• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan Sebagai Ide Penciptaan dalam Karya Seni Lukis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kecemasan Sebagai Ide Penciptaan dalam Karya Seni Lukis"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

KECEMASAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN DALAM

KARYA SENI LUKIS

PERTANGGUNGJAWABAN TERTULIS

PENCIPTAAN SENI untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister

dalam bidang seni, minat utama Seni Lukis

RASUL

1320719411

PROGRAM PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa karya seni dan pertanggungjawaban tertulis ini, merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi manapun dan belum pernah dipublikasikan.

Saya bertanggungjawab atas keaslian karya saya ini dan bersedia menerima sanksi apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini.

Yogyakarta, 14 Januari 2019 Yang Membuat Pernyataan

Rasul NIM: 1320719411

(4)

iv PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan Kepada: Kedua Orang Tua Tercinta Rappung (Ayah) dan Mas’ati (Ibu)

Saudaraku

Murni (Kakak), Risal (adik), M. Rifai (adik), Raimondo (adik), M. Rafly (adik), Randy Rappung (adik).

Almamaterku

Magister Penciptaan dan Pengkajian Program Pascasarjana

Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu terima kasih atas segala bantuannya

(5)

v

MOTTO

“Orang Hebat” tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan kenyamanan tetapi dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata

(6)

vi KECEMASAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN DALAM KARYA

SENI LUKIS Pertanggungjawaban Tertulis

Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2019 Oleh: Rasul

ABSTRAK

Kecemasan diri yang sifatnya abstrak akan sulit jika divisualkan secara langsung tanpa ditampilkan secara simbolik. Maka dari itu ungkapan secara simbolik digunakan untuk merepresentasikannya sehingga ide penciptaan dapat dimanifestasikan dalam perwujudannya. Usaha untuk merepresentasikan dan menjadikan perasaan kecemasan sebagai potensi dan menyiratkan tantangan hidup yang memotivasi saya untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan atau berbagi kepada orang lain melalui bahasa visual seni lukis dengan meminjam idiom dan metafor jas hujan sebagai refleksi kejiwaan penulis atas kecemasan. Ungakapan psikologis kecemasan merupakan ungkapan personal yang sangat membekas dalam alam pikiran penulis. Dengan perasaan cemas tersebut maka penulis memiliki beberapa kerangka masalah seperti, mengapa kecemasan menjadi penting untuk diungkapkan dalam karya seni lukis, kemudian pemilihan idiom bentuk kecemasan yang tepat dalam karya seni lukis dan bagaimana merepresentasikan jas hujan sebagai metafor tentang kecemasan lewat media seni lukis.

Metode penciptaan ini secara garis besar mengacu pada metode penciptaan karya seni menurut Alma M. Hawkins. dimulai dari tahap Eksplorasi, Improvisasi/Eksperimentasi, dan tahap Pembentukan, hingga menjadi karya yang utuh.

Penciptaan ini telah berhasil menyelesaikan 10 karya lukisan dengan judul: Harapan seorang anak, Dialog Sunyi, Bermain dengan ayah, Selalu kuat, Merangkul, Takut Berpisah, Kontemplasi, Berdoa, dan Menganggur dengan mewujudkan tiga tujuan penciptaan: 1) karya seni lukis ini tidak hanya sebatas ungkapan ekspresi gagasan dan perasaan, tetapi melalui lukisan ini dapat memberikan pencerahan dan pengetahuan bahwa kecemasan tidak lantas membuat berdiam diri tapi bagaimana diri berusaha menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas; 2). Menuangkan dalam konsep bentuk atau figur citraan yang menarik, mewakili pengalaman kecemasan yang bersumber dari dalam diri; 3). Karya seni lukis sebagai medan arena utnuk terapi psikologis tentang kecemasan.

