• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geomorfologi. - Proses ekstraterestrial, proses yang berasal dari angkasa luar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Geomorfologi. - Proses ekstraterestrial, proses yang berasal dari angkasa luar."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Geomorfologi

Pendahuluan

Geomorfologi, geo berarti bumi, morfo berarti bentuk, dan logos berari ilmu. Jadi Geomorfologi adalah ilmu yang menkaji tentang bentuk permukaan bumi beserta proses pembentukannya.

Proses geomorfik, yang merupakan salah satu gajian dari geomorfologi, merupakan semua perubahan kimia atau fisika yang menimbulkan efek bervariasi pada bentuk permukaan bumi. Proses geomorfik dibedakan atas,

- Proses Eksogenik, proses pembentukan morfologi yang disebabkan oleh tenaga dari luar kulit bumi. Proses eksogenik terdiri atas agradasi (proses yang menimbulkan bentuk-bentuk positif atau pengendapan) dan gradasi (proses yang menimbulkan penurunan permukaan bumi). - Proses Endogenik, proses pembentukan morfologi yang disebabkan oleh

tenaga dari dalam kulit bumi. Proses endogenik terdiri atas epirogenetik (pengangkatan atau penurunan kontinen atau subkontinen) dan progenik (proses pembentukan pegunungan).

- Proses ekstraterestrial, proses yang berasal dari angkasa luar. Macam-Macam Morfogenesa dan Morfologi

Morfogenesa Struktural dan Morfologi Struktural

Morfogenesa strukural atau yang sering disebut geomorfologi struktur. Morfogenesa ini dapat kita lihat pada perbukitan atau pegunungan yang tidak menunjukan gejala volkanisme yang tersusun berupa deretan panjang.

(2)

Syarat suatu bentang alam dikatakan sebagai bentang alam struktural adalah sebagai berikut :

- Memiliki dimensi verikal yang memadai, seperti pada sesar.

Dimaksudkan, perpindahan batuan memiliki satuan panjang minimum puluhan meter.

- Ke arah lateral, struktur tersebut memiliki rentangan ratusan meter. (Kedua syarat tersebut mengisyaratkan agar bentang alam tersebut dapat dipetakan)

- Batuan yang membentuk bentang alam tersebut haruslah memiliki variasi resistensi.

- Adanya proses fluvial yang efektif bekerja.

Pda peta topografi, morfogenesa ini dicirikan oleh kumpulan kontur yang mempunyai arah-arah memanjang dan tertentu.

Klasifikasi morfogenesa ini adalah sebagai berikut,

- Dataran, morfologi ini terbentuk karena adanya struktur batuan yang

tersusun secara mendatar. Klasifikasi dataran adalah dataran rendah (untuk ketinggian kurang dari 250 m di atas permukaan laut) dan dataran tinggi ( untuk ketinggian lebih dari 250 m dia atas permukaan laut, termasuk di dalamnya mesa dan byut).

- Pegunungan patahan, morfologi ini merupakan ekspresi dari patahan atau sesar di suatu daerah.

- Pegunungan lipatan, morfologi ini berupa pegunungan yang terbentuk

(3)

Pegunungan ini meliputi lipatan miring satu arah (kuesta dan hogback), lipatan miring dua arah (pegunungan sinklin adan antiklin), lipatan miring tiga arah (pegunungan siklin menunjam dan pegunung antiklin menunjam) dan lipatan tertutup(kubah dan cekungan).

Adapula klasifikasi morfogenesa struktural berdasarkan kedudukan perlapisan batuan dan jenis struktur geologi.

Kawasan morfogenesa struktur mempunyai daya tarik untuk tujuan wisata, khususnya wisata gunung. Namuan ada beberapa syarat agar dapat menjadi tempat tujuan wisata, yaitu kawasan tersebut berada pada elevasi yang relatif tinggi dan memiliki lereng yang relatif terjal. Pada daerah morfogenesa strukural berpotensi sebagai tempat terdapat bahan galian industri.

