• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Keragaman Sastra Batak .

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Keragaman Sastra Batak ."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN SASTRA BATAK

KARYA TULIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Diskusi Kelompok pada Mata Kuliah Sastra Nusantara Semester II yang Diampu oleh Drs. H. M. Nur Fawzan Ahmad, M. A.

DISUSUN OLEH :

1. ACMAD SAERONI (13010114130071)

2. DEDI HARTANTO (13010114130077)

3. DWI PUTRA WIDIANTO (13010114140100)

4. MUTIA MEGA PRAHARA A.R. (13010114130084)

5. NISWATUN NUR NAIMAH (13010114130089)

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan barokah-Nya yang melimpah yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Keragaman Sastra Batak” dengan lancar dan supaya makalah ini dapat diterima dengan baik oleh pembaca.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Sastra Nusantara di Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Diponegoro.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Drs.H.M. Fawzan Ahmad, M.A selaku dosen pengampu pada mata kuliah Sastra Nusantara.

2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan Sastra Nusantara. 3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.

4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan Makalah “Keragaman Sastra Batak”, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semarang, Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ………. ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………. 1 1.2. Rumusan Masalah ……….. 1 1.3. Tujuan ………. 2 BAB II PEMBAHASAN MASALAH 2.1. Sejarah Sastra Batak ………. 3

2.2. Tokoh Sastra Batak ………... 4

2.3. Kajian Sastra Batak ………... 9

2.4. Contoh Kajian Sastra Batak ……….. 9

2.5. Keunikan Sastra Batak ……….. 14

2.6. Bentuk Sastra Batak ……….. 15

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan ……… 17

3.2. Saran ……….. 17 DAFTAR PUSTAKA

SOAL

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Orang Batak terkenal dengan keberaniannya untuk berbicara di depan umum dan keberanian dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan khas dari suku bangsa ini ialah “Si boru puas si boru bakkara, molo nunga puas ampema soada mara” (artinya,seseorang harus mengungkapkan isi hati dan perasaannya, dan jika hal itu telah terungkapkan maka puaslah rasanya dan damai serta selesailah masalkah, semua masalah harus dituntaskan dengan pembicaraan). Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat orang Batak. Berkaitan dengan itulah maka orang Batak suka berbicara. Suka berbicara, berkaitan erat dengan bayak hal dalam hidup orang Batak. Suku ini memiliki banyak ungkapan-ungkapan berhikmat, pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll. Banyak ungkapan bijaksana di kalangan masyarakat Batak. Ungkapan bijak itu tidak kala penting dan nilainya bagi kehidupan mausia bila dibandingkan dengan ungkapan bijak dari sastra suku bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh lahir dari pengalaman dan pergulatan hidup nenek

moyang dari dahulu hingga masa sekarang.

(BudayaBatak.AdamDewi. http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/sastra-budaya-batak-toba: 14 Maret 2015).

(5)

Dalam makalah ini, kami dari tim penyusun akan sedikit memaparkan tentang:  Batasan tentang Kesusastraan Batak

 Sejarah Sastra Batak

 Macam-macam Bentuk dan Jenis Sastra Batak  Keunikan Sastra Batak

 Tokoh Sastra Batak

 Contoh Kajian bentuk Karya Sastra Batak

Setidaknya itulah yang akan kami jelaskan dengan sebisanya, sekiranya dapat memberikan sedikit ilmu dan wawasan baru bagi pembaca.

1.3. Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini tidak lain adalah untuk memnuhi tugas pembuatan makalah dalam mata kuliah Sastra Nusantara yang ada di semester II ini, namun diluar tujuan tersbut ada tujuan lain dari penyusun makalah ini yaitu, untuk membuat teman-teman lebih mengenal lagi keberagaman kesusastraan yang ada di nusantara ini melalui makalah ini, khususnya tentang Kesusastraan Suku Batak yang kami rangkum dalam sebuah makalah yang sederhana ini. Sekiranya itulah tujuan dari kami tim penyusun makalah yang berjudul “Keragaman Sastra Batak”.

(6)

2.1. SEJARAH SASTRA BATAK

Era sebelum tahun 1920-an, dunia sastra di Sumatera Utara dianggap sebagai tonggak dasar kesusastran di Tanah Air. Sebab, saat itu sastrawan Sumatera Utara bisa dikatakan sebagai barometer sastra di tanah air.

