• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Student Engagement Siswa SMA Sultan Iskandar Muda Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Student Engagement Siswa SMA Sultan Iskandar Muda Medan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering disebut multikultural, negara Indonesia dibangun dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan ini diharapkan merangkul berbagai bidang di Indonesia termasuk dalam bidang pendidikan. Hal ini sudah terlihat dan didukung dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2010 pasal 53 menjelaskan bahwa "satuan pendidikan wajib memberikan layanan pendidikan kepada calon peserta didik dan peserta didik, tanpa memandang latar belakang agama, ras, etnis, gender, status sosial, dan kemampuan ekonomi". Peraturan pemerintah ini diharapkan dapat menjadi pemersatu masyarakat Indonesia yang multikultural dari bidang pendidikan. Oleh karena itu diharapkan bahwa tidak ada lagi diskriminasi dalam dunia pendidikan.

(2)

bahkan perpecahan bangsa (Gumono, 2011). Kerentanan yang dapat memicu konflik ini juga bisa terjadi dalam sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural. Oleh karena itu, siswa perlu diberi pengetahuan yang luas tentang keberagaman, sehingga nantinya tidak menimbulkan konflik ataupun diskriminasi. Sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural akan memiliki lingkungan yang berbeda dari sekolah umum, karena pada sekolah yang bermuatan multikultural memiliki jumlah siswa yang berasal dari berbagai etnis dan terdapat dimensi pendidikan multikultural yang diterapkan dalam lingkungan sekolah, serta perbedaan dalam fasilitas yang ada di sekolah tersebut. Jika sekolah tersebut berhasil menciptakan dan menerapkan konsep multikultural di sekolahnya, maka lingkungan sekolah menjadi nyaman bagi setiap orang di sekolah tersebut, tetapi sebaliknya, jika gagal maka lingkungan sekolah bisa menjadi ancaman bagi setiap orang di sekolah tersebut terutama bagi peserta didik. Lingkungan sekolah dapat memberikan pengaruh pada berbagai hal. Salah satunya dapat berpengaruh dengan student engagement. Lippman dan Rivers (2008) mengemukakan bahwa lingkungan sekolah dapat menjadi instrumen dalam menggambarkan student engagement. Hal ini didukung juga oleh Fredricks (2004) yang menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor besar yang mempengaruhi student engagement yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal.

(3)

komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasi dalam kegiatan sekolah. Selain defenisi, terdapat juga aspek dari student engagement.

Menurut Appleton (dalam Doll, 2010) aspek dari student engagement terdiri dari 2 yaitu afektif & kognitif. Aspek afektif berisi tentang interaksi antara siswa dengan guru, interaksi antara siswa dengan siswa lainnya serta siswa tersebut mendapat dukungan dari orangtuanya dalam kegiatan belajar. Dalam teorinya, Appleton (2006) menyebutkan bahwa siswa yang tinggi dalam aspek afektif ini adalah siswa yang memiliki banyak jumlah teman di sekolahnya, aktif dalam mengikuti kegiatan di sekolah dan siswa yang tidak pernah melanggar peraturan sekolah karena siswa tersebut memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap guru-gurunya. Di sisi lain, Appleton juga menjelaskan tentang siswa yang tinggi pada aspek ini adalah mereka yang berhubungan baik dengan keluarganya dan menunjukkan kepuasan terhadap keluarganya. Aspek yang kedua adalah kognitif, aspek ini lebih menggambarkan bagaimana siswa tersebut menunjukkan usaha dalam belajarnya, berusaha dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik. Dalam teorinya, Appleton (2006) menyebutkan bahwa siswa yang tinggi dalam aspek kognitif adalah siswa yang selalu mengerjakan tugas-tugas di sekolah, siswa yang memperoleh nilai tugas dan ujian yang tinggi serta siswa yang berada pada ranking kelas yang baik.

(4)

membuat siswa disengangement dengan sekolah. Kemudian, hasil penelitian dari Kovalik (2008) juga melakukan penelitian kepada 250 siswa/i di Amerika dan menemukan bahwa anak laki-laki lebih disengagement daripada anak perempuan dikarenakan faktor sosial dan biologis. Dalam penelitiannya ini ia menjelaskan bahwa anak laki-laki dari dasar biologisnya terlahir dengan fisik yang kuat sehingga laki-laki akan lebih aktif dan lebih mudah menjalin pertemanan, sehingga lebih mudah terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang bisa melanggar peraturan sekolah dan ini akan menyebabkan siswa tersebut disengagement terhadap sekolahnya.

