• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB.V. Keswan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Situs Resmi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumatera Barat BAB.V. Keswan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SUB DINAS BINA KESEHATAN HEWAN

A. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

Pada tahun 2007 Seksi Pengamatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewantelah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

Dana APBD

1. Pemberantasan Penyakit SE Khusunya di Kab. Kep. Mentawai

Pelaksanaan Kegiatan :

Kegiatan dilaksanakan di Kab. Kepulauan Mentawai dengan pembelian vaksin sebanyak 10.000 dosis. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas Pos keswan yan ada di Kep. Mentawai.

Hasil ;

 Terkoordinasinya pelaksanaan pencegahan dan

pemberantasan penyakit SE

 Terlindunginya ternak dari penyakit SE dan terjaminnya kesehatan masyarakat veteriner

2. Penaggulangan Wabah Flu Burung Peksanaan Kegiatan :

Kegiatan ini dilaksanakan pada 8 Kab./Kota di Sumatera Barat, waktu pelksanaan yaitu Februari s/d Juni 2007. dana yang tersedia untuk kegiatan ini semula adalah sebesar Rp. 100.000.000,- setelah perubahan adalah sebesar Rp. 200.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 191.482.420,- (95.74%) dan realisasi fisik sebesar 99.97%.

Hasil

 Terkoordinasinya pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit Flu Burung (AI)

 Terlindunginya ternak dari penyakit Flu Burung (AI) dan terjaminnya kesehatan masyarakat veteriner.

Dana APBN

1. Peningkatan Produksi,Produktifitas dan Mutu Produk Peternakan

Dana yang tersedia untuk kegiatan ini sebesar Rp. 357.010.000,-kegiatan fisik telah berjalan 100% yang diperuntukan untuk : a. Administrasi Kegiatan

(2)

kegiatan untuk melaksanakan adminstrasi umum guna kelancran kegiatan Program Peningkatan ketahan Pangan.

Hasil :

Kelancaran pelaksanaan Administrasi Kegiatan

Pelaksanaan dan pelaporan kegiatan tepat waktu dan akurat.

b. Coaching Penanggulanagn Penyakit Reproduksi

Salah satu faktor penyebab kegagalan kebuntingan terna-ternak yang telah di IB adalah terjadinya gangguan reproduksi sepert endometritis ringan sampai berat. pada ternak-ternak yang bersangkutan. Kegiatan ini berupa pelaksanaan Coaching/pembekalan tata cara pengisian kuesioner tentang penanggulangan penyakit reproduksi untuk 70 orang petugas kabupaten/kota yang menangani reproduksi ternak, serta pemberian biaya operasional pelaporan untuk petugas reproduksi.Tujuan kegiatan adalah untuk Pemecahan masalah dalam penanggulangan penyakit reproduksi dilapanagan serta meningkatkan kinerja petugas reproduksi.

Hasil :

70 Orang orang petugas kabupaten/kota sudah memahami tatacara penanggulanagna penyakit reproduksi.

Menurunnya kasus penyakit reproduksi

2. Pengendalian Wabah Flu Burung Pada Hewan

Dana yang tersedia untuk kegiatan ini sebesar Rp.762.518.000,-, kegiatan fisik telah mencapai 100% terdiri dari

a. Pemberantasan Flu Burung

Untuk pemberantasan Flu Burung tersedia dana sebesar Rp.416.858.000,- dengan rincian pelaksanaan :

Vaksinasi

Diperuntukan untuk Biaya Operasional Pelaksanaan Vaksinasi Avian Influenza kepada vaksinator yang melaksanakan vaksinasi melalui kabupaten/kota sebanyak 500.000 dosis selama 12 bulan. Tujuan kegiatan untuk mencegah berkembangnya Penyakit Avian Influenza terutama di Propinsi Sumatera Barat, mencegah penularan penyakit flu burung dari ternak ke manusia,serta mencapai Sumatera Barat bebas dari Penyakit Avian Influenza.

Hasil :

Menurunnya keamtian ternak yang disebabkab oleh penyakit AI sebanyak sebanyak 50%

Manfaat :

(3)

Biosecurity

Diperuntukan untuk pengadaan peralatan untuk pengendalian flu burung dan menghadiri Rapat Koordinasi Penyakit Hewan Menular di Pusat.Tujuan kegiatan agar terlaksananya pengendalian flu brung serta terarahnya koordinasi kebijakan-kebijakan dalam pemberantasan flu burung.

Hasil :

Menurunnya kematian ternak unggas yang disebabkan oleh kasus AI sebesar 50%

Surveilance

Kegiatan ini merupakan kegiatan survey kejadian penyakit pada tahun berjalan

Dengan step kegiatan berupa coahcing petugas selanjutnya diadakan pengambilan sampel kelapangan. Tujuan kegiatan untuk pengendalian penyakit flu burung dan untuk mengetahui lebih dini kejadian penyakit hewan menular.

Hasil

Dari 2100 jumlah sampel yang diambil; didapat hasi bahwa ; Daerah yang porsentasenya tertular AI:

tinggi : 48% rendah: 32 % 0 : 20 %

b. Rapat Koordinasi AI Propinsi

Kegiatan ini berupa pelaksnaan pertemuan koordinasi antara Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat dengan petugas Pos Keswan Kabupaten/Kota, Dokter Hewan dan instansi terkait sebanyak 100 orang dengan narasumber dari Pusat.

Tujuan kegiatannya adalah untuk mengetahui hasil pengendalian AI yang telah dilaksanakan guna mengatasi kendal/permasalahan dalam pengendalian Flu Burung.

Hasil

 Kesepakatan Langkah-langkah dalam penanggulangan AI  Menurunnya kasus AI

3. Pemberantasan Rabies

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp. 126.600.000,- yang digunakan untuk pengadaan vaksin rabies sebanyak 1000 dosis, uang lelah untuk penangkapan 300 HPR betina, monev pengendalian penyakit hewan menular serta mengikuti rapat koordinasi Rabies Tingkat Nasional. Tujuan kegiatan untuk melakukan dispopulasi dengan jalan sterilisasi HPR betina dan menurunkan kasus positif rabies di Propinsi Sumatera Barat maksimal 20%.

(4)

 Menurunnya Hewan mengigit dan korban gigitan dari hasil lab yang positif rabies : 9%

 Keamanan masyarakat terjamin.

B. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan (P2H)

Tugas pokok seksi Pengamatan Penyakit Hewan adalah : 1. Membimbing pengamatan penyakit hewan.

2. Pencatatan dan pembuatan data tentang penyakit hewan. 3. Penyidikan epidemiologi penyakit hewan

4. Membimbing pendirian, pengolahan dan rujukan laboratorium kesehatan hewan.

Pada tahun 2007 Seksi Pengamatan Penyakit Hewan telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

I. Pengamatan Penyakit Hewan.

Pelaksanaan pengamatan penyakit hewan yang utama berada dibagian petugas lapangan seperti tenaga kesehatan hewan di kecamatan. Tenaga kesehatan hewan tersebut berada di bawah bimbingan Dokter Hewan yang berwenang di wilayah tersebut dan Dokter Hewan yang bertugas pada Pos Kesehatan Hewan. Hasil pengamatan penyakit dari Dokter Hewan tersebut di atas dilaporkan ke Dinas Peternakan Propinsi.

Selama tahun 2007 kejadian penyakit hewan menular yang dapat dipantau di Sumatera Barat adalah :

- Avian Influenza/Flu Burung

- Anaplasmosis

- Cocsidiosis

- Chronic respiratory diasease

- Fascioliasis

- Rabies

- Salmonellosis

- Scabies

- Septichaemia epizooticae

- Theileriosis

Dari hasil pemeriksaan BPPH Wilayah II Bukittinggi penyakit hewan yang dapat termonitor sebagai berikut:

Kejadian penyakit Anaplasmosis sebanyak ... 6 kasus.

