• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SOS 1005912 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SOS 1005912 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Aditya Dwi Lichjayadi, 2014

PENGARUH POLA ASUH KELUARGA MILITER TERHADAP KEDISIPLINAN REMAJA :Studi Deskriptif

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang

ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan

memiliki pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian anak. Pembelajaran

ilmu agama, nilai-nilai budi pekerti luhur serta norma-norma dalam kehidupan

masyarakat diberikan kepada anak agar mereka menjadi seseorang yang baik di

masa yang akan datang. Maka dari itu betapa pentingnya orang tua dalam

menerapkan pola asuh yang akan digunakan dalam mendidik anak-anaknya.

Keluarga tidak hanya sekedar tempat untuk bernaung, tempat kita

mendapatkan perhatian dan kasih sayang, tetapi juga awal dari kita mempelajari

semua hal. Dari keluarga kita mengenal hal-hal yang kita tidak mengetahui

sebelumnya, kita diberi tahu mengenai mana hal yang baik dan buruk. Keluarga

pun tidak terbatas hanya orang tua dan anak dalam suatu rumah, tetapi juga ada

anggota lain dalam keluarga yang kadang tidak bisa kita kesampingkan begitu

saja.

Definisi keluarga menurut Wahyu (1986, hlm. 57) adalah sebagai berikut :

Sebuah keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang dilandasi oleh adanya kerjasama ekonomi, dan mempunyai fungsi untuk berkembang biak, mensosialisasikan atau mendidik anak dan menolong serta melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka yang telah jompo.

Keluarga juga memberikan pengenalan nilai kepada anak-anak mereka.

Orang tua merupakan individu pertama di dunia yang dikenal anak. Anak akan

melihat bagaimana cara orang tuanya memperlakukan mereka, tingkah laku orang

tua akan membekas dalam diri anak sehingga akan mempengaruhi kepribadian

anak itu sendiri. Tentunya tidak terlepas dari baik ataupun buruknya tingkah laku

(2)

Anak perlu mendapat pembelajaran mengenai nilai-nilai yang baik dalam

kehidupan sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan agar karakter anak dapat

terbentuk dengan baik. Keluarga pun perlu memperhatikan lingkungan yang baik

untuk anak-anaknya agar mendapatkan lingkungan pertemanan yang baik.

Meskipun tidak selamanya lingkungan pertemanan anak akan memberi dampak

yang positif, jika anak sudah memiliki pegangan yang kuat dalam kehidupan tentu

tidak akan mudah tergoyahkan. Perlu juga pengawasan orang tua terhadap

penyerapan informasi yang didapat anak baik itu dari televisi maupun dari

internet.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Shorter (dalam Sanderson, 2010, hlm.

478) bahwa :

Anak-anak sekarang ini terperangkap di dalam suatu subkultur remaja yang selanjutnya, paling tidak, akan berperan dalam membentuk nilai-nilai dasar yang sama bobotnya dengan ajaran orang tua mereka. Para orang tua agaknya semakin tidak relevan sebagai pendidik dan guru anak remaja, dan banyak anak remaja memandang para orang tua mereka (dan anggota-anggota generasi yang lebih tua pada umumnya) sedikit saja mewariskan nilai kepada mereka.

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anaknya sangat

menentukan dalam pembentukan kepribadian anak. Pola asuh dapat diartikan

sebagai suatu cara orang tua dalam membimbing dan memperlakukan anak baik

yang tampak melalui kata-kata dan gerakan maupun dari karakteristik orang tua

itu sendiri yang merupakan perwujudan cinta kasih kepada anaknya. Orang tua

tidak hanya menjadi seorang ayah dan ibu saja melainkan juga sebagai seorang

pendidik yang bertanggung jawab penuh terhadap pemenuhan pendidikan

anaknya. Karena keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama bagi

seorang anak.

Pendampingan orang tua diwujudkan melalui cara-cara mereka dalam

mendidik anak-anaknya. Dalam interaksi dengan anak, orang tua cenderung

menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap terbaik bagi anak itu sendiri. Di

sinilah letak kesulitan dalam penerapan suatu pola asuh. Di satu sisi orang tua

harus bisa menentukan pola asuh yang tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan

(3)

harapan untuk membentuk anak menjadi pribadi yang baik. Perlunya penyelarasan

pula antara keinginan orang tua dan keinginan anak agar terjalin komunikasi yang

baik.

Jika anak tidak mendapatkan bimbingan yang baik dalam keluarga maka

akan berdampak buruk terhadap perilakunya di kemudian hari. Sosialisasi yang

tidak sempurna akan membuat anak menjadi salah dalam memahami nilai yang

ada dalam masyarakatnya. Anak-anak akan berperilaku menyimpang jika tidak

mendapat pendidikan nilai serta pengawasan yang baik dalam keluarga. Anak

mungkin tidak mengetahui bahwa tindakan yang ia lakukan merupakan perilaku

yang tidak baik, dikarenakan kurangnya pemahaman dan penanaman nilai-nilai

dalam diri anak.

