KOMUNIKASI ORGANISASASI DALAM MENYEBARKAN IDEOLOGI MARHAENISME OLEH ORGANISASI GMNI (GERAKAN MAHASISWA
NASIONAL INDONESIA) DI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh: FATHUR ROZI
B06211055
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Fathur Rozi, B06211055. Komunikasi Penyebaran Marhaenisme Yang Dilakukan Organisasi GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi Ideologi. Skripsi Program Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Proses Komunikasi Anggota GMNI , Penyebaran Ideologi Marhaenisme.
Pergerakan GMNI lebih tepat sasaran dan lebih menjiwai akan tujuan organisasi itu sendiri. Dan dari segi perekrutan anggota baru, GMNI lebih mengedepankan pendekatan personal dan emosional serta tidak ada pemaksaan bagi calon anggota baru yang akan masuk ke dalam organisasi tersebut. Begitu juga tidak ada paksaan untuk mempelajari serta mengamalkan ideologi Marhaenisme yang menjadi dasar dari ideologi GMNI. Ini semua menurut pengalaman dan pengamatan dari pribadi peneliti. Dari penelitian ini penulis ingin meneliti atau mengkaji lebih lanjut mengenai komunikasi penyebaran Marhaenisme yang dilakukan oleh pengurus GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) di Surabaya dalam menjaga eksistensi ideologi yang mereka anut atau mereka ikuti.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui cara komunikasi penyebar luasan ideologi Marhaenisme pada mahasiswa baru dan masyarakat oleh pengurus atau para anggota GMNI yang ada di Surabaya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara verbal maupun non verbal dan media komunikasi yang dilakukan organisasi GMNI dalam menyebar luaskan ideologi Marhaenisme pada mahasiswa baru dan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah 5 (lima) orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching, juga triangulasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.
iii DAFTAR
ISI
COVER ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian... 20
3. Jenis dan Sumber Data ... 22
1. Komunikasi dan Efektifitas komunikasi organisasi ... 33
2. Ketepatan dan Distorsi Pesan ... 42
B. Kajian Teori ... 49
a. Profil Informan Jatayu Kresnatama ... 57
b. Profil Informan Lingga Nur Syamsu ... 58
c. Profil Informan M. Ageng Dendy Setiawan... 59
d. Profil Informan Abdullah Kafabih ... 61
e. Profil Informan Adiwira Satya ... 62
B. Deskripsi Data Penelitian ... 63
1. Komunikasi Berlangsung Dua Arah ... 63
2. Komunikasi Bermedia Atau Sekunder ... 65
3. Komunikasi Dalam Penyebaran Ideologi Marhaenisme ... 67
4. Efek Atau Feedback Dari Penyebaran Ideologi Marhaenisme .... 71
BAB IV : ANALISIS DATA ... 72
A. Temuan Penelitian ... 73
1. Tidak bertemu secara langsung ... 75
2. Adanya respon dari kedua belah pihak ... 77
3. Cara penyampaian pesan berlangsung secara formal dan informa 79 4. Pesan Sesuai Dengan Tujuan dan Target ... 80
5. Ketepatan dan Keefektifan Pesan Yang Disampaikan ... 81
6. Lebih Memperhatikan Eksistensi Ideologi Marhaenisme ... 84
B. Konfirmasi Dengan Teori ... 88
Teori Komunikasi Persuasi ... 88
C. Relevansi Temuan dalam Sudut Pandang Islam ... 92
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Umur dan Jabatan Subyek ...24
Tabel 2.1 Profil Informan 1 Jatayu Kresnatama ... 64
Tabel 2.2 Profil Informan 2 Lingga Nur Syamsu ... 65
Tabel 2.3 Profil Informan 3 M. Ageng Dendy Setiawan ... 66
Tabel 2.4 Profil Informan 4 Abdullah Kafabih ... 68
vi
DARTAR BAGAN
Bagan 1.1 KerangkaTeori ... 10
BAB I
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Marhaenisme merupakan rumusan teori perjuangan Soekarno. Namun
dewasa ini, istilah Marhaenisme sudah jarang terdengar dikalangan masyarakat
apalagi hanya sekedar untuk mengenal makna kata tersebut.
Banyak orang atau kalangan mahasiswa belajar atau mempelajari tentang
makna dan maksud dari ajaran Bung Karno yakni Marhaenisme. Namun
mereka belum menemukan apa sebenarnya inti dan kehendak dari ajaran
tersebut. Mereka tidak atau belum menemukan "benang merahnya". Dengan
demikian, maka sepertinya mereka sekedar mempelajari secara lahir tentang
perjuangan dan keberhasilan Bung Karno di masa yang silam, karena mereka
cuma mewarisi abunya sejarah bukan apinya sejarah.
Apabila setiap pengikut ajaran Bung Karno hanyalah demikian adanya,
hanya sekedar pewaris-pewaris abu sejarah belaka, alangkah sayangnya ajaran
yang brilliant itu kemudian menjadi kenangan (sekalipun
kenang-kenangan yang indah). Marhaenisme kemudian menjadi "out of date". Adalah menjadi tanggungjawab bersama untuk kembali menghidupkan jiwa ajaran
tersebut, kembali menemukan arti kebaikan bagi rakyat. Dengan demikian
Marhaenisme akan menampakkan jiwanya sebagai ajaran yang dinamis dan
selalu “up to date”.
Ideologi yang merupakan dasar suatu bangsa atau landasan berfikir pada
era modern ini. Ideologi menjadi suatu hal yang sangat sering diperbincangkan
dalam pertarungan kapital global, ideologi pancasila yang dicetuskan oleh
founding father bangsa ini memiliki nilai tawar yang relevan dalam menghadapi arus global, marhaenisme sebagai perasan dari pancasila juga
menjadi sorotan dunia, marhaenisme di sini memiliki 3 nilai dasar yakni sosio
nasionalisme, sosio demokrasi dan ketuhanan yang maha esa, sebelum
pancasila dicetuskan oleh founding father, marhaenisme sudah menjadi gagasan awal untuk menuju masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial.
Marhaenisme yang dicetuskan oleh presiden soekarno ini menjadi
landasan dan kajian tersendiri oleh sebuah organisasi mahasiswa ekstra kampus
yang menamai dirinya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( GMNI ).
GMNI yang berdiri pada tahun 1954 ini mempunyai dasar ideologi
Marhaenisme dalam bergerak dan menjalankan prinsip-prinsip organisasi,
organisasi GMNI ini selalu mengkaji dan mengkader mahasiswa-mahasiswa
baru untuk tetap menjaga dan menunjukkan eksistensi marhaenisme, dalam
proses penyebaran idelogi perlu dilakukan komunikasi yang dilakukan untuk
menarik mahasiswa baru agar mau bergabung untuk mengkaji ideologi dan
membuat eksistensi ideologi, di Surabaya sendiri GMNI masih tetap bertahan
dalam menyebar luaskan ideologi Marhaenisme kepada setiap mahasiswa baru
dan masyarakat di Surabaya.
