• Tidak ada hasil yang ditemukan

21 Peranan Kelompok Tani Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani Rumput Laut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "21 Peranan Kelompok Tani Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani Rumput Laut"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANAN KELOMPOK TANI TERHADAP

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN

PETANI RUMPUT LAUT

(Studi Kasus Kelompok Tani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone,

Provinsi Sulawesi Selatan) Oleh :

RAFIKA RAFI G 311 06 051

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Universitas Hasanuddin Makassar

2010

Disetujui Oleh,

Prof. Dr. Ir. Syawal, M.SC Ir. Darwis Ali, M.S

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Ir. Muslim Salam, M.Ec NIP. 132 015 001

▸ Baca selengkapnya: contoh proposal kelompok tani pengadaan bibit doc

(2)

ii

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel ... 27

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.4 Analisis Data ... 28

3.5 Konsep Operasional ... 31

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif ... 35

4.2 Pola Pemanfaatan Lahan ... 36

4.3 Keadaan Penduduk ... 36

4.3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 36

4.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

4.3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 38

(3)

iii

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden ... 41

5.1.1. Umur ... 41

5.1.2. Tingkat Pendidikan Petani ... 42

5.1.3. Pengalaman Berusahatani ... 44

5.2. Peranan Kelompok Tani ... 45

5.2.1 Peranan dalam Merencanakan Kegiatan Kelompok Tani ... 45

5.2.2 Peranan dalam Melaksanakan dan Menaati Perjanjian dengan Pihak Lain ... 48

5.2.3 Peranan dalam Memupuk Modal dan Menggunakannya secara Rasional ... 50

5.2.4 Peranan dalam Meningkatkan Hubungan yang Melembaga ... 53

5.2.5 Peranan dalam Menerapkan Teknologi dan Memanfaatkan Informasi ... 54

5.3 Hasil Produksi Rumput Laut Petani Responden ... 58

5.4 Hasil Pendapatan Rumput Laut Petani Responden ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ...

(4)

iv

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Potensi, Luas Lahan, Volume Produksi Rumput Laut di

Kabupaten Bone Tahun 2004 - 2008 ... 3

2. Banyaknya Produksi Perikanan dan Kelautan menurut Jenisnya

di Kecamatan Tanete Riattang Timur tahun 2004 - 2008 ... 5

3. Pola Pemanfaatan Lahan di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010... 36

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Palette, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, 2010 ... 37

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten

Bone, 2010... . ……… 38 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan

Palette, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, 2010 ... 39

7. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang, Kabupaten Bone, 2010 ... 40

8. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur Petani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang,

Kabupaten Bone, 2010 ... 42

9. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang, Kabupaten Bone, 2010 ... 43

10. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Petani Rumput Laut di Kelurahan Palette,

Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone, 2010 ... 44

11. Peranan Kelompok Tani dalam Merencanakan Kegiatan Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 46

12. Peranan Kelompok Tani dalam Melaksanakan dan Menaati Perjanjian dengan Pihak Lain di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 48

13. Peranan Kelompok Tani dalam Memupuk Modal dan Memanfaatkannya secara Rasional di Kelurahan Palette,

(5)

v

14. Peranan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Hubungan yang Melembaga di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang

Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 53

15. Peranan Kelompok Tani dalam Menerapkan Teknologi dan Memanfaatkan Informasi di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang, Kabupaten Bone, 2010 ... 55

16. Rekapitulasi Tingkat Peranan Kelompok Tani Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010 ... 57

17. Hasil Rata-Rata Produksi Rumput Laut Petani Responden di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010 2010 ... 58

18. Hasil Rata-Rata Pendapatan Bersih Petani Responden di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Tampilan Kuisioner Penelitian Peranan Kelompok Tani Terhadap Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang

Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 63

2. Sistem Skoring yang digunakan untuk Mengukur Peranan Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 67

3. Identitas Petani Responden di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 74

4. Luas lahan, Jumlah Produksi, Harga Jual dan Penerimaan Anggota Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 75 5. Luas lahan, Jumlah Produksi, Harga Jual dan Penerimaan

Anggota Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone,

2010 ... 76 6. Faktor Produksi Luas Lahan Usahatani Rumput Laut di

Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010 ... 77

7. Faktor Produksi Bibit Usahatani Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 78

8. Faktor Produksi Bibit Usahatani Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 79

9. Perhitungan HOK Pengikatan Bibit Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 80

10. Perhitungan HOK Penanaman Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

(8)

viii

11. Perhitungan HOK Pemeliharaan Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 82

12. Perhitungan HOK Panen Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010 ... 83

13. Perhitungan HOK Penjemuran Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 84

14. Perhitungan HOK Pengikatan Bibit Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 85

15. Perhitungan HOK Penanaman Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 86

16. Perhitungan HOK Pemeliharaan Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 87

17. Perhitungan HOK Penjemuran Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010 ... 88

18. Perhitungan HOK Panen Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010 ... 89

19. Nilai Penyusutan Alat : Tali Bentangan pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010 ... 90

20. Nilai Penyusutan Alat : Tali Ikat pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 91

21. Nilai Penyusutan Alat : Tali Utama pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

(9)

ix

22. Nilai Penyusutan Alat : Tali Jangkar pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 93

23. Nilai Penyusutan Alat : Perahu pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 94

24. Nilai Penyusutan Alat : Bambu pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 95

25. Nilai Penyusutan Alat : Terpal pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 96

26. Nilai Penyusutan Alat : Botol pada Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 97

27. Total Biaya Produksi Responden Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 98

28. Total Biaya Produksi Responden Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 99

29. Rincian Tingkat Pendapatan Responden Sebelum Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 100

30. Rincian Tingkat Pendapatan Responden Setelah Menjadi Anggota Kelompok Tani di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 101

31. Nilai Skor Peranan Kelompok Tani Dalam Kemampuan Merencanakan Kegiatan Kelompok di Kelurahan Palette,

Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 102

32. Nilai Skor Peranan Kelompok Tani Dalam Melaksanakan dan Manaati Perjanjian Dengan Pihak Lain di Kelurahan Palette,

(10)

x

33. Nilai Skor Peranan Kelompok Tani Dalam Kemampuan Memupuk Modal dan Memanfaatkannya secara Rasional di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone, 2010. ... 106

34. Nilai Skor Peranan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Hubungan yang Melembaga di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 108

35. Nilai Skor Peranan Kelompok Tani Dalam Menerapkan Teknologi melalui Penyediaan Sarana Produksi dan Memanfaatkan Informasi di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010. ... 110

36. Total Nilai Skor Peranan Kelompok Tani Oleh Petani Responden di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang

(11)

11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor pengembangan

potensi dalam agenda utama peningkatan perekonomian nasional. Selain

bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan

sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas.

Pertanian dalam arti luas yakni peternakan, perikanan, perkebunan dan

pertanian rakyat perlu terus dikembangkan dengan tujuan meningkatkan

produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna

memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, serta

memperbesar ekspor, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani,

peternak dan nelayan, mendorong perluasan dan pemerataan

kesempatan kerja dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan

daerah (Mubyarto, 1991).

Salah satu cakupan sektor pertanian adalah perikanan.