(7)

vii

ANXIETY AS THE IDEAS OF CREATION IN PAINTING

ART WORK

Written Responsibility

Postgraduate Program of theIndonesian Art Institute-Yogyakarta 2019 By:

Rasul

ABSTRACT

Self-anxiety will be difficult if visualized directly without being displayed symbolically. Then from that symbolic expression is used to represent it so that the idea of creation can be manifested in its manifestation. Efforts to represent and make feelings of anxiety as potential and imply life challenges that motivate me to express and communicate or share with others through the visual language of painting by borrowing idioms and raincoat metaphors as the author's psychological reflection on anxiety. Psychological anxiety skills are personal expressions that are deeply imprinted in the mind of the writer. With these anxious feelings, the author has several frameworks of problems such as, why anxiety becomes important to be expressed in painting, then the selection of appropriate forms of anxiety in painting works and how to represent raincoats as a metaphor for anxiety through the media of painting

This method of creation generally refers to the method of creating artwork according to Alma M. Hawkins. Starting from the Exploration stage, Improvisation / Experimentation, and Formation stage, to become a complete work.

This creation has succeeded in completing 10 works of painting with the title: Hope of a child, Silent Dialogue, Playing with a father, Always strong, Embracing, Afraid to Split, Contemplation, Praying, and Unemployed in realizing it with three goals of creation: 1) this painting only limited expressions of ideas and feelings, but through this painting can provide enlightenment and knowledge that anxiety does not necessarily make silence but how to try to maintain the stability of its relationship with reality; 2). Pouring in an interesting concept or image figure represents an experience of anxiety originating from within; 3). Painting works as an arena for psychological therapy about anxiety

(8)

viii KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, rahmat dan ridho-Nya. Sholawat dan salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, sehingga penulisan tugas akhir penciptaan seni yang berjudul KECEMASAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN DALAM KARYA SENI LUKIS dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Penulisan tesis ini telah melalui banyak proses dan beberapa hambatan, namun karena dukungan atas berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan cukup baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Edi Sunaryo, M.Sn., selaku Pembimbing Utama yang dengan tulus telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam proses pembimbingan.

2. Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum., selaku Penguji Ahli yang telah memberikan bayak masukan pada saat ujian pertanggung jawaban tesis sehingga tulisan ini menjadi lebih baik.

3. Dr. Dewanto Sukistono, M.Sn., selaku Ketua Tim Penguji.

4. Prof. Dr. Djohan, M.Si., selaku Direktur Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

5. Kedua Orang Tua Penulis Yaitu Rappung dan Mas’ati yang selalu memberikan semangat dan doa.

(9)

ix 6. Saudara saya Murni (Kakak), Risal (adik), M. Rifai (adik), Raimondo (adik), M. Rafly (adik), Randy Rappung (adik) yang telah banyak membantu dalam berbagai aspek.

7. Susanti, S.Kom., yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan bantuannya dalam berbagai aspek.

8. Sahabat senasib-sepenanggungan Sasih Gunalan, Edy Setiawan, Andy Adryan M, Rifki Aswan, Irfandi Musnur, Edi Semara Putra, Dwi Wahyuni Hamka, Jenny Ratna Ika S, Nessya Fitryona, Muh. Anwar. 9. Teman-teman penciptaan dan pengkajian seni angkatan 2013 yang

berjuang bersama sampai tugas akhir.

10. Teman-teman seperantauan dan beberapa pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga tesis ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca, khususnya mahasiswa/(i) yang sedang menempuh studi magister di Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii HALAMAN PENGESAHAN i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii ABSTRACT iv ABSTRAK v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR FOTO KARYA TUGAS AKHIR ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penciptaan ... 1

B. Rumusan Ide Penciptaan ... 6

C. Orisinalitas ... 7

D. Tujuan dan Manfaat ... 11

II. KONSEP PENCIPTAAN ... 13

A. Kajian Sumber Penciptaan ... 13

B. Landasan Penciptaan ... 21

C. Konsep Perwujudan ... 28

III. METODE/PROSES PENCIPTAAN ... 30

(11)

xi

B. Proses Penciptaan ... 33

IV. ULASAN KARYA ... 50

V. PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Karya Edward Munch ... 9

Gambar 2.Karya Agustan ... 11

Gambar 3.Skema Penciptaan Karya Lukis ... 24

Gambar 4.Study Draperi Leonardo da Vinci ... 27

Gambar 5. Proses eksplorasi ... 34

Gambar 6. Proses eksplorasi ... 35

Gambar 7. Olahan seni digital dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS5 ... 36

Gambar 8. Olahan seni digital dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS5 ... 37

