• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologis Balobat Buatan Bapak Ropong Tarigan Sibero Di Berastagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologis Balobat Buatan Bapak Ropong Tarigan Sibero Di Berastagi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT BAPAK ROPONG TARIGAN SIBERO

Bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum wilayah penelitian dan

biografi singkat bapak Ropong Tarigan Sibero sebagai pembuat alat musik tradisional Karo.

Wilayah yang dimaksud disini adalah bukan hanya lokasi penelitian, tetapi lebih terfokus

kepada gambaran masyarakat Karo khususnya yang ada di Berastagi secara umum.. Namun

sebelum membahas topik tersebut, akan diuraikan lebih dahulu Sejarah singkat Kecamatan

Berastagi

2.1 Sejarah Singkat Kecamatan Berastagi

Kecamatan Berastagi adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Karo,

Kecamatan Berastagi dulunya merupakan bagian dari kecamatan Kabanjahe, Kabupaten

Daerah tingkat II Karo, dalam rangka pemekaran Kecamatan di Kabupaten Karo maka

Kecamatan Kabanjahe dibagi menjadi dua wilayah yaitu Kecamatan Kabanjahe dan

perwakilan Kecamatan Berastagi.

Adapun dasar pemikiran ataupun factor pendukung dari pembentukan dari Kecamatan

Berastagi menjadi kecamatan Defenitif adalah sebagai berikut:  Jumlah penduduk = 21.784 jiwa pada tahun 1984

 Kota Berastagi adalah merupakan kota tujuan utama pariwisata

 Kantor instansi tingkat kecamatn maupun tingkat II banyak yang berada di Berastagi  Sebagai kota tujuan pariwisata selalu sibuk dengan segala bentuk kegiatan masyarakat

(2)

Berdasarkan beberapa hal diatas maka ahirnya terbentuklah Kecamatan Berastagi sesuai

dengan peraturan pemerintah Pemerintah RI Nomor 50 tahun 1991 tanggal 07 September

1991. Saat ini Kecamatan Berastagi terdiri dari enam desa dan empat lurah yaitu:

1. Guru Singa

Lokasi penulis melakukan penlitian adalah di rumah Bapak Ropong Tarigan Sibero yang

terletak di Kelurahan Gundaling 1.

2.2 Letak dan Geografis

1. Letak di atas permukan laut : 1.375 meter dengan temperature 190-260 C

2. Luas wilayah : 30,50 Km2

3. Berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kab.Deli Serdang

Sebelah Selatan : Kecamatan Kabanjahe

Sebelah Barat : Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Merdeka

Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah dan Kecamatan Dolat Rakyat

(3)

Topografi Kecamatan Berastagi datar sampai dengan berombak adalah 65 %,

berombak sampai dengan berbukit 22%, berbukit sampai dengan bergunung 13 % dengan

tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai dengan tinggi, didukunga lagi dengan curah hujan

rata-rata 2.100 sampai dengan 3.200 mm pertahun.

Kecamatan Berastagi terdiri dari enam desa dan empat kelurahan, dari data statistik

tahun 2011 jumlah penduduk Kecamatan Berastagi adalah 44.734 . Dihitung berdasarkan

jumlah Kepala Keluarga (KK), Kecamatan Berastagi terdiri 10.887 kepala keluarga.

Mayoritas penduduknya adalah suku Karo sebanyak 75 % dan selebihnya adalah suku

Batak Toba, Nias, Jawa, Aceh, Simalungun, Keturunan Cina, Pakpak, Dairi dan lain-lain.

2.3 Sistem Bahasa

Bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Karo (Cakap

Karo), namun di pusat kota Berastagi selain bahasa Karo bahasa yang sering dipergunakan

dalam berkomunikasi adalah bahasa Indonesia, hal ini diakaibatkan karena Kota Berastagi

merupakan pusat dari perdagangan, pajak tradisioanal, pajak buah, terminal angkutan umum,

serta gerbang utama untuk wisatawan yang ingin berwisata di Tanah Karo, sehingga wajar

bila selain bahasa Karo bahasa Indonesia juga kerap dipergunakan sebagai bahasa

berkomunikasai sehari-hari.