Selain itu ada juga hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Johnson et al. (2001) terhadap 134 sekolah yang tersebar di Amerika. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa Afrika Amerika lebih engagement daripada siswa kulit putih dan Amerika Hispanik, setidaknya dalam salah satu aspek student engagement yaitu behavior yang telah diukur. Dari hasil penelitian ini bisa dilihat bahwa terlihat fenomena yang berbeda pada tingkat student engagement yang terkait dengan perbedaan ras/etnis di sekolah yang tersebar di Amerika. Hasil penelitian ini juga menjadi dasar peneliti untuk melihat apakah sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural di kota Medan memiliki fenomena dalam konsep student engagement.

(5)

Hamzah Pekan I, Gang Bakul, Medan Sunggal, Sumatera Utara. Sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 1987 dan sudah mengemban sebuah visi untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada di dalam masyarakat, yakni kemiskinan dan diskriminasi yang merugikan masyarakat marjinal di Indonesia (YPSIM, 2012). Selain itu YPSIM juga mengemban beberapa misi. Secara keseluruhan misi tersebut sejalan dengan tujuan sekolah yang berbasis multikultural, diantaranya sekolah YPSIM menyelenggarakan pendidikan dari tingkat playgroup sampai SMA/SMK dengan dasar kurikulum nasional yang berbasis budaya, karakter dan kewirausahaan. Kemudian YPSIM juga menyelenggarakan program anak asuh silang dan berantai, menyelenggarakan pendidikan ekstra kurikuler yang membangun kebersamaan dan terakhir YPSIM berusaha menumbuhkan sikap saling menghormati antar umat beragama (YPSIM, 2012). Program yang dibentuk oleh YPSIM ini merupakan usaha untuk menghilangkan diskriminasi dari berbagai perbedaam yang ada di sekolah tersebut dimana sekolah tersebut berbasis multikultural yang terdiri dari berbagai suku dan agama.

(6)

memberdayakan siswa dari beragam kelompok, ras, etnis dan budaya. Yayasan Perguruan Sultan Iskanda Muda membuat suatu model pembelajaran bermuatan multikultural dengan menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dimana didalamnya bermuatan nilai multikultural seperti, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras dan ulet, kreatif dan mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, nasionalisme, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan kesejahteraan, tanggung jawab, kesetaraan gender, dan pluralism (YPSIM, 2012). Nilai – nilai tersebut sejalan dengan dimensi pendidikan multikultural yang dikemukakan oleh Banks (2010) yaitu integrasi konten, proses penyusunan pengetahuan, menurunkan prasangka, kesetaraan pedagogi, dan pemberdayaan budaya di sekolah.

Untuk melihat apakah student engagement tergambar dalam sekolah yang bermuatan pendidikan multikultural, dalam hal ini adalah SMA Sultan Iskandar Muda Medan, maka peneliti melakukan wawancara terhadap salah seorang guru dan beberapa orang siswa di sekolah tersebut.Wawancara berikut ini terkait dengan kelebihan dan kekurangan dari sekolah YPSIM :

(7)

tidak teratur. Contohnya seperti cabut dari sekolah, terlambat, dan ada beberapa siswa yang bermasalah dengan absensi. Masalah yang terkait dengan perilaku siswa ini menurut kami bukan hal yang ringan, karena ada beberapa siswa sampai diberikan surat panggilan orangtua karena memang perilakunya tidak bisa diperingati oleh guru-guru di sekolah lagi”.