Gambar 9. Hasil dari Olahan seni digital siap dipindahkan ke kanvas ... 38

Gambar 10. Bahan-bahan yang digunakan ... 41

Gambar 11. Tahap pemindahan sketsa pada Kanvas ... 46

(13)

xiii DAFTAR FOTO KARYA

Gambar 13. FotoKarya # 1. Kontemplasi ... 51

Gambar 14. FotoKarya # 2.Berdoa ... 53

Gambar 15. FotoKarya # 3. Dialog Sunyi ... 56

Gambar 16. FotoKarya # 4. Selalu Kuat ... 58

Gambar 17. FotoKarya # 5.Bermain dengan Ayah ... 59

Gambar 18. FotoKarya # 6.Merangkul ... 61

Gambar 19. FotoKarya # 7.Takut Berpisah ... 63

Gambar 20. FotoKarya # 8. Harapan Seorang Anak ... 65

Gambar 21. FotoKarya # 9.Terlalu Santai ... 67

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Indonesia adalah negara kepulauan yang membentang dari ujung barat hingga timur. Dalam bentangan ribuan pulau tersebut salah satunya bernama Pulau Balang Lompo. Pulau menjadi pusat ibukota Kecamatan Liukang Tupabbiring tempat penulis dilahirkan dan dibesarkan. Pulau Balang Lompo merupakan salah satu dari 90 Pulau yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan yang berberpenghuni sekitar 3.930 juta jiwa penduduk.

Masyarakat yang hidup dan bermukim di Pulau Balang Lompo, hampir sebagian berprofesi sebagai nelayan. Sebuah profesi turun temurun yang diwariskan dari generasi kegenerasi. Penulis yang lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga nelayan, menuntut berbagai cara dalam menaklukkan alam, cuaca ekstrem dan lain sebagainya. tak pelak, hal itupun membentuk penulis menjadi pribadi yang tabah, tabah akan berbagai macam halangan dan rintangan dalam mengarungi kerasnya kehidupan. Di tengah dinamika suka dan duka nelayan, sejak kecil telah ikut dalam aktivitas penangkapan ikan sebagai penunjang ekonomi keluarga. Tantangan alam yang berupa badai, hujan, kedinginan, kepanasan bahkan bertaruh nyawa sehingga membentuk pribadi dan pola pikir yang harus senantiasa bertahan hidup dalam dua sisi kehidupan.

Penulis yang tidak bisa hidup dan lepas dalam dua sisi kehidupan antara nelayan dan sebagai pelajar. Pertama, penulis sebagai nelayan menjalani kondisi

(15)

2 hidup yang penuh dengan berbagai tekanan, berupa tekanan ekonomi, alam dan tuntutan menyambung hidup mempertahankan eksistensi sebuah keluarga. Menjadi nelayan tidak mengenal waktu siang dan malam, kondisi cuaca hujan atau panas kadang diabaikan, kedinginan dalam gelapnya malam, atau kepanasan di bawah terik matahari, bertaruh nyawa dihadang badai yang tiba-tiba datang di tengah laut. Bahkan terkadang mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran namun tanpa membawa hasil yang memuaskan. Kehidupan nelayan pulau yang sebagian hidup diisi di atas perahu jenis Sandeq, sejenis perahu yang terbuat dari batang kayu dengan satu buah cadik di sebelah kiri sebagai penyeimbang dan tak beratap menuntut kondisi fisik yang harus kuat dalam berbagai kondisi.

Kedua, hidup sebagai pelajar yang tumbuh dan lahir dalam keluarga nelayan membuat penulis kadang harus meninggalkan bangku sekolah guna membantu meringankan beban orang tua terutama jika menjelang masa pembayaran sekolah. Beban pikiran yang berat, rasa was-was memikirkan biaya pendidikan dilalui sebagai proses pendewasaan kehidupan membuat penulis memahami filosofi kehidupan yang harus senantiasa seimbang. Dua sisi hidup yang harus diseimbangkan antara nelayan dan pelajar harus berjalan seimbang dan beriringan, ibarat perahu Sandeq yang harus memenuhi unsur keseimbangan untuk dapat digunakan dan tidak tenggelam di tengah hantaman ombak.