Pertama sekali dimulai dengan munculnya nama M. Kasim yang dianggap sebagai peletak dasar berdirinya cerita pendek di tanah air. Setelah itu muncullah nama Amir Hamzah, pemuda dari Langkat, yang dikenal sebagai motor puisi Angkatan Pujangga Baru. Kemudian lahir pula Chairil Anwar yang merupakan orang yang paling populer namanya dalam wilayah sastra tahun 1945 hingga sekarang. Beliau bahkan masih dianggap sebagai ikon sastra di Indonesia bersama Amir Hamzah. Jika diadakan survei, tentunya nama merekalah yang menduduki peringkat pertama sastrawan di Tanah Air yang dikenal masyarakatnya.

Setelah itu, perhelatan sastra di Tanah Air mulai berpindah tangan kepada teman-teman sastrawan dari Pulau Jawa. Meskipun masih ada, namun nama-nama sastrawan dari Sumatera Utara mulai tenggelam ditelan zaman. Nama-nama yang masih bertahan hanyalah sebagian saja seperti Maulana Samsuri, M. Rahim Qahhar, Damiri Mahmud dan beberapa nama lain. Selebihnya banyak yang tak lagi dikenal di jagad sastra nasional.

Pada saat ini sedikit demi sedikit ada yang berbeda dalam dunia kepengarangan di Sumatera Utara. Kegelisahan yang selama ini mendera dunia kepengarangan di Sumatera Utara agaknya telah mulai memperlihatkan kecerahannya. Karya dan penerbitannya mulai mencecah dunia kreativitas dan produktivitas.

Mengapa tidak? Sekarang dunia kepengarangan di Sumatera Utara mulai mencecahkan kakinya dalam skala yang lebih luas - hingga pentas nasional. Awalnya, menjelang 2010, dunia kepengarangan di Sumatera Utara yang "unjuk gigi" hingga pentas nasional terbilang sedikit. Dalam beberapa tahun terakhir bahkan dapat dihitung dengan jari.

(7)

muda yang enerjik, Hasan Al Banna, yang karyanya boleh dikatakan telah melanglang buana di seluruh koran-koran di daerah maupun nasional terutama di pusat-pusat penerbitan di Jawa.

2.2. TOKOH SASTRA BATAK 2.2.1. M. Kasim Dalimunthe

Dalam kesusastreraan Indonesia, Muhammad Kasim Dalimunte lebih dikenal dengan nama panggilan M. Kasim saja. Ia adalah seorang penulis novel dan cerpen pada zaman Balai Pustaka. Beliau lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, pada tahun 1886. Dengan pendidikan sekolah guru, ia kemudian menjadi guru sekolah rakyat hingga tahun 1935. Namun sejak tahun 1922, beliau mulai dikenal sebagai penulis melalui novelnya yang pertama terbitan Balai Pustaka, yakni Moeda Teroena.

Dua tahun kemudian (1924) Ia memenangkan sayembara menulis buku anak-anak, dan meraih “hadiah pertama” dari Balai Pustaka berupa Arloji Emas. Karyanya itu kemudian diterbitkan dengan judul Pemandangan dalam Doenia Kanak-kanak, yang dalam masyarakat luas lebih dikenal dengan judul Si Samin. Karya-karya sastranya yang lain, yang juga cukup fenomenal adalah Bertengkar Berbisik (1929), Buah di Kedai Kopi (1930), dan Teman Doedoek (1936), yang ketiganya diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta.

Kumpulan cerpen Teman Doedoek karya M. Kasim dianggap sebagai kumpulan cerita pendek pertama dalam kesusastraan Indonesia modern. Novel maupun cerpennya bercerita tentang penduduk pedesaan di Sumatera dengan gaya bahasa yang sederhana dan penuh humor. Karya terjemahannya ada dua, yaitu Niki Bahtera (dari In Woelige Dagen karya C.J. Kieviet) dan Pangeran Hindi (dari De Vorstvan Indie karya Lew Wallace), yang masing-masing dirilis pada tahun 1920 dan 1931.

(8)

letaknya berada di dataran yang lebih tinggi dan cukup strategis karena tidak jauh dari Pasar Kotanopan.

2.2.2. Loebis

Loebis dikenal sebagai penulis sajak dan naskah drama. Ia juga aktif dalam kegiatan kebudayaan, drama/teater. Penulis ini dilahirkan di Balige, Sumatera Utara,tanggal 8 Agustus 1930. Pendidikan yang pernah dijalaninya adalah HIS. Ia aktif organisasi kebudayaan I.P.Budaya Tifa (1956), menjadi pembimbing Sanggar Deru Tanjung Pura (1968), dan ikut mendirikan BKPB Kabupaten Langkat (1969). Ia juga pernah bekerja pada Bidang Kesenian Kanwil Departemen P & K, Provinsi Sumatera Utara. Karyanya dalam bentuk drama antara lain: Tangan-Tangan Berdarah di Bulan Oktober (1972). Ia juga menulis kumpulan sajak yang diterbitkan tahun 1974 dengan judul Selamat Pagi.

