BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Sugiyono (2012: 6) mengatakan bahwa “Metode penelitian pendidikan dapat
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”. Arikunto (2011: 25) mengungkapkan bahwa “Pada dasarnya metode yang digunakan dalam penelitian
pendidikan ditinjau dari segi tujuan dapat kita kelompokkan ke dalam tiga
golongan yaitu metode deskriptif, metode historis, dan metode eksperimen”.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkedalikan (Sugiyono, 2010: 71). Dalam metode ini, terdapat
beberapa bentuk desain penelitian yang antara lain Pre-Experimental,
True-Experimental, Factorial True-Experimental, dan Quasi Experimental. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Pre-Experimental design. Menurut Sugiyono
(2010: 107): “Dikatakan Pre-Experimental design karena desain penelitian ini
belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel
luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi, hasil
eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independen”.
Bentuk Pre-Experimental design ada beberapa macam yaitu, One-Shot Case
Study, One-Group Pre-test – Post-test Design, dan Intact-Group Comparison
(Sugiyono, 2010: 110). Dalam penelitian ini digunakan One-group Pre-test -
Post-test design. One-group Pre-test - Post-test design yang merupakan
pengembangan dari metode One-Shot Case Study, yaitu dengan cara melakukan
satu kali pengukuran sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (One-Shot Case
Study, tidak menggunakan Pre-test). One-group Pre-test – Post-test design
24
selanjutnya dilakukan observasi hasilnya, akan tetapi sebelum diberi perlakuan
terlebih dahulu diberikan pre-test untuk mengetahui kondisi awal (Sugiyono,
2010: 110). Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas eksperimen.
Kelas eksperimen akan diberikan Pre-test terlebih dahulu sebelum diberikan
perlakuan (treatment) dalam hal ini perangkat lunak Path Planning Tool sebagai
media pembelajaran, kemudian kelas eksperimen akan diberikan Post-test setelah
mendapatkan perlakuan tersebut.
Menurut Sugiyono (2010: 111), secara sederhana desain penelitian One Group
Pre-test-Post-test design dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test-Post-test Design
Pre-test Treatment Post-test
O1 T O2
Keterangan:
O1 : merupakan tes awal (Pre-test) yang dilakukan sebelum diberikannya
perlakuan (treatment) media pembelajaran menggunakan perangkat lunak
Path planning tool.
T : merupakan perlakuan (treatment), yaitu penggunaan perangkat lunak Path
planning tool sebagai media pembelajaran
O2 : merupakan tes akhir (Post-test) yang dilakukan setelah diberikannya
perlakuan (treatment) menggunakan media pembelajaran perangkat lunak
Path planning tool dalam proses pembelajaran.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 80). Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah pebelajar kelas XII bidang studi
keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMK Unggulan Terpadu PGII
Bandung.
Menurut Sugiyono (2011: 81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel
25
dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 124). Teknik ini
sangat cocok digunakan dalam penelitian ini, karena sampel yang digunakan
hanya pebelajar kelas XII Kompetensi Keahlian Teknik Jaringan Akses di SMK
Unggulan Terpadu PGII Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 20 pebelajar.
Sampel ini diambil karena adanya kesesuaian antara materi pelajaran yang
diperoleh pebelajar pada kelas tersebut dengan konten yang terdapat pada media
pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini perangkat lunak Path planning tool.
3.3 Waktu Penelitian
Waktu kegiatan selama penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Waktu Penelitian
Tahap Penelitian
Maret, Minggu ke-
April, Minggu ke-
Mei, Minggu ke- 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Persiapan Pelaksanaan
Akhir
Penelitian berlangsung selama 13 minggu (2 Maret 2014 - 17 April 2014) dari
mulai tahap persiapan, tahap pelaksanaan sampai tahap akhir penelitian. Pada
tahap persiapan dilakukan kegiatan studi pendahuluan dan pengamatan selama
empat pekan, kemudian tahap pelaksanaan penelitian dilakukan selama empat
pekan, dan tahap akhir penelitian dilakukan selama lima pekan.
3.4 Variabel Penelitian
“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011: 38). Secara teoritis
variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan
obyek yang lain. Dengan kata lain, variabel merupakan sebagian atau keseluruhan
yang menjadi ciri khusus dari objek penelitian untuk kemudian dipelajari oleh
26
Kerlinger dalam Sugiyono (2011: 38) mengatakan bahwa: “variabel adalah
konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Di bagian lain Kerlinger
menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari
suatu nilai yang berbeda (different values)”. Selanjutnya Kidder (1981),
menyatakan bahwa: “variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya”.
Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu:
3.4.1Variabel Independent (X)
“Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia variabel ini sering disebut variabel bebas, yaitu
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependent” (Sugiyono, 2011: 39). Dalam penelitian ini
variabel independent atau Variabel bebasnya adalah penggunaan perangkat lunak
Path planning tool sebagai media pembelajaran.
3.4.2Variabel dependent (Y)
“Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat, yaitu variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”
(Sugiyono, 2011: 39). Dalam penelitian ini variabel dependent atau variabel
terikatnya adalah hasil belajar pebelajar pada kompetensi dasar konfigurasi sistem
jaringan akses radio bergerak/ mobile.
3.5 Prosedur dan Alur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap analisis data. Adapun alur penelitian yang dilakukan yaitu
sebagai berikut:
3.5.1Tahap Persiapan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan yaitu:
A. Penelitian awal, pada penelitian tahap awal ini dilakukan survey untuk
mengetahui kondisi pembelajaran, metode serta media yang digunakan dalam
27
B. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori - teori yang akurat
mengenai permasalah yang akan diteliti.
C. Pembuatan instrument penelitian.
D. Melakukan uji coba instrument.
E. Melakukan uji validitas instrument.
F. Penyusunan skenario pembelajaran.
3.5.2Tahap Pelaksanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan yaitu:
A. Memberikan tes awal (pre-test), pre-test ini dilakukan untuk mengetahui
pemahaman awal pebelajar sebelum diberikan treatment.
B. Memberikan treatment, treatment ini merupakan proses pembelajaran
menggunakan perangkat perangkat lunak Path planning tool sebagai media
pembelajaran pada kompetensi dasar menjelaskan konfigurasi sistem jaringan
akses radio bergerak / mobile.
C. Memberikan tes akhir (pos-ttest), pos-test ini dilakukan untuk mengetahui
peningkatan pemahaman pebelajar setelah diberikan treatment.
3.5.3Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, dilakukn analisis terhadap data - data yang diperoleh dari
penelitian di lapangan dan pembuatan laporan penelitian. Adapun gambaran
umum dari alur penelitian ditunjukan oleh gambar 3.1.
28
3.6 Paradigma Penelitian
Untuk memperjelas langkah atau alaur penelitian maka dibuatlah paradigma
penelitian dengan menggunakan kerangka penelitian sebagai tahapan kegiatan
penelitian secara keseluruhan.
Sugiyono (2012: 66) mengungkapkan bahwa “paradigma penelitian
merupakan pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan
diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang
perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan
hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan
digunakan”.
Adapun paradigma penelitian yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
3.7 Instrument Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 153), “secara garis besar penelitian instrumen
pengumpul data dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain tujuan penelitian,
sampel penelitian, lokasi penelitian, waktu dan data”. Dalam penelitian ini,
instrumen yang digunakan yaitu instrument tes hasil belajar (Pre-test - post-tes)
yang digunakan untuk pengambilan data hasil belajar (ranah kognitif) pebelajar.
Sebelum instrumen tes digunakan terlebih dahulu dilakukan beberapa pengujian,
29
3.7.1Uji Coba Instrumen Penelitian Ranah Kognitif
A. Uji Validitas
Instrument yang valid berarti penggunaan alat ukur yang tepat. Valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Arikunto (2010: 59), sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat
mengukur apa yang hendak diukur.
Guna mengatahui tingkat validitas instrument tes yang digunakan yaitu berupa
soal-saol pre-tes dan post-tes, maka digunakan rumus korelasi product moment
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi untuk menunjukan tingkat
validitas ditunjukan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Instrumen
Koefisiean Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < rXY≤ 1,00 Sangat Tinggi
Selanjutnya, setelah koefisien korelasi diketahui maka dilakukan uji
signifikansi guna mengetahui validitas setiap butir soal. Uji signifikansi dilakukan
dengan menggunakan rumus Uji t, yaitu:
30
Keterangan:
t : thitung n : banyaknya pebelajar
r : koefisien korelasi
kriteria dari Uji t adalah dengan cara membandingkan hasil thitung dengan ttabel.
Jika thitung > ttabel maka item soal dinyatakan valid. Jika thitung < ttabel maka item soal
dinyatakan tidak valid. ttabel diperoleh dari derajat kebebasan (dk) = n-2 dan taraf
signifikansi (α) = 0,05.
B. Uji Reliabilitas
“Instrument yang reliable yaitu instrument yang jika digunakan untuk beberapa kali pengukuran dengan obyek yang sama, akan memberikan hasil atau
data yang sama pula. Reliabilitas suatu tes adalah ketetapan suatu tes apabila
diteskan pada subyek yang sama” (Arikunto, 2010: 90) .
Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk menguji Reabilitas tes
yaitu menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 (K-R20) sebagai berikut:
r11 : Reliabilitas p : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
Vt : Varians total q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
k : Banyaknya soal
Untuk mencari harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus
31
Selanjutnya harga r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel product moment,
jika r11 > rtabel, maka instrumen dinyatakan reliabel. Dan sebaliknya jika r11 <
rtabel, maka instrumen dinyatakan tidak reliabel.
Interpretasi derajat reliabilitas ditunjukan oleh tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisiean Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
0,00 < r11≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010: 75)
C. Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen soal
yang dibuat termasuk kategori mudah atau sukar. Indeks kesukaran (difficulty
index) adalah bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal
(Suharsimi Arikunto, 2010: 207). Untuk mengetahui tingkat kesukaran dari setiap
item soal digunakan rumus:
(Arikunto, 2010: 208)
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya pebelajar yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh pebelajar peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Klasifikasi
0,00 < P ≤ 0,30 Soal Sukar
0,30 < P ≤ 0,70 Soal Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Soal Mudah
(Arikunto, 2010: 210)
32
D. Daya Pembeda (DP)
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 211): ”daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan pebelajar yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan pebelajar yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Angka yang
menunjukan besar atau kecilnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi.
Adapun langkah-langkah untuk mengetahui daya pembeda yaitu:
a. Mengurutkan skor total setiap pebelajar dari yang tertinggi sampai yang
terendah
b. Membentuk dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah
c. Menghitung soal yang dijawab benar dari masing-masing kelompok pada
setiap butir soal.
d. Mencari daya pembeda (D) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(Arikunto, 2010: 213)
Keterangan:
D : Daya pembeda.
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar.
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
JA : Banyaknya peserta tes kelompok atas.
JB : Banyaknya peserta tes kelompok bawah.
Sebagai acuan untuk mengklasifikasikan data hasil penelitian adalah mengacu
pada Arikunto (2010:218), yaitu seperti terlihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 < D≤ 0,20 Jelek
0,20 < D≤ 0,40 Cukup
0,40 < D≤ 0,70 Baik
0,70 < D≤ 1,00 Baik Sekali
Negatif Tidak Baik, harus dibuang
33
3.7.2Penyusunan Instrumen Observasi Ranah Afektif dan Psikomotor
Instrumen observasi pada penelitian ini digunakan untuk pengambilan data
sekunder penelitian yaitu hasil belajar ranah afektif dan psikomotor. Untuk
instrumen observasi tidak dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu. Instrumen
observasi yang digunakan adalah sebegai berikut:
A. Instrumen Observasi Ranah Afektif
Selain pengukuran ranah kognitif, dalam penelitian ini dilakukan pula
pengukuran ranah afektif pebelajar. Tujuan dari pengukuran ranah afektif menurut
Arikunto (2010) adalah:
a. Untuk mendapatkan umpan balik baik (feedback) bagi guru maupun pebelajar
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku pebelajar yang dicapai yang
antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku pebelajar,
pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus atau tidaknya
pebelajar.
c. Untuk menempatkan pebelajar dalam situasi belajar-mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik
pebelajar.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku
pebelajar.
Berdasarkan tujuan diatas, maka sasaran penilaian ranah afektif adalah
perilaku pebelajar, bukan pengetahuannya. Aspek yang dinilai dalam penilaian
ranah afektif pada penelitian ini meliputi aspek kerjasama dan keterbukaan
pebelajar dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini mengacu pada format penilaian
yang selama ini dipakai di SMK Unggulan Terpadu PGII Bandung. Acuan
pengukuran ranah afektif dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kriteria Pengukuran Aspek Afektif
Aspek yang diukur Skala Skor Kriteria
34
keterbukaan dalam
melakukan percobaan
65 <Afektif≤ 80 Baik
55 <Afektif≤ 65 Cukup
40 <Afektif≤ 55 Kurang
30 <Afektif≤ 40 Gagal
(Arikunto, 2010)
Sedangkan instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
ranah afektif pebelajar dapat dilihat pada Tabel 3.8. (Sumber: SMK Unggulan
PGII Badung)
Tabel 3.8 Instrumen Pengukuran Aspek Afektif
No. Nama Pebelajar
Aspek yang dukur Jumlah
Skor Nilai Kerjasama Keterbukaan
Hasil yang diperoleh oleh setiap pebelajar setelah pengukuran memiliki skala
0 - 100. Untuk menghitung hasil dari pengukuran setiap pebelajar digunakan
rumus:
(Arikunto, 2010)
Setelah pengukuran dilakukan terhadap seluruh pebelajar, selanjutnya dicari
nilai rata - rata untuk setiap aspek yang dinilai. Untuk menghitung nilai rata-rata
setiap aspek dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
B. Pengukuran Ranah Psikomotor
Menurut Arikunto (2010), pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap
hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur ranah psikomotor pada penelitian ini sama seperti pada penilaian ranah
afektif. Aspek yang dinilai yaitu keterampilan menggunakan perangkat lunak path
planning tool dan kerapihan dalam pembuatan laporan hasil percobaan. Acuan
dalam melakukan pengukuran ranah psikomotor dapat dilihat pada Tabel 3.9.