Sisi negatif dari daerah dengan morfogenesa struktural adalah sering terjadinya gerak massa atau mass movement.

Morfogenesa Volkanik dan Morfologi Volkanik

Morfogenesa volkanik disebabkan karena adanya aktifitas volkanik atau aktifitas gunungapi. Menurut Mac Donald (1972), gunung api adalah lubang dimana keluarnya material volkanik yang terakumulasi di sekitarnya membentuk gunung atau bukit. Rittmann (1961) berpendapat bahwa gunungapi adalah celah tempat keluarnya magma. Deretan gunungapi yang terbentuk disekitar samudera Pasifik (dikenal sebagai ring of fire) mencakup 66% dari total gunungapi aktif di dunia. Indonesia juga termasuk dalam deretan ini, 125 gunungapi dapat dijumpai di Indonesia, jumlah ini mencapai 20% gunungapi

(4)

dunia. Kawasan di sekitar gunungapi atau yang dikenal sebagai sabuk hijau, jika ditinjau dari sisi pertanian, merupakan daerah yang subur. Klasifikasi morfologi volkanik adalah sebagai berikut,

- Asal Kejadian, dengan melihat kubah volkanik, terbagi menjadi tiga, yaitu kerucut semburan, kerucut parasitik, dan kerucut sinder.

- Material pengisi, dengan melihat depresi volkanik, terbagi menjadi dua,

yaitu kawah (dengan diameter kurang dari 1 mil, terbentuk karena terjadi runtuhan) kaldera (dengan diameter lebih dari 1 mil).

- Ketinggian, dengan melihat kedudukan dari dataran volkanik, terbagi menjadi tiga, yaitu dataran rendah basalt, plato basalt, dan dataran kaki volkan.

- Erosi yang berkembang, dengan melihat volkan semu, terbagi menjadi

dua, yaitu gunung Gendol dan lajuran volkanik.

- Erupsi, dengan melihat tipe terjadinya erupsi, terbagi menjadi tiga, yaitu tipe hawai (terjadi aliran gas denga sedikit bahan piroklastik, ledakannya kecil, morfologi berupa kubah yang landai, sering dijumpai kaldera, dan magmanya bersifat basa), tipe krakatau (morfologinya kerucut volkan yang baik dan terjadinya lelehan dan letusan), dan tipe pelee (terjadinya letusan).

(5)

Pada peta topografi, morfologi volkanik diekspresikan dengan kontur yang cenderung membundar atau melingkar dengan variasinya dan pola penyaluran radier memencar yang utama.

Ditinjau dari sisi positif, morfologi volkanik merupakan tempat dengan bentang alam yang indah, berupa lembah dengan dinding yang bertebing terjal dan gunung-gunung kecil (sebagai penutup bentang alam ini) memiliki pepohonan rindang dengan hawa yang sejuk. Batuan dari volkanisme dan sumberdaya air baku merupakan sumber bahan galian industri.

Ditinjau dari sisi negatifnya, morfologi ini dapat menimbulkan bencana yang berkaitan erat dengan erupsi gunung api, antara lain guguran lava pijar, glowing cloud, dan lahar panas. Pasca erupsi, dengan dipicu curah hujan yang relatif di atas normal, dapat mengakibatkan terjadinya lahar padam, dan lahar dingin.

Morfogenesa Eolian dan Morfologi Eolian

Morfogenesa Eolian terbentuk akibat adanya pergerakan angin sebagai penyebab utama. Morfogenesa ini tidak dijumpai pada seluruh

(6)

permukaan bumi. Morfogenesa ini hanya ditemukan pada tempat yang terbatas. Jika dilihat kedudukan tempat berdasarkan garis lintang, morfogenesa ini dapat dijumpai pada 30o-50o lintang utara dan lintang

selatan. Jika dilihat kedudukan tempat berdasarkan keadaan geografisnya, morfogenesa ini dijumpai pada daerah gletser, aliran sungai besar, atau di daerah pesisir yang berhadapan langsung dengan samudera luas.