2.2.3. Zaifah

Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 16 Maret 1940. Ia adalah redaktur harian Bukit Barisan di Medan. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana muda sosial politik Universitas Sumatera Utara. Sajak dan cerpennya dimuat dalam harian Waspada, Analisa, Bukit Barisan (Medan), Majalah Sastra dan Horison, juga dimuat dalam antologi Kuala (Kumpulan Sajak, 1976), Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977), dan 25 Cerpen (1978)

2.2.4. Achmad Rivai Nasution

Nama pena dari penulis ini adalah Dev Vareyra. Ia dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara, tanggal 9 Pebruari 1935. Pernah menjadi Pengawas Sekolah Menengah Teknologi Atas. Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Kande (1982), Dua Kumpulan Puisi (1982, bersama Bachtiar Adamy), Antologi Penyair Aceh (1986), Tiatian Laut III (Kuala Lumpur, 1991), Nafas Tanah Rencong (1992), Banda Aceh (1993), Sosok (1993), dan Seulawah: Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995). Kumpulan sajak dan cerpennya yang telah diterbitkan adalah Melalui Api (1992)

(9)

Penulis ini di lahirkan di Pangkalan Susu, Sumatera Utara, tanggal 31 Desember 1930 dan meninggal di Amesterdam di sebuah verpleghuis (rumah jompo), Belanda tanggal 1 Januari 2003.

Agam Wispi pernah menjadi wartawan harian Pendorong (1952) di Medan. Tahun 1957, Agam pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai redaktur budaya Harian Rakyat. Pada bulan Mei 1965, Agam ke Vietnam untuk meliput perang. Ia sempat mewawancarai Ho Chi Minh. Selanjutnya ia berkelana ke Cina. Pada saat peristiwa G-30 S/PKI, ia sedang di Cina. Ia sempat lima tahun di karantina (penjara)di Tiongkok Selatan. Dari Cina, ia ke Moskwa, Jerman Timur, dan sejak tahun 1988 menetap di Amesterdam sampai akhir hayatnya. Ia tidak pernah lagi menetap di tanah airnya. Ia memang pernah pulang, tahun 1999 dan 2000 ia berkunjung ke tanah airnya lagi, setelah sekian tahun berkelana di luar negeri.

Kumpulan sajaknya yang pernah terbit adalah Matinya Seorang Petani (1955), Di Negeri Orang, Puisi Penyair Indonesia Eksil (Antologi Puisi, 2002). Beberapa penyair seperti Asahan Alham, Nurdiana, Chalik Hamid, dan Sobron Aidit memuat puisinya dalam antologi ini.

2.2.6. Amir Hamzah (1911-1946)

Amir Hamzah dianggap sebagai Raja Penyair Pujangga Baru dan Pahlawan Nasional (S.K. Presiden RI No. 106/TK/ Tahun 1975, tertanggal 3 Nopember 1975). Dalam khazanah Sastra Indonesia ia dianggap sebagai sastrawan angkatan pujangga Baru (1920-AN). Pada tahun 1933, ia bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane menerbitkan Majalah Pujangga Baru. Karyanya yang terkenal adalah kumpulan sajak Nyanyian Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941).

Nama aslinya adalah Tengku Amir Hamzah, ia dilahirkan di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara tanggal 28 Pebruari 1911. Ia berasal dari keluarga bangsawan dan ada hubungan darah dengan Sultan Langkat. Ia terbunuh dalam huru-hara yang meletus pada 20 Maret 1946 di Sumatera Utara, dan ia bukan terbunuh oleh sajak-sajaknya.

(10)

Perhatiannya pada pergerakan nasional telah terlihat sewaktu ia belia. Waktu masih belajar di AMS Solo, ia memasuki Indonesia Muda dan diangkat sebagai ketua. Pernah pula menjadi Ketua Panitia Kongres Indonesia muda di Solo pada Tahun 1930.

