satu tindakan yang mencerminkan keadaan emosionalnya.

Namun, tidak jarang kita melihat emosi seseorang yang sedang

marah dengan membentak, memaki dan memukul. Sementara itu,

saat seseorang sedang dirundung kesedihan, ia hanya sanggup

mengekspresikan dengan menangis.34

Kondisi emosi negatif dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Emosinya tidak dapat dipresdiksikan (unpredictable)

33

Fikri, H. T, Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional dalam Terapi Ekspresif Terhadap Emosi Marah Pada Remaja,Jurnal Humanitas Vol. IX No.2 2012, hal 201

34

(50)

b. Tidak dapat atau sulit dikendalikan (uncontrollable)

c. Sensitive berlebihan (oversensitiveness)

d. Tidak ada ketetapan (instability)

e. Adanya ketidaktepatan dalam mempersipsikan diri sendiri atau

lingkungan (inadequate self and environment perceptions).35

Sedangkan menurut Helmi ada empat ciri-ciri reaksi emosi negatif yang

dialami oleh setiap orang. Yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir

(kognitif) dan tingkah laku36, antara lain yaitu:

a. Psikologis. Aspek ini lebih dikaitkan pada aspek emosi, sperti mudah

marah, sedih, egois, acuh tak acuh, dan mudah tersinggung serta sensitif

b. Fisiologis. Biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing,

nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyaeri lambung, gatal-gatal dikulit,

ataupun ramut rontok.

c. Proses berpikir (kognitif). Biasanya tampak pada gejala sulit

berkonsentrasi, semangat belajar menurun, mudah lupa ataupun sulit

mengambil keputusan.

d. Tingkah laku. Para remaja tampak pada perilaku-perilaku menyimpang.

Seperti menghindar bertemu dengan temannya, membolos saat sekolah,

jail atau suka mengganggu, merokok,tawuran antar pelajar dan lain

sebagainya.

Dari pengertian diatas, ciri-ciri dari ekspresi emosi negatif bisa dilihat

dari aspek non verbal seseorang meliputi: ekspresi terkejut, raut mimik dan

35

Trianto Safaria,Manajemen Emosi,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 13 36

(51)

vokal, sikap dan gerak tubuh, perubahan fisiologis dan tindakan-tindakan

emosional.

3. Proses Terjadinya Emosi Negatif

Menurut pandangan teori kognitif, emosi lebih banyak ditentukan oleh

hasil interpretas kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan

menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilaian negatif,

tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan,

atau sebaliknya dalam persepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran,

hal indah, sesuatu yang mengharukan atau membahagiakan. Intrepretasi

yang kita buat atas peristiwa akan mengkondisikan dan membentuk

perubahan fisiologis kita secara internal. ketika kita menilai sebuah

peristiwa secara negatif maka perubahan fisiologis kita pun lebih menjadi

negatif begitupun sebaliknya.37

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor

fisiologis. Kebangkitan emosi pertama kali muncul akibat adanya stimulus

atau sebuah peristiwa, yang bisa netral positif maupun negatif. Stimulus

tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor, melalui otak dapat

diinterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan

kebiasaan individu dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi

yang diolah kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam

tubuh, perubahan tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar

37

(52)

air mata, mata menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara

menatap dan perubahan tekanan darah.

Franken menjelaskan proses emosi negatif bekerja dalam tubuh dan

fikiran seseorang melalui hukum-hukum emosi, diantarnya yaitu:38

a. Hukum makna situasional (Law of Situasional Meaning

Maksud dari hukum situasional adalah situasi harus dngan struktur

kognitif yang oleh orang tersebut akan diberikan emosi. Misalnya: jatuh

cinta-romantis, kematian-sedih.

b. Hukum Kepedulian(Law of Concern)

Emosi merupakan pengalaman subyektif yang muncu sebagai respon

terhadap peristiwa penting bagi tujuan, motivasi dan kepedulian manusia.

Misalnya: sseorang ingin menjadi dokter, kalau berhasil muncul

kebanggan, tetapi kalau gagal akan muncul rasa malu bahkan bisa rasa

stress.

c. Hukum Kebiasaan(The Law of Habituation)

Hukum kebiasaan artinya kecenderungan untuk melanjutkan

kebiasaan-kebiasaan baik yang memuaskan atau yang sebaliknya.

Mislanya: seseorang puas berhasil mendaki gunung Jayawijaya,

kemudian ingin mendaki gunung yang lebih menantang.

d. Hukum Pemeliharaan Momentum Emosiona (The Law Concervation of

Emotional Momentum)

38

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan Expressive Writing Treatment.............................................
Gambar 3.1 Tahapan Expressive Writing Treatment.........................................
Tabel 2.1. Tahapan Expressive Writing Treatment
Gambar 3.1 sesi recognation
+7

Referensi

Dokumen terkait