• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS EMAS DI KABUPATEN BARRU. Disusun Dan Diajukan Oleh SYAHRIL ADRIANSYAH. Nomor Stambuk :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS EMAS DI KABUPATEN BARRU. Disusun Dan Diajukan Oleh SYAHRIL ADRIANSYAH. Nomor Stambuk :"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

Disusun Dan Diajukan Oleh SYAHRIL ADRIANSYAH Nomor Stambuk : 105640231915

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAWASAN STRATEGIS EMAS DI KABUPATEN BARRU

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

SyahrilAdriansyah

Nomor Stambuk :105640231915

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)

iii Nama Mahasiswa : SyahrilAdriansyah Nomor Stambuk : 105640231915 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. H. Amir Muhiddin, M.Si

Pembimbing II

Dr. NuryantiMustari, S.IP., M.Si

Mengetahui :

Dekan

FisipolUnismuh Makassar

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(4)

iv

PENERIMAAN TIM

Telahditerimaoleh TIM

pengujiskripsiFakultasIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitasMuhammadiyah Makassar, berdasarkansuratkeputusan/undanganmenguji

ujianskripsiDekanFisipolUniversitasMuhammadiyah Makassar, nomor : 0083/FSP/A.3-VIII/II/41/2020

sebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarsarjana (S.1) dalam program studiIlmuPemerintahan di UniversitasMuhammadiyah Makassar

padahariJumattanggal 14Februari 2020.

TIM PENILAI

Ketua Sekertaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos.,M.Si Dr. Burhanuddin. S.Sos.,M.Si

Penguji :Dr. H. Amir Muhiddin, M.Si (Ketua) (……Dr.

NuryantiMustari, S.IP., M.Si (………)Ahmad Taufik, S.IP.,

(5)

v Nama Mahasiswa :SyahrilAdriansyah Nomor Stambuk : 105640231915 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan akademik.

Makassar, 5September 2019 Yang Menyatakan

(6)

vi ABSTRAK

SyahrilAdriansyah. Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas Di Kabupaten Barru.(dibimbing oleh H. Amir Muhiddin dan NuryantiMustari)

Tujuan penelitian untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Kawasan

Strategis Emas Di Kabupaten Barru. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 8 (Delapan) orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang telah dikumpulkan peneliti melalui dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa (a)Ukuran-ukran dasar dan Tujuan Kebijakan, menunjukkan

bahwa percepatan pembangunan dan pengembangan kawasan belum menunjukkan pembangunan yang signifikan hingga belum mampu mencapai tujuan umum yakni kesejahteraan masyarakat, (b) Sumber-Sumber Kebijakan menunjukkan bahwa sumber daya manusia dan sumber dana yang tersedia telah memenuhi kebutuhan pembangunan kawasan strategis emas, (c) Komunikasi antara organisasi pelaksana terkait kegiatan-kegiatan pelaksana telah berjalan dengan baik berdasarkan ketetapan pemahaman dan mekanisme komunikasi yang dilakukan dengan instansi terkait, (d) Karakteristik Organisasi Pelaksana menunjukkan bahwa pemenuhan kompetensi pada staf pelaksana telahterpenuhi, dimana beberapa staf telah memahami isi kebijakan, (e) Kecenderungan Para Pelaksana menunjukkan intensitas tanggapan terhadap kebijakan kawasan strategis emas telah mendukung hadirnya kebijakan, (f) Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik dalam kawasan strategis emas dengan adanya keterlibatan swasta dalam memobilisasi kebijakan memberikan dampak terhadap kehidupan sosial dan perokonomian masyarakat. Faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan kawasan strategis emas di kabupaten Barru bahwa faktor pendukung adanya sumber daya manusia dan komitmen pemerintah. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru bahwa lambatnya penyusunan dasar hukum dan masalah pembebasan lahn.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkankehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas Di Kabupaten Barru”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua,ayahanda Marwan Salama, S. Pd., M. Pd dan ibunda Sitti Sanawiah atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-cita, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan dukungan disertai segala pengorbananyang tulus dan ikhlas. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat, bapak Dr. H. Amir Muhiddin, M.Si selaku pembimbing I dan ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

(8)

viii

Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang berhubungan administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu penulis.

5. Para pihak Dinas/Instansi yang ada pada lingkup pemerintah Kabupaten Barruyang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Saudara-Saudari kandung penulis FirmansyahSamin, S. Pd, Irma Suryani, S.

Pd., M. Pd yang selalu memberi semangat, dan dukungan serta senantiasa mengalungkan doa dari dulu hingga saat ini yang tiada hentinya.

7. Kepada Siti Hardiyanti Jamal yang setia memberikan semangat dan perhatiannya kepada penulis, hadirmu sungguh memberi semangat yang luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman SMA Negeri 5 Barru yang sampai sekarang masih bersama.

(9)

ix

9. Kepada seluruh keluarga besar fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, terutama kepada satu angkatan 2015 Ilmu Pemerintahan terkhusus kelas G,.Janwar, Rifki, Musakkar, Aswar, Baso, Cahya, Ayu, Innah, Dillah, Elma, Kiki, Fatma, Fahruddin, Rahma, Almukram, Siska, Riska, Aldi, Karmin, Dewi, Egha, Nunu, Fahrun, Wahyudi, Vista, Rizal, Wahdania, Akbar, Hamzah, Fani, terkhusus kepadaAlmarhuma Hilda dan Almarhum Syakirserta teman-teman kelas ku yang tidak bisa saya sebutkan semua namanya.

Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak atas segala kekurangan dan kehilafan, disadari maupun yang tidak disadari. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 25 Desember 2019

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Judul ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Penerimaan Tim ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penilitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

1. Implementasi ... 7

2. Kebijakan Publik ... 9

3. Implementasi Kebijakan... 11

4. Kawasan Strategis ... 14

5. Ruang Lingkup Kawasan Strategis Emas ... 16

B. Penelitian Terdahulu ... 18

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 19

D. Fokus Penelitian ... 20

E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 23

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 23

C. Sumber Data ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 24

E. Informan Penelitian ... 26

F. Analisis Data ... 27

G. Keabsahan Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian. ... 32

1. Gambaran Umum Kabupaten Barru ... 32

2. Gambaran Umum Kawasan Strategis Emas ... 40

3. Gambaran Umum Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Barru... 46

(11)

xi

B. Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas

di Kabupaten Barru ... 51

C. Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan Negara dengan berbagai potensi sumber daya alam yang tersebar diseluruh pelosok daerah di Indonesia. Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah menjadi modal utama dalam pembangunan perekonomian negara, sehingga hal ini turut mengundang para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 menyebutkan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan, yang berarti bahwa pembangunan ekonomi suatu negara harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat dari berbagai golongan tidak hanya golongan tertentu saja”. Pembangunan ekonomi saat ini sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara melalui kebijakan pemerintahan yang disusun baik jangka menengah maupun jangka panjang untuk diimplementasikan secara efektif sehingga menciptakan suatu Negara sejahtera.