Pembangunan bidang perikanan di Indonesia telah mengalami kemajuan

yang pesat dalam hal peningkatan produksi, peningkatan ekspor dan

peningkatan devisa negara serta peningkatan taraf hidup masyarakat

khususnya nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. Berbagai

kegiatan perikanan telah berorientasi kepada keuntungan. Salah satu

komoditi perikanan yang mempunyai prospek yang baik dan memberi

(12)

12 Luas perairan laut Indonesia serta keragaman jenis rumput laut

merupakan cerminan dari potensi rumput laut Indonesia dari 782 jenis

rumput laut di perairan Indonesia, hanya 18 jenis dari 5 genus (marga)

yang sudah diperdagangkan. Dari kelima marga tersebut, hanya

genus-genus Eucheuma dan Gracilaria yang sudah di budidayakan (Anggadireja, dkk, 2006).

Kegiatan budidaya rumput laut merupakan lapangan kerja baru

yang bersifat padat karya dan semakin banyak peminatnya karena

teknologi budidaya dan pascapanen yang sederhana dan mudah

dilaksanakan serta pemakaian modal yang relatif rendah sehingga dapat

dilaksanakan oleh pembudidaya beserta keluarganya (Soebarini, 2003).

Kondisi ini didukung oleh harga jual rumput laut yang cenderung

membaik, tingkat pertumbuhan yang tinggi dan waktu pemeliharaan yang

singkat sehingga pembudidaya dapat meraup pendapatan 6 kali setahun

(Anggadiredja dkk., 2006). Faktor kemudahan usaha ini menjadi tumpuan

harapan nelayan bermodal kecil sehingga banyak diantaranya beralih dari

usaha penangkapan ikan ke usaha budidaya rumput laut di perairan

pantai.

Potensi sumberdaya rumput laut di perairan Sulawesi Selatan

cukup besar dan kebutuhan akan rumput laut di dalam maupun di luar

negeri cukup tinggi. Pada tiga tahun terakhir 2005-2008, produksi rumput

laut menunjukkan tren peningkatan. Sulawesi Selatan pada tahun 2008

(13)

13 produksi 640.296 ton dan dengan potensi lahan 250.000 Ha di pinggir laut

(Eucheuma cottonii) dan 98.000 Ha areal budidaya atau tambak (Gracilaria sp). Terdapat beberapa daerah di Sulawesi Selatan yang mulai mengembangkan rumput laut. Di antaranya Kabupaten Bulukumba,

Jeneponto, Takalar, Mamuju, Wajo, Bantaeng, Luwu Utara, Luwu, Palopo,

dan Bone.

Kabupaten Bone merupakan salah satu wilayah pengembangan

rumput laut yang cukup potensial di Sulawesi Selatan. Daerah ini

memiliki 10 kecamatan yang terletak di pesisir Teluk Bone dengan

panjang garis pantai 138 km dengan luas perairan 93.929 Ha. Kesepuluh

kecamatan pesisir di Kabupaten Bone tersebut merupakan daerah

potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut. Potensi, volume

produksi dan nilai produksi rumput laut Eucheuma cottonii

di Kabupaten Bone tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang Garis Pantai, Luas Lahan, Volume Produksi Rumput Laut di Kabupaten Bone Tahun 2009.

No Kecamatan

Panjang Garis Pantai

(Km)

Luas (Ha) Produksi (Ton)

1. Kajuara 12,50 9.000 2.850

2. Tonra 12,00 8.640 2.890

3. Mare 16,25 11.700 2.750

4. Sibulue 28,25 17.069 2.950

5. Salomekko 12,60 9.072 3.070

6. Cenrana 30,00 19.440 450

7. Barebbo 4,20 3.024 1.900

8 Awangpone 7,80 5.616 2.100

9 T.Riattang Timur 10,80 7.776 3.060

10. Tellu Siattinge 3,60 2.592 880

Jumlah 138 93.929 22.900

(14)

14 Berdasarkan data pada Tabel 1 dijelaskan bahwa Kecamatan

Tanete Riattang Timur dengan panjang garis pantai 10,8 km dan luas

perairan 7.776 Ha mampu menghasilkan produksi rumput laut sebanyak

3.060 ton/tahun, lebih tinggi dari wilayah yang memiliki panjang garis

pantai dan perairan yang lebih luas. Wilayah ini terdiri dari 8 kelurahan

dan 6 kelurahan diantaranya berada di sepanjang pesisir Teluk Bone.

Sejalan dengan potensi lahan dan produksi rumput laut tersebut,

maka masyarakat Kecamatan Tanete Riattang Timur sebagai masyarakat

pesisir sebagian bermata pencaharian di bidang perikanan dan kelautan

misalnya pembudidaya ikan, udang, petani rumput laut di tambak,

nelayan, pengolah ikan, petani rumput laut di laut, pedagang dan

pengolah ikan. Berbagai komoditas perikanan dan kelautan dihasilkan

dari para nelayan, pembudidaya, dan pengolah ikan tersebut untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun untuk dikirim ke

daerah-daerah lain. Banyaknya produksi komoditas perikanan dan kelautan di

Kecamatan Tanete Riattang Timur dari tahun 2004 sampai 2008 dapat

(15)

15 Tabel 2. Banyaknya Produksi Perikanan dan Kelautan Menurut Jenisnya di Kecamatan Tanete Riattang Timur tahun 2004 - 2008 (Satuan: ton)

No Jenis 2004 2005 2006 2007 2008

1. Ikan Laut 42.863 42.863 43.861 55.079 53.593

2. Udang 186 186 164 160 66

3. Kepiting 85 85 65 45 243

4. Rumput Laut 1.102 1.102 1.376 4.509 3.060

5. Bandeng 750 750 772 734 754

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bone, 2009

Berdasarkan data pada Tabel 2 dijelaskan bahwa komoditas hasil

perikanan laut masih mendominasi produksi selama 5 tahun terakhir. Hal

yang menarik adalah produksi rumput laut mulai tahun 2007 meningkat

tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena

pertambahan jumlah pembudidaya rumput laut khususnya pembudidaya

Eucheuma cottoni meningkat cukup signifikan seiring dengan

peningkatan harga rumput laut pada tahun 2007.

Dengan melihat permasalahan yang dihadapi petani rumput laut di

Kelurahan Palette, umumnya kurangnya pemahaman dan pengetahuan

petani mengenai teknis budidaya yang sesuai standar teknis budidaya

rumput laut sehingga kebanyakan masih menggunakan teknik secara

tradisional, pengolahan pasca panen yang sederhana dan minimnya

pemahaman mengenai pemasaran rumput laut. Selain itu, ketersediaan

(16)

16 pembinaan melalui kelompok tani sangat diperlukan guna mendorong dan

meningkatkan produksi dan pendapatan petani rumput laut.

Salah satu kelembagaan yang dikembangkan dalam rangka

mewujudkan swadaya petani adalah kelompok tani yang merupakan

kelompok kerja yang diharapkan berfungsi sebagai penyebar inovasi

kepada petani. Kelompok tani merupakan wadah/wahana bersama bagi

petani dalam rangka mengelola usahatani serta memecahkan semua

persoalan usahatani, wadah untuk proses belajar bagi petani untuk

meningkatkan produktivitas usahataninya yang nantinya akan mengarah

pada peningkatan produksi petani rumput laut. Disamping itu, keberadaan

kelompok tani sangat efektif sebagai wadah untuk memperlancar dan

memperluas penyuluhan pertanian melalui kegiatan-kegiatan kelompok

tani seperti rapat anggota dan pertemuan-pertemuan rutin, yang

merupakan salah satu peranan dari kelompok tani, sehingga

memungkinkan terjadinya saling tukar menukar pikiran antar kelompok

tani tersebut.