Organisasi GMNI merupakan organisasi tertua di Indonesia setelah
dipulau Jawa terutama anggota GMNI di Surabaya. Anggota GMNI berasal
dari beberapa kampus dan dari latar belakang yang berbeda-beda. GMNI lebih
mengedepankan rasa Nasionalisme, mereka tidak membeda-bedakan suku, ras,
agama atau golongan dari masing-masing anggota. Organisasi GMNI di
Surabaya aktif dalam bidang sosial atau bakti social seperti penyadaran ke
masyarakat dengan mendirikan rumah belajar dilingkungan yang awalnya
tempat tersebut merupakan tempat tinggal yang mayoritas adalah peminum.
Berangkat dari rasa kepedulian terhadap kurang nya pendidikan di daerah
Lumumba dan sernya. Rumah belajar tersebut pengajarnya adalah para
voluntir. Selain mendirikan rumah belajar Organisasi GMNI juga melakukan
penyuluhan untuk pemilu agar tidak golput dan menyuarakan suara mereka
yang sangat berpengaruh terhadap perubahan Indonesia di masa depan. Lalu,
ada juga bakti sosial yang mana disana juga ada penyuluhan mengenai
kesehatan dan juga HIV/AIDS, disana ada penyuluhan kampanye sehat dan
juga ada pengobatan gratis.
Menurut peneliti, tiap-tiap organisasi memiliki identitas masing-masing.
Seperti organisasi GMNI misalnya lebih menekankan pada ideologi
Marhaenisme yang menurut peneliti merupakan ideologi yang bagus serta tidak
membedakan-bedakan individu. Kemudian dalam segi kenerja kepengurusan,
dalam organisasi GMNI kepengurusannya sangat terorganisir. Ini bisa dilihat
dari kedekatan pengurus-pengurus GMNI dengan pejabat-pejabat tinggi
pemerintah, padahal notabene pengurus GMNI merupakan mahasiswa yang
berorganisasi sebelum terjun ke dunia politik yang sesungguhnya jika
dibandingkan dengan pejabat-pejabat tinggi pemerintah, karena GMNI sendiri
lebih menjurus ke dunia politik namun tetap tidak lepas dengan Marhaenisme.
Kemudian dari segi pergerakan itu sendiri. Pergerakan GMNI lebih tepat
sasaran dan lebih menjiwai akan tujuan organisasi itu sendiri. Dari segi
perekrutan anggota baru, GMNI lebih mengedepankan pendekatan personal
dan emosional serta tidak ada pemaksaan bagi calon anggota baru yang akan
masuk ke dalam organisasi tersebut. Begitu juga tidak ada paksaan untuk
mempelajari serta mengamalkan ideologi Marhaenisme yang menjadi dasar
dari ideologi GMNI. Ini semua menurut pengalaman dan pengamatan dari
pribadi peneliti.
Manusia sebagai pribadi maupun mahluk sosial akan saling
berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang
beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda. Salah satu unsur untuk
berkomunikasi yakni untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial dengan orang ser, dan untuk mempengaruhi orang
lain, merasa, berfikir, atau berperilaku seperti yang telah diinginkan1.
Setiap manusia yang ada dibumi ini pasti tidak pernah terlepas dengan
yang namanya komunikasi. Mengapa demikian, karena komunikasi telah
menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu
hingga sekarang. Setiap individu akan berkomunikasi atau berinteraksi dengan
yang lainnya. Tanpa komunikasi setiap manusia tidak akan mengerti apa
1
maksud atau apa yang diingink an oleh manusia lainnya. Komunikasi akan
selalu digunakan dimana saja seperti di masyarakat, organisasi, keluarga, dan
lain-lain.
Komunikasi terjadi di dalam organisasi maupun antar organisasi, baik
yang bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin
terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi
menurut struktur komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan
komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi.
Komunikasi menjadi faktor terpenting bagi organisasi dalam mendapatkan
informasi. Kemudian dengan komunikasi yang baik maka suatu organisasi
akan dapat berjalan lancar dan begitu juga sebaliknya, kurangnya atau tidak
adanya komunikasi dapat macet atau berantakan. Tanpa komunikasi yang
efektif di antara berbagai pihak, pola hubungan yang ada pada organisasi tidak
akan bisa melayani kebutuhan seseorang atau anggota dalam organisasi
tersebut dengan baik.
Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai
tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya
komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations).
Untuk menimbulkan sebuah komunikasi paling sedikit dibutuhkan dua orang
yang saling berhubungan satu sama lain dan menimbulkan sebuah interaksi
Penyebab terjadinya komunikasi adalah karena adanya persepsi2.
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan
kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
Persepsi juga merupakan cara pandang atau penilaian seseorang terhadap objek,
dan penamaan terhadap sesuatu barang atau benda atau sifat tertentu.
Komunikasi merupakan dasar dari sebuah hubungan yang baik, maupun
hubungan buruk. Seperti dalam organisasi, komunikasi juga merupakan salah
satu dasar terpenting untuk terciptanya keharmonisan tiap-tiap anggota demi
keutuhan organisasi GMNI itu sendiri.
Dari penjelasan di atas penulis ingin meneliti atau mengkaji lebih lanjut
mengenai Komunikasi Organisasi Dalam Menyebarkan Ideologi Marhaenisme
Oleh GMNI Surabaya.
B. FOKUS PENELITIAN
Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini
tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan
permasalahan yang telah diangkat atau menjadi acuan masalah dalam
penelitian ini.
Adapun Rumusan masalah yang diambil oleh peneliti adalah :
Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan oleh organisasi GMNI
Surabaya dalam menyebarkan ideologi Marhaenisme ?
2
C. TUJUAN PENELITIAN
Dengan adanya latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan oleh peneliti. Maka tujuan penelitian dari Komunikasi
Organisasi Dalam Menyebarkan Ideologi Marhaenisme Oleh GMNI Surabaya
adalah sebagai berikut:
Mengetahui proses komunikasi yang dilakukan oleh organisasi GMNI
Surabaya dalam menyebarluaskan ideologi Marhaenisme.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini penulis mengharapkan semoga dapat memberi
manfaat :
a. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya referensi tentang hasil penelitian proses komunikasi
dalam penyebar luasan ideologi Marhaenisme, khususnya untuk
pengurus GMNI.
b. Memperkaya referensi tentang hasil penelitian proses komunikasi
dalam penyebar luasan ideologi Marhaenisme, tentunya pada
masyarakat dan mahasiswa baru.
b. Manfaat Praktis
a. Dapat digunakan sebagai pedoman bagi pengurus organisasi
GMNI untuk penyebar luasan ideologi Marhaenisme.
b. Dapat digunakan pengurus organisasi GMNI dalam menganalisis
hambatan-hambatan komunikasi yang sudah berlangsung
E. KAJIAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Dalam penelitian ini, peneliti telah mendapatkan penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini. Dari hasil kajian penelitian terdahulu maka
peneliti menjadikan hasil penelitian tersebut sebagai referensi untuk mengkaji
topik dalam penelitian ini, dan sebagai perbandingan dari penelitian yang telah
peneliti lakukan. Kajian terdahulu yang peneliti gunakan diambil dari skripsi,
jurnal dan tesis.
