• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Natrium, Besi, dan Seng pada Pakkat (Calamus caesius Blume.) secara Spektrofotometri Serapan Atom Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Natrium, Besi, dan Seng pada Pakkat (Calamus caesius Blume.) secara Spektrofotometri Serapan Atom Chapter III V"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan

maksud mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Dalam penelitian ini perlakuan pada pakkat merupakan variabel

bebas sedangkan kadar mineral natrium, besi dan seng merupakan variable terikat.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Penelitian

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2016 –

Desember 2016.

3.2 Bahan-bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakkat (rotan

muda)dari hutan desa Lumbanpasir Kecamatan Tambangan Kabupaten

Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Pereaksi

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis

keluaran E. Merck yaitu akuademineralisata, amonium tiosianat, asam nitrat 65%

b/v, asam pikrat, larutan baku natrium 1000 g/mL, larutan baku besi 1000 g/mL

(2)

3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas (Pyrex dan

Oberol), blender, hot plate, kertas saring Whatman No.42, krus porselen, neraca

analitik Spektrofotometer Serapan Atom (Hitachi Z-2000) dengan nyala

udara-asetilen lengkap dengan lampu katoda natrium, besi dan seng, spatula, dan tanur

(Nabertherm).

3.4 Pembuatan Pereaksi

3.4.1 Campuran Larutan Asam Nitratdengan Akuademineralisata (1:1) Sebanyak 100 mL larutan asam nitrat 65% b/v diencerkan dengan 100 mL

akuademineralisata (Ditjen, POM., 1979).

3.4.2 Larutan Asam Pikrat 1% b/v

1 g asam pikrat dilarutkan dengan akuades hingga 100 mL (Manan, 2009).

3.4.3 Larutan Amonium Tiosianat 10% b/v

Amonium tiosianat sebanyak 10 g dilarutkan dalam 100 mL akuades

(Ditjen, POM, 1979).

3.4.4 Larutan Natrium Hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g natrium hidroksida dilarutkan dengan akuades hingga

100 mL (Ditjen, POM., 1995).

3.4.5 Larutan Ditizon 0,005% b/v

(3)

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif

yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas

pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang tidak

diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti

(Sudjana, 2005).

3.5.2 Penyiapan Sampel 3.5.2.1 Pakkat Segar

Pakkat dikupas kulit luarnya dan diambil bagian dalam yang berwarna

putih. Dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan sampai air cuciannya

kering, selanjutnya sebanyak 200 g dihaluskan dengan blender.

3.5.2.2 Pakkat Bakar

Pakkat dibakarmenggunakan kayu bakar sampai kulit luarnya berwarna

kehitaman selama ±15 menit, didinginkan, kemudian dikupas kulit luarnya dan

diambil bagian dalamnya. Kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan

ditiriskansampai air cuciannya kering, selanjutnya sebanyak 200 g dihaluskan

dengan blender.

3.5.2.3 Pakkat Rebus

Rotan muda dikupas kulit luarnya, diambil bagian dalam yangberwarna

putih.Kemudian dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan sampai air

cuciannya kering.Selanjutnya dididihkan air sebanyak 1000 mL. Setelah mendidih

dimasukkan rotan muda sebanyak 200 g, dibiarkan selama ±15 menit, kemudian

(4)

3.5.3 Proses Destruksi

Pakkat segar, bakar, dan rebus yang telah dihaluskan masing-masing

ditimbang sebanyak 25g dimasukkan kedalam krus porselen, diarangkan di atas

hotplate sampai berwarna hitam selama 14 jam, dibiarkan dingin pada desikator.

Abu ditambahkan 5mL campuran asam nitrat dan akuademineralisata (1:1).

Kemudian diuapkan pada hot plate sampai kering. Krus porselen dimasukkan

kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100℃ dan perlahan-lahan

temperatur dinaikkan hingga suhu 500℃ dengan interval 25℃ setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 120 jam dan dibiarkan hingga dingin pada desikator

(Isaac, 1990).

3.5.4 Pembuatan Larutan Pakkat

Pakkat segar, bakar, dan rebus hasil destruksi masing-masing dilarutkan

dalam 5 mL asam nitrat dan akuademineralisata (1:1), lalu dipindahkan ke dalam

labu tentukur 100 mL, dibilas krus porselen dengan 10 mL akuademineralisata

sebanyak 3 kali dan dicukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda.

Disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dimana 5 mL filtrat pertama

dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung

ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk uji kualitatif dan kuantitatif.

3.5.5 Pemeriksaan Kualitatif 3.5.5.1. Natrium

3.5.5.1.1 Uji dengan Asam Pikrat 1%

Larutan pakkat diteteskan sebanyak 1-2 tetes pada object glass, kemudian

ditetesi dengan larutan asam pikrat, diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat ion

(5)

3.5.5.2. Besi

3.5.5.2.1 Uji dengan Larutan Amonium Tiosianat10%

Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml sampel, lalu ditambahkan 1 ml

larutan amonium tiosianat,dikocok dan diamati. Terbentuk larutan warna merah

(Vogel, 1985).

3.5.5.3. Seng

3.5.5.3.1 Uji dengan Ditizon 0,005%

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, ditambahkan

larutan NaOH 1N, kemudian ditambahkan larutan ditizon 0,005% di kocok.

Terbentuk warna merah pada lapisan kloroform (Vogel, 1985).

3.5.6Pemeriksaan Kuantitatif 3.5.6.1 Pebuatan Kurva Kalibrasi

3.5.6.1.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium

Larutan baku natrium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan

ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet 1 mL;

2 mL; 3 mL; 4 mL; dan 5 mL larutan baku 10 µg/mL, masing-masing dimasukkan

ke dalam labu tentukur 50mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2 µg/mL;

0,4 µg/mL; 0,6 µg/mL; 0,8 µg/mL dan 1,0 µg/mL, lalu diukur pada panjang

gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Hasil pengukuran adalah

absorbansi (Y) dan konsentrasi (X) beruapa kurva yang digunakan untuk

(6)

3.5.6.1.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi

Larutan baku besi (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 50 mLdan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata (konsentrasi 20µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi besi dibuat dengan memipet 2,5 mL; 5 mL;

7,5 mL; 10 mL; dan 12,5 mL larutan baku 20 µg/mL, masing-masing dimasukkan

ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1,0 µg/mL;

2,0 µg/mL; 3,0 µg/mL; 4,0 µg/mL dan 5,0 µg/mL, lalu diukur pada panjang

gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen.Hasil pengukuran adalah

absorbansi (Y) dan konsentrasi (X) beruapa kurva yang digunakan untuk

memperoleh persamaan regresi dan nilai korelasi (r).

3.5.6.1.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng

Larutan baku seng (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/mL).

Larutan untuk kurva kalibrasi seng dibuat dengan memipet 0,5 mL; 1 mL;

1,5 mL; 2 mL dan 2,5 mL larutan baku 10 µg/mL, masing-masing dimasukkan ke

dalam labu tentukur 50mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,1µg/mL;

0,2µg/mL; 0,3 µg/mL; 0,4µg/mL dan 0,5µg/mL, lalu diukur pada panjang

gelombang 213,9 nm dengan nyala udara-asetilen.Hasil pengukuran adalah

absorbansi (Y) dan konsentrasi (X) beruapa kurva yang digunakan untuk

(7)

3.5.6.2 Penetapan Kadar Mineral pada Pakkat

3.5.6.2.1 Penetapan Kadar Natrium pada Pakkat Segar, Pakkat Bakar dan Pakkat Rebus

Larutan pakkat segar, pakkat bakar dan pakkat rebus masing-masing

dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan masing-masing ke dalam labu tentukur

100 mL dan dicukupkan dengan akuademineralisata sampai garis tanda (Faktor

pengenceran = 100 mL/ 1 mL = 100). Lalu diukur absorbansinya dengan

menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur

metodenya dimana penetapan kadar natrium dilakukan pada panjang gelombang

589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus

berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan bakunatrium.Konsentrasi natrium

dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.6.2.2 Penetapan Kadar Besi dalam Pakkat Segar, Pakkat Bakar danPakkat Rebus

Larutan pakkat segar, pakkat bakar dan pakkat rebus diukur absorbansinya

dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan

di atur metodenya dimana penetapan kadar untuk besi dilakukan pada panjang

gelombang 248,3 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang

diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan bakubesi

Konsentrasi besi dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi

dari kurva kalibrasi.