Selanjutnya pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa segala kekayaan alam serta potensi alam di daerah dikelola oleh Negara semata-mata untuk kesejahteraan rakyat”. Sehingga hal ini memberikan tantangan kepada pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan sumber daya yang melimpah tersebut agar mampu mewujudkan kesejahteraan bangsa, dan

(13)

diharapkan kepada pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaannya dapat melakukan perencanaan pembangunan secara baik. Pada wilayah dengan fungsi tertentu maka perencanaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kawasan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029, Kabupaten Barru disebutkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Kabupaten Barru merupakan daerah yang memiliki potensi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan ketersediaan lahan untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan harga tanah yang paling kompetitif. Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru sebagai kawasan yang memperkuat usulan penetapan Kabupaten Barru sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang mencangkup diantaranya Kelurahan Sepe’e, Kelurahan Mangempang, dan Desa Siawung menjadi titik utama penelitian dimana kawasan ini memiliki potensi pengembangan beberapa zona yang telah tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kawasan Emas GarongkongBarru 2014-2034.

Kabupaten Barru merupakan daerah yang potensi untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, karena memiliki Kolam Pelabuhan Alam yang terdalam (15-25 meter) sepanjang koridor Pesisir Barat Sulawesi Selatan dengan memiliki potensi pengembangan kepelabuhan yang paling luas dimana kapasitas tonase kapal yang paling besar dan kawasan teraman dari tsunami. Kabupaten Barru terletak di titik tengah, di titik keseimbangan dengan jarak 100 km dari kota

(14)

3

Makassar dengan jarak tempuh 2 jam ke Bandara Udara Internasional Sultan Hasanuddin dan Pelabuhan Soekarno Hatta. Kabupaten Barru potensial dalam hal ketersediaan lahan untuk Kawasan Ekonomi Khususyang mencapai 4.000Ha dengan harga tanah yang paling kompetitif dan jauh dari Kawasan Konservasi (Karst Maros dan Pangkep) dimana dukungan infrastruktur yang sudah memenuhi persyaratan Kawasan Ekonomi Khusus.

Adapun kesiapan syarat Kawasan Ekonomi Khusus adalah : Dekat dengan Pelabuhan dan Bandara. Berjarak tempuh dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dan Pelabuhan Internasional Soekarno Hatta serta berjarak kurang dari 2 jam dari pelabuhan BiringkassiPangkep, Pelabuhan AwerangngeBarru, Pelabuhan Parepare merupakan wujud akumulasi dan sinergi yang sangat kuat bagi perwujudan Kawasan Ekonomi Khusus. Dekat dari Kawasan Produksi dan dekat dengan Pasar. Letak Kabupaten Barru menjadi "Pusat TitikTangkap" terhadap semua komoditi di Sulawesi Selatan menyebabkan terciptanya kemudahan pencapaian terhadap arus komoditi. Posisi Barru yang terletak di daerah strategis Selat Makassar yang dekat dengan Pulau Kalimantan (12 jam lewat ferry), Malaysia Timur dan Kawasan BIMP EAGA serta lintasan penting di kawasan Asia Pasifik menyebabkan lemparan produk dari posisi Barru menjadi lebih mudah. Tidak Mengganggu Daerah Konservasi Alam. Berjarak 50 km dari Karst Maros dan Karst pangkep yang termasuk kawasan konservasi menyebabkan Kawasan Ekonomi KhususBarru tidak memiliki resistensi yang besar terhadap kawasan konservasi. Memiliki batas yang jelas dari Masterplan yang telah dibuat terlihat batas kawasan pusat Kawasan Ekonomi KhususBarru dibatasi oleh jalan

(15)

kawasan dengan pembagian-pembagian zona dan sub zona yang juga dibatasi dengan batas jalan yang sangat jelas. Ketersediaan lahan industri. Pemerintah Kabupaten Barru telah menyiapkan areal "Kawasan Emas" di Kelurahan SepeE, Kelurahan Mangempang dan Desa Siawungseluas 500 Ha yang dapat dikembangkan hingga lebih kurang 4.000 Ha.

Adanya Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru, seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Barru No. 5 Tahun 2009 dengan tujuan menjaga konsistensi perkembangan kota dengan strategi perkotaan nasional dan arahan rencana tata ruang wilayah kabupaten dalam jangka panjang, menciptakan keserasian perkembangan kota dengan wilayah sekitarnya, menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah. Sehingga sangat berpotensi menjadi daerah maju dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi, pembangunan dikawasan tersebut diharapkan mampu berdampak positif dan mendorong pembangunan baik di dalam maupun di luar kawasan tersebut.

Seperti hadirnya Kawasan Strategis Emas Garongkong yang mulai dicanangkan sejak tahun 2009 dengan dibangunnya Pelabuhan Garongkong serta kawasan emas, namun Peraturan Daerah terkait kawasan tersebut baru selesai perencanaannya secara mendetail pada tahun 2015 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Barru No. 1 Tahun 2015 sehingga pembangunan di kawasan strategis mengalami perlambatan dan baru dapat dilaksanakan secara terarah pada tahun 2015.

Adanya hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah, baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Hambatan yang sifatnya internal seperti proses

(16)

5

penyusunan kebijakan berjalan lambat, sedangkan yang bersifat eksternal yakni tidak semua masyarakat yang berada di kawasan strategis emas itu mengetahui keberadaan kawasan, dan masalah pembebasan lahan, dimana masyarakat menetapkan harga lahan yang sangat tinggi kepada investor sedangkan pemerintah tidak memiliki kewenangan untuk terlibat dalam proses negosiasi tersebut.

Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat judul penelitian; “Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru ?

2. Faktor apa yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian iniyaitu:

1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru.

(17)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalahsebagai berikut:

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pemerintahan khususnya yang berfokus pada kajian implementasi kebijakan Kawasan Strategis Emas.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Barru dalam mengimplementasi Peraturan Daerah tentang Kawasan Strategis Emas, agar mampu mencapai kesejahteraan masyarakat dan segala aspek kehidupan.

(18)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Implementasi

Horn dalam Winarno (2012) membatasi implementasi kebijakan sebagai Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usahausaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan kebijakan.

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Nugroho (2012) implementasi adalah melaksanakan keputusan kebijakan dasar, biasanya dimasukkan ke dalam Undang-Undang, tetapi juga dapat berbentuk keputusan eksekutif atau keputusan pengadilan. Idealnya, keputusan yang dapat mengidentifikasi masalah sehingga dapat menetapkan tujuan, cara yang digunakan dan struktur proses pelaksanaan.