Pertama, peneliti menggunakan kajian terdahulu dari penelitian skripsi
milik ananda Nur Isnaini. Dalam penelitiannya tersebut berjudul Komunikasi
Unit Kegiatan Mahasiswa Mapalsa.
Dalam penelitian Nur Isnaini, penelitiannya menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh adalah melalui wawancara mendalam,
observasi, studi literatur, internet searching, juga triangulasi. Penelitian ananda Isna bermaksud ingin mengetahui bagaimana komunikasi unit kegiatan
mahasiswa MAPALSA dan faktor apa saja yang menghambat komunikasi unit
kegiatan mahasiswa MAPALSA. Dan adapaun tujuan dari penelitian tersebut
yaitu untuk mendeskripsikan dan memahami komunikasi di unit kegiatan
mahasiswa MAPALSA dan untuk mendeskripsikan dan memahami
faktor-faktor yang menghambat komunikasi unit kegiatan mahasiswa MAPALSA.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Proses komunikasi secara
kekeluargaan yang menjadikan terapan dalam organisasi ini merupakan bentuk
komunikasi terbuka bersifat informatif dalam penyampaian pesan yang sangat
pimpinan kepada bawahan, merupakan otoritas dan kebijakan seorang ketua
terhadap anggota.
Alasan peneliti menggunakan skripsi dari ananda Nur Isnaini ini
dikarenakan adanya kemiripan dari latar belakang yang diteliti,yakni sama-sam
meneliti masalah komunikasi. Namun obyek dan subyek dari penelitian nya
berbeda. Obyek penelitian ini membahas tentang komunikasi unit kegiatan
mahasiswa MAPALSA, sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang
komunikasi penyebar luasan ideologi Marhaenisme pada mahasiswa baru dan
masyarakat oleh pengurus atau para anggota GMNI yang ada di Surabaya. Dan
untuk subyek penelitian ananda Isna adalah pengurus dan anggota MAPALA,
begitu pula dengan penelitian ini subyeknya adalah pengurus dan anggota
GMNI.
Kedua, peneliti menggunakan kajian terdahulu dari penelitian model
jurnal milik ananda Roswita Mathilda Kristy. Dalam penelitiannya tersebut
berjudul Internet Sebagai Instrumen Penyebaran Ideologi Jaringan Al Qaeda.
Penelitian ini membahas tentang peran internet terhadap jaringan al
Qaeda. Hal ini didasari oleh latar belakang yang menunjukkan besarnya
pengguna internet dewasa ini. hal ini dibarengi dengan semakin meningkatnya
kejahatan cyber dan meningkatnya website-website serta video yang berisi
ajakan untuk berjihad bahkan memperlihatkan pelatihan untuk mendidik
seorang jihadis. Penelitian ini menggunakan pendekatan network organization
untuk melihat struktur yangterbentuk dalam jaringan al Qaeda dan organisasi
organisasi afiliasinya didasarkan oleh kesamaan ideologi. Internet berperan
sebagai instrumen untuk propaganda dan menyebarkan ideologi. Ketika
propaganda dan ideologi berhasil disebarkan maka struktur jaringan al Qaeda
juga akan semakin kuat. Hal ini terjadi karena struktur jaringan yang dibangun
didasarkan kepada ideologi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bentuk
organisasi al Qaeda adalah berupa jaringan. Ideologi dan propaganda yang
dibawa oleh jaringan teror al Qaeda. Hal ini terbukti dari temuan-temuan
peneliti yang menunjukkan adanya website-website yang bermuatan ideologi al
Qaeda. Selain itu juga, ditemukan adanya majalah dan video yang diproduksi
oleh rumah produksi milik al Qaeda al Fajr dan as Sahab yang tersebar di
beberapa website dan blog.
Perbedaannya adalah, penelitian yang diteliti oleh ananda Roswita
terletak pada cara penyebaran ideologinya. Yaitu menggunakan internet
sebagai alat untuk menyebar luaskan ideologi al Qaedah dengan judul Internet
Sebagai Instrumen Penyebaran Ideologi Jaringan Al Qaeda. Sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan interpersonal sebagai alat untuk
menyebar luaskan ideologi Marhaenisme. Penelitian milik ananda Roswita
dengan peneliti saat ini mempunyai persamaan yaitu sama-sama meneliti suatu
fenomena yang terjadi, kemudian menjelaskannya melalui proses komunikasi.
Berikut adalah bentuk tabel dari keterangan kajian hasil penelitian yang
Nama Peneliti Nur Isnaini Roswita Mathilda Kristy
Judul Komunikasi Unit Kegiatan
Mahasiswa Mapalsa.
Internet Sebagai Instrumen
Penyebaran Ideologi Jaringan Al
Qaeda
Tahun 2015 2012
Metode
Penelitian
Pendekatan Kualitatif Pendekatan network organization
Hasil Temuan
langsung dari pimpinan kepada
bawahan, merupakan otoritas
dan kebijakan seorang ketua
terhadap anggota.
Hasil penelitian ditemukan bahwa
internet memang digunakan untuk menyebarkan ideologi dan
propaganda yang dibawa oleh
jaringan teror al Qaeda. Hal ini
terbukti dari temuan-temuan
peneliti yang menunjukkan adanya
website-website yang bermuatan ideologi al Qaeda. Selain itu juga,
ditemukan adanya majalah dan
video yang diproduksi oleh rumah
produksi milik al Qaeda al Fajr dan
as Sahab yang tersebar di
beberapa website dan blog. Hal ini diperkuat juga dengan
terekrutnya seorang pemuda
Perancis dalam jaringan al Qaeda
lewat internet. Bukti-bukti tersebut memperlihatkan bahwa internet
merupakan instrumen yang efektif
dalam menyebarkan ideologi dan
propaganda karena sifatnya yang
anonim, cakupan audiens yang luas,
serta biaya yang dikeluarkan untuk
Tujuan
Penelitian
Untuk mendeskripsikan dan
memahami komunikasi di unit
kegiatan mahasiswa MAPALSA
dan untuk mendeskripsikan dan
memahami faktor-faktor yang
menghambat komunikasi unit
kegiatan mahasiswa
MAPALSA.
Untuk mengetahui bagaimana
gambaran resiliensi pada remaja
yang mengalami broken home serta
mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi pencapaian
resiliensi pada remaja yang
mengalami broken home.
menggunakan internet sebagai alat untuk menyebar luaskan ideologi al
Qaedah dengan judul Internet
Sebagai Instrumen Penyebaran
Ideologi Jaringan Al Qaeda.
Sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan
interpersonal sebagai alat untuk
menyebar luaskan ideologi
Marhaenisme.
F. DEFINISI KONSEP
1. Komunikasi Organisasi
Bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi
organisasi, yaitu :3
a. Komunikasi organisasi terjadi dalam sistem terbuka yang komplek
yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun
eksternal.