(5)

Kejadian penyakit Bovine Ephemeral Fever sebanyak... 0 kasus. Kejadian penyakit CRD sebanyak ... 0 kasus. Kejadian penyakit Facioliosis sebanyak... 0

kasus.

Kejadian penyakit Scabies sebanyak... 0 kasus. Kejadian penyakit SE sebanyak ... 30

kasus.

Kejadian penyakit Theleriosis ... 7 kasus. Kejadian penyakit Rabies sebanyak...

121kasus. Kejadian penyakit Avian Influenza/AI ... 69

kasus

Kejadian penyakit Salmonella ... 25 kasus.

1) Surveilans Antibodi AI

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan Penyidikan dan Pengamatan Penyakit secara dini sebagaimana tahun yang lalu, melaksanakan pengambilan sample darah unggas untuk pemeriksaan Titer Antibodi AI, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan vaksinasi dilapangan.

Tahun 2007 ini Dinas Peternakan melaksanakan Survweilans Antibodi AI sebanyak 5000 sample dengan hasil sebagai berikut

:

Tabel. 5.1. Hasil Surveilance Antibodi AI/Flu Burung Pada Kab/Kota.

No. Kab/Kota

Titer Antibodi AI pemerik BPPV Jumlah

Periksa

BPPV SamplRusak Jml Ket.

(6)

Kota Sawahlunto 48/21,52% 77/35,65% 241/91,59 %

-73/33,80 % 8/3,05%

-66/30,55% 13/4,96%

-Jumlah 2589 955 1836 5.380 63 5.44

3

Prosentase 48,02% 17,40% 33,43% - 1,15

% 100

Kesimpulan

Dari seluruh lokasi sampling hanya 33,43% yang menghasilkan Titer Antibodi Protektif setelah dilakukan vaksinasi dan 65,42% tidak Protektif, sedangkan 1,15% sample rusak. Dari sample yang diperiksa sebanyak 4.868 sample yang telah dilaksanakan vaksinasi sebelum pengambilan sample

Dari sample tersebut diatas, sudah termasuk tambahan pengambilan sample sebanyak 400 sample untuk Kota Padang yang dana operasional untuk bahan dan pengambilannya diambilkan dari biaya pemerfiksaan PCR 10 sample yang tidak dilaksanakan.

Seperti tahun 2006 yang lalu, Secara umum hasil dari pengujian sample Surveilance Antibodi AI ini, belum menunjukkan hasil yang Protektif/Aman untuk semua daerah yang telah dilaksanakan vaksinasi, oleh karena itu seharusnya dilakukan vaksinasi ulang secara baik dan berkala.

2) Surveilans Antraks di Kab. Kep. Mentawai

Surveilans Antraks dilaksanakan di Kab. Kep. Mentawai, mengingat Kab. Kep. Tersebut pernah terjangkit Penyakit Antraks pada tahun 1986, setelah kejadian tersebut dilaksnakan vaksinasi Antraks selama 5 tahun bertuirut-turut dan terus dipantau dan tidak ada kasus lagi di. Kep. Mentawqai tersebut. Mengingat Sifat kuman Antraks yang tahan hidup didalam tanah puluhan sampai ratusan tahun, oleh karena itu dikhawatirkan oleh gerusan ombak atau penggalian tanah dan sebagaiannya, maka dilaksanakan Surveilans Antraks pada tahun 2007 . dan hasil dari Surveilans tersebut tidak ditemukan lagi tanda tanda yang mengarah kepada penyakit Antraks/hasil Survei sample terlampir.

3) Deklerasi Rencana Pembebasan Sumatera Barat dari Brucellosis.

(7)

dengan ujian RBT. Oleh karena itu Dinas Peternakan telah melaksanakan Rencana Pembebasan Sumatera Barat dari brucellosis, dengan mengadakan Pertemuan dengan Kab/Kota yang membidangi Fungsi Peternakan dengan mengudang Prof. Drh. Setiawan Budiharsa, Phd, Pakar Penyakit Brucellosis dari Universitas Gajah Mada beserta Tim BPPV Reg. II. Bukittinggi yang telah menangani penyakit Brucellosis selama ini di Sumatera Barat. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desembner 2007 di Hotel Muara Padang.

Setelah mempelajari dan mendiskusikan dengan berbagai pihak menyangkut Pembebasan Sumatera Barat dari Brucellosis ini, telah keluar Rekomendasi sbb :

 Rekomendasi dari Prof. Drh. Setiawan Budiharsa, MPH, PhD Guru Besar Dosen/Pakar dari UGM

 Rekomendasi Daerah Bebas Brucellosis Sementara dari BPPV Reg. II Bukittinggi No. 50/LB.410/F5.B/01/2008 tanggal 8 Januari 2008.

 Surat Rekomendasi Pembebasan Sementara dari brucellosis dari Direktur Jenderal Peternakan No. 24/PD.610./F/02/2008 tanggal 19 Pebruari 2008.

Dengan pelaksanaan Surveilans secara terus menerus semenjak tahun 2002 s/d 2005 yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Aktif Servis BPPV Reg. II Bukittinggi dengan hasil negatif (0) setelah dicermati oleh Pakar Brucellosis dan dukungan pemeriksaan yang akurat dari BPPV Reg. II Bukittinggi, Maka Dinas Peternakan bersama sama dengan Pakar dan Dinas Instansi terkait akan melaksanakan Pembebasan Sumatera Barat dari Penyakit Brucellosis. Tentunya harus didukung dengan Peraturan Peraturan yang berlaku dan dipatuhi oleh semua pihak yang terkait.

Selain oleh Petugas Kecamatan, pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPV) Wilayah II Bukittinggi dan Laboratorium Kesehatan Hewan Simpang Empat Pasaman. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat dan petugas Kab/Kota serta Pos Pos Keswan dengan dukungan dana Satker APBN tahun 2007 ini, melakukan kegiatan Surveilance Antibodi AI dan Surveilance Epidemiolagi AI sebanyak 5000 ekor.

Surveilance Epiodemiologi AI yaitu daerah yang dinyatakan belum tertular target pengambilan sample sebanyak 1100 sample, yang dilaksanakan pada daerah yang dianggap belum tertular yaitu Kab. Pasaman. Kab. Pes. Selatan dan Kab. Solok Selatan.

(8)

Tabel.5.2. Jumlah sample Surveilance Epidemiologi AI yang diperiksa sebanyak 950 sample

No Kab/Kota Titer Antibodi pemeriksaan BPPV sample

rusak

Jumlah 915 145 89 14 1163

Prosentase 93,18 3,21 3,15 0,45 100

Dari hasil pemeriksaan pada daerah yang dianggap belum tertular menunjukan adanya hasil Antibodi yang tinggi, yaitu diatas 16. Hal ini menunjukan bahwa daerah ini telah terpapar dengan penyakit Virus AI/Flu Burung, dengan demikian daerah tersebut terdeteksi adanya virus Flu Burung/AI. Oleh karena itu daerah tersebut perlu segera diwaspadai dengan melaksanakan Bio Securyti yang ketat dan melakukan vaksinasi serta Lalu Lintas ternak perlu diwaspadai.

2. Pemetaan Penyakit Hewan Untuk Menentukan Status terjadi pada semua daerah kab/Kota, tapi hanya bersifat Sporadis dan tidak terjadi gejolak dan korban jiwa dan terjadinya hanya pada waktu musim penghujan serta tidak terjadi penularan secara besar besaran. Pada tahun ini setiap ada kasus kematian unggas yang mengarah kepada gejala Flu Burung/AI lansung dimusnahkan pada area kejadian. Pada tahun 2007 ini dimusnahkan sebanyak 20.063 ekor/2.122 KK.

2. Kasus penyakit Rabies hampir merata terjadi disetiap Kab./Kota di Sumatera Barat. Kab./Kota yang tertinggi kasus Rabies diantaranya Kab. Solok 93 kasus, disusul oleh Kab. Pasaman 54 kasus dan Kab. Swh/Sijunjung 37 kasus dan menyusul pada urutan keempat tertinggi pada Kab. Agam 33 Kejadian penyakit Rabies tertinggi selama tahun 2007 pada bulan Februari, Mei dan November.