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2012) menyatakan bahwa realitasnya, di dalam implementasi itu sendiri terkandung suatu proses yang kompleks dan panjang. Proses implementasi sendiri bermula sejak kebijakan ditetapkan atau memiliki payung hukum yang sah. Setelah itu, tahapan-tahapan implementasi akan dimulai dengan serangkaian kegiatan mengelola pengaturan

(19)

:membentuk organisasi, menetapkan prosedur dan seterusnya dengan tujuan agar tujuan kebijakan yang telah ditetapkan dapat terwujud.

Indahono (2009) menyatakan bahwa : Implementasi kebijakan merupakan tahap yang paling penting dari kebijakan. Karena akan menentukan apakah kebijakan berjalan dan berhasil untuk menghasilkan output dan outcomes seperti apa yang telah direncanakan. Output adalah keluaran kebijakan yang diharapkan dapat muncul sebagai keluaran langsung dari kebijakan. Sedangkan, outcomes adalah dampak dari kebijakan, yang diharapkan dapat timbul setelah keluarnya output kebijakan.

Christopher Hood dalam Parsons (2001) menyebutkan lima syarat untuk implementasi yang sempurna, yaitu :

1. Bahwa implementasi yang ideal adalah produk dari organisasi yang padu seperti militer, dengan garis otoritas yang jelas.

2. Bahwa norma-norma akan ditegakkan dan tujuan ditentukan.

3. Bahwa orang akan melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan 4. Bahwa harus ada komunikasi yang sempurna di dalam dan diantara

organisasi.

5. Bahwa tidak ada tekanan waktu.

Adapun proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak, seperti dikemukakan oleh Adi, Tarwiyah (2008), yaitu:

(20)

9

2. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau peningkatan.

3. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

2. Kebijakan Publik

Kebijakan publik pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai hasil dari sebuah keputusan yang ditetapkan dari berbagai alternatif pilihan yang ada dan berorientasi pada pemecahan masalah didalam masyarakat.

Menurut pendapat Muchlis Hamdi (2013) menyatakan bahwa : kebijakan publik merupakan salah satu output atau hasil dari proses penyelenggaraan pemerintahan, disamping pelayanan publik, barang publik, dan regulasi. Oleh karena itu, substansi dan proses kebijakan publik akan selalu berkaitan dengan berbagai aspek keberadaan pemerintah, terutama dengan bentuk negara, bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan. Bentuk negara memberi pengaruh pada substansi dan proses kebijakan publik.

Kebijakan publik menurut Dye dalam Budi Winarno (2012) mengungkapkan “public policy is whatever government choose to door not to

do”. Yang berarti bahwa kebijakan publik dapat dilihat sebagai apapun yang

(21)

Definisi sederhana juga dikemukakan oleh Nugroho (2012) mengenai kebijakan publik yaitu : Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang dicita-citakan. Menurut Nugroho, kebijakan publik yang ideal adalah kebijakan yang dapat menyesuaikan dengan dinamika dalam masyarakat, dimana masyarakat terus berubah dan berkembang kebutuhannya.

Menurut Irfan Islamy (2001) mengemukakan bahwa kebijakan adalah suatu program kegiatan yang dipilih oleh seorang atau sekelompok orang dan dapat dilaksanakan serta berpengaruh terhadap sejumlah besar orang dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Kebijakan dapat pula diartikan sebagai bentuk ketetapan yang mengatur yang dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan, jika ketetapan tersebut memiliki sasaran kehidupan orang banyak atau masyarakat luas maka kebijakan itu dikategorikan sebagai kebijakan publik.

Dalam hal ini Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2002) menekankan pada variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses implementasi kebijakan yaitu:

1. Ukuran dasar dan tujuan kebijakan 2. Sumber-sumber kebijakan.

3. Komunikasi antar organisasi kegiatan-kegiatan pelaksanaan. 4. Karakteristik badan-badan pelaksana.

(22)

11

6. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik. 3. Implementasi Kebijakan

Menurut Merilee S.Grindle dalam Suharno (2010), keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh dua variable besar yaitu isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi kebijakan (context of

implementation). Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan,

barulah implementasi kebijakan dilakukan. Sehingga keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementabilitydari kebijakan tersebut. Isi kebijakan (content of

policy), mencakup hal-hal sebagai berikut :

a) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan b) Jenis manfaat yang diterima oleh target groups, sebuah kebijakan akan

lebih bermanfaat jika sesuai dengan kebutuhan target groups. c) Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan d) Apakah letak sebuah program sudah tepat

e) Apakah sebuah kebijakan telah menyebut implementornya dengan rinci f) Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai Sementara itu, lingkungan implementasi kebijakan (context of implementation) mencakup aspek:

a) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat b) Karakteristik institusi dan rezim yang berkuasa

(23)

Menurut Edward III dalam Nugroho (2008) Edward III, mengusulkan empat isu pokok yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu:

a) Komunikasi : bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada organisasi dan atau publik

b) Sumber-sumber : berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya sumber daya manusia, berkenaan dengan kecakapan pelaksana kebijakan. Yang termasuk sumber-sumber dimaksud adalah :

1) Staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan untukmelaksanakan kebijakan

2) Informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi 3) Dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi

kebijakan

4) Wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan. c) Dispotition: berkaitan dengan kesediaan implementor dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya.

d) Struktur birokrasi: suatu kebijakan seringkali melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan implementasi.

(24)

13

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2011) ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni karakteristik dari masalah (tractability of theproblems), karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute tostructure implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutoryvariablesaffecting implementation).

G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli dalam Subarsono (2005) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor- faktor tersebut diantaranya:

a. Kondisi lingkungan Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan penerima program.

b. Hubungan antar organisasi Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

c. Sumber daya organisasi untuk implementasi program Implementasi kebijakan perlu didukung sumber daya baik sumber daya manusia (human

resources) maupun sumber daya non-manusia (non human resources).

d. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana yang dimaksud karakteristik dan kemampuan agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

(25)

Pandangan David L. Weimwer dan Aidan R. Vining dalam Subarsono (2005) yang mengemukakan ada tiga kelompok variabel besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yakni:

a) Logika kebijakan,

b) Lingkungan tempat kebijakan dioperasionalkan, dan c) Kemampuan implementator kebijakan.

Tiga kelompok di atas masing-masing logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dan kemampuan implementor kebijakan harus senantiasa menjadi fokus perhatian dari pengambil kebijakan.

4. Kawasan Strategis a. Pengertian Kawasan

Berdasarkan Kamus Tata Ruang dalam Adisasmita (2010) menyatakan bahwa: Kawasan merupakan wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya; ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta memiliki ciri tertentu (spesifik/khusus). Kawasan merupakan daerah yang secara geografis dapat sangat luas atau terbatas, misalnya kawasan hutan yang luas dan kawasan perumahan yang terbatas.