Berbagai ancaman dan tantangan hidup sebagai nelayan sekaligus pelajar menuntut upaya adaptasi terhadap berbagai kondisi yang ada. Kehidupan masyarakat pesisir pada umumnya dan kehidupan nelayan pada khususnya yang tak pernah bisa lepas dari air laut sehingga menuntut sebuah solusi dalam

(16)

3 mempertahankan diri dari kondisi alam seperti kehujanan, kedinginan, kepanasan saat melakoni hidup sebagai nelayan. Penggunaan pelindung diri pada saat melaut dari generasi ke generasi mengalami pergeseran seiring kemajuan zaman dan perkembangan teknologi. Penggunaan kain sarung yang dahulu sebagai pelindung yang wajib dibawa pada saat melaut kini tergantikan posisinya sebagai alat pelindung diri dari dingin dan hujan yang sewaktu-waktu datang. Kehadiran jas hujan sangat membantu eksistensi nelayan di tengah laut.

Bagi masyarakat nelayan Pulau Balang Lompo, penggunaan jas hujan tidak hanya sebagai pelindung diri dari derasnya hujan seperti yang dipahami masyarakat pada umumnya. Jas hujan dipandang sebagai sebuah pelindung diri yang multifungsi. Jas hujan bukan hanya melindungi diri dari hujan melainkan juga dari percikan ombak yang menghantam badan perahu, dan terkadang membuat nelayan kebasahan, jas hujan juga berfungsi sebagai pelindung diri yang lebih efektif dari jaket, tahan dari dinginnya udara malam yang lembab dan basah sehingga penggunaan jas hujan lebih aman dari sarung atau jaket biasa yang mudah basah. Kehadiran jas hujan juga melindungi dan meminimalisir nelayan dari basah akibat percikan ombak. Bagi penulis, jas hujan telah akrab dan melekat dalam memori dan membawa cerita tersendiri.

Menjamurnya jas hujan dengan berbagai bentuk dan warna di tengah masyarakat, memberikan nuansa dan kesan yang mendalam. Setiap melihat jas hujan, penulis terbawah oleh perasaan was-was atau cemas akan keselamatan ayah ketika sedang melaut dan berjibaku dengan angin kencang, derasnya hujan dan besarnya ombak yang terkadang membuat ayah balik ke pulau dengan

(17)

4 keadaan basah kuyuk, tubuh menggigil dan terkadang tidak membuahkan hasil apa-apa.

Setiap hujan tiba disertai dengan angin kencang, seketika itu pula saya teringat dengan pengalaman masa keci dulu waktu melaut. Saat itu tepat bulan puasa, saya diajak ayah untuk menemani memancing cumi-cumi. Kami berangkat sehabis berbuka puasa, sebelum meranjak meningalkan rumah, saya melihat ayah melakukan ritual mengangkat kedua tangan setinggi dagu menengadah ke atas, semacam Berdoa meminta kepada yang Kuasa supaya diberikan rezeki yang berlimpah, hasil tangkapan yang memuaskan. Setelah ayah selesai berdoa kami turun menapaki tangga rumah bagian depan dengan membawa keranjang yang berisikan pancing dan satu buah lampu petromaks sebagai penerang. Tidak hanya itu lampu petromaks juga berfungsi sebagai pengikat/perangsang supaya cumi-cumi mendekat kesumber cahaya. Selanjutnya kami berangkat mengendarai perahu sandeq serba tradisonal. Memakai layar dan dayung sebagai penggerak maju dan mundurnya badan perahu. Ayunan demi ayunan, maka sampailah kami di tengah laut dan segera kami menurunkan pancing kami. Tak lama berselang satu dua cumi-cumi berhasil kami dapatkan. Dalam keasyikan saya memancing, tetiba angin malam bertiup kencang bersamaan dengan besarnya ombak. Sehingga pada saat itu muncul perasaan was-was semacam ketakutan akan keselamatan saya. Oleh karena cuaca yang semakin tidak bersahabat, langit sudah tidak memperlihatkan bintang menandakan akan segera turun hujan, sehingga ayah menarik pancingnya begitupun saya untuk siap-siap balik ke pulau. Dalam perjalanan pulang, kami pun mendapati hujan. Hujan, angin kencang dan ombak

(18)

5 yang menghantam badan perahu sehigga tak terelakkan air laut pun sampai naik di badan perahu sehingga menuntut kerja ekstra untuk membuang air yang hampir memuat badan perahu akibat hantaman ombak dan air hujan. Dari kejadian ini timbul suatu perasaan cemas. Walau akhirnya kami sampai ke pulau dengan selamat, lantas tidak membuat kecemasan diri hilang begitu saja. ibu dan kakak perepuanku pun merasakan hal yang sama, di wajahnya tersirat rasa cemas, takut dan khawatir akan keselamatan kami.