3. Kasus penyakit Thelleriosis pada umumnya terjadi di Kab. Padang Pariaman hanya terjadi 5 kasus.

(9)

5. Kasus penyakit Anaplasmosis terjadi di Kab. Agam 6 kasus pada bulan Agustus 2007.

6. Kasus penyakit ND tidak banyak terjadi pada tahun 2007 ini,hanya terdapat di Kab. Pesisir Selatan sebanyak 1549 kasus. 7. Kasus penyakit Fascioliasis terjadi di Kab. Padang Pariaman,

sebanyak 4 kasus.

8. Kasus penyakit hewan menular lainnya seperti Babesiosis pada ternak sapi di Kab. Sawahlunto/Sijunjung dan Kota Sawahlunto, Cocsidiosis pada ternak sapi dan kerbau di Kab. Pesisir Selatan dan Kab. Agam, Salmonellosis pada ternak sapi di Kab. Pesisir Selatan, Scabies pada hewan kesayangan (anjing) di Kota Padang dan Bukittinggi.

Selama tahun 2007 Sub Dinas Kesehatan Hewan telah melaksanakan pengamatan dini dengan memprioritaskan beberapa penyakit yang bersifat strategis dan ekonomis yakni penyakit Avian Influenza dan SE dan Penyakit Rabies di seluruh kab./kota terutama daerah “Lokal Area Specifik”.

Kasus kejadian penyakit Avian Influenza/AI, yang sangat marak-marak dan populer sekarang, terjadi hampir semua daerah Kab/Kota di Sumatera Barat, dan tindak lanjut dari Dinas Peternakan dan Pemda Kab/Kota sebagian daerah yang tertular telah melaksanakan vaksinasi dan bio securiti yang ketat, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pada daerah yang dinyatakan belum tertular, tindakan yang dilakukan adalah pelaksanaan Bio securiti yang ketat dan pengawasan lalu lintas ternak yang ketat dari dari daerah tertular.

Seluruh Kab./Kota di Propinsi Sumatera Barat sudah termasuk dalam Lokal Area Specifik penyakit Avian Influenza/AI Penanganan kasus ini telah dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi dan bio securiti dan lalu lintas ternak yang ketat. terhadap daerah yang belum tertular.

3. Standarisasi Laboratorium Kesehatan Hewan.

Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat mempunyai Laboratorium Kesehatan Hewan Tipe C Simpang Empat Kab. Pasaman yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Laboratorium ini berfungsi melayani daerah Pasaman dan sekitarnya. Kegiatan Laboratorium Tipe C Simpang Empat diantaranya pemeriksaan spesimen dan pelayanan kesehatan hewan. Adapun hewan yang diperiksa antara lain sapi, kerbau, kambing dan anjing. Jumlah spesimen yang diperiksa selama tahun 2006 sebanyak 1.365 spesimen dengan rincian preparat ulas darah sebanyak 650 spesimen dan faeces sebanyak 650 spesimen. Dan organ 66 sample Untuk lebih jelasnya pemeriksaan spesimen di Laboratorium Tipe C Simpang Empat dapat dilihat pada tabel 2.

(10)

No Jenis Spesim

en

Jenis Hewan Sapi Kerba

u Kambing Anjing Kucing Kera 1.

2. 3.

Darah Faeses

Organ 600

-52 63

-28 32

-62

-2

-2

Hasil pemeriksaan faeces pada Laboratorium Tipe C Simpang Empat dapat terdeteksi penyakit Fascioliasis pada ternak sapi sebanyak 9 ekor, ternak kambing 1 ekor dan Paramphistomiasis pada ternak sapi sebanyak 101 ekor dan kerbau sebanyak 20 ekor 17 ekor Disamping itu laboratorium Simp. Empat juga telah melakukan pemeriksaan sample Rabies yang dilakukan secara Seller, dimana ditemui kasus positif Rabies sebanyakn sebanyak 54 kasus.

Pada awal tahun 2006, sudah sudah ada UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Hewan, merupakan pelayanan masyarakat dalam hal sebagai berikut :

Pengaman bahan pangan asal hewan yang dikonsumsi masyarakat, dalam hal ini Lab. Kesmavet telah memeriksa sample sebanyak 450 sample. Dari hasil pemeriksaan terhadap sample bahan pangan asal hewan tersebut terdapat hasil yang yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.

4. Meningkatkan Kewaspadaan terhadap Penyakit Eksotik dalam Rangka Perlindungan Wilayah.

Dalam menghadapi global dan regionalisasi dengan diberlakukannya perdagangan bebas dan semakin terbukanya hubungan lalu lintas antar negara, maka akan menimbulkan dampak kemungkinan yang lebih besar lolosnya penyakit hewan menular dari luar negeri (Penyakit Eksotik) masuk ke Indonesia, termasuk ke Sumatera Barat. Kewaspadaan terhadap masuknya penyakit eksotik ini perlu lebih ditingkatkan karena banyaknya ditemukan kasus daging impor ilegal di beberapa propinsi lain di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya kemungkinan tersebut, maka Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melakukan peningkatan kewaspadaan dengan semua jajaran peternakan di Sumatera Barat, diantaranya tindakan antisipasi melalui penolakan dan tindak karantina oleh pihak karantina hewan, pengamatan penyakit yang aktif di daerah-daerah perbatasan dan daerah-daerah rawan lainnya secara reguler berkoordinasi dengan BPPH Wilayah II Bukittinggi.

5. Melaksanakan Koordinasi dengan Pihak Karantina Hewan.

(11)

karantina dari luar Sumatera Barat ke wilayah Sumatera Barat, mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dari suatu area ke area lain di wilayah Sumatera Barat serta mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari wilayah

Sumatera Barat.

Kegiatan yang dapat dipantau adalah pemasukan/pengeluaran hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan dari dan ke Propinsi Sumatera Barat, baik melalui angkutan laut maupun udara. Sedangkan yang melalui jalan darat masih belum dapat Barat diperoleh data lalu lintas hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan yang masuk ataupun keluar propinsi sumatera Barat seperti terlihat pada tabel 5.4, 5.5, dan 5.6. dibawah ini.

Tabel.5.4.

Ekspor/Impor Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil

Bahan Asal Hewan Propinsi Sumatera Barat Tahun 2007.

No

. Komoditi/Jenis Volume Asal/Tujuan Keterangan

(12)

an

Tabel.5.5.Pemasukan Domestik Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan ke Propinsi Sumatera Barat Tahun 2007.

No. Komoditi/Jenis Volume Asal Keterangan

1.

Tabel.5.6.Pengeluaran Domestik Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dari Propinsi Sumatera Barat Tahun 2007.

No. Komoditi/Jenis Volume Tujuan Keterangan

1.

(13)

Dengan berjangkitnya penyakit Avian Influenza/AI di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, dalam hal ini untuk lebih meningkatkan lagi keterampilan petugas teknis dilapangan menanggulangi penyakit Avian Influenza/AI, dinas Peternakan Sumatera Barat melaksanakan Pelatihan Persiapan Surveilance Antobodi AI, dengan dukungan dana Satker Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat tahun 2007, terutama meningkatkan keterampilan dalam pelaksanaan pengambilan sample untuk kegiatan Surveilance tersebut.

Materi Pelatihan

Materi yang disampaikan dalam Pelatihan Persiapan Antibodi AI/Flu Burung ini antara lain :

1. Strategi Penanggulangan AI/Flu Burung di Sumatera Barat 2. Teknik Diagnosa Penyakit AI/Flu Burung dan Differensial

Diagnosa

3. Tata cara pengambilan, pengolahan dan pengiriman sample AI/Flu Burung (serum,swab, organ dan sebagainya) 4. Pratek pengambilan sample (dalam kelas dan dilapangan)

Narasumber

Narasumber dalam Pelatihan Persiapan Surveilance Antibodi AI/Flu Burung ini berasal dari:

1. Sub Dinas Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat

2. Balai Penyidikan Pengujian Veteriner (BPPV) Reg. II Bukittinggi 3. Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. 50 Kota, Dinas Peternakan

Kab. Solok dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Padang

Dari 4 materi yang disampaikan pelajaran termasuk praktek dan teori di kelas.