3.5.6.2.3 Penetapan Kadar Seng dalam Pakkat Segar, Pakkat Bakar dan Pakkat Rebus

Larutan pakkat segar, pakkat bakar dan pakkat rebus masing-masing

dipipet sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan

(8)

100 mL/ 2 mL = 50). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan

spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan di atur metodenya

dimana penetapan kadar untuk seng dilakukan pada panjang gelombang 213,9 nm

dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam

rentang kurva kalibrasi larutan bakuseng.Konsentrasi seng dalam sampel

ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Menurut Harmita (2004), kadar natrium, besi dan seng dihitung dengan

mensubstitusikan absorbansi ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari

kurva kalibrasi seperti di bawah ini:

Y = aX + b

Keterangan: Y = Absorbansi sampel a = Slope

X = Konsentrasisampel b = Intersep

Menurut Harmita (2004), kadar kalsium,kalium dan magnesium dalam

sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Kadar Logam (µg/g)

=

onsentrasi g mL) olume mL aktor engenceran⁄ Berat Sampel g

3.5.7 Analisis Data Secara Statistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar natrium, besi dan seng yang diperoleh dari hasil pengukuran

masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik.

Menurut Sudjana (2005), standar deviasi dapat dihitung dengan rumus:

SD =

Keterangan: Xi = Kadar mineral

(9)

n = Jumlah pengulangan

Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

thitung=

|

3.5.8.1 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi

kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

Menurut Harmita (2004), batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat

Uji perolehan kembali dilakukan dengan metode penambahan larutan

(10)

ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam

sampel yang sudah ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi tertentu,

kemudian dihitung kembali berapa jumlah analit yang ditambahkan (Ermer, dan

McB. Miller, 2005).

Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung dengan

rumus di bawah ini:

Persen Perolehan Kembali= C-CA

CA 100%

Keterangan :

CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku

CF= Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku

C*A= Kadar larutan baku yang ditambahkan

3.5.8. 3 Uji Presisi

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara

berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang

memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang

dilakukan.

Menurut Harmita (2004), rumus untuk menghitung simpangan baku relatif

adalah sebagai berikut:

RSD = SD

Xi x 100%

Keterangan: Xi = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa tumbuhan yang diuji

adalah pakkat (Calamus caesius Blume.) famili Arecaceae, dapat dilihat pada

Lampiran 1. Halaman 35.

4.2 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk

mengetahui ada atau tidaknya mineral natrium, besi, dan seng pada pakkat.Hasil

analisis kualitatif pada pakkat dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 43, dan

tabel 4.1.

Tabel 4.1Analisis Kualitatif pada Pakkat

No. Mineral Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan

1. Natrium Asam Pikrat 1% Kristal jarum +

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa pakkat mengandung mineral

natrium, besi, dan seng. Sampel dikatakan positif mengandung mineral natrium

karena menghasilkan kristal jarum natrium pikrat pada penambahan asam pikrat

1%, mengandung mineral besi karena terbentuk warna merah dengan penambaan

amonium tiosianant 10%, dan mengandung seng karena menghasilkan warna

merah pada lapisan kloroform dengan penambahan larutan ditizon 0,005% dan

(12)

4.3 Analisis Kuantitatif

4.3.1 Kurva kalibrasi Natrium, Besi, dan Seng

Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk ketiga mineral tersebut diperoleh

persamaan garis regresi yaitu Y = 0,03654X + 0,00023 untuk natrium, Y =

0,02863X + 0,00043 untuk besi dan Y = 0,27311X + 0,00062 untuk seng.

Kurva kalibrasi natrium, besi, dan seng dapat dilihat pada Gambar 4.1,

Gambar 4.2 dan Gambar 4.3, sebagai berikut:

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Natrium

(13)

Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Seng

Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linear antara

konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) natrium sebesar

0,9997, besi sebesar 0,9999 dan seng sebesar 0,9998. Nilai r ≥ 0,λ7 menunjukkan

adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (Konsentrasi)

dan Y (Absorbansi) (Ermer dan McB. Miller, 2005).

Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku dan perhitungan persamaan

garis natrium dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 44, besi dapat dilihat pada

Lampiran 11, halaman 46 dan seng dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 48.

4.3.2 Analisis Kadar Natrium, Besi, dan Seng pada Pakkat

Penentuan kadarnatrium, besi, dan seng dilakukan secara spektrofotometri

serapan atom. Konsentrasi mineral natrium, besi, dan seng dalam sampel

ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku

masing-masing mineral. Data hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 13,

halaman 50 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 53.

Hasil analisis kuantitatif mineral natrium, besi, dan seng pada pakkat segar,

(14)

Tabel 4.2 Analisis Kadar Natrium, Besi, dan Seng pada Pakkat Segar, Pakkat

1. PS 15,0658±0,2262 0,5561±0,0095 1,9660±0,0201

2. PB 13,6539±0,2275 0,4982±0,0067 1,9395±0,0209

3. PR 12,9212±0,1219 0,3573±0,0031 1,8547±0,0107

Keterangan: PS = Pakkat Segar; PB = Pakkat Bakar; PR = Pakat Rebus

Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (perhitungan dapat dilihat pada

Lampiran 15, halaman 58). Dari hasil uji t yang dilakukan diketahui bahwa semua

data diterima. Untuk mengetahui perbedaan signifikan dari semua data dilakukan

uji Anova (hasil uji anova dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 75). Dari hasil

uji anova diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semua hasil

data yang diperoleh.

Besar persentase penurunan kadar natrium, besi, dan seng pada sampel

(Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 17 pada halaman 79). Hasil penurunan

kadarnatrium, besi, dan seng pada pakkat bakar dan pakkat rebus dibandingkan

pakkat segar dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Penurunan Kadar Natrium, Besi, dan Seng pada Pakkat Bakar dan Pakkat Rebus dibandingkan Pakkat Segar

Sampel Penurunan Kadar Mineral (%)

Natrium Besi Seng

Pakkat Bakar dibandingkan Pakkat Segar 9,44 11,69 1,30

Pakkat Rebus dibandingkan Pakkat segar 13,80 35,75 5,53

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa terdapat penurunan

kadarnatrium, besi, dan seng pada pakkat segar, bakar dan rebus yang diperoleh

dari hasil analisis. Pengolahan dengan cara dibakar menyebabkan penurunan

(15)

11,69%; dan 1,30%. Menurut Ahyar (2015) hal ini kemungkinan terjadi karena

proses pembakaran, natrium, besi, dan seng terlarut bersama air yang terkandung

didalam pakkat, kemudian air akan keluar sehingga mineral natrium, besi, dan

seng yang terdapat didalam pakkat akan ikut keluar bersama dengan keluarnya air

dan menyebabkan kadar natrium, besi, dan seng pada pakkat bakar berkurang.

Pengolahan secara perebusan meyebabkan penurunan kadar natrium, besi,

dan seng pada pakkat masing- masing sebanyak 13,80%; 35,75%; dan 5,53%.

Menurut Salamah., dkk (2002), pemanasan air dalamproses perebusan akan

meningkatkan dayakelarutan pada suatu bahan. Pengolahan dengan cara direbus

menyebabkan penurunan kadar natrium, besi, dan seng pakkat, kemungkinan

natrium, besi, dan seng banyak terlarut selama proses perebusan, jadi saat direbus

kadar mineral natrium, besi, dan seng yang terdapat di dalam pakkat berkurang.

4.4 Validasi Metode Analisis

4.4.1Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Berdasarkan data kurva kalibrasi natrium, besi, dan seng diperoleh batas

deteksi dan batas kuantitasi dari natrium, besi, dan seng yang perhitungannya

dapat dilihat pada Lampiran 18, halaman 81. Batas deteksi dan batas kuantitasi

dari natrium, besi, dan seng pada sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Natrium, Besi, dan Seng No. Mineral yang Dianalisis Batas Deteksi

(µg/mL)

Batas Kuantitasi (µg/mL)

1. Natrium 0,0298 0,0994

2. Besi 0,1079 0,3596

(16)

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa semua hasil yang

diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas

kuantitasi.