Selanjutnya, ketika beranjak dewasa dan kuliah di Makassar perasaan was-was atau cemas itu pun belum juga hilang, terutama ketika cuaca tidak bersahabat, angin kencang disertai hujan deras seketika itu pula saya menelpon ibu dan menanyakan keadaan maupun keberadaan ayah, disaat yang bersamaan dengan kendisi ini, sehingga saya mencari dan membeli jas hujan untuk segera saya bawah ke Pulau.

Hal yang sama saya rasakan ketika saya studi di yogyakarta perasaan was-was atau cemas selalu menghantui batin saya. Setiap kali memandang jas hujan menimbulkan memori kehidupan yang berujung pada kecemasan, cemas tidak membuahkan hasil tangkapan apa-apa, cemas akan keselamatan ayah, dan cemas akan kehilangan ayah. Setiap lekukan dan gelombang draperi jas hujan mengibaratkan gejolak ombak yang tiada henti. Sebuah perjalanan kerasnya kehidupan yang dijalani masyarakat nelayan.

Perasaan kecemasan dan rasa was-was terus melingkupi alam pikiran penulis hingga saat ini. Memori tentang beratnya kehidupan nelayan dalam mengarungi cuaca yang tidak bersahabat, angin kencang disertai hujan deras

(19)

6 menjadi sebuah memori yang kerap melekat dan menyatu tatkala penulis melihat jas hujan. Bagi penulis jas hujan merupakan memori traumatik tentang beratnya tantangan nelayan yang selalu hadir melengkapi keterbatasan hidup yang tanpa membedakan kaya dan miskin.

Dalam kemelut pikiran dan rasa cemas yang kerap menyelimuti psikologis penulis, kecemasan menjadi sebuah keadaan yang sangat menekan alam pikiran penulis untuk dapat beranjak dalam meniti kehidupan yang lebih baik. Usaha untuk merepresentasikan dan menjadikan perasaan kecemasan sebagai potensi dan menyiratkan tantangan hidup yang memotivasi saya untuk mengungkapkan dan mengkomunikasikan atau berbagi kepada orang lain melalui bahasa visual seni lukis dengan meminjam idiom dan metafor jas hujan sebagai refleksi kejiwaan penulis atas kecemasan.

B. Rumusan Ide penciptaan

Berdasarkan dari pemaparan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yang penting untuk dikaji dalam penciptaan ini:

1. Mengapa kecemasan menjadi penting untuk diungkapkan dalam karya seni lukis?

2. Bagaimana memilih idiom bentuk kecemasan yang tepat dalam karya seni lukis?

3. Bagaimana merepresentasikan jas hujan sebagai metafor tentang kecemasan lewat media seni lukis?

Kecemasan diri yang sifatnya abstrak akan sulit jika divisualkan secara langsung tanpa ditampilkan secara simbolik. Maka dari itu ungkapan secara

(20)

7 simbolik digunakan untuk merepresentasikannya sehingga ide penciptaan dapat dimanifestasikan dalam perwujudannya.