2.4 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem kekerabatan

Patriliniel, seperti halnya yang dianut suku Batak lainnya (Simalungun, Toba, Mandailing,

Pakpak/Dairi). Dalam sistem kekerabatan ini, setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga,

baik laki-laki maupun perempuan, dengan sendirinya akan mengikuti garis keturunan atau

(4)

adalah anak laki-laki. Sehingga apabila seorang anak perempuan menikah, maka anak-anak

yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya. Hal ini yang membuat kedudukan

seorang anak laki-laki sangat penting dalam masyarakat Karo.

Ada beberapa strukstur yang mendukung sistem kekerabatan pada masyarakat Karo

yaitu:

• Merga Silima

• Tutur Siwaluh

• Rakut Si Telu

Merga Silima dalah jumlah marga (merga) yang ada pada suku Karo yaitu:

1. Karo-Karo

2. Ginting

3. Tarigan

4. Sembiring

5. Perangin-angin

Tutur siwaluh adalah delapan unsur keturunanan yang terdapat pada seorang yang

bersuku Karo (kalak Karo), empat dari ayah dan empat dari ibu. Tutur siwaluh inilah yang

selalu dipergunakan saat suku Karo bertutur satu sama lain, dari hasil tutur siwaluh inilah

seseorang akan tau posisinya dengan orang lain dalam adat.

Berikut ini adalah beberapa cara dalam hal menarik garis keturunan seseorang dalam

Suku Karo atau yang disebut dengan Tutur Siwlauh atau Terombo;

Merga/beru

Merga dalam Suku Karo dipakai oleh lelaki, sedangkan beru dalam Suku Karo itu dipakai

(5)

dimana dalam Suku Karo itu terdapat lima Marga besar yaitu Sembiring, Ginting,

Perangin-Angin, Karo-karo dan Tarigan.

Contoh pemakain Merga atau Beru: Bapak saya bermarga Sembiring Brahmana, maka saya

bermarga Sembiring Brahmana, begitu juga dengan adik perempuan saya yang mempunyai

beru Sembiring Brahmana.

Bre-bre

Bere-bere yang dipakai seseorang dalam Suku Karo, berasal dari beru yang dipakai oleh ibu.

Pengunaan bere-bere dalam Suku Karo sama dengan pemakaian Marga/beru dalam

seseorang, bedanya kalau Marga/ beru yang digunakan seseorang itu berasal dari Marga ayah,

tetapi kalau bere-bere dalam seseorang itu berasal dari Beru ibu. Bere-Bere dalam Rakut

Sitelu disebut juga dengan Kalimbubu Simupus.

Contoh pemakaian Bere-Bere dalam seseorang Suku Karo: Ibu saya Beru Ginting maka saya

bere-bere Ginting, begitu juga dengan adik-adik saya.

-Binuang

Binuang yang terdapat dalam seseorang Suku Karo, berasal dari bere-bere ayah atau dengan

kata lain beru yang digunakan oleh nenek(ibu dari ayah). Binuang dalam Rakut Sitelu disebut

juga dengan kalimbubu Bena-Bena.

Contoh pemakaian Binuang dalam seseorang Suku Karo: ayah saya mempunyai bere-bere

Ketaren, maka binuang dalam diri saya adalah Ketaren.

-Kempu atau Perkempun

Kempu atau Perkempun dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere ibu atau dengan

kata lain beru yang dimiliki nenek (ibu dari ibu). Kempu dalam Rakut Sitelu disebut juga

dengan Kalimbubu Singalo Perkempun.

Contoh pemakain Kempu atau Perkempun dalam seseorang Suku Karo: ibu saya mempunyai

(6)

-Kampah

Kampah dalam seseorang Suku Karo berasal dari beru dari ibu kakek, kakek yang dimaksud

adalah ayah dari ayah, atau dengan kata lain bere-bere dari kakek (ayah dari ayah). Kampah

sendiri disebut juga denggan kalimbubu dari seseorang.

Contoh pemakaian kampah dari seseorang Suku Karo; kakek( ayah dari ayah) mempunyai

bere-bere Sebayang, maka Kampah dalam diri saya adalah Sebayang.

-Entah

Entah dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere dari nenek (ibu dari ayah), atau

dengan lain Entah adalah beru dari nini (nenek dari bapak). Entah dalam Rakut Sitelu disebut

jugad dengan puang kalimbubu.