Agar peranan kelompok tani dapat berlangsung dengan baik maka

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani diarahkan kepada :

1). pelaksanaan pertemuan rutin secara teratur dan berkelanjutan, 2).

aktivitas kunjungan kepada sumber informasi lebih ditingkatkan, 3). aktif

mengikuti kegiatan kursus dan pelatihan, 4). aktif mengikuti kegiatan

pertemuan yang berhubungan dengan perkembangan kelompok tani, 5).

mengembangkan kader pemimpin dikalangan anggota. Peranan kelompok

(17)

17 peningkatan kemampuan terutama didalam mengatasi berbagai ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan.

Dengan melihat kondisi petani yang mempunyai peran begitu besar

namun masih jauh dari yang diharapkan yaitu menjadi petani mandiri,

maka peranan kelompok tani dalam memberikan wadah pembelajaran

bagi petani perlu ditingkatkan. Kedinamisan kelompok tani dapat dilihat

dengan adanya kegiatan yang dilakukan demi tercapainya tujuan yaitu

peningkatan hasil produksi dan mutunya. Apabila terjadi penurunan

kedinamisan suatu kelompok tani, biasanya disebabkan oleh faktor teknis

dan faktor sosial. Faktor teknis diantaranya yaitu kegagalan panen

sedangkan faktor sosial yang utama adalah realisasi dari perencanaan

yang disepakati namun tidak dilaksanakan (Wahyuni, 2003).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul Peranan Kelompok Tani Terhadap Peningkatan

Produksi dan Pendapatan Petani Rumput Laut (Studi Kasus

Kelompok Tani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone).

(18)

18 Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka

dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan kelompok tani terhadap peningkatan produksi

rumput laut?

2. Berapa besar peningkatan pendapatan petani rumput laut setelah

kelompok tani melakukan pembinaan anggotanya?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui peranan kelompok tani terhadap peningkatan produksi

dan pendapatan petani rumput laut?

2. Untuk mengetahui besarnya peningkatan pendapatan petani rumput

laut setelah kelompok tani melakukan pembinaan anggotanya.

1.3.2 Kegunaan

1. Menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan sebagai salah satu

syarat guna memperoleh derajat kesarjanaan pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Hasanuddin.

2. Menjadi bahan masukan bagi pengurus kelompok tani rumput laut

dalam menilai peranan yang telah dilakukan terhadap anggotanya.

3. Sebagai bahan pembanding, pelengkap atau referensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya.

(19)

19

2.1 Rumput Laut Euchema cottoni

Istilah “rumput laut” sudah lazim dikenal dalam dunia perdagangan.

Istilah ini merupakan terjemahan dari kata “seaweed” (bahasa inggris).

Pemberian nama terhadap alga laut bentuk ini sebenarnya kurang tepat,

karena bila ditinjau secara botanis, tumbuhan ini tidak tergolong rumput

(graminae), tetapi lebih tepat bila kita menggunakan istilah “alga laut benthik”, atau “alga benthik” saja (Aslan, M, 1998).

Rumput laut merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak

memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan daun.

Meskipun wujudnya tampak seperti ada tetapi sesungguhnya merupakan

thallus belaka. Rumput laut atau alga yang dikenal dengan nama seaweed

merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Tumbuh alami di dasar

laut, melekat pada terumbu karang dan cangkang molussa

(Winarno, 1996).

Mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk sayuran,

waktu itu belum terbayang zat apa yang ada pada rumput laut, yang

diketahui hanyalah rumput laut tidak berbahaya untuk dimakan. Dengan

semakin berkembangnya ilmu pengetahuan tentang rumput laut orang

pun semakin tahu zat apa yang dikandung rumput laut. Pengetahuan itu

lebih digunakan agar rumput laut dapat bermanfaat se-optimal mungkin

(Anggadiredja dkk, 2006).

Rumput laut yang banyak digunakan adalah dari jenis ganggang

(20)

20 pigmen ficobilin. Disamping ganggang merah, jenis ganggang coklat pun

dapat dimanfaatkan dan potensial untuk dibudidayakan seperti sargassum

dan turbinaria. Ganggang coklat mengandung pigmen klorofil, betakaratin,

plosantin dan fukosantin, fironeid dan filakoid, cadangan makanan berupa

laminarie dinding sel yang mengandung selulosa dan algin (Aslan, 1998).

2.2 Budidaya Rumput Laut Euchema cottoni

Budidaya rumput laut adalah salah satu bentuk kegiatan budidaya

pantai yang produktif. Budidaya rumput laut adalah satu kegiatan

dimasukkannya bibit rumput laut ke dalam kolong air di lokasi budidaya

dengan berbagai metode. Penerapan metode budidaya sangat

tergantung pada kondisi wilayah perairan di mana budidaya tersebut

dilakukan (Jamal, 1992).

Menurut Anggadireja, dkk (2006), beberapa faktor keberhasilan

yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut adalah sebagai

berikut :

1. Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut

yang dibudidayakan

2. Pemilihan atau seleksi bibit yang baik, penyediaan bibit dan cara

pembibitan.

3. Metode budidaya yang tepat.

4. Pemeliharaan tanaman.

(21)

21 Menurut Indriani dan Sumiarsih (1999), dalam pembudidayaan

rumput laut jenis Eucheuma cottonii diperlukan beberapa persyaratan khusus dalam memilih lokasi yaitu:

a. Letak budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh daratan. Lokasi yang

langsung menghadap laut lepas sebaiknya terdapat karang

penghalang yang berfungsi melindungi tanaman dari kerusakan akibat

ombak yang kuat, juga akan menyebabkan keruhnya perairan lokasi

budidaya sehingga mengganggu proses fotosintesis.

b. Untuk memberikan kemungkinan terjadinya aerasi, pergerakan air

pada lokasi budidaya harus cukup. Hal ini bertujuan agar rumput laut

yang ditanam memperoleh pasokan makanan secara tetap, serta

terhindar dari akumulasi debu dan tanaman penempel.

c. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut masih digenanngi air

sedalam 30 - 60 cm. Ada dua keuntungan dari genangi air tersebut

yaitu penyerapan makanan dapat berlangsung terus menerus, dan

tanaman dapat terhindar dari kerusakan akibat terkena sinar matahari

langsung.

d. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhi komunitas yang terdiri dari

berbagai jenis makro algae. Bila perairan tersebut telah ditumbuhi

rumput laut alamiah, maka daerah tersebut cocok untuk

(22)

22 Metode budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terbagi tiga yaitu metode lepas dasar, metode rakit apung, dan metode rawai/tali panjang

(long line) Anggadireja (2006) :

a. Metode lepas dasar. Metode ini pada umumnya dilakukan di lokasi

yang memiliki substrat dasar karang atau pasir dengan pecahan

karang dan terlindung dari hempasan gelombang dan biasanya

dikelilingi oleh karang pemecah (Barrier reef). Selain itu, lokasi budidaya rumput laut dengan metode lepas dasar harus memiliki

kedalaman sekitar 0,5 m pada saat surut terendah dan 3 m pada saat

pasang tertinggi.

b. Metode rakit apung. Metode rakit apung merupakan teknik budidaya

rumput laut Eucheuma cottoni dengan cara mengikat setiap rumpun bibit rumput laut pada tali ris atau tali bentangan. Tali isi yang telah

berisi bibit kemudian diikat pada rakit apung yang terbuat dari bambu.

c. Metode rawai/tali panjang (long line). Metode rawai atau tali

panjang (long line) merupakan cara yang paling banyak diminati masyarakat pembudidaya rumput laut karena fleksibel dalam

pemilihan lokasi dan biaya yang dikeluarkan lebih murah. Disamping

itu, metode ini lebih tertata dan tidak mengganggu pemandangan dan

keindahan laut. Metode budidaya ini dapat diterapkan pada perairan

yang cukup dalam. Untuk mempertahankan posisi tali utama dan tali

(23)

23 Kegiatan yang dilakukan dalam budidaya rumput laut adalah :

a). Pengadaan bibit, b) penanaman, c) pemeliharaan, d) pemanenan dan

e) penjemuran. Kegiatan pemeliharaan hanya berupa kegiatan

pengawasan atau pembersihan kotoran yang melekat pada tanaman yang

dilakukan sewaktu-waktu. Kegiatan ini dilakukan dua minggu setelah

tanam. Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari dengan

cara melepas tali yang berisi rumput laut (Winarno,1996).

