• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN KATALOG PRODUK KERAJINAN TENUN SONGKET DESA JINENGDALEM BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN KATALOG PRODUK KERAJINAN TENUN SONGKET DESA JINENGDALEM BULELENG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Luh Joni Erawati Dewi1, Ni Ketut Kertiasih2, I Ketut Purnamawan3

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Kain songket di Bali merupakan kain yang istimewa. Kain ini hanya dikenakan pada saat-saat tertentu yang sangat istimewa seperti upacara pernikahan, atau momen wisuda. Kerajinan tenun songket di Bali terdapat di Buleleng, Klungkung, Karangasem dan Negara.

Kain songket dibuat dengan menambahkan benang pakan (benang horisontal) yang dilakukan pada saat

menenun dengan cara menyungkit bagian benang tertentu. Sungkitan ini yang nantinya membentuk motif atau ragam hias kain songket (Kartiwa, 1989). Susanto (2011) menuliskan songket merupakan salah satu hasil seni tekstil dengan teknik tenun pakan tambah. Bahan tambahan yang biasa digunakan adalah benang emas, perak, dan katun. Iskandar (2014), Wronska-friend (2015), menuliskan bahwa kain songket termasuk dalam kelompok wastra kebesaran

PEMBUATAN KATALOG PRODUK KERAJINAN TENUN SONGKET

DESA JINENGDALEM BULELENG

1,2,3Jurusan Manajemen Informatika FTK UNDIKSHA Email: joni.erawati@undiksha.ac.id

The activity aimed to create a documentation of various motives songket (catalog) produced in the village Jinengdalem. This document will be printed so that the group of craftsmen has documentation that can be used for the promotion of the product. This activity is done by assisting in uncovering motifs songket cloth product Jinengdalem village. Data obtained through interview, observation, literature study, and documents related photos of songket cloth. The contents of this catalog book are introductions, tools and materials for making songket cloth, songket fabric making process, and motifs applied in Songket cloth of Jinengdalem Village. Motifs applied to Jinengdalem songket can be classified into groups of flora, fauna, decorative, geometry, and puppets. Motive variations can be done by combining some motifs in a sheet of cloth. In this activity has been obtained twenty-five (25) pieces of motif contained in the book catalog songket Jinengdalem products.

Keywords: calalog, songket, woven cloth

Tujuan kegiatan ini adalah membuat dokumentasi (katalog) beragam motif songket yang diproduksi di desa Jinengdalem. Dokumen ini akan dicetak sehingga kelompok pengrajin mempunyai dokumentasi yang nantinya bisa digunakan untuk kebutuhan promosi produk. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pendampingan dalam mengungkap motif-motif kain songket produk desa Jinengdalem. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi pustaka, dan dokumen foto-foto terkait kain songket. Adapun isi dari buku katalog ini adalah pendahuluan, alat dan bahan untuk membuat kain songket, proses pembuatan kain songket, dan motif-motif yang diterapkan dalam kain songket desa Jinengdalem. Motif yang diaplikasikan pada kain songket Jinengdalem bisa diklasifikasikan dalam kelompok flora, fauna, dekoratif, geometri, dan wayang. Variasi motif bisa dilakukan dengan menggabungkan beberapa motif dalam selembar kain. Pada kegiatan ini telah didapatkan dua puluh lima (25) buah motif yang dimuat dalam buku katalog kain songket produk Jinengdalem.

(2)

di Bali bersama dengan kain prada, dan endek. Wastra-wastra ini mengesankan kemegahan dan kemewahan karena ragam hias dan bahan yang digunakan.

Desa Jinengdalem kecamatan Buleleng dikenal sebagai sentra produksi kain tenun songket. Songket yang diproduksi di desa Jinengdalem mempunyai beragam motif yang sangat variatif. Motif songket yang diproduksi merupakan motif asli desa setempat, dan motif-motif yang dibuat berdasarkan pesanan konsumen.

Kain songket di desa Jinengdalem dibuat dengan menggunakan alat tradisional yang disebut cagcag. Beberapa penenun menerima peninggalan alat tenun dari nenek moyangnya.