Contoh pemakian Entah dalam seseorang Suku Karo: nenek( ibu dari ayah) saya mempunyai

bere-bere Sembiring Kloko, jadi saya Entah saya adalah Sembiring Kloko.

-Ente

Ente dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere kakek (ayah dari ibu), dalam Ruku

Sitelu Ente termasuk ke dalam Puang Kalimbubu.

Contoh pemakaian Ente dalam seseorang Suku Karo : kakek (ayah dari ibu) saya mempunyai

bere-bere Sembiring Brahamana, sehingga Ente saya adalah Sembiring Brahmana.

-Soler

Soler dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere nenek( ibu dari ibu), yang dimana

dalam Rakut Sitelu Soler termasuk ke dalam Puang ni Puang.

Contoh pemakaian Soler dalam seseorang Suku Karo: nenek(ibu dari ibu) saya mempunyai

bere-bere Sembiring Depari, sehingga saya mempunyai Soler Sembiring Depari.

Rakut Si Telu adalah tiga ikatan hubungan pada masayarakat Karo yang menjadi

1. Sukut

(7)

3. Anak beru

Rakut Si Telu sangat berperan penting dalam upacara adat bagi masyarakat Karo, jika dalam sebuah upacara adat salah satu dari Rakut Sitelu belum hadir maka acara adat tersebut tidak

dapat dimulai.

2.5 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk masyrakat Kecamatan Berastagi sebagian besar adalah

sebagai petani meskipun ada beberapa sebagai PNS, pengusaha,pedagang serta kryawan

swasta. Disamping itu penduduk juga mempunyai pekerjaan sambilan yaitu memelihara

ternak ayam, lembu, kerbau, kambing, serta kolam ikan untuk menambah pendapatan.

Banyaknya orang bekerja sebagai petani dan beternak tak lepas kondisi alam yang

subur dan curah hujan yang tinggi. Hasil pertanaian yang menonjol adalah sayur mayur,

buah-buahan, bunga-bungaan, dan palawija lainya.

Tabel 1

Mata Pencaharian di Kecamatan Berastagi

NO Mata Pencaharian Jumlah

1. Pertanian 16.189

2. Industri Rumah Tangga 3139

3. PNS 2032

4. Lainya 1972

(8)

2.6 Sistem Kepercayaan

Sebelum menganut agama seperti pada saat sekarang ini, masayrakat Karo menganut

keercayaan yang disebut pemena. Pemena mempercayai adanya penciptaan alam semesta yang

disebut Dibata Kaci-Kaci atau lebih dikenal dengan nama Tonggal Sinasa. Masyarakat Karo juga

mempercayai adanya tiga alam yaitu Banua Datas(alam bagian atas yang dikuasai oleh Dibata Atas

yang bernama Ompung Utara Diatas), Banua Teruh (alam yang dikuasai oleh Dibata Teruh yang

bernama Panglima Duokah Ni Haji), dan Banua Tengah (alam yang dikuasai oleh Dibata Tengah

yang bernama Beru Noman Kaci-kaci).

Dibata ini disembah agar manusia mendapatkan keselamatan, jauh dari marabahaya dan

mendapatkan kelimpahan rezeki. Mereka pun percaya adanya tenaga gaib yaitu berupa kekuatan yang

berkedudukan di batu-batu besar, kayu besar, sungai, gunung, gua, atau tempat-tempat lain. Tempat

inilah yang dikeramatkan. Dan apabila tenaga gaib yang merupakan kekuatan perkasa dari maha

pencipta -dalam hal ini Dibata yang menguasai baik alam raya/langit, dunia/bumi, atapun di dalam

tanah- disembah maka permintaan akan terkabul. Karena itu masyarakat yang berkepercayaan

demikian melakukan berbagai variasi untuk melakukan penyembahan.

Ada beberapa upacara ritual yang dilaksanakan masyarakat Karo secara umum, yang bersifat

mistis (gaib) sesuai dengan kepercayaan zaman dahulu, yaitu:

1. Perumah Begu yaitu upacara pemanggilan arwah seseorang yang sudah meninggal

melalui media Guru Sibaso (dukun)

2. Ndilo Tendi upacara ini sering dilakukan apabila ada seseorang yang terkejut karena

mengalami suatu kejadian, baik karena pengelihatan, pendengaran atau jatuh, hanyut,

dan lain-lain. Dimana tendi tersebut akan meninggalkan tubuhnya karena terkejut.

