• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Continuous Quality Improvement1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Continuous Quality Improvement1"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Bahan Unduhan

Menumbuhkan Budaya Peningkatan Mutu Berkelanjutan

(

Culture of Continuous Quality Improvement

)

pada Program Studi Kesehatan

Dalam upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi sebagaimana diamanahkan oleh Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan diperkuat oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka telah disusun Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 50 Tahun 2014 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM-Dikti). SPM-Dikti terdiri atas Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan

Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME). SPMI dikembangkan oleh perguruan tinggi, sedangkan SPME dikembangkan oleh BAN-PT dan LAM melalui akreditasi perguruan tinggi dan program studi. Selanjutnya, pengaturan terkait akreditasi dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 87 Tahun 2014 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi.

Sejalan dengan upaya pemerintah tersebut, masyarakat profesi kesehatan yang terdiri atas asosiasi institusi pendidikan dan organisasi profesi bidang kedokteran (AIPKI dan IDI), kedokteran gigi (AFDOKGI dan PDGI), bidan (AIPKIND dan IBI), perawat (AIPNI dan PPNI), gizi (AIPGI dan PERSAGI), farmasi (APTFI dan IAI) dan kesehatan masyarakat (AIPTKMI dan IAKMI), telah menyepakati pendirian Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LAM-PTKes) pada tanggal 22 Desember 2011. Selanjutnya, kesepakatan tersebut dikukuhkan dalam bentuk Badan Hukum Perkumpulan LAM-PTKes Indonesia melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU – 30.AH.01.07.Tahun 2014 dan mendapatkan pengakuan dari Mendikbud berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.291 Tahun 2014. Perjuangan masyarakat profesi dalam mendirikan LAM-PTKes ini tidak lepas dari dukungan pemerintah melalui proyek Health Professional Education Quality (HPEQ), Ditjen Dikti Kemendikbud. Pada dasarnya, pemerintah mengawal, mendampingi dan menginisiasi model LAM-PTKes sebagai LAM milik masyarakat, serta melibatkan BAN-PT dalam proses pengembangan sistem akreditasi LAM-PTKes.

(2)

akhirnya bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement) .

Dalam menjalankan fungsinya, LAM-PTKes menggunakan instrumen, proses kerja, dan SDM penilai yang spesifik sesuai dengan bidang keilmuannya. Proses penilaian secara formatif dengan penguatan pada pendampingan oleh fasilitator diharapkan dapat memberikan pembelajaran kepada program studi dalam menerapkan budaya mutu, serta memperkuat implementasi SPMI sebagaimana terlihat pada gambar di bawah.

Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Dalam rangka menumbuhkan budaya mutu pendidikan tinggi kesehatan inilah maka dirasakan perlu ditulis buku dengan topik: “Menumbuhkan Budaya Peningkatan Mutu Berkelanjutan (Culture of Continuous Quality Improvement) pada Program Studi Kesehatan yang Diakreditasi oleh LAM-PTKes Indonesia”. Buku tersebut di atas direncanakan akan diterbitkan pada tahun 2015 ini. (Badranaya, Februari 2015)

Manajemen Program Studi

Kualifikasi Lulusan sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional (KKN)

EVALUASI DIRI PERSIAPAN AKREDITASI

PERBAIKAN PASCA AKREDITASI

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PROGRAM STUDI

Bimbingan Persiapan Akreditasi oleh FASILITATOR

Akreditasi oleh ASESOR (Asesmen Kecukupan – Asesmen Lapangan)

Keputusan Akreditasi oleh LAM-PTKes Pemantauan Perbaikan Akreditasi

oleh FASILITATOR

SISTEM PENJAMINAN MUTU EKSTERNAL

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan model pembelajaran discovery learning berbantuan program Cabri 3D pada materi jarak dalam

Oleh karena itu, sebagai desa wisata tidak cukup hanya berfokus pada pengelolaan ODTW Baturraden tetapi harus mengembangkan budaya serta sejarah yang dimiliki oleh masyarakat

Sifat kuantitatif yang diamati yaitu: (1) Panjang badan, diukur dari jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinocus pertama sampai benjolan tulang tapis

terhadap keputusan pembelian Cafe Wapres JK Pemalang, 2) terdapat pengaruh persepsi harga terhadap keputusan pembelian Cafe Wapres JK Pemalang, 3) terdapat

Pengembangan perangkat pembelajaran ini mengacu pada model pengembangan bahan ajar umum dari Tjeerd Plomp (1997) yang terdiri dari beberapa fase yaitu (1) fase investigasi awal,

Adapun kaitan antara teori tersebut dengan model pembelajaran yang peneliti pilih adalah (1) siswa belum bisa berpikir abstrak sehingga pada saat pembelajaran

Dalam hal pembuktian keaslian (autentikasi) tanda tangan manual dapat dilakukan melalui verifikasi atau pemeriksaan terhadap spesimen tanda tangan dari penanda tangan. Pada

Pengadaan rumah sehat sederhana, dari satu sisi, merupakan hal baik yang ditunggu oleh masyarakat Akit. Bukan hanya diberikan secara percuma oleh pemerintah, tetapi ini juga