4.4.2Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadarnatrium, besi, dan seng dapat

dilihat pada lampiran 19 halaman 85 dan Tabel 4.5.

Tabel 4.5Persen perolehan kembali (recovery) kadarNatrium, Besi, dan Seng Mineral Persen Recovery (%) Syarat Rentang Persen

Recovery(%)

Natrium 91,38 80 – 110

Besi 89,89 80 – 110

Seng 93,92 80 – 110

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji

perolehan kembali (recovery) berturut-turut natrium 92,04%, untuk besi 90,40%,

dan untuk seng 92,43%. Persen recovery tersebut menunjukkan kecermatan kerja

yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadarnatrium, besi, dan seng dalam

sampel. Hasil uji perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang

telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali (recovery) berada pada

rentang 80-110% (Botsoglou dan Fletouris, 2001). Hasil uji perolehan kembali

(recovery) kadar natrium, besi, dan seng setelah penambahan masing-masing

larutan baku dan contoh perhitungan dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 84,

(17)

4.3.5 Simpangan Baku Relatif

Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 21 Halaman 90. Nilai

simpangan baku dan simpangan baku relatif untuk natrium, besi, dan seng pada

pakkat dapat dilihat pada Tabel 4.4,

Tabel 4.6 Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif

Mineral Simpangan Baku Simpangan Baku Relatif (%)

Natrium 7,1864 7,8079

Besi 4,3794 4,8720

Seng 7,6073 8,0998

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dapat dilihat nilai simpangan baku (SD)

untuk natrium7,4582, untuk besi4,3940, dan untuk seng 7,6841. Sedangkan nilai

simpangan baku relatif (RSD) yang diperoleh sebesar 8,1032% untuk natrium,

4,8606% untuk besi dan 8,3135% untuk seng. Menurut Harmita (2004), nilai

simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm)

adalah tidak lebih 16%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan:

a. Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa terdapat natrium, besi, dan seng pada

pakkat segar, pakkat bakar dan pakkat rebus.

b. Hasil analisis kadar natrium, besi, dan seng secara Spektrofotometri Serapan

Atom adalah kadar natrium pada pakkat segar, bakar dan rebus masing-masing

sebesar (15,066±0,226) mg/100g; (13,654±0,228) mg/100g; dan

(12,921±0,121) mg/100g. Kadar besi pada pakkat segar, bakar, dan rebus

masing-masing sebesar (0,556±0,010) mg/100g; (0,498±0,007) mg/100g; dan

(0,357±0,003) mg/100g.Kadar seng pada pakkat segar, bakar, dan rebus

masing-masing sebesar (1,966±0,020) mg/100g;(1,940 ±0,021) mg/100gdan

(1,855 ±0,011) mg/100g.

c. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar natrium,

besi, dan seng pada pakkat segar, pakkat bakar dan pakkat rebus.

Kadarnatrium, besi, dan seng pada pakkat segar lebih tinggi daripada pakkat

bakar dan pakkat rebus.

5.2 Saran

Disarankan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi pakkat segar karena

Gambar

Tabel 4.1Analisis Kualitatif pada Pakkat
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Natrium
Gambar 4.3 Kurva Kalibrasi Seng
Tabel 4.2 Analisis Kadar Natrium, Besi, dan Seng pada Pakkat Segar, Pakkat Bakar dan Pakkat Rebus
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

PHYSICAL DATA MODEL FK_TRANSAKS_MENGURUSI_PEGAWAI FK_TRANSAKS_TERDAPAT_EVENT FK_TRANSAKS_MELAKUKAN_PELANGGA FK_TIKET_PE_MENGHASIL_RESERVAS FK_PELANGGA_RELATIONS_TIKET_PE

• sepakan percuma tidak terus adalah diberi kepada pasukan lawan jika kesalahan berlaku di dalam kawasan penalti penjagi gol berkenaan, sepakan itu dibuat di tempat mana

Di susun penulis sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar arjana pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Penghargaan yang tinggi dan

c. Pemain pasukan B menangkap bola selepas bola melantun sekali. Lambungkan bola dengan tinggi kepada rakan dan rakan tersebut membuat hantaran atas kepala ke pihak

Kesimpulan : Sebagian besar mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap bahaya merokok dan faktor yang