MENIKAHI WANITA HAMIL KARENA ZINA DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
TESIS
Oleh
ASMANIZAR
137011074/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
MENIKAHI WANITA HAMIL KARENA ZINA DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ASMANIZAR
137011074/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : MENIKAHI WANITA HAMIL KARENA ZINA
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN Nama Mahasiswa : ASMANIZAR
Nomor Pokok : 137011074
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, PhD)
Pembimbing Pembimbing
(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Dr. Utary Maharany Barus, SH,MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
Telah diuji pada
Tanggal : 30 Nopember 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. H. M. HasballahThaib, MA, Ph.D Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ASMANIZAR
Nim : 137011074
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : MENIKAHI WANITA HAMIL KARENA ZINA DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG
PERKAWINAN
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
i ABSTRAK
Perkawinan merupakan ikatan antara dua insan manusia yang selalu melewati berbagai proses dan persoalan. Salah-satunya,menikahi wanita hamil karena zina Penelitian ini mengkaji pengaturan tentang zina, status dan akibat hukum dari menikahi wanita hamil karena zina dalam perspektif Hukum Islam dan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Penelitian ini adakah yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan yang berasal dari bahan-bahan hukum dari Hukum Islam dan UU. No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan serta penelitian lapangan dalam bentuk wawancara. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengaturan zina telah secara jelas diatur dalam Hukum Islam. Pelaku zina yang telah menikah dihukum rajam dan pelaku zina yang belum menikah dihukum cambuk, serta diasingkan selama satu tahun. Sedangkan dalam UU Perkawinan, hanya mengatur tentang status anak dari hasil hubungan zina yang memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Perbuatan zina hanya diatur dalam KUHP dan Qanun Aceh No. 6/2014 tentang Hukum Jinayat yang berlaku di Aceh. Adapun status hukum menikahi wanita hamil karena zina dalam Hukum Islam adalah sah bagi pria yang menghamilinya. Sedangkan bagi pria yang bukan menghamilinya, terjadi perbedaan pendapat tentang keabsahannya status pernikahannya. Sedangkan menurut UU Perkawinan, menikahi wanita hamil karena zina secara tersirat menyatakan sah, jika dilakukan menurut hukum agama masing-masing pasangan. Bagi umat Islam Indonesia, sah menikahi wanita hamil karena zina, jika yang menikahi tersebut merupakan orang yang menghamilinya.
Akibat hukum menikahi wanita hamil karena zina menurut Hukum Islam anak yang dilahirkan setelah enam bulan perkawinan memiliki hubungan nasab, perwalian, waris dan hak nafkah dari kedua orang tuanya. Namun, jika anak tersebut lahir sebelum enam bulan pernikahan, maka tidak memiliki hubungan nasab, perwalian, waris dan hak nafkah dari bapaknya, kecuali adanya pengakuan dan pembuktian terhadap hubungan biologis anak tersebut. Sedangkan menurut UU Perkawinan, akibat hukumnya adalah anak yang dilahirkan memiliki hubungan nasab, wali nikah, kewarisan dan hak nafkah dari bapak yang menikahi ibunya, selama wanita hamil tersebut dinikahi dalam perkawinan yang sah. Namun, bagi anak di luar pernikahan yang sah, selain memiliki hak perdata dari ibu kandungnya, juga memiliki hak nafkah dari ayah biologisnya, selama dapat dibuktikan secara ilmiah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi tahun 2012. Disarankan kepada pemerintah untuk membuat aturan hukum pemberian sanksi kepada pelaku zina. KUA hendaknyadiperluas wewenang untuk meminta rekomendasi dokter bagi pengantin perempuan untuk memperjelas kehamilannya sebagai syarat untuk dikawinkan dan pasangan yang menikah hendaknya bertaubat dan memahami akibat hukum dari pernikahan tersebut.
ii ABSTRACT
A marriage is wedlock between two persons after passing various processes and problems. One of them is marrying a pregnant woman because of adultery. The research analyzed the regulation on adultery, status and legal consequences of marrying pregnant woman because of adultery from the perspective of the Islamic law and Law No 1/1974 on Marriage.
The research used judicial normative and descriptive analytic method. The data were gathered by conducting library research which came from legal materials from the Islamic law and Law No 1/1974 on Marriage and from field research in the form of interviews. The conclusion of the research was that the regulation on adultery is stipulated in the Islamic law. The perpetrator who has been married will be punished by rajam (stoned to death) and the perpetrator who is single will be punished by being whipped or segregated for one year. Meanwhile, Law on Marriage only regulates the status of a child from adultery in civil law with his mother and with his mother’s relatives. Adultery is only regulated in the Penal Code and Aceh Qanun No. 6/2014 on Jinayat law which is in effect in Aceh. Legal status in the Islamic law of a marriage with pregnant a woman because of adultery is valid for the man who has made her pregnant, while there is different opinion about the validity of marriage of a man who does not make her pregnant. According to the Marriage Law, a marriage with a pregnant woman is valid when it is done according to the couple’s religion. For the Indonesian Moslems, a marriage with a pregnant woman is valid when the man himself has made the woman pregnant.
