• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM MENYEBARKAN IDEOLOGI MARHAENISME OLEH GMNI (GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA) DISURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM MENYEBARKAN IDEOLOGI MARHAENISME OLEH GMNI (GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA) DISURABAYA."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ORGANISASASI DALAM MENYEBARKAN IDEOLOGI MARHAENISME OLEH ORGANISASI GMNI (GERAKAN MAHASISWA

NASIONAL INDONESIA) DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh: FATHUR ROZI

B06211055

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Fathur Rozi, B06211055. Komunikasi Penyebaran Marhaenisme Yang Dilakukan Organisasi GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi Ideologi. Skripsi Program Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci : Proses Komunikasi Anggota GMNI , Penyebaran Ideologi Marhaenisme.

Pergerakan GMNI lebih tepat sasaran dan lebih menjiwai akan tujuan organisasi itu sendiri. Dan dari segi perekrutan anggota baru, GMNI lebih mengedepankan pendekatan personal dan emosional serta tidak ada pemaksaan bagi calon anggota baru yang akan masuk ke dalam organisasi tersebut. Begitu juga tidak ada paksaan untuk mempelajari serta mengamalkan ideologi Marhaenisme yang menjadi dasar dari ideologi GMNI. Ini semua menurut pengalaman dan pengamatan dari pribadi peneliti. Dari penelitian ini penulis ingin meneliti atau mengkaji lebih lanjut mengenai komunikasi penyebaran Marhaenisme yang dilakukan oleh pengurus GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) di Surabaya dalam menjaga eksistensi ideologi yang mereka anut atau mereka ikuti.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui cara komunikasi penyebar luasan ideologi Marhaenisme pada mahasiswa baru dan masyarakat oleh pengurus atau para anggota GMNI yang ada di Surabaya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara verbal maupun non verbal dan media komunikasi yang dilakukan organisasi GMNI dalam menyebar luaskan ideologi Marhaenisme pada mahasiswa baru dan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah 5 (lima) orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching, juga triangulasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

(7)

iii DAFTAR

ISI

COVER ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian... 20

3. Jenis dan Sumber Data ... 22

1. Komunikasi dan Efektifitas komunikasi organisasi ... 33

2. Ketepatan dan Distorsi Pesan ... 42

B. Kajian Teori ... 49

(8)

a. Profil Informan Jatayu Kresnatama ... 57

b. Profil Informan Lingga Nur Syamsu ... 58

c. Profil Informan M. Ageng Dendy Setiawan... 59

d. Profil Informan Abdullah Kafabih ... 61

e. Profil Informan Adiwira Satya ... 62

B. Deskripsi Data Penelitian ... 63

1. Komunikasi Berlangsung Dua Arah ... 63

2. Komunikasi Bermedia Atau Sekunder ... 65

3. Komunikasi Dalam Penyebaran Ideologi Marhaenisme ... 67

4. Efek Atau Feedback Dari Penyebaran Ideologi Marhaenisme .... 71

BAB IV : ANALISIS DATA ... 72

A. Temuan Penelitian ... 73

1. Tidak bertemu secara langsung ... 75

2. Adanya respon dari kedua belah pihak ... 77

3. Cara penyampaian pesan berlangsung secara formal dan informa 79 4. Pesan Sesuai Dengan Tujuan dan Target ... 80

5. Ketepatan dan Keefektifan Pesan Yang Disampaikan ... 81

6. Lebih Memperhatikan Eksistensi Ideologi Marhaenisme ... 84

B. Konfirmasi Dengan Teori ... 88

Teori Komunikasi Persuasi ... 88

C. Relevansi Temuan dalam Sudut Pandang Islam ... 92

(9)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Umur dan Jabatan Subyek ...24

Tabel 2.1 Profil Informan 1 Jatayu Kresnatama ... 64

Tabel 2.2 Profil Informan 2 Lingga Nur Syamsu ... 65

Tabel 2.3 Profil Informan 3 M. Ageng Dendy Setiawan ... 66

Tabel 2.4 Profil Informan 4 Abdullah Kafabih ... 68

(10)

vi

DARTAR BAGAN

Bagan 1.1 KerangkaTeori ... 10

(11)

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Marhaenisme merupakan rumusan teori perjuangan Soekarno. Namun

dewasa ini, istilah Marhaenisme sudah jarang terdengar dikalangan masyarakat

apalagi hanya sekedar untuk mengenal makna kata tersebut.

Banyak orang atau kalangan mahasiswa belajar atau mempelajari tentang

makna dan maksud dari ajaran Bung Karno yakni Marhaenisme. Namun

mereka belum menemukan apa sebenarnya inti dan kehendak dari ajaran

tersebut. Mereka tidak atau belum menemukan "benang merahnya". Dengan

demikian, maka sepertinya mereka sekedar mempelajari secara lahir tentang

perjuangan dan keberhasilan Bung Karno di masa yang silam, karena mereka

cuma mewarisi abunya sejarah bukan apinya sejarah.

Apabila setiap pengikut ajaran Bung Karno hanyalah demikian adanya,

hanya sekedar pewaris-pewaris abu sejarah belaka, alangkah sayangnya ajaran

yang brilliant itu kemudian menjadi kenangan (sekalipun

kenang-kenangan yang indah). Marhaenisme kemudian menjadi "out of date". Adalah menjadi tanggungjawab bersama untuk kembali menghidupkan jiwa ajaran

tersebut, kembali menemukan arti kebaikan bagi rakyat. Dengan demikian

Marhaenisme akan menampakkan jiwanya sebagai ajaran yang dinamis dan

selalu “up to date”.

(12)

Ideologi yang merupakan dasar suatu bangsa atau landasan berfikir pada

era modern ini. Ideologi menjadi suatu hal yang sangat sering diperbincangkan

dalam pertarungan kapital global, ideologi pancasila yang dicetuskan oleh

founding father bangsa ini memiliki nilai tawar yang relevan dalam menghadapi arus global, marhaenisme sebagai perasan dari pancasila juga

menjadi sorotan dunia, marhaenisme di sini memiliki 3 nilai dasar yakni sosio

nasionalisme, sosio demokrasi dan ketuhanan yang maha esa, sebelum

pancasila dicetuskan oleh founding father, marhaenisme sudah menjadi gagasan awal untuk menuju masyarakat Indonesia yang berkeadilan sosial.

Marhaenisme yang dicetuskan oleh presiden soekarno ini menjadi

landasan dan kajian tersendiri oleh sebuah organisasi mahasiswa ekstra kampus

yang menamai dirinya Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( GMNI ).

GMNI yang berdiri pada tahun 1954 ini mempunyai dasar ideologi

Marhaenisme dalam bergerak dan menjalankan prinsip-prinsip organisasi,

organisasi GMNI ini selalu mengkaji dan mengkader mahasiswa-mahasiswa

baru untuk tetap menjaga dan menunjukkan eksistensi marhaenisme, dalam

proses penyebaran idelogi perlu dilakukan komunikasi yang dilakukan untuk

menarik mahasiswa baru agar mau bergabung untuk mengkaji ideologi dan

membuat eksistensi ideologi, di Surabaya sendiri GMNI masih tetap bertahan

dalam menyebar luaskan ideologi Marhaenisme kepada setiap mahasiswa baru

dan masyarakat di Surabaya.