3. Nengget adalah upacara yang di tujukan pada pasangan suami istri yang setelah sekian

tahun berumah tangga namun belum memiliki anak.

4. Ngarkari ialah upacara menghindari suatu kemalangan yang dialami oleh suatu

(9)

5. Perselihi ialah upacara pengobatan suatu penyakit seseorang, untuk memperoleh

kesembuhan dan untuk menghindari penyakit menjadi semakin parah.

6. Ngulaken adalah upacara yang dilaksanakan karena suatu penyakit yang sengaja di

buat oleh seseorang untuk menyerang orang lain hingga orang tersebut jatuh sakit.

Orang yang jatuh sakit tersebut meminta kepada guru sibaso untuk memantulkan

penyakit tersebut kepada si pembuatnya.

7. Erpangir Ku Lau adalah upacara untuk membersihkan diri seseorang atau keluarga

secara keseluruhan, menghilangkan kesulitan, malapetaka, dan lainnya.

8. Ndilo Wari Udan adalah upacara untuk memanggil turunnya hujan kepada Tuhan agar

kemarau tidak berkepanjangan.

9. Njujungi Beras Piher adalah suatu upacara selamatan dan doa agar orang tersebut

dapat diberikan keteguhan iman, berkat, dan lain-lain.

10.Guro- Guro Aron pesta yang dilakukan oleh masyarakat desa setahun sekali.

Guro-guro Aron adalah ungkapan rasa syukur atas pertanian yang dilaksanakan dalam

waktu setahun telah membuahkan hasil yang melimpah, sehingga masyarakat desa

berinisiatif untuk melakukan pesta syukuran.

Seiring berjalanya waktu masayrakat karo secara perlahan-lahan mulai meninggalkan

kepercayaan tersebut, walaupun masih ada beberapa ritual yang masih dilaksanakan. Begitu

juga dengan masayrakat karo di Kecamatan Berastagi, Saaat ini masayrakat Karo di Berastagi

telah memeluk agama yang berkembang dan diakui oleh Negara. Rumah ibadah juga telah

(10)

Tabel 2

Jumlah Pemeluk Agama di Kecamatan Berastagi

NO Agama Yang Dianut Oleh Masyrakat Jumlah

1 Islam 15.104

2 Kristen Protestan 19.713

3 Kristen Katholik 3.704

4 Hindu 67

5 Budha 720

jumlah 39308

2.7 Sistem Kesenian

Kesenian adalah merupakan ekspresi perasaan manusia terhadap keindahan, dalam

kebudayaan suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif (Koentjaraniningrat,

1980:395-397). Begitu juga dengan masyrakat Karo, mereka memiliki beragam kesenian

dalam kehidupan masyrakatnya.

2.7.1 Seni musik

Dalam masyrakatKaro istilah musik disebut juga dengan gendang. Terdapa dua

ensambel yang musik yang dipakai di masyrakat Karo, yaitu ensambel gendang lima

sendalanen dan ensambel telu sendalanen. Ensambel lima sendalanen terdiri dari sarune,

gendang singindungi, gendang singanaki, penganak dan gong , sedangkan telu sendalanen

(11)

2.7.2 Seni tari

Dalam masyarakat karo istilah tari disebut juga landek, Menurut masyarakat Karo,

masing-masing gerakan tari (landek) selalu berhubungan dengan perlambangan tertentu.

Salah satu tarian masyrakat Karo adalah Tari Lima Serangkai.

2.7.3. Seni Bela Diri

Ndikar adalah seni bela diri tradisional dari daerah Karo, dalam prakteknya ndikar

sering juga dianggap sebagai tari-tarian karena dalam setiap penampilannya dalam

acara-acara tertentu pertunjukkan ndikar kerap diiringi dengan musik tradisional Karo

2.7.4 Seni Ukir

Masyarakat Karo banyak membuat ukiran-ukiran ornamen di dalam kehidupan

sehari-harinya, masyarakat juga percaya kalau ukiran tersebut mempunyai kekuatan mistis. Secara

garis besar ada empat tempat dimana karya seni ini biasa ditempatkan, antara lain:.