The legal consequence of marrying a pregnant woman because of adultery is that the child who is born after the sixth month of marriage has relationship in kinship, guardianship, inheritance, and livelihood with his parents. However, if the child is born before the sixth month of marriage, he has not relationship in kinship, guardianship, inheritance, and livelihood with his father except there is evidence about their biological relationship. According to Marriage Law, the legal consequence of the child has the the relationship in kinship, guardianship, inheritance, and livelihood with the man who has married his mother since the pregnant woman is married legitimately. However, a child who is born from illegitimate marriage, will get the civil right from his mother and has the right for livelihood from his biological father when it can be proved scientifically based on the Ruling of the Constitutional Court in 2012. It is recommended that the government make a law on the sanction upon those who commit adultery. KUA (Religious Affairs Office0 should extend their authority by asking doctors’ recommendation about a woman’s pregnancy as the requirement for her marriage and the couple who want to get married should repent and understand the legal consequences of the marriage.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Peneliti panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Peneliti, sehingga Peneliti
dapat menyelesaikan tesis ini, serta Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri
tauladan Rasulullah Shallallahu‘alaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau
yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat
dinikmati oleh seluruh manusia di penjuru dunia.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dengan judul “MENIKAHI WANITA HAMIL KARENA ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN”.
Dalam penulisan tesis ini, Peneliti banyak sekali mendapat bantuan dari
berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
Peneliti hanya mampu mengucapkan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Muhammad Yamin,S.H., M.S., C.N, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara serta selaku Dosen
Pembimbing II, yang membimbing Peneliti selama penyusunan tesis ini.
4. Bapak Prof. H. M. Hasballah Thaib, MA, Ph.D, selaku Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan sumbangsih tenaga dalam membimbing dan
iv
5. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing III atas segala arahan dan bimbingan kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini.
6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi, S.H,selaku Sekretaris Prodi Magister Kenotariatan USU dan selaku Penguji tesis, beserta seluruh staf pengajar dan pegawai pada
Prodi Magister Kenotariatan USU, yang telah banyak membantu Peneliti.
7. Bapak Notaris Syafnil Gani, SH., M.Hum.,selaku Penguji tesis ini dari sejak awal seminar proposal, seminar Hasil dan Ujian Akhir Tesis.
8. Bapak Tgk. Faisal Ali,Ketua Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Bapak M. Iqbal, S. Ag., M.H, Kepala KUA Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh, Bapak Syamsul Hadi, S. Ag, Kepala KUA Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, Bapak Ikram, S. Ag., M.Pd, Staf KUA Kecamatan Lambaro Angan Aceh Besar, beserta para informan yang telah membantu Peneliti dalam
memberikan data sehingga penyusunan tesis ini tercapai dengan baik.
9. Suamiku TercintaRuslan, S.Ag., M.Si., M.L.I.S.,untuk besarnya curahan cinta dan kasih sayang, penuh kesabaran sertakeikhlasannya yang senantiasa menjadi
inspirasi, memberi doa, dan dukungan kepada Peneliti dari awal mengarungi
rumah tangga yang selalu disertai suka duka, membiayai pendidikan Peneliti dan
membantu menyelesaikan penyusunan tesis ini.
10. Anak-anakku Tersayang Muhammad Azkal Azkiya dan Muhammad Fahir Mumtaz, yang telah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan mereka merelakan hilangnya waktu mereka untuk selalu bersama PenelitikarenaPeneliti harus
berada terpisah dari mereka saat mengikuti pendidikan di Medan, sementara
mereka harus Peneliti tinggalkan di Banda Aceh bersama Ayah mereka dan
keluarga besar Peneliti. Do’a dan air mata mereka telah menjadikan semangat
bagi Peneliti dalam menyelesaikan pendidikan dan penyusunan tesis ini.
v
kesehatan, keselamatan dan kelancaran oleh Allah SWT disetiap tahap dan
rintangan yang telah Peneliti hadapi maupun untuk masa mendatang.
12. Bapak dan Ibu Mertua, Bapak Drs. Razali Yahya dan Ibu Ummi Kalsum, Keluarga Besar Peneliti, abang-abang, kakak-kakak, adik-adik serta semua
keponakan, penulis haturkan terima kasih atas kekompakan, doa dan
dukungannya selama ini.
13. Rekan-rekan mahasiswa Mkn USU, spesial Grup C Reguler angkatan 2013, untuk kekompakan, kerjasama dan saling memberikan semangat dalam menuntut
ilmu bersama-sama.
14. Sahabat spesial penulis Kak Wirda Nasution, S.H., Kak Suryani, S.H., dan Muhammad Eka Syahriel, S.H.,serta teman-teman kostSiti Rahmah, S.Hdan Dewi Eka Saputri,S.H., yang telah banyak membantu Peneliti, bersama-sama dalam suka duka sejak awal pendidikan, semoga persahabatan dan persaudaraan
kita tetap berlanjut selamanya dimanapun kita berada.