Adisasmita (2010) menyatakan bahwa kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta memiliki ciri tertentu/ spesifik/ khusus. sebagai kesatuan geografis, dalam suatu kawasan terdapat beberapa pusat (ada yang besar dan kecil), pusat-pusat tersebut

(26)

15

mempunyai wilayah pengaruh, antara pusat yang satu dengan pusat yang lain serta antara suatu pusat dengan wilayah pengaruhnya dihubungkan oleh jaringan transportasi (prasarana jalan).

Walter Christaller dalam Adisasmita (2010) mengisyaratkan bahwa: Dalam istilah pertumbuhan kawasan, selain terdapat pusat, harus memiliki wilayah pengaruh (wilayah pelayanan atau wilayah pemasaran). Untuk menghubungkan pusat dan wilayah pengaruh dibutuhkan tersedianya jaringan transportasi. Jadi, adanya pusat, wilayah pengaruh dan jaringan transportasi itu merupakan tiga unsur fundamental (mendasar) pengembangan kawasan. Konsep ini dikemukakan oleh Walter Christaller dalam teorinya yang dinamakan teori tempat sentral (central placetheory).

b. Pengertian Kawasan Strategis

Menurut Adisasmita(2010) kawasan strategis menekankan pada pengembangan sektor-sektor yang dianggap strategis, yaitu meliputi sektor-sektor yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang menampung lapangan kerja yang luas, yang menghasilkan penerimaan hasil devisa negara yang besar, dan sektor-sektor strategis lainnya, misalnya pengembangan sektor-sektor di daerah-daerah terisolasi, terpencil, dan perbatasan. Sektor yang memiliki kontribusi terhadap PDRB pada saat ini relatif rendah (misalnya sektor pariwisata) tetapi pada masa mendatang berpotensi untuk ditingkatkan, maka sektor tersebut dapat dikategorikan sebagai sektor strategis).

(27)

c. Kawasan Strategis Emas

Dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2009 disebutkan bahwa “Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009-2029. Pada pasal 59 menyebutkan bahwa :kawasan perdagangan skala sedang meliputi : kawasan perdagangan di ibu kota kabupaten dan kawasan potensil seperti rencana Kawasan Ekonomi Khusus Emas di Kabupaten Barru.

Kawasan Strategis Emas yang dimaksud adalah Kelurahan Sepe’e, Kelurahan Mangempang, dan Desa Siawung (Kawasan Strategis Emas) diwilayah Kabupaten Barru dengan memanfaatkan ruang wilayah secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berbudaya, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pertahanan keamanan untuk menciptakan kemudahan dalam melaksanakan pembangunan di daerah dan untuk meningkatkan keseimbangan pemanfaatan ruang, diperlukan adanya arahan mengenai pemanfaatan ruang secara pasti.

5. Ruang Lingkup Kawasan Strategis Emas

Pada pasal 7 ayat 1 dan 2 Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2009 disebutkan mengenai ruang lingkup Kawasan Strategis Emas yaitu :

a. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru mencakup strategi dan pengembangan kawasan sampai dengan batas ruang daratan,

(28)

17

ruang lautan, dan ruang udara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ruang lingkup adalah:

1. Kawasan Pelabuhan Garongkong; 2. Kawasan Pesisir Terpadu;

3. Kawasan Tambak Unggul Terpadu; 4. Kawasan Pertanian Andalan Terpadu;

5. Kawasan Bukit Siawung, Landuke, Dan Abbatunge; 6. Kawasan Lembah Terpadu;

7. Kawasan Bulu Pangi’E

c. Rencana pola pemanfaatan ruang Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru merupakan bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan/atau kegiatan alam.

1. Rencana pola pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: kawasan budidaya perkotaan, meliputi;

a. Perumahan dan permukiman; b. Perdagangan kota atau eceran;

c. Industri tanpa pencemaran (non pulutan);

d. Fasum dan fasos (kesehatan, peribadatan, rekreasi, dan/ atau olahraga, dan lainnya);

e. Terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau barang, pelabuhan laut, dan sarana transportasi lainnya;

(29)

f. Pertanian tanaman pangan, perkebuanan, peternakan, dan perikanan; g. Tempat pemakaman umum dan tempat pembuangan sampah akhir. 2. Kawasan Lindung, meliputi;

a. Kawasan resapan air dan kawasan yang memeberikan perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya;

b. Sempadan pantai, sungai, dan kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau;

c. Taman wisata alam; d. Kawasan cagar budaya;

e. Kawasan rawan gelombang pasang dan rawan banjir.

Dari luas wilayah rencana, secara spasial wilayah ruang rencana dikategorikan dengan peruntukan lahan sebagai berikut:

a. Kawasan Industri dan Central Business District atau pusat bisnis b. Business Park atau kawasan bisnis

c. Cultural Park atau kawasan budaya

d. Flat dan Apartment/ Golf Course atau lapangan golf e. Parks and Central Park atau Ruang terbuka hijau publik. B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru” oleh M. Akbar pada tahun 2015. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru belum terlaksana dengan baik. Hal tersebut dikarenakan

(30)

19

Kebijakan Kawasan Strategis Emas belum mencapai tujuan umum, penyusunan dasar hukum yang berjalan lambat dan sebagian besar dari program perencanaan kawasan yang tercantum dalam kebijakan kawasan strategis emas tidak direalisasikan.

Penelitian dari M. Akbar menjadi relevan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena tujuan dari penelitian ini sama. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas dan apa saja kendala/ hambatan yang ditemui. Namun dalam penelitian ini menggunakan tempat, waktu, dan sudut pandang yang berbeda dari penelitian yang dilakukan M. Akbar.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini menganalisis implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Barru No. 5 tahun 2009 tentang rencana tata ruang kawasan strategis Kelurahan Sepe’e, Kelurahan Mangempang, Desa Madello dan Desa Siawung (Kawasan Strategis Emas) Kabupaten Barru.

Kawasan Strategis emas merupakan perwujudan dari penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dimana dalam Peraturan Daerah Kabupaten Barru No. 5 Tahun 2009 disebutkan bahwa Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan atau lingkungan. Akan tetapi terdapat berbagai kendala atau faktor yang dihadapi oleh pemerintah, baik yang sifatnya internal maupun eksternal dalam pengimplementasian kegiatan ini.

(31)

Adapun upaya pemerintah dalam mengatasi faktor penghambat seperti melakukan percepatan pembangunan di kawasan strategis emas dan meningkatkan pemahaman BAPPEDA sebagai instansi pelaksana tentang maksud dan tujuan hadirnya kawasan strategis emas.

Berikut adalah skema kerangka pemikiran penelitian tentang Implementasi Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru :

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

D. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini yaitu Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru, serta faktor pendukung dan penghambat Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru.

Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru

Indikator

1. Ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumber kebijakan.

3. Komunikasi antar organisasi 4. Karakteristik pelaksana. 5. Kecenderungan pelaksana. 6. Kondisi ekonomi, sosial dan

politik.

