BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan
suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya
dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group.
Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk
kepribadiannya dalam masyarakat (Yudi Premana, 2011).
Fungsi dasar keluarga menurut Maksum (Faridha Nurhayati, 2013) adalah
memberikan rasa aman, rasa memiliki, kasih sayang dan mengembangkan
hubungan yang baik antara anggota keluarga. Karena itu, orangtua mempunyai
tanggung jawab untuk menjadikan keluarga sebagai lembaga yang mendidik
anak-anaknya dimulai dari masa kelahiran sampai berangsur-angsur anak mencapai
masa balita, remaja dan menjadi dewasa.
Menurut Undang-Undang No 23 tahun 2002 pasal 26 Tentang
Perlindungan Anak, orangtua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak, menumbuh kembangkan
anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya, dan mencegah terjadinya
perkawinan pada usia anak-anak.
Jadi, dapat dikatakan bahwa keluarga adalah wadah yang sangat penting
diantara individu atau grup dan merupakan kelompok sosial yang pertama dimana
membantu anak tumbuh dalam perkembangan fisik, emosi, sosial dan intelektual,
khususnya motivasi berprestasi anak.
Pada dasarnya, semua orangtua menghendaki anak-anak mereka tumbuh
menjadi anak yang cerdas, baik, dan terampil. Jika orangtua menerapkan pola
asuh secara efektif, anak akan tumbuh dengan baik dan mengalami perubahan
yang positif pada diri mereka sesuai dengan yang diharapkan. Lingkungan
keluarga sangat berpengaruh terhadap prestasi anak, umumnya seorang anak yang
memiliki kebutuhan berprestasi tinggi, orangtuanya menentukan standar prestasi
yang tinggi pula kepada anaknya. Prestasi yang dicapai anak berkaitan langsung
dengan sampai sejauh mana harapan orangtua terhadap prestasi yang ingin dicapai
anaknya.
Orangtua yang sadar dengan pendidikan anak akan memberikan
perhatiannya untuk mendidik anak agar memperoleh dasar-dasar pola pergaulan
hidup yang baik dan benar di masyarakat kelak melalui penanaman disiplin,
kebebasan dan penyerasian terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat serta memotivasi anak untuk berprestasi di sekolah.
Dalam keluarga tersebut terjadi proses sosialisasi yang akan menjadi
pedoman bagi anak untuk dapat bermasyarakat dengan baik. Apabila proses
sosialisasi itu berlangsung dengan baik, maka seorang anak akan tumbuh dengan
perilaku yang baik pula di masyarakat, sedangkan sebaliknya tidak jarang anak
berprilaku buruk. Proses sosialisasi inilah yang diberikan oleh orangtua dengan
Mendidik anak dengan baik dan benar berarti mengembangkan totalitas
potensi anak. Keterkaitan terhadap masalah yang sering terjadi mengenai prestasi
belajar anak tidak lepas dari pola asuh yang diberikan oleh keluarga, karena
keluarga merupakan wadah dari pola asuh yang dialami oleh setiap anak.
Upaya- upaya dalam meningkatkan prestasi belajar anak tersebut dapat
terwujud apabila di dukung dengan pola pengasuhan orangtua yang tepat. Pola
asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang diberikan
oleh orangtua kepada anaknya. Orangtua bertanggungjawab terhadap
pertumbuhan jasmaniah anak secara wajar melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmani, seperti pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sandang, pangan dan
papan.Sedangkan potensi rohaniah anak diupayakan pengembangannya secara
wajar melalui usaha pembinaan intelektual, perasaan dan budi pekerti. Oleh
karena itu peran orangtua sangatlah penting (S.Nurcahyani, 2013).
Dalam mengasuh, orangtua diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam
mengarahkan anaknya. Sikap tersebut terlihat dari pola pengasuhan kepada anak
yang berbeda-beda. Ada orangtua yang menghendaki anak-anaknya bertingkah
laku sesuai dengan keinginannya, ada yang menginginkan anaknya lebih banyak
kebebasan dalam berpikir dan bertindak, ada yang terlalu melindungi anaknya,
dan ada pula yang mengajak anaknya berdiskusi dalam melakukan berbagai hal.
Pengaruh pola asuh keluarga itu sendiri sangat penting dalam menentukan
prestasi belajar anak di sekolah. Dorongan berprestasi yang berhubungan erat
dengan aspek kepribadian anak perlu dibina sejak kecil, khususnya dalam
keluarga. Keluarga dan suasana keluarga menjadi ladang yang subur untuk
orangtua bertindak sebagai orangtua yang melakukan atau menerapkan pola asuh
terhadap anak memegang peranan penting dalam menanamkan dan membina
dorongan prestasi belajar pada anak.