Selain angin, morfogenesa eolian juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti pasokan pasir yang kontinyu dan keadaan vegetasi di lokasi tersebut yang jarang. Interaksi di antara faktor-faktor tersebut akan menghasilkan bentukan-bentukan yang berbeda.

Bentukan yang paling sering dijumpai akibat pergerakan angin atau morfogenesa eolian berupa depresi atau cekungan seperti oase, wadi, dan bolson. Bentukan lainnya berupa pengendapan atau deposisi yang disebabkan oleh angin. Deposisi ini dibedakan atas dua bagian, yaiutu

dune (timbunan pasir yang dapat bergerak) dan loess (daerah yang

luas yang tertutup oleh material-material halus). Bentuk dari dune dipengaruhi oleh bentuk permukaan, arah angin, dan keadaan rintangan. Macam-macam tipe dune antara lain transversal dune,

(7)

Keadaan geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan sangatlah mendukung terbentuknya morfogenesa eolian. Terutama di daerah pantai yang berhadapan langung dengan samudera lepas, seperti pantai pada barat sumatera dan pantai pada selatan jawa. Contoh pantai yang intens terbentuk morfogenesa eolian adalah pantai Parangtritis.

Angin dalam proses erosi terdiri atas 2 cara, yaitu Abrasi (angin bekerja tanpa adanya butir pasir di dalamnya) dan Ablasi (angin bekerja jika ada butir pasir di dalamnya).

Morfogenesa Fluvial dan Morfologi Fluvial

Morfogenesa fluvial dihasilkan oleh proses akitivitas air. Morfogenesa ini mengambil porsi minimal 70% dari seluruh proses eksogenik yang berlangsung di permukaan bumi. Jika meninjau letak lintang suatu daerah, morfogenesa ini tidak hanya berlangsung di kutub, tapi mencakup seluruh permukaan bumi.

Morfogenesa fluvial berkaitan erat dengan aliran sungai. Morfologi Fluvial berupa daerah dataran rendah yang ketinggiannya relatif sama dengan sama dengan sungainya.

Macam-macam morfologi yang terbentuk akibat morfogenesa fluvial : - Alur Sungai atau Aliran Sungai (Stream Channel), adalah morfologi yang

terjadi sepanjang aliran sungai.

Berdasarkan volume relatifnya, sungai dibedakan atas,

- Sungai Parenial, Sungai yang volumenya relatif tetap sepanjang

(8)

- Sungai Intermitten, sungai yang volumenya bergantung pada air hujan.

- Sungai Ephermal, sungai yang volumenya ada sesaat setelah

hujan.

- Gosong Sungai (Stream Bar), morfologi yang terbentuk akibat deposisi

bahan yang terangkut oleh sungai pada aliran sungai dan sekitarnya. Gosong sungai terbagi menjadi tiga, yaitu :

- Gosong Tengah Sungai (Channel Bar), gosong sungai yang ditemukan di tengah sungai karena agak tinggi terhadap permukaan air.

- Gosong Tepi Sungai (Point Bar), gosong yang ditemukan pada

lengkung dalam kelokan sungai (Slip of Slope), terbentuk karena akresi lateral.

- Gosong Renggang Sungai (Splay Bar), gosong yang ditemukan

pada lengkung luar kelokan sungai (Cut of Slope), kemungkinan terjadi karena banjir atau bobolnya tanggul alam.

- Tanggul Alam (Natural Levee), morfologi yang terbentuk akibat hasil sedimentasi karena banjir yang berlangsung secara periodik di sepanjang tepian sungai.

- Dataran Limpah Banjir (Flood Plain), morfologi ini merupakan morfologi

yang sering mengalami gangguan banjir.

- Danau Tapal Kuda, morfologi yang terbentuk akibat perpotongan spur

sungai dan aliran baru pada lehernya. Morfologi ini kadang tergenang air saat banjir.