(E, Komunikasi Personal 14 Agustus 2015) Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa di sekolah. Dalam hal ini fokus peneliti adalah pada siswa/i SMA YPSIM. Hasil wawancara diperoleh peneliti yang terkait dengan bagaimana respon siswa terhadap sekolahnya yang berfokus pada keadaan sekolah yang berbasis multikultural tertuang dalam kutipan berikut ini :

"Sekolah disini menyenangkan kak, teman sekelasku dari berbagai suku. Mereka asik-asik, apalagi teman sebangku saya yang sukunya India, kami sudah sahabatan dari kelas 1 SMA kak sampai sekarang. Kemudian kak, disini ada hal yang gak kita temukan di sekolah lain, misalnya kalau upacara kita akan berdoa menggunakan empat agama yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Budha"

(M, Komunikasi Personal 23 Januari 2015) "Biasa aja sih kak, tapi disini peraturannya ketat, contohnya kalau celana kuncup langsung digunting kak pinggirnya. Tapi ada uniknya juga kak yaitu temen-temen disini berasal dari berbagai suku kak, tapi kalau saya memilih kawan dekat masih nyaman kalau yang sama sukunya dengan saya kak, yaitu Tionghoa juga, alasannya karena enak aja gitu kalau kami sama-sama suku Tionghoa kak".

(R, Komunikasi Personal 23 Januari 2015) “Sekolah ini banyak kegiatan ekskul nya kak, saya ikut ekskul basket kak, karena teman-teman saya banyak ikut ekskul ini juga. Kemarin saat baru masuk sekolah ini saya ikut ekskul tari, tetapi di ekskul itu rata -rata yang ikut dari teman-teman suku India kak, sementara saya orang batak, saya kurang nyaman di ekskul itu, ga bisa dapat kawan yang akrab kak, kemudian pada semester selanjutnya saya pindah ke basket dan saya nyaman karena banyak teman yang satu suku sama saya di dalamnya kak, jadi lebih asyik ekskul nya kak”.

(8)

Kemudian ada juga hasil wawancara terkait dengan alasan siswa bersekolah di YPSIM :

"Saya masuk ke YPSIM karena tidak lulus sekolah negeri kak, kemudian saya mendengar informasi dari saudara saya, kalau sekolah YPSIM bagus dan fasilitasnya lengkap. Setelah masuk sini memang bagus kak sekolahnya, fasilitasnya juga lengkap, bisa dilihat kak ada 5 rumah ibadah yang dibuat untuk masing-masing agama. Ekstrakulikulernya juga banyak kak dan asik- asik, ada dari berbagai jenis olahraga, seni seperti siaran radio, vocal, melukis dll. Siswa -siswa disini juga diwajibkan ikut kegiatan ekskul kak, jadi satu kelas pasti kami ikut ekskul smua kak. Tidak ada yang tidak mengikuti kegiatan di sekolah kak. Kalau ada kegiatan sekolah ini bagus kak, dari kedisiplinannya dan saling menghargainya itu kak tinggi disini, siswa -siswanya dari berbagai suku kak, tapi semua dilakukan setara kak, baik di kelas maupun pada kegiatan-kegiatan sekolah , misalnya pada acara besar keagamaan, tidak ada larangan buat yang berbeda agama untuk melihat ataupun ikut dalam perayaan hari keagaamaan itu kak. Di dalam kelas juga tidak ada guru-guru yang lebih menyayangi siswa dari salah satu suku, semuanya disamakan kak.

(9)

di antara teman yang berbeda suku, hal ini dapat memicu munculnya masalah dalam lingkungan sekolah yang bermuatan multikultural seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Selain wawancara, peneliti juga melakukan survey kecil kepada 30 siswa/i di YPSIM. Survey ini berisi 15 pernyataan mengenai keadaan siswa tersebut di lingkungan sekolah. Hasil menunjukkan adanya perbedaan dari beberapa siswa. Secara keseluruhan dari 30 siswa menunjukkan perasaan puas terhadap sekolah YPSIM. Hal ini bisa terlihat dari ada beberapa siswa yang tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di sekolah, kemudian beberapa siswa menunjukkan bahwa bersekolah di YPSIM merupakan pilihan dirinya sendiri dan mengatakan bahwa mereka menyukai lingkungan sekolah YPSIM.