Dalam mengasuh anak, orangtua cenderung menggunakan pola asuh
tertentu. Menurut Dr. Baumrind (dalam Shochib,2010) terdapat 3 macam pola
asuh orangtua yaitu demokratis, otoriter dan permisif. Karakteristik anak dalam
kaitannya dengan pola asuh keluarga berbeda-beda. Pola asuh demokratis akan
menghasikan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,
mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma,
berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Sedangkan, pola asuh permisif
akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh,
manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang
matang secara sosial.
Pendidikan adalah usaha untuk memberikan bimbingan terhadap
persiapan-persiapan hidup dari anak di dalam kehidupannya. Secara sederhana,
pendidikan merupakan usaha yang sadar, teratur, dan sistematis di dalam
memberikan bimbingan atau bantuan kepada orang lain (anak) yang sedang
berproses menuju kedewasaan. Secara umum pendidikan dipandang sebagai
faktor utama dalam pembangunan. Pandangan ini mengandung suatu pengertian
bahwa pendidikan dapat memotori dan menopang proses pembangunan.
cukup banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pemenuhan akan
pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu masalah kualitas pendidikan.
Salah satu indikator untuk menilai kualitas pendidikan adalah prestasi
belajar yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.Prestasi belajar ini
digunakan untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang
pendidikan tertentu. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilan motorik (Isni Agustiawati. 2014).
Rendahnya prestasi belajar anak merupakan masalah yang sering dijumpai
dalam masyarakat dan masalah ini hampir terdapat di seluruh institusi pendidikan,
baik itu tingkat dasar, menengah bahkan di perguruan tinggi. Masalah pendidikan
ini sangat kompleks terkait dengan berbagai hal, dari masalah kebijakan
pemerintah secara nasional sampai dengan masalah yang menyangkut
masing-masing peserta didik.
Permasalahan mengenai prestasi belajar anak di dalam mengejar
pendidikan diakibatkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke
dalam faktor intern yaitu berhubungan dengan kecerdasan/intelegensi, bakat,
minat, dan juga motivasi.Ke-empat hal tersebutlah yang menjadi pendorong dalam
prestasi belajar seorang individu.Sedangkan Faktor ekstern adalah faktor-faktor
beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekolah dan
juga lingkungan sekitarnya dan sebagainya (Fikar,2010).
Faktor penentu keberhasilan belajar dalam proses pembelajaran adalah
individu sebagai pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan, dan
keterlibatan individu dalam pembelajaran, maka hasil belajar kurang maksimal.
Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Namun untuk pertama
kalinya, aktivitas belajar dilakukan dalam lingkungan keluarga, sebab keluarga
adalah lingkungan yang pertama dan utama bagi pendidikan anak.Kondisi
keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak, karena dari lingkungan
inilah anak mulai berinteraksi dengan orang lain, baik keluarga maupun
masyarakat sekitarnya. Pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga diarahkan
dalam pembentukan pembiasaan anak dengan memberikan contoh dalam
cerminan hidup sehari-hari dari orangtua, seperti bagaimanacara mengucap,
bertindak, bergaul, dan juga pembentukan pengertian, sikap, minat, dan
kerohanian yang luhur sesuai dengan pandangan hidup dan agama yang
dianutnya.
Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal Fitriyah Indriani (2008) tentang
“Pola AsuhOrangtua Terhadap Anak Berprestasi Di Sekolah” bahwa orangtua yang sibuk bekerja di luar rumah, untuk mendidik anak-anak mereka menerapkan
pola asuh Demokratis yang sesuai dengan tuntutan zama dan karakter anak
dengan 5 indikator yaitu 1) memprioritaskan kepentingan anak; 2) orangtua
bersikap rasional, sellau mendasari tindakannya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran; 3) orangtua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
memberikan kebebasan memilih dan melakukan suatu tindakan, serta tidak
ragu-ragu mengendalikan mereka; 5) pendekatan kepada anak bersifat hangat.