3
b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah
dan media.
c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaanya,
hubungannya dan keterampilannya.
Menurut Goldhaber 19864, komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalm satu jaringan hubungan yang
saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Untuk mempelajari suatu pesan dalam suatu organisasi dapat dilihat
dari berbagai variabel. Pertama, variabel jaringan pesan, maka komunikasi
organisasi dapat diklsifikasikan atas jaringan komunikasi formal dan
jaringan kumnikasi informal. Jaringan komunikasi formal dapat pula
dibedakan atas komunikasi kebawah, komunikasi keatas, dan komunikasi
horizontal. Sedangkan jaringan komunikasi informal lebih terkenal dengan
grapevein. Kedua, berdasarkan variabel hubungan yakni komunikasi dyadic atau komunikasi diantara dua orang, komunikasi kelompok dan
komunikasi publik untuk banyak orang. Ketiga, berdasarkan tujuan dari
pesan. Komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi untuk
pemeliharaan, komunikasi untuk tugas, komunikasi untuk tujuan
kemanusiaan dan komunikasi untuk pembaruan. Keempat, berdasarkan
variabel penerima. Komunikasi dapat diklasifikasikan atas komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. komunikasi internal adalah komunikasi
4
yang dikirimkan kepada anggota dalam suatu organisasi sedangkan
komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dikirimkan kepada orang
yang diluar organisasi. Kelima, variabel bahasa. Komunikasi dapat
dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Keenam,
berdasarkan variabel metode difusi. Komunikasi dapat dibedakan atas
komunikasi lisan dan tulisan serta komunikasi dengan menggunakan
perangkat keras atau menggunakan peralatan elektronik, seperti
komunikasi melalui telpon, radio, televise dan sebagainya.
2. GMNI dalam Menyebarkan ideologi
GMNI merupakan Organisasi Perjuangan dan Gerakan Perjuangan
Terorganisir. Artinya, gerakan Perjuangan harus menjadi jiwa, semangat
atau roh GMNI. Dan segala tindak perjuangan GMNI harus terorganisir
yakni senantiasa mengacu pada doktrin perjuangan yang menjadi azas
GMNI.
Sebagai gerakan perjuangan, yang menjadi tujuan perjuangan GMNI
adalah mendidik kader bangsa mewujudkan masyarakat Pancasila sesuai
dengan amanat UUD 1945 yang sejati. Sebab dalam keyakinan GMNI,
hanya dalam masyarakat Pancasila yang sejati, Kaum Marhaen dapat
diselamatkan dari bencana kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan
terhindar dari berbagai bentuk penindasan.
GMNI adalah organisasi yang independen dan berwatak kerakyatan.
Artinya, GMNI tidak beraffiliasi pada kekuatan politik manapun, dan
Independensi bukan berarti netral, sebab GMNI senantiasa proaktif dalam
perjuangan sesuai dengan Azas dan Doktrin Perjuangan yang ia jalankan.
Walaupun demikian, GMNI tidak independen dari Kaum Marhaen serta
kepentingan Kaum Marhaen.
GMNI adalah gerakan mahasiswa. Sebagai konsekuensi dari sifat
ini, maka yang boleh menjadi anggota GMNI hanya mereka yang berstatus
mahasiswa. Namun demikian tidak semua mahasiswa dapat menjadi
anggota GMNI, sebab yang dapat menjadi anggota GMNI hanya mereka
yang mau berjuang, atau insan mahasiswa pejuang. Tentu yang dimaksud
dengan mahasiswa pejuang disini adalah mereka yang berjuang atas dasar
Ajaran Sukarno.
GMNI adalah gerakan yang berlingkup nasional. Artinya bukan
organisasi kedaerahan, keagamaan, kesukuan, atau golongan yang bersifat
terbatas. Makna Nasional juga mengandung pengertian bahwa yang
diperjuangkan oleh GMNI adalah kepentingan Nasional. Sebagai
organisasi yang berwatak Nasionalis, maka Nasionalisme GMNI jelas
adalah Nasionalisme Pancasila.
Indonesia sekarang merupakan satu masyarakat kapitalis yang
bersifat setengah jajahan. Kapitalisme neoliberal telah mencerca.
Perubahan ini sekarang ditunjukkan oleh fenomena globalisasi. Proses ini
dianggap sebagai proses revolusi global yang dimana terdapat satu
perubahan yang melibatkan bukan sekedar proses dibidang
komunikasi yang merangkum seantero dunia, melainkan juga memandu
dengan transformasi dibidang kultural. Hal ini merupakan sebuah
tantangan baru bagi kaum “marhaenis” (kaum yang membela marhaen)
dimana tak lain dari korban dari sistem global adalah kaum marhaen. Oleh
karena itu gerakan mahasiswa nasional Indonesia merupakan organisasi
yang menggunakan ideologi marhaenisme sebagai pisau analisa
menghadapi permasalahan bangsa oleh karena itu GMNI terus menjaga
eksistensinya dengan terus menyebarkan ideologi Marhaenisme karena
eksistensi GMNI tidak akan berjalan ketika ideologi marhaenisme tidak
disebarkan atau diajarkan pada mahasiswa-mahasiswa di kampus karena
mahasiswa selaku agen perubahan bangsa di harapkan mampu
memecahkan permasalahan bangsa dengan ideologi Marhaenisme.
G. KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Bagan 1.1 Kerangka Teori
KOMUNIKASI ORGANISASI
PROSES REKRUTMEN
TEORI
PERSUASI KOMUNIKASI KOMUNIKASI
ANTAR PENGURUS
Dari gambaran sistematika di atas dapat diketahui bahwa komunikasi
organisasi yang dilakukanoleh para pengurus GMNI dalam
penyebarluasan ideologi marhaenisme ini ada karena terbentuknya suatu
interaksi komunikasi dan perilaku pada mahasisiwa baru dan masyarakat
dan juga diimbangi dengan adanya hubungan yang baik maka dari itu
hubungan tersebut akan mempengaruhi komunikasi interpersonal antar
anggota dan pengurus. Bentuk dari komunikasi organisasi yang dilakukan
salah satunya dengan proses rekrutmen anggota baru. Dan nantinya pada
saat proses rekrutmen tersebut, para pengurus menyebarkan atau
menerangkan kepada para anggota baru tentang ideologi yang menjadi
panutan organisasi GMNI yaitu ideologi Marhaenisme. Korelasi dari
komunikasi organisasi dalam menyebarkan ideologi marhaenisme, antara
komunikasi antar pengurus dan proses komunikasi melalui rekrutmen
anggota baru dikonkritkan dengan adanya Teori Persuasi Komunikasi.
Teori komunikasi persuasi adalah teori yang mengedepankan seni
ataupun cara untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi persuasi
merupakann sebuah seni untuk membujuk orang lain dengan
mempengaruhi emosinya bukan pikirannya dengan fakta-fakta yang
rasional.