Pada 29 Oktober 1945, ia diangkat menjadi Wakil Pemerintah RI untuk Langkat dan berkedudukan di Binjai. Ketika itu ia adalah Pangeran Langkat Hulu di Binjai. Ketika Sekutu datang dan berusaha merebut hati para Sultan, kesadaran rakyat terhadap revolusi menggelombang. Mereka mendesak agar Sultan Langkat segera mengakui Republik Indonesia. Lalu revolusi sosial pun pecah pada tanggal 3 Maret 1946. Sasarannya adalah keluarga bangsawan yang dianggap kurang memihak kepada rakyat, termasuk Amir Hamzah. Pada dini hari 20 Maret 1946 mereka dihukum pancung. Pada bulan Nopember 1946 kuburannya dipindahkan ke samping Masjid Azizi, Tanjung Pura. Amir Hamzah memperoleh pengakuan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1975.

Karyanya yang lain adalah Sastra Melayu dan Raja-Rajanya (1942), Esai dan Prosa (kumpulan esai dan prosa, 1982), dan Padamu Jua (kumpulan sajak, 2000). Karya terjemahannya Setanggi Timur (kumpulan sajak penyair Jepang, India, Persia dan lain-lain,1939), Baghawat Gita (1933), dan Syair Asyar.

Amir Hamzah merupakan salah seorang sastrawan yang mendapatkan perhatian besar. Studi mengenai Amir Hamzah dilakukan oleh H.B.Jassin, Amir Hamzah: Raja Pujangga Baru (1962), S. Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah Sebagai Penyair dan Uraian Sajak Nyanyian Sunyi (1981) dan Siti Utari Nababan A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar (Disertasi pada Universitas Cornell, 1966). Nh.Dini menulis kisah hidup Amir Hamzah dalam bentuk novel biografi yang berjudul Amir Hamzah, Pangeran Dari Seberang.

2.2.7. Armijn Pane (1908-1970)

Sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru (1920-an) ini juga aktif dalam bidang pers dengan mendirikan majalah. Salah satu majalah yang didirikannya adalah Pujangga Baru. Dalam bidang kesusastraan ia menulis esai sastra, puisi, cerpen, drama, novel/roman. Ia juga pernah menjadi redaktur Balai Pustaka di tahun 1926.

(11)

Sibolga, dan Bukittinggi), STOVIA Jakarta (1923), NIAS Surabaya (1927), dan AMS-A Solo (1931). Ia pernah menjadi wartawan di Surabaya, guru Taman Siswa di Kediri, Malang dan Jakarta, Sekretaris dan redaktur Pujangga Baru (1933-1938), redaktur Balai Pustaka (1936), Ketua Bagian Kesusastraan Pusat Kebudayaan (1942-1945), sekretaris BKMN (1950-1955), dan redaktur majalah Indonesia (1948-1955).

Novelnya Belenggu (1940), banyak mengundang perdebatan di kalangan pengamat dan penelaah sastra Indonesia. Karyanya yang lain Jiwa Berjiwa (kumpulan sajak, 1939), Kort Overzicht va de Moderne Indonesische Literatuur (1949), Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950), Jalan Sejarah Dunia (1952), Kisah Antara Manusia (kumpulan cerpen, 1953), Jinak-Jinak Merpati (kumpulan drama, 1953), Sanjak-Sanjak Muda Mr. Muhammad Yamin (1954), dan Gamelan Jiwa ( kumpulan cerpen, 1960). Terjemahannya Tiongkok Zaman Baru, Sejarahnya: Abad ke-19 – Sekarang (1953), Membangun Hari Kedua (novel, Ilya Ehrenburg, 1956), dan Habis Gelap Terbitlah Terang (karya R.A.Kartini, 1968). Sadurannya Ratna (drama Hendrik Ibsen, Nora, 1943).

Karena aktivitasnya dalam bidang sastra dan seni, tahun 1969, Armijn Pane menerima hadiah tahunan dari Pemerintah Republik Indonesia.

2.2.8. Gayus Siagian (1920-1981)

(12)

Cerpennya “Perpisahan”, mendapathadiah majalah Kisah tahun 1953; bersama cerpen-cerpennya yang lain, cerpen-cerpen ini kemudian dihimpun dalam buku Perpisahan (1971). Karyanya yang lain dalam bentuk drama adalah Di Taman Air Mata (1958) dan Lukisan dan Wanita Buta (1967). Karya terjemahannya: Ratapan Tanah Air (Novel karya Alan Paton, 1954), Kembali ke Bataan (novel karya Carlos Romulo, 1954), Sehari dalam Kehidupan Iwan Denissowitsch (novel karya Alexander Solzhenitsyn, 1976), dan Gerhana (novel karya Arthur Koestler, 1982).