Berikut adalah beberapa contoh ornamen yang ada pada masyrakat Karo

1. Pengretret

Motif : Cicak berkepala dua

Fungsi : Tolak bala

Tempat: Dinding rumah adat Karo

(12)

Motif :Geometris

Fungsi :Tolak bala

Tempat :Melmelen, Ukat, Gantang beru-beru, Buku Pustaka

3. Ampik – Ampik

Motif : Terdiri dari bermacam-macam motif yang bergabung yaitu: Bunga Gundur, Duri

Ikan, Tempune-tempune, Pakau-pakau, Anjak-anjak beru Ginting dan Pancung-pancung

Cekala.

Fungsi : Tolak bala / hiasan

Tempat : Pada anyaman ayo-ayo rumah adat.

(13)

Motif : Geometris

Fungsi : Tolak bala

Tempat : Melmelen, Ukat, Gantang beru-beru, Buku Pustaka

5. Ukiran Pisau Tumbu Lada

Motif : Kepala burung

Tempat : Gagang Pisau

Fungsi : Memperindah Tampilan Pisau

2.8 Biografi Ropong Tarigan Sibero

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang

berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang.

Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang.

Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu

(14)

Biografi yang dibahas disini hanyalah berupa biografi ringkas, artinya hanya memuat

hal-hal umum mengenai kehidupan bapak Ropong Tarigan Sibero dimulai dari masa kecil

hingga saaat ini. Biografi yang dibahas disini adalah hasil wawancara langsung dengan beliau

2.8.1 Latar Belakang Keluarga

Ropong Tarigan Sibero lahir di Desa Ndeskati, Kecamatan Simpang Empat,

Kabupaten Karo pada tanggal yang tidak diketahui, bulan 9 tahun 1927. Ayah Ropong

Tarigan bernama Lameh Tarigan dan ibu Ropong Tarigan bernama Ronah br Sembiring.

Ropong Tarigan sibero adalah anak kedua dari enam bersaudara , beliau merupakan anak

laki-laki satu-satunya.

Orag tua beliau bekerja sebagai petani dan pembuat gula aren. Seperti anak-anak

kecil yang lainya di Tanah Karo pada saat itu, beliau menghabiskan masa kecilnya hanya

dengan bermain-main dengan anak sebayanya dan pergi ke ladang membantu orang tua,

2.8.2 Latar Belakang Pendidikan

Beliau hanya mejalani pendidikan samapai kelas 5 SD, pengertian SD disini bukan

Sekolah Dasar seperti sekarang tapi Sekolah Desa, mulai dari kelas 1 SD hingga kelas 3 SD

beliau sekolah di Naman sedangkan untuk kelas 4, 5, dan 6 harus diselesaikan di Berastagi

begitu lah peraturan padaa saat itu menurut beliau. pada saat itu ia termasuk siswa yang

pintar, matematika adalah salah satu pelajaran yang paling dia sukai, bahkan ketika masih di

kelas 5 dia sering membantu guru di kelas untuk membimbing teman-temanya yang lain

untuk bidang matematika ini, karena beliau adalah yang paling pintar matemaatika di

sekolahnya. Pada saat itu ketersediaan tenaga pengajar sangat sedikit, apalagi untuk sekolah

di wilayah desa, berbeda dengan sekolah belanda di kota yang khusus untuk orang-orang

(15)

beliau lulus dari pendidikan SD-nya. Tapi hal itu tidak sempat terjadi karena ketika beliau

masih kelas 5 SD terjadi lagi perang dengan penjajah yang mengakibatkan beliau dan

masyrakat lainya harus meninggalkan kampungnya untuk mengungsi mencari tempat yang

lebih aman agar terhindar dari para penjajah, bahkan beliau harus ikut berperang sebagai

laskar untuk melawan penjajah walaupun beliau masih muda.