Hasil yang diharapkan dalam Latihan Persiapan Persiapan Surveilance Antibodi AI ini antara lain :

1. Agar peserta lebih terampil melaksanakan pengambilan sample untuk kegiatan Surveilance Antibodi AI

2. Agar pesrta lebih terampil dalam penggunaan peralatan yang digunakan dalam mendeteksi keberadaan virus penyakit Avian Influenza pada seuatu daerah.

3. Langkah dan tindakan yang akan diambil apabila ditemukan ternak unggas sakit.

4. Tindakan atau langkah yang diambil apabila ditemukan kasus atau wabah penyakit hewan menular pada ternak/unggas

(14)

6. Agar petugas semakin terampil dan cakap dalam menangani hal-hal yang menyangkut kesehatan hewan, terutama dalam menangani kasus penyakit AI/Flu Burung.

7. Informasi Kesehatan Hewan)

Selama tahun 2007 Sub Dinas Kesehatan Hewan telah telah menerbitkan Buleti Informasi Kesehatan Hewan yang diberi judul “ MEDIA VETERINER” Ranah Minang, yang terbit 2 x setahun. Yang memuat berita/media tentang Penanganan kesehatan hewan populer dan berita-berita lain yang berkaitan tentang perkembangan dan kemajuan perternakan di Indonesia.

Pada tahun 2007 ini, diterbitkan media veteriner Ranah Minang, Edisi VIII sebanyak 450 Examplar dan Edisi IX sebanyak 450 examplar.

Demikian Laporan Pengamatan Penyakit ini dibuat, agar dapat dipedomani pada tahun tahun yang akan datang. Kritik dan saran diharapkan demi tercapainya kemajuan untuk semua.

(15)

C. Seksi Pengawas Obat Hewan (POH)

Dalam rangka pengawasan obat hewan meliputi penyimpanan, peredaran guna menjaga mutu dan kualitas obat hewan, mencegah terjadinya penyalahgunaan obat hewan serta membimbing usaha di bidang obat hewan, pada tahun 2007 telah dilaksanakan kegiatan sebagai berikut :

1. Pembinaan dan Pengawasan Obat Hewan

Pada tahun 2007 telah dikeluarkan izin usaha Depo obat hewan sebanyak 10 unit. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel.5.7.Daftar Depo Obat Hewan yang Dikeluarkan Izin Usahanya Tahun 2007

N

o PerusahaanNama Alamat Nama Pemilik Penanggung Jawab Dikeluarkan Tgl

1. Depo CV. Morus

Agung Jl. Gandaria No. 19 Padang Drs. H. IsmedSyaf Drh. Erinaldi 30-01-2007

2. CV. Warzuqni Jorong Sei. Kambut Kenagarian IV Koto

Pulau Punjung

H.

Sukardimanto Drh. Kenedy.H 27-03-2007

3. CV. Flora Alinia

Pratama Jl. Dr. Sutomo No. 37 C Padang Drs. H. Marlis Drs. M. Syahrial, Apt 10-04-2007

4. CV. Aidil Putra

Persada Komp. Parupuk Raya Blok E/14 Padang

Zuldawati Drh. Nurhayati 10-04-2007

5. CV. Jasa

Mandiri Jl. Raya Salido Painan Kab. Pesisir Selatan

Hengky Winner Drh. Eni Dwi

Purwanti 27-06-2007

6. CV. Gito Perdana Sejahtera

Jl. S. Parman

No. 227 Padang Nurwilis Nurwilis, Apt 18-04-2007

7. CV. Prima Satwa

Mandiri

Nagari Jopang Manganti Kab. 50 Kota

Matrizal Drh. Efliana 18-07-2007

8. V. Citra Rikson Jl. Jhoni Anwar 69

Lapai Padang H. Anas. Z., S Sos Drh. Sovia Hariyeni 21-06-2007

9. CV. Jangkar

Mas Jl. Pinus II No. 12 Lolong Belanti Elvianty. S Drh.Raffles 18-07-2007

10

. PT. Denai Jaya Mandiri Jl. Lintas Sumatera Km 2 Pulau Punjung Dharmasraya

(16)

Hasil pembinaan dan pengawasan terhadap Cabang Distributor dan Depo obat hewan ditemukan beberapa Depo tidak aktif dan penanggung jawab belum melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Beberapa Depo sudah harus memperpanjang izin usahanya. Pemecahan masalah yang dilakukan menyurati Kabupaten/Kota se Sumatera Barat untuk mendata ulang toko dan depo obat hewan di wilayah masing-masing.

2. Pengambilan dan Pengiriman Sampel Obat Hewan

Pengawasan obat hewan merupakan suatu upaya atau kegiatan yang harus dilaksanakan mengingat saat ini perkembangan pengadaan, penyimpanan, peredaran dan pemakaian obat hewan semakin meningkat. Dengan demikian kegiatan pengambilan dan pengiriman sampel obat hewan tujuannya adalah mengetahui kualitas obat hewan.

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli dan Desember 2007, dengan mengambil sampel pada Depo dan toko obat hewan di Kab. Limapuluh Kota, Kota Payakumbuh dan Kota Padang. Sampel obat hewan yang diambil sebanyak 10 sampel terutama antibiotik dan vitamin untuk ternak unggas dan hewan besar terdiri dari : Therapy dan Pirivet yang diambil dari Wiwi Poultry Shop (Kota Padang), Pirivet dan Therapy dari Dunia Baru PS (Kota Padang), Sulfamix dari Rajawali PS (Kota Padang), Injectamin, Colibact Bolus dari CV. Sarana Mandiri (Kota Padang), Piroxy, Vet Oxy SB dari Nusantara PS (Kota Payakumbuh) dan Pirivet dari 124 PS (Kab. Limapuluh Kota). Sampel dikirim ke Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH) di Gunung Sindur – Bogor. Pengujian yang dilakukan meliputi uji fisik (warna dan produk asing), identitas, uji keasaman, toksisitas abnormal dan uji potensi/kadar. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPMSOH seluruh sampel (10 sampel) yang diperiksa memiliki persyaratan mutu sesuai standar dan memenuhi syarat. Manfaat dari kegiatan ini adalah terjaminnya kwalitas obat hewan yang terdapat di Depo maupun toko di Kota Padang, Payakumbuh dan Kab. Limapuluh Kota.

3. Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Pelayanan Medik yaitu :

1) Pembinaan Poskeswan

(17)

(Kepala Poskeswan) dan 2 (dua) orang Paramedis. Saat ini dari 47 Poskeswan yang ada, yang mempunyai tenaga Medis hanya 30 poskeswan. Tenaga Medis tersebut terdiri dari 21 orang PNS dan 9 orang honor dan paramedis 75 orang (66 orang PNS dan 9 orang honor).

Bantuan yang diterima tahun 2007 dari dana Pusat kerjasama dengan PT Sanbe berupa kendaraan roda empat. Kendaraan ini diserahkan ke Kota Padang sebagai Poskeswan keliling.

Tahun 2007 Poskeswan Kota Solok diusulkan menjadi Poskeswan Teladan dalam Lomba Agribisnis Peternakan Tingkat Nasional dan masuk 5 besar.

2) Insentif Petugas Poskeswan (Tenaga Medis dan Paramedis)

Pemberian insentif petugas Poskeswan (Tenaga Medis dan Paramedis) merupakan operasional aktif servis petugas Medis dan Paramedis dengan tujuan :

a. Merangsang gairah kerja petugas.

b. Petugas di Poskeswan dapat melaksanakan pelayanan kesehatan hewan yang profesional kepada masyarakat.