Organisasi GMNI merupakan organisasi tertua di Indonesia setelah

(13)

dipulau Jawa terutama anggota GMNI di Surabaya. Anggota GMNI berasal

dari beberapa kampus dan dari latar belakang yang berbeda-beda. GMNI lebih

mengedepankan rasa Nasionalisme, mereka tidak membeda-bedakan suku, ras,

agama atau golongan dari masing-masing anggota. Organisasi GMNI di

Surabaya aktif dalam bidang sosial atau bakti social seperti penyadaran ke

masyarakat dengan mendirikan rumah belajar dilingkungan yang awalnya

tempat tersebut merupakan tempat tinggal yang mayoritas adalah peminum.

Berangkat dari rasa kepedulian terhadap kurang nya pendidikan di daerah

Lumumba dan sernya. Rumah belajar tersebut pengajarnya adalah para

voluntir. Selain mendirikan rumah belajar Organisasi GMNI juga melakukan

penyuluhan untuk pemilu agar tidak golput dan menyuarakan suara mereka

yang sangat berpengaruh terhadap perubahan Indonesia di masa depan. Lalu,

ada juga bakti sosial yang mana disana juga ada penyuluhan mengenai

kesehatan dan juga HIV/AIDS, disana ada penyuluhan kampanye sehat dan

juga ada pengobatan gratis.

Menurut peneliti, tiap-tiap organisasi memiliki identitas masing-masing.

Seperti organisasi GMNI misalnya lebih menekankan pada ideologi

Marhaenisme yang menurut peneliti merupakan ideologi yang bagus serta tidak

membedakan-bedakan individu. Kemudian dalam segi kenerja kepengurusan,

dalam organisasi GMNI kepengurusannya sangat terorganisir. Ini bisa dilihat

dari kedekatan pengurus-pengurus GMNI dengan pejabat-pejabat tinggi

pemerintah, padahal notabene pengurus GMNI merupakan mahasiswa yang

(14)

berorganisasi sebelum terjun ke dunia politik yang sesungguhnya jika

dibandingkan dengan pejabat-pejabat tinggi pemerintah, karena GMNI sendiri

lebih menjurus ke dunia politik namun tetap tidak lepas dengan Marhaenisme.

Kemudian dari segi pergerakan itu sendiri. Pergerakan GMNI lebih tepat

sasaran dan lebih menjiwai akan tujuan organisasi itu sendiri. Dari segi

perekrutan anggota baru, GMNI lebih mengedepankan pendekatan personal

dan emosional serta tidak ada pemaksaan bagi calon anggota baru yang akan

masuk ke dalam organisasi tersebut. Begitu juga tidak ada paksaan untuk

mempelajari serta mengamalkan ideologi Marhaenisme yang menjadi dasar

dari ideologi GMNI. Ini semua menurut pengalaman dan pengamatan dari

pribadi peneliti.

Manusia sebagai pribadi maupun mahluk sosial akan saling

berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang

beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda. Salah satu unsur untuk

berkomunikasi yakni untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk

membangun kontak sosial dengan orang ser, dan untuk mempengaruhi orang

lain, merasa, berfikir, atau berperilaku seperti yang telah diinginkan1.

Setiap manusia yang ada dibumi ini pasti tidak pernah terlepas dengan

yang namanya komunikasi. Mengapa demikian, karena komunikasi telah

menjadi salah satu alat yang digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu

hingga sekarang. Setiap individu akan berkomunikasi atau berinteraksi dengan

yang lainnya. Tanpa komunikasi setiap manusia tidak akan mengerti apa

1

(15)

maksud atau apa yang diingink an oleh manusia lainnya. Komunikasi akan

selalu digunakan dimana saja seperti di masyarakat, organisasi, keluarga, dan

lain-lain.

Komunikasi terjadi di dalam organisasi maupun antar organisasi, baik

yang bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin

terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi

menurut struktur komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan

komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi.

Komunikasi menjadi faktor terpenting bagi organisasi dalam mendapatkan

informasi. Kemudian dengan komunikasi yang baik maka suatu organisasi

akan dapat berjalan lancar dan begitu juga sebaliknya, kurangnya atau tidak

adanya komunikasi dapat macet atau berantakan. Tanpa komunikasi yang

efektif di antara berbagai pihak, pola hubungan yang ada pada organisasi tidak

akan bisa melayani kebutuhan seseorang atau anggota dalam organisasi

tersebut dengan baik.

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai

tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya

komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations).

Untuk menimbulkan sebuah komunikasi paling sedikit dibutuhkan dua orang

yang saling berhubungan satu sama lain dan menimbulkan sebuah interaksi

(16)

Penyebab terjadinya komunikasi adalah karena adanya persepsi2.

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan

kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.

Persepsi juga merupakan cara pandang atau penilaian seseorang terhadap objek,

dan penamaan terhadap sesuatu barang atau benda atau sifat tertentu.

Komunikasi merupakan dasar dari sebuah hubungan yang baik, maupun

hubungan buruk. Seperti dalam organisasi, komunikasi juga merupakan salah

satu dasar terpenting untuk terciptanya keharmonisan tiap-tiap anggota demi

keutuhan organisasi GMNI itu sendiri.

Dari penjelasan di atas penulis ingin meneliti atau mengkaji lebih lanjut

mengenai Komunikasi Organisasi Dalam Menyebarkan Ideologi Marhaenisme

Oleh GMNI Surabaya.

B. FOKUS PENELITIAN

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini

tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan

permasalahan yang telah diangkat atau menjadi acuan masalah dalam

penelitian ini.

Adapun Rumusan masalah yang diambil oleh peneliti adalah :

Bagaimana proses komunikasi yang dilakukan oleh organisasi GMNI

Surabaya dalam menyebarkan ideologi Marhaenisme ?

2

(17)

C. TUJUAN PENELITIAN

Dengan adanya latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan oleh peneliti. Maka tujuan penelitian dari Komunikasi

Organisasi Dalam Menyebarkan Ideologi Marhaenisme Oleh GMNI Surabaya

adalah sebagai berikut:

Mengetahui proses komunikasi yang dilakukan oleh organisasi GMNI

Surabaya dalam menyebarluaskan ideologi Marhaenisme.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini penulis mengharapkan semoga dapat memberi

manfaat :

a. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya referensi tentang hasil penelitian proses komunikasi

dalam penyebar luasan ideologi Marhaenisme, khususnya untuk

pengurus GMNI.

b. Memperkaya referensi tentang hasil penelitian proses komunikasi

dalam penyebar luasan ideologi Marhaenisme, tentunya pada

masyarakat dan mahasiswa baru.

b. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai pedoman bagi pengurus organisasi

GMNI untuk penyebar luasan ideologi Marhaenisme.

b. Dapat digunakan pengurus organisasi GMNI dalam menganalisis

hambatan-hambatan komunikasi yang sudah berlangsung

(18)

E. KAJIAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Dalam penelitian ini, peneliti telah mendapatkan penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini. Dari hasil kajian penelitian terdahulu maka

peneliti menjadikan hasil penelitian tersebut sebagai referensi untuk mengkaji

topik dalam penelitian ini, dan sebagai perbandingan dari penelitian yang telah

peneliti lakukan. Kajian terdahulu yang peneliti gunakan diambil dari skripsi,

jurnal dan tesis.

Pertama, peneliti menggunakan kajian terdahulu dari penelitian skripsi

milik ananda Nur Isnaini. Dalam penelitiannya tersebut berjudul Komunikasi

Unit Kegiatan Mahasiswa Mapalsa.