Songket di desa Jinengdalem di tenun oleh kaum ibu sebagai pekerjaan sampingan. Menenun biasanya dilakukan saat tidak ada pekerjaan lain lagi yang bisa dilakukan. Kebanyakan pekerjaan utama kaum ibu di Jinengdalem adalah bertani atau berternak, atau bekerja sebagai buruh tani. Mereka tidak bisa mengandalkan pekerjaan menenun untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Selain itu, para ibu memilih menenun di rumah agar bisa sekalian mengasuh anaknya. Hasil yang diperoleh dari menenun dirasa sangat kurang, dibanding dengan usaha yang sudah dilakukan. Kain tenun songket yang sudah jadi, dirasa sulit sekali memasarkannya dengan harga yang menguntungkan.

Jumlah penenun di desa Jinengdalem sekitar 30 orang (Dokumen Desa, 2013). Kebanyakan penenun usianya di atas empat puluhan. Anak-anak muda tidak mau mengambil pekerjaan menenun karena pekerjaan menenun dirasa membosankan. Biasanya menenun dikerjakan di rumah masing-masing sehingga dirasa kurang

interaksi dengan teman-temannya. Di samping dari segi ekonomi memang hasilnya belum menjanjikan. Kalau keadaan ini berlangsung terus, tenun songket Jinengdalem akan kehilangan penerus dan bisa jadi akan punah.

Keberadaan tenun songket jinengdalem sebagai salah satu hasil seni budaya Bali patut dilestarikan. Tenun songket Jinengdalem adalah warisan leluhur yang sangat berpotensi nilai ekonomi. Seperti yang dinyatakan oleh Lo (2016) bahwa konservasi warisan budaya selain membutuhkan biaya besar, juga merupakan aset penting dalam pertumbuhan industri budaya berkelanjutan. Selain pasar domestik, kain songket ini juga sangat diminati oleh wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Diperlukan usaha dan kerjasama dari berbagai pihak untuk mendukung keberlanjutan tenun songket Jinengdalem. Dengan adanya industri kerajinan, kebutuhan wisatawan akan

souvenir bisa terpenuhi, pasar lokal juga berkembang dan sekaligus mempromosikan kerajinan tradisional pada level internasional (Friel, 2010).

Berdasarkan wawancara dengan ibu Seriponi (ketua kelompok tenun Poni’s) dan Ibu Nengah Sariasih, terungkap bahwa permasalahan yang ditemui selama ini adalah pemasaran. Beliau mengungkapkan pemasaran kain songket dilakukan secara manual maupun lewat media internet. Namun, promosi lewat media internet tidak bisa dilakukan secara optimal, karena sudah banyak kain songket dari daerah Bali lainnya yang dipasarkan di toko-toko online dengan harga yang jauh lebih murah. Jika beliau mengikuti pameran-pameran di Jakarta, ibu Seriponi akan membawa dan memajang beberapa kainnya di stand pamerannya.

(3)

Beliau tidak bisa membawa lebih banyak kain, karena terbentur biaya stand dan perjalanannya. Beliau ingin memamerkan juga hasil tenun songket yang diproduksinya, namun tidak bisa dibawa ke Jakarta. Terkait ini, tim pengusul ingin membantu mencari solusi permasalahan yang ditemui ibu Seriponi dan disepakati untuk membuat sebuah dokumentasi motif-motif kain songket yang diproduksi di desa Jinengdalem.

Berdasarkan paparan di atas, bisa diidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh pengepul songket desa Jinengdalem yaitu bagaimana memasarkan songket Jinengdalem sehingga lebih banyak orang yang mengetahui keberadaan dan keunikan motif songket Jinengdalem. Sehingga, muncul keinginan untuk membuat buku katalog tentang motif-motif songket yang diproduksi di desa Jinengdalem. Motif-motif ini diperoleh dari penenun songket selama kegiatan pengabdian ini berlangsung. Buku katalog ini akan dicetak dan diberikan kepada pengepul dan penenun songket di desa Jinengdalem.

METODE

Kegiatan ini dilakukan di desa Jinengdalem, kecamatan Buleleng, Bali. Kegiatan dilaksanakan dari bulan Maret sampai Oktober 2016.