(9)

- Sungai Bekas, morfologi yang terbentuk karena pembalikan arah alairan sungai atau karena adanya danau tapal kuda yang cukup panajang.

- Undak Sungai (Stream Terrace), morfologi yang berada pada dataran

limpah banjir bagian luar.

- Delta, morfologi yang terbentuk akibat intensitas sedimentasi dari sungai yang relatif besar pada hilir suatu sungai.

Delta dibagi menjadi 5, yaitu

- Blocked, influk yang terjadi sangat kecil dibandingkan proses asal laut, sehingga morfologi yang terbentuk kenampakannya tidak begitu jelas.

- Stunted, atau dikenal sebagai terhalang, influk yang terjadi lebih besar dibandingkan pada Blocked, namun morfologi yang terjadi hanya pada sekitar mulut muara.

- Cuspate, influk yang terjadi masih lebih kecil dibandingkan proses laut, morfologi yang terbentuk berupa delta yang cekung ke arah laut.

- Lobate, influk yang terjadi sama dengan proses laut, morfologi yang terbentuk berupa delta yang cembung ke arah laut. - Elongate, influk yang terjadi lebih dominan dibadingkan proses

laut, sehingga morfologi yang terbentuk berupa kaki burung (bird’s foot).

(10)

Bentang Alam Kars

Kata “krs” pertama kali digunakan untuk menamai daerah di Italia

yang luasnya 38.500 km2 dengan ketinggian mencapai 2500 m yang

litologinya berupa batugamping, Carso (Thirnbury (1964)). Setelah itu kata “krs” dirujuk ke bahasa inggris menjadi “karst”.

Bentang alam kars terbentuk karena adanya pelarutan air hujan pada batugamping. Bloom (1978) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pelarutan, yaitu air alam mengikat CO2, aktivitas

mikrobiologi, dan iklim. Von Englen (1942) menyebutkan bahwa kondisi fisik batuan haruslah tebal, masif, dan terkekarkan secara sistematik dan intensif.

Morfologi kars terbagi menjadi dua, yaitu :

- Kars Minor, kars yang terbentuk pada batugamping dan dolomit, memiliki derajat kelarutan yang lebih kecil. Morfologi ini biasanya berupa permukaan yang halus, atau lubang setengah bola, atau bentuk-bentuk lain di permukaan, atau dapat pula terbentuk oleh proses sedimentasi di dalam goa. Contoh kars minor adalah surupan. - Kars Mayor, kars yang meiliki tingkat kelarutan yang lebih besar.

(11)

Berdasarkan proses pelarutannya, bentang alam kras dibedakan menjadi,

- Bentuk-Bentuk Konstruksional, terjadi oleh pelarutan batugamping atau

pengendapan material karbonat yang dibawa oleh air. Bentang alam konstruksional dibedakan atas,

- Bentuk Konstruksional Mayor, meliputi Surupan, Uvala, dan Polje.

- Bentuk Konstruksional Minor, meliputi Palung Kars, Parit Kars,

dan Kars Split.

- Bentuk-Bentuk Sisa Pelarutan, terjadi akibat pelarutan dan erosi terus

berlanjut sehingga menyisakan sisa yang khas. Morfologi ini dapat berkembang sangat baik pada daerah tropis.

Macam-macam bentuk sisa adalah sebagai berikut,

- Mogote, bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi,

umumnya dikelilingi oleh dataran aluvila yang hampir rata. - Menara Kars

Yang membedakan Mogote dan menara Kars adalah keterjalan lereng pada sisi-sisinya.

(12)

Ditinjau dari sisi positif, bentang alam kars memiliki sumber daya alam yang sangat berpotensi. Namun jika kita tinjau dari sisi negatifnya, bentang alam kars sangatlah rawan bencana, runtuhnya dinding batugamping.

