• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. INTEGRASI SISTEM JDIHN_kaBPHN_REVISI_2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "1. INTEGRASI SISTEM JDIHN_kaBPHN_REVISI_2"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI SISTEM JDIHN DALAM AGENDA PENATAAN REGULASI DALAM RANGKA REVITALISASI HUKUM JILID II

Oleh :

Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H., M.Hum.

Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI.

A. PENDAHULUAN

(2)

Menteri dan Peraturan Daerah dalam database peraturan perundang-undangan yang terintegrasi.

Teknologi informasi mempunyai potensi besar untuk memperlancar jalan bagi upaya revitalisasi hukum, terutama dalam pelaksanaan agenda penataan regulasi. Pemanfaatan teknologi informasi dapat menghasilkan efisiensi yang ditunjukkan oleh kecepatan dan ketepatan waktu pemrosesan, serta ketelitian dan kebenaran (validitas) yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan perangkat keras komputer (hardware), program aplikasi pendukung (software), perangkat komunikasi dan internet sebagai sarana pengelolaan informasi. Sayangnya belum ada pedoman ataupun dasar hukum tentang urgensi dimanfaatkannya teknologi informasi untuk membangun legal sistem ini dalam proses legislasi, meski telah ada pedoman dan dasar hukum mengenai prosedur atau proses untuk membuat Rancangan Undang Undang maupun Rancangan Peraturan Pemerintah yang mengacu pada UU No.12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai pengganti Undang-undang No.10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Di lingkungan Pemerintahan penggunaan teknologi informasi (e-Government) mulai didorong dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-government adalah respon yang baik bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di lingkungan pemerintahan. Kebijakan Pemerintah ini semakin diperkuat dengan lahirnya UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang memberikan landasan dan perintah yang lebih tegas kepala pemerintah untuk menyediakan berbagai informasi dengan dukungan teknologi informasi. Konsep e-government adalah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan perangkat digital lainnya yang dikelola pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dan komunikasi dari pemerintah ke masyarakat atau sebaliknya, dan lembaga-lembaga lainnya secara online.

(3)

informasi dan pelayanan publik yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah. Kedua, menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin menata sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat. Ketiga, memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik. Keempat, meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis e-government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah. Kelima, mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat. Keenam, melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur Dalam pengembangan e-government, dapat dilaksanakan dengan empat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan.

B. PENATAAN DATABASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SEBAGAI DASAR PENATAAN REGULASI.

Kebutuhan informasi hukum yang sangat mendesak seyogianya dapat dipenuhi dan diakses secara mudah dan murah bagi yang membutuhkannya serta dapat diandalkan dan tersaji secara cepat dan tepat. Informasi Hukum yang jelas, akurat dan mutakhir dirasakan sangat urgen bagi :

1. Penentuan Kebijakan Pemerintah dari Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sampai ke Camat serta bagaimana kebijakan Pemerintah Daerah (otonom) menggunakan limpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat;

2. Pemeriksaan dan investigasi oleh Polisi, Jaksa, Komisi Pemberantasan Korupsi, dsb; 3. Penyusunan putusan pengadilan oleh Hakim Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi,

(4)

4. Pelaksanaan tugas para Pengacara dan Pembela perkara di lembaga-lembaga Bantuan Hukum termasuk penyusunan strategi pembelaan (pleidooi) bagi kliennya; 5. Pelaksanaan tugas para guru besar dan dosen Fakultas Hukum, agar mutu

pendidikan Sarjana Hukum Indonesia tetap up-to-date dengan peraturan perundang-undangan daerah, nasional dan internasional yang paling mutakhir;

6. Pembinaan kesadaran hukum masyarakat, agar setiap warga negara dan penduduk mengetahui apa yang merupakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara; 7. Informasi Hukum yang paling mutakhir itu juga sangat penting bagi para mahasiswa

untuk dapat menyusun skripsi, tesis dan disertasinya secara baik sehingga dapat meningkatkan kecerdasan bangsa.

Mengingat kebutuhan informasi hukum diatas sangat vital maka keberadaan situs web pemerintah dalam rangka penerapan e-government dapat menjadi wahana atau sarana yang efektif dan efisien untuk digunakan dalam rangka penyebarluasan produk hukum maupun produk kebijakan masing-masing instansi baik eksekutif, legislatif maupun Judikatif.

Ada 3 (tiga) alasan pentingnya penataan database peraturan, yaitu: Pertama,

memenuhi ketentuan perundang-undangan. Setiap undang-undang mewajibkan

pemerintah untuk menempatkannya di lembaran negara. Kedua, database peraturan

sangat diperlukan agar publik dapat dengan mudah mengetahui peraturan

perundang-undangan. Sebab, dengan teori fictie hukum, setiap warga negara diwajibkan untuk tahu

dan memahami peraturan perundang-undangan. Ketiga, pembuatan database yang

terintegrasi perlu dilakukan untuk mengatasi ketidakseragaman database peraturan perundang-undangan tingkat pusat yang dimiliki oleh lembaga-lembaga pemerintah. Hal ini menyebabkan belum tersedianya informasi yang akurat, mengenai status peraturan perundang-undangan, baik tingkat pusat maupun daerah, sejak tahun 1945 – 2017, serta belum tersedianya informasi mengenai Peraturan Menteri dan Peraturan Daerah dalam database peraturan perundang-undangan yang terintegrasi. Penataan database hukum yang terintegrasi ini perlu dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi.