Gayus Siagian juga banyak menulis skenario film , di antaranya: Enam jam di Yogya, Krisis, Embun, Terimalah Laguku, dan Een Indonesische Student in Holland.

2.3. Kajian Sastra Masyarakat Batak 2.3.1. Seni Sastra Masyarakat Batak

Orang Batak terkenal dengan keberaniannya untuk berbicara di depan umum dan keberanian dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan khas dari suku bangsa ini ialah “Si boru puas si boru bakkara, molo nunga puas ampema soada mara (artinya,seseorang harus mengungkapkan isi hati dan perasaannya, dan jika hal itu telah terungkapkan maka puaslah rasanya dan damai serta selesailah masalah, semua masalah harus dituntaskan dengan pembicaraan). Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat orang Batak. Berkaitan dengan itulah maka orang Batak suka berbicara. Suka berbicara, berkaitan erat dengan bayak hal dalam hidup orang Batak . Suku ini memiliki banyak ungkapan-ungkapan berhikmat, pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll. Banyak ungkapan bijaksana di kalangan masyarakat . Ungkapan bijak itu tidak kala penting dan nilainya bagi kehidupan mausia bila dibandingkan dengan ungkapan bijak dari sastra suku bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh lahir dari pengalaman dan pergulatan hidup nenek moyang dari dahulu hingga masa sekarang.

(13)

Parngoluon siganup ari). Bila diteliti secara seksama, sastra kebijaksanaan suku Batak (yang disebut umpama), terdiri dari empat bagian. Pembagian itu adalah sebagai berikut:

1. Filsafah (Batak: umpama na marisi habisuhon= pepatah yang berisi pengetahuan atau kebijaksanaan).

2. Etika kesopanan (Batak : umpama hahormaton).

3. Undang-undang (Batak: umpama na mardomu tu adat dohot uhum).

4. Kemasyarakatan (Batak: umpama na mardomu tu parsaoran si ganup ari, ima na dipangke di tingki pesta, partamueon, dll.). Arti dan makna umpama (pepatah) dalam suku Batak sangat luas dan mendalam. Berdasarkan bentuknya ungkapan itu dapat di bagi ke dalam empat bagian besar

2.4. Contoh Kajian Sastra Batak :

2.4.1. Berkaitan dengan Penderitaan Manusia:

 Nunga bosur soala ni mangan

 Mahap soala ni minum

 Bosur ala ni sitaonon

 Mahap ala ni sidangolon

Arti harafiah dan leksikal:

Sudah kenyang bukan karena makan

Puas bukan karena minum

Kenyang karena penderitaan

(14)

Sedangkan arti dan makna terdalam:

Syair pantun ini mengungkapkan keluhan manusia atas penderitaan yang berkepanjangan yang menyebabkan keputusasaan. Penderitaan sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Allah orang Batak ) harus diterima dengan pasrah saja. Ada orang yang menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk sebagian orang takdir dilihat sebagai sarana pendidikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi segala cobaan hidup, menyingkirkan sifat sombong dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang tua, raja, hula-hula (kerabat keluarga), nenek moyang dan Debata Mulajadi Na Bolon.

Jenis pantun ini ialah “pantun andung” (pantun tangisan) pada penderitaan. Pantun ini diungkapkan pada waktu mengalami penderitaan (kesedihan dan duka cita), misalnya pada saat kematian orang tua, sahabat dan famili.

1. Berkaitan dengan Nasihat dan Larangan Melakukan Perzinahan:

 Silaklak ni dandorung

 Tu dangka ni sila-sila

 Ndang iba jumonokjonok

 Tu na so oroan niba

Arti harafiah dan leksikal:

 Kulit kayu dandorung

 Ke dahan kayu silasila

 Dilarang mendekati perempuan/wanita

(15)

Arti terdalam:

Dua baris terakhir dari syair pantun di atas menasehatkan kepada

semua pria agar tidak mendekati seorang perempuan/wanita yang tidak istrinya.

Nasehat ini merupakan usaha untuk menghindari tindakan perzinaan dan sekaligus

merupakan larangan untuk tidak melakukan perzinaan. Seorang laki-laki yang

mendekati perempuan yang bukan istrinya dan melakukan hubungan seksual disebut

berzina. Orang yang melakukan perzinaan dihukum dan terkutuk hidupnya.

2. Berkaitan dengan Etika Kesopanan (sopan santun):

 ” Pantun hangoluan, tois hamatean!”