Persuasi berbeda dengan beragumen yang hanya memaparkan
alasan-alasan logis saja, tetapi juga ditambah dengan mempengaruhi sisi
emosionalnya, juga beda dengan mempengaruhi dengan cara kekerasan
H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian yang mengangkat tentang Komunikasi Organisasi
Dalam Menyebarkan Ideologi Marhaenisme oleh Organisasi GMNI Di
Surabaya ini menggunakan jenis metode pengkajian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif selalu mengandaikan
adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami suatu
realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar
belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada
suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian. Bagi
peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh
individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis melaporkan
realita di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan
penafsiran informan.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa perkataan atau lisan yang diarahkan pada latar
belakang dan individu secara holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi
atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Riset ini
digeneralisasikan. Desain riset ini dapat dibuat bersamaan atau sesudah
riset. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan riset.5
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mana metode
digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan; Kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan responden; dan Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak pinjaman pengaruh bersama dan
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.6 Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Pendekatan ini diarahkan
pada latar dari individu tersebut secara holistik atau utuh. Jadi, yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.8
Penelitian tentang Komunikasi Penyebaran Marhaenisme Yang
Dilakukan Organisasi GMNI Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi
Ideologi ini, peneliti menggunakan wawancara semistruktur
(Semistructure Interview) yakni dengan menyediakan daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan
5
Rachmat Kriyantono,Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009) hlm.56
6
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993), hal 5.
7
Ibid., hlm 3.
8
secara bebas,yang terkait dengan permasalahan. Atau wawancara ini biasa
disebut dengan wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin.
Artinya wawancara akan dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap
berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah
disiapkan terlebih dahulu.
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
Data-data yang dikumpulkan adalah bersumber dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian
yang dikaji. Adapun yang menjadi sumber data untuk mendapatkan
berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah, informan yang mempunyai kaitan
dengan penelitian yang dikaji. Yang mana dalam penelitian ini yang
dikaji adalah tentang komunikasi penyebaran Marhaenisme yang
dilakukan Organisasi GMNI, jadi informannya difokuskan para
pengurus organisasi GMNI. Informan yang diteliti oleh peneliti
berjumlah lima orang, lima informan tersebut sudah menjalin
Tabel 1.1 Subyek
Ket : Masa Jabatan Berlaku Pada periode 2015-2016
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah yang menjadi pokok pembahasan
penelitian yaitu yang berkaitan tentang komunikasi. Komunikasi adalah
rangkaian kegiatan mengirim dan menerima pesan atau informasi yang
dilakukan oleh komunikator dan komunikan melalui channel sehingga
menghasilkan efek baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka
dengan adanya objek tersebut diharapkan akan diketahui bagaimana
proses komunikasi penyebaran Ideologi Marhaenisme pada mahasiswa
baru dan masyarakat khususnya dalam hal komunikasi verbal, non
verbal maupun media komunikasinya.
c. Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada beberapa informan dari
Universitas yang berbeda. Meskipun dari Universitas yang berbeda,
responden sendiri sama-sama mengikuti Organisasi GMNI yang ada di
Surabaya dan merupakan pengurus GMNI itu sendiri. Dan inti dari
penelitian ini berlokasi di Surabaya. Sehingga hal tersebut sudah
termasuk ke dalam syarat-syarat penelitan.
No Nama Umur Jabatan Asal
1 Jatayu Kresnatama 25 Ketua Universitas Airlangga
2 Lingga Nur Syamsu 24 Wakil Ketua ITS
3 M.Ageng Dendy S. 23 Sekjen UIN Sunan Ampel
4 Kafabih 24 Bendahara UIN Sunan Ampel
3. Jenis dan Sumber Data
Menurut Lofland dan lofland sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini
jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber daya tertulis
foto dan statistik.9
Dalam hal ini, peneliti memperoleh data tentang cara komunikasi
pengurus GMNI dalam menyebarkan Ideologi Marhaenisme, dengan
menggunakan dua sumber data yakni meliputi:
a. Kata-kata dan tindakan.
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diwawancarai
merupakan sumber data utama yang dicatat melalui catatan tertulis
atau melalui rekaman video atau audio tapes, pengambilan foto, atau film.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau
pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari
kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Yang mana diantara
ketiga kegiatan yang dominan, jelas akan bervariasi dari satu waktu ke
waktu lain dan dari sati situasi ke situasi lainnya.
Pada dasarnya, ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang bisa
dilakukan oleh semua orang namun pada penelitian kualitatif
9
kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa
bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan. 10
Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terarah karena memang
direncanakan oleh peneliti. Dikatakan terarah karena dari berbagai
macam informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh
peneliti. Jadi seyogyanya seorang peneliti yang baik, sebelum
melakukan wawancara hendaknya terlebih dahulu merancang secara
matang strategi apa dan taktik menjaring informasi yang diperlukan.
Apabila hal itu sudah dilakukan, akan banyak bergantung pada orang
sebagai instrumen penelitian.
Dari hasil wawancara nantinya akan peneliti kembangkan dan
kumpulkan menjadi satu sebagai bahan kajian untuk memperoleh hasil
penelitian. Selain itu situasi situasi tertentu dilapangan
memperhadapkan peneliti atau sedikit ada masalah untuk peneliti,
sehingga sebelum penelitian berlangsung peneliti telah
mempersiapkan atau mencari data tambahan lainnya seperti sumber
data tertulis.
b. Sumber tertulis.11
Dilihat dari segi sumber data bahan tambahan yang berasal dari
sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah,
sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Dalam
penelitian ini sumber tertulis diperoleh dari majalah-majalah ilmiah
10
.,loc.cit, Lexy J.Moleong, hal 112
11
seperti jurnal tempat menerbitkan penemuan-penemuan hasil
penelitian. Majalah ilmiah sangat berharga bagi peneliti guna
menjajaki keadaan perseorangan atau masyarakat di tempat penelitian
dilakukan.
4. Tahap-tahap penelitian
Moleong mengemukakan bahwa pelaksanaan penelitian ada empat
tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap
analisis data, tahap penulisan laporan’’12
. Dalam penelitian ini tahap yang
ditempuh sebagai berikut :
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus,
penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti,
mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek
yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan
penelitian.
b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan
yang berkaitan dengan Komunikasi Penyebaran Marhaenisme
Yang Dilakukan Organisasi GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia) Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi Ideologi. Data
tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi
dengan cara mengamati pola komunikasi yang dilakukan oleh
pengurus Organisasi GMNI tersebut.
12
c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah
melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan
pengurus Organisasi GMNI tersebut. Kemudian dilakukan
penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti
selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara
mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data
sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk
memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam
memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data
sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi
hasil penelitian dengan dosen untuk mendapatkan perbaikan
saran-saran.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Dalam
pengumpulan data ini peneliti menggunakan beberapa teknik sebagai
berikut :
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti13. Metode ini dapat dilakukan secara
langsung dalam menjajaki dan mengenal objek penelitian14, terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan :
a) Place, yaitu tempat yang diobservasi. Dalam hal ini adalah Komunikasi Penyebaran Marhaenisme Yang Dilakukan Organisasi
GMNI Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi Ideologi
b) Actor, yaitu pelaku atau orang-orang yang memainkan peran tertentu yang meliputi pengurus Organisasi GMNI
c) Activity, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan oleh actor
dalam rangka mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.