C. Orisinalitas

Karya seni adalah sarana kehidupan estetik, maka dengan karya seni kemampuan dan pengalaman estetik menjadi bertambah kental dan menjadi milik bersama sebagian dari nafas dan jiwa masyarakat. Karya seni adalah salah satu bentuk ekspresi dan impresi estetik yang diciptakan bagi persepsi kita melalui indera, dan apa yang diekpresikan adalah perasaan insani, karya seni yang merupakan ungkapan jiwa yang berupa emosi dan penciptaannnya serta pemilihan subjek, bentuk, garis, warna, bahan dan teknik hal ini tergantung dari kreativitas dan maksud serta tujuan penciptaan karya. Meminjam bahasa M. Dwi Marianto kreativitas adalah esensi seni (Marianto, 2011: 3). Kreativitas adalah kesanggupan seseorang untuk menghasilkan karya-karya atau gagasan-gagasan tentang sesuatu yang pada hakekatnya baru atau baru sama sekali dalam arti tidak diketahui atau belum pernah diciptakan sebelumnya (Susanto, 2011: 229). Sebagaimana juga disebutkan oleh Morgan dalam Damajanti (2006:21) bahwa faktor universal bagi kreativitas adalah kebaruan (novelty), dan kebaruan membutuhkan keaslian (originality).

Karya yang orisinal adalah buah dari proses kreatif yang melibatkan perenungan secara mendalam serta menghindari peniruan secara buta yang bertujuan untuk menghasilkan kombinasi-kombinasi baru. Ini tidak berarti bahwa

(21)

8 unsur-unsur yang digunakan untuk menghasilkan kombinasi-kombinasi baru itu harus baru pula. (Sumartono, 1992: 2).

Pada dasarnya dalam menciptakan karya seni lukis tidak ada hal yang dianggap baru dari segi teknik atau bahkan tema yang diangkat seperti pada karya-karya Edward Munch. Munch sering mengangkat tema-tema kecemasan, penderitaan emosional, dan kerentanan manusia. Karya-karyanya banyak diilhami dari kecemasan lahir dari pengalaman pribadinya. Penyakit yang mengancam jiwa dan kematian dini ibu dan saudara perempuannya. Dalam lukisan-lukisannya, Munch berjuang untuk membuat trauma emosional dan psikologisnya sendiri, termasuk kematian ibu dan kakak perempuannya, serta kisah cinta pertamanya yang dahsyat, menjadi gambaran universal yang selaras dengan dunia luar. Dengan jalan itu, Munch berharap untuk "memahami arti hidup" dan untuk membantu orang lain mendapatkan wawasan yang serupa.. (https://www.nytimes.com/2006/02/17/arts/design/17munc.html).

Salah satu karya Edward Munch yang menjadi pembanding dapat dilihat pada gambar:

(22)

9 Gambar 1. Karya Edward Munch “The Scream, Oil, tempera, and pastel

on cardboard. 1893”

Sumber: https://www.theartstory.org/artist-munch-edvard.htm (diakses oleh Rasul pada tanggal 8 november 2018, pukul 18.04 WIB)

Hal demikian berbeda dengan penulis, rasa kecemasan lebih bertumpuh pada kedekatan emosional pada ayah, ayah yang setiap harinya melaut berjuang yang tanpa kenal lelah untuk tetap menyekolahkan anaknya. Perjuagan dalam mengarungi kerasnya kehidupan dilaut siang dan malam. Akumulasi dari semua kecemasan pada ayah: cemas tidak membuahkan hasil apa-apa, cemas akan kesemalatan dan cemas kehilangan ayah, dari semua akumulasi perasaan ini, penulis transfer sebagai proses berdamai dengan masa lalu yang kemudian digambarkan dengan citra realistik yang dideformasi bentuknya untuk mempermudah penyampaian makna dan pesan dengan menggabungkan

(23)

teknik-10 teknik melukis yang sudah ada seperti teknik dussel, blok dan garis sehingga diharapkan mampu menghasilkan teknis melukis yang artistik

Dari segi teknis, penulis mengacu pada karya lukis Agustan dengan citra karya bernuansa surealisme yang cenderung menampilkan bentuk-bentuk realis, dengan pengaturan kontras pencahayaan yang sangat teliti dan detail. Teknik yang dipakai oleh Agustan dalam lukisannya adalah sapuan dan dussel yang dihasilkan dari cat minyak dan kanvas dengan mengunakan kuas berbagai macam ukuran sehingga menghasilkan sapuan yang begitu halus pada karya lukisannya. Beberapa gaya yang divisualkan oleh Agustan agak memiliki kemiripan. Namun yang menjadi perbedaan adalah visual dan tema yang diangkat. Agustan mengangkat tema identitas suku bugis yang dibingkai dalam citra sarung. Sedangkan pada penciptaan ini saya sendiri berbicara tentang kecemasan yang melingkupi kehidupan psikologis penulis. Kecemasan yang sangat membatasi pergerakan dan menjadi beban dalam batin yang saya rasakan secara pribadi yang mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan dalam kejiwaan saya. Semakin berat perasaan tidak nyaman membuat saya ingin membongkarnya, membuang jauh dan membebaskan diri dari beban kecemasan tersebut. Selain untuk pembebasan diri, dalam penciptaan ini sekaligus sebagai proses untuk melakukan refleksi diri, mengenai kepribadian, dan menggali persoalan yang menjadi beban dalam bathin dengan memanfaatkan metode psikoanalisa.