2.3 Peranan Kelompok Tani

2.3.1 Peranan

Peranan dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi bagian

yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Peranan di sini

adalah diartikan sebagai suatu hal yang menjadi bagian penting dalam

suatu hal/peristiwa, baik itu segala sesuatu yang sifatnya positif maupun

negatif (Poerwadarminta, 1993).

Peranan dapat diartikan mengatur perilaku seseorang dan juga

peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu, dapat

meramalkan perbuatan individu lain sehingga yang bersangkutan akan

dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang-orang dalam

kelompoknya (Dudung,1981).

Dalam hal ini, peranan yang akan ditekankan adalah

tanggungjawab semua pihak yang terkait didalamnya utamanya disektor

(24)

24

2.3.2 Kelompok Tani

Menurut Iver dan Page (1961), kelompok adalah himpunan atau

kesatuan manusia yang hidup bersama, sehingga terdapat hubungan

timbal balik. Sedangkan Gerungan (1978) mengemukakan bahwa

kelompok merupakan suatu kesatuan social yang terdiri dari dua orang

atau lebih yang mengadakan interaksi secara intensif dan teratur.

Kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang atau petani, yang

terdiri atas petani dewasa pria atau wanita maupun petani taruna atau

pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok

atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan

pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani (Mardikanto, 1993).

Kelompok tani merupakan kelembagaan tani yang langsung

mengorganisir para petani dalam mengembangkan usahataninya.

Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan

ada secara nyata. Di samping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan

penggerak kegiatan anggotanya, beberapa kelompok tani juga

mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam

dan urusan kerja untuk kegiatan usahatani. Kerjasama didalam suatu

kelompok dapat diselenggarakan dan diwujudkan serta memberikan hasil

sesuai dengan harapan kita, orang-orang ingin bekerjasama dan

menghimpun dirinya dalam wadah organisasi yang dikenal dengan

(25)

25 Soekamto (1990) mengatakan bahwa kelompok terbentuk karena

adanya pertemuan yang berlangsung secara berulangkali yang didasari

oleh adanya kepentingan dan pengalaman yang sama. Lebih lanjut

Kartasaputra (1994) mengemukakan bahwa kelompok tani terbentuk atas

dasar kesadaran, jadi tidak secara paksa. Kelompok ini menghendaki

terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal, dan keluarga

tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya. Para anggotanya

terbina agar berpandangan sama, berminat yang sama, berkegiatan atas

dasar kekeluargaan, karena itu koperasi selalu memandang kelompok ini

sebagai cikal bakal terbentuknya KUD yang tangguh.

Menurut Soedijanto (1996), agar kelompok tani dapat berkembang

secara dinamis, maka harus dikembangkan jenis-jenis kemampuan

kelompok tani yang juga merupakan fungsi dari kelompok tani, yang terdiri

dari (1) fungsi kelompok dalam menyebarluaskan informasi kepada

anggota, (2) fungsi kelompok dalam pengadaan fasilitas dan sarana

produksi, (3) fungsi kelompok tani dalam merencanakan kegiatan

kelompok, (4) fungsi kelompok dalam mengarahkan anggota

melaksanakan dan menaati perjanjian, dan (5) fungsi kelompok dalam

penerapan teknologi panca usaha kepada para anggota.

Dalam melaksanakan fungsi kelompok tani tersebut tidak terlepas

dari peranan anggota kelompok yang berada dalam wadah kelompok

tersebut. Dengan kata lain bahwa berhasil tidaknya fungsi yang diemban

kelompok sangat tergantung pada keikutsertaan para petani dalam

(26)

26 Tergabungnya petani dalam wadah kelompok tani adalah

merupakan langkah awal untuk meningkatkan produksi usahataninya

karena petani dalam menghadapi kendala atau masalah yang selama ini

sulit diatasi secara perorangan dapat diatasi melalui kelompok tani. Hal

ini dimungkinkan karena interaksi antara anggota yang lebih sering dalam

berusahatani dapat meningkatkan proses difusi teknologi baru sehingga

pengetahuan kemampuan dan kemauan petani lebih meningkat pula.

Pembinaan kelompok tani diarahkan untuk memberdayakan para

anggotanya agar memiliki kekuatan mandiri, yang mampu menerapkan

inovasi, mampu memanfaatkan azas skala ekonomi dan mampu

menghadapi resiko usaha, sehingga mampu memperoleh tingkat

pendapatan dan kesejahteraan yang layak. Untuk itu, para petani perlu

untuk berkelompok karena dengan berkelompok proses pembinaan lebih

mudah, informasi mudah diperoleh. Karena kelompok tani berfungsi

sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi dan wahana kerjasama

Menurut Wahyuni (2003) bahwa kelompok tani dibentuk

berdasarkan surat keputusan dan dimaksudkan sebagai wadah

komunikasi antar petani, serta antara petani dengan kelembagaan terkait

dalam proses alih teknologi. Kinerja tersebut akan menentukan tingkat

kemampuan kelompok tapi usia kelompok tidak menjamin kinerja

kelompok tani. Kelompok yang sudah mencapai tingkat madya dan

berusia tua sudah tidak dinamis lagi malahan mengarah ke kelompok

(27)

27 Penilaian kinerja/peranan kelompok tani didasarkan pada SK

Mentan No.41/Kpts/OT/210/1992 yang indikatornya sebagai berikut :

a. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan

produktivitas usahatani (termasuk pasca panen dana analisis

pendapatan) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat dan

memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal.

b. Kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain.

c. Kemampuan memupuk modal dan memanfaatkannya secara rasional.

d. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga

e. Kemampuan menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi serta

kerjasama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari

usahatani anggota kelompok.

1. Kemampuan Merencanakan Kegiatan

Kondisi awal kelompok tani pada umumnya tidak melakukan

aktivitas perencanaan, karena kegiatan usahatani anggota kelompok

cenderung dilakukan secara individu. Aspek perencanaan minimal yang

dilakukan oleh kelompok tani, antara lain : waktu tanam, penyesuaian

kegiatan kelompok dengan waktu tanam, kebutuhan sarana produksi

anggota, pengolahan dan pemasaran. Dengan demikian, diharapkan

pada musim tebar yang akan datang seluruh kelompok tani dan gabungan

kelompok tani sudah mempunyai perencanaan kegiatan kelompok.

Agar mencapai tujuan dan sasaran yang optimal maka

langkah-langkah yang harus ditempuh dengan cara peningkatan kemampuan

(28)

28 yang baik perlu dimotivasi dan difasilitasi mulai dari perencanaan

usahatani, proses produksi, maupun modal serta pemanfaatan pasar

(Anonim, 2002).