(Meter dan Horn dalam Winarno, 2002) Faktor Pendukung 1. Sumber Daya Manusia 2. Komitmen Pemerintah Faktor Penghambat 1. Penyusunan Dasar Hukum 2. Pembebasan Lahan

(32)

21

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Keberhasilan suatu implementasi yang disebut dengan model proses implementasi kebijakan dipengaruhi beberapa hal. Dengan indikator sebagai berikut :

1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yaitu keikutsertaan BAPPEDA dalam menilai sejauh mana realisasi kebijakan yang akan dicapai pada Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru.

2. Sumber-sumber kebijakan atau sumber daya yaitu dana yang diperlukan untuk mendukung kelancaran implementasi kebijakan secara efektif oleh BAPPEDA agar mampu menunjang pelaksaan kebijakan implementasi pada Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru.

3. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan yaitu sebagai penanggung jawab, BAPPEDA memberikan kejelasan, ketepatan, dan konsistensi guna mengkomunikasikan ukuran ukuran dan tujuan kebijakan agar memudahkan pelaksanaan dalam pencapaian implementasi kebijakan pada Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru.

4. Karakteristik organisasi pelaksana menjelaskan gambaran struktur organisasi dan bagaimana struktur organisasi bekerja untuk implementasi Kawasan Strategis Emas.

5. Kecenderungan para pelaksana yaitu tindakan yang dilakukan oleh BAPPEDA guna keberhasilan implementasi yang menyangkut persepsi persepsi pelaksana dalam mendukung atau menentang kebijakan pelaksana pada Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru.

(33)

6. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, yaitu tersedianya sumber daya ekonomi yang dapat mendukung kelancaran implementasi kebijakan dan menyangkut lingkungan sosial dan politik dukungan elit yang memengaruhi organisasi pada Kawasan Strategis Emas Kabupaten Barru.

7. Faktor yang mempengaruhiImplementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas

Faktor Pendukung merupakan hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan sehingga tercapainya tujuan kawasan strategis emas. Faktor Penghambat merupakan hal-hal yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan kawasan strategis emas sehingga menjadi terganggu dan tidak terlaksana secara maksimal.

(34)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penetitian ini selama 2 (dua) bulan terhitung dari Novembers.dJanuari 2020, dan lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Barru, yakni Kantor Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah serta wilayah yang merupakan kawasan emas yakin Kelurahan Sepe’e, Kelurahan Mangempang dan Desa Siawung,dengan alasan karena ingin mengetahui hal yang menyebabkan sehingga implementasi kebijakan kawasan strategis emas pengelolaannya belum maksimal.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur pada penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dengan perilaku yang dapat diambil yang didukung oleh data-data tertulis maupun data-data hasil wawancara.

2. Tipe penelitian.Menggunakan tipe penelitian deskriftif yang dimana melalui metode penelitian kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti terkait implementasi kebijakan.

C. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

(35)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asalnya atau dilapangan yang merupakan data empirik. Data empirik yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Salah satunya kepala bagian atau instansi terkait dalam Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil telaah bacaan ataupun kajian pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, internet, dokumen dan arsip, dan laporan yang bersumber dari lembaga terkait yang relevan dengan kebutuhan data dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yang dilakukan secara sistematis dan sengaja. Peneliti mengunjungi dan melihat secara langsung objek penelitian, yakni : wilayah penelitian yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Kawasan Strategis Emas di Kabupaten Barru. 2. Wawancara

(36)

25

Peneliti melakukan wawancara langsung terhadap informan yang bersangkutan dengan masalah penelitian ini.Wancara antara peneliti dan informan face to face kemudian mengajuhkan beberapa pertanyaan yang menjadi inti masalah penelitian kepada informan, selanjutnya para informan ini memberikan jawaban menurut mereka masing-masing. Metode ini dikenal dengan teknik wawancara indeep interview yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tampa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

3. Dokumentasi

Pada teknik ini dilakukan telah pustaka, dimana peneliti mengumpulkan data dari penelitian sebelumnya berupa buku, skripsi dan tesis. Metode dokumentasi ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non-manusia. Dokumentasi yang berkaitan dengan fokus penelitian merupakan salah satu sumber data yang paling penting dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen tertulis, gambar/foto, data statistik, laporan penelitian sebelumnya maupun tulisan-tulisan ilmiah.

E. Informan Penelitian

Penentuan informan atau menentukan informan yaitu dilakukan dengan menggunakan teknik porposive sampling. Porposive sampling adalah salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai

(37)

dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian pada kawasan strategis emasdi Kabupaten Barru. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu :

Tabel 3.1. Informan Penelitian

No Nama Jabatan Inisial Jumlah

1 Dr. Ir. Abustan, M. Si

Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kab. Barru

AT 1

2 SyamsubairdSyari fuddin, S.Si

Kabid Infrastruktur dan

Pengembangan Wilayah SS

1

3 Baso Arta, ST

Kabid Ekonomi dan Sumber

Daya Alam BA 1

4 Mirwan, SH.

Kabid Penelitian Pengembangan

Daerah dan Monitoring Evaluasi MW 1

5

Rahmat Kabe,

S.AP., M.A.P. Lurah Kelurahan Sepe’e RK 1

6

Puja Setiawan,

S.IP., MH Lurah Kelurahan Mangempang PS 1

7 Jasmin Baco

Tokoh Masyarakat Kelurahan

Sepe’e JB 1

8 Asmi

Tokoh Masyarakat Kelurahan

Mangempang AM 1

Total Informan 8

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan peneliti adalah teknik analisis data kualitatif dimana data yang di peroleh akan di analisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

(38)

27

tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diwawancarai. Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai implementasi kebijakan kawasan strategis emas di Kabupaten Barru. Data dari hasil wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi sebuah catatan lapangan.

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian kualitatif tidak ada panduan buku untuk melakukan analisis data, namun secara umum dalam analisis data selaku ada komponen-komponen yang wajib harus ada seperti pengambilan data, kategori data, dan kesimpulan.

1) Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan penelitian melalui wawancara, kajian pustaka dan sebagainya. Dalam hal wawancara peneliti menggunakan perekam suara menggunakan perekam suara seperti telepon genggam. Pada saat pengumpulan data, peneliti berhati-hati dalam mencatat data jangan sampai dicampurkan dengan pikiran peneliti. Data-data yang dikumpulkan adalah Data-data-Data-data yang relevan, sehingga implementasi kebijakan kawasan strategis emas di Kabupaten Barru dapat digambarkan secara jelas pada hasil penelitian yang berupa kesimpulan.

(39)

Data yang dikumpulkan kemudian disajikan dalam bab pembahasan dan sebagai pijakan untuk menarik kesimpulan. Dalam penyajian ini, data kemudian digabungkan menjadi sebuah informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu sehingga apa yang terjadi mudah diamati yang akan membantu peneliti dalam menentukan penarikan kesimpulan secara benar. Penyajian data ini berupa analisis peneliti tentang objek yang diteliti. Pada tahap penyajian data penulis mengelompokkan data berdasarkan kelompok informan, sehingga diketahui beberapa informasi dari informan berdasarkan pokok masalah dan sumber (informan).