Insentif diberikan kepada 1 (satu) orang tenaga Medis dan 2 (dua) orang Paramedis di 30 Poskeswan se Sumatera Barat. Pelaksanaan pemberian insentif aktif servis tenaga Medis dan Paramedis terhitung mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Hasil yang diperoleh :

a. Laporan pelaksanaan aktif servis di lapangan setiap bulan. b. Rencana pengobatan terhadap ternak masyarakat untuk

kegiatan yang akan datang.

c. Proses pelayanan kesehatan hewan di Poskeswan dapat berjalan lebih baik dengan terlaksananya aktif servis.

3) Sosialisasi AI ke Sekolah

Sosialisasi AI ke sekolah dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular khususnya AI. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan siswa megetahui tanda-tanda penyakit AI, tindakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana pencegahannya. Sosialisasi dilaksanakan oleh petugas Poskeswan di Kabupaten/Kota dengan target 571 sekolah dan terlaksana sebanyak 579 sekolah. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel.5.8. berikut.

Tabel.5.8. Data Pelaksanaan Sosialisasi AI di Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota Poskeswan SLTA SLTP SD Ponpes

1. Kab. Tanah Datar Lintau &

(18)

-2. Kab. Solok Solok - - 28

-3. Kab. Padang Pariaman Sungai Sariak 1 4 35 2

4. Kab. Dharmasraya Sitiung 6 10 - 3

5. Kab. Pesisir Selatan Sutera 1 4 30

-6. Kab. Pasaman Lubuk sikaping - 1 9

-8. Kab. Solok Selatan Muara Labuh 1 1 56

-9. Kab. Pasaman Barat Kinali & Ranah

Batahan 10 20 3

-10. Kab. Swl Sijunjung Muaro Sijunjung 5 12 28

-11. Kota Padang Lubuk Begalung - - 80

-12. Kota Bukittinggi Bukittinggi - - 60

-13. Kota Solok Solok - - 27

-14. Kota Pariaman Pariaman - 3 27

-Jumlah 24 55 495 5

4) Pelatihan Kader Vaksinator

Pelatihan Kader Vaksinator untuk kabupaten Kepulauan Mentawai dilaksanakan sebagai upaya mempersiapkan petugas vaksinator ternak, untuk mengantisipasi penyakit hewan menular (PHM) pada ternak terutama penyakit Septicemia Epezootica/ngorok. Sedang tujuannya adalah meningkatkan pelayanan kesehatan hewan, terutama dalam pengendalian penyakit hewan menular pada hewan. Pelatihan Kader Vaksinator Kabupaten Kepulauan Mentawai

dilaksanakan tanggal 12 – 15 Maret 2007 bertempat di Gedung Pertemuan SLB Jl. Gandaria No. 16 Padang. Peserta pelatihan adalah Petugas Kecamatan dan masyarakat yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Mentawai. Pedidikan peserta pada umumnya SLTA/SNAKMA sederajat, bahkan ada yang DIII dan S1. Jumlah

peserta sebanyak 20 orang dengan rincian sebagai berikut : Petugas Kecamatan sebanyak 5 orang, Masyarakat Kab. Kep. Mentawai berasal dari Kecamatan Siberut Utara sebanyak 3 orang, Kecamatan Sipora (5 orang), Kecamatan Siberut Selatan (4 orang), Kecamatan Pagai Utara Selatan ( 3 orang).

(19)

D. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)

Tugas pokok dari seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Seksi Kesmavet) antara lain adalah :

1. Mengumpulkan data dan bahan yang berkaitan dengan pelaksanaan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

2. Menyiapkan bahan yang berkaitan dengan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

3. Menyiapkan pedoman tentang pelaksanaan, pembinaan, dan pengembangan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

4. Membuat rencana dan Program seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.

5. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam pelaksaan kegiatan.

6. Menyiapkan bahan pengaturan pelaksanaan pengawasan mutu produk peternakan sesuai ketentuan yang berlaku.

7. Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan dan kegiatan yang berhubungan dengan Kesehatan Masyarakat Veteriner.

8. Melaksanakan pengawasan dan mengevaluasi program dan kegiatan dalam rangka pelaksanaan perlindungan konsumen dalam mengkonsumsi Bahan Asal Hewan dan Hasil Asal Hewan.

9. Menyiapkan bahan pedoman dan persyaratan pelaksanaan pemotongan Hewan.

10. Melaksanakan penyimpanan berkas kerja data dan bahan menurut ketentuan yang berlaku.

11. Melaksanakan pengetikan surat seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner.

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan pemimpin.

Kegiatan Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner TA. 2007 adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan Dan Pemeriksaan Sampel Susu Dan Daging (APBN)

Pelaksanaan Kegiatan

Pengambilan sampel dilaksanakan secara aktif oleh Petugas Pengambil Contoh/Sampel (PPC) Kab./Kota. Sampel yang diambil dari peternakan sapi perah dan daging berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH).

Pemeriksaan Laboratorium terhadap sampel susu dan daging adalah cemaran mikroba, residu antibiotika dengan metode uji screening menggunakan kuman standar terhadap antibiotika golongan Penicilline, golongan Tetracycline, golongan glikosida yaitu :

 Uji Screening Residu Antibiotika  Uji Cemaran Mikroba :

1. Total plate count (TPC) 2. Jumlah Kuman E. Colli

(20)

4. Jumlah kuman S. aureus

5. Kualitatif Salmonella sp.

Lokasi dan Waktu/Jadwal Pengambilan Sampel

Tabel 5.9. Lokasi dan Jadwal Pengiriman Sampel Susu dan Daging

SAMPEL SUSU

Kab./Kota/Pasar dan Nama

Pemilik/Farm Alamat

Periode & Tgl Pengambilan Sampel

I II

0

2

-4

-0

7

1

6

-4

-0

7

3

0

-4

-0

7

1

4

-5

-0

7

0

4

-6

-0

7

1

8

-6

-0

7

Kota Pdg Panjang

1 Deslia Sulastr,

S.Pt Pdg. Panjang 5 - - - - 5

Kota Padang

1 Emi Alai Parak Kopi 5 - - - - 5

Kab. Tanah Datar

1 Talago Susu IX Koto 5 - - - - 5

Jumlah Sampel Susu 15 - - - 15

SAMPEL DAGING Kota Padang

1 RPH Padang Padang - 5 5 -

-Kota Pdg. Panjang

1 RPH Pdg. Pjg Pdg. Panjang - 5 5 -

-Kota Pariaman

(21)

-Kab. Tanah Datar 1 RPH

Batusangkar Batusangkar - - 5 - 5 -Kota Solok

1 RPH Solok Solok - - 5 - 5

-Kota

Payakumbuh

1 RPH Pyk Payakumbuh - - 5 - 5

-Kota Bukittinggi

1 RPH Bkt Bukittinggi - - 5 - 5

-Jumlah Sampel Daging - 1 5

2 0

1 5

2 0

-Jumlah Sampel yg diterima BPPV 1 5

1 5

2 0

1 5

2 0

15

Hasil dan Kegiatan

Jumlah sampel daging yang diambil untuk tahun 2007 sebanyak 70 sampel dan susu sebanyak 30 sampel dengan hasil

pemeriksaan sebagai berikut :

Tabel.5.10. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kota Padang

Jenis Pengujian Nilai Periode Jumlah %

I II

TPC < BMCM 0 0 0 -

> BMCM 5 5 10 100

Coliform < BMCM> BMCM 41 32 73 70 30

E. Coli < BMCM> BMCM 41 50 91 90 10

Staph. Aureus < BMCM> BMCM 50 50 100 100 -

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100 Residu

(22)

Tabel.5.11. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kota Padang Panjang.