2. Kemampuan Melaksanakan Dan Menaati Perjanjian Dengan Pihak Lain.

Menurut Magfirah (2004) bahwa suatu perjanjian merupakan

hubungan hukum karena di dalam perjanjian itu terdapat dua perbuatan

hukum yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pembuatan

penawaran dan pembuatan penerimaan. Suatu perjanjian tidak terjadi

begitu saja, tetapi setelah melalui tahapan-tahapan tertentu, maka kita

perlu mengetahui tahapan-tahapan penyusunan hingga berakhirnya suatu

perjanjian sebagai berikut :

a. Munculnya kesepakatan diantara para pihak untuk membuat

perjanjian.

b. Negoisasi atas rancangan perjanjian.

c. Penandatanganan perjanjian.

3. Kemampuan Memupuk Modal dan Memanfaatkannya secara Rasional

Secara umum, kondisi ekonomi petani masih sangat rendah, akibat

dari tingkat pendapatan yang rendah. Tingkat pendapatan yang rendah ini

tidak memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan usahatani secara

efektif dan efisien. Untuk memecahkan persoalan ini, maka kerjasama

petani dalam rangka pemupukan modal mutlak diperlukan. Model ini

menganjurkan kepada petani agar melakukan pemupukan modal dengan

(29)

29 tanam sebesar Rp 10.000 per anggota. Modal yang berhasil dikumpulkan

akan digunakan oleh kelompok tani untuk membantu anggota dalam

pembelian sarana produksi, biaya tenaga kerja, termasuk pengolahan dan

pemasaran hasil sehingga meningkatkan kemandirian kelompok tani. Jika

model ini berkembang, maka ketergantungan petani terhadap pedagang

pengumpul yang bekerja dengan sistem ijon dapat terhindarkan. Dengan

demikian, bargaining position petani akan semakin kuat sehingga kemitraan yang dilakukan dengan pihak terkait (stakeholders) tidak lagi

menempatkan petani pada posisi marginal.

4. Kemampuan Meningkatkan Hubungan yang Melembaga

Meskipun kelompok tani di tiap daerah sudah lama terbentuk, akan

tetapi hubungan kelembagaan dengan pihak lain masih sangat terbatas.

Hubungan antara anggota dengan kelompok taninya masih sangat

terbatas pada saling tukar-menukar informasi mengenai teknik

berproduksi, dan pemasaran hasil, malah hubungan yang agak mapan

terjadi antara petani dan pedagang pengumpul, dalam artian petani harus

menjual produksinya ke pedagang pengumpul yang telah memberikannya

pinjaman, meskipun dengan harga yang lebih rendah dibanding dengan

harga pembelian dengan pedagang lain.

Menurut Yohanes (2005) bahwa pentinya lembaga-lembaga

dipesedaan dalam pembangunan pertanian disebabkan karena :

a. Banyaknya masalah-masalah pertanian hanya dapat dopecahkan oleh

(30)

30 b. Organisasi dapat memberi pada usaha-usaha pertanian karena sangat

terkait dengan penyebaran dan pengembangan teknologi

c. Pada suatu waktu masyarakat desa akan bersaing dengan dunia luar

sehingga perlu mereka terorganisasi

5. Kemampuan Menerapkan Teknologi dan Memanfaatkan Informasi serta Kerjasama yang Dicerminkan oleh Tingkat Produktivitas dari Usahatani Anggota Kelompok.

Keberadaan kelompok tani belum berfungsi optimal untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kegiatan pertanian.

Kegiatan-kegiatan kelompok untuk menjaring informasi

teknologi-teknologi baru pada sumber teknologi-teknologi hampir tidak ernah dilakukan.

Anggota kelompok tani belum menganggap kelompok tani sebagai media

belajar dan penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan

pengelohan usahatani.

Keaktifan anggota kelompok tani untuk mendukung kegiatan

kelompok sebagai media bagi mereka relatif sangat rendah. Hal ini

dibuktikan dengan jumlah persentase kehadiran yang sangat sedikit

dalam setiap pertemuan kelompok tani. Peserta yang hadir kurang

memberikan kontribusi saran dan pendapatnya. Keaktifan kegiatan

kelompok tani yang ada tidak terlepas dari berjalannya sistem

(31)

31 Kegiatan penyuluhan diharapkan dapat memberikan motivasi

anggota kelompok tani untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih

produktif guna meningkatkan produksi dan pendapatan rumput laut.

Kualitas dan kuantitas merupakan hasil dari proses yang dijalankan

sehingga diperlukan penataan kembali tingkat pengetahuan petani untuk

metodelogi teknik budidaya pertanian yang baik dan teratur.

Dampak yang diterima oleh petani dengan menerapkan

program-program yang terarah harus mencapai outcome yang diinginkan sehingga

indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja dari

kelompok tani adalah sebagai berikut :

1. Petani dapat menyusun pengeluaran dan kebutuhan agroinput secara

terperinci

2. Petani dapat mengoptimalkan fungsi lahan sesuai dengan komoditi

yang diusahakannya

3. Petani mengetahui informasi pasar dan mampu memasarkan komoditi

pertanian yang diusahakannya dengan harga bersaing dan

terjangkau.

4. Adanya peningkatan pendapatan petani dibandingkan dengan

pendapatan yang didapat sebelumnya. Hal ini dikarenakan rata-rata

produksi petani mengalami peningkatan setelah bergabung dengan

kelompok tani. Adanya informasi yang diperoleh dari inovasi teknologi

dan penyediaan sarana produksi yang diterapkan dengan baik oleh

(32)

32 5. Mengfungsikan lembaga-lembaga di pedesaan seperti Koperasi dan

Lembaga Keuangan Mikro untuk mengatur pendapatan dan

pengeluaran petani secara permanen sehingga upaya peningkatan

sektor pertanian dapat terwujud (Azani, 2007).

2.4 Produksi dan Pendapatan

2.4.1 Produksi

Produksi adalah proses menggunakan sumberdaya untuk

menghasilkan barang-barang, jasa atau kedua-duanya. Produsen dapat

menggunakan salah satu atau ketiga faktor produksi (tenaga kerja, modal,

dan lahan) itu dengan kombinasi yang berbeda, guna menghasilkan satu

atau banyak produk (Mubyarto, 1995).

Sedangkan menurut Reijntjes (1999), produksi merupakan hasil

persatuan lahan, tenaga kerja, modal (misalnya ternak atau uang), waktu

atau input lainnya misalnya uang tunai, energi, air, dan unsur hara. Orang

luar cenderung mengukur hasil total biomassa, hasil komponen-komponen

tertentu (misalnya gabah, jerami, kandungan protein), hasil ekonomis atau

keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memaksimalkan hasil

persatuan lahan.

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output.

Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat

bervariasi yang antara lain dapat disebabkan karena perbedaan kualitas.

Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses

(33)

33 sebaliknya, produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut

dilaksanakan dengan kurang baik. Soekartawi (1993) menjelaskan secara

spesifik bahwa besar kecilnya produksi pertanian dipengaruhi langsung

oleh penggunaan serta kombinasi faktor-faktor produksi.