Dalam penelitian Nur Isnaini, penelitiannya menggunakan metode

kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh adalah melalui wawancara mendalam,

observasi, studi literatur, internet searching, juga triangulasi. Penelitian ananda Isna bermaksud ingin mengetahui bagaimana komunikasi unit kegiatan

mahasiswa MAPALSA dan faktor apa saja yang menghambat komunikasi unit

kegiatan mahasiswa MAPALSA. Dan adapaun tujuan dari penelitian tersebut

yaitu untuk mendeskripsikan dan memahami komunikasi di unit kegiatan

mahasiswa MAPALSA dan untuk mendeskripsikan dan memahami

faktor-faktor yang menghambat komunikasi unit kegiatan mahasiswa MAPALSA.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Proses komunikasi secara

kekeluargaan yang menjadikan terapan dalam organisasi ini merupakan bentuk

komunikasi terbuka bersifat informatif dalam penyampaian pesan yang sangat

(19)

pimpinan kepada bawahan, merupakan otoritas dan kebijakan seorang ketua

terhadap anggota.

Alasan peneliti menggunakan skripsi dari ananda Nur Isnaini ini

dikarenakan adanya kemiripan dari latar belakang yang diteliti,yakni sama-sam

meneliti masalah komunikasi. Namun obyek dan subyek dari penelitian nya

berbeda. Obyek penelitian ini membahas tentang komunikasi unit kegiatan

mahasiswa MAPALSA, sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang

komunikasi penyebar luasan ideologi Marhaenisme pada mahasiswa baru dan

masyarakat oleh pengurus atau para anggota GMNI yang ada di Surabaya. Dan

untuk subyek penelitian ananda Isna adalah pengurus dan anggota MAPALA,

begitu pula dengan penelitian ini subyeknya adalah pengurus dan anggota

GMNI.

Kedua, peneliti menggunakan kajian terdahulu dari penelitian model

jurnal milik ananda Roswita Mathilda Kristy. Dalam penelitiannya tersebut

berjudul Internet Sebagai Instrumen Penyebaran Ideologi Jaringan Al Qaeda.

Penelitian ini membahas tentang peran internet terhadap jaringan al

Qaeda. Hal ini didasari oleh latar belakang yang menunjukkan besarnya

pengguna internet dewasa ini. hal ini dibarengi dengan semakin meningkatnya

kejahatan cyber dan meningkatnya website-website serta video yang berisi

ajakan untuk berjihad bahkan memperlihatkan pelatihan untuk mendidik

seorang jihadis. Penelitian ini menggunakan pendekatan network organization

untuk melihat struktur yangterbentuk dalam jaringan al Qaeda dan organisasi

(20)

organisasi afiliasinya didasarkan oleh kesamaan ideologi. Internet berperan

sebagai instrumen untuk propaganda dan menyebarkan ideologi. Ketika

propaganda dan ideologi berhasil disebarkan maka struktur jaringan al Qaeda

juga akan semakin kuat. Hal ini terjadi karena struktur jaringan yang dibangun

didasarkan kepada ideologi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bentuk

organisasi al Qaeda adalah berupa jaringan. Ideologi dan propaganda yang

dibawa oleh jaringan teror al Qaeda. Hal ini terbukti dari temuan-temuan

peneliti yang menunjukkan adanya website-website yang bermuatan ideologi al

Qaeda. Selain itu juga, ditemukan adanya majalah dan video yang diproduksi

oleh rumah produksi milik al Qaeda al Fajr dan as Sahab yang tersebar di

beberapa website dan blog.

Perbedaannya adalah, penelitian yang diteliti oleh ananda Roswita

terletak pada cara penyebaran ideologinya. Yaitu menggunakan internet

sebagai alat untuk menyebar luaskan ideologi al Qaedah dengan judul Internet

Sebagai Instrumen Penyebaran Ideologi Jaringan Al Qaeda. Sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan interpersonal sebagai alat untuk

menyebar luaskan ideologi Marhaenisme. Penelitian milik ananda Roswita

dengan peneliti saat ini mempunyai persamaan yaitu sama-sama meneliti suatu

fenomena yang terjadi, kemudian menjelaskannya melalui proses komunikasi.

Berikut adalah bentuk tabel dari keterangan kajian hasil penelitian yang

(21)

Nama Peneliti Nur Isnaini Roswita Mathilda Kristy

Judul Komunikasi Unit Kegiatan

Mahasiswa Mapalsa.

Internet Sebagai Instrumen

Penyebaran Ideologi Jaringan Al

Qaeda

Tahun 2015 2012

Metode

Penelitian

Pendekatan Kualitatif Pendekatan network organization

Hasil Temuan

langsung dari pimpinan kepada

bawahan, merupakan otoritas

dan kebijakan seorang ketua

terhadap anggota.

Hasil penelitian ditemukan bahwa

internet memang digunakan untuk menyebarkan ideologi dan

propaganda yang dibawa oleh

jaringan teror al Qaeda. Hal ini

terbukti dari temuan-temuan

peneliti yang menunjukkan adanya

website-website yang bermuatan ideologi al Qaeda. Selain itu juga,

ditemukan adanya majalah dan

video yang diproduksi oleh rumah

produksi milik al Qaeda al Fajr dan

as Sahab yang tersebar di

beberapa website dan blog. Hal ini diperkuat juga dengan

terekrutnya seorang pemuda

Perancis dalam jaringan al Qaeda

lewat internet. Bukti-bukti tersebut memperlihatkan bahwa internet

merupakan instrumen yang efektif

dalam menyebarkan ideologi dan

propaganda karena sifatnya yang

anonim, cakupan audiens yang luas,

serta biaya yang dikeluarkan untuk

(22)

Tujuan

Penelitian

Untuk mendeskripsikan dan

memahami komunikasi di unit

kegiatan mahasiswa MAPALSA

dan untuk mendeskripsikan dan

memahami faktor-faktor yang

menghambat komunikasi unit

kegiatan mahasiswa

MAPALSA.

Untuk mengetahui bagaimana

gambaran resiliensi pada remaja

yang mengalami broken home serta

mengetahui faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi pencapaian

resiliensi pada remaja yang

mengalami broken home.

menggunakan internet sebagai alat untuk menyebar luaskan ideologi al

Qaedah dengan judul Internet

Sebagai Instrumen Penyebaran

Ideologi Jaringan Al Qaeda.

Sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan

interpersonal sebagai alat untuk

menyebar luaskan ideologi

Marhaenisme.

F. DEFINISI KONSEP

1. Komunikasi Organisasi

Bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi

organisasi, yaitu :3

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam sistem terbuka yang komplek

yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun

eksternal.

3

(23)

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah

dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaanya,

hubungannya dan keterampilannya.

Menurut Goldhaber 19864, komunikasi organisasi adalah proses

menciptakan dan saling menukar pesan dalm satu jaringan hubungan yang

saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak

pasti atau yang selalu berubah-ubah.

