• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel untuk warta Limno_APCE (IGNASIUS)_edit 2Okt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Artikel untuk warta Limno_APCE (IGNASIUS)_edit 2Okt"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN APCE SEBAGAI KATALISATOR KEARIFAN organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) UNESCO yang memfokuskan programnya dengan pendekatan ekologi pada manajemen sumber daya air untuk menyediakan air yang berkelanjutan bagi masyarakat melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan kebudayaan. APCE berkomitmen untuk memberikan kontribusi dalam mengatasi isu-isu penting saat ini dalam skala nasional, regional dan global, seperti kemiskinan, adaptasi perubahan iklim, dan pengurangan resiko bencana (Dokumen APCE, 2009).

Dalam mencapai tujuan, telah direncanakan beberapa kegiatan yang disusun berdasarkan hasil penelitian masa lalu, dan saat ini yang dilakukan oleh LIPI dan mitranya. APCE memiliki dan mengembangkan keahlian dan pengalaman di bidang berikut:

 Hubungan antara pola ekologi dan proses hidrologi;

 Perubahan dan dinamika ekologi alam, antropogenik dan hidrologi;  Pendekatan ekohidrologi untuk konservasi keanekaragaman hayati;  Pengelolaan lingkungan dan pemulihan ekologi;

 Pengintegrasian hidrologi dengan perencanaan ekologi, desain, dan arsitektur, atau sebaliknya;

 Studi multidisiplin keberlanjutan regional dari lingkup ekohidrologi, ekologi, atau keduanya.

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh APCE sampai saat ini akan disampaikan dalam paragraf berikut yang terdiri atas kegiatan implementasi maupun kegiatan observasi di lapangan.

Kearifan Dalam Mengelola Air Secara Berkelanjutan

Integrated Flood Analysis System (IFAS) Training

Kawasan Asia dan Pasifik dengan karakteristik iklim yang berbeda memiliki resiko hidro-meteorologi berkategori bahaya yang sering dikaitkan dengan kejadian ekstrim. Beberapa negara di wilayah ini rentan terhadap banjir. Kerugian akibat banjir tahunan yang tinggi harus ditanggung pemerintah.

(2)

Kegiatan training IFAS

Pengembangan Demosite Pengelolaan Air Berbasis Masyarakat

Tujuan pengembangan demosite ekohidrologi adalah sebagai stasiun dalam kaitannya untuk implementasi konsep ekohidrologi di lapangan. Pembuatan demosite ekohidrologi diharapkan menjadi bahan untuk sosialisasi pengelolaan sumber daya air sesuai dengan konsep ekohidrologi. Selain itu juga sebagai laboratorium alam untuk pengembangan konsep ekohidrologi masa depan terutama ekohidrologi tropis Indonesia. Pengembangan demosite ekohidrologi di Indonesia akan diarahkan ke lokasi demosite yang mewakili konsep pengelolaan sumber daya air berkelanjutan yaitu "Demosite ekohidrologi untuk pengelolaan sumber daya air berbasis masyarakat".

Masyarakat merupakan faktor penting dalam mendukung pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Kelompok masyarakat diharapkan menjadi agen perubahan sebagai upaya untuk mengintegrasikan pengelolaan sumber daya air atau yang biasa disebut sebagai Integrated Water Resources Management (IWRM). Pada 2012, pengembangan demosite ekohidrologi berbasis masyarakat untuk pengelolaan air telah dibuat di sekolah umum berbasis masyarakat yaitu pesantren. Pesantren merupakan sekolah agama yang sangat umum di Indonesia dan merupakan komunitas yang memiliki posisi cukup kuat di masyarakat. Pesantren umumnya dipimpin oleh Kyai atau alim ulama yang menjadi panutan dalam masyarakat, sehingga diharapkan transfer pengetahuan dari luar relatif mudah dilakukan.

(3)

Seminar konsep Ekohidrologi di Pesantren Ar-Risalah

Lahan basah buatan

Pesantren Ar-Risalah di Kabupaten Ciamis terpilih sebagai salah satu lokasi pembangunan demosite pada tahun 2012 - 2013. Pesantren ini melibatkan sekitar 2.700 orang yang terdiri dari siswa yang menetap (pelajar/santri), guru, dan tenaga pendukung yang sebagian besar adalah masyarakat sekitar pesantren.

Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari pesantren berasal dari air tanah dan air sungai Cijantung. Air tanah yang digunakan berasal dari air sumur artesis, sementara air sungai diolah dengan penyaringan sederhana sebelum digunakan untuk keperlukan MCK. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas air hasil penyaringan sederhana tersebut kurang memenuhi standar untuk peruntukan kegiatan domestik seperti kebersihan dan sanitasi. Sistem pembuangan limbah di pesantren masih terbuka atau langsung dibuang ke lingkungan. Limbah padat dibuang di tempat pembuangan sampah terbuka yang terletak di halaman belakang asrama. Sementara limbah cair domestik dibuang langsung ke badan air melalui pipa-pipa tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini tentu saja akan berakibat buruk pada kualitas udara dan air lokal serta kesehatan masyarakat mengingat air sungai digunakan secara langsung oleh penduduk di bagian hilir sungai. Kualitas air baku yang digunakan dan pengelolaan limbah penghuni asrama yang kurang baik akan menjadi fokus perhatian perbaikan pengelolaan sumber daya air di lokasi melalui demosite ekohidrologi.

Pada tahap awal, pengembangan demosite ekohidrologi di Pesantren Ar-Risalah difokuskan pada peningkatan kualitas air rumah tangga dan pengelolaan limbah cair. Pengolahan limbah domestik dilakukan dengan pembuatan lahan basah buatan (constructed wetland), selanjutnya disebut sebagai lahan basah. Lahan basah ini berfungsi untuk meningkatkan kualitas air limbah domestik yang berasal dari tempat mandi, dapur, dan wudhu yang tidak langsung dibuang ke badan air sungai. Sementara itu, limbah padat domestik akan dikumpulkan pada septik tank komunal di mana limpasan air bisa mengalir ke sawah. Untuk perbaikan kualitas dan pasokan air ke sekolah, direncanakan untuk pembuatan dan pemasangan instalasi pengolahan air di lokasi sekolah dengan memanfaatkan air sungai sebagai air baku.

Lansekap Budaya dan Sistem SUBAK di Propinsi Bali

(4)

terbesar dan paling indah. Sistem Subak yang merupakan pelaksanaan kegiatan pertanian secara demokratis dan egaliter telah memungkinkan Bali menjadi produsen padi paling produktif di Nusantara meskipun menghadapi tantangan kepadatan penduduk yang meningkat.

Sawah padi di situs warisan dunia Jatiluwih Sistem Subak: Pura, sawah, dan air

Persawahan, sistem air yang menopang, Subak, serta sistem sosial koperasi yang mengontrol air, telah bersama-sama membentuk lansekap selama seribu tahun dan merupakan bagian integral dari kehidupan beragama. Sawah padi dipandang sebagai karunia Tuhan, dan sistem Subak adalah bagian dari budaya candi. Air dari mata air dan kanal mengalir melalui pura-pura dan keluar ke sawah. Pura air adalah pusat dari pengelolaan bersama sumber daya air oleh sekelompok Subak. Sejak abad ke-11 jaringan pura air telah berhasil mengelola ekologi terasering sawah pada skala daerah aliran sungai.

Secara total Bali memiliki sekitar 1.200 air kolektif dan antara 50-400 petani mengelola pasokan air dari satu sumber air. Sistem tersebut terdiri dari lima situs yang memberikan contoh saling keterkaitan antar komponen yaitu alam, agama, dan budaya dari sistem Subak tradisional. Di mana sistem Subak masih berfungsi penuh, petani masih menanam padi secara tradisional tanpa bantuan pupuk atau pestisida, dan lansekap keseluruhan terlihat memiliki konotasi sakral (Windya, 2013).

Subak merupakan sistem irigasi berkelanjutan secara ekologis tradisional. Sistem Subak telah berkembang lebih dari seribu tahun, terus-menerus menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah. Hasilnya adalah sistem yang rumit yang saling terkait antara lingkungan sosial, budaya, dan agama serta alam di Bali.