Morfogenesa Pantai dan Morfologi pantai

Pantai merupakan pembatas antara laut dan daratan. Pembagian pantai dilakukan secara visual, yaitu dengan melihat konfigurasi garis pantai (pantai lurus dan pantai berliku).

Pantai lurus merupakan pantai dengan konfigurasi garis pantai yang lurus. Pantai lurus dibagi menjadi 6, yaitu :

- Pantai Lurus Sejajar - Pantai Lurus Lengkung - Pantai Lurus Bulan Muda - Pantai Lurus Gigi Gergaji - Pantai Lurus Bertanduk - Pantai Lurus Tombolo

Pantai Berliku merupakan pantai dengan konfigurasi garis pantai yang berliku, hal ini disebabkan karena tenggelamnya pantai atau pantai seolah-olah mundur.Macam-macam pantai berliku, sebagai berikut : - Pantai Ria, pantai yang mengalami erosi fluvial kemudian tenggelam dan

daratan di belakangnya berupa perbukitan.

(13)

- Pantai Terjal, pantai yang garis pantainya terbentuk akibat pukulan ombak sehingga terbentuk tebing yang terjal.

- Pantai Volkanik, pantai yang garis pantainya dipengaruhi oleh akitivitas

magma.

- Pantai Struktural, pantai yang berupa tebing terjal berliku yang terbentuk akibat pensesaran atau struktur geologi lain, dan tererosi pada masa sekarang.

- Pantai Terumbu, pantai yang garis pantainya terbentuk karena pertumbuhan koral pada masa Helosen. Pantai Terumbu dibedakan atas,

- Pantai Terumbu Tepi

- Pantai Terumbu Penghalang

(14)

Morfogenesa Laut dan Morfologi Laut Morfologi Laut terdiri atas,

- Laut Tenang atau Laut Lepas, laut yang tampak tanpa gelombang tinggi

secara meluas.

- Laut Beriak, laut yang kadang terlihat sebagai pembatas antara laut lepas dan pantai. Cirinya adalah banyak dijumpai gelombang laut yang

(15)

tinggi sebelum pecah di pantai. Cakupannya hanya beberapa ratus meter.

Morfogenesa Glasial dan Morfologi Glasial

Morfogenesa glasial adalah morfogensa yang diageni oleh gletser sehingga tidak di semua permukaan bumi dapat dijumpai morfologi glasial. Morfologi ini hanya dijumpai pada daerah dengan lintang kutub atau dengan evelasi di atas 4000 m di atas permukaan laut.

Gletser sebagai media erosi, dan sedimentasi, atau agen pembentu morfologi, memiliki densitas yang tinggi. Sifat inilah yang membuat gletser sanggup untuk merasuk dalam celah-celah batuan, sambil terus bergerak menggerus dinding yang dilewatinya.

Topografi akibat proses glasial mempunyai kenampakan khusus, yaitu tebing-tebing yang ditinggalkan nyaris tegak, bahkan tidak sedikit ada tebing yang menggantung. Tebing ini mirip dengan tebing yang dihasilkan oleh aktifitas volkanik. Kenampakan lembah atau pasangannya (perbukitan kecil) yang sejajar akan terlihat pada morfologi glasial disebabkan arah gletser yang tertentu.

Ditinjau dari sisi positif, morfologi glasial dapat menjadi tempat wisata dan arena olahraga es. Karena bayak terdapat es dan salju, morfologi glasial dapat menjadi sumber air tawar. Namun, jika kita tinjau dari sisi negatif, morfologi ini dapat menjadi sumber bencana, khususnya guguran avalansi.

Daftar Pustaka

Sriyono. 1999. Hand Out : Morfologi. Yogyakarta.

Staff Asisten Geologi Teknik. 1989. Pedoman Praktikum Geologiu Fisik. Yogyakarta.

(16)

marlimillerphoto.com commons.wikimedia.org pinker.wjh.harvard.edu www.gso.uri.edu www.physik.uni-leipzig.de 3dparks.wr.usgs.gov

Referensi

Dokumen terkait