Semua keluarga pun mengharapkan anak-anaknya mengalami

perkembangan diri yang positif baik secara sosial maupun emosional. Tapi itu

kembali lagi bagaimana orang tua mendidik anak-anak mereka semenjak dini.

Cara orang tua memperlakukan anak serta menanamkan nilai-nilai budi pekerti

yang baik akan berpengaruh terhadap kepribadian anak itu sendiri. Pekerjaan

orang tua pun memiliki dampak tersendiri dalam mempengaruhi bagaimana cara

mendidik anak. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir orang tua serta cara

pandang tentang bagaimana sebaiknya merawat serta menjaga anak-anak mereka

agar dapat menjadi pribadi yang baik.

Orang tua diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik,

memberikan perhatian serta kasih sayang, dan menanamkan kedisiplinan.

Kedisiplinan sangatlah penting dalam kehidupan anak karena akan membentuk

karakter anak untuk kehidupannya kelak. Menurut Prijodarminto (1992, hlm. 23),

“disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan, dan atau ketertiban”.

Keluarga manapun ingin anaknya menjadi pribadi yang disiplin. Begitu pula

dengan keluarga militer dan semua keluarga-keluarga yang lainnya,

masing-masing memiliki caranya tersendiri dalam mendidik anak-anaknya. Dengan

(4)

peraturan akan membentuk kedisiplinan dalam dirinya. Hal itu dapat diterapkan

dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi seseorang yang disiplin. Karena jika

hal tersebut dapat diterapkan dengan baik maka akan menjadi hal yang sangatlah

bermanfaat.

Dengan disiplin, keluarga dapat mengajarkan kepada anak-anaknya tentang

perilaku baik dan mana perilaku yang buruk, sehingga mereka tidak terjerumus

untuk melakukan hal-hal yang salah yang bertentangan dengan nilai-nilai yang

ada di masyarakat. Namun saat ini tidak sedikit ditemukan anak-anak yang

memiliki perilaku buruk akibat dari kurang sempurnanya sosialisasi dalam

keluarga. Perilaku yang kurang disiplin seperti sering membangkang terhadap

perkataan orang tua, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, sering bolos sekolah

dan bermain di luar tanpa mengenal batas waktu. Itu merupakan akibat dari

kurang tegasnya orang tua dalam mendisiplinkan anak sehingga anak merasa

bebas dalam melakukan segala hal. Padahal orang tua seharusnya mendisiplinkan

anaknya agar anaknya menjadi seseorang yang memahami akan batasan nilai dan

waktu.

Peneliti pun sering menemukan kasus bahwa tidak sedikit anak-anak yang

kurang disiplin tidak hanya berasal dari keluarga sipil saja tetapi juga dari

keluarga militer. Peneliti dapat berasumsi demikian dikarenakan saat peneliti

melakukan praktik mengajar, peneliti melihat siswa yang kurang disiplin dalam

proses pembelajaran dan mengetahui bahwa latar belakang siswa tersebut berasal

dari keluarga militer. Peneliti juga memiliki rekan-rekan yang memiliki latar

belakang keluarga militer hanya saja terlihat bahwa sikap mereka cenderung tidak

mencerminkan sebagaimana disiplinnya dalam kemiliteran.

Berdasarkan hal tersebut peneliti mulai menemukan satu titik masalah

mengenai bagaimanana hasil pola asuh yang diterapkan di keluarga

berlatarbelakang militer. Apakah ada pengaruh terhadap kedisiplinan anaknya

atau ternyata kurang, ataupun bahkan tidak berdampak sama sekali. Apa pola asuh

yang diterapkan dalam keluarga militer memiliki efek terhadap anaknya bila di

lihat dari segi kedisiplinan, terutama saat mereka memasuki usia remaja. Masa

(5)

mereka akan kehilangan arah jika tidak mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari

kedua orang tua mereka.

Orang tua haruslah memberi perhatian lebih kepada anak-anaknya agar

mereka tidak terjerumus ke hal-hal yang menyimpang. Remaja adalah masa

dimana seseorang mulai timbul rasa percaya diri serta keberanian untuk

melakukan sesuatu hal yang baru. Jika hal tersebut tidak diantisipasi dengan baik,

maka remaja bisa terjebak ke dalam hal-hal yang menyimpang. Remaja pun mulai

berani untuk melanggar apa-apa yang dulunya dipatuhinya karena mereka merasa

mulai memiliki cara pandangnya tersendiri. Disinilah diperlukannya penanaman

nilai-nilai yang baik dari dalam keluarga terhadap anak yang salah satunya adalah

nilai kedisiplinan.