Bukan hanya tanaman pertanian, hasil budidaya rumput laut juga

dipengaruhi oleh faktor produksi dan sarana produksi. Faktor produksi

meliputi kualitas dan kuantitas tergantung pada luas lahan (areal

budidaya), jumlah dan kualitas bibit, jumlah dan panjang bentangan,

jumlah dan kualitas tenaga kerja, jumlah dan kualitas peralatan produksi,

kondisi perairan dan musim. Sedangkan sarana produksi meliputi tali,

benih, tenaga kerja dan perahu.

2.4.2 Pendapatan

Pendapatan dalam pengertian umum adalah hasil produksi yang

diperoleh dalam bentuk materi dan dapat kembali digunakan untuk

memenuhi kebutuhan akan sarana dan prasarana produksi. Pendapatan

ini umumnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau dapat pula

dikatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan

dengan total biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha selama satu

(34)

34 Pendapatan adalah keuntungan atau hasil bersih yang diperoleh

petani dari hasil produksinya. Seorang petani dapat memperoleh

keuntungan yang maksimum asalkan petani melakukan tindakan dengan

cara meningkatkan hasilnya dengan menekan harga petani melakukan

efisiensi teknis dan efisiensi harga yang bersamaan (Daniel, 2004).

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani terbagi dua

pengertian yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih.

a. Pendapatan Kotor

Pendapatan kotor (Gross Farm Income) merupakan pendapatan yang diterima petani dari hasil penjualan produk tanpa adanya

pengurangan dengan biaya produksi. Persamaannya :

TR = Y. Py

Dimana : TR = Pendapatan kotor (Rp/ha)

Y = Total produksi (kg/ha)

Py = Harga produksi (Rp/kg)

b. Pendapatan bersih

Pendapatan bersih (Net Farm Income) adalah pendapatan yang diterima petani setelah adanya pengurangan dengan biaya produksi.

Persamaannya yaitu :

π = TR – TC

Dimana : π = Pendapatan (Rp/ha)

TR = Total penerimaan (Rp/ha)

(35)

35

2.5 Kerangka Pemikiran

Gambar 1.Skema Kerangka Pikir Peranan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani Rumput Laut Peranan Kelompok Tani :

1. Merencanakan kegiatan kelompok tani

2. Melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain

3. Memupuk modal dan memanfaatkannya secara rasional

4. Meningkatkan hubungan yang melembaga 5. Menerapkan teknologi melalui penyediaan

sarana produksi, informasi dan kerjasama kelompok

KELOMPOK TANI

Anggota Kelompok Tani

Produksi Rumput Laut

Pendapatan Petani Rumput Laut

Harga Pasar Biaya

(36)

36

2.6 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan kerangka pemikiran,

maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Peranan kelompok tani terhadap peningkatan produksi rumput laut

sudah tergolong tinggi.

2. Pendapatan petani rumput laut mengalami peningkatan setelah

(37)

37

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Palette, Kecamatan

Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone. Pemilihan lokasi dilakukan

dengan cara Purposive Sampling (sengaja) yaitu dengan pertimbangan

bahwa lokasi ini merupakan sentra penghasil rumput laut

di Kabupaten Bone. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu

dari bulan Januari sampai Februari 2010.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh kelompok

tani rumput laut yang ada di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone. Terdapat 8 kelompok tani rumput laut

Masing-masing kelompok tani memiliki rata-rata anggota sebanyak 25

orang, jadi keseluruhan anggotanya berjumlah 203 orang.

Penarikan sampel dari populasi untuk masing-masing kelompok

tani dilakukan dengan cara acak sederhana (Simple Random Sampling) agar seluruh anggota pada setiap kelompok tani memiliki peluang yang

sama untuk dijadikan sampel mewakili populasinya tanpa membedakan

status anggota/ pengurus (Sugiyono, 1999)

Sampel yang ditarik dari populasi adalah sebanyak 15% sehingga

(38)

38 dengan pertimbangan apabila subjek kurang 100 lebih baik populasi

diambil semua sebagai sampel, tetapi kalau lebih dari 100 maka dapat

diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,2002).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Data primer diperoleh dari petani responden melalui observasi dan

wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait dengan

penelitian ini seperti Kantor Kelurahan Palette’, Kantor Dinas Pertanian

Kabupaten Bone, Kantor Dinas Perikanan Kabupaten Bone, Badan

Pusat Statistik Kabupaten Bone, dan dari berbagai sumber

kepustakaan lainnya.

3.4 Analisis Data

Data primer dikumpulkan secara langsung dengan menggunakan

alat kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu (seperti terlampir) dan

memuat pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan berdasarkan tujuan

yang akan dicapai. Data yang diperoleh selanjutnya diolah, ditabulasi dan

dianalisis.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

(39)

39 1. Hipotesis I mengenai tingkat peranan kelompok tani terhadap

peningkatan produksi rumput laut dibuktikan dengan menggunakan

nilai skoring. Artinya jawaban yang diperoleh dari pertanyaan yang

diajukan dalam kuisioner, diberi simbol berupa pilihan jawaban (a), (b),

dan (c) masing-masing diberi skor 2, 1, dan 0. Untuk menentukan

kisaran dari setiap skor yang digunakan interval setiap kegiatan

dengan rumus

K =Poin Maksimum−Poin Minimum Jumlah Tingkatan

Dimana :

Poin maksimum = 2 x ∑ Pertanyaan yang diajukan

Poin sedang = 1 x ∑ Pertanyaan yang diajukan

Poin minimum = 0 x ∑ Pertanyaan yang diajukan

Jumlah tingkatan = 3

Interval: I (Peranan rendah) = Poin min – (Poin min + K)

II (Peranan sedang) = (Poin min + K) – (Poin min + 2K)

III (Peranan tinggi) = (Poin min + 2K) - (Poin min + 3K)

Dari daftar komponen peranan kelompok tani rumput laut yang

dianalisis dapat diketahui bahwa total skor maksimum = 100 dan skor

minimum = 0, sedangkan kategori peranan yang digunakan 3 yaitu

tinggi,sedang dan rendah, maka operasional rumus diatas adalah

I = 100−0

3 = 33,33

(40)

40 a. Skor antara 0 – 33 merupakan tingkat peranan dalam kelompok tani

rendah

b. Skor antara 34 – 66 merupakan tingkat peranan dalam kelompok tani

sedang dan,

c. Skor antara 67 – 100 merupakan tingkat peranan dalam kelompok tani

tinggi.

2. Hipotesis II mengenai peningkatan pendapatan petani rumput laut

dibuktikan dengan menggunakan rumus

Л = TR– TC = (∑Y. Hy) – (VC + FC)

Dimana :

Л = Pendapatan bersih (Rp/ha)

TR = Nilai produksi (Rp/ha)

TC = Total biaya (Rp/ha)

∑Y = Jumlah produksi (kg/ha)

Hy = Harga produksi yang diterima (Rp/kg)

FC = Total biaya tetap yang dikeluarkan petani selama proses

produksi (Rp/ha)

VC = Total biaya variabel yang dikeluarkan petani selama proses

produksi (Rp/ha)

(41)

41 Konsep operasional yang digunakan penelitian ini mencakup

pengertian-pengertian yang akan digunakan untuk mendapatkan data dan

menganalisis hasil-hasil penelitian yaitu :

1. Petani adalah anggota kelompok tani Kelurahan Palette’ yang terlibat

langsung di dalam proses budidaya rumput laut.

2. Kelompok tani adalah kumpulan petani rumput laut di Kelurahan

Palette yang merupakan wadah petani untuk merencanakan dan

mendiskusikan berbagai masalah terutama mengenai masalah yang

berkaitan dengan kegiatan usahatani rumput laut.