Subak tersusun dari campuran beberapa unit yang berbeda:

a. Teknologi, termasuk bendungan dan sistem yang rumit dari saluran irigasi secara kolektif;

b. Secara fisik, terdiri dari semua sawah dalam batas-batas Subak yang jelas. Batas ini didefinisikan sebagai semua sawah yang menerima air irigasi dari infrastruktur irigasi Subak;

c. Sosial, terdiri dari semua petani yang mengolah lahan dalam batas-batas Subak dan menerima air dari infrastruktur irigasi Subak;

(5)

Upaya Peningkatan Akses Air Bersih bagi Masyarakat di Daerah Marjinal

Perhatian Indonesia terhadap isu kerusakan lingkungan semakin intensif. Salah satu penyebab dari kondisi lingkungan memburuk adalah karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui atau dapat diperbaharui telah melampaui daya dukungnya. Kelestarian lingkungan dan tingkat ekosistem tidak dipertahankan lagi, oleh karena itu pihak yang terlibat, dalam hal ini perusahaan swasta dan negara, pemerintah, dan masyarakat perlu mengembangkan kerjasama yang baik dan sinergi untuk pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Apabila kualitas kehidupan sosial masyarakatnya baik, maka kemampuan masyarakat untuk mendukung program pelestarian lingkungan akan menjadi lebih baik. Pembangunan daerah di zona penyangga dan zona transisi dari kawasan konservasi yang harus dilakukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat di wilayah tersebut bertujuan untuk melestarikan dan melindungi daerah inti. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengembangan penerapan teknologi tepat guna yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di sekitar zona konservasi, diantaranya pasokan air bersih dan sumber daya ekonomi lainnya. Program pelaksanaan pembangunan ekonomi di zona penyangga dan zona transisi diharapkan dapat memberi keseimbangan antara kepentingan konservasi dengan kepentingan ekonomi.

Mayoritas daerah di Provinsi Riau dan Provinsi Kalimantan Tengah merupakan lahan gambut yang airnya memiliki karakteristik sebagai berikut: memiliki tingkat pH rendah (2-4) atau sangat asam, memiliki kandungan organik yang tinggi, mengadung kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) yang cukup tinggi, dan mempunyai warna kuning atau coklat tua. Jenis air ini pada dasarnya tidak dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum. Dibandingkan dengan air tawar, air gambut perlu diproses secara khusus untuk menghasilkan air bersih yang memenuhi standar.

Mandi di air gambut Air bersih hasil IPAG60

(6)

Penutup

Referensi

Dokumen terkait

72 baik tidak merespo n dengan baik akan berdamp ak pada lingkung an ng peran masyarak at manapun T4 (Penanga nan dan Pengelol aan Sampah Belum Optimal) Respon

Untuk menjawab hal tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menganalisis bagaimana kebutuhan pelatihan di dalam perusahaan terhadap kaitannya dengan

RESEPSI PENGGEMAR TERHADAP KARAKTER HELLO KITTY DITINJAU DARI NILAI IMAJI KAWAII.. (STUDI KASUS 4 ANGGOTA KOMUNITAS PENGGEMAR HELLO KITTY SURABAYA)

Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru bahasa Indonesia dapat melaksanakan pembelajaran aspek kebahasaan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa terutama dalam hal

Salah satu dari tuntutan tersebut adalah penggunaan struktur rangka pemikul momen khusus yang lebih luas untuk bangunan yang terletak di katagori desain seismik D,E dan

Pemberian AMP-Mg pada berbagai tingkat dosis pada larv a udang galah tidak berpengaruh terhadap laju perkembangan larva, persentase post larva dan tingkat kelangsungan hidup

Penurunan besar modulus elastisitas disebabkan karena homogenitas Al 2 O 3 pada matriks Cu dalam komposit Cu/Al 2 O 3 semakin berkurang seiring dengan meningkatnya

menunjukkan bahwa kadar klorofil menurun dibandingkan dengan kontrol, kadar klorofil total paling rendah pada daun Lagerstromea speciosa Pers.dengan kandungan Pb tinggi yaitu