Jenis Pengujian Nilai PeriodeI II Jumlah %

TPC < BMCM> BMCM 05 05 100 - 100

Coliform < BMCM> BMCM 41 14 55 50 50

E. Coli < BMCM> BMCM 41 50 91 90 10

Staph. Aureus < BMCM> BMCM 41 50 91 90 10

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100

Residu Antibiotika ( + ) 0 0 0 - ( - ) 5 5 10 100

Tabel.5.12. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kota Pariaman. Jenis Pengujian Nilai PeriodeI II Jumlah % TPC < BMCM> BMCM 05 05 100 - 100

Coliform < BMCM> BMCM 32 50 82 80 20

E. Coli < BMCM> BMCM 50 50 100 100 -

Staph. Aureus < BMCM> BMCM 32 50 82 80 20

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100

(23)

Tabel.5.13. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kab. Tanah Datar.

Jenis Pengujian Nilai PeriodeI II Jumlah %

TPC < BMCM> BMCM 14 05 19 10 90

Coliform < BMCM> BMCM 32 23 55 50 50

E. Coli < BMCM> BMCM 50 23 73 70 30

Staph. Aureus < BMCM> BMCM 50 50 100 100 -

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 -

( - ) 5 5 10 100

Tabel 5.14. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kota Solok.

Jenis Pengujian Nilai PeriodeI II Jumlah %

TPC < BMCM> BMCM 05 23 28 20 80

Coliform < BMCM> BMCM 50 32 82 80 20

E. Coli < BMCM> BMCM 50 23 73 70 30

Staph. Aureus < BMCM> BMCM 50 50 100 100 -

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100 Residu

(24)

Tabel.5.15. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Payakumbuh.

Jenis Pengujian Nilai PeriodeI II Jumlah %

TPC < BMCM> BMCM 05 05 100 - 100

Coliform < BMCM> BMCM 23 41 64 60 40

E. Coli < BMCM> BMCM 41 32 73 70 30

Staph. Aureus < BMCM> BMCM 50 50 100 100 -

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 -

( - ) 5 5 10 100

Tabel 5.16. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kota Bukittinggi.

Jenis Pengujian Nilai PeriodeI II Jumlah %

TPC < BMCM> BMCM 05 05 100 - 100

Coliform < BMCM> BMCM 14 23 37 30 70

E. Coli < BMCM> BMCM 50 50 100 100 -

Staph. Aureus < BMCM> BMCM 50 50 100 100 -

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100 Residu

Antibiotika

( + ) 0 0 0 -

(25)

Tabel.5.17.

Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan

Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel

Susu dari Kota Padang Panjang.

Jenis Pengujian Nilai Periode Jumlah %

I II

TPC < BMCM 3 3 6

60 > BMCM 2 2 4 40

Coliform

< BMCM 0 0 0 -

> BMCM 5 5 10 100

E. Coli < BMCM> BMCM 05 05 100 - 100

Staph. Aureus < BMCM 5 5 10 100

> BMCM 0 0 0 -

Salmonella sp ( + )( - ) 05 05 100 - 100

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 -

( - ) 5 5 10 100

Tabel.5.18. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Susu dari Kota Padang.

Jenis Pengujian Nilai

Nama

Peternak Jumlah %

I II

TPC

< BMCM 0 0 0 -

> BMCM 5 5 10 100

Coliform < BMCM 5 0 5

50 > BMCM 0 5 5 50

E. Coli < BMCM 2 0 2

(26)

> BMCM 3 5 8 80

Staph. Aureus

< BMCM 5 4 9 90

> BMCM 0 1 1 10

Salmonella sp

( + ) 0 0 0 -

( - ) 5 5 10 100

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 -

( - ) 5 5 10 100

Tabel.5.19.

Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan

Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel

Susu dari Kab. Tanah Datar.

Jenis Pengujian Nilai PeternakNama Jumlah %

I II

TPC

< BMCM 0 5 5 50

> BMCM 5 0 5 50

Coliform < BMCM 5 2 7

70 > BMCM 0 3 3 30

E. Coli

< BMCM 2 0 2 20

> BMCM 3 5 8 80

Staph. Aureus

< BMCM 5 3 8 80

> BMCM 0 2 2 20

Salmonella sp

( + ) 0 0 0 -

( - ) 5 5 10 100

Residu Antibiotika

( + ) 0 0 0 -

(27)

Hasil Kegiatan Pengambilan Sampel Susu dan daging : 1. Dapat Mengetahui derajat cemaran mikroba dan residu

antibiotika pada susu dan daging di suatu wilayah (Kab/Kota) 2. Untuk menccegah beredarnya produk pangan asal hewan

yang tidak memenuhi syarat yang dapat mengancam kesehatan konsumen.

3. Untuk melakukan tindakan perbaikan terhadap kondisi higiene dan sanitasi.

4. Untuk meningkatkan kualitas dan mutu produk pangan asal hewan (susu dan daging).

2. Pertemuan Pembinaan Dan Pemberdayaan Pengawas Kesmavet Dan PPNS (APBN)

Pelaksanaan Kegiatan

Dalam upaya penegakan Perundang-undangan maka dituntut peran PPNS dan Pengawas Kesmavet untuk memperoleh keamanan pangan. Oleh karena itu harus ada koordinasi antara PPNS Propinsi dan Kab./Kota dengan Pengawas Kesmavet di Daerah. Untuk itu perlu kiranya PPNS dan Pengawas Kesmavet ditingkatkan kemampuan/skil/keahlian, manajerial sehingga pemahaman perundang-undangan lainnya dapat dipahami secara benar dan baik sehingga PPNS dan Pengawas Kesmavet yang ada dapat diberdayakan dalam menghadapi tantangan yang sering ditemui gangguan keamanan pangan.

Lokasi Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan

Pertemuan pembinaan dan pemberdayaan Pengawasan Kesmavet dan PPNS dilaksanakan selama 1 (satu) hari yaitu tanggal 16 Agustus 2007 bertempat di Hotel Bumi Minang Jl. Gereja Padang.

Hasil yang dicapai selama pertemuan

Peserta pelatihan berjumlah 25 (dua puluh lima) orang telah dapat menerima materi dengan baik dan sangat antusias serta dapat mengikuti pertemuan tersebut sampai selesai dengan kondisi sehat dan lengkap. Sesuai dengan materi pelajaran yang direncanakan sebanyak 3 materi telah dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Narasumber Pertemuan Pembinaan dan Pemberdayaan Pengawas Kesmavet dan PPNS berasal dari :

1. Direktorat Kesmavet Jakarta.

2. Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat 3. Korwas PPNS POLDA Propinsi Sumatera Barat

(28)

Materi Pertemuan Pembinaan dan Pemberdayaan Pengawas Kesmavet dan PPNS terdiri dari :

1. Kenijakan Pemerintah dalam Pemberdayaan Pengawas Kesmavet dan PPNS

2. Pemberdayaan Pengawas Kesmavet dan PPNS dalam Mewujudkan Keamanan Pangan Asal Hewan (PAH).

3. Kebijakan Pengawas Kesmavet dan PPNS Sumatera Barat. 4. Sistem Koordinasi Penyidik Polri dengan PPNS Kab./Kota.

5. Sistem Koordinasi PPNS Kota Pariaman dan Kota Payakumbuh dengan Penyidik Polri.

Peserta pertemuan telah dapat memahami peranan dan tugas Pengawas Kesmavet dan PPNS di daerah masing-masing dalam rangka mengujudkan jaminan keamanan Pangan yang ASUH serta menghasilkan rumusan sebagai berikut :

1. Pengawas Kesmavet di kabupaten/kota agar melakukan pengawasan dan pembinaan kepada pelaku usaha PAH.

2. Perlu meningkatkan koordinasi antara Polri, Pol PP, PPNS dan Pengawas Kesmavet.

3. Menganggarkan dana untuk operasional pengawasan dan penindakan produk pangan asal hewan ilegal di masing-masing kabupaten dan kota.