2. Wawancara atau interview
Wawancara atau interview merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.15 Jadi, dengan
wawancara peneliti akan memperoleh data tentang hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi dan tidak dapat ditemukan melalui observasi.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Moleong adalah proses pengorganisasian dan
mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga
13
Hasami dan Pornomo Setiadi, Metode Penelitian Sosial,(Bandung : Bumi Aksara, 1996), hlm 54.
14
.,op. cit,Sugiyono. ,hlm 68.
15Ibid.,
dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.
Dalam analisis ini menggunakan metode analisis induktif
mengembangkan suatu teori dari data tersebut. Hal ini berangkat dari
kasus-kasus bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata yang berupa
ucapan dan perilaku subjek penelitian ditambah lagi situasi lapangan
penelitian untuk kemudian generalisasikan menjadi model, konsep, teori,
prinsip, proposisi, atau definisi.
Dalam menggunakan analisis ini akan mampu mengkonfirmasi
data dengan suatu teori, dan bisa mencakup setiap permasalahan yang di
teliti. Berfikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari data
empirik lewat observasi menuju pada suatu teori. Dengan kata lain induksi
adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan
yang terjalin menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi.
Hasil akhir dari proses analisis inilah yang nantinya dapat disebut sebagai
hasil penelitian.16
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reducation, data display, dan coclusion drawing atau verivication17.
16Ibid.,
hlm 95.
17
1. Data reducation (reduksi data), data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara
teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Pada tahap ini peneliti memilih data yang relevan dan
yang kurang relevan dengan tujuan peneliti, kemudian
mengelompokkan sesuai dengan asepek yang diteliti.
2. Data display (penyajian data), setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut. Bentuk penyajian yang dipilih dalam
penelitian ini adalah bentuk naratif, dengan tujuan atau harapan setiap
data tidak lepas dari latarnya.
Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal. Akan tetapi hal ini mungkin juga
tidak terjadi seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan.18
Bagan 2.1
Analisis Data Model Interaktif Miles dan Hubermen
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk membuktikan bahwasannya penelitian dapat dipertanggung
jawabkan dari segala segi maka diperlukan teknik keabsahan data. Adapun
teknik keabsahan data yang digunakan oleh penulis adalah:
18Ibid.,
hlm 247-253
Pengumpulan Data PenyajianData
Reduksi Data Penarikan/Pengujian
a. Metode trianggulasi, yakni usaha mengecek keabsahan data atau
mengecek keabsahan temuan riset. Metode triangulasi dapat dilakukan
dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan yang sama. Dalam hal ini peneliti melakukan kroscek
dari data yang dipilih baik itu melaui wawancara atau dokumen yang
ada. Teknik pemeriksaan ini merupakan triangulasi dengan sumber
data yakni membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda
dalam metode kualitatif yang dilakukan.19 Peneliti melakukan
validitas dengan membandingkan data wawancara dengan pengamatan
dan dokumen-dokumen yang terkait. Selain itu membandingkan apa
yang dikatakan secara umum dengan apa yang dikatakan secara
pribadi.
b. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.20 Penulis mengadakan pengamatan dengan teliti
dan secara berkesinambungan. Kemudian menelaah secara rinci dan
berulang-ulang dalam tiap kali melakukan penelitian sehingga
ditemui seluruh data penelitian, serta akhirnya hasilnya sudah mampu
dipahami dengan baik.
19
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), hlm. 256-257
20
c. Diskusi dengan teman sejawat, peneliti mendiskusikan hasil penelitian
dengan teman sejawat yang mengetahui tentang objek yang diteliti
dan permasalahannya. Peneliti berdiskusi tentang segala hal mengenai
penelitian yang peneliti lakukan. Dengan berdiskusi dengan teman
sejawat maka akan memberikan masukan-masukan kepada peneliti
sehingga pada akhirnya peneliti merasa mantap dengan hasil
penelitiannya. Teknik ini dilakakukan dengan cara mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
analitik dengan rekan-rekan sejawat.
Kecukupan refrensi tersebut berupa bahan-bahan yang tercatat yang
digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis
penafsiran data. Jika alat elektronik tidak tersedia cara lain sebagai
pembanding kritik masih dapat digunakan. Misal: adanya informasi yang
tidak direncanakan, kemudian disimpan sewaktu mengadakan pengujian,
informasi demikian dapat dimanfaatkan sebagai penunjangnya.
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika penulisan atau pembahasan terdiri dari lima bab yang terperinci
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalambab ini terdiri dari sembilan sub bab antara lain latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
definisi konsep, kerangka pikir penelitian, metode
penelitian, jadwal penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : KERANGKA TEORITIS
Pada bab ini menguraikan penjelasan tentang kerangka
teoritik yang meliputi pembahasan kajian pustaka dan
kajian teoritik yang berkaitan dengan proses komunikasi
yang dilakukan oleh pengurus GMNI dalam penyebaran
ideologi Marhaenisme di Surabaya..
BAB III : PENYAJIAN DATA
Pada bab ini berisikan tentang setting penelitian yakni
gambaran singkat dari proses komunikasi yang dilakukan
oleh pengurus GMNI dalam penyebaran ideologi
Marhaenisme di Surabaya..
BAB IV : ANALISIS DATA
Pada bab ini membahas temuan penelitian dan menganalisis
data konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi
33
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian pustaka
1.Komunikasi dan Efektifitas Komunikasi Organisasi
a. Pola Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communicate, yang berarti menghubungkan. Sedangkan secara garis besar komunikasi berarti
proses penyampaian pesan kepada komunikan dengan melalui
channel. Menurut Onong Uchjana Efendi, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh ses eorang kepada
orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. 1
Membahas pola komunikasi tentu tidak lepas dari proses
komunikasi. Dengan kata lain, pola komunikasi akan terbentuk ketika
adanya proses komunikasi. Proses komunikasi adalah rangkaian
kegiatan mengirim dan menerima pesan atau informasi yang
dilakukan oleh komunikator dan komunikan melalui channel sehingga
menghasilkan efek baik secara langsung maupun tidak langsung. Pola
komunikasi dapat dikategorisasikan dalam beberapa kategori, antara
lain:2
1
Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, Surabaya: Laboratorium PPAI Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1991, hlm. 6..
2Ibid
34
1. Pola komunikasi primer
Pola komunikasi primer adalah pola komunikasi yang
proses komunikasinya antar pribadi dan sering dilakukan
dengan proses tatap muka.
2. Pola komunikasi bermedia atau sekunder
Pola komunikasi bermedia merupakan pola komunikasi
yang terbentuk dari proses komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan media.