2.8.3 Masa Berumah Tangga

Setelah merdeka dan keadaan semakin kondusif maka para pengungsi kembali ke

kampung masing-masing, pada saat itu beliau ditawarkan untuk kembali melanjutkan

pendidikannya yang sempat terhenti, namun beliau menolak dan memilih untuk bekerja

sebagai petani saja seperti masyrakat karo pada umumnya saat itu. Banyak jenis pekerjaan

yang digeluti beliau mulai dari bertani, membuat gula aren, mengiris tembakau dan bekerja di

pajak sayur Berastagi. Beliau mengiris tembakau bukan hanya di satu daerah saja beberapa

desa di Tanah Karo seperti Batukarang, Tanjong Morawa, Payung, Sukatendel sebagai

pengiris tembakau panggilan.

Ropong Tarigan Sibero menikah pada tahun 1950 saat usianya 23 tahun. Beliau

menikah dengan Nanam br Sitepu. Dari pernikahan ini Ropong Tarigan dan istrinya

dikarunai delapan orang anak tiga laki-laki dan lima perempuan. Berikut adalah nama-nama

dari putra-putri Ropong Tarigan Sibero :

(16)

7. Ate Keleng br Tarigan

8. Mbantu Tarigan

2.8.4 Ropong Tarigan Sebagai Pekerja Seni

Sejak kecil Ropong Tarigan Sibero memang sudah memiliki keterampilan dalam

bidang seni terutama dalam hal membuat alat musik tradisional Karo, alat musik

keteng-keteng, surdam dan balobat sudah biasa dibuat oleh beliau sejak masih kecil. Beliau tidak

mempunyai guru khusus yang mengajarinya untuk membuat alat musik, beliau belajar secara

otodidak dengan memperhatikan orang lain, dan mempraktekkanya secara langsung. Menurut

beliau setelah dirinya pindah dan menetap di Berastagi beliau sering berjumpa dengan

bebrapa pemain musik tradisional Karo, secara tak langsung beliau pun semakin akrab

dengan musik Karo bukan sebagai pemainnya tapi sebagai pembuat, Pada suatu malam beliau

bermimpi, dalam mimpinya tersebut beliau berjumpa dengan seorang yang sedang bermain

kulcapi lalu pria tersebut memberi kulcapinya tersebut kepada beliau,. Selain mimpi tersebut

dia juga disuruh oleh beberapa teman-tamanya salah satunya adalah ayah dari alm.Tukang

Ginting waktu itu untuk bekerja sebagai pembuat alat musik Karo. Berdasarkan mimpi dan

desakan beberapa teman-teman beliau yang yakin dengan kemampuan beliau, maka beliau

mencoba untuk membuat alat musik Karo.

Melihat alat musik hasil buatanya banyak diapresiasi oleh masyrakat maka pada tahun

1962, beliau mulai bekerja sebagai pembuat alat musik karo dan menjual alat musik

buatanya. Kulcapi pertama yang dibuat oleh beliau diberi kepada Pa Tropong Purba. Secara

perlahan beliau semakin dikenal sebagai pembuat alat musik Karo. Sejak bekerja sebagai

pembuat alat musik beliau tidak pernah mempunyai galeri khusus untuk ataupun mendirikan

tempat khusus untuk pekerjaan dan penjualan hasil karyanya, semua itu dilakukan di

(17)

2.8.5 Keberadaan Alat Musik Buatan Ropong Tarigan Sibero

Sejak mulai dikenal sebagai pembuat alat musik hingga saat ini, telah banyak alat

musik yang dijual oleh beliau. Tidak hanya masyrakat Karo dan seniman karo saja yang

membeli alat musik buatan beliau. Alat musik buatan beliau telah banyak terjual dan tersebar

di Indonesia bahkan ke luar negeri seperti Jerman, India, Amerika dan Malaysia.

Pada tanggal 22 September 1989 seorang culutural anthropologist dari Jerman yang

bernama Achim Sibeth datang menjumpai beliau dan memesan beberapa alat musik

tradisional karo untuk dibawa ke museum di Jerman. Sebelumnya orang Jerman lainya juga

sudah pernah datang menjumpai beliau yaitu Uli Kozok seorang peneliti budaya dan sastra

batak untuk dimintai keterangan seputar pembuatan alat musik Karo.