(5)

perundang-undangan tersebut masih belum terintegrasi.

Penyediaan dokumentasi dan informasi hukum yang lengkap, akurat, mudah, dan cepat juga merupakan faktor penting dalam mendukung pembangunan hukum nasional melalui perencanaan pembangunan hukum (prolegnas/ prolegda) dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, serta analisa dan evaluasi peraturan perundang-undangan. Database peraturan perundang-undangan sangat vital bagi analisis dan evaluasi regulasi, harmonisasi, serta

sinkronisasi peraturan perundang-undangan. Dengan adanya database peraturan yang

akurat dan terintegrasi maka proses evaluasi regulasi yang bermasalah akan menjadi

lebih mudah dan cepat. Begitu juga dengan proses harmonisasi dan sinkronisasi

peraturan perundang-undangan untuk penguatan legislasi menjadi lebih cepat dan

akurat.

Pada skala yang lebih luas, dengan tersedianya database yang baik maka informasi

publik terbuka semakin lebar sehingga masyarakat dapat mengontrol setiap langkah dan kebijakan pemerintah, terutama dalam proses legislasi. Akses informasi penyelenggaraan pemerintahan termasuk informasi hukum menjadi terbuka sangat lebar bagi siapa saja. Sehinga dapat dikatakan ada demokratisasi dibidang akses publik terhadap informasi hukum serta jalannya pemerintahan. Arus informasi hukum yang tidak terhambat dan terbuka luas untuk berbagai kalangan ini, akan meningkatkan kepastian hukum sehingga dapat meningkatkan kepatuhan publik terhadap aturan hukum dan tata pemerintahan. Selanjutnya dengan kelancaran arus informasi hukum ini maka ketimpangan antara yang memiliki akses informasi hukum dengan yang tidak mempunyai akses dapat diminimalisir, sehingga ketegangan dan kecurigaan antar masyarakat, serta antara pemerintah dan masyarakat dapat dihindari. Dengan adanya arus informasi hukum yang terbuka ini pula dapat menekan perbuatan korupsi karena dengan tersedianya informasi hukum yang lengkap dan tepat masyarakat dan kalangan luas dapat memantau serta mengukur batasan-batasan kewenangan instansi dilingkungan eksekutif, legislatif dan judikatif, serta memudahkan menuntut pertangung jawaban apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan atau pelanggaran-pelanggaran.

Pemanfaatan teknologi informasi menjadi pilihan strategis untuk menguatkan pengawasan publik agar tidak terjadi penyimpangan. Keterbukaan informasi merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan Negara yang terbuka

(6)

perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian maka masyarakat dapat ikut serta dalam

melakukan pengawasan dalam proses legislasi. Pengawasan dan penilaian yang

diberikan pada masyarakat tersebut merupakan perwujudan dari kebebasan

mendapatkan informasi dan menyatakan pendapat sebagai salah satu ciri negara hukum

Pancasila.

C. PERAN JDIH DALAM PENATAAN REGULASI

Pada mulanya, munculnya keinginan yang menganggap perlu ada kebijakan nasional membentuk Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) adalah akibat keprihatinan di kalangan ahli hukum, yang melihat keadaan dokumentasi dan informasi hukum begitu lemah sehingga merupakan kendala dalam usaha pembangunan hukum. Dokumentasi dan informasi hukum dianggap lemah, karena :

1. Dokumen hukum potensial, tersebar di instansi Pusat dan daerah, sebagian besar belum dikelola dengan baik;

2. Peraturan perundang-undangan di Departemen dan Lembaga Tinggi Negara belum seluruhnya dibina secara bersistem;

3. Perkembangan dokumentasi hukum (peraturan/buku/dll) di instansi pemerintah sulit diketahui;

4. Tenaga pengelola dokumentasi hukum sangat langka karena kurang diminati; 5. Peralatan, sarana dan prasarana untuk mengelola dokumentasi hukum tidak

memadai;

6. Koordinasi pendayagunaan dokumentasi hukum belum ada;

7. Perhatian terhadap keberadaan dokumentasi dan perpustakaan hukum masih sangat kurang.

(7)

sudah sepatutnya jika peran SJDIHN terus diberdayakan, termasuk dalam hal peningkatan sarana prasarana, akses, pembiayaan serta kapasitas sumber daya pengelolanya. demikian pula harus terus ditingkatkan mekanisme koordinasinya.