Kedisiplinan merupakan suatu nilai yang baik dalam membentuk karakter

seseorang agar dapat mengatur minimal dirinya sendiri terlebih dahulu untuk

menjadi pribadi yang baik. Dengan menerapkan kedisiplinan dimulai dari

lingkungan keluarga maka akan membuat keluarga tersebut menjadi keluarga

yang lebih teratur. Hal ini perlu diterapkan dalam diri anak, karena nilai

kedisiplinan akan membuat anak dapat mengetahui batasan-batasan waktu dan

mengenal nilai-nilai yang baik. Dengan kedisiplinan anak akan mengetahui kapan

waktu belajar, waktu bermain dan mampu menaati peraturan-peraturan yang ada

di lingkungannya.

Menurut hasil penelitian Yanik Imtiyas (2010, hlm.87) menunjukkan,

“... bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh authoritative

dengan kemandirian remaja madya siswa kelas X SMAN 20 Bandung tahun

ajaran 2009/2010”. Sedangkan dalam penelitian Damayanti (2010, hlm. 75) menyatakan, “... bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang

tua dengan kontrol diri remaja di sekolah pada siswa SMP Laboratorium UPI...”. Di sini dapat terlihat bagaimana pengaruh ataupun hubungan antara pola asuh

yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak terutama ketika memasuki usia

remaja. Ada yang berdampak signifikan tetapi ada pula yang tidak berdampak

apapun. Tentu kepribadian serta perilaku remaja terbentuk tidak hanya karena

(6)

Pengaruh buruk dari lingkungan pertemanan baik di lingkungan rumah

maupun di lingkungan sekolah pun menjadi faktor yang berpengaruh dalam

kedisiplinan anak. Pergaulan anak memang memiliki dampak terhadap

kepribadian anak, akan tetapi jika anak sudah memiliki pondasi yang didapatkan

dari keluarganya tentunya bukan suatu masalah. Hanya saja arus modernisasi serta

globalisasi komunikasi pun turut andil dalam mempengaruhi karakter anak.

Komunikasi anak dengan teman-temannya menjadi faktor yang berperan dalam

pembentukan kepribadian anak. Cukup lamanya anak bermain dengan teman

dapat memberikan berbagai macam informasi yang diserap oleh anak. Waktu

bermain pun haruslah dapat diatur agar anak tidak terus menerus bermain karena

masih banyak hal baik lain yang mestinya dilakukan.

Berkembangnya teknologi pun membuat anak menjadi kurang disiplin

dalam kehidupannya. Anak jadi lebih sering menghabiskan waktunya bersama

dengan teknologi dibandingkan dengan belajar ataupun untuk sekedar berbincang

bersama orang tuanya. Seringnya anak bermain baik di komputer, handphone,

maupun pergi ke warung internet bersama teman-temannya membuat anak jadi

tidak bisa mengontrol dan membagi waktu dalam kehidupannya. Jika anak lebih

sering menghabiskan waktu di luar untuk bermain, maka anak akan menjadi sulit

untuk dikontrol. Hal ini bisa diperparah apabila tidak adanya perhatian yang

khusus dari orang tuanya. Tentu saja hal tersebut dapat berdampak buruk bagi

kepribadian sang anak kelak. Menurut Shorter (dalam Sanderson, 2010, hlm.

478-479) berpendapat bahwa :

Kita sedang menyaksikan suatu pergeseran yang mendasar dalam kesediaan para remaja untuk belajar dari para orang tua mereka. Dalam tahun 1960-an, hubungan-hubungan diantara generasi-generasi mulai mengalami evolusi yang sama yang dialami oleh kekerabatan pada masa lalu. Pada puncak perkembangan keluarga batih modern, beban pengalihan nilai dan sikap yang utama kepada anak-anak muda terletak pada para orang tua, dan aturan-aturan permainan dipelajari dalam ruang serambi yang akrab pada malam hari yang tak terhitung sekitar tempat kediaman. Tapi ketika keluarga pasca-modern menyibukkan kita, para orang tua mulai kehilangan peranan mereka sebagai pendidik.

Di sinilah diperlukannya peran penting keluarga dalam mendisiplinkan

(7)

serta membiasakan kedisiplinan dalam diri anak. Kedisiplinan tentunya tidak

dapat terbentuk dalam diri anak dalam jangka waktu yang pendek, melainkan

merupakan serangkaian proses yang panjang. Anak menjadi disiplin bila orang

tuanya mau melakukan pembiasaan serta penerapan aturan semenjak dini dimulai

dari disiplin di lingkungan rumah. Karena dengan kedisiplinan, anak dapat teratur

kehidupannya dan menjadi pribadi yang baik kelak di masyarakat. Anak pun bisa

membagi waktunya dengan baik dan menaati norma-norma yang ada.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai kedisiplinan remaja yang berasal dari keluarga

yang orang tuanya berlatar belakang militer. Oleh karena itu, peneliti memberi

judul penelitian ini : Pengaruh Pola Asuh Keluarga Militer Terhadap Kedisiplinan

Remaja (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Militer di KPAD Sriwijaya Cimahi).