Berdasarkan wawancara dengan penenun maupun pengepul kain songket di desa Jinengdalem, sudah dipasarkan di pasar lokal Singaraja, di Denpasar, maupun di Jakarta dalam ajang pameran-pameran. Selain itu, ada juga calon pembeli yang biasanya datang langsung ke pengrajin maupun pengepul songket. Mereka bisa

memesan kain songket sesuai keinginannya dengan cara memperlihatkan/membawa foto kain songket yang diinginkannya. Tentu saja, harga pesanan kain songket pesanan ini relatif lebih mahal.

Tujuan kegiatan ini adalah membuat dokumentasi beragam motif songket yang diproduksi di desa Jinengdalem. Dokumen ini akan dicetak sehingga kelompok pengrajin mempunyai dokumentasi yang nantinya bisa digunakan untuk kebutuhan promosi produk. Dokumen ini bisa diperlihatkan kepada calon pembeli yang berkunjung langsung ke desa Jinengdalem sehingga mereka memiliki gambaran motif songket yang bisa dipilih. Dokumen ini juga bisa disebarluaskan untuk membantu pemasaran produk dalam ajang pameran-pameran di tingkat lokal kabupaten maupun tingkat nasional.

Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pendampingan dalam mengungkap motif-motif kain songket produk desa Jinengdalem. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, studi pustaka, dan foto-foto terkait songket. Kemudian, dokumentasi motif tersebut dijilid dan didiskusikan dengan nara sumber. Narasumber adalah orang yang terkait bidang seni dan menekuni tentang kain tenun Bali. Saran/masukan dari narasumber akan diterima sehingga pada akhirnya nanti akan terbentuk sebuah dokumentasi berupa buku katalog motif-motif kain songket dari desa Jinengdalem.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan ini menghasilkan sebuah buku katalog tentang songket yang diproduksi di desa Jinengdalem, Buleleng. Adapun isi dari buku katalog ini adalah

(4)

pendahuluan, alat dan bahan untuk membuat kain songket, proses pembuatan kain songket, dan motif-motif yang diterapkan dalam kain songket desa Jinengdalem.

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kain songket adalah undar, dengkrek, ulakan, panyinan, pandalan, belida, pebungbungan, cagcag, apit dan por. Bahan kain songket adalah benang sutra, benang emas/perak. Proses pembuatan kain songket dimulai dari mubuhin, ngeliing, nganyinin, nusuk, nyasah, nuduk, dan terakhir menenun.

Dalam buku katalog ini dimuat sebanyak 25 motif songket yang dimuat di desa Jinengdalem. Penerapan motif pada kain songket dilakukan secara beraturan, seimbang, harmonis (Sila,2013). Motif tersebut adalah motif cakra kurung, bade, enjekan siap, belah ketupat, dobol, gelap, capung, jompong manas, kambang yuyu, naga, patra, babi, wayang, dan lain-lain. Motif-motif tersebut bisa dikelompokkan menjadi motif flora, fauna, dekoratif, geometri, dan wayang.

Songket dengan motif cakra kurung berwarna dasar hitam. Pada jaman dulu, songket dengan motif ini dikenakan oleh kaum raja. Hal ini dikaitkan dengan kedudukan raja yang bertugas menjaga, melindungi rakyatnya. Dalam kepercayaan Hindu Bali, Dewa Wisnu bertugas untuk menjaga dan memelihara Bumi dan isinya, dan warna yang melambangkan dewa Wisnu adalah warna hitam. Senjata yang dipunyai Dewa Wisnu adalah cakra.

Songket dengan motif lainnya misalnya jaga satru, yang berarti berjaga-jaga dari musuh. Songket dengan motif-motif flora seperti bunga mawar, semanggi gunung, kembang sungenge atau punyan nyuh (pohon kelapa). Songket dengan motif

fauna seperti burung merak, babi, capung. Motif wayang merupakan motif yang istimewa karena songket dengan motif ini, untuk di Indonesia, hanya dibuat di Bali. Wayang yang dibuat bersumber dari cerita Mahabharata maupun Ramayana. Contoh kain songket dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Motif Songket Naga

Gambar 2. Motif Songket Pot Bunga

SIMPULAN

Buku katalog ini sangat bermanfaat untuk membantu promosi kain songket produk desa Jinengdalem. Keterbatasan pengepul untuk membawa kain songket dalam ajang pameran bisa diatasi dengan adanya buku katalog ini. Katalog ini juga bisa diperlihatkan kepada pengunjung pameran atau calon pembeli, sehingga nanti jika berminat dengan suatu motif bias memesan dengan menunjuk langsung motif tersebut di buku katalog.