Untuk mempelajari suatu pesan dalam suatu organisasi dapat dilihat

dari berbagai variabel. Pertama, variabel jaringan pesan, maka komunikasi

organisasi dapat diklsifikasikan atas jaringan komunikasi formal dan

jaringan kumnikasi informal. Jaringan komunikasi formal dapat pula

dibedakan atas komunikasi kebawah, komunikasi keatas, dan komunikasi

horizontal. Sedangkan jaringan komunikasi informal lebih terkenal dengan

grapevein. Kedua, berdasarkan variabel hubungan yakni komunikasi dyadic atau komunikasi diantara dua orang, komunikasi kelompok dan

komunikasi publik untuk banyak orang. Ketiga, berdasarkan tujuan dari

pesan. Komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi untuk

pemeliharaan, komunikasi untuk tugas, komunikasi untuk tujuan

kemanusiaan dan komunikasi untuk pembaruan. Keempat, berdasarkan

variabel penerima. Komunikasi dapat diklasifikasikan atas komunikasi

internal dan komunikasi eksternal. komunikasi internal adalah komunikasi

4

(24)

yang dikirimkan kepada anggota dalam suatu organisasi sedangkan

komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dikirimkan kepada orang

yang diluar organisasi. Kelima, variabel bahasa. Komunikasi dapat

dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Keenam,

berdasarkan variabel metode difusi. Komunikasi dapat dibedakan atas

komunikasi lisan dan tulisan serta komunikasi dengan menggunakan

perangkat keras atau menggunakan peralatan elektronik, seperti

komunikasi melalui telpon, radio, televise dan sebagainya.

2. GMNI dalam Menyebarkan ideologi

GMNI merupakan Organisasi Perjuangan dan Gerakan Perjuangan

Terorganisir. Artinya, gerakan Perjuangan harus menjadi jiwa, semangat

atau roh GMNI. Dan segala tindak perjuangan GMNI harus terorganisir

yakni senantiasa mengacu pada doktrin perjuangan yang menjadi azas

GMNI.

Sebagai gerakan perjuangan, yang menjadi tujuan perjuangan GMNI

adalah mendidik kader bangsa mewujudkan masyarakat Pancasila sesuai

dengan amanat UUD 1945 yang sejati. Sebab dalam keyakinan GMNI,

hanya dalam masyarakat Pancasila yang sejati, Kaum Marhaen dapat

diselamatkan dari bencana kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan

terhindar dari berbagai bentuk penindasan.

GMNI adalah organisasi yang independen dan berwatak kerakyatan.

Artinya, GMNI tidak beraffiliasi pada kekuatan politik manapun, dan

(25)

Independensi bukan berarti netral, sebab GMNI senantiasa proaktif dalam

perjuangan sesuai dengan Azas dan Doktrin Perjuangan yang ia jalankan.

Walaupun demikian, GMNI tidak independen dari Kaum Marhaen serta

kepentingan Kaum Marhaen.

GMNI adalah gerakan mahasiswa. Sebagai konsekuensi dari sifat

ini, maka yang boleh menjadi anggota GMNI hanya mereka yang berstatus

mahasiswa. Namun demikian tidak semua mahasiswa dapat menjadi

anggota GMNI, sebab yang dapat menjadi anggota GMNI hanya mereka

yang mau berjuang, atau insan mahasiswa pejuang. Tentu yang dimaksud

dengan mahasiswa pejuang disini adalah mereka yang berjuang atas dasar

Ajaran Sukarno.

GMNI adalah gerakan yang berlingkup nasional. Artinya bukan

organisasi kedaerahan, keagamaan, kesukuan, atau golongan yang bersifat

terbatas. Makna Nasional juga mengandung pengertian bahwa yang

diperjuangkan oleh GMNI adalah kepentingan Nasional. Sebagai

organisasi yang berwatak Nasionalis, maka Nasionalisme GMNI jelas

adalah Nasionalisme Pancasila.

Indonesia sekarang merupakan satu masyarakat kapitalis yang

bersifat setengah jajahan. Kapitalisme neoliberal telah mencerca.

Perubahan ini sekarang ditunjukkan oleh fenomena globalisasi. Proses ini

dianggap sebagai proses revolusi global yang dimana terdapat satu

perubahan yang melibatkan bukan sekedar proses dibidang

(26)

komunikasi yang merangkum seantero dunia, melainkan juga memandu

dengan transformasi dibidang kultural. Hal ini merupakan sebuah

tantangan baru bagi kaum “marhaenis” (kaum yang membela marhaen)

dimana tak lain dari korban dari sistem global adalah kaum marhaen. Oleh

karena itu gerakan mahasiswa nasional Indonesia merupakan organisasi

yang menggunakan ideologi marhaenisme sebagai pisau analisa

menghadapi permasalahan bangsa oleh karena itu GMNI terus menjaga

eksistensinya dengan terus menyebarkan ideologi Marhaenisme karena

eksistensi GMNI tidak akan berjalan ketika ideologi marhaenisme tidak

disebarkan atau diajarkan pada mahasiswa-mahasiswa di kampus karena

mahasiswa selaku agen perubahan bangsa di harapkan mampu

memecahkan permasalahan bangsa dengan ideologi Marhaenisme.

G. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Bagan 1.1 Kerangka Teori

KOMUNIKASI ORGANISASI

PROSES REKRUTMEN

TEORI

PERSUASI KOMUNIKASI KOMUNIKASI

ANTAR PENGURUS

(27)

Dari gambaran sistematika di atas dapat diketahui bahwa komunikasi

organisasi yang dilakukanoleh para pengurus GMNI dalam

penyebarluasan ideologi marhaenisme ini ada karena terbentuknya suatu

interaksi komunikasi dan perilaku pada mahasisiwa baru dan masyarakat

dan juga diimbangi dengan adanya hubungan yang baik maka dari itu

hubungan tersebut akan mempengaruhi komunikasi interpersonal antar

anggota dan pengurus. Bentuk dari komunikasi organisasi yang dilakukan

salah satunya dengan proses rekrutmen anggota baru. Dan nantinya pada

saat proses rekrutmen tersebut, para pengurus menyebarkan atau

menerangkan kepada para anggota baru tentang ideologi yang menjadi

panutan organisasi GMNI yaitu ideologi Marhaenisme. Korelasi dari

komunikasi organisasi dalam menyebarkan ideologi marhaenisme, antara

komunikasi antar pengurus dan proses komunikasi melalui rekrutmen

anggota baru dikonkritkan dengan adanya Teori Persuasi Komunikasi.

Teori komunikasi persuasi adalah teori yang mengedepankan seni

ataupun cara untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi persuasi

merupakann sebuah seni untuk membujuk orang lain dengan

mempengaruhi emosinya bukan pikirannya dengan fakta-fakta yang

rasional.

Persuasi berbeda dengan beragumen yang hanya memaparkan

alasan-alasan logis saja, tetapi juga ditambah dengan mempengaruhi sisi

emosionalnya, juga beda dengan mempengaruhi dengan cara kekerasan

(28)

H. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian yang mengangkat tentang Komunikasi Organisasi

Dalam Menyebarkan Ideologi Marhaenisme oleh Organisasi GMNI Di

Surabaya ini menggunakan jenis metode pengkajian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Penelitian kualitatif selalu mengandaikan

adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami suatu

realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar

belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada

suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian. Bagi

peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh

individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis melaporkan

realita di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan

penafsiran informan.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa perkataan atau lisan yang diarahkan pada latar

belakang dan individu secara holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan

data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi

atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Riset ini

(29)

digeneralisasikan. Desain riset ini dapat dibuat bersamaan atau sesudah

riset. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan riset.5

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mana metode

digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan

kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan; Kedua,

metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

dan responden; dan Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan banyak pinjaman pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.6 Bogdan dan Taylor

mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Pendekatan ini diarahkan

pada latar dari individu tersebut secara holistik atau utuh. Jadi, yang

dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.8

Penelitian tentang Komunikasi Penyebaran Marhaenisme Yang

Dilakukan Organisasi GMNI Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi

Ideologi ini, peneliti menggunakan wawancara semistruktur

(Semistructure Interview) yakni dengan menyediakan daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan

5

Rachmat Kriyantono,Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009) hlm.56

6

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1993), hal 5.