Menurut Tri Syahputra Sitepu alat musik beliau juga banyak dipakai seniman di

Taman Budaya yang memainkan musik tradisional Karo. Pada saat adanya pegelaran Pekan

Raya Sumatera Utara (PRSU) di Medan yang merupakan pameran dan pegelaran seni dan

budaya dari seluruh etnis Sumatera Utara khusus untuk Kabupaten Karo alat musik yang

dipamerkan sebagian besar adalah buatan Ropong Tarigan Sibero. Toko Souvenir di

Berastagi seperti Karo-Karo souvenir, Modesty souvenir juga menjual alat musik butan

beliau. Museum Karo yang terdapat di Berstagi juga memajang beberapa alat musik buatanya

di tempat tersebut.

Para konsumen alat musik buatan Ropong Tarigan juga banyak dari mahasiswa yang

kuliah di jurusan seni musik seperti FBS UNIMED dan Departemen Etnomusikologi USU.

Menurut Wanda Sitepu dan Ricky Bukit (mahasiswa unimed jurusan seni musik) mereka juga

memakai alat musik tradisional karo buatan Ropong Tarigan, Wanda sitepu mengakui bahwa

semua alat musik karo yang dipergunakanya adalah buatan Ropong Tarigan Sibero,

menurutnya kualitas alat musik buatan beliau bagus, kokoh, tahan lama. Beberapa Mahasiswa

(18)

Tidak susah untuk mengetahui alat musi buatan beliau, karena alat musik yang telah

selesai dikerjakan dan siap untuk dijual akan diberi tanda oleh beliau sesuai dengan singkatan

nama beliau yaitu RTS ( Ropong Tarigan Sibero). Khusus untuk alat musik balobat dan

surdam beliau biasanya mengukir namanya di bambu tersebut dengan aksara Karo.

Gambar II.1. Singkatan nama RTS di kulcapi

Gambar II.2. Singkatan nama RTS di balobat.

Selain menulis namanya di setiap alat musik yang dibuatnya, beliau juga selalu

menulis nama, orang yang membeli alat musiknya, tanggal pembelianya, bahkan khusus

(19)

telah dijualnya mulai dari dulu hingga saat ini. Sejak tahun 1962 sampai saat ini beliau telah

menjual 275 kulcapi. Semua catatan ini ditulis di sebuah buku notes oleh beliau.

(20)

Gambar II.4. Catatan pembelian di buku notes

Berdasarkan catatan yang ditulis oleh beliau dapat diketahui siapa saja yang pernah

membeli alat music buatan beliau, misalnya Jasa Tarigan membeli 5 kulcapi dengan harga Rp

75.000 pada tanggal 15-2-1986.

Dalam usia beliau yang sudah mencapai 87 tahun beliau masih tetap aktif membuat

alat musik tradisional karo, dari ke delapan anak beliau tidak satupun yang meneruskan

bakat beliau, sehinnga beliau senang bila ada yang ingin belajar darinya.

Saat ini beliau menjual balobat dan surdam seharga Rp. 30.000 per buah, sedangkan

kulcapi Rp 800.000 perbuah, dari hasil penjualan alat musik tersebut lah beliau mencukupi

kebutuhannya sehari-hari.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Gambar II.2. Singkatan nama RTS di balobat.
Gambar II.3. Catatan pembelian di buku notes
+2

Referensi

Dokumen terkait

dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c untuk retribusi pelayanan pasarbagi wajib.. retribusi yang menggunakan kios dan/atau los dan retribusi

antiformalisme, dan antikemapanan dalam teori dan filsafat hukum yang dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neo marxisme, dan realisme hukum secara radikal mendobrak paham

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 45 Tahun 2012

Kerja kreatif garap Musik tari

Menindaklanjuti Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor 440/70/SJ tanggal 11 Januari 2016 dan Surat Kepala Badan Kesejahteraan Keluarga Berencanaan Nasional Nomor

Students’ health problem also could be the reason for students to not attend the class.. Based on the result of interview, two participants explained that health problem

Penulisan ini membahas mengenai konfigurasi jaringan yang mempunyai kemampuan cloning software, baik untuk aplikasi maupun sistem operasi serta membahas bagaimana jaringan diskless

Data hasil observasi ini didapatkan melalui lembar observasi hasil belajar siswa, dan digunakan untuk melihat proses dan perkembangan hasil belajar siswa pada saat tes akhir