̅
35
Tabel 3.9 Kriteria Pengukuran Aspek Psikomotor
Aspek yang diukur Skala Skor Kriteria
Keterampilan menggunakan komputer
dan perangkat lunak path planning
tool dan kerapihan dalam
pemembuatan laporan hasil percobaan
80 <Psikomotor≤ 100 Baik Sekali
65 <Psikomotor≤ 80 Baik
55 <Psikomotor≤ 65 Cukup
40 <Psikomotor≤ 55 Kurang
30 <Psikomotor≤ 40 Gagal
(Arikunto, 2010)
Sedangkan instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
ranah psikomotor pebelajar dapat dilihat pada Tabel 3.10. (Sumber: SMK
Unggulan Terpadu PGII Bandung).
Tabel 3.10 Instrumen Pengukuran Aspek Psikomotor
No. Nama Pebelajar
Aspek yang diukur Jumlah
Skor Nilai Keterampilan Kerapihan
Hasil yang diperoleh oleh setiap pebelajar setelah pengukuran memiliki skala
0 - 100. Untuk menghitung hasil dari pengukuran setiap pebelajar digunakan
rumus:
(Arikunto, 2010)
Setelah pengukuran dilakukan terhadap seluruh pebelajar, selanjutnya dicari
nilai rata-rata untuk setiap aspek yang dinilai. Untuk menghitung nilai rata-rata
setiap aspek dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.8.1Studi pendahuluan
Studi pendahuluan atau penelitian awal ini dilakukan dilakukan sebelum
kegiatan penelitian sesungguhnya dilakukan. Maksud dan tujuan dari studi
̅
36
pendahuluan adalah untuk mengetahui hal - hal terkait sebagai penunjang
penelitian diantaranya: kondisi pembelajaran, metode serta media yang digunakan
dalam proses pembelajaran di SMK Unggulan Terpadu PGII Bandung.
3.8.2Studi literatur
Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai teori -
teori dasar yang menjadi landasan dalam penyusunan skripsi ini. Informasi
tersebut diperoleh dengan proses membaca, mempelajari, menelaah, dan mengutip
pendapat para ahli dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, skripsi, media
online, dan sumber lainnya.
3.8.3Tes
Arikunto (2010:53) menungkapkan bahwa “tes merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan”. Dalam penelitian ini digunakan tes
hasil belajar berupa tes obyektif berbentuk pilihan ganda dengan terdapat lima
alternatif pilahan jawaban yang digunakan sebagai alat pengukuran ranah kognitif.
Tes dilakukan dengan dua tahap yaitu Pre-test dan Post-test. Pre-test dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal subyek penelitian (pebelajar)
sebelum mendapat perlakuan (treatment). Sedangkan Post-test dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui perubahan kemampuan subyek penelitian (pebelajar)
setelah mendapat perlakuan (treatment).
Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.11.
Tabel 3.11 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Instrumen Jenis Data Sumber Data
Studi
Hasil belajar pebelajar sebelum dan sesudah digunakannya perangkat
37
lunak Path planning tool sebagai media pembelajaran.
3.9 Teknik Analisis Data
Proses analisis data merupakan salah satu tahap yang memiliki peranan
penting dalam proses penelitian. Proses ini dilakukan dengan mengolah data - data
yang diperoleh dari penelitian berupa data mentah menjadi data kuantitatif yang
mampu memberikan informasi yang akurat.