Arti harafiah dan leksikal:

Sikap hormat dan ramah mendatangkan kehidupan dankebaikan; sikap ceroboh atau sombong (tidak tahu adat) membawa kematian/malapetaka.

Arti terdalam:

Sopan santun, sikap hormat dan ramah tamah akan membuahkan hidup yang mulia dan bahagia (baik), sedangkan sikap ceroboh dan sombong (angkuh) akan menyebabkan kematian, penderitaan, malapetaka dalam hidup seseorang. Pada umumnya orang yang sopan memiliki banyak teman yang setia, ke mana dia pergi selalu mendapat perlindungan dan sambutan dari orang yang dijumpainya. Sedangkan orang yang ceroboh dan sombong sulit mendapat teman bahkan sering mendapat lawan dan musuhnya banyak. Yang seharusnya kawan pun menjadi lawan bagi orang yang seperti ini.

(16)

Sastra ini tergolong dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat. Pepatah etika sopan santun. Biasanya digunakan pada kesempatan memberangkatkan anak, famili atau sahabat yang hendak pergi ke perantauan. Dan pepatah ini digunakan sebagai nasehat orang-orang tua kepada anakanaknya.

3. Berkaitan dengan “Janji atau nazar” yang harus ditepati:

 Pat ni satua

 Tu pat ni lote

 Mago ma panguba

 Mamora na niose

Arti harafiah dan leksikal:

 Kaki tikus

 Ke kaki burung puyuh

 Lenyap/hilanglah si pengingkar janji

 Dan kayalah yang diingkari

Arti terdalam:

(17)

sipelanggar janji (padan), tetapi juga sampai pada generasi-keturunan berikutnya. Ada unsur kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan bersifat pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi. Jika padan diucapkan pada waktu malam maka saksinya ialah bulan maka disebut padan marbulan. Dan jika diucapkan pada siang hari saksinya ialah hari dan matahari disebut padan marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang . Ini mungkin ada kaitannya dengan budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji merupakan yang terkutuk.

Jenis pantun dan digunakan pada kesempatan:

Pantun ini tergolong ke dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat kepada orang yang berjanji (Batak: marpadan).

Pepatah ini digunakan pada kesempatan ketika menasehati orang yang sering menginkari janji. Pada upacara adat terjadi pembicaraan dan berkaitan dengan pengadaan perjanjian. Nasehat ini diberikan dan disampaikan oleh orang tua dari kalangan keluarga. Ini merupakan unsur sosialisasi untuk mendidik orang menjadi orang yang konsekuen dalam bertindak.

5. Berkaitan dengan Kehidupan Sosial Masyarakat:  Ansimun sada holbung

 Pege sangkarimpang

 Manimbuk rap tu toru

 Mangangkat rap tu ginjang

Arti harafiah dan leksikal:

 Mentimun satu kumpulan

(18)

 Serentak melompat ke bawah

 Serentak melompat ke atas

Arti terdalam:

Umpama ini digunakan untuk kerabat sedarah dan dari satu keluarga (Batak: dongan sabutuha). Pepatah ini mengisyaratkan kebersamaan untuk menanggung duka dan derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan ungkapan:”ringan sama dijingjing, berat sama dipikul”. Dari ungkapan ini terbersit arti mendalam dari kekerabatan yang dianut oleh orang Batak . Kekerabatan mencakup hubungan primordial suku, kasih sayang dipupuk atas dasar hubungan darah.Kerukunan diusahakan atas dasar unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Hubungan antar manusia dalam kehidupan orang Batak diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi ke generasi berikutnya. Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak dia mulai mengenal lingkungannya yang paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak saudara dan kepada famili dekat. Pengertian marga dijelaskan dengan baik sesuai dengan kode etik Dalihan Na Tolu. Tata cara kehidupan, cara bicara, adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan atas dasar Dalihan Na Tolu itu.

Jenis sastra:

Tergolong dalam kelompok pepatah (Batak: umpama). Dipakai pada kesempatan pesta pernikahan, pesta adat dan pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan sebagai nasehat untuk pihak yang berpesta dan yang sedang kemalangan.

2.5. Keunikan Sastra Batak Keunikan Sastra Batak yaitu:

 Sastra Batak lahir dari budaya Batak yang tumbuh berkat relasinya dengan alam,

(19)

 Pepatah atau ungkapan bijak dalam suku ini tidak diperoleh dari hasil pendidikan

formal, tetapi dari pendidikan suatu perkumpulan, misalnya perguruan silat atau perkumpulan marga dan adat.

 Sastra ini pada umumnya diwariskan secara lisan.