Mengingat pentinganya data base hukum sebagai unsur pendukung keberhasilan agenda penataan regulasi dalam rangka revitalisasi hukum, maka peran JDIHN perlu terus ditingkatkan. Peningkatan peran JDIHN dapat dilakukan baik dari aspek penguatan kelembagaan, peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, peningkatan kapasitas sumber daya pengelolanya serta dari aspek penganggarannya. Selain itu, untuk menjawab tuntutan serta dinamika masyarakat yang terus berkembang dan tuntutan kepuasan terhadap kebutuhan informasi hukum serta seiring perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan data perlu dikembangkan aplikasi integrasi sistem yang dapat mendukung penataan dan pengelolaan dokumen dan informasi hukum yang tersebar diberbagai instansi menjadi informasi hukum yang terpadu dan terintegrasi. Bahkan di masa mendatang, JDIH dalam koordinasi BPHN dapat menjadi sebuah National Single Portal” peraturan perundang-undangan yang menjadi rujukan resmi situs hukum nasional maupun internasional.

Dengan demikian, pada akhirnya keberadaan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional dapat memudahkan akses terhadap dokumentasi dan informasi hukum sehinga tercipta kepastian hukum, transparansi dan akuntabilitas dalam mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang baik menuju terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

D. PENUTUP

Kebutuhan Sistem Informasi Hukum yang beroperasi secara Nasional (National Single Portal) dengan memelihara komunikasi dua arah yaitu mengirimkan pesan dari instansi Pemerintah/Negara atau masyarakat ke Jaringan Informasi Hukum dan sebaliknya mengirimkan informasi dari Jaringan Informasi Hukum ke instansi Pemerintah/Negara dan/atau masyarakat adalah dirasakan sangat mendesak.

(8)

sistem informasi hukum. Selanjutnya dalam konteks pengembangan JDIH sebagai sarana pendayagunaan bersama perturan perundang-undangan dan bahan hukum lainnya, maka data base produk hukum pemerintah Pusat dan Daerah merupakan aset yang harus terus di pupuk dan dikembangkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karenanya kelengkapan semua produk hukum baik di Pusat dan Daerah yang memenuhi standar pengelolaan data elektronik menjadi sangat krusial mengingat kelengkapan dokumentasi produk hukum akan menghasilkan informasi hukum yang berkualitas. Sehingga diharapkan baik Pusat maupun Anggota Jaringan dapat melengkapi dan membangun basis data elektronik dengan format pangkalan data yang seragam dan format komunikasi standar yang pada gilirannya dapat mewujudkan Sistem Informasi Hukum Nasional yang terpadu dan handal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan informasi hukum yang mudah diakses.

Sistem Informasi Hukum BPHN dibangun pula berdasarkan misi yang diemban BPHN dalam membangun sistem e-government di bidang hukum, sehingga dapat diakses oleh lembaga eksekutif, legislatif dan judikatif dan profesi hukum lainnya serta masyrakat luas pada umumnya melalui pengembangan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. Pelaksanaan e-government adalah sebagai upaya pemerintah dalam menggunakan Teknologi Informasi dalam meningkatkan kinerjanya terutama dalam hubungannya dengan masyarakat, dunia usaha maupun lembaga terkait menunju good governance, yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan mengedepankan transparansi, akuntabilitas serta melibatkan peran masyrakat dalam perumusan suatu kebijakan publik termasuk peraturan perundang-undangan.

Referensi

Dokumen terkait

Harga domestik komoditas tersebut di negara A relatif lebih rendah karena di negara A jumlah penawaran akan barang tersebut lebih tinggi dari permintaan

106 yaitu Bank BRISyariah KCP Trunojoyo Bangkalan Madura dalam melaksanakan pembiayaan musyarakah bertindak sebagai mitra pasif (penyedia dana) pendanaan ini dilakukan pada usaha

Dari hasil sintesis dan karakterisasi minyak kelapa sawit curah dapat disimpulkan bahwa minyak kelapa sawit curah dapat disintesis menggunakan 25% H 2 SO 4 dengan

ROYAL CROWN SPONSOR akan menutupi 100% dari total anggaran yang dibutuhkan, sekitar Rp 70.237.500.. Royal Crown akan mendapatkan

Gambar 3,2 Activity Diagram Sistem Usulan LKP Ananda Aplikasi simualsi parkir mobil Ananda terdiri dari menu play yang berisi tingkat level permainan dan halaman

Miristisin, 4-terpineol, dan ester berantai panjang (metil palmitat, metil miristat, metil oleat, dan metil stearat) adalah senyawa yang secara dominan terdapat

Pa- da kasus tanpa kontrol, sistem persamaan adjoin tidak ada sehingga algoritme iteratif maju (forward in time) dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem (3.1)–(3.3) dengan kon-

Dengan menggunakan metode simulasi ditetapkan B=1000 dan sampel bootstrap n=(10, 30, 50, 100, 200) dan Jackknife n-1, dengan korelasi antara prediktor sebesar ρ=0.9 diperoleh