3. Pola komunikasi satu arah
Pola komunikasi satu arah sering disebut dengan pola
komunikasi linier, yaitu pola komunikasi yang terbentuk dari
proses komunikasi yang berlangsung hanya satu arah, tidak
terdapat umpan balik secara langsung. Dengan kata lain pola
komunikasi ini dapat dikatakan sebagai pola komunikasi
intruksional.
4. Pola komunikasi dua arah
Pola komunikasi dua arah adalah pola komunikasi yang
terbentuk dari proses komunikasi yang berlangsung dari dua
arah. Dalam pola ini, komunikator dan komunikan tidak
diketahui secara jelas sebab antara keduanya saling bertukar
pesan dan saling merspon pesan yang diterimanya. Jadi pola
35
5. Pola komunikasi dua tahap
Pola komunikasi dua tahap adalah pola komunikasi
yang terbentuk dari proses komunikasi yang menggunakan
tangan kedua di dalamnya. Dalam pola ini komunikator
pertama meminta bantuan kepada komunikator kedua untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan.
6. Pola komunikasi multi step
Pola komunikasi multi step adalah suatu pola
komunikasi yang terbentuk dari proses komunikasi yang
menggunakan komunikator bantuan dengan kuantitas yang
melebihi satu. Dalam pola ini komunikator utama meminta
bantuan kepada komunikator bantuan-bantuan untuk
menyampaikan pesan.
b. Model Komunikasi
1. Model Komunikasi Linear Satu Arah
Laswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu
ditanyakan dan dijawab melihat proses komunikasi, yaitu who
36
Seorang ahli ilmu politik dari Yale University, Harold
Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan
dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu :3
a) Who (Siapa)
Who tersebut adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi. Yang
memulai komunikasi ini dapat berupa sesorang dan dapat
juga sekelompok orang seperti organisasi atau persatuan.
b) Says What (Mengatakan Apa)
Pertanyaan kedua adalah say what atau apa yang dikatakan. Peratanyaan ini adalah berhubungan dengan isi
komunikasi atau apa pesan yang disampaikan dalam
komunikasi tersebut.
c) In Wich Medium (Dalam Media Apa)
Pertanyaan ketiga adalah to whom. Pertanyaan ini maksudnya menanyakan siapa yang menjadi audience atau
penerima dari komunikasi, hal ini perlu diperhatikan karena
penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya,
pengalamannya, kebudayaanya, pengetahuannya dan usianya.
d) To Whom (Kepada Siapa)
Pertanyaan yang keempat adalah through what atau melalui media apa. Yang dimaksudkan dnegan media adalah
3Op. cit.
37
alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak
mata, sentuhan, radio, televisi, surat, buku dan gambar.
e) What Effect (Apa Efeknya)
Pertanyaan terakhir dari model Laswell ini adalah
what effect atau apa efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan
dua hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi
tersebut dan kedua apa yang dilakukan orang sebagai hasil
dari komunikasi.
2. Model Komunikasi Sirkuler (Model Hoeta Soehoet)
Hoeta Soehoet mengungkapkan adanya 5 tahap proses
komunikasi. Berturut- turut: (1) proses komunikasi dalam diri
komunikator, (2) proses komunikasi antara komunikator dan
komunikan, (3) proses komunikasi dalam diri komunikan, (4)
proses komunikasi antara komunikan dan komunikator, (5)
proses komunikasi dalam diri komunikator. Masing-masing
komunikator dan komunikan memiliki peralatan jasmaniah dan
rohaniah. Peralatan rohaniah manusia terdiri dari hati nurani,
akal, budi, naluri kebahagian, naluri sosial, naluri ingin tahu,
dan naluri komunikasi. Peralatan rohaniah menghasilkan
falsafah hidup, konsepsi kebahagian, motif komunikasi, isi
38
peralatan rohaniah. Model Hoeta Soehoet menjadi latar
penulisan dan pokok-pokok pikiran4.
3. Model Komunikasi Spiral (Model Tubbs)
Para pelaku komunikasi dalam model Tubs disebut
komunikator 1 dan komunikator 2, dimana masing-masing
berperan sebagai penerima dan pengirim. Kedua pelaku
komunikasi mengirm dan menerima pesan sepanjang waktu,
tanpa awal dan akhir. Artinya, sebagaimana model spiral
lainnya, apa yang dianggap awal komunikasi itu sebenarnya
merupakan kelanjutan dari fenomena komunikasi sebelumnya,
baik dengan orang bersangkutan atau dengan pihak lain, dan apa
yang dianggap sebagai akhir komunikasi akan berlanjut pada
komunikasi berikutnya. Model ini mengisyaratkan bahwa
komunikasi bersifat irreversible. Artinya tidak dapat lagi berada dalam posisi semula (baik dalmn pengetahuan, pengalaman,
ataupun sikap) sebelum suatu pesan menerpa.
Model Tubbs menunjukkan, baik komunikator 1 atau
komunikator 2 terus-menerus memperoleh masukan, yakni
rangsangan yang berasal dari dalam ataupun dari luar dirinya,
yang sudah berlalu ataupun sedang berlangsung. Akan tetapi,
keduanya adalah mahluk yang uniik, punya latar belakang
4
39
berbeda. Sehingga masukan yang menerpa komunikatar 1 dan
komunikator 2 bisa jadi berlainan5.
c. Komunikasi Efektif
Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat
bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk
kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari atasan dan
bawahannya. Oleh karena itu komunikasi efektif dianggap sebagai
elemen penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Bagaimana
mungkin orang lain bisa menangkap ide kalau tidak dapat
mengungkapkannya kepada orang lain dengan baik.
Komunikasi menjadi faktor terpenting bagi organisasi dalam
mendapatkan informasi. Kemudian dengan komunikasi yang baik
maka suatu organisasi akan dapat berjalan lancar dan begitu juga
sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat
macet atau berantakan. Tanpa komunikasi yang efektif di antara
berbagai pihak, pola hubungan yang ada pada organisasi tidak akan
bisa melayani kebutuhan seseorang atau anggota dalam organisasi
tersebut dengan baik.
Komunikasi bertindak dan berfungsi mengendalikan perilaku
anggota organisasi dalam berbagai cara. Dalam hal ini, komunikasi
melaksanakan empat fungsi utama dalam organisasi, yaitu fungsi
informasi, fungsi kendali, fungsi motivasi dan fungsi penyampaian
5
40
perasaan emosional. Fungsi internal komunikasi ini akan berunjung pada diri anggota organisasi itu sendiri berupa munculnya kesadaran
diri yang tinggi terhadap organisasi, pemahaman terhadap kinerja
organisasi, struktur organisasi dan reputasi organisasi.
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang
komunikator harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi
penerima pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan,
memilih media, memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan
balik.