3. Peranan adalah manfaat yang diperoleh anngota kelompok tani rumput

laut terhadap kinerja kegiatan kelompok tani.

4. Rumput laut (Eucheuma sp) adalah tumbuhan ganggang (algae) yang hidup di laut dan tergolong dalam kelas Rhodopyceae (alga merah). 5. Luas lahan adalah luas wilayah yang diusahakan oleh petani rumput

laut yang dapat menghasilkan keuntungan yang diukur dalam Ha.

6. Lama berusahatani adalah lamanya petani rumput laut melakukan

usahatani yang diukur dalam tahun.

7. Kelompok tani dalam melaksanakan perannya menurut persepsi

anggota kelompok terukur dengan menggunakan nilai skoring. Apabila

nial skor antara 0 – 33 menunjukkan peranan anggota kelompok tani

rendah dalam peningkatan produksi rumput rumput laut. Skor antara

34 – 66 menunjukkan peranan anggota kelompok tani sedang dalam

(42)

42 menunjukkan peranan anggota kelompok tani tinggi dalam

peningkatan produksi rumput laut.

8. Peranan kelompok tani dalam perencanaan kegiatan yang

berhubungan dengan pengelolaan usahatani rumput laut yang

bertujuan untuk meningkatkan produksi rumput laut. Pengukurannya

dilakukan menggunakan skoring, kemudian dikategorikan menjadi tiga

kategori yakni rendah: jika total skor yang dicapai berada pada nilai

interval 0 -10, sedang : jika total skor yang dicapai berada pada nilai

interval 11 – 20, tinggi : jika total skor yang dicapai berada pada nilai

interval 21 – 30.

9. Peranan kelompok tani dalam melaksanakan dan menaati perjanjian

dengan pihak lain merupakan kemampuan kelompok membuat

anggotanya menaati jadwal yang telah ditetapkan bersama baik

sesama anggota kelompok maupun dengan pihak lain dan saling

memahami hak dan kewajiban anggota dengan pihak lain.

Pengukurannya dilakukan menggunakan skoring, kemudian

dikategorikan menjadi tiga kategori yakni rendah: jika total skor yang

dicapai berada pada nilai interval 0 -10, sedang : jika total skor yang

dicapai berada pada nilai interval 11 – 20, tinggi : jika total skor yang

(43)

43 10. Peranan kelompok tani dalam memupuk modal dan memanfaatkannya

secara rasional merupakan kemampuan kelompok menambah modal

yang terdiri dari barang atau uang yang digunakan bersama dengan

cara menyisihkan sedikit hasil pendapatan yang diterima dalam satu

kali musim tanam. Pengukurannya dilakukan menggunakan skoring,

kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori yakni rendah: jika total

skor yang dicapai berada pada nilai interval 0 -10, sedang : jika total

skor yang dicapai berada pada nilai interval 11 – 20, tinggi : jika total

skor yang dicapai berada pada nilai interval 21 – 30.

11. Peranan kelompok tani dalam meningkatkan hubungan yang

melembaga merupakan kegiatan dalam menjalin hubungan kerjasama

dengan sesama anggota, kelompok tani lain dan lembaga-lembaga

pertanian yang ada seperti PPL, Koptan dan serta lembaga keuangan.

Pengukurannya dilakukan menggunakan skoring, kemudian

dikategorikan menjadi tiga kategori yakni rendah: jika total skor yang

dicapai berada pada nilai interval 0 -8, sedang : jika total skor yang

dicapai berada pada nilai interval 9 – 16, tinggi : jika total skor yang

dicapai berada pada nilai interval 17 – 24.

12. Peranan kelompok tani dalam menerapkan teknologi melalui

penyediaan sarana produksi dan memanfaatkan informasi serta

merupakan kemampuan kelompok tani dalam mengaplikasikan

teknologi dan informasi yang diketahui dari pertemuan-pertemuan

(44)

44 kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori yakni rendah: jika total

skor yang dicapai berada pada nilai interval 0 - 11, sedang : jika total

skor yang dicapai berada pada nilai interval 12 - 22, tinggi : jika total

skor yang dicapai berada pada nilai interval 23 - 33.

13. Produksi adalah hasil rumput laut yang diperoleh pada kegiatan

usahatani, diukur dengan satuan kilogram (kg).

14. Pendapatan adalah selisih antara nilai seluruh produksi yang diterima

(total penerimaan) dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses

(45)

45

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis dan Administratif

Kecamatan Tanete Riattang Timur secara administrasi terdiri dari 8

kelurahan. Dari 8 kelurahan tersebut sebanyak 6 kelurahan terletak di

wilayah pesisir. Kelurahan Palette merupakan salah satu kelurahan yang

terletak di Kecamatan Tanete Riattang Timur yang potensial untuk

pengembangan rumput laut,. Jarak kelurahan Palette dari ibukota Bone

adalah 10 km dan dari Propinsi Sulawesi Selatan adalah 186 km. Luas

Kelurahan Palette ± 6,7 km yang terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Teppoe,

Dusun Kampung Tengnga dan Dusun Kali Coppeng. Secara geografis

Kelurahan Palette terletak pada 1200 23’36” BT dan 40 29’ 31” LS dengan

batas – batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mallari

 Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Bone dan,

(46)

46

4.2. Pola Pemanfaatan Lahan

Luas Kelurahan Palette adalah 6,7 km2 yang digunakan untuk

keperluan pembangunan jalan, pemukiman penduduk, pertanian dan

perikanan. Untuk mengetahui lebih rinci penggunaan lahan tersebut,

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pola Pemanfaatan Lahan di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2009.

Sumber: Kantor Kelurahan Palette, 2009.

Berdasarkan Tabel 3 bahwa penggunaan lahan terbesar di

Kelurahan Palette digunakan untuk perikanan yaitu 83,5 Ha kemudian

pemukiman rakyat. Luasnya lahan perikanan yang digunakan

memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Palette

bermatapencaharian sebagai petani rumput laut dan nelayan.

4.3. Keadaan Penduduk

4.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan data terakhir tahun Desember 2009, jumlah

penduduk di Kelurahan Palette tercatat sebanyak 1968 dengan jumlah

Kepala Keluarga (KK) sebanyak 434 KK terdiri dari laki-laki sebanyak

829 orang dan perempuan sebanyak 869 orang. Keadaan penduduk

berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

No Uraian Luas (ha) Persentase (%)

1. Pemukiman 80 42,44

2. Perikanan 83,5 44,30

3. Ladang 23 12,20

4. Perkuburan 2 1,06

(47)

47 Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2009.

No Kelompok Usia Jumlah Penduduk Persentase

1 0 – 14 tahun 538 31,68 %

2 15 – 64 tahun 1063 62,60 %

3 ≥ 65 97 5,71 %

Jumlah 1698 100 %

Sumber : Kantor Kelurahan Palette, 2009

Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah tertinggi

penduduk berada pada kisaran umur 15 – 64 tahun sebanyak 1063 orang

(62,60%) sedangkan jumlah terendah berada pada kisaran umur ≥ 65

tahun sebanyak 97 orang (5,71%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk

Kelurahan Palette berada pada umur produktif dimana kemampuan

berfikir seseorang lebih produktif yang dapat mendukung pengembangan

budidaya rumput laut.