Sajian data yang dilakukan bertujuan untuk memahami berbagai hal, serta semua data yang ada kemudian dirancang untuk menyampaikan informasi secara lebih sistematis mengenai implementasi kebijakan kawasan strategis emas di Kabupaten Barru.

3) Kesimpulan Akhir

Kesimpulan merupakan ujung terakhir dari proses penelitian ini. Kesimpulan ini berbentuk deskriptif kualitatif, yang merupakan kristalisasi dan konseptualisasi dari temuan di lapangan.

G. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat ketika terjadi keselarasan antara yang di laporkan dengan apa yang perbedaan antara yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Untuk menguji kebenaran informasi pada metodologi ini dapat digunakan uji kredibilitas. Untuk menguji

(40)

29

kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

1. Perpanjangan pengamatan

Hal ini dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil penelitiannya sehingga mengharuskan untuk melakukan peninjauan kembali ke lokasi penelitian sehingga bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat lagi dari apa yang sudah didapatkan sebelumnya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati hal yang ingin di teliti dengan cara lebih memfokuskan diri pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistematis dan lebih jelih lagi untuk melihat apakah data yang di kumpulkan itu benar atau salah. 3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai kondisi berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai cara. Hal ini dilakukan dengan tiga triangulasi, yakni :

a. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.

(41)

b. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, serta dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

c. Triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik melihat kondisi sikologis informan yang dinilai berdasarkan waktu wawancara antara pagi, siang ataupun sore hari.

4. Analisis Kasus Negatif

Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila pada waktu itu tidak di temukan lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang diperoleh dianggap benar dan di jadikan sebagai referensi.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar ataupun suara rekaman antara peneliti dan informan penelitian sehingga ada yang bukti yang jelas atau kongkret bahwa peneliti betul-betul terjun langsung kelapangan atau lokasi penelitian untuk melakukan penelitian dan data yang dikumpulkan adalah data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi peneliti atau opini.

6. Mengadakan membercheck

Hal ini dilakukan berupa pengevaluasian data kembali oleh peneliti atas data yang diperoleh dari informan apakah jawaban yang diberikan

(42)

31

informan sesuai dengan pertanyaan peneliti atau tidak sehingga data yang terkumpul lebih kredibel lagi sehingga data yang di peroleh adalah data akurat (Sugiyono, 2013).

(43)

32 A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Barru

Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu : Kerajaan Berru (Barru), Kerajaan Tanete, Kerajaan SoppengRiaja dan Kerajaan Mallusetasi. Pada masa pemerintahan Belanda dibentuk Pemerintahan Sipil Belanda di mana wilayah Kerajaan Barru, Tanete dan SoppengRiaja dimasukkan dalam wilayah OnderAfdelling Barru yang bernaung dibawah Afdelling Pare-pare. Sebagai kepala Pemerintahan OnderAfdelling diangkat seorang control Belanda yang berkedudukan di Barru, sedangkan ketiga bekas kerajaan tersebut diberi status sebagai Self Bestuur (Pemerintahan Kerajaan Sendiri) yang mempunyai hak otonom untuk menyelenggarakan pemerintahan sehari-hari baik terhadap eksekutif maupun dibidang yudikatif. Dari sejarahnya, sebelum menjadi daerah-daerah Swapraja pada permulaan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, keempat wilayah Swapraja ini merupakan 4 bekas Self bestuur di dalam Afdelling Parepare, yaitu:

1. Bekas Self bestuur Mallusetasi yang daerahnya sekarang menjadi kecamatan Mallusetasi dengan Ibu Kota Palanro, adalah penggabungan bekas-bekas Kerajaan Lili di bawah kekuasan Kerajaan Ajattapareng yang oleh Belanda diakui sebagai Self bestuur, ialah Kerajaan Lili Bojo dan Lili Nepo.

(44)

33

2. Bekas Self bestuur SoppengRiaja yang merupakan penggabungan 4 Kerajaan Lili di bawah bekas Kerajaan Soppeng (Sekarang Kabupaten Soppeng) Sebagai Satu Self bestuur, ialah bekas Kerajaan Lili Siddo, Lili Kiru-Kiru, Lili Ajakkang dan Lili Balusu.

3. Bekas Self bestuur Barru yang sekarang menjadi Kecamatan Barru dengan lbuKotanyaSumpangBinangae yang sejak semula memang merupakan suatu bekas kerajaan kecil yang berdiri sendiri.

4. Bekas Self bestuur Tanete dengan pusat pemerintahannya di Pancana, daerahnya sekarang menjadi 3 Kecamatan, masing-masing Kecamatan TaneteRilau, Kecamatan TaneteRiaja dan Kecamatan Pujananting.

Seiring dengan perjalanan waktu, maka pada tanggal 24 Februari 1960 merupakan tongkak sejarah yang menandai awal kelahiran Kabupaten Daerah TK.IIBarru dengan Ibukota Barru berdasarkan Undang-Undang Nomor 229 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan dan 55 Desa/Kelurahan.

Kabupaten Barru yang dikenal dengan motto HIBRIDA (Hijau, Bersih, Asri dan Indah) adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan, berjarak sekitar 100 km arah utara Kota Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan), secara geografis terletak pada koordinat 4°05'49" LS - 4°47'35" LS dan 119°35'00" BT - 119°49'16" BT.

(45)

Batas wilayah Kabupaten Barru sebagai berikut :

a. Sebelah Utara dengan Kota Pare-Pare dan Kabupaten Sidrap b. Sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan d. Sebelah Barat dengan selat Makassar.

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Barru

Luas Wilayah Kabupaten Barru seluas 1.174,72 km2, terbagi dalam 7 kecamatan yaitu : Kecamatan TaneteRiaja seluas 174,29 km2, Kecamatan TaneteRilau seluas 79,17 km2, Kecamatan Barru seluas 199,32 km2, Kecamatan SoppengRiaja seluas 78,90 km2, Kecamatan Mallusetasi seluas 216,58 km2, Kecamatan Pujananting seluas 314,26 km2, dan Kecamatan Balusu seluas 112,20 km2.