7

Ibid., hlm 3.

8

(30)

secara bebas,yang terkait dengan permasalahan. Atau wawancara ini biasa

disebut dengan wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin.

Artinya wawancara akan dilakukan secara bebas, tapi terarah dengan tetap

berada pada jalur pokok permasalahan yang akan ditanyakan dan telah

disiapkan terlebih dahulu.

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Data-data yang dikumpulkan adalah bersumber dari hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian

yang dikaji. Adapun yang menjadi sumber data untuk mendapatkan

berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah, informan yang mempunyai kaitan

dengan penelitian yang dikaji. Yang mana dalam penelitian ini yang

dikaji adalah tentang komunikasi penyebaran Marhaenisme yang

dilakukan Organisasi GMNI, jadi informannya difokuskan para

pengurus organisasi GMNI. Informan yang diteliti oleh peneliti

berjumlah lima orang, lima informan tersebut sudah menjalin

(31)

Tabel 1.1 Subyek

Ket : Masa Jabatan Berlaku Pada periode 2015-2016

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah yang menjadi pokok pembahasan

penelitian yaitu yang berkaitan tentang komunikasi. Komunikasi adalah

rangkaian kegiatan mengirim dan menerima pesan atau informasi yang

dilakukan oleh komunikator dan komunikan melalui channel sehingga

menghasilkan efek baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka

dengan adanya objek tersebut diharapkan akan diketahui bagaimana

proses komunikasi penyebaran Ideologi Marhaenisme pada mahasiswa

baru dan masyarakat khususnya dalam hal komunikasi verbal, non

verbal maupun media komunikasinya.

c. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada beberapa informan dari

Universitas yang berbeda. Meskipun dari Universitas yang berbeda,

responden sendiri sama-sama mengikuti Organisasi GMNI yang ada di

Surabaya dan merupakan pengurus GMNI itu sendiri. Dan inti dari

penelitian ini berlokasi di Surabaya. Sehingga hal tersebut sudah

termasuk ke dalam syarat-syarat penelitan.

No Nama Umur Jabatan Asal

1 Jatayu Kresnatama 25 Ketua Universitas Airlangga

2 Lingga Nur Syamsu 24 Wakil Ketua ITS

3 M.Ageng Dendy S. 23 Sekjen UIN Sunan Ampel

4 Kafabih 24 Bendahara UIN Sunan Ampel

(32)

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan lofland sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini

jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber daya tertulis

foto dan statistik.9

Dalam hal ini, peneliti memperoleh data tentang cara komunikasi

pengurus GMNI dalam menyebarkan Ideologi Marhaenisme, dengan

menggunakan dua sumber data yakni meliputi:

a. Kata-kata dan tindakan.

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diwawancarai

merupakan sumber data utama yang dicatat melalui catatan tertulis

atau melalui rekaman video atau audio tapes, pengambilan foto, atau film.

Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau

pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari

kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Yang mana diantara

ketiga kegiatan yang dominan, jelas akan bervariasi dari satu waktu ke

waktu lain dan dari sati situasi ke situasi lainnya.

Pada dasarnya, ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang bisa

dilakukan oleh semua orang namun pada penelitian kualitatif

9

(33)

kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah, dan senantiasa

bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan. 10

Hal tersebut dilakukan secara sadar dan terarah karena memang

direncanakan oleh peneliti. Dikatakan terarah karena dari berbagai

macam informasi yang tersedia tidak seluruhnya akan digali oleh

peneliti. Jadi seyogyanya seorang peneliti yang baik, sebelum

melakukan wawancara hendaknya terlebih dahulu merancang secara

matang strategi apa dan taktik menjaring informasi yang diperlukan.

Apabila hal itu sudah dilakukan, akan banyak bergantung pada orang

sebagai instrumen penelitian.

Dari hasil wawancara nantinya akan peneliti kembangkan dan

kumpulkan menjadi satu sebagai bahan kajian untuk memperoleh hasil

penelitian. Selain itu situasi situasi tertentu dilapangan

memperhadapkan peneliti atau sedikit ada masalah untuk peneliti,

sehingga sebelum penelitian berlangsung peneliti telah

mempersiapkan atau mencari data tambahan lainnya seperti sumber

data tertulis.

b. Sumber tertulis.11

Dilihat dari segi sumber data bahan tambahan yang berasal dari

sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah,

sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Dalam

penelitian ini sumber tertulis diperoleh dari majalah-majalah ilmiah

10

.,loc.cit, Lexy J.Moleong, hal 112

11

(34)

seperti jurnal tempat menerbitkan penemuan-penemuan hasil

penelitian. Majalah ilmiah sangat berharga bagi peneliti guna

menjajaki keadaan perseorangan atau masyarakat di tempat penelitian

dilakukan.

4. Tahap-tahap penelitian

Moleong mengemukakan bahwa pelaksanaan penelitian ada empat

tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap

analisis data, tahap penulisan laporan’’12

. Dalam penelitian ini tahap yang

ditempuh sebagai berikut :

a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus,

penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti,

mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek

yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan

penelitian.

b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan

yang berkaitan dengan Komunikasi Penyebaran Marhaenisme

Yang Dilakukan Organisasi GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional

Indonesia) Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi Ideologi. Data

tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi

dengan cara mengamati pola komunikasi yang dilakukan oleh

pengurus Organisasi GMNI tersebut.

12

(35)

c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah

melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan

pengurus Organisasi GMNI tersebut. Kemudian dilakukan

penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti

selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara

mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data

sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk

memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam

memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil

penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data

sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi

hasil penelitian dengan dosen untuk mendapatkan perbaikan

saran-saran.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Dalam

pengumpulan data ini peneliti menggunakan beberapa teknik sebagai

berikut :

(36)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti13. Metode ini dapat dilakukan secara

langsung dalam menjajaki dan mengenal objek penelitian14, terhadap

segala sesuatu yang berhubungan dengan :

a) Place, yaitu tempat yang diobservasi. Dalam hal ini adalah Komunikasi Penyebaran Marhaenisme Yang Dilakukan Organisasi

GMNI Di Surabaya Untuk Menjaga Eksistensi Ideologi

b) Actor, yaitu pelaku atau orang-orang yang memainkan peran tertentu yang meliputi pengurus Organisasi GMNI

c) Activity, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan oleh actor

dalam rangka mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

2. Wawancara atau interview

Wawancara atau interview merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.15 Jadi, dengan

wawancara peneliti akan memperoleh data tentang hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan

fenomena yang terjadi dan tidak dapat ditemukan melalui observasi.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Moleong adalah proses pengorganisasian dan

mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sehingga

13

Hasami dan Pornomo Setiadi, Metode Penelitian Sosial,(Bandung : Bumi Aksara, 1996), hlm 54.

14

.,op. cit,Sugiyono. ,hlm 68.

15Ibid.,

(37)

dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.

Dalam analisis ini menggunakan metode analisis induktif

mengembangkan suatu teori dari data tersebut. Hal ini berangkat dari

kasus-kasus bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata yang berupa

ucapan dan perilaku subjek penelitian ditambah lagi situasi lapangan

penelitian untuk kemudian generalisasikan menjadi model, konsep, teori,

prinsip, proposisi, atau definisi.

Dalam menggunakan analisis ini akan mampu mengkonfirmasi

data dengan suatu teori, dan bisa mencakup setiap permasalahan yang di

teliti. Berfikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari data

empirik lewat observasi menuju pada suatu teori. Dengan kata lain induksi

adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan

yang terjalin menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi.

Hasil akhir dari proses analisis inilah yang nantinya dapat disebut sebagai

hasil penelitian.16

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data, yaitu data reducation, data display, dan coclusion drawing atau verivication17.

16Ibid.,

hlm 95.

17

(38)

1. Data reducation (reduksi data), data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara

teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data yang direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan. Pada tahap ini peneliti memilih data yang relevan dan

yang kurang relevan dengan tujuan peneliti, kemudian

mengelompokkan sesuai dengan asepek yang diteliti.

2. Data display (penyajian data), setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah dipahami tersebut. Bentuk penyajian yang dipilih dalam

penelitian ini adalah bentuk naratif, dengan tujuan atau harapan setiap

data tidak lepas dari latarnya.

(39)

Kesimpulan yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan pada tahap

awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian

kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal. Akan tetapi hal ini mungkin juga

tidak terjadi seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan

masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan.18

Bagan 2.1

Analisis Data Model Interaktif Miles dan Hubermen

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk membuktikan bahwasannya penelitian dapat dipertanggung

jawabkan dari segala segi maka diperlukan teknik keabsahan data. Adapun

teknik keabsahan data yang digunakan oleh penulis adalah:

18Ibid.,

hlm 247-253

Pengumpulan Data PenyajianData

Reduksi Data Penarikan/Pengujian

(40)

a. Metode trianggulasi, yakni usaha mengecek keabsahan data atau

mengecek keabsahan temuan riset. Metode triangulasi dapat dilakukan

dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan yang sama. Dalam hal ini peneliti melakukan kroscek

dari data yang dipilih baik itu melaui wawancara atau dokumen yang

ada. Teknik pemeriksaan ini merupakan triangulasi dengan sumber

data yakni membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda

dalam metode kualitatif yang dilakukan.19 Peneliti melakukan

validitas dengan membandingkan data wawancara dengan pengamatan

dan dokumen-dokumen yang terkait. Selain itu membandingkan apa

yang dikatakan secara umum dengan apa yang dikatakan secara

pribadi.

b. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci.20 Penulis mengadakan pengamatan dengan teliti

dan secara berkesinambungan. Kemudian menelaah secara rinci dan

berulang-ulang dalam tiap kali melakukan penelitian sehingga

ditemui seluruh data penelitian, serta akhirnya hasilnya sudah mampu

dipahami dengan baik.

19

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), hlm. 256-257

20

(41)

c. Diskusi dengan teman sejawat, peneliti mendiskusikan hasil penelitian

dengan teman sejawat yang mengetahui tentang objek yang diteliti

dan permasalahannya. Peneliti berdiskusi tentang segala hal mengenai

penelitian yang peneliti lakukan. Dengan berdiskusi dengan teman

sejawat maka akan memberikan masukan-masukan kepada peneliti

sehingga pada akhirnya peneliti merasa mantap dengan hasil

penelitiannya. Teknik ini dilakakukan dengan cara mengekspos hasil

sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi

analitik dengan rekan-rekan sejawat.

Kecukupan refrensi tersebut berupa bahan-bahan yang tercatat yang

digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis

penafsiran data. Jika alat elektronik tidak tersedia cara lain sebagai

pembanding kritik masih dapat digunakan. Misal: adanya informasi yang

tidak direncanakan, kemudian disimpan sewaktu mengadakan pengujian,

informasi demikian dapat dimanfaatkan sebagai penunjangnya.

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penulisan atau pembahasan terdiri dari lima bab yang terperinci

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalambab ini terdiri dari sembilan sub bab antara lain latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

(42)

definisi konsep, kerangka pikir penelitian, metode

penelitian, jadwal penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : KERANGKA TEORITIS

Pada bab ini menguraikan penjelasan tentang kerangka

teoritik yang meliputi pembahasan kajian pustaka dan

kajian teoritik yang berkaitan dengan proses komunikasi

yang dilakukan oleh pengurus GMNI dalam penyebaran

ideologi Marhaenisme di Surabaya..

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada bab ini berisikan tentang setting penelitian yakni

gambaran singkat dari proses komunikasi yang dilakukan

oleh pengurus GMNI dalam penyebaran ideologi

Marhaenisme di Surabaya..

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bab ini membahas temuan penelitian dan menganalisis

data konfirmasi temuan dengan teori.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi

(43)

33

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian pustaka

1.Komunikasi dan Efektifitas Komunikasi Organisasi

a. Pola Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata communicate, yang berarti menghubungkan. Sedangkan secara garis besar komunikasi berarti

proses penyampaian pesan kepada komunikan dengan melalui

channel. Menurut Onong Uchjana Efendi, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh ses eorang kepada

orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. 1

Membahas pola komunikasi tentu tidak lepas dari proses

komunikasi. Dengan kata lain, pola komunikasi akan terbentuk ketika

adanya proses komunikasi. Proses komunikasi adalah rangkaian

kegiatan mengirim dan menerima pesan atau informasi yang

dilakukan oleh komunikator dan komunikan melalui channel sehingga

menghasilkan efek baik secara langsung maupun tidak langsung. Pola

komunikasi dapat dikategorisasikan dalam beberapa kategori, antara

lain:2

1

Yoyon Mudjiono, Ilmu Komunikasi, Surabaya: Laboratorium PPAI Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1991, hlm. 6..

2Ibid

(44)

34

1. Pola komunikasi primer

Pola komunikasi primer adalah pola komunikasi yang

proses komunikasinya antar pribadi dan sering dilakukan

dengan proses tatap muka.

2. Pola komunikasi bermedia atau sekunder

Pola komunikasi bermedia merupakan pola komunikasi

yang terbentuk dari proses komunikasi yang dilakukan dengan

menggunakan media.

3. Pola komunikasi satu arah

Pola komunikasi satu arah sering disebut dengan pola

komunikasi linier, yaitu pola komunikasi yang terbentuk dari

proses komunikasi yang berlangsung hanya satu arah, tidak

terdapat umpan balik secara langsung. Dengan kata lain pola

komunikasi ini dapat dikatakan sebagai pola komunikasi

intruksional.

4. Pola komunikasi dua arah

Pola komunikasi dua arah adalah pola komunikasi yang

terbentuk dari proses komunikasi yang berlangsung dari dua

arah. Dalam pola ini, komunikator dan komunikan tidak

diketahui secara jelas sebab antara keduanya saling bertukar

pesan dan saling merspon pesan yang diterimanya. Jadi pola

(45)

35

5. Pola komunikasi dua tahap

Pola komunikasi dua tahap adalah pola komunikasi

yang terbentuk dari proses komunikasi yang menggunakan

tangan kedua di dalamnya. Dalam pola ini komunikator

pertama meminta bantuan kepada komunikator kedua untuk

menyampaikan pesan kepada komunikan.

6. Pola komunikasi multi step

Pola komunikasi multi step adalah suatu pola

komunikasi yang terbentuk dari proses komunikasi yang

menggunakan komunikator bantuan dengan kuantitas yang

melebihi satu. Dalam pola ini komunikator utama meminta

bantuan kepada komunikator bantuan-bantuan untuk

menyampaikan pesan.

b. Model Komunikasi

1. Model Komunikasi Linear Satu Arah

Laswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu

ditanyakan dan dijawab melihat proses komunikasi, yaitu who

(46)

36

Seorang ahli ilmu politik dari Yale University, Harold

Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan

dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu :3

a) Who (Siapa)

Who tersebut adalah menunjuk kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi. Yang

memulai komunikasi ini dapat berupa sesorang dan dapat

juga sekelompok orang seperti organisasi atau persatuan.

b) Says What (Mengatakan Apa)

Pertanyaan kedua adalah say what atau apa yang dikatakan. Peratanyaan ini adalah berhubungan dengan isi

komunikasi atau apa pesan yang disampaikan dalam

komunikasi tersebut.

c) In Wich Medium (Dalam Media Apa)

Pertanyaan ketiga adalah to whom. Pertanyaan ini maksudnya menanyakan siapa yang menjadi audience atau

penerima dari komunikasi, hal ini perlu diperhatikan karena

penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya,

pengalamannya, kebudayaanya, pengetahuannya dan usianya.

d) To Whom (Kepada Siapa)

Pertanyaan yang keempat adalah through what atau melalui media apa. Yang dimaksudkan dnegan media adalah

3Op. cit.

(47)

37

alat komunikasi, seperti berbicara, gerakan badan, kontak

mata, sentuhan, radio, televisi, surat, buku dan gambar.

e) What Effect (Apa Efeknya)

Pertanyaan terakhir dari model Laswell ini adalah

what effect atau apa efeknya dari komunikasi tersebut. Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan

dua hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi

tersebut dan kedua apa yang dilakukan orang sebagai hasil

dari komunikasi.

2. Model Komunikasi Sirkuler (Model Hoeta Soehoet)

Hoeta Soehoet mengungkapkan adanya 5 tahap proses

komunikasi. Berturut- turut: (1) proses komunikasi dalam diri

komunikator, (2) proses komunikasi antara komunikator dan

komunikan, (3) proses komunikasi dalam diri komunikan, (4)

proses komunikasi antara komunikan dan komunikator, (5)

proses komunikasi dalam diri komunikator. Masing-masing

komunikator dan komunikan memiliki peralatan jasmaniah dan

rohaniah. Peralatan rohaniah manusia terdiri dari hati nurani,

akal, budi, naluri kebahagian, naluri sosial, naluri ingin tahu,

dan naluri komunikasi. Peralatan rohaniah menghasilkan

falsafah hidup, konsepsi kebahagian, motif komunikasi, isi

(48)

38

peralatan rohaniah. Model Hoeta Soehoet menjadi latar

penulisan dan pokok-pokok pikiran4.

3. Model Komunikasi Spiral (Model Tubbs)

Para pelaku komunikasi dalam model Tubs disebut

komunikator 1 dan komunikator 2, dimana masing-masing

berperan sebagai penerima dan pengirim. Kedua pelaku

komunikasi mengirm dan menerima pesan sepanjang waktu,

tanpa awal dan akhir. Artinya, sebagaimana model spiral

lainnya, apa yang dianggap awal komunikasi itu sebenarnya

merupakan kelanjutan dari fenomena komunikasi sebelumnya,

baik dengan orang bersangkutan atau dengan pihak lain, dan apa

yang dianggap sebagai akhir komunikasi akan berlanjut pada

komunikasi berikutnya. Model ini mengisyaratkan bahwa

komunikasi bersifat irreversible. Artinya tidak dapat lagi berada dalam posisi semula (baik dalmn pengetahuan, pengalaman,

ataupun sikap) sebelum suatu pesan menerpa.

Model Tubbs menunjukkan, baik komunikator 1 atau

komunikator 2 terus-menerus memperoleh masukan, yakni

rangsangan yang berasal dari dalam ataupun dari luar dirinya,

yang sudah berlalu ataupun sedang berlangsung. Akan tetapi,

keduanya adalah mahluk yang uniik, punya latar belakang

4

(49)

39

berbeda. Sehingga masukan yang menerpa komunikatar 1 dan

komunikator 2 bisa jadi berlainan5.

c. Komunikasi Efektif

Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat

bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk

kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari atasan dan

bawahannya. Oleh karena itu komunikasi efektif dianggap sebagai

elemen penting untuk keberhasilan suatu organisasi. Bagaimana

mungkin orang lain bisa menangkap ide kalau tidak dapat

mengungkapkannya kepada orang lain dengan baik.

Komunikasi menjadi faktor terpenting bagi organisasi dalam

mendapatkan informasi. Kemudian dengan komunikasi yang baik

maka suatu organisasi akan dapat berjalan lancar dan begitu juga

sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat

macet atau berantakan. Tanpa komunikasi yang efektif di antara

berbagai pihak, pola hubungan yang ada pada organisasi tidak akan

bisa melayani kebutuhan seseorang atau anggota dalam organisasi

tersebut dengan baik.

Komunikasi bertindak dan berfungsi mengendalikan perilaku

anggota organisasi dalam berbagai cara. Dalam hal ini, komunikasi

melaksanakan empat fungsi utama dalam organisasi, yaitu fungsi

informasi, fungsi kendali, fungsi motivasi dan fungsi penyampaian

5

(50)

40

perasaan emosional. Fungsi internal komunikasi ini akan berunjung pada diri anggota organisasi itu sendiri berupa munculnya kesadaran

diri yang tinggi terhadap organisasi, pemahaman terhadap kinerja

organisasi, struktur organisasi dan reputasi organisasi.

Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang

komunikator harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi

penerima pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan,

memilih media, memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan

balik.

Disamping itu, komunikator harus bisa memutuskan isi pesan,

format pesan dan struktur pesan sehingga pesan yang disampaikan

memiliki daya tarik maksimal, baik daya tarik rasional, emosional dan

moral. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih

media, media komunikasi yang bisa digunakan yaitu telepon, surat,

internet atau media massa seperti papan reklame, poster, media online. Kemudian suasana lingkungan organisasi yang dirancang sedemikian

rupa baik sebagai daya tarik, dan melaksanakan kegiatan untuk

meningkatkan “eksistensi” dan image positif organisasi.

Efek komunikasi adalah pengaruh yang ditimbulkan pesan

komunikator dalam diri komunikannya. Efek komunikasi dapat

bedakan atas efek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif

(tingkah laku). Efek komunikasi dapat diukur dengan membandingkan

(51)

41

komunikan menerima pesan. Karenanya, efek adalah salah satu

elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau

tidaknya komunikasi yang diinginkan.6

Bagan 2.1 Efek Komunikasi.

Motif komunikasi mendorong untuk melakukan tindak

komunikasi dengan menyampaikan pesan. Pesan yang sampai pada

komunikan menimbulkan efek, sehingga persoalan utama dalam

komunikasi efektif adalah sejauh mana motif komunikasi komunikator

terwujud dalam diri komunikannya. Apabila motif komunikasi

dimaknai sebagai tujuan komunikasi, maka dapat dinyatakan bahwa

hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang didapatkan, ini yang

dinamakan komunikasi berlangsung secara efektif. Apabila hasil yang

didapatkan lebih besar dari tujuan yang didapatkan, dikatakan bahwa

komunikasi berlangsung sangat efektif. Sebaliknya, apabila hasil yang

didapatkan lebih kecil dari hasil yang didapatkan, dikatakan bahwa

komunikasi tidak efektif.

6

Ibid, hal 110

EFEK

KOGNITIF

KONATIF

PENGETAHUAN

AFEKTIF SIKAP :

SETUJU/TIDAK

(52)

42

2.Ketepatan dan Distorsi Pesan

Pentingnya peran komunikasi bagi kehidupan fundamental

manusia tidaklah dapat dipungkiri. Begitu juga halnya bagi proses

berorganisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, seluruh proses

dalam organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Komunikasi yang

sempurna adalah ketika suatu pemikiran atau gagasan ditransmisikan

sehingga pesan dapat diterima dan diinterpretasikan oleh si penerima

sama dengan apa yang diinginkan oleh si pengirim pesan.

Komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua organisasi tanpa

terkecuali. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi sebagai the core

communicator dalam sebuah organisasi perlu memahami dan

menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka agar tidak terjadi

kesalahpahaman dalam penyampaian pesan.

1) Pengertian Ketepatan dan Distorsi Pesan.

Ketepatan komunikasi menunjukkan kepada kemampuan

orang untuk mereproduksi atau menciptakan suatu pesan dengan

tepat. Dalam komunikasi, istilah ketepatan digunakan untuk

menguraikan tingkat persesuaian di antara pesan yang diciptakan

oleh pengirim dan reproduksi penerima mengenai pesan tersebut.

Atau dengan kata lain tingkat penyesuaian arti pesan yang

dimaksudkan oleh si pengirim dengan arti yang diinterpretasi oleh

(53)

43

2) Faktor Personal Yang Memengaruhi Distorsi

Ada sejumlah prinsip yang mereflesikan faktor-faktor

personal yang memberikan kontribusi pada distorsi pesan.

Faktor-faktor ini biasanya berasal dari konsep mengenai komunikasi

sebagai tingkah laku dan proses. Faktor utama yang memberikan

kontribusi pada distorsi pesan dalam proses komunikasi, adalah

persepsi mengenai proses komunikasi tersebut. Hal hal yang

berkenaan dengan persepsi yang ikut mempengaruhi proses

komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Anggota Organisasi Mengamati Sesuatu Secara Seleksi.

Secara fisiologis, indera manusia memiliki keterbatasan dalam

penggunaannya. Terkadang, pemusatan perhatian terhadap

stimulus hanya mampu dilakukan oleh satu indra tertentu

sehingga ketidakmampuan manusia untuk melakukan

multi-tasking atau pemusatan dua atau lebih indra di saat yang

bersamaan mampu mengakibatkan distorsi pesan yang fatal.

Misalnya, jika seorang anggota organisasi sedang memikirkan

secara keras kondisi keluarganya, akan sangat mungkin ia

mengacuhkan informasi sekilas dari rekan kerjanya yang

memintanya untuk menemui pimpinan perusahaan. Karena

adanya kecenderungan manusia untuk memusatkan perhatian

(54)

44

menjadikan pesan yang tak terpilih harus terbuang dan tak

berhasil terinterpretasikan oleh penerima.

b. Orang Melihat Sesuatu Konsisten Dengan Apa Yang Mereka

Percayai.

Manusia cenderung memilih pesan yang ingin ia interpretasikan

konsisten dengan apa yang ia percayai. Maksudnya,

kecenderungan untuk menyandikan pesan sudah diatur di alam

bawah sadar seseorang sehingga terkadang pesan yang tak

sesuai dengan kepercayaan yang ia bawa akan tersisih. Konsep

ini juga sama dengan prinsip primordialisme atau stigma yang

mendasarkan penilaian terhadap yang “sudah ada” bukan yang

“sedang ada”.

c. Arti suatu pesan terjadi pada level isi dan hubungan.

Isi pesan adalah hal-hal substansial yang tekandung di dalam

sebuah pesan, baik itu ide, gagasan, pendapat, dan hal-hal lain

yang bersifat informatif, sedangakan hubungan merujuk pada

pola bagaimana penyampaian pesan tersebut berlangsung,

utamanya emosi yang menyertai dalam proses pengiriman

pesan. Misalnya dapat ditemukan pada bentuk ekspresi, baik itu

tersenyum, berduka, ceria dan hal-hal relasional lainnya. Ketika

hal ini tidak terpenuhi dalam proses komunikasi, baik

dikarenakan adanya ketidaksinambungan isi pesan dengan

(55)

45

pola kedua hal tersebut, menyebabkan acapkali distorsi pesan

mudah terjadi.

d. Distorsi pesan diperkuat oleh tidak adanya kesinambungan

antara bahasa verbal dan nonverbal.

Seperti yang pernah dibahas dalam dasar-dasar ilmu

komunikasi, pesan verbal dan nonverbal memiliki sinergitas

yang erat pada proses komunikasi. Konsistensi kedua bentuk

pesan tersebut dalam rangka menyempurnakan isi pesan sering

menemui kegagalan. Ketidaksinambungan antara isi pesan

verbal dengan tampilan pesan nonverbal membuat distorsi

dalam interpretasi pesan semakin meninggi. Misalnya, jawaban

yang disampaikan adalah “baiklah” namun diikuti dengan

mimik kekecewaan seakan jawaban sebenarnya adalah “tidak”

akan menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian pada diri

komunikan. Namun biasanya, komunikan lebih memilih

mempercayai pesan nonverbal yang diasumsikan sebagai

“kejujuran yang tak terkendali”.

e. Pesan yang meragukan sering mengarahkan pada gangguan.

f. Kecenderungan memori ke arah penejaman dan penyamarataan

detail.

Secara psikologis dan neurologis, manusia memiliki dua

kecenderungan ekstrim dalam menginterpretasi sebuah pesan.

Gambar

Tabel 2.2 Profil Informan 2 Lingga Nur Syamsu ............................ 65
  Tabel 1.1 Kajian Penelitian Terdahulu
 Tabel 1.1 Subyek
Tabel 2.1 Informan 1
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian lainnya dari Mukti (2009) tentang hubungan antara pola asuh demokratis dengan perilaku prososial remaja di SMK PGRI 3 Sidoarjo, dengan menggunanakan

Identifikasi Dan Aplikasi Strain Azolla Asal Bondowoso Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah ( Oryza sativa L ) Fakultas Pertanian: Universitas Muhammadiyah

Pemupukan silika merupakan upaya yang ditujukan untuk menyediakan silika dalam bentuk yang dapat diserap tanaman. Bahan – bahan yang digunakan sebagai sumber silikat untuk

Nilai koefisien regresi (X 3 ) yang bernilai positif dan nilai t hitung sebesar 2,450 > 1,658 t tabel berarti bahwa variabelsasosiasismerek n berpengaruhnpositif secara

group investigation berbantuan proyek yang lebih baik daripada hasil rerata gain ternormalisasi siswa pada kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional pada

Dari ketika kawasan tersebut ISIS lebih fokus pada Eropa dimana populasi muslimnya saat ini dianggap signifikan dan merupakan kawasan yang paling cocok bagi ISIS

Pandangan MUI NTB yang tidak menyalahkan intervensi Pemerintah provinsi NTB melalui SE Gubernur yang mengatur tentang batas usia minimal menjadi 21 tahun syarat usia menikah