Disamping itu, komunikator harus bisa memutuskan isi pesan,
format pesan dan struktur pesan sehingga pesan yang disampaikan
memiliki daya tarik maksimal, baik daya tarik rasional, emosional dan
moral. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih
media, media komunikasi yang bisa digunakan yaitu telepon, surat,
internet atau media massa seperti papan reklame, poster, media online. Kemudian suasana lingkungan organisasi yang dirancang sedemikian
rupa baik sebagai daya tarik, dan melaksanakan kegiatan untuk
meningkatkan “eksistensi” dan image positif organisasi.
Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan
komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat
bedakan atas efek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif
(tingkah laku). Efek komunikasi dapat diukur dengan membandingkan
41
komunikan menerima pesan. Karenanya, efek adalah salah satu
elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya komunikasi yang diinginkan.6
Bagan 2.1 Efek Komunikasi.
Motif komunikasi mendorong untuk melakukan tindak
komunikasi dengan menyampaikan pesan. Pesan yang sampai pada
komunikan menimbulkan efek, sehingga persoalan utama dalam
komunikasi efektif adalah sejauh mana motif komunikasi komunikator
terwujud dalam diri komunikannya. Apabila motif komunikasi
dimaknai sebagai tujuan komunikasi, maka dapat dinyatakan bahwa
hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang didapatkan, ini yang
dinamakan komunikasi berlangsung secara efektif. Apabila hasil yang
didapatkan lebih besar dari tujuan yang didapatkan, dikatakan bahwa
komunikasi berlangsung sangat efektif. Sebaliknya, apabila hasil yang
didapatkan lebih kecil dari hasil yang didapatkan, dikatakan bahwa
komunikasi tidak efektif.
6
Ibid, hal 110
EFEK
KOGNITIF
KONATIF
PENGETAHUAN
AFEKTIF SIKAP :
SETUJU/TIDAK
42
2.Ketepatan dan Distorsi Pesan
Pentingnya peran komunikasi bagi kehidupan fundamental
manusia tidaklah dapat dipungkiri. Begitu juga halnya bagi proses
berorganisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, seluruh proses
dalam organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Komunikasi yang
sempurna adalah ketika suatu pemikiran atau gagasan ditransmisikan
sehingga pesan dapat diterima dan diinterpretasikan oleh si penerima
sama dengan apa yang diinginkan oleh si pengirim pesan.
Komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua organisasi tanpa
terkecuali. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi sebagai the core
communicator dalam sebuah organisasi perlu memahami dan
menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam penyampaian pesan.
1) Pengertian Ketepatan dan Distorsi Pesan.
Ketepatan komunikasi menunjukkan kepada kemampuan
orang untuk mereproduksi atau menciptakan suatu pesan dengan
tepat. Dalam komunikasi, istilah ketepatan digunakan untuk
menguraikan tingkat persesuaian di antara pesan yang diciptakan
oleh pengirim dan reproduksi penerima mengenai pesan tersebut.
Atau dengan kata lain tingkat penyesuaian arti pesan yang
dimaksudkan oleh si pengirim dengan arti yang diinterpretasi oleh
43
2) Faktor Personal Yang Memengaruhi Distorsi
Ada sejumlah prinsip yang mereflesikan faktor-faktor
personal yang memberikan kontribusi pada distorsi pesan.
Faktor-faktor ini biasanya berasal dari konsep mengenai komunikasi
sebagai tingkah laku dan proses. Faktor utama yang memberikan
kontribusi pada distorsi pesan dalam proses komunikasi, adalah
persepsi mengenai proses komunikasi tersebut. Hal hal yang
berkenaan dengan persepsi yang ikut mempengaruhi proses
komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Anggota Organisasi Mengamati Sesuatu Secara Seleksi.
Secara fisiologis, indera manusia memiliki keterbatasan dalam
penggunaannya. Terkadang, pemusatan perhatian terhadap
stimulus hanya mampu dilakukan oleh satu indra tertentu
sehingga ketidakmampuan manusia untuk melakukan
multi-tasking atau pemusatan dua atau lebih indra di saat yang
bersamaan mampu mengakibatkan distorsi pesan yang fatal.
Misalnya, jika seorang anggota organisasi sedang memikirkan
secara keras kondisi keluarganya, akan sangat mungkin ia
mengacuhkan informasi sekilas dari rekan kerjanya yang
memintanya untuk menemui pimpinan perusahaan. Karena
adanya kecenderungan manusia untuk memusatkan perhatian
44
menjadikan pesan yang tak terpilih harus terbuang dan tak
berhasil terinterpretasikan oleh penerima.
b. Orang Melihat Sesuatu Konsisten Dengan Apa Yang Mereka
Percayai.
Manusia cenderung memilih pesan yang ingin ia interpretasikan
konsisten dengan apa yang ia percayai. Maksudnya,
kecenderungan untuk menyandikan pesan sudah diatur di alam
bawah sadar seseorang sehingga terkadang pesan yang tak
sesuai dengan kepercayaan yang ia bawa akan tersisih. Konsep
ini juga sama dengan prinsip primordialisme atau stigma yang
mendasarkan penilaian terhadap yang “sudah ada” bukan yang
“sedang ada”.
c. Arti suatu pesan terjadi pada level isi dan hubungan.
Isi pesan adalah hal-hal substansial yang tekandung di dalam
sebuah pesan, baik itu ide, gagasan, pendapat, dan hal-hal lain
yang bersifat informatif, sedangakan hubungan merujuk pada
pola bagaimana penyampaian pesan tersebut berlangsung,
utamanya emosi yang menyertai dalam proses pengiriman
pesan. Misalnya dapat ditemukan pada bentuk ekspresi, baik itu
tersenyum, berduka, ceria dan hal-hal relasional lainnya. Ketika
hal ini tidak terpenuhi dalam proses komunikasi, baik
dikarenakan adanya ketidaksinambungan isi pesan dengan
45
pola kedua hal tersebut, menyebabkan acapkali distorsi pesan
mudah terjadi.
d. Distorsi pesan diperkuat oleh tidak adanya kesinambungan
antara bahasa verbal dan nonverbal.
Seperti yang pernah dibahas dalam dasar-dasar ilmu
komunikasi, pesan verbal dan nonverbal memiliki sinergitas
yang erat pada proses komunikasi. Konsistensi kedua bentuk
pesan tersebut dalam rangka menyempurnakan isi pesan sering
menemui kegagalan. Ketidaksinambungan antara isi pesan
verbal dengan tampilan pesan nonverbal membuat distorsi
dalam interpretasi pesan semakin meninggi. Misalnya, jawaban
yang disampaikan adalah “baiklah” namun diikuti dengan
mimik kekecewaan seakan jawaban sebenarnya adalah “tidak”
akan menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian pada diri
komunikan. Namun biasanya, komunikan lebih memilih
mempercayai pesan nonverbal yang diasumsikan sebagai
“kejujuran yang tak terkendali”.
e. Pesan yang meragukan sering mengarahkan pada gangguan.
f. Kecenderungan memori ke arah penejaman dan penyamarataan
detail.
Secara psikologis dan neurologis, manusia memiliki dua
kecenderungan ekstrim dalam menginterpretasi sebuah pesan.