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Dalam setiap keluarga tentunya memiliki cara-caranya tersendiri dalam

mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Ditambah lagi faktor latar belakang

pekerjaan orang tua pun akan mempengaruhi pola pikir serta cara mereka dalam

membentuk kepribadian anak. Begitupun yang diyakini terjadi di keluarga yang

berlatarbelakang kemiliteran. Pola asuh yang digunakan dalam membentuk

kepribadian anak tentunya sedikit banyak akan dipengaruhi oleh latar belakang

kemiliteran yang dimiliki oleh orang tuanya. Sikap anak merupakan cerminan dari

pola asuh yang digunakan oleh orang tuanya. Dalam hal ini ketika anak yang

mulai memasuki fase remaja akan mengalami masa dimana mereka sedang

mencari-cari jati diri mereka sebenarnya. Hal ini membuat mereka mulai menjadi

anak yang kurang taat akan aturan-aturan dan menjadi anak yang kurang disiplin.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh

(8)

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan

tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran mengenai pola asuh keluarga militer di KPAD

Sriwijaya Cimahi?

2. Bagaimana gambaran mengenai kedisiplinan remaja di KPAD Sriwijaya

Cimahi?

3. Bagaimana pengaruh pola asuh keluarga militer terhadap kedisiplinan

remaja di KPAD Sriwijaya Cimahi?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui gambaran mengenai pola asuh keluarga militer di KPAD

Sriwijaya Cimahi.

2. Mengetahui gambaran mengenai kedisiplinan remaja di KPAD Sriwijaya

Cimahi.

3. Mengetahui pengaruh pola asuh keluarga militer terhadap kedisiplinan

remaja di KPAD Sriwijaya Cimahi.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoretis

a. Memberikan sumbangan secara teoretis kepada disiplin ilmu sosiologi

mengenai pengaruh pola asuh keluarga militer terhadap kedisiplinan

remaja.

b. Menambah pengetahuan tentang adanya pengaruh pola asuh terhadap

kedisiplinan remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan kepada pendidikan dalam keluarga sehingga

orang tua dapat memberikan bimbingan dan penanaman kedisiplinan yang

baik terhadap anak-anaknya.

b. Memberikan kontribusi bagi para orang tua untuk dapat memahami dan

(9)

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bagian awal skripsi yang berisi :

a. Latar belakang penelitian, memaparkan tentang alasan peneliti tertarik

untuk meneliti masalah penelitian.

b. Identifikasi masalah penelitian, berisi pengenalan garis besar masalah.

c. Rumusan masalah penelitian, dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya

tentang masalah yang akan diteliti.

d. Tujuan penelitian, menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian

tersebut selesai dilakukan.

e. Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang diperoleh biasanya

dipandang dari salah satu atau beberapa aspek.

f. Struktur organisasi skripsi, berisi tentang urutan penelitian setiap bahasan

bagian bab dalam skripsi mulai dari bab 1 sampai dengan bab terakhir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS.

Tinjauan Pustaka dimaksudkan sebagai landasan teoritik dalam analisis

penelitian. Pada tinjauan pustaka peneliti mengaitkan teori dengan penelitian

yang akan diteliti. Tinjauan pustaka memuat berbagai teori mengenai

variabel-variabel yang ada di dalam penelitian, juga teori pendukung yang berasal dari

penelitian-penelitian terdahulu. Selain itu berisi kerangka pikir peneliti dalam

melakukan penelitian dan ditutup dengan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian menjelaskan secara rinci tentang metodologi yang

ingin digunakan dan jenis penelitian. Termasuk beberapa komponen seperti

lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memuat dua hal utama yaitu pengolahan data dan analisis data

atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur

penelitian kuantitatif. Bagian pembahasan atau analisis temuan yaitu

membahas penelitian tersebut dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah

dibahas di bab II.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab V disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

Referensi

Dokumen terkait

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian adalah sesuai marginal (S3) dengan luas 1.165,77 ha atau 99,11% dan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Tujuan dari penelitan tugas akhir ini adalah merancang sistem pengaturan level pada Plant Coupled Tanks dengan menggunakan teknik MRAC dan algoritma kontroler PI

Dari kedua unsur tersebut, alasan penghapus pidana dalam pasal 310 ayat (3) merupakan alasan pembenar, yang mana dalam pasal tersebut ada pembenaran terhadap perbuatan