(5)

Kain tenun songket Jinengdalem Buleleng memiliki ciri khas tersendiri. Yang utama adalah bahan dasar benang yang digunakan selalu menggunakan benang ceet (sutra). Bahan benang sutra ini membuat kain songket yang dihasilkan lebih ringan dan halus kalau diraba. Motif yang diaplikasikan pada kain songket Jinengdalem bisa diklasifikasikan dalam kelompok flora, fauna, dekoratif, geometri, dan wayang. Variasi motif bisa dilakukan dengan menggabungkan beberapa motif dalam selembar kain. Pada kegiatan ini telah didapatkan dua puluh lima (25) motif yang dimuat dalam buku katalog kain songket produk Jinengdalem.

Dampak dan manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.

1. Dengan adanya buku katalog ini, pengepul bisa menyampaikan informasi lebih luas lagi terkait dengan songket Jinengdalem, motif khas Songket Jinengdalem.

2. Di samping mempertahankan motif asli desa Jinengdalem, perlu dibuat variasi motif sehingga tampilan songket tidak terkesan monoton.

3. Perlu dibuat inovasi produk kain songket, misalnya kain songket bisa dibuat menjadi pakaian jadi seperti blouse atau jas.

DAFTAR RUJUKAN

Dokumen Desa. 2013. Sistem Pendataan Profil Umum Desa dan Profil Kelurahan, Jinengdalem.

Friel, M. 2010. “Crafts, a hidden heart of creative industries.” Tafter Journal, http://www.tafterjournal.it/2010/04/0 2/crafts-a-hidden-heart-of-creative-industries/print/

Iskandar, S.S. 2014. Puspawarna Wastra Bali. Museum Tekstil Jakarta. Kartiwa, S. 1989. Kain Songket Indonesia.

Jakarta: Djambatan.

Lo, J. 2016. “Bhutan’s Hand-woven Textile Cultural Heritage: A New Perspective of Conservation through Cultural Industry Development”. The Druk Journal.

http://drukjournal.bt/bhutans-hand- woven-textile-cultural-heritage-a- new-perspective-of-conservation-

through-cultural-industry-development/, diakses pada 10 Oktober 2017.

Sila, I N., dan Budhyani, I D.A.M. 2013. “Kajian Estetika Ragam Hias Tenun Songket Jinengdalem, Buleleng”.

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. Singaraja: Lemlit Undiksha

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa, Yogyakarta: Penerbit DictArt Lab.

Wronska-friend, M. 2015. Balinese Textile for Gods and People. Poland: Central Museum of Textiles in Lodz.

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang digunakan untuk membuat sesuatu atau menciptakan bentuk kerajinan tenun lidi menggunakan alat tenun bukan mesin(ATBM). Pada awalnya alat tenun bukan mesin

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Kerajinan kain tenun songket dalam upaya pelestarian budaya daerah Palembang di desa Muara Penimbung Ulu Kecamatan Indralaya Kabupatn

Tali raffia merupakan bahan yang akan digunakan sebagai pengikat motif dalam proses pembuatan kain tenun ikat pakan. Dalam proses pengikatan motif, tali rafia akan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) alat-alat apa saja yang digunakan dalam proses pembuatan motif tradisional sarung sutra Mandar; 2) bahan-bahan apa

Al-Arif berupa sarung dan proses penenunannya masih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Motif yang diterapkan meliputi 3 motif utama, 10 motif tambahan, tumpal,

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembuatan kerajinan dengan motif bunga dari limbah botol plastik menggunakan bahan dan alat, dimana bahannya yaitu botol plastik

mengenai nama ragam hias motif dan macam-macam ragam hias motif ukiran, bahan dan alat yang dipergunakan dan dalam proses pembuatan motif ragam hias ukiran khususnya

Materi yang terdapat pada isi buku pengayaan adalah latar belakang payung geulis Tasikmalaya, fungsi, alat dan bahan, proses pembuatan, motif hias serta proses dan teknik membuat motif