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih atas bantuannya semua. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan kalian semua.
Medan, Nopember 2015
Peneliti,
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : ASMANIZAR
Tempat / Tanggal Lahir : Jangka Buya-Pidie, Aceh, 09 Februari 1980
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat Rumah : Jl. Cempaka No. 5 Kelurahan Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh
Telepon/HP : 082360601196
II. PENDIDIKAN FORMAL
SDN. 23 Banda Aceh Lulus Tahun 1992
SMPN. 4 Banda Aceh Lulus Tahun 1995
SMA Sekolah Indonesia Jeddah Saudi Arabia Lulus Tahun 1998
S-1 Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Lulus Tahun 2008
vii DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR ISTILAH ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Masalah Penelitian ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Keaslian Penelitian ... 14
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 16
1. Kerangka Teori ... 16
2. Konsepsi ... 23
G. Metode Penelitian ... 27
BAB II PENGATURAN TENTANG ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN ... 31
A. Zina Dalam Perspektif Hukum Islam ... 31
B. Zina Dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ... 36
BAB III STATUS HUKUM MENIKAHI WANITA HAMIL KARENA ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN ... 39
viii
B. Pernikahan dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan ... 45
C. Status Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Zina Dalam Perspektif Hukum Islam ... 50
D. Status Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Zina Dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ... 61
BAB IV AKIBAT HUKUM MENIKAHI WANITA HAMIL KARENA ZINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN ... 64
A. Akibat Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Zina Dalam Perspektif Hukum Islam ... 64
B. Akibat Hukum Menikahi Wanita Hamil Karena Zina Dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 112
ix
DAFTAR ISTILAH
Al-faraidh : Perpindahan hak kepemilikan dari mayit (orang yang
meninggal dunia) kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik pemilikan tersebut berupa harta, tanah, maupun hak-hak lain yang sah.
Al-firasy : Berdasarkan kelahiran karena adanya perkawinan yang
sah
Al-maqashid al-ammah : Sesuatu yang dipelihara syara’ dan diusahakan untuk
diusahakan dalam berbagai bidang syariat, seperti menegakkan dan mempertahankan agama dari ancaman pihak musuh.
Al-maqashid al-juziyyah: Tujuan yang hendak dicapai syara’ dalam menetapkan hukum syara’, yaitu hukum wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah terhadap sesuatu, atau menetapkan sesuatu menjadi sebab, syarat, dan penghalang
Al-maqashid al-khassah: Tujuan yang hendak dicapai syara’ dalam topik bab
tertentu, seperti tujuan yang hendak dicapai syara’ dalam masalah perkawinan dan keluarga.
Alwath’ul muharram : Persetubuhan zina yang ditandai adanya kesengajaan atau niat yang melawan.
Daruriyyat : Kemaslahatan mendasar (kebutuhan pokok) yang
mencakup dalam mewujudkan dan melindungi eksistensi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Hadhanah : Memelihara anak dari setiap macam bahaya yang
mungkin akan menimpanya, menjaga kesehatan jasmani dan rohaninya, menjaga makanan dan keberaniannya, mengusahakan pendidikannya sampai ia sanggup berdiri sendiri dalam menghadapi kehidupannya sebagai seorang muslim.
Hajiyyat : Kemaslahatan dalam rangka perwujudan dan
x
Istilhaq : Pengakuan garis nasab atau keturunan terhadap seorang
anak.
Iddah : Waktu tunggu bagi seorang istri yang putus
perkawinannya, baik diceraikan karena suaminya meninggal atau dicerai ketika suaminya hidup, untuk menahan diri dari menikahi laki-laki lain.
Li’an : Anak yang dilahirkan dari hubungan suami isteri yang
sah, namun sang suami tidak mengakui anak itu sebagai keturunannya, dan qadhi (hakim syariat) memutuskan bahwa anak itu bukanlah dari nasab sang suami, setelah suami isteri itu diambil sumpahnya (li’an).
Maqashid al-syariah : Kandungan nilai yang menjadi tujuan pensyariatan
hukum.
Mitsaqan ghalidzan : Akad yang sangat kuat.
Nasab : Garis keturunan yang mengikatkan dua orang atau
beberapa orang yang berhubungan dengan pertalian kekeluargaanberdasarkan hubungan darah melalui akad perkawinan yangsah.
Ta’zir : Suatu hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan
dosa yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara’.
Tahsiniyyat : Kebutuhan pelengkap dengan mewujudkan dan
memelihara hal-hal yang menunjang peningkatan kualitas kebutuhan mendasar (agama, jiwa, akal, keturunan dan harta),serta menyangkut hal-hal yang terkait dengan akhlak mulia.
Tandhimun Nasal : Memelihara keturunan
Wasiat wajibah : Wasiat yang pelaksanaannya tidak dipengaruhi atau tidak
bergantung kepada kemauan atau kehendak si yang meninggal dunia.
Wathi’ syubhat : Persetubuhan yang samar status hukumnya.