4.3.2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penduduk merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan

tingkat kemajuan suatu wilayah. Tingkat pendidikan masyarakat

merupakan dasar yang digunakan untuk mengukur sejauhmana cara

berpikir, pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola sumberdaya

yang ada. Semakin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi di suatu

wilayah maka semakin tinggi pulalah tingkat kemajuan wilayah tersebut,

begitu pula sebaliknya. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan di Kelurahan Palette dapat dilihat pada Tabel 5.

(48)

48

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase (%)

1. Tidak Sekolah 773 45,54

2. SD/Sederajat 672 39,57

3. SMP/Sederajat 112 6,59

4. SMA/Sederajat 108 6,40

5. Diploma 11 0,63

6. Tamat S1 22 1,29

Jumlah 1.698 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Palette, 2009.

Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

di Kelurahan Palette tergolong rendah, ini dapat dilihat dari jumlah

penduduk yang tidak sekolah sebanyak 773 orang (45,54%) sedangkan

jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan paling sedikit adalah

diploma sebesar 11 orang (0,63%). Rendahnya pendidikan dapat

menyebabkan sulitnya mengubah pola pikir seseorang akan penerapan

teknologi usahatani.

4.3.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Struktur mata pencaharian/penghasilan penduduk di Kelurahan

Palette sangat bervariasi karena pekerjaan yang ditekuni masyarakatnya

juga beranekaragam. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian,

(49)

49 Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2009.

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase

1. PNS 25 1,47

2. Polri / ABRI 3 0,18

3. Wiraswasta 235 13,84

4. Petani 46 2,71

5. Petani Rumput Laut 203 11,96

6. Nelayan 235 13,84

7. Pedagang 100 5,89

8. Supir 15 0,88

9. Buruh 47 2,77

10. Karyawan 22 1,30

11. Belum Bekerja 555 32,69

12 Tidak Bekerja 212 12,49

Jumlah 1.698 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Palette, 2009.

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa mata pencaharian

penduduk berkonsentrasi pada sektor perikanan yakni sebagai nelayan

sebanyak 235 orang (13,84%) kemudian nelayan sebanyak 203 orang

(11,96%) . Hal ini disebabkan Kelurahan Palette merupakan wilayah yang

sangat potensi untuk pemanfaatan rumput laut serta kegiatan dan

teknologi budidaya rumpul laut yang sederhana sehingga banyak

penduduk yang berprofesi sebagai petani rumput laut dibanding dengan

profesi lainnya.

4.4. Keadaan Umum Sarana dan Prasarana

Keberhasilan suatu usaha atau kegiatan di suatu daerah ditunjang

oleh pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Kemajuan suatu

(50)

50 dapat menunjang segala aktifitas masyarakat. Adapaun sarana dan

prasarana yang terdapat di Kelurahan Palette dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2009.

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

Bid. Pemerintahan, Peribadatan dan Perekonomian - Kantor Desa

- Kelompok Tani Rumput Laut

6 Sumber : Kantor Kelurahan Palette, 2009.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada umunya sarana yang terdapat di

Kelurahan Palette cukup memadai, seperti terdapatnya sarana

transportasi, pendidikan, kesehatan, sarana pemerintahan, peribadatan,

perekonomian serta sarana olahraga dan rekreasi.

Sarana pada bidang perikanan yang terdapat di Kelurahan Palette

adalah kelompok tani rumput laut sebanyak 8 kelompok, dimana rata-rata

jumlah anggota dalam tiap kelompok tani adalah 25 orang. Kelompok tani

ini digunakan sebagai wadah para petani untuk bertukar pemikiran dalam

hal perkembangan usahatani, pensosialisasian inovasi baru baik yang

(51)

51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas seseorang menggambarkan kondisi atau keadaan serta

status orang tersebut. Resaponden dalam penelitian ini meliputi petani

rumput laut yang membudidayakan di laut. Identitas responden meliputi

umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani dan jumlah tanggungan

keluarga.

5.1.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

aktivitas seseorang dalam bidang usahanya. Umumnya seseorang yang

masih muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat

dibanding dengan yang berumur tua. Seseorang yang masih muda lebih

cepat menerima hal-hal yang baru, lebih berani mengambil resiko dan

lebih dinamis. Sedangkan seseorang yang relatif tua mempunyai

kapasitas pengelolaan yang matang dan memiliki banyak pengalaman

dalam mengelola usahanya, sehingga ia sangat berhati-hati dalam

bertindak, mengambil keputusan dan cenderung bertindak dengan hal-hal

yang bersifat tradisional, disamping itu kemampuan fisiknya sudah mulai

berkurang. Petani responden dalam mengelola usahataninya memiliki

tingkat umur yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat

(52)

52 Tabel 8. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur Petani Rumput Laut di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2010.

No Kelompok Usia Jumlah Petani

Responden (org) Persentase (%)

1. 25 – 31 9 30,00

2. 32 – 37 6 20,00

3. 38 – 42 7 23,33

4. 43 – 49 1 3,33

5. 50 – 55 1 3,33

6. > 56 6 20,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2010.

Tabel 8 menunjukkan bahwa petani responden yang terdapat di

Kelurahan Palette yang tergolong pada usia produktif yaitu 15 – 55 tahun

sebanyak 24 orang sedangkan petani responden yang berada pada usia

non-produktif yaitu > 56 tahun sebanyak 6 orang. Berdasarkan teori

kependudukan, Mudatsir (Zelviyani,2009) mengungkapkan bahwa umur

produktif berada pada usia 15 – 55 tahun, dimana pada umur tersebut

kemampuan berfikir dan bekerja relatif lebih produktif karena mereka

masih mempunyai kondisi yang sehat dan kuat serta mampu menerima

dengan cepat inovasi dan informasi yang diberikan sehingga berpotensi

untuk senantiasa meningkatkan produksi usahataninya.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seorang petani dapat menentukan produktif

atau tidaknya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Pada

umumnya pendidikan petani responden merupakan faktor yang turut

Gambar

Tabel 1. Panjang Garis Pantai, Luas Lahan, Volume Produksi Rumput
Tabel 2.   Banyaknya Produksi Perikanan dan Kelautan Menurut Jenisnya
Gambar 1.Skema Kerangka Pikir Peranan Kelompok Tani dalam
Tabel 3. Pola Pemanfaatan Lahan di Kelurahan Palette, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penghitungan pendapatan usahatani padi di Desa Kopo Cisarua Jawa Barat ini terbagi menjadi tiga, yakni petani pemilik lahan (anggota dan non anggota kelompok tani),

Oleh karena itu penulis ingin mengetahui besar biaya yang dikeluarkan, besar penerimaan dan pendapatan dan permasalah petani dalam usahatani rumput laut di Kelompok Tani

variabel penelitian yang berpengaruh dominan terhadap Produksi usaha tani rumput laut di Kelurahan Lappa Kecematan Sinjai Utara adalah Luas Lahan dengan nilai koefisien

Biaya Bibit dan Pupuk / Masing Musim Tanam Petani Anggota Kelompok Tani Juma Deleng. No Petani Luas Lahan Jenis Usaha Tani Biaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap, pengetahuan dan intensitas interaksi petani dengan PPL mengenai pengelolaan rumput laut di kelompok tani

Hasil dari penelitian analisis PAM menunjukkan usahatani rumput laut yang dihasilkan oleh petani rumput laut di Kelurahan Takkatidung Kecamatan Polewali Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan ekonomi petani rumput laut di Desa Tamuku Kecamatan Bone-bone Kabupaten Luwu Utara.Metode yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani Rumput Laut (Eucheuma cottoni) pada Petani Penggarap di Kelurahan Pantai Amal