 Pengarang satra ini tidak diketahui. Waktu penulisan dan tempat mengarang juga

tidak dapat dipastikan.

 Pepatah dan pantun dapat diubah-ubah sesuai dengan situasi yang ada. Tetapi

harus selalu diperhatikan dan dipertahankan isi dan makna yang sebenarnya.

 Sastra Batak memiliki arti kiasan atau perumpamaan dan arti langsung (harafiah).

 Pola sajak yang digunakan umumnya bervariasi, ada ab-ab dan ada yang bebas.

 Ada pepatah atau sajak yang bernilai rohani, yang sangat dalam maknanya.

 Pepatah umumnya dikuasai oleh sebagian orang saja yang bertugas sebagai

pembicara dalam adat. Orang yang bisa berbicara dengan baik dan mengetahui banyak pepatah maka dia dapat dihunjuk sebagai pembicara dalam adat. Tetapi umumnya sastra ini dapat digunakan oleh siapa saja.

 Sastra Batak bersifat patrilineal dan memiliki marga tertentu.

 Etnisitas Sastra Batak mengandung nilai dan makna

2.5.1. Kelebihan dan kekurangan

(20)

- Kekurangan: tidak semua tertulis karena itu bisa hilang dan dilupakan oleh generasi selanjutnya. Sastra ini memiliki bahasa kuno yang terkadang sulit dimengerti orang pada aman sekarang.

2.6. Bentuk dan Jenis Sastra Batak

Bentuk selalu mengandung isi dan isi itu ada dalam bentuk (Tambunan, 1986:252-253). Bentuk sastra Batak dibagi berdasarkan isi cerita antara lain :

1. Hajajadi (kejadian)

Sastra yang menceritakan asal mula sesuatu yang nampak atau yang transenden, seperti Turi-turian, seperti asal mula manusia, orang Batak percaya berasal dari gunung Pusuk Buhit di tepi Danau Toba.

2. Parsorion

Artinya takdir, nasib dalam arti celaka, sial, kemalangan (Warneck, 2001:314). Sastra yang menceritakan suka-duka perjuangan hidup seperti pada turi-turian dan andung-andung. Vol. 2 No. 3 Desember 2012 ISSN 2089-3973

3. Poda

Artinya pengajaran, amanat, nasihat, saran (Warneck, 2001: 246). Sastra yang bermuatan mendidik, nasehat dan petunjuk, sering sekali berisi konsekwensi-konsekwensi suatu perbuatan yang baik dan yang buruk.

4. Sigeok-geok.

Adalah sastra yang berisi cerita jenaka atau menggelikan (lelucon) yang dapat disamakan dengan cerita penggeli hati dalam sastra Indonesia. Ini termasuk sastra prosa Batak Toba yaitu: torsa-torsa.

5. Tarombo.

Jenis sastra yang menceritakan turunan asal mula manusia dan asal usul marga sampai sekarang. Dalam sastra Indonesia sama dengan tambo, dalam Sastra Batak yaitu : turi-turian.

(21)
(22)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan

Melihat sedikit pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sastra Batak yang merupakan Sastra Daerah di Indonesia ini juga memiliki begitu banyak keragaman dan keunikannya sendiri yang membuat semakin kaya kesusastraan Bangsa Indonesia ini dan menjadi tugas bagi seluruh anak bangsa untuk terus melestarikan sastra-sastra daerah yang ada di Indonesia.

3.2. Saran

Sastra Batak sebagai salah satu dari sekian banyak kesusastraan yang ada di Indonesia ini memiliki berbagai keunikan dan juga kelebihan dari pada sastra-sastra lain yang ada di daerah-daerah di Indonesia yang membuat Sastra Batak terus bertahan di tengah perkembangan zaman ini, akan tetapi sekarang ini banyak dari para siswa-siswa atau bahkan para mahasiswa yang belum mengetahui tentang kesusastraan Batak ini karena kurangnya mata pelajaran atau mata kuliah tentang kesusastraan daerah yang ada di Indonesia.

(23)

yang menyebabkan Sastra-sastra Daerah ini semakin sepi peminat dan juga kurang mendapat perhatian, seprti Sastra Batak ini yang hanya diperhatikan oleh sebagian orang-orang dari Suku Batak saja, karena semua orang menganggap bahwa yang patut mempertahankan Sastra Daerah adalah orang dari daerah itu sendiri sehingga mereka menganggap itu adalah hal yang kurang penting.