Selain itu survey juga menunjukkan ketidakpuasan dari beberapa siswa terhadap YPSIM. Hal ini terlihat dari beberapa siswa mengakui bahwa peraturan sekolah terlalu ketat, beberapa siswa sering datang terlambat ke sekolah. Dimana seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa peraturan yang terlalu ketat akan menurunkan tingkat student engagement siswa terhadap sekolahnya. Selain itu ada beberapa siswa mengakui bahwa ia lebih ingin berinteraksi dan berkegiatan dengan teman yang berasal dari suku yang sama. Informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara dan hasil survey ini dikaitkan dengan aspek student engagement yang sudah dijelaskan sebelumnya sehingga tergambar fenomena

student engagement dari aspek afektif dan kognitif.

(10)

Iskandar Muda Medan yang dilakukan oleh Susy (2014). Penelitian ini berisi tentang gambaran sikap siswa SMA terhadap pembelajaran bermuatan pendidikan multikultural. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, sikap siswa SMA YPSIM terhadap pembelajaran bermuatan multikultural berada pada kategori positif. Hal ini merupakan suatu bentuk penilaian ataupun evaluasi siswa terhadap pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai multikultural ke dalam kurikulum yang diajarkan guru di sekolah. Pada penelitian ini evaluasi siswa tersebut lebih dominan kepada penilaian positif (memihak) dibandingkan penilaian negatif (tidak memihak). Sikap terdiri dari 3 komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen kognitif (cognitive), afektif (affective), dan konatif (conative) (Azwar, 2013). Dapat dilihat dari komponen sikat tersebut, ada 2 komponen yang sama dengan aspek dari student engagement yaitu, aspek afektif dan kognitif. Hasil penelitian ini semakin menambah beragamnya fenomena yang tergambar dari SMA Sultan Iskandar Muda. Sehingga pada akhirnya peneliti dapat menggambarkan student engagement di sekolag tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana gambaran student engagement siswa SMA di sekolah bermuatan multikultural yaitu SMA Sultan Iskandar Muda.

B. RUMUSAN MASALAH

(11)

Bagaimana gambaran dari student engagement pada siswa yang bersekolah di sekolah bermuatan multikultural (Studi kasus SMA Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda) ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui gambaran student engagement pada siswa yang bersekolah di sekolah bermuatan

multikultural (Studi kasus SMA Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda). D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dan perluasan teori di bidang psikologi pendidikan, yakni mengenai konsep student engagement. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian di bidang psikologi pendidikan, sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penunjang untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

(12)

b. Untuk Siswa/i SMA Sultan Iskandar Mudan Medan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran tentang student engagement yang mereka miliki.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bab I - Pendahuluan

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. Bab II - Landasan Teoritis

Pada bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, antara lain teori mengenai student engagement, pendidikan multikultural dan deskripsi SMA Sultan Iskandar Muda Medan.

3. Bab III - Metode Penelitian

Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang identifikasi variabel, definisi operasional variabel, subjek penelitian, jenis penelitian, metode dan alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian serta metode analisis data.

4. Bab IV- Analisa Data dan Pembahasan

(13)

5. Bab V - Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Dasar dan Menengah Jl. Ujung Pandang No. Palm Raja No.. Tello Baru Kec. Petrus Rasul Stasi Nipa-Nipa Antang Paroki St. Paulus Tello Jl. Inspeksi PAM LR. Campagaya Utara Km.

Dengan adanya aplikasi Web, banyak perusahaan perusahaan yang mulai tertarik untuk menggunakan aplikasi ini sebagai salah satu media yang dapat digunakan untuk memasarkan

Cara dari permainan ini adalah menggerakkan papan pantul dengan menekan tombol 􀃆 untuk menggerakkan papan kearah kiri, 􀃅 untuk menggerakkan papan kearah

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2013 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Khusus Bulan Ketiga Belas di

Akhirnya aplikasi ini dapat membantu pengguna jasa layanan internet dalam pencarian data, dikarenakan cara penggunaannya sangat simpel, dan terdapatnya fasilitas Internet Tools

Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, Peraturan Walikota Nomor 25 Tahun 2013 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Khusus Bulan Ketiga Belas di

Hal tersebut dilakukan karena kendaraan atau mesin ATV masih sangat asing ditelinga masyarakat luas, selain itu juga diharapkan dengan dilakukan kajian tersebut

Aplikasi Pengenalan Sholat ini ditujukan kepada anak-anak yang sudah bisa membaca dan ditujukan agar anak-anak merasa tertarik ingin mempelajari dan mengetahui bagaimana tata