Meskipun mereka jarang bertemu dengan oranagtua, sebagian besar siswa
memanfaatkan waktu luang sepulang sekolah untuk belajar baik belajar di rumah
maupun belajar di rumah teman. Karena sedikitnya waktu orangtua untuk
mendampingi anak-anaknya, sehingga mereka tidak mampu mendampingi
anaknya sepulang sekolah karena kesibukan masing-masing, orangtua
memanfaatkan waktu ketika mereka tidak berada dengan memberikan anaknya
bimbingan belajar atau les tambahan dengan tujuan agar anaknya belajar ketika
ditinggal orangtua bekerja. Terbukti bahwa prestasi siwa-siswi di SMP Negeri 1
Pandaan yang moyoritas orangtua bekerja setiap hari dapat dikatakan baik. Hal ini
dapat dibuktikan dengan nilai raport mereka yang selalu mendapat nilai yang
tinggi di kelasnya dan nilai mereka selalu diatas batas minimal prestasi belajar
yaitu 65-70. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang kuat antara anak dan
orangtua dalam belajar, serta komunikasi yang terjalin dengan baik antara anak
dengan orangtua walaupun hanya sebatas telepon saja namun terbukti dapat
menghilangkan kesenjangan hubungan antara anak dan orangtua, anak merasa
diperhatikan, disayang dan merasa tidak diabaikan begitu saja.
Orangtua yang memiliki anak yang bermotivasi untuk berprestasi tinggi
adalah orangtua yang memberikan dorongan kepada anak untuk berusaha pada
tugas-tugas yang sulit, memberikan pujian atau hadiah ketika anak telah
menyelesaikan suatu tugas, mendorong anak untuk menemukan cara terbaik
kegagalannya, serta memberi saran untuk menyelesaikan sesuatu yang lebih
menantang.
Kelurahan Sei Mati terletak di Sepanjang aliran Sungai Deli. Areal tanah
di Kelurahan Sei Mati dimanfaatkan sebagai pemukiman, areal kuburan, dan areal
perkantoran. Beberapa masyarakat menempati tanah wakaf yang semestinya
dipakai untuk perkuburan Mandailing. Selain tempat tinggal masyarakat yang
illegal, masyarakat yang tinggal di salah satu pemukiman kumuh ini mayoritas
bekerja di sektor informal antara lain sebagai buruh bangunan, pedagang asongan
di lampu merah, penjahit, dan tukang parkir ( Yulia Hardiyanti, 2014).
Keluarga di kelurahan Sei Mati lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk bekerja diluar seharian. Hal ini mengakibatkan anak-anak mereka tumbuh
dan berkembang bersama lingkungan mereka, dimana anak-anak bermain seharian
di aliran Sungai Deli yang kumuh dan bahkan berenang di sungai tersebut.
Kesibukan orangtua dalam mencari nafkah pastinya akan membentuk pola asuh
yang berbeda-beda dalam mendidik anak dan mendukung prestasi belajar anak.
Masalah mengenai pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar inilah
yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada keterkaitan pola asuh
yang diberikan orangtua terhadap tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh anak
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pola asuh terhadap prestasi
belajar anak ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang
diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar anak.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, maupun
oranglain dan khususnya untuk institusi pendidikan. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Praktis
Bagi masyarakat Sei Mati, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi keluarga untuk memotivasi dan mendorong
anak untuk giat belajar demi meraih prestasi.
2. Manfaat Teoritis
Bagi institusi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah
materi bacaan, khususnya pada Ilmu Sosiologi Keluarga. Dan
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami
1.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban
terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan
paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
Ho : tidak terdapat pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar anak
Ha : terdapat pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar anak
1.6. Defenisi Konsep
1. Pola Asuh
Pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya. Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan
aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya,
dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
2. Prestasi Belajar
Prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan
hasil yang memuaskan. Sedangkan belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Tujuan anak dalam belajar adalah untuk
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan
pembentukan sikap. Jadi, prestasi belajar adalah nilai memuaskan yang
3. Anak
Anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga
usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode
prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun-tahun dasar.
2. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak
belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Keluarga yang
memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak moral, dan pendidikan
anak.
1.7. Operasional Variabel
Defenisi dari operasional adalah hasil dari operasionalisasi. Operasionalisasi
adalah sebagai proses penyederhanaan suatu konstruk kedalam tingkat konsep,
Kerlinger (Black,2009) menyatakan untuk menyusun operasional variabel adalah
dengan memberikan makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan
“operasi” atau kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel. Adapun yang menjadi variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah pola
asuh dan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar anak
Tabel 1.1
b. Memberlakukan standard dan
peraturan secara konsisten
c. Memaksa anak untuk mematuhi
peraturan
d. Mengarahkan tingkah laku anak
secara rasional
e. Membebaskan anak untuk
berpendapat
f. Memberikan penghargaan/
pujian terhadap prestasi anak
g. Jarang memberikan hukuman
h. Memberikan hukuman secara
fisik maupun verbal
Skala Ordinal
2.Frekuensi Interaksi a. Pola komunikasi satu arah atau
dua arah
b. Intensitas Komunikasi Anak