Wilayah7 Kecamatan yang terbentuk didalamnya terdapat wilayah-wilayah yang lebih kecil, yaitu 15 wilayah-wilayah yangberstatus Kelurahan dan 40 wilayah yang berstatus Desa. Jadi secara keseluruhan, wilayah Kabupaten Barru

(46)

35

terbagi menjadi 55 desa/kelurahan, masing-masing wilayah Kecamatan tersebut mempunyai potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda meskipun perbedaan itu relatif kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya. Tabel 4.1. Pembagian wilayah dan luas setiap Kecamatan

Kecamatan Luas (km2) Persentase

TaneteRiaja 174,29 14,84 TaneteRilau 79,17 6,74 Barru 199,32 16,97 SoppengRiaja 78,90 6,72 Mallusetasi 216,58 18,44 Pujananting 314,26 26,75 Balusu 112,20 9,55 Jumlah 1 174,72 100,00

Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka 2018

Data pada table 4.1. menunjukkan bahwa Kecamatan Pujananting yang memiliki luas daerah terluas yaitu : 314,26 km2 persentase 26,75 sedangkan luas daerah terkecil dengan luas daerahnya adalah Soppeng Riaja yaitu 78,9 km2 persentase 6,72. Sehingga luas daerah seluruh kecamatan di Kabupaten Barru

(47)

yaitu 1174,72 km2dengan persentase 100,00 salah satu dari tujuh kecamatan tersebut yang ada di Kabupaten Barru yang masuk kawasan strategis emas adalah Kecamatan Barru dimana luas daerahnya yaitu 199,32 km2 persentase 16,97. Tabel 4.2. Jumlah Desa dan Kelurahan

No Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

1 TaneteRiaja 6 1 7 2 Pujananting 6 1 7 3 TaneteRilau 8 2 10 4 Barru 5 5 10 5 SoppengRiaja 5 2 7 6 Balusu 5 1 6 7 Mallusetasi 5 3 8 Jumlah 40 15 55

Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka 2018

Data pada tabel 4.2. diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Barru memiliki 7 kecamatan 40 desa dan 15 Kelurahan. Kecamatan Tanete Riaja memiliki 6 desa dan 1 kelurahan, Kecamatan Pujananting memiliki 6 desa dan 1 kelurahan, Kecamatan Tanete Rilau memiliki 8 desa dan 2 kelurahan, Kecamatan Barru memiliki 5 desa dan 5 kelurahan, Kecamatan Soppeng Riaja memiliki 5 desa dan 2 kelurahan, dan Kecamatan Balusu memiliki 5 desa dan 1 kelurahan, Kecamatan Mallusetasi memiliki 5 desa dan 3 kelurahan.

(48)

37

Tabel 4.3. Luas Desa / Kelurahan di Kecamatan Barru

Desa / Kelurahan Luas (km2) Persentase

SumpangBinangae 1,80 0,15 Coppo 26,83 2,28 Tuwung 12,35 1,05 Anabanua 20,00 1,70 Palakka 36,33 3,09 Galung 28,52 2,43 Tompo 34,86 2,97 Sepe’e 16,47 1,40 Mangempang 13,80 1,17 Siawung 8,36 0,71 Jumlah 199,32 16,97

Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka 2018

Data pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa luas desa/kelurahan di Kecamatan Barru menunjukkan desa Palakka yang memiliki luas daerah terluas yaitu 36,33 km2 dengan persentase 3,09, sedangkan desa SumpangBinangae memiliki luas wilayah terkecil dengan luas wilayah yaitu 1,8 km2 dengan persentase 0,15. Sedangkan luas desa/kelurahan yang masuk dalam Kawasan Strategis Emas adalah Kelurahan Sepe’e dengan luas wilayah 16,47 km2 dengan persentase 1,40, Kelurahan Mangempang dengan luas wilayah 13,8 km2 dengan

(49)

persentase 1,17, dan Desa Siawung dengan luas wilayah 8,36 km2 dengan persentase 0,71.

Penduduk Kabupaten Barruberdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017 sebanyak 172.767 jiwa yang terdiri atas 83.082 jiwa penduduk laki-laki dan 89.685 jiwa penduduk perempuan, secara lengkap disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.4. Jumlah Penduduk berdasarakan Jenis Kelamin setiap Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah L P 1 TaneteRiaja 10 790 11 949 22 739 2 Pujananting 6 447 6 653 13 100 3 TaneteRilau 16 335 17 438 33 773 4 Barru 19 857 21 221 41 078 5 SoppengRiaja 8 634 9 265 17 899 6 Balusu 8 822 9 807 18 629 7 Mallusetasi 12 197 13 352 25 549 Jumlah 83 082 89 685 172 767

Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka 2018

Struktur penduduk Kabupaten Barru menurut usia antara 0-75+ Laki-laki 83.082 orang dan Perempuan 89.685 orang, Total 172.767 Secara lengkap disajikan dalam tabel berikut :

(50)

39

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah L P 1 0-4 7 973 7 580 15 553 2 5-9 8 216 7 547 15 763 3 10-14 8 367 8 029 16 396 4 15-19 7 744 7 248 14 992 5 20-24 5 871 6 124 11 995 6 25-29 5 633 6 218 11 851 7 30-34 5 314 5 898 11 212 8 35-39 5 455 6 514 11 969 9 40-44 5 619 6 474 12 093 10 45-49 5 731 6 514 12 245 11 50-54 4 659 5 543 10 202 12 55-59 3 782 4 504 8 286 13 60-64 2 981 3 667 6 648 14 65-69 2 287 2 989 5 276 15 70-74 1 752 2 277 4 029 16 75+ 1 698 2 559 4 257 Jumlah 83 082 89 685 172 767

(51)

Sumber : Kabupaten Barru Dalam Angka 2018

Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Barru sebagai berikut :

Visi Pemerintah Kabupaten Barru adalah “Terwujudnya Kabupaten Barru Lebih Maju, Sejahtera, Taat Azas dan Bermartabat Yang Bernafaskan Keagamaan”.

Misi Pemerintah Kabupaten Barru yang akan dicapai sebagai berikut : 1. Meningkatkan Kualitas Manusia.

2. Tercapainya Kesejahteraan Ekonomi dan Sosial Masyarakat.

3. Terpeliharanya dan Semakin Meningkatnya Kebersamaan Antar Berbagai Unsur Dalam Tatanan Daerah.

4. Terjaminnya Kelestarian Lingkungan dan Keberlanjutan Sumber Daya Alam.

5. Meningkatnya Daya Saing Daerah.

6. Semakin Fungsionalnya Nilai dan Ajaran Agama Dalam Etos dan Budaya Kerja Dalam Tatanan Pemerintah dan Sosial Kemasyarakat.

7. Terwujudnya Pelayanan Umum yang Efektif dan Efisien dan Memuaskan Masyarakat.

2. Gambaran Umum Kawasan Strategis Emas

Kawasan Strategis Emas atau yang disebut dengan Kawasan Emas Garongkong terdiri dari Kelurahan Sepe’e, Kelurahan Mangempang dan Desa Siawung dengan luas wilayah masing–masing 16,47 km2, 13,8 km2 dan 8,36 km2.

(52)

41

Potensi daerah dan prospek kedepan seperti beberapa pelabuhan, pembangunan kereta api dan sumber daya alam yang dapat mendukungpembangunan industri menjadikan Kawasan Strategis Emas sebagai unsur penting dalam pengusulan Kabupaten Barru sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.