Seperti sebuah kutipan dari salah satu tokoh Bangsa Indonesia ini yang menyatakan bahwa “keadaan sebuah Bangsa dapat dilihat dari Budayanya”, yang berarti bahwa setiap orang perlu untuk mempertahankan setiap kebudayaan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia baik itu dari daerahnya sendiri ataupun dari daerah orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja. J. 1994. Folklor Indonesia. Ilmu Gomp Dongeng dan lain-lain. Jakarta : PT. Pustaka Utama Gafiti.

Kozok U.: Warisan Leluhur Sastra Lama dan Aksara Batak. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1999.

Adonis, Tito; dkk. PERKAWINAN ADAT BATAK DI KOTA BESAR. Jakarta: Depdikbud, 1993.

Batahon, Horas: umpama, umpasa: http://habatakon01.blogspot.com/2011/05/umpasa-umpama-falsafah-puisi-jenis.html(14 Maret 2015 )

Sastra Seratus: SASTRA DAERAH : SASTRA BUDAYA BATAK

(24)

SOAL

1. Berikut yang bukan merupakan Sastra Kebijaksanaan Batak adalah : a. Berkaitan dengan penderitaan manusia

b. Berkaitan dengan kegembiraan manusia

c. Berkaitan dengan nasihat dan larangan melakukan perzinaan

d. Berkaitan dengan etika dan kesopanan

e. Berkaitan dengan janji

2. Sastra Batak pada umumnya diwariskan secara : a. Turun-temurun

b. Lisan

c. Tertulis

d. Cetak

(25)

3. Sastra Batak berasal dari daerah a. Kalimantan

b. Sulawesi

c. Sumatra

d. Papua

e. Jawa

4. Suku Batak mencakup 5 suku menurut pendapat beberapa ahli, dibawah ini yang bukan termasuk Suku Batak adalah:

a. Batak Toba

b. Batak Simalungun

c. Batak Karo

d. Batak Badui

e. Batak Mandailing

5. Berikut ini merupakan jenis Sastra Batak, kecuali

a. Toba

b. Simalungun

c. Umpasa

d. Jawaban a dan b benar

(26)

6. Sastrawan yang mengawali munculnya Sastra Batak adalah

a. Amir Hamzah

b. Damiri Mahmud

c. M. Kasim

d. Gayus Siagian

e. Maulana Samsuri

7. Dalam Sastra Batak ada istilah Umpasa , apakah maksud dari istilah tersebut

a. Laawan kata

b. Perumpamaan

c. Peribahasa

d. Nama orang

e. Kelakuan

8. Dalam Sastra Batak ada istilah Umpama, apa arti dari istilah tersebut

a. Persamaan

b. Perbedaan

c. Kelainan

d. Pepatah

e. Puisi

(27)

a. Amir Hamzah

b. Gayus Siahaan

c. Arjmin Pane

d. Maulana Samsuri

e. M. Kasim

10. Sastra Batak yang berisi cerita jenaka atau menggelikan (lelucon) yang dapat disamakan dengan cerita penggeli hati dalam sastra Indonesia adalah

a. Sigeok-geok

b. Tarumbo

c. Poda

d. Umpama

e. Umpasa

Essai

(28)

KUNCI JAWABAN

(29)

2. B 7. B

3. C 8. D

4. D 9. B

5. D 10. A

Essai

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik Islam berikutnya, bahwa Islam merupakan agama keadilan, yang memiliki konsep keadilan merata bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang yang non muslim, bagi

Berdasarkan hasil analisis flipbook yang diberikan oleh kelima validator, dengan masing-masing nilai CVR sebesar 0.99 dan dinyatakan valid serta nilai CVI masuk

dan peran tubuh Hirsutisme, rambut kepala rontok, jerawat, gangguan siklus menstruasi, dan. MK : Gangguan

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain: (1) Kepada peneliti yang hendak

Dengan mengetahui hal-hal tersebut diatas, maka institusi berkewajiban untuk menginformasikan kepada para dosen Penasehat Akademik FTUP untuk dapat memperbaiki /

Salah satu alternatif yanng dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan menerapkan sistem komputerisasi dalam suatu perusahaan atau instansi untuk

Jika dalam repliknya Jaksa Penuntut Umum menyatakan pledoi saya tidak berdasarkan hukum dan tdak dilandasi argumen yuridis, jangan- jangan hal tersebut terjadi justru

Hal ini dinilai sangan mendasar dan sangat fatal jika dibiarkan secara terus menerus sehingga akan membentuk karakter yang bernilai kurang baik bagi peserta didik, dalam contoh