(24)

11

Gambar 2. Karya Agustan “Yang Tersudut” Oil on kanvas, 2013 Sumber: Foto Agustan

Kecemasan diri tersebut direpresentasikan dalam karya lukis yang seluruh elemen pembentuknya adalah (bidang, warna, garis) disusun dengan komposisi selaras dan menjadi satu kesatuan. Dalam visualisasinya mengacu pada penggabungan gaya realistik photografis, meskipun kadangkala juga terkesan surealistis, tergantung dari tuntutan idenya, sehingga akan tercipta suatu bentuk artistik yang khas, simbolik dan kadang kala representasional.

D. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dalam penciptaan seni ini yaitu:

1. Tujuan dari pembuatan karya ini adalah tidak hanya sebatas ungkapan ekspresi gagasan dan perasaan. Tetapi bagaimana sebuah karya seni dapat memberi pencerahan atau pengetahuan dalam memperkaya khasanah dunia seni rupa dan memberikan kemungkinan yang baru dalam proses kreatif.

(25)

12 2. Untuk menuangkan dalam konsep bentuk, sehingga bentuk atau figur citraan mendapatkan kesan yang menarik, dan dirasa dapat mewakili pengalaman orang lain (publik) diluar sipencipta karya atau kreator. 3. Mengubah rasa kecemasan diri menjadi energi positif dalam berkarya

seni lukis.

Manfaat yang ingin dicapai dalam penciptaan ini yaitu

1. Membebaskan diri dari beban dalam bathin sehingga dapat membangun dan memunculkan ruang-ruang positif dalam bathin. 2. Dapat membentuk diri dengan kepribadian baru dengan kesadaran

yang lebih terbuka dan pandagan hidup yang lebih bermakna .

3. Menambah keragaman kreasi seni lukis melalui pengolahan garis, warna, draperi dengan material jashujan dengan pengolahan bentuk-bentuk artistik.

4. Memberikan kontribusi dalam rangka meramaikan dan memperkaya khazanah seni lukis, khususnya Indonesia.

5. Bagi lembaga, dapat menambah keragaman karya seni lukis dan dapat dipakai sebagai bahan referensi mahasiswa.

Gambar

Gambar 2. Karya Agustan “Yang Tersudut” Oil on kanvas, 2013  Sumber: Foto Agustan

Referensi

Dokumen terkait

Soesilo, RIB/HIR dengan Penjelasan lengkap disertai Undang-undang/Peraturan- peraturan: Hukum Acara Perdata-Hukum Acara Pidana Peradilan Umum, (Bandung :

Kuesioner ini dibuat dalam rangka menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti selaku Mahasiswa Program Manajemen S1, Universitas Widyatama tentang

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, maka diperoleh kesimpulan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Suku

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel makro yaitu rasio profit sharing, Inflasi, PDB, dan SWBI terhadap Tabungan Mudharabah di Perbankan

Dalam pemaparan ini, dalil eksistensialisme di atas “eksistensi mendahului esensi”akan dititik beratkan pada ihwal bagaimana individu mendefinisikan dirinya sendiri tanpa

Jagung (Zea mays L.) adalah salah satu bahan makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, yaitu

Telah dilakukan penelitian tentang Uji Aktivitas Ekstrak Buah Pare (momordica charantia L.) terhadap pertumbuhan propionibacterium acnes yang bertujuan untuk

Kegiatan Audit ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas disipilin dosen pada IBI Darmajaya, pengaruh kegiatan Audit ini secara umum sangat mempengaruhi terhadap