Kawasan Strategis Emas yang dibentuk untuk menciptakan kemudahan dalam melaksanakan pembangunan didaerah dan untuk meningkatkan keseimbangan pemanfaatan ruang, diperlukan adanya arahan mengenai pemanfaatan ruang secara pasti yang juga termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2009 tentang rencana tata ruang kawasan strategis Kelurahan Sepe’e, Kelurahan Mangempang, Desa Madello dan Desa Siawung (Kawasan Strategis Emas) di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan, yang pada peraturanzonasinya memuat beberapa peruntukan lahan yang merupakanperencanaan pembangunan Kawasan Strategis Emas yakni :

a) Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Kawasan industri dalam ruang rencana adalah juga kawasan industri yang berkaitan dengan kepentingan–kepentingan potensial yang tersebar di ruang-ruang bagian selatan dan timur Barru dan sekitarnya. b) Central Business District atau pusat bisnis adalah suatu area yang

dilengkapi oleh beragam fasilitas mulai dari permukiman, kawasan komersial hingga fasilitas lain seperti rumah sakit dan tempat ibadah. Kawasan ini

(53)

menjadi satu bagian utama yang mewarnai kapasitas kawasan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.

c) Business Park atau kawasan bisnis adalah suatu ruang dimana terdapat bangunan-bangunan yang difungsikan sebagai fasilitas pendukung kegiatan bisnis. Menjadi sebaran ruang-ruang potensial yang nantinya menjadikan kawasan rencana lebih organis secara bisnis dan lebih complete dalam pelayanannya(one stop services).

d) Cultural Park atau kawasan budaya adalah suatu ruang dimana terdapat bangunan dan lingkungan yang tertata baik yang diperuntukkan untuk aktivitas dan apresiasi budaya secara lebih interaktif dan performa. Dialokasikan dan direncanakan dalam ruang rencana sebagai bagian dalam pengelolaan kawasan yang wawasan lingkungan.

e) Flat dan Apartment merupakan fasilitas pemukiman yang dibangun secara vertikal dipersiapkan dalam kepentingan mengantisipasi kebutuhan yang semakin besar dari dasar pengembangan kawasan yang terus berkembang. Flat dan Apartement adalah juga dimaksudkan sebagai ruang fungsional bermukim yang diperuntukkan bagi pelaku dan pekerja diruang rencana kawasan Pelabuhan Garongkong dan sekitarnya.

f) Golf Course atau lapangan golf adalah ruang yang digunakan sebagai tempat lapangan golf. Diakomodasi dalam ruang rencana sebagai jawaban kawasan menangkap peran prospektus masa depan kawasan yang akan berorientasi global.

(54)

43

g) Religious Park atau kawasan peribadatan atau dapat juga dikatakan kawasan tempat beribadah adalah bangunan yang digunakan untuk melakukan aktivitas peribadatan. Dipersiapkan dalam ruang rencana sebagai bagian dari satu infrastruktur penting yang memfasilitasi kepentingan peribadatan kawasan.

h) Parks and Central Park atau Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah, yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Bagian yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Adapun yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Apresiasi atas usaha ini adalah juga bagian dari persiapan kawasan mengakomodasi 30% ruang terbuka hijau untuk wilayah perkotaan.

Kawasan Strategis Emas secara mendetail dijabarkan dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Emas Garongkong yang juga sebagai perwujudan terhadap Pasal 59 Peraturan Pemeritah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang maka Kawasan Strategis Emas Garongkong sebagai Kawasan Strategis Kabupaten memerlukan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan dan Pasal 39 dan Pasal 42 Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barru Tahun 2011-2031 khususnya mengenai Kawasan Terpadu

(55)

pelabuhan, industri, perdagangan, pergudangan, dan peti kemas dan simpul transportasi darat, laut, dan kereta api di Kawasan Potensial Pengembangan Ekonomi Emas Garongkong yang juga menjadi Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Barru.

Tujuan penataan ruang BWP Kawasan Emas GarongkongBarru adalah sebagai pusat Kawasan Strategis Provinsi (KSP) pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Gambar 4.2. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Emas

Sumber :Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Strategis Emas 2019

BWP Kawasan Strategis Emas Garongkong Barru dibagi menjadi 3 (tiga) Sub BWP yang terdiri atas :

a) Sub BWP I terdiri atas Kelurahan Mangempang, Desa Siawung, dan Kelurahan Sepe’e dengan luas lahan kurang lebih 823,50 Ha yang potensi peruntukkan lahan sebagai industri, kawasan lindung, sarana pusat perbelanjaan, dan perkantoran.

b) Sub BWP II terdiri atas Kelurahan Mangempang dan Desa Siawung dengan luas lahan kurang lebih 1.802,11 Ha yang potensi

(56)

45

peruntukkanlahan sebagai sarana pelayanan umum, industri, pusat perbelanjaan dan perumahan.

c) Sub BWP III yaitu Desa Siawung dengan luas lahan kurang lebih 471,81 Ha yang potensi peruntukkan lahan sebagai kawasan lindung, sarana pelayanan umum, dan perkantoran.

Kawasan Strategis Emas tersebut dibagi kembali ke dalam beberapa zona yang terdiri dari Zona A (Mangempang), Zona B (Mangempang dan Sepe’e), Zona C (Sepe’e) , Zona D (S.Binangae), Zona E (Coppo), dan Zona F (Coppo bagian barat) dengan rencana pola ruang RDTR sebagai berikut :

1) Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan terdapat di blok A, blok B, Blok C, Blok D, Blok E, Blok F, Blok G, Blok H, Blok I dan Blok J dengan luas kurang lebih 565,79 Ha.

2) Perumahan terdapat di blok A, blok G, blok H, blok I, dan blok J dengan luas kurang lebih 269,32 Ha. Perumahan dengan kepadatan sangat tinggi terdapat di blok H dengan luas kurang lebih 33,31 Ha,Perumahan dengan kepadatan tinggi terdapat di blok A, blok H, blok I, dan blok J dengan luas kurang lebih 134,21 Ha,Perumahan dengan kepadatan sedang terdapat di blok G, blok H dengan luas kurang lebih 72,41 Ha,Perumahan dengan kepadatan rendah terdapat di blok I dengan luas kurang lebih 29,39 Ha. 3) Pusat perbelanjaan terdapat di blok E, blok F, dan blok G dengan luas

kurang lebih 81,99 Ha.

4) Perkantoran terdapat di blok F, blok H, dan blok J, dengan luas kurang lebih 21,14 Ha. Perkantoran pemerintah terdapat di blok H dan blok J

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.1. Informan Penelitian
Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Barru
Tabel 4.1. Pembagian wilayah dan luas setiap Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Di Kawasan Objek

mengerjakan dan menyelesaikan skripsi dengan judul “ Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di rumah sakit Tk.III Dr.R.Soeharsono Tempat