4. Perlu pengalokasian anggaran di masing-masing kab/kota untuk penambahan personel PPNS dan Pengawas Kesmavet.

Hasil

Pertemuan pembinaan dan pemberdayaan Pengawasan Kesmavet dan PPNS berguna untuk mengevaluasi kegiatan pengawasan Kesmavet di Kab/Kota serta meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait lainnya.

3. Workshop Peduli Asuh Dalam Rangka Peningkatan Keamanan Produk Hewan - Program Peduli Asuh (APBN)

Pelaksanaan Kegiatan

Ketersediaan pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) merupakan manifestasi kongkrit dari salah satu sasaran pembangunan di bidang keamanan pangan. Ketersediaan pangan yang ASUH dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan tidak sesuai dengan keyakinan masyarakat.

Lokasi Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan

Workshop Peduli ASUH dalam rangka Peningkatan Produk Hewan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 13 - 15 Agustus 2007 bertempat di Hotel Bumi Minang Jl. Gereja Padang.

Hasil dari Kegiatan

(29)

se-Sumatera Barat, Petugas yang membidangi Keswan/Kesmavet, Kepala Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Ketua Asosiasi Pedagang Daging, Distributor Pangan Asal Hewan (PAH), Pimpinan Rumah Pemotongan Unggas Skala Kecil (RPU SK), Fast Food dan Pengusaha/Pengolah Pangan Asal Hewan (PAH) telah dapat menerima materi dengan baik dan sangat antusias serta dapat mengikuti Workshop sampai selesai dengan kondisi sehat dan lengkap. Sesuai dengan materi pelajaran yang direncanakan sebanyak 10 materi baik teori maupun praktek telah dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Materi Workshop Peduli ASUH dalam rangka Peningkatan Produk Hewan terdiri dari :

1. Pembinaan Hygiene Sanitasi Pada Unit Usaha PAH untuk Mendapatkan NKV

2. Evaluasi Unit Pangan Asal Hewan (PAH)

3. Peranan Pemeriksaan Lab. Dalam Rangka Menunjang PAH yang ASUH.

4. Tekhnis Hygiene – Sanitasi RPH/RPU.

5. Tekhnis Hygiene – Sanitasi Usaha Budidaya Unggas Petelur (Farm).

6. Tekhnis Hygiene – Sanitasi Usaha Distribusi Daging.

7. Tekhnis Hygiene – Sanitasi pada Usaha Pengolahan Pangan Asal Hewan

8. Tekhnis Penerapan dan Pengajuan NKV. 9. Penilaian Kontrol Veteriner pada RPH/RPU.

10.Praktek Penilaian unit PAH untuk Mendapatkan NKV

Praktek dilaksanakan di Rumah Pemotongan Unggas (RPU) Skala Kecil (SK) Durian Tarung dan Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Bandar Buat Padang yang dibimbing oleh Auditor NKV dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat

Narasumber Workshop Peduli ASUH dalam rangka Peningkatan Produk Hewan berasal dari :

1. Direktorat Kesmavet Jakarta.

2. Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat. 3. Kepala BPPV Reg. II Bukittinggi.

4. Kasubdin Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

5. Kasubdin Bina Usaha Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

6. Kasi Kesmavet Subdin Keswan Dinas Peternakan Propinsi Subar.

Peserta Workshop Peduli ASUH telah dapat memahami dan mengecek/menilai Kelayakan Dasar Unit PAH yang dapat memenuhi persyaratan hygiene sanitasi untuk mendapatkan NKV serta menghasilkan rumusan sebagai berikut :

(30)

Sumatera Barat yang tidak lagi memenuhi persyaratan hygiene-sanitasi, perlu segera dilakukan upaya pembenahan berupa relokasi, renovasi atau pembangunan baru RPH/RPU, dan pembinaan kesmavet terhadap unit usaha pangan asal hewan dalam aspek hygiene veteriner, melalui alokasi dana dari APBN, APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota guna menghasilkan daging yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

2. Dalam mengakselerasi upaya Pemerintah Daerah menjamin status ASUH pangan asal hewan yang mengacu kepada konsep aman dari peternakan hingga dikonsumsi (safe from farm to table), perlu segera menindaklanjuti Permentan No. 381/2005 tentang Sertifikasi Kontrol Veteriner Untuk Unit Usaha Pangan Asal Hewan dengan Per Gub. Propinsi Sumatera Barat.

3. Dalam rangka pembinaan unit usaha pangan asal hewan yang mampu mendapatkan sertifikat NKV, perlu ditingkatkan pembinaan kesehatan masyarakat veteriner dan komitmen bersama antara pemerintah daerah dan pelaku sehingga pada tahun 2012 seluruh unit usaha pangan asal hewan di Sumatera Barat sudah memiliki NKV. Sementara itu unit usaha yang telah dibina namun tetap berada di level IV akan ditutup.

4. Perlu segera diidentifikasi kondisi hygiene-sanitasi unit-unit usaha pangan asal hewan (RPH/RPA, Kios Daging, Cold Storage, Farm Unggas Petelur, dll) di Sumatera Barat sebagai dasar penyusunan program sertifikasi NKV (road map).

5. Perlu dilakukan sosialisasi Peduli ASUH termasuk kepedulian memilih produk-produk ber NKV kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengkonsumsi daging ASUH.

hasil dari Kegiatan

Meningkatkan pengetahuan, kepedulian, kesadaran dan partisipasi masyarakat baik produsen, pedagang/importir maupun konsumen serta meningkatkan citra positif terhadap produk pangan hewani yang ASUH melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

4. LAPORAN PELAKSANAN KEGIATAN PENGAWASAN LALU LINTAS HEWAN/BAH/HBAH

Pelaksanaan Kegiatan

Sumatera Barat memiliki pintu masuk dari propinsi tetangga seperti Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu dengan melalui kabupaten yang berbatasan langsung dengan propinsi tersebut.

(31)

Mengingat kebutuhan terhadap komoditi ternak tersebut meningkat setiap tahunnya maka akan menyebabkan Propinsi Sumatera Barat meningkatnya pula lalulintas Hewan, BAH dan HBAH ke dalam wilayah Sumatera Barat maka semakin membuka peluang bagi kemungkinan masuk dan menyebarnya penyakit hewan yang berbahaya/menular yang dapat merusak kelestarian sumberdaya alam/hayati (hewan/ternak) dan atau dapat mengganggu kesehatan manusia. Hal ini cukup berpotensi karena selain posisi Sumatera Barat yang berbatasan dengan berbagai propinsi di Sumatera.

Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan pengawasan lalulintas hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan adalah 5 (lima) pintu masuk (entry point) ke Sumatera Barat.

1. Rao Mapat Tunggul (Kab. Pasaman) 2. Kiliran Jao (Kab. Dammasraya) 3. Pangkalan (Kab. 50 Kota)

Waktu Pelaksanaan

Kegiatan pengawasan Lalulintas Hewan, Bahan Asal hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dilaksanakan 12 (dua belas) bulan antara bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2007.

Kegiatan ini didukung oleh Dana APBN (DIPA TA 2007) untuk monitoring dan evaluasi check point sedangkan dari dana APBD TA 2007 untuk biaya operasional Kabupaten (1 orang) dan Kecamatan 3 orang (Petugas Peternakan Kecamatan, Polisi dan LLAJR /Perhubungan).

Hasil Pengawasan Lalulintas Hewan, BAH dan HBAH dan Monev Check Point

a. Tim Kab. Pasaman (Pos Check Point Muaro Cubadak) Tim pengawasan lalulintas hewan Kab. Pasaman telah melaksanakan kegiatan pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Desember 2006. Pos Muaro Cubadak berada di Kecamatan Rao yang berbatasan dengan Kab. Mandahiling Natal merupakan pintu masuk ke Sumatera Barat bagi Propinsi Sumatera Utara.

Pemasukan

(32)

Selama pelaksanaan tim pengawasan lalulintas Hewan di Kab. Pasaman telah terjaring dari semua jenis angkutan seperti Truk Cold Dissel, truk bak terbuka, roda enam, Cold. L 300 dan Zebra Pick Up, Espas Pick Up.

Pengeluaran

Pengangkutan hewan antar Propinsi (Propinsi Sumatera Barat ke Sumatera Utara) adalah Sapi jantan 145 ekor, sapi betina 104 ekor, kerbau jantan 33 ekor, kerbau betina 16 ekor, kambing jantan 19 ekor, kambing betina 36 ekor, ayam potong 39.780 ekor, ayam afkir 13.284 ekor, babi 14 ekor ayam buras 30 ekor , kuda betina 2 ekor dan anjing 151 ekor yang memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Transit

Sedangkan Pengangkutan Hewan dan Bahan Asal Hewan yang berasal dari Propinsi lain lewat Muaro Cubadak menuju Sumatera Utara adalah Babi 1.423 ekor, Sapi jantan 4 ekor, sapi betina 89 ekor, kerbau jantan 8 ekor, kambing jantan 8 ekor, kambing betina 8 ekor, ayam potong 1100 ekor serta daging babi 42.053 kg yang dilengkapi Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Setelah tim Propinsi turun dalam kegiatan pengawasan lalulintas ini maka diberikan pengarahan dan petunjuk kepada tim Kabupaten :

1. Jika tidak dapat melengkapi dokumen sekurang-kurangnya surat kesehatan hewan/Bahan asal hewan maka Hewan dan bahan asal yang masuk harus ditolak.

2. Tim check point agar lebih tegas lagi terhadap DOC yang masuk ke Sumatera Barat untuk melengkapi Surat Kesehatan Hewan yang menyatakan bahwa DOC Parent Stock tidak terjadi Kasus AI sejak 30 hari terakhir yang dinyatakan oleh dokter Hewan pemerintah.

Hasil monitoring, pengawasan dan pemantauan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat selama tim menjalankan tugas tidak ditemukan pemasukan hewan, BAH dan HBAH yang akan dapat membawa penularan penyakit dari tetangga ke Propinsi Sumatera Barat.

b. Tim Kab. Sawahlunto Sijunjung (Pos Check Point Kiliran Jao)

Tim pengawasan lalulintas hewan Kab. Sawahlunto Sijunjung telah melaksanakan kegiatan pada Bulan Januari sampai dengan Desember 2006.

(33)

Sumatera Barat bagi Propinsi tetangga seperti Palembang, Jambi, Lampung, Pekanbaru dan Propinsi lainnya.

Selama pelaksanaan tim pengawasan lalulintas Hewan di Kab. Sawahlunto Sijunjung telah menjaring semua jenis angkutan seperti Truk Cold Dissel, truk bak terbuka, truk yang membawa sapi, Babi dan daging Babi.

Pemasukan dan Transit

Lalulintas ternak/hewan selain terjadi antar daerah kab/kota, juga sebagian besar terjadi antar propinsi. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa pemasukan Ternak/Hewan antar Kab/Kota /propinsi yaitu terlihat Sapi Jantan sebesar 628 ekor dan sapi betina sebesar 202 ekor.

Selanjutnya bila dilihat dari aspek transit hewan dan pangan asal hewan antar Propinsi yang melalui Check Point Kiliran Jao adalah 114 ekor sapi jantan, sapi betina sebanyak 176 ekor, 15 ekor Babi serta 3 ton daging babi.

Selama tim melakukan pemeriksaan pada tahun 2006 tidak ditemukan pengeluaran hewan dan produk hewan yang dibawa dari Sumatera Barat ke Propinsi lain melalui Check Point Kiliran Jao.

Pengangkutan hewan dan pangan asal hewan antar Propinsi dilengakapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Setelah tim Propinsi melakukan Monitoring dan evaluasi ke Kiliran Jao diiberikan beberapa masukan kepada tim antara lain :

1. Pengawasan yang ketat secara terkoordinasi dengan instansi terkait terhadap seluruh kegiatan transportasi terutama dari propinsi/daerah tertular.

2. Untuk mencegah kemungkinan pemasukan yang tidak terpantau oleh petugas Check point maka petugas Dinas Peternakan dilapangan harus difungsikan untuk melaksanakan pengawasan dan pemantaun lalulintas.

Hasil monitoring, pengawasan dan pemantauan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat selama tim menjalankan tugas tidak ditemukan pemasukan hewan, BAH dan HBAH yang akan dapat membawa penularan penyakit dari tetangga ke Propinsi Sumatera Barat.

(34)

yang berbatasan dengan Kab. Bangkinang (Propinsi Riau) merupakan pintu masuk ke Sumatera Barat bagi Propinsi Riau.

Selama pelaksanaan tim pengawasan lalulintas Hewan di Kab. 50 Kota telah terjaring dari semua jenis angkutan seperti Truk dan L 300

Pemasukan

Berdasarkan data yang ada maka pemasukan ternak ke Propinsi Sumatera Barat melalui Check Point Pangkalan adalah DOC sebanyak 310.000 ekor yang berasal dari Medan yaitu PT Charon Pockpan, sapi jantan 2 ekor dan Kerbau jantan sebanyak 5 ekor yang dilengkapi Surat Keterangan Kesehatan Hewan. Sedangkan Pakan sebanyak 199 ton yang berasal dari Medan.

Pengeluaran

Propinsi Sumatera Barat dengan Propinsi Riau melakukan pengawasan lalulintas bersama maka produk dari Sumbar yang belum memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan harus segera mengurusnya. Hal ini harus dipenuhi karena tim pengawasan lalulintas Riau menolak dengan tegas/ tidak boleh memasuki wilayah Riau bagi produk yang tidak memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan.

Adapun pengeluaran ternak ke Propinsi Riau berupa ayam potong 30.520 ekor, Ayam buras 830 ekor, sapi jantan 47 ekor, sapi betina 21 ekor, Kerbau jantan 31 ekor, Kerbau betina 4 ekor dan ayam afkir 805 ekor. Sedangkan pengeluaran produk hewan berupa telur ayam sebanyak 780.500 butir dan telur puyuh 115. 200 butir. Limbah peternakan (tahi ayam) yang dibawa ke Riau sebanyak 10.000 ton.

Hasil monitoring, pengawasan dan pemantauan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat diberikan beberapa arahan:

1. Tim Check point agar lebih meningkatkan pengawasan lalulintas dilapangan, hal ini dapat dilihat dari arus lalulintas ternak yang masuk tidak semuanya terawasi dan terlaporkan. Terlebih dengan masuknya daging ilegal ke Sumatera Barat yang tidak terawasi.

(35)
(36)

Gambar

Tabel. 5.1. Hasil Surveilance Antibodi AI/Flu Burung Pada Kab/Kota.Titer Antibodi AI pemerik BPPV
Tabel 5.9. Lokasi dan Jadwal Pengiriman Sampel Susu dan Daging
Tabel.5.13. Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan ResiduAntibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kab
Tabel 5.16.  Data Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Residu Antibiotika Lokasi Pengambilan Sampel Daging dari RPH Kota Bukittinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN PANITIA PENGADAAN BARANG DAN JASA KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN ANGGARAN 2013 TENTANG PENETAPAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG PEKERJAAN

Sehubungan dengan Pelelangan e-Lelang Pemilihan Langsung Paket Pekerjaan Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Aceh Tenggara Sumber Dana

Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan Konseling....FE-UI, 1994... Cintavhati Poerwoto, Bimbingan dan

Seminar Nasional Kimia

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2013 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Apabila perusahaan berhasil dalam menjalankan bisnisnya maka beban tetap dari hutang tersebut dapat ditutup dengan laba yang diperoleh perusahaan, namun jika

Dengan ini kami mengundang saudara untuk mengikuti pelelangan dengan metode Pengadaan Langsung, dengan data-data seperti tersebut dibawah ini :. Daftar

Kepada peserta yang keberatan atas penetapan pemenang ini, diberikan kesempatan untuk. mengajukan sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) hari, dimulai