3.9.1Analisis data Pre-test, Post-test, dan Gain Pebelajar
Proses analisis ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pebelajar sebelum
dilakukannya treatment yang ditunjukan oleh hasil dari Pre-tes, dan setelah
diberikan hasil belajar pebelajar setelah dilakukannya treatment yang ditunjukan
oleh hasil dari Post-tes. Selain itu analisis ini juga bertujuan untuk mengetahui
ada atau tidaknya peningkatann (Gain) hasil belajar pebelajar setelah diberikan
treatment, yaitu penggunaan perangkat lunak Path planning tool sebagai media
pembelajaran. Untuk memudahakan dalam proses analisis data, maka disusun
langkah-langkah sebagai berikut:
A. Penilaian
Metode yang digunakan dalam penilaian/ pemberian skor yaitu metode
Right Only. Dengan metode ini, setiap jawaban yang benar akan mendapatkan
skor satu sedangkan jawaban yang salah atau soal yang tidak diberikan
jawaban akan mendapatkan skor nol. Kemudian total skor setiap pebelajar
akan diubah ke dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
B. Menghitung Gain
Gain adalah perubahan pemahaman sebelum diberikan treatment dengan
setelah diberikan treatment atau selisih antara nilai Post-test dengan nilai
Pre-test. Secara matematis dituliskan sebagai berikut:
38
Data Gain yang dihasilkan akan digunakan sebagai acuan data
peningkatan hasil belajar pebelajar. Perubahan gain yang terjadi dikatakan
positif atau meningkat apabila hasil perhitungan Gain bernilai positif.
Begitupun sebaliknya, Gain dikatakan negatif atau menurun apabila hasil
perhitungan Gain bernilai negatif.
C. Uji Gain yang Dinormalisasi
Gain dijadikan sebagai acuan data peningkatan hasil belajar pebelajar
setelah diberikan treatment.
Adapun skala kriteria gain yang dinormalisasi menurut Hake (1999) dapat
dilihat pada tabel 3.12.
Tabel. 3.12 Kriteria skor gain yang dinormalisasi
Skala Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
(Hake, 1999)
3.9.2Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya
hasil dari sebuah penelitian. pada penelitian ini, rumus yang digunakan untuk
mengetahui tingkat normalitas data yaitu rumus Chi-kuadrat (χ2). Sugiyono
(2012: 79), uji normalitas data dengan Chi-kuadrat dilakukan dengan cara
membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul (b,
gambar 3.4) dengan kurva normal standar/ baku (a, gambar 3.3).
Gambar 3.3 Kurva Normal Baku
39
Gambar 3.4 Kurva yang Akan Diuji Normalitasnya
Untuk menghitung besarnya nilai Chi-kuadrat, menurut Sugiyono (2012)
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
A. Menentukan jumlah kelas interval
Untuk pengujian normalitas dengan Chi-kuadrat, jumlah kelas interval
disesuaikan dengan kurva normal baku, yaitu 6 kelas interval
B. Menentukan panjang kelas interval (PK)
C. Menyusun data tabel distribusi frekuensi dengan format seperti tabel 3.13.
Tabel 3.13 Tabel distribusi frekuensi
Interval Fo Fh fo-fh (fo-fh)2
Keterangan:
fo : jumlah data hasil observasi
fh : jumlah data yang diharapkan
D. Menghitung frekuensi yang diharapkan
E. Memasukan data fh, dan menghitung harga-harga (fo – fh ) dan serta
menjumlahkannya.
merupakan harga chi-kuadrat (χ 2
)
F. Membandingkan harga chi-kuadrat hitung dengan chi-kuadrat tabel. Berlaku
ketentuan :
Taraf signifikansi 5%
Derakat kebebasan (dk = K -1) Jika χ2
hitung ≤χ2 tabel maka data terdistribusi normal Jika χ2 hitung > χ2 tabel maka data terdistribusi tidak normal
40
3.9.3Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Hipotesis deskriptif. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan Uji pihak kiri karena H0 berbunyi “lebih besar atau sama dengan”
(≥) dan Ha berbunyi “lebih kecil” (<). Langkah - langkah dalam pengujian
hipotesis yaitu:
A. Menghitung rata - rata data
B. Menghitung simpangan baku
(Sugiyono, 2012: 57)
Keterangan:
Xi : Nilai pada setiap pebelajar n : Jumlah pebelajar X’ : Nilai rata - rata s : Simpangan baku C. Menghitung harga t
(Sugiyono, 2012: 96)
Keterangan:
t : Nilai yang dihitung (thitung) S : Simpangan baku sampel
µ o : Nilai yang dihipotesiskan n : Jumlah anggota sampel
D. Melihat harga ttabel
E. Menggambar kurva
Gambar 3.5 Kurva Uji Piha Kiri
F. Meletakan kedudukan thitung dan ttabel kedalam kurva
G. Membuat keputusan uji hipotesis dengan ketentuan : apabila harga thitung
berada pada daerah penerimaan H0 (lebih besar atau sama dengan ttabel), maka
H0 diterima dan Ha ditolak.
thitung ≥ ttabel, maka H0 diterima, dan thitung < ttabel, maka H0 ditolak.
(Sugiyono, 2012: 100)
∑
√∑