• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Transportasi Kereta Api di Karesidenan Semarang Tahun 1870-1900 T1 152008011 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Transportasi Kereta Api di Karesidenan Semarang Tahun 1870-1900 T1 152008011 BAB II"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

1. Transportasi Kereta Api

Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi suatu negara atau bangsa. Di dalam transportasi ada dua unsur terpenting yaitu pemindahan atau pergerakan hasil-hasil produksi dengan menggunakan alat angkut, dan secara fisik mengubah tempat dari barang atau komoditi serta penumpang dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi memiliki peranan penting bagi industri, karena produsen mempunyai kepentingan agar barangnya diangkut sampai kepada konsumen tepat waktu, tepat pada tempat yang ditentukan, dan barang dalam kondisi baik (Abbas Salim, 2000: 1-24).

(2)

13

Perusahaan perkeretaapian mengartikan sarana sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan bentuk kendaraan beroda yang berjalan di atas rel, seperti lokomotif, gerbong barang, dan kereta penumpang. Lokomotif merupakan bagian dari rangkaian kereta api, dimana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api dan lokomotif terletak paling depan dari rangkaian kereta api. Pada masa kolonial Hindia Belanda, lokomotif-lokomotif yang banyak digunakan di Indonesia adalah lokomotif-lokomotif uap dengan memanfaatkan tenaga uap yang dihasilkan dari pembakaran air di ketel-ketel sebagai penggeraknya. Gerbong Barang merupakan angkutan barang kereta api yang memerlukan banyak gerbong kereta, karena barang-barang yang diangkutnya beraneka ragam seperti hasil perkebunan, ternak, dan pasir. Kereta penumpang adalah kereta atau gerbong yang merupakan bagian dari sebuah rangkaian kereta api dan digunakan untuk mengangkut penumpang. Kereta penumpang khusus bagi rakyat kecil atau penduduk bumi putera dipasang tiga baris bangku yang membujur sejajar kereta (Tim Telaga Bakti Nusantara, 1997: 107-111).

2. Undang-Undang Agraria

(3)

14

pertanian dalam jangka waktu lima tahun. Undang-Undang Agraria tersebut berisi pemilik modal asing swasta Belanda dan non Belanda di Indonesia boleh menyewa atau membeli tanah rakyat, rakyat Indonesia boleh menyewakan atau menjual tanahnya ke pemilik modal asing swasta Belanda dan non Belanda, pemilik modal asing swasta Belanda dan non Belanda boleh memproduktifkan tanah-tanah tersebut bersama-sama dengan rakyat atau mantan pemilik tanah. Undang-Undang Agraria membuka Jawa bagi perusahaan swasta, dan melindungi modal Eropa yang ditanam di berbagai perkebunan yang membuat tenaga kerja murah, hak-hak terjamin dan setelah tahun 1870 modal asing mengalir ke Jawa secara intensif (Sartono Kartodirdjo, 1990: 25-26).

Perlindungan dasar Undang-Undang Agraria dari tahun 1870 menegaskan hak milik dari penduduk pribumi atas tanahnya, dan melarang perpindahan hak milik kepada orang-orang bukan Indonesia. Dibawah Undang-Undang Agraria tahun 1870, para pengusaha Belanda dan Eropa lainnya menyewa tanah dari penduduk Jawa untuk mendirikan perkebunan-perkebunan besar mengalami perkembangan pesat dengan tersedianya modal swasta dalam jumlah besar, maka dapat mengimpor mesin dan perlengkapan lainnya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan-perkebunan.

(4)

15

Belanda dan Eropa di dalam berbagai usaha di Indonesia, khususnya perkebunan-perkebunan besar di Jawa maupun di daerah-daerah luar Jawa. Selama masa ini modal swasta dari Belanda dan negara-negara Eropa lainnya telah mendirikan berbagai perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang besar di Deli, Sumatera Timur. Undang-Undang Agraria tahun 1870 mendorong pelaksanaan politik pintu terbuka yaitu membuka Jawa bagi perusahaan swasta untuk memproduksi tanaman yang dapat diekspor ke Eropa (Marwati Djoened, 1975: 89-94).

3. Politik Pintu Terbuka

(5)

16

Pihak Belanda mengizinkan masuknya modal dan barang produksi industri asing dengan syarat-syarat yang sama seperti modal dan produksi Belanda sendiri. Sebagian besar perkebunan yang didirikan setelah tahun 1870 merupakan objek-objek penanaman modal. Liberalisme memberi dorongan baru kepada kemajuan ekonomi. Di dalam sistem baru ini pengusaha-pengusaha swasta mengambilalih perusahaan-perusahaan perkebunan yang dahulunya diurus oleh pemerintah kolonial.

(6)

17

akibat berbagai faktor tersebut ialah adanya kenaikan ekspor sejak tahun 1870 (Marwati Djoened, 1975: 86-89).

Perkembangan ekonomi dan lalu lintas uang disebabkan oleh meluasnya pekerja upah dan penyewaan tanah para petani kepada pengusaha-pengusaha Belanda yang dibayar dalam bentuk uang. Pendapatan-pendapatan ini membuat perekonomian dalam Negeri Belanda tetap stabil, hutang-hutang dilunasi pajak-pajak diturunkan, kubu-kubu pertahanan-pertahanan, terusan-terusan, dan jalan kereta api negara dibangun untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia dan kepentingan pemerintah kolonial (Marwati Djoened. 1975 : 89).

Partai Liberal berkuasa dan dirintislah modernisasi yang terdapat di Negeri Belanda seperti bank-bank, jalan-jalan raya, jaringan kereta api, jembatan-jembatan, dinas-dinas pos, dan perkebunan-perkebunan swasta timbul. Sesudah tahun 1870, perkembangan ini maju terus dengan pesatnya. Perdebatan-perdebatan di parlemen sampai tahun 1870 dipusatkan pada pro dan kontra sistem kebebasan berusaha, kebebasan bekerja serta kebebasan berkebun semuanya sebagai pengganti cultuurstelsel (Sartono Kartodirdjo, 1990: 21).

(7)

18

penetrasi Barat penduduk Jawa lebih banyak di dorong ke dalam ekonomi uang, karena hilangnya mata pencaharian mereka yang tradisionil memaksa mereka untuk mencari pekerjaan pada perkebunan-perkebunan besar yang dimiliki oleh Belanda dan Eropa serta pertumbuhan penduduk yang semakin pesat (Marwati Djoened, 1975: 90-92).

Jalan-jalan kereta api pertama tahun 1860 dibangun antara Semarang dan daerah Kasultanan (Vorstenlanden), serta antara Batavia dan Bogor. Pembangunan kedua jalan kereta api yang pertama diselesaikan dalam tahun 1873 dan terutama dimaksudkan untuk membuka daerah-daerah pedalaman Jawa dan menghubungi daerah-daerah-daerah-daerah perkebunan besar yang kebanyakan terletak di daerah pedalaman dengan kota-kota pelabuhan yang terdekat, yaitu Batavia di Jawa Barat dan Semarang di Jawa Tengah. Tahun 1873 pemerintah Hindia Belanda memulai pembangunan jalan kereta api antara Surabaya dan kota Malang, yang merupakan pusat penting dari perkebunan-perkebunan besar di daerah Jawa Timur. Pembangunan jaringan jalan-jalan kereta api di Pulau Jawa terutama terdorong oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi, khususnya kepentingan perkebunan-perkebunan besar (Djoko Suryo, 1989: 111-113).

(8)

19

jaringan jalan kereta api ini disebabkan karena pertimbangan ekonomi, dan pertimbangan-pertimbangan politik pasifikasi atau pengamanan daerah militer (Marwati Djoened, 1975: 105-107).

B. Penelitian yang Relevan

Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan bahasan dalam penelitian:

1. Handinoto dalam penelitian yang berjudul Peletakan Stasiun Kereta Api dalam Tata Ruang Kota-Kota di Jawa pada Masa Kolonial, 1999.

Penelitian tersebut membahas pada akhir abad 20 karena padatnya arus lalu lintas jalan darat di Pulau Jawa, angkutan kereta api menjadi salah satu sarana yang sangat penting dan peletakan stasiun kereta api di masa lampau sebagai masukan dalam pemikiran perkembangan kota-kota di Jawa untuk masa mendatang.

2. G. Ambar Wulan dalam penelitian yang berjudul Peranan dan Pekembangan Kereta Api di Jalur Semarang-Solo pada tahun 1864-1870,

membahas perkeretaapian di Jawa Tengah secara umum dan kemudian memfokuskan pada pembangunan jalur kereta api Semarang-Solo.

3. Soetandar Soemodipoero dkk, dalam penelitian yang berjudul Sejarah Perjuangan Pegawai Kereta Api Jawa Tengah pada tahun 1963, membahas

Referensi

Dokumen terkait

Pokja ULPD Kepulauan Riau melaksanakan Pelelangan Seleksi Sederhana untuk paket pekerjaan Jasa Konsultasi Perencanaan Belanja Modal Pengurukan dan Pematangan Lahan

[r]

70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti Proses pemilihan penyedia untuk pekerjaan Pembangunan Gudang dan Shelter Kendaraan

Fungsi yang sering digunakan a.l.: fungsi linier, fungsi kuadrat, fungsi pangkat banyak (3,4, dst), fungsi eksponensial, fungsi logaritmik, fungsi trigonometri, dll..

Dalam prinsip kerja sama yang terdiri atas empat maksim yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan, sedangkan dalam prinsip

Analisis Penyusunan Laporan Laba Rugi dan Neraca Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada UD.. UKM merupakan suatu

[r]

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis, biaya dan kualifikasi pada paket pekerjaan Perencanaan Jembatan Sei Silam Desa Koto